• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASEAN sebagai Landasan Kebijakan Luar Negeri Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASEAN sebagai Landasan Kebijakan Luar Negeri Indonesia"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ASEAN sebagai Landasan Kebijakan Luar Negeri Indonesia

EDITOR: HASYA HANIFAN DAN MUHAMMAD KAMIL GHIFFARY ABDURRAHMAN PENULIS: BAMBANG D. WALUYO

COPYRIGHT © IREC INDONESIA 2019

Pembahasan mengenai politik luar negeri Indonesia saat ini memang tidak bisa terlepas dari posisi Indonesia di ASEAN. Indonesia dalam menjalankan kebijakan luar negerinya harus tetap mempertimbangkan posisinya di ASEAN, namun bukan berarti ASEAN menjadi “pengekang” dari kebijakan-kebijakan luar negeri Indonesia. Namun, ASEAN masih menjadi sebuah institusi intraregional yang sangat penting bagi Indonesia. Hal ini disebabkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penggagas dan terbesar di ASEAN. Kepentingan tersebut juga disebabkan oleh faktor geografis yang sangat berdek atan, keterkaitan ekonomi yang lebih mapan, dan keragaman keamanan politik yang dinamis antara Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN lainnya (Almuttaqi, 2017).

Untuk menegaskan pentingnya ASEAN sebagai the cornerstone of Indonesia foreign policy, tulisan ini dibagi kedalam dua pembahasan utama yang pertama adalah pentingnya menjadikan ASEAN sebagai the cornerstone of Indonesia foreign policy bagi Indonesia. Dalam hal ini, keberpalingan Indonesia dari kepentingannya di ASEAN juga dapat memberikan dampak negatif yang akan diterima Indonesia jika berfokus diluar ASEAN. Pembahasan terakhir adalah usaha Indonesia seharusnya mengelola kebijakan luar negerinya tanpa meninggalkan ASEAN, terutama untuk menjadi negara poros maritim dunia. Hal tersebut menjadi penting setelah ASEAN Community 2015 berlangsung, Indonesia memiliki posisi penting dalam mengelola dan menjaga kesetabilan kawasan, yaitu ASEAN dan yang ada disekitarnya.

ASEAN dan Indonesia

Pentingnya ASEAN menjadi the cornerstone of Indonesia foreign policy dapat kita lihat dari tujuan dibentuknya ASEAN itu sendiri. Berdasarkan Deklarasi ASEAN pada 1967 di Bangkok, pembentukan ASEAN di tujukan untuk menciptakan percepatan pertumbuhan ekonomi di kawasan dan mempromosikan keamanan dan kestabilan di kawasan (“Overview – ASEAN,” n.d.). Sehingga perdamaian kooperatif dan kemakmuran bersama menjadi tujuan mendasar bagi ASEAN. Sehingga menjadi penting bagi Indonesia untuk tetap mempertahankan pengaruhnya di ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai the cornerstone of Indonesia foreign policy.

Dalam hal ekonomi, perdagangan intra-ASEAN pada tahun 2017 bahkan mencapai $590 miliar dalam perdagangan barang.[1] Perdagangan barang diantara negara-negara ASEAN menjadi yang terbesar dibandingkan dengan mitra dagang lain di luar ASEAN. Hal tersebut membuktikan betapa pentingnya ASEAN dalam membuka peluang ekonomi bagi indonesia sebagai mitra dagangnya. ASEAN menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan ekonominya karena lokasinya yang mudah di jangkau, serta rasa kebersamaan untuk meningkatkan ekonomi dikawasan menjadi jaminan untuk saling menjaga kepercayaan dan kerjasama dalam jangka panjang. Sehingga jika Indonesia merubah pandangannya mengenai ASEAN dalam kebijakan luar negerinya, hal tersebut akan berpengaruh terhadap pandangan oleh negara-negara anggota

(2)

ASEAN lainnya terhadap Indonesia dan dapat berdampak pada kerjasama ekonomi Indonesia di ASEAN.

Gambar 1. ASEAN Net FDI Inflow

Gambar 2. ASEAN Trade in Goods

Di sisilain, dengan tumbuhnya rasa saling percaya diantara negara-negara ASEAN juga menghasilkan tingginya tingkat foreign direct investment (FDI) diantara negara anggotanya. Berdasarkan data pada tahun 2017, arus masuk FDI antar negara-negara ASEAN mencapai $26 juta dan menjadi yang paling tinggi dibandingkan dari luar negara anggota ASEAN.[2]

Bersamaan dengan keinginan Indonesia untuk memperbesar pertubuhan ekonominya, maka menjadi penting untuk Indonesia agar meningkatkan FDInya sehingga percepatan perkembangan ekonomi Indonesia bisa dipercepat tanpa khawatir terjadinya penarikan modal asing jika harus menggunakan portfolio saham atau obligasi yang lebih berisiko (Ananta, 2019). ASEAN hadir sebagai salah satu jalan keluar dan memberikan peluang yang cukup menjanjikan dalam hal tersebut.

(3)

Dengan besarnya jumlah perputaran dana investasi antar negara ASEAN, maka semakin besar pula peluang untuk negara-negara anggota ASEAN untuk saling membantu dan saling bekerja sama dalam hal ekonomi untuk saling memajukan perekonomian bersama. Namun, jika Indonesia mengubah haluannya dari ASEAN akan muncul kemungkinan diantara negara-negara anggota yang tidak percaya lagi menanamkan modalnya untuk berinvestasi di Indonesia. Sebagai akibatnya, Indonesia harus memulai dari awal untuk membangun kepercayaan internasional agar berani menanamkan modal investasinya secara langsung kepada Indonesia. Sehingga akan semakin sulit untuk indonesia dapat memajukan perekonomiannya dan mencapai tujuan untuk menyejahterakan masyarakatnya melalui pembangunan ekonomi.

Dari pergeseran-pergesaran ekonomi tersebut, berubahnya pandangan Indonesia terhadap ASEAN juga mampu menciptakan kecurigaan antar negara anggota ASEAN. Indonesia sebagai salah satu penggagas berdirinya ASEAN, yang nantinya akan mengikis kepercayaan dan menciptakan terjadinya perpecahan. Perpecahan diantara negara anggota ASEAN dapat menggiring ASEAN kearah ketidakstabilan kawasan. Meskipun ranah ekonomi tidak selalu berdampak terhadap politik kemanan, namun dengan hilangnya sosok pengagas ASEAN seperti Indonesia maka negara-negara anggota yang lain dapat kehilangan pegangannya untuk tetap bertahan dan melanjutkan usaha dan tujuan utama berdirinya ASEAN. Pada akhirnya, ASEAN akan kehilangan tujuan utamanya yaitu untuk menciptakan percepatan pertumbuhan ekonomi di kawasan dan mempromosikan keamanan dan kesetabilan di kawasan.

Pandangan-pandangan tersebut memperkuat pentingnya posisi Indonesia dalam mempertahankan

the cornerstone of Indonesia foreign policy terhadap ASEAN agar mampu mencapai komitmen

yang dari awal dipegang oleh Indonesia bersama negara-negara anggota lainnya untuk menciptakan kawasan dengan percepatan pertumbuhan ekonomi serta memiliki keamanan dan kestabilan kawasan. Pembahasan selanjutnya adalah bagaimana Indonesia seharusnya memanfaatkan posisinya di ASEAN untuk mengelola kebijakan luar negerinya tanpa meninggalkan ASEAN, terutama untuk menjadi negara poros maritim dunia.

Indonesia, ASEAN dan Beyond

Dalam mencapai tujuan Indonesia dalam usaha mengelola kebijakan luar negerinya tanpa meninggalkan ASEAN, terutama untuk menjadi negara poros maritim dunia. Hal tersebut menjadi penting setelah ASEAN Community 2015 berlangsung, Indonesia memiliki posisi penting dalam mengelola dan menjaga kesetabilan kawasan, yaitu ASEAN dan yang ada disekitarnya. Nilai-nilai dan norma yang diangkat oleh ASEAN merupakan pencerminan diri dari negara Indonesia itu sendiri, selain itu keberhasilan dan pencapaian yang dimiliki oleh ASEAN saat ini dapat digunakan sebagai landasan dari pegembangan regionalisme lain di sekitar ASEAN agar mencapai keberhasilan yang serupa.

Seperti halnya keterlibatan Indonesia di association of Indian Ocean rim countries (IORA) sebagai ketua pada tahun 2015 hingga 2017 (Wahyudi, n.d.). Peluang Indonesia untuk terlibat dan berpartisipasi mengembangkan peluang kemajuan ekonomi dunia dan membuka pasar-pasar baru yang potensial untuk Indonesia sendiri. Selain itu, bergabungnya Indonesia juga menjadi

(4)

langkah baru untuk Indonesia mencapai tujuannya sebagai poros maritim dunia. Namun, dengan besarnya porsi keterlibatan Indonesia di IORA bukan berarti Indonesia meninggalkan ASEAN sebagai landasan dalam mengelola kebijakan luar negerinya.

The association of Indian Ocean rim countries (IORA) ini dibentuk pada 6-7 Maret 1997 di

Mauritius. IORA Secretariat terletak di Port Louis, Mauritius, tujuan IORA adalah peningkatan kerja sama ekonomi dan kelautan (Rezasyah, 2017). Saat ini, IORA terdiri dari 21 negara anggota dan tujuh mitra dialog di bawah sayapnya. Samudra Hindia sendiri saat ini adalah samudera terbesar ketiga dan melayani transportasi dan perdagangan internasional dengan dua pertiga dari pengiriman minyak dunia, sepertiga dari lalu lintas kargo curah di dunia dan setengah dari kapal kontainer dunia yang melakukan perjalanan melalui wilayah tersebut (Rezasyah, 2017).

IORA merupakan forum kerja sama antarnegara terbesar di Samudera Hindia yang berdiri pada tahun 1997 (“IORA Masa Depan Ekonomi Dunia,” n.d.). IORA beranggotakan 21 negara dan beberapa anggota diantaranya juga merupakan anggota ASEAN. Sehingga keputusan yang dilakukan oleh Indonesia di IORA merupakan dari pengembangan kepentingan nasional dan regional ASEAN, yang mana tujuan utama dari pembentukan ASEAN sendiri adalah untuk menciptakan kesetabilan kawasan dan pengembangan ekonomi yang lebih maju. Dengan keterlibatan negara-negara ASEAN di IORA, maka perluasan dari penciptaan kesetabilan kawasan dan kemajuan ekonomi bersama akan semakin besar. Dengan semakin besarnya peluang-peluang tersebut, sudah semestinya Indonesia mengambil porsi besar dalam pengembangan IORA karena sejalan dengan tujuan nasional dan ASEAN itu sendiri.

Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa Indonesia harus tetap mempertahankan ASEAN sebagai the cornerstone of Indonesia foreign policy agar dapat mempertahankan kesetabilan kawasan dan ekonomi yang telah dicapai saat ini. Namun disamping itu semua, Indonesia tetap perlu untuk melampaui (go beyond) terutama untuk mencapai tujuan tujuan bersama yaitu kesetabilan kawasan dan kemajuan ekonomi bersama tanpa harus meninggalkan ASEAN. Maksud dari tanpa harus meninggalkan ASEAN adalah dengan mempertahankan “nilai-nilai” utama dari tujuan di ciptakannya ASEAN dan dengan maksud memperluas tujuan dan nilai-nilai tersebut kesekitar ASEAN yang berpotensi besar untuk menjadi forum kerjasama dunia yang menguntungkan.

Daftar Pustaka

Almuttaqi, A. I. (2017). Asean still the cornerstone of Indonesia’s foreign policy. Retrieved May 18, 2019, from http://www.nationmultimedia.com/news/opinion/30309501

(5)

Ananta, Y. (2019). “Genjot Investasi Asing, PDB RI Bisa Tumbuh di Atas 5%.” Retrieved May 18, 2019, from https://www.cnbcindonesia.com/market/20190418105245-17-67505/genjot-investasi-asing-pdb-ri-bisa-tumbuh-di-atas-5

ASEAN Statistical Highlights 2018. (2018). Retrieved from

https://www.aseanstats.org/wp-content/uploads/2018/10/ASEAN-Statistical-Highlights-2018.pdf

IORA Masa Depan Ekonomi Dunia. (n.d.). Retrieved May 24, 2019, from https://kominfo.go.id/content/detail/9424/iora-masa-depan-ekonomi-dunia/0/artikel_gpr

Overview – ASEAN. (n.d.). Retrieved May 18, 2019, from https://asean.org/asean/about-asean/overview/

Rezasyah, T. (2017). INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA) AS STRATEGIC FACTOR

IN SHAPING INDONESIA’S IMAGINED COMMUNITY AS AN ARCHIPELAGIC COUNTRY

(Vol. I). Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/265380-indian-ocean-rim-association-iora-as-str-72653d12.pdf

Wahyudi, E. (n.d.). Indonesia Jadi Ketua IORA Periode 2015-2017. Retrieved May 24, 2019, from https://www.cnnindonesia.com/internasional/20150611151340-106-59393/indonesia-jadi-ketua-iora-periode-2015-2017

Daftar Gambar

Gambar 1. ASEAN Net FDI Inflow (ASEAN Statistical Highlights 2018, 2018) Gambar 2. ASEAN Trade in Goods (ASEAN Statistical Highlights 2018, 2018)

[1] Lihat gambar 2.

Gambar

Gambar 2. ASEAN Trade in Goods

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis spasial terhadap Peta Isoterm Pukul 19.00 – 20.00 WIB di Kompleks Universitas Gadjah Mada (Gambar 4.7) menunjukkan bahwa pulau bahang (heat island)

Sebuah resource vaded with rejection merasa tidak dapat dicintai, atau tidak cukup baik. Hal ini dapat mencegah agar klien tidak terlibat, dan dapat menyebabkan klien

misalnya ke sisi kanan atau sisi atas atau sisi kiri dari desktop yang masih kosong sehingga akan membentuk taskbar baru yang berisi kumpulan shortcut .Yang perlu diingat

Jotta liiketoimintasiirto olisi veroneutraali, se tulee tehdä kansallisissa tilanteissa EVL 52 d §:n ja kansainvälisissä tilanteissa EVL 52 e §:n sääntelyn mukaisesti. EVL

Kota yang memiliki kekentalan sejarah yang bernilai dan memiliki pusaka alam, budaya baik ragawi dan tak-ragawi yang terajur secara utuh sebagai aset pusaka. Penjelasan: Kota

Wilayah merupakan unsur kedua, karena dengan adanya wilayah yang didiami oleh manusia, maka negara akan terbentuk. Jika wilayah tersebut tidak ditempati secara

Tahun 2003 menjadi awal titik balik dari perkembangan BMT Ki Ageng Pandanaran, dibawah pengurus baru ini BMT dapat berkembang dengan baik, karena pengurus dan anggota koperasi

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sudah dilakukan penelitian ilmiah mengenai tanaman kitolod diantaranya yaitu, tanaman kitolod memiliki