• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS. informasi tersebut diantaranya menurut Estabrook dalam Yusup (2010: 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORITIS. informasi tersebut diantaranya menurut Estabrook dalam Yusup (2010: 1)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pencarian Informasi 1. Pengertian Informasi

Informasi memiliki berbagai macam-macam arti dan makna seperti yang terdapat dalam berbagai literatur. Berbagai perbedaan pengertian informasi tersebut diantaranya menurut Estabrook dalam Yusup (2010: 1) menyatakan bahwa informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat. Sementara itu Menurut Lasa Hs (2009: 116) bahwa informasi adalah suatu berita, peristiwa, data, maupun Literatur.

Menurut Jogiyanto (2005:36) Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya. Sementara menurut Sutabri (2005:42) Informasi adalah data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu dan keputusan mendatang.

Sedangkan menurut Suwarno (2010:43) Informasi merupakan konten dari berbagai format, misalnya informasi yang tertulis atau tercetak, tersimpan dalam database, atau terkumpul dalam suatu internet.

Menurut Sutarman (2009:14) Informasi adalah sekumpulan fakta (data) yang diorganisasikan dengan cara tertentu sehingga mereka mempunyai arti bagi si penerima.

(2)

Sedangkan menurut Suwarno (2010:15) informasi adalah suatu kajian mengenai pencetus, pemakai, penggunaan, karakteristik, dan distribusi rekaman grafis. Menurut Saleh (1996:35) Informasi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pengambilan keputusan atau penarikan kesimpulan, informasi tersebut bisa terdapat dalam buku, majalah, laporan, prosiding dan lain-lain.

Sedangkan menurut. J. Bluementhal dalam bukunya Management Information System: A Framework For Planning and Development (1969) mengatakan bahwa “Informasi adalah data terekam, terklasifikasi, terorganisir, dihubungkan dan ditafsirkan dalam konteksnya untuk menyampaikan makna”, dalam Laksmi (2007: 3-4).

Informasi adalah keseluruhan dari pengetahuan, ide, fakta, dan imajinatif dari pikiran yang dikomunikasikan secara formal dalam berbagai bentuk, Chi Chi dan Peter Hernon dalam laloo (2002:2). Sementara itu Saleh dan Sujana (2009:89) mengatakan bahwa informasi merupakan sesuatu yang sangat menentukan dalam pengambilan keputusan atau kesimpulan.

Menurut McFadden, dkk dalam Kadir (2003:31) informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut. Sementara menurut Case (2002) informasi merupakan apapun yang muncul signifikan untuk manusia, baik yang berasal dari lingkungan eksternal atau (psikologis) dunia internal.

(3)

Menurut Wilson (1995) “Information is regarded as a `thing` or `stuff` because traditionally, it has been embodied in artefacts such as books, journals, newspaper, etc. informasi dianggap sebagai hal atau barang karena, secara tradisional, telah diwujudkan dalam artefak seperti buku, jurnal, Koran, dll. Kemudian Yusup (2010) menjelaskan informasi intinya adalah sebuah rekaman kejadian sedangkan kejadian adalah peristiwa yang terjadi pada suatu tempat, tepatnya adalah pertemuan antara ruang dan waktu.

Sedangkan Menurut Leunberger (2006) informasi memiliki lima dasar yang penting untuk diketahui yang dikenal dengan istilah The Five E’s yaitu:

1. Entropy, the foundation of information maksudnya informasi mencakup studi tentang informasi klasifikasi dan teori komunikasi, dasar pada bit, bandwith, dan kode yang mendasari teknologi modern.

2. Economics, Strategies for value. Maksudnya informasi berbeda dengan komoditas lain, seperti apel atau mobil, karena biasanya tidak dikonsumsi atau usang bila digunakan dan sering mudah diduplikasi informasi memiliki implikasi yang mendalam untuk bagaimana informasi yang dihasilkan, harga, dan distribusi

3. Encryption, security trough mathematics. Maksudnya banyak informasi dan komunikasi modern bergantung pada transmisi yang disediakan untuk kemajuan seperti tanda tangan digital dan digital cash.

(4)

4. Extraction, information is data. Pada dasarnya informasi adalah sebuah data dan informasi terlahir dari adanya data.

5. Emission, the mastery of frequency. Pada dasarnya sebagian besar informasi yang kita dapatkan sekarang merupakan kegiatan meneruskan elektromagnetik melalui radio, TV, telepon, telepon genggam atau jaringan komputer.

Dari berbagai definisi diatas informasi tetaplah sebuah kebutuhan mutlak manusia yang suatu saat dapat menjawab ketidaktahuan manusia akan suatu hal dan pada dasarnya informasi itu mudah diperoleh dimana saja, kapan saja dan siapa saja.

Jadi dapat disimpulkan informasi adalah suatu peristiwa atau kejadian yang berupa fakta, data dan pengetahuan yang telah dikomunikasikan dan dapat dimanfaatkan oleh orang yang menerimanya dan bernilai guna bagi orang yang membutuhkannya.

2. Sumber informasi

Sumber informasi dapat diperoleh dalam dokumen dan non-dokumen. Sumber informasi yang berupa dokumen dapat berbentu buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian. Sedangkan sumber informasi non dokumen adalah manusia. Yakni Teman, pustakawan, pakar atau sepesialis informasi seperti yang dinyatakan oleh Setiarso (1997:5-6) bahwa sumber informasi juga terdapat pada:

a. Manusia: manusia sebagai sumber informasi dapat kita hubungi baik secara lisan maupun tulisan. Yang lazim digunakan untuk kontak

(5)

langsung dengan sumber ini ialah pertemuan dalam bentuk ceramah, panel diskusi, konferensi, lokalkarya, seminar dan lain-lain.

b. Organisasi: Badan atau lembaga penelitian baik milik pemerintah maupun suwasta yang bergerak dalam bidang sejenis merupakan sumber informasi penting termasuk industry dan himpunan profesi. Mereka memiliki kemampuan karena mempunyai fasilitas berupa tenaga peneliti, peralatan atau laboraturium, perpustakaan dan jasa informasi yang tersedia.

c. Literatur: Literatur atau publikasi dalam bentuk terbaca maupun mikro merupakan sumber informasi atau publikasi dalam bentuk terbaca maupaun mikro merupakan sumber informasi yang cukup majemuk. Literatur dapat dikelompokan menjadi:

1. Literatur primer: bentuk dokumen yang memuat karangan yang lengkap dan asli. Jenisnya berupa makalah, koleksi karya ilmiah, buku pedoman, buku teks, publikasi resmi, berkala, dan lain-lain.

2. Literatur sekunder: disebut juga sebagai sarana dalam penemuan abstrak, tinjauan literatur, catalog induk, dan lain-lain.

Sumber informasi merupakan sarana penyimpanan informasi. Sumber informasi yang beraneka ragam bentuk ataupun wadahnya, perlu diatur atau ditata dengan baik agar mudah dan cepat ditemukan sewaktu-waktu dibutuhkan. Informasi yang kita temukan sehari-hari bersumber

(6)

darimana saja dan sumber informasi tersebut adakalanya tidak memiliki tingkat relevansi yang tinggi.

3. Perilaku Informasi

Perilaku informasi secara sederhana dapat diartikan suatu perbuatan yang dilakukan oleh individu. Salah satu yang mendasar suatu perilaku menurut Newcomb, Turner, dan Carter yaitu sikap. Sikap sangat berpengaruh pada perilaku, akan tetapi masih ada faktor lain yaitu peran lingkungan. Newcomb mengatakan:

“sikap-sikap membantu menetapkan situasi. Sikap merupakan keadaan yang mengantarai, sedangkan keadaan sendiri ditentukan oleh keseluruhan situasi masa lampau yang pernah dijalani oleh individu. Newcomb, 1985:112 dalam Yusup (2010:64).

Perilaku informasi merupakan keseluruhan pola laku manusia terkait dengan keterlibatan informasi. Sepanjang laku manusia memerlukan, memikirkan, memperlakukan, mencari, dan memanfaatkan informasi dari beragam saluran, sumber, dan media penyimpan informasi lain, itu juga termasuk ke dalam pengertian perilaku informasi lain. Putu laxman pendit (2003), yang mengulas dan mengembangkan pandangan TD Wilson (2000), dalam Yusup (2010:100-101), menyusun beberapa batasan tentang perilaku informasi dan aspek-aspek aksesorinya. Beberapa batasan di maksud sebagai berikut:

a. Perilaku informasi (informasi behavior) yang merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi,

(7)

termasuk perilaku pencarian dan pengguna informasi baik secara aktif maupun secara pasif, menonton acara televisi dapat dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunikasi antar muka.

b. Perilaku penemuan informasi (informasi seeking behavior) merupakan upaya menemukan dengan tujuan tertentu sehingga akibat dari adanya menemukan dengan tujuan tertentu sehingga akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini seseorang bisa saja berinteraksi dengan system upaya ini, seseorang bisa saja berinteraksi dengan system informasi hastawi (misalnya surat kabar, majalah, perpustakaan ) atau yang berbasis computer (misalnya , www).

c. Perilaku pencarian informasi (informasi searching behavior) merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang ditunjukkan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku ini terdiri atas berbagai bentuk interaksi dengan sistem, Baik di tingkat interaksi dengan komputer (misalnya, penggunaan mouse atau tindakan mengklik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental (misalnya, penggunaan strategi boolen, atau keputusan memilih buku yang paling relevan di antara deretan buku di perpustakaan).

d. Perilaku penggunaan informasi (information user behavior), yakni terdiri atas tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan seseorang ketika seseorang ketika seseorang menggabungkan informasi yang temukannya dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki sebelumnya.

(8)

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa perilaku

informasi merupakan tindakan-tindakan dan upaya seseorang

yang berhubungan dengan informasi yang diinginkan, sepanjang seseorang membutuhkan dan mencari informasi, maka akan menunjukkan

perilakunya dalam memperoleh informasi yang diinginkan.

B. Kebutuhan Informasi

Sebelum membahas perilaku pencarian informasi, kebutuhan informasi merupakan komponen utama yang tidak boleh ditinggalkan pada keseluruhan teori-teori perilaku pencarian informasi (information searching behavior), sederhananya kebutuhan informasi tercipta karena adanya tuntutan dari dalam diri untuk memenuhi rasa keingintahuan seseorang selanjutnya. Seseorang akan selalu memperharui informasi selama ia selalu beraktifitas dan berinteraksi sosial, karena kebutuhan informasi seseorang akan selalu ada selama ia hidup maka otomatis dapat disimpulkan inilah yang dimaksud dengan perilaku informasi (information behavior) dan hasil akhir dari sebuah perilaku yang dilakukan terus menerus tadi maka terciptalah pola perilaku pencarian informasi.

Itulah pentingnya memahami kebutuhan informasi terlebih dahulu sehingga tahapan selanjutnya dalam perilaku informasi akan sejalan ketika seseorang semakin mendekati tujuannya berdasarkan kebutuhan yang dibutuhkan.

(9)

Menurut yusup (2010) kebutuhan terjadi ketika terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara yang seharusnya dengan kondisi yang ada sekarang. Pada dasarnya bukan hanya informasi yang dibutuhkan seseorang sebagaimana pendapat Krech, Crutchfield, dan Ballachey dalam Yusup (2010:81) manusia mempunyai beberapa kebutuhan yaitu: kebutuhan fisiologis, misalnya haus dan lapar, kebutuhan akan rasa aman, misalnya rasa aman dari gangguan dan acaman, kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki, kebutuhan akan rasa harga diri, seperti rasa prestise, keberhasilan serta respek pribadi, kebutuhan akan rasa aktualisasi diri, seperti hasrat untuk berdiri sendiri.

Dikaitkan dengan lingkungan yang mendorong timbulnya kebutuhan tadi, khususnya yang berkaitan dengan sesorang yang dihadapkan dengan berbagai media penampung informasi (sumber-sumber informasi), maka ada banyak kebutuhan yang dapat dikemukakan, seperti yang di usulkan oleh Kazt, Gurevitch, dan Hass dalam Yusup (2010:82 - 83) sebagai berikut:

1. Kebutuhan kognitif. Ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan lingkungannya.

2. Kebutuhanafektif. Kebtuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai media baik dalam bentuk cetakan maupun dalam bentuk rekaman elektronik juga sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. Misalnya, orang membeli radio, televisi,

(10)

menonton film, dan membaca buku-buku bacaan ringan. Tiada lain mereka bertujuan untuk mencari hiburan.

3. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs). Ini sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.

4. Kebutuhan integrasi sosial (sisial integrative needs). Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan-kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain.

5. Kebutuhan berkhayal (escapist needs). Ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan.

Menurut Sulistyo Basuki (2004:393) “Kebutuhan informasi adalah informasi yang diinginkan seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohanian, pendidikan dan lain-lain”. Menurut Belkin dalam Suwanto (1997) dinyatakan bahwa kebutuhan informasi terjadi karena keadaan tidak menentu yang timbul akibat terjadinya kesenjangan atau (gap) dalam diri manusia antara pengetahuan yang dimiliki dengan dibutuhkannya. ‘Kesenjangan yang dipakai dalam definisi tersebut tampaknya selaras dengan kata ‘Ketidakpastian’ dalam definisi kebutuhan informasi yang lain.

(11)

Menurut Krikelas dalam Purnomowati (2008) mendefinisikan kebutuhan informasi sebagai pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk mencari informasi. Kondisi ketidakpastian inilah yang disebut sebagai “anomalos state of knowlwgde” kondisi dimana seseorang merasa bahwa tingkat pengetahuannya tidak cukup untuk menghadapi situasi tertentu pada saat itu.

Kebutuhan informasi adalah segala sesuatu yang sangat diperlukan oleh manusia untuk menjawab kebutuhannya yang diinginkan. Menurut line (1974) yang dikutip oleh kamarudin (2001:15), kebutuhan informasi sebagai informasi yang seharusnya dimiliki untuk pekerjaan, riset, pendidikannnya dan sebagainya, sehingga informasi merupakan bagian dari kebutuhan manusia, tidak ada seorangpun yang tidak membutuhkan informasi apapun jenis pekerjaannya baik itu pelajar, mahasiswa, guru, dosen, dokter, ahli hukum, petani dan nelayan, semua memerlukan informasi guna mendukung pekerjaannya sehari-hari.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi merupakan kebutuhan yang timbul karena adanya kekosongan informasi serta pengetahuan yang terjadi pada situasi dan masalah tertentu sehingga memunculkan ketidakpastian dan mendorong sesorang melakukan pencarian informasi melalui berbagai sumber informasi untuk mencapai tujuan tertentu.

(12)

C. Model perilaku pencarian informasi

Berbagai teori yang dikemukan oleh para ahli dalam memberikan pemahaman perilaku pencarian informasi (information seeking behavior, salah satunya adalah T.D Wilson yang terkenal dengan serangkaian model yang dikeluarkan pada tahun 1981 yang kemudian banyak dikutip oleh peneliti bidang informasi.

Menurut Wilson dalam Pendit (2003:29) Perilaku pencarian informasi (information searching behavior) merupakan upaya menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang bisa saja berinteraksi dengan sistem informasi (surat kabar, sebuah perpustakaan) atau berbasis-komputer (misalnya, WWW).

Menurut TD Wilson (2000), dalam Yusup (2010: 101) Perilaku pencarian informasi (informasi searching behavior) merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang ditunjukkan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku ini terdiri atas berbagai bentuk interaksi dengan sistem, Baik di tingkat interaksi dengan computer (misalnya, penggunaan strategi boolen, atau keputusan memilih buku yang paling relevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan).

Perilaku pencarian informasi seseorang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, status social, tekanan dari rekan sepekerjaan dan kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan, terutama untuk menambah wawasan kognisi seseorang Yusup (2010 : 333).

(13)

Menurut Yusup (2010) Perilaku pencarian informasi adalah suatu kegiatan atau aktivitas dari individu dalam mencari informasi yang dibutuhkan atau yang diinginkan dengan suatu tujuan tertentu. Sementara itu menurut Spink (2010) perilaku pencarian informasi merupakan proses interaksi seseorang dengan sumber informasi serta penilaian mereka terhadap hasil yang mereka dapatkan selama pencarian informasi dari waktu ke waktu apakah hasil yang mereka dapatkan bisa menjawab kebutuhan informasi mereka.

Perilaku pencarian informasi merupakan cara-cara yang dilakukan seseorang dalam usaha memenuhi kebutuhan informasinya. Perilaku pencarian informasi ditandai dengan terjadinya interaksi antara sipencari informasi dengan unit informasi atau penyedia informasi.Perilaku pencarian informasi dipengaruhi oleh latar belakang pekerjaan yang sedang ditekuni serta kondisi lingkungan dan kebutuhan.

Kebutuhan dapat dipengaruhi oleh macam-macam faktor. Wesig dalam pendit(1993: 5) men yatakan bahwa segala tindakan manusia didasarkan pada sebuah gambaran tentang lingkungan, pengetahuan, situasi dan tujuan yang ada pada diri manusia

Pendapat wersig tersebut sesuai dengan pendapat Belkin, yaitu kebutuhan dan perilaku pencarian informasi dapat dipengaruhi oleh macam-macam sebab, antara lain latar belakang sosial, budaya, pendidikan, tujuan yang ada dalam diri manusia tersebut serta lingkungan sosialnya. Sesorang mencari informasi jelas atas dasar kebutuhan.orang

(14)

tidak akan mencari informasi kalau tidak akan mencari informasi kalau tidak untuk dimanfaatkan.

Adapun beberapa model dalam perilaku pencarian informasi yaitu: Pertama model yang dijelaskan oleh David Ellis dalam penelitiannya yang berjudul Behavior models of seeking strategies tahun 1987. David Ellis menjelaskan 6 tahapan dalam pencarian informasi, Meho & Tibbo(2003) yaitu:

1. Starting

Merupakan kegiatan-kegiatan karakteristik awal dalam mencari informasi seperti mengidentifikasi referensi yang bisa berfungsi sebagai titik awal dari siklus penelitian. Referensi ini termasuk sumber-sumber yang telah digunakan sebelumnya serta sumber yang diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan.Meminta rekan atau konsultasi ulasan sastra, katalog online, dan indeks dan abstrak sering melakukan kegiatan starting.

2. Chaining

Merupakan rantai kutipan atau bentuk lain ofreferential hubungan antara bahan atausumber yang diidentifikasi selama kegiatan starting. Chaining bisa mundur atau maju. Backward chaining terjadi ketika referensi awal diikuti. Di arah sebaliknya, fordward chaining mengidentifikasi, dan menindaklanjuti, sumber lain yang merujuk pada sumber aslinya.

(15)

Merupakan pencarian informasi dibidang minat potensial. Ini tidak hanya mencakup scanning jurnal yang diterbitkan dan daftar isi, tetapi juga dari referensi dan abstrak cetakan dari pencarian literatur retrospektif.

4. Differentiating

Merupakan tahapan dimana seeker menggunakan perbedaan yang diketahui ( misalnya, penulis dan jurnal hirarki atau sifat dan kualitas informasi) antara sumber sebagai cara menyaring jumlah informasi yang diperoleh.

5. Monitoring

Merupakan tahap penjagaan yang mengikuti perkembangan di daerah secara teratur mengikuti sumber tertentu (misalnya, jurnal inti, Koran, konferensi, majalah, buku,dan katalog).

6. Extracting

Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan memilih sumber tertentu atau sumber yang diidentifikasi sesuai materi yang relevan dari sumber - sumber (misalnya, set jurnal, seri monograf, koleksi indeks, abstrak, atau bibliografi, dan database komputer).

Kedua, model yang dikeluarkan oleh Carol Khultau dalam penelitiannya yang berjudul Develope a model of information seeking she dubbed the information search proses tahun 2003. Pada tulisannya Khultau menjelaskan ada 6 tahapan dalam perilaku pencarian informasi Yusup(2010) yaitu:

(16)

1. Inisiation, tahap ini merupakan suatu proses pencarian awal dalam pencarian informasi berhubungan dengan alasan seseorang membutuhkan informasi dan melatar belakangi mencari informasi tersebut.

2. Selection, adalah tahap pemilihan atau reorganize informasi sesuai dengan kebutuhan informasinya.

3. Exploration, pada tahap ini informasi yang telah diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan diidentifikasi agar mendekati subjek kebutuhan yang dicari.

4. Formulation, tahap formulation ini merupakan tahap dimana seeker memfokuskan pada satu objek informasi tertentu.

5. Collection, ini adalah tahap dimana semua informasi yang dicari dikumpulkan.

6. Presentation, merupakan tahapan terakhir dalam pencarian informasi. Informasi yang telah terkumpul kemudian dapat diterapkan dan dipergunakan oleh seeker.

(17)

Ketiga, model yang diperkenalkan oleh Wilson (1995) yang dikenal dengan A Model Of Information Behavior.

Context of information needs Barries

en

wnmnmm

Gambar. 1 A Model Of Information Behavior Wilson (1995)

T.D Wilson menggambarkan bahwa dalam sebuah proses pencarian informasi tetap dijelaskan komponen utamanya adalah harus adanya kebutuhan informasi (Information Needs), sehingga dengan adanya kebutuhan, seeker akan berupaya menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut setelah itu barulah terbentuk kegiatan menemukan informasi yang dikenal dengan istilah Information seeking behavior.

Menurut Spink (2010) perilaku penemuan informasi (information seeking behavior) “adalah salah satu sub proses dalam perilaku informasi

Environmental Work Environmental Socio-Cultural environment Politic-economicenvironment Pyisical environment Personal, Interpersonal, Environmental Phisiological needs Affective needs Cognitive needs Inf. Seeking Behavior

(18)

yang mencakup tujuan pencarian informasi, penggunaan informasi. Perilaku penemuan informasi merupakan upaya menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.

Namun dalam tahapan ini T.D Wilson menegaskan bahwa Barries sebagai batu sandung seeker dalam pencarian informasi, Barries diartikan sebagai hambatan dalam pencarian informasi mencakup tiga hambatan yang berasal dari Personal, Interpersonal, Environmental.

D. Hambatan Dalam Pencarian Informasi

Dalam sebuah kegiatan atau proses menuju tujuan tertentu, seseorang akan selalu dihadapkan dengan hambatan atau kendala. Demikian pula dengan seeker dalam proses pencarian informasinya. T.D Wilson mengartikan hambatan atau kendala sebagai barries, menurut Wilson (1995) ada tiga hambatan dalam pencarian informasinya:

1. Personal

Hambatan ini berasal dari individu atau perseorangan seperti contoh kurangnya motivasi individu terhadap berperilaku. Sebab dalam memenuhi kebutuhan informasi tanpa adanya keinginan untuk menemukan informasi kegiatan pencarian tersebut tidak akan terlaksana dan tidak akan ada pola perilaku seseorang. Selain itu contoh lainnya adalah pengaruh emosional seseorang seperti suasana hati dan kejenuhan mencari informasi.

(19)

2. Interpersonal

Hambatan interpersonal dalam perilaku pencarian informasi terjadi karena adanya kesenjangan atau miss komunikasi antara komunikan dan komunikator. Dalam mengarahkan dalam pencarian informasi seperti peran pustakawan yang membatu usernya dalam mencari informasi di perpustakaan.

3. Environmental

Hambatan yang berasal dari lingkungan berupaya kurangnya motivasi keluarga dalam perilaku seseorang dalam menemukan informasi, contoh lainnya adalah pengaruh geografis seperti contoh jauhnya jarak seseorang dalam mencari informasi. Hal tersebut juga menjadi pertimbangan seseorang dalam mencari informasi.Informasi yang pada dasarnya mudah didapat, siapa saja, kapan saja dan dimana saja terkendala oleh pengaruh geografis. Seseorang harus mengeluarkan tenaga dan biaya yang memberatkan mereka dalam pencarian informasi. E. Model Operasional Penelitian

Dari beberapa model yang diungkapkan di atas, dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan gabungan dari dua model yaitu model pencarian informasi T.D Wilson 1981 dalam Wilson (1981) dan model pencarian informasi David Ellis 1997 dalam Case (2002) yang sudah di revisi ulang oleh T.D Wilson yang disebut A Stage Proces Version Of Ellis`s Behavior Framework.

(20)

Alasan peneliti memilih menggunakan kedua model ini adalah karena, model T.D Wilson pada tahun 1981 mengkaji hambatan dalam pencarian informasi, hal ini akan mempermudah peneliti sebab akan dapat menjawab pembahasan kedua dalam batasan masalah penelitian peneliti.

Sedangkan model David Ellis pada tahun 1997 mengkaji karakteristik seeker dalam mencari informasi dalam hal ini tentunya siswa kelas XII SMA Negeri 1 Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan dalam upaya mereka Memilih Perguruan Tinggi, berdasarkan model David Ellis tersebut nantinya juga akan terbentuk perilaku siswa dalam mencari informasi tentang perguruan tinggi.

Adapun gambar penggabungan model T.D Wilson dan David Ellis adalah sebagai berikut:

Personal, individual barriers Interpersonalbarriers

Interpersonalar Environmental barriers

(ellis)

Environment

Work Environment Socio Cultural Environment Politico-economic Environment

Physycal Environment Social Role

Person Physiological Needs Affective Needs Cognitive Needs Information-seeking behavior Starting Chaining Browsing Differentiating Monitoring Extracting Verifying Ending

(21)

Gambar. 2 Model Operasional Penelitian

F. Sekolah Menengah Atas

Menurut Zain (2001:1) Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, oleh sebab itu pendidikan menjadi hal yang sangat penting. Pendidikan menjadi penting karena dengan pendidikan dapat dihasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki nilai saing yang tinggi. Pentingnya pendidikan membuat banyak orang berlomba-lomba untuk dapat memperoleh pendidikan yang lebih baik. Hal ini menyebabkan meningkatnya siswa SMA yang memilih untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi setelah lulus dari SMA.

Dalam undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan formal dalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pada pasal 18 ayat 1 sampai 4 berbunyi :

1. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

2. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.

3. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

(22)

4. Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pendidikan menengah atas dalam hal ini sekolah menengah atas (SMA) merupakan salah satu jalur pendidikan menengah umum yang dilalui peserta didik. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (MENDIKNAS,2014). Pada proses pembelajaran peserta didik dibantu oleh tenaga pendidik. Pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan (MENDIKNAS, 2014).

Referensi

Dokumen terkait

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan untuk mengukur validitas

Use Case Diagram atau diagram use case merupakan pemodelan untuk kelakuan (behavior) sistem informasi yang akan dibuat. Use Case mendeksripsikan sebuah interaksi

Menurut Schwalbe (2010, p53), proyek teknologi informasi tidak seperti proyek di industri lainnya, karena proyek teknologi informasi dapat menjadi sangat berbeda,

Dari uraian-uraian di atas dapat diketahui bahwa perilaku informasi yang dikemukakan oleh Niedzwiedzka (2003) adalah seluruh perilaku manusia yang berkaitan dengan sumber

Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003), “auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur

Pengguna data warehouse dapat menggunakan arsitektur data warehouse dengan staging area dan data mart, untuk mendapatkan informasi tentang bagian atau aspek tertentu pada sebuah

SDLC adalah kerangka kerja (framework) yang terstruktur yang berisi proses- proses sekuensial di mana sistem informasi dikembangkan (Tuban, 2003).. Ada beberapa model

Sedangkan menurut Sutanta (2003:25) Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam