• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas Tanaman Leguminosa Pada Pemotongan Kedua Yang Dipupuk Dengan Pupuk Bio Slurry

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Produktivitas Tanaman Leguminosa Pada Pemotongan Kedua Yang Dipupuk Dengan Pupuk Bio Slurry"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Produktivitas Tanaman Leguminosa Pada Pemotongan Kedua Yang

Dipupuk Dengan Pupuk Bio Slurry

Witariadi,N.M 1).,dan N.N.Candraasih,K.1)

Fakultas Peternakan ,Universitas Udayana,Denpasar-Bali, 80361

Witarimade@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui produktivitas tanaman leguminosa pada pemotongan kedua yang dipupuk dengan pupuk bio slurry, dimana percobaan dilaksanakan di rumah kaca selama 4 bulan . Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah jenis tanaman leguminosa yaitu : Centrocema pubescens (Cp) dan Clitoria ternatea (Ct) , faktor kedua adalah dosis pupuk bio slurry yaitu : tanpa pemberian pupuk sebagai kontrol (D0), D1 : pemberian pupuk bio slurry 10 ton /ha, D2 : pemberian pupuk bio slurry 20 ton /ha, dan D3 : pemberian pupuk bio slurry 30 ton /ha. Variabel yang diamati meliputi: tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, luas daun, berat kering daun, berat kering batang, nisbah berat kering daun dengan berat kering batang, dan berat kering total produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara dosis pupuk dan jenis tanaman leguminosa pada variabel: jumlah cabang, jumlah daun, berat kering daun, berat kering total produksi, dan nisbah berat kering daun dengan berat kering batang. Dosis pupuk 30 ton/ha dan jenis tanaman Clitoria ternatea memberikan pertumbuhan dan produksi paling tinggi. Dapat disimpulkan bahwa pupuk bio slurry mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman leguminosa untuk mendukung pertumbuhan ternak ruminansia.

Kata kunci : Produktivitas, leguminosa, bio slurry

ABSTRACT

The objective of this study was to determine the productivity of leguminous crops in the second cutting fertilizer with bio slurry fertilizer, where the experiment was conducted in a greenhouse for 4 months. The design used was a complete Randomized Design (RAL) factorial pattern with two factors. The first factor is leguminous crop type: Centrocema pubescens (Cp) and Clitoria ternatea (Ct), second factor is dosage of bio slurry fertilizer ie without fertilizer as control (D0), D1: bio fertilizer application slurry 10 ton / ha, D2 : application of bio fertilizer slurry 20 ton / ha, and D3: application of bio fertilizer slurry 30 ton / ha. Observed variables include: plant height, number of branches, number of leaves, leaf area, leaf dry weight, dry weight of stem, leaf dry weight ratio with dry weight of stem, and total dry weight of production. The results showed that there was interaction between fertilizer dosage and leguminous plant species on variables: number of branches, number of leaves, leaf dry weight, total dry weight of production, and leaf dry weight ratio with dry weight of stem. The dose of 30 ton / ha and the Clitoria ternatea plant provide the highest growth and production. It can be concluded that bio slurry fertilizer can increase the growth of leguminous plants to support the growth of ruminant livestock.

Keywords: Productivity, leguminous, bio slurry 1.PENDAHULUAN

Usaha meningkatkan produksi peternakan khususnya ternak ruminansia, perlu disertai dengan peningkatan produksi hijauan pakan ternak baik kualitas maupun kuantitasnya. Hijauan pakan merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak (Whiteman 1974). Keberhasilan suatu usaha peternakan khususnya ternak rumininansia sangat tergantung dari ketersedian pakan yang

(2)

2 berasal dari hijauan. Pendapat ini didukung oleh Soetarno (2003), bahwa hijauan merupakan pakan utama untuk ternak ruminansia dan hijauan sebagai pakan bagi ternak dapat berasal dari rumput, daun-daunan, dan sisa-sisa panen berupa jerami.

Leguminosa merupakan alternatif dalam pengadaan hijauan makanan ternak dimana jenis hijauan dari leguminosa sangat baik untuk pertumbuhan ternak ruminansia. Kuantitas maupun kualitasnya dari tanaman leguminosa dapat menyediakan pakan sepanjang tahun dengan kandungan nutrisi yang cukup tinggi untuk pertumbuhan ternak. Jenis leguminosa yang berpotensi dikembangkan adalah Centrocema pubescens dan Clitoria ternatea. Leguminosa ini termasuk tanaman legum yang tahan terhadap kondisi kering, dapat ditanaman pada naungan dan memiliki fungsi sebagai tanaman penutup tanah, tanaman sela, dan pencegah erosi. Kesulitan dalam menyediaan hijauan biasanya disebabkan oleh keterbatasan lahan dan semakin menurunnya kesuburan tanah.Perlu dilakukan usaha meningkatkan kesuburan tanah baik fisik, kimia, maupun biologi melalui pemupukan. Pemupukan adalah memberikan tambahan hara ke dalam tanah. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik.

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan, (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Sumber pupuk organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen, limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, limbah kota dan limbah biogas (Slurry). Slurry supaya lebih cepat tersedia bagi tanah dan tanaman, maka diberikan perlakuan melalui fermentasi. Bio slurry adalah produk akhir pengolahan Slurry . Komposisi Bio slurry adalah : air 70-80% dan Zat kering 20-30%, jika diuraikan lagi zat kering tersebut mengandung bahan organik 18-27% (Internasional Training Workshop, 2010). Rita (2016) bahwa penggunaan pupuk Bio slurry level 5-15 ton/ha tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi Stylosanthes guianensis. Witariadi dan Candraasih (2016) menyatakan bahwa pemberian Bio slurry dosis 30 ton/ha pada tanaman Clitoria ternatea memberikan respon pertumbuhan dan produksi tertinggi. Arnawa (2014) bahwa penggunaan limbah biogas (Slurry) dengan dosis 10-30 ton/ha memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan dan produksi rumput benggala (Panicum maximum cv. Trichoglume).

Berdasarkan informasi diatas bahwa pemanfaatan limbah biogas pada tanaman leguminosa sangat terbatas, maka penelitian ini sangat perlu dilaksanakan untuk mengetahui produktivitas tanaman leguminosa pada pemotongan kedua yang diberikan pupuk Bio slury

(3)

3

2. METODE PENELITIAN

Percobaan dilaksanakan di rumah kaca selama empat bulan. Analisa tanah, Slurry dan Bio-slurry dilaboratorium ilmu tanah ,Fakultas Pertanian, Universitas Udayana (Tabel 1). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua factor. Faktor pertama adalah Jenis tanaman leguminosa,yaitu: Cp : Leguminosa Centrosema pubescens; Ct : Leguminosa Clitoria ternatea. Faktor kedua adalah dosis pupuk bio-slurry yaitu: D0 : Tanpa pemberian pupuk (kontrol); D1 : Pemberian pupuk dosis 10 ton/ha (20g/pot);D2 : Pemberian pupuk dosis 20 ton/ha (40g/pot); D3: Pemberian pupuk dosis 30 ton/ha (60g/pot). Dari kedua faktor tersebut diperoleh 8 kombinasi dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak empat kali, sehingga terdapat 32 pot penelitian.

Variabel yang diamati adalah: tinggi tanaman, jumlah cabang,jumlah daun, luas daun per pot, berat kering daun, per pot, berat kering daun,berat kering batang,nisbah berat kering daun dengan batang dan luas daun.

Data dianalisis dengan analisis sidik ragam. Apabila diantara nilai rata-rata perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata, maka analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Program SPSS).

Tabel 1. Hasil Analisa Tanah, Slurry dan Bio Slurry

No Uraian Tanah Slurry Bio Slurry

1 pH (1:2,5) H2O 6,67 6,70 6,72 2 DHL (mmhos/cm) 1,57 2,01 3,45 3 C Organik (%) 3,12 18,65 22,48 4 N Total (%) 0,11 0,19 1,37 5 P Tersedia (ppm) 531,88 311,25 732,45 7 KTK (me/100g) 23,93 - - 8 Kadar Air : KU (%) 6,83 19,69 28,22 KL (%) 23,14 - - 9 Tekstur : Pasir (%) 40,22 - - Debu (%) 51,14 - - Liat (%) 8,65 - - Keterangan :

DHL :Daya Hantar Listrik C Organik : Metode Walkley & Black

KU : Kering Udara N Total : Metode Kjelhall

KL : Kapasitas Lapang KU dan KL : Metode Graviment

P : Posfor P : Metode bray-1

(4)

4

3.HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.HASIL

Tabel 2. Pengaruh Dosis Pupuk Bio Slurry terhadap Pertumbuhan Tanaman Leguminosa Tinggi

Tanaman

Jenis Legum Dosis Pupuk Bio Slurry

D0 D1 D2 D32 Rataan ………….cm……… Cp 3 224,251 196,75 192,50 186,25 199,94a Ct 212,50 195,25 190,50 189.00 196,81a Rataan 218,37A 196,00B 191,50BC 187,63C Jumlah Cabang

Jenis Legum D0 D1 D2 D32 Rataan

………….Batang……… Cp 3 7,75 c1 9,00c 10,50c 11,50c 9,69b Ct 21,00b 28,25a 29,50a 33,25a 28,00a Rataan 14,38C 18,63B 20.00B 22,38A Jumlah Daun

Jenis Legum D0 D1 D2 D32 Rataan

………….Helai………

Cp 3 142,00d1 167.00c 267.00b 282,50b 214,63b Ct 294,75b 329,25ab 328,25ab 359,75a 328,00a Rataan 218,38D 248,13C 297,63B 321,13A

Ket :

1. 1 Nilai dengan huruf kapital berbeda pada kolom atau baris yang sama berbeda nyata (P<0,05) dan nilai dengan huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05)

2. 2 D0 : Tanpa pemberian pupuk (control), D1 : Pemberian pupuk dosis 10 ton/ha, D2 : Pemberian pupuk dosis 20 ton/ha ,dan D3: Pemberian pupuk dosis 30 ton/ha

3. 3 Cp: Centrocema pubescen , Ct : Clitoria ternatea

Tabel 3. Pengaruh Dosis Pupuk Bio Slurry terhadap Produksi Tanaman Leguminosa Berat

Kering Total Hijauan

Jenis Legum Dosis Pupuk Bio Slurry

D0 D1 D2 D32 Rataan …………Gram……… Cp 3 65,72e1 74,47d 77,31cd 85,55bcd 75,76a Ct 66,99e 86,41bc 89,44b 111,51a 88,58a Rataan 66,35C 80,44B 83,37B 98,53A Berat Kering Batang

Jenis Legum D0 D1 D2 D32 Rataan

………….Gram……… Cp 3 39,811 40,27 41,61 46,92 42,15b Ct 46,13 46,28 45,79 48,09 46,57a Rataan 42,97B 43,27B 43,70B 47,50A Berat Kering Daun

Jenis Legum D0 D1 D2 D32 Rataan

………….Gram………

Cp 3 25,92cd1 34,20bc 35,70bc 38,63b 33,61b

Ct 20,86d 40,13b 43,65b 63,42a 42,02a

Rataan 23,39C 37,17B 39,68B 51,028A

Ket :

1. 1 Nilai dengan huruf kapital berbeda pada kolom atau baris yang sama berbeda nyata (P<0,05) dan nilai dengan huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05)

2. 2 D0 : Tanpa pemberian pupuk (control), D1 : Pemberian pupuk dosis 10 ton/ha, D2 : Pemberian pupuk dosis 20 ton/ha ,dan D3: Pemberian pupuk dosis 30 ton/ha

(5)

5

Tabel 4. Pengaruh Dosis Pupuk Bio Slurry terhadap Karakteristik Tumbuh Tanaman Leguminosa

Luas Daun

Jenis Legum Dosis Pupuk Bio Slurry

D0 D1 D2 D32 Rataan …………Cm……… Cp 3 1483,081 2322,55 2326,86 3248,82 2345,33b Ct 10718,28 11739,19 11903,60 12876,62 11809,42a Rataan 6100,68 B 7030,87AB 7115,23AB 8062,72A Nisbah Berat Kering Daun Dengan Berat Kering Batang

Jenis Legum D0 D1 D2 D32 Rataan

………….%………

Cp 3 0,65d1 0,85bc 0,86bc 0,82bc 0,80a

Ct 0,46cd 0,88bc 0,95b 1,32a 0,90a

Rataan 0,56C 0,87B 0,90B 1,07A

Ket :

1. 1 Nilai dengan huruf kapital berbeda pada kolom atau baris yang sama berbeda nyata (P<0,05) dan nilai dengan huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05)

2. 2 D0 : Tanpa pemberian pupuk (control), D1 : Pemberian pupuk dosis 10 ton/ha, D2 : Pemberian pupuk dosis 20 ton/ha ,dan D3: Pemberian pupuk dosis 30 ton/ha

3. 3 Cp: Centrocema pubescen , Ct : Clitoria ternatea

3.2.PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara dosis pupuk bio-slurry dan jenis tanaman terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman leguminosa (Centrocema pubescens dan Clitoria ternatea) Tabel 2. Hal ini mengindikasikan bahwa antara faktor dosis pupuk bio-slurry dan jenis tanaman leguminosa dapat secara bersama atau sendiri-sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman leguminosa. Data penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkat pemberian dosis pupuk bio slurry dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman leguminosa ( Centrocema pubescens dan Clitoria ternatea).

Tinggi tanaman leguminosa pada perlakuan kontrol (tanpa pupuk) nyata paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 2). Pertumbuhan keatas(vertikal) kemungkinan disebabkan oleh persediaan unsur hara semakin sedikit, sehingga tanaman hanya mampu memanfaatkan unsur hara tersisa untuk pertumbuhan keatas (vertikal) dan belum mampu melakukan pertumbuhan kesamping (horisontal) untuk perbanyakan cabang dan daun. Tanaman yang diberi pupuk bio-slurry menyebabkan ketersedian unsur hara meningkat, sehingga pertumbuhan tanaman keatas perlahan karena akan diimbangi dengan melakukan pertumbuhan kesamping untuk perbanyakan cabang dan daun. Terlihat pada variabel jumlah cabang dan jumlah daun nyata lebih tinggi dibandingkan tanpa pupuk (D0). Pupuk bio slurry yang

(6)

6 mengalami proses penguraian melalui fermentasi dapat menyediakan unsur hara lebih cepat dan langsung di manfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Kerley et al.,1996 dan Widjajanto at al., 2001, bahwa semakin meningkat dosis pupuk bio slurry yang diberikan pada tanaman leguminosa, maka makin tinggi tingkat pertumbuhan tanaman akibat semakin meningkat ketersediaan unsur hara bagi tanaman.

Jumlah cabang dan jumlah daun tanaman leguminosa yang diberi pupuk bio slurry menunjukkan hasil nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (Tabel 2). Hasil analisa pada pupuk bio slurry menunjukkan kandungan Nitrogen (N) lebih besar (Tabel 1). Nitrogen merupakan unsur hara utama yang dipergunakan oleh tumbuhan untuk pembentukan dan pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti : daun, batang dan akar ( Sutedjo,2002). Tersedianya unsur hara Nitrogen yang cukup pada tanah, disamping meningkatkan pertumbuhan juga berpengaruh terhadap produksi bahan kering tanaman leguminosa menjadi meningkat. Tidak terjadi interaksi antara dosis pupuk dan jenis tanaman pada variabel tinggi tanaman .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat kering daun, berat kering batang dan total produksi hijauan yang diberi pupuk bioslurry nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol(Tabel 3), begitu juga terhadap penampilan karakteristik tumbuh (Tabel 4) memiliki luas daun yang lebih lebar. Luas daun yang lebar memungkinkan tanaman untuk meningkatkan proses fotosintesis. Kapasitas fotosintesis yang berlangsung lebih tinggi, sehingga hasil fotosintesis yang dihasilkan berupa karbohidrat dan protein memberikan hasil maksimal. Hasil dari proses fotosintesis akan disebarkan keseluruh bagian tanaman, sehingga berat kering tanaman ( daun dan batang) meningkat. Karbohidrat dan protein merupakan komponen penyusun berat kering tanaman. Budiana (1993) menyatakan bahwa semakin banyak kandungan karbohidrat dan protein dalam tanaman maka berat kering tanaman itu semakin tinggi.

Kandungan C-Organik dan kadar air yang terkandung pada bio slurry lebih tinggi (Tabel 1) berdampak pada hasil luas daun yang nyata lebih tinggi (Tabel 4) pada tanaman leguminosa .Penambahan pupuk organik ke dalam tanah baik berupa kompos maupun pupuk kandang ternyata mengakibatkan peningkatan kadar C-organik tanah. Perbedaan kandungan C-organik tanah adalah sebagai akibat dari perbedaan takaran bahan organik yang diberikan ( Umar, 2002). Kadar uap air yang tinggi pada tanah mengakibatkan tanah menjadi lembab, populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah dapat berkembang dengan baik dan mampu

(7)

7 menguraikan bahan organik lebih cepat, sehingga unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia lebih cepat. Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman memberikan pengaruh bagi kelangsungan hidup tanaman, dimana kelembaban tanah memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap suplay oksigen (Purwowidodo,1983)

Gambar1.Pertumbuhan Tanaman Leguminosa

Nisbah berat kering daun dengan berat kering batang tanaman leguminosa yang diberi pupuk bio slurry nyata lebih tinggi dibandingkan dengan D0 (Tabel 4). Tanaman leguminosa memiliki kualitas baik, apabila memberikan nilai nisbah berat kering daun dan berat kering batang yang tinggi. Persentase berat kering daun (Tabel 4) yang lebih tinggi pada tanaman leguminosa yang dipupuk dengan bio slurry, menyebabkan kandungan karbohidrat dan proteinnya semakin tinggi, akan tetapi bila tanaman memiliki persentase berat kering batang yang lebih besar dari persentase berat kering daun, maka leguminosa tersebut kualitasnya rendah, karena kandungan serat kasar yang terbentuk akan semakin tinggi.

(8)

8

Gambar 2. Panen Tanaman Leguminosa

Jenis tanaman leguminosa (Centrocema pubescens dan Clitoria ternatea) bahwa leguminosa jenis Clitoria ternatea memberikan hasil nyata lebih tinggi dibandingkan jenis Centrocema pubescens. Leguminosa jenis Clitoria ternatea lebih mampu memanfaatkan unsur hara yang tersedia di dalam tanah untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi. Kandungan unsur hara Nitrogen yang lebih tinggi pada bio slurry dimanfaatkan oleh tanaman untuk memperbanyak pertumbuhan cabang dan daun. Leguminosa Clitoria ternatea merupakan tumbuhan yang hidupnya merambat, cepat tumbuh cabang dan pertumbuhan daun yang banyak. Untuk mendapatkan produksi maksimal tanaman Clitoria ternate dibuatkan penyangga, sehingga tanaman bisa merambat. Pada bagian teratas dari penyangga akan tumbuh cabang dan bergerombol dengan jumlah daun yang banyak. Berbeda dengan jenis leguminosa Centrocema pubescens,dimana cara tumbuhnya membelit dan menjalar, akibatnya pertumbuhan batang terus memajang tanpa diimbangi pertumbuhan daun,sehingga produksinya menjadi rendah.

1.7 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terjadi interaksi antara dosis pupuk dan jenis tanaman leguminosa

2. Dosis pupuk bio slurry 30 ton/ha memberikan pertumbuhan dan produksi tertinggi pada tanaman leguminosa ( Centrocema pubescens dan Clitoria ternatea)

(9)

9 3. Jenis tanaman Clitoria ternatea memberikan pertumbuhan dan produksi lebih baik

dibandingkan jenis Centrocema pubescens.

1.8 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada petani peternak untuk menggunakan pupuk bio slurry dosis 10-30 ton/ha, untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman leguminosa (Centrocema pubescens dan Clitoria ternatea) dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal disarankan menggunakan pupuk bio slurry dosis 30 ton/ha dan jenis tanamannya adalah Clitoria ternatea

1.9 Daftar Pustaka

Arnawa,I.W. 2014. Pertumbuhan dan Produksi Rumput Benggala (Panicum Maximum cv.Trchoglume) yang diberi pupuk organik dengan dosis berbeda,skripsi. Fakultas Peternkan Universitas Udayana. Denpasar.`

Abdul, S. dan Indah, N. 2005. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Buckman, H.O. dan M.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Gardener,F.P, R.B.Pearce, R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya .Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta

Halim, D. 1990. Pengaruh Beberapa Dosis Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan produksi Setaria splendid Stapf dan Setaria anceos cv. Kazungula. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.

Harjadi,S. 1983. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta.

Irvan,M. 2013. Respon bawang putih (Allium Ascalonicum L.) terhadap zat pengatur tumbuh dan unsur hara. Jurnal Agroteknologi.3(2):35-40.

Internasional Training Workshop. 2010.Training Material of Biogas Technology.Yunan Normal University Yunan,China. P 102

Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Unsri. Purwowidodo.1983. Tehnologi Mulsa. Jakarta.dewaruci Press.

Rahman,M. 2014. Aplikasi pupuk Bio-Slurry Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman stroberi.Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin. Makasar.

Rita N.S. 2016.Pertumbuhan dan Produksi Hijauan Stylosanthes guianensis pada Berbagai Level Aplikasi Pupuk Bio slurry

(10)

10 Rosmarkam,A.,Yuwono.2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta. Kanisius

Soetarno, T. 2003. Manajemen Budidaya Ternak Perah. Laboratorium Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Suriadikarta dan R.D.M. Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Sutedjo, M M. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Tata, T. 1995. Pengaruh Jenis dan Dosis Kotoran Ternak Terhadap Produktifitas Arachis pintoi. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.

Tim Biogas Rumah (Tim BIRU). 2012. Pedoman dan Pengguna Pengawas Pengelolaan dan Pemanfaatan Bio- Slurry. Kerjasama Indonesia-Belanda.Jakarta

Trisnadewi, S.A., dan Wijana, W. 2007. Pengaruh Jenis dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan

Winarsih, S. 2002. Pengaruh Nisbah Pupuk Kandang dengan Pupuk Buatan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Pennisetum purpureum cv. Mott pada Pemotongan Kedua. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.

Witariadi,N.M., dan Candraasih.K. 2016. Produktivitas dan Komposisi Kimia Tanaman Leguminosa (Centrocema pubescens dan Clitoria ternatea) yang Dipupuk dengan Pupuk Bio Slurry.

(11)
(12)

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisa Tanah, Slurry dan Bio Slurry
Tabel 2. Pengaruh Dosis Pupuk Bio Slurry  terhadap Pertumbuhan Tanaman Leguminosa  Tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa tekstur dari kelima tempe yang kompak tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (Tabel 2) dan semua jenis tempe

Berdasarkan hal tersebut, akan diadakan pengumpulan data yang diperlukan kemudian dijabarkan dalam bentuk tabel, gambar dan desain gambar dan maket dan dianalisa untuk

Model Pembelajaran Snowbal Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Ekonomi Kelas X IPS 1 SMA Negeri 9 Pontianak? Permasalahan utama tersebut

Dari pendapat para ahli ini dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daripada kinerja karyawan atau pegawai itu antara lain adalah kesetiaan (loyalitas)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Zai 2013 bahwa rasio loan to deposit ratio LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on asset ROA

Kegiatan Focus Group Discussion untuk pengenalan literasi sejak dini melalui permainan edukatif pun dimanfaatkan oleh guru PAUD yang menjadi peserta dampingan untuk

Variabel kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif, hal ini tidak sesuai dengan konsep teori yang menyatakan bahwa perusahaan keluarga

Berdasarkan hasil perhitungan akhir centroid pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5, perhitungan nilai-nilai centroid bernilai konvergen pada iterasi ke-5 pada Tabel 5. Sehingga