• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM MIKOLOGI PADA SAMPEL BAHAN PAKAN, LITTER DAN ORGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM MIKOLOGI PADA SAMPEL BAHAN PAKAN, LITTER DAN ORGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

MIKOLOGI PADA SAMPEL BAHAN PAKAN,

LITTER DAN ORGAN

(The Evaluation of Micology Laboratory Examination on Samples of

Feedstuff, Litter and Organs)

DJAENUDIN G.,R.Z.AHMAD danISTIANA

Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114 ABSTRACT

From 5 years period since 1997 up to 2001, the Mycology Laboratory at Balitvet had examined 443 samples which consisted of 59 specimens from animals, chicken and some birds, 85 samples of feedstuffs and their compositions, 29 samples of eggshell from ducks, 80 samples of feces, 89 fluff samples, 31 samples of litter and 70 samples from other sources. The results of the examination showed that 309 samples (69.75%) were positive and 134 samples (30.25%) were fungal negative. They consisted of Aspergillus sp. (57.52%), yeast (14.22%), Mucor sp. (8.01%) and other molds (0–2%). Among Aspergillus sp., the percentage was A. flavus (45.45%), A. fumigatus (22.72%), A. niger (14.48%) and the other aspergillus (0–4%). The yeast identified consisted of C. tropicalis, C. albicans, C. parapsillosis, Torulopsis sp., Trichosporon sp. and

Rhodotorula sp.

Key words: Identification, fungus, mold, yeast

ABSTRAK

Dalam 5 tahun terakhir sejak tahun 1997 hingga tahun 2001, Laboratorium Mikologi Balitvet telah memeriksa sejumlah 443 sampel yang terdiri dari 59 spesimen hewan/unggas dan 85 sampel pakan dan bahannya, 29 sampel kerabang telur, 80 sampel feses, 89 sampel bulu ayam (Fluff), 31 sampel litter dan 70 sampel lainnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa 309 sampel (69,75%) positif mengandung cendawan dan 134 sampel (30,25%) negatif cendawan. Jenis cendawan yang ditemukan dari semua sampel yang positif terdiri dari: Aspergillus sp.(57,52%), ragi/khamir (14,22%) dan Mucor sp. (8,01%), dan cendawan lainnya (0-2%). Jenis Aspergillus sp. yang paling sering ditemukan adalah A. flavus (45,45%), A. fumigatus (22,72%),

A. niger (14,48%) dan aspergilluslainnya (0-4%). Jenis ragi yang diidentifikasi terdiri dari C. tropicalis, C. albicans, C. parapsillosis, Torulopsis sp., Trichosporon sp. dan Rhodotorula sp.

Kata kunci: Identifikasi, jamur, kapang, ragi

PENDAHULUAN

Di bidang biologi atau kedokteran, cendawan dibagi menjadi 2 golongan yaitu kapang dan ragi atau khamir. Menurut sifatnya ada yang safrofit, toksik, patogen dan alergen. Cendawan patogen yang menyerang manusia, hewan dan tanaman. Penyakit yang ditimbulkannya disebut mikosis. (AL-DOORY, 1980).

Indonesia sebagai negara tropis iklimnya cocok untuk pertumbuhan cendawan, sehingga

tumbuh kosmopolitan (HASTIONO, 1978 dan HASTIONO, 1986).

Tumbuhnya cendawan pada bahan-bahan atau benda mati dinamakan kontaminasi, umumnya yang berperan adalah cendawan safrofit. Jenis kontaminan tidak kalah pentingnya karena sebagian besar diantaranya menghasilkan zat-zat metabolit yang beracun (toksis) yaitu zat toksin, yaitu disebut mikotoksin. Akibat keracunan mikotoksin disebut mikotoksitosis. Jenis cendawan toksigenik (penghasil toksin) umumnya dari golongan kapang. Pakan atau bahanya dan

(2)

makanan yang langsung dikonsumsi oleh manusia tidak luput terkontaminasi oleh cendawan toksigenik. Akibatnya, pakan atau bahan-bahannya mengalami kerusakan dan akan berefek buruk bagi kesehatan manusia atau hewan. Sebagai contoh adalah aflatoksin yang dihasilkan oleh kapang Aspergillus flavus dan A. parasiticus (RAPER dan FENNEL, 1973).

Dalam dunia kedokteran hewan (veteriner), cendawan patogen dan toksigenik dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Pada peternakan ayam (unggas), penyakit aspergillosis atau kandidiasis merupakan penyakit yang umum ditemukan dan juga aflatoksikosis sering terjadi baik pada ayam atau itik. Hewan lain terutama kuda, sapi, kerbau, domba, kambing atau anjing dan kucing sering terkena penyakit cendawan kulit (dermatomikosis atau dermatofitosis). Dermatofitosis dikenal dengan istilah “ringworm”. Penyakit kulit lainnya adalah dermatofilosis yang disebabkan oleh Dermatophilus congolensis. Pada sapi perah kejadian mastitis juga umum disebabkan oleh jenis cendawan, dalam hal ini yang terutama berperanan adalah jenis ragi (khamir), seperti Candida sp., Cryptococcus sp., Saccharomyces sp., Nocardia sp., atau Actinomicete (AINSWORTH dan AUSTWICK, 1978).

Dari gambaran tersebut, maka peranan Laboratorium Mikologi, Balitvet amat penting dalam menerima sampel/spesimen dari berbagai pihak untuk menjawab permasalahan di bidang kesehatan hewan khususnya mengenai penyakit atau keracunan oleh cendawan.

MATERIAL DAN METODE Sampel-sampel/spesimen yang diterima di laboratorium diproses dengan cara pemupukan sampel/spesimen pada media agar Saboraud. Teknik pemupukan tergantung pada jenis sampel/spesimen (pakan, bahan pakan, litter, bahan bentuk cair atau organ dari hewan). Cara pengenceran berseri (THOMPSON, 1969)

Teknik ini digunakan untuk pemupukan sampel pakan dan bahannya atau litter seperti sekam, serutan kayu dan sebagainya. Caranya

yaitu: sampel ditimbang seberat 1 g lalu dilarutkan di dalam 10 ml aquades steril dengan pengenceran 10-1.

Dari tabung pengenceran tadi (tabung 1), diambil 1 ml dan dimasukkan ke tabung ke-2 yang berisi 9 ml aquades steril (tabung pengenceran 10-2).

Dari tabung pengenceran ke-2, diambil 1 ml dan dipindahkan ke tabung ke-3 yang berisi 9 ml aquades steril (tabung pengenceran 10-3).

Demikian untuk berikutnya caranya sama, sampai ke tabung pengenceran 10-6.

Dari setiap pengenceran dituangkan sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri kosong steril, lalu media agar Sabouraud (mengandung kloramfenikol 0,05%) yang masih hangat dan cair dituangkan sebanyak 15 ml dan diaduk sampai merata dengan digoyangkan. Setelah dingin dan beku pupukan agar dalam cawan petri diinkubasikan pada suhu 27 dan 37°C.

Pemeriksaan terhadap pertumbuhan koloni jamur dilakuakan pada hari ke-2 atau ke-3 sampai seminggu atau lebih. Lalu dilakukan proses identifikasi.

Cara pemupukan spesimen organ (THOMPSON, 1969)

Spesimen organ diambil secara aseptik dan dipotong-potong sebesar 2−3 mm. Cuci potongan organ sebanyak 6 kali dengan aquades steril dan antibiotik kloramfenikol (0,05%) selama 15 menit untuk sekali pencucian.

Tiap potongan organ ditanamkan ke permukaan media agar Sabouraud dalam cawan petri, ke tiga titik.

Inkubasi dalam inkubator pada suhu 27 dan 37°C. Pemeriksaan pertumbuhan koloni cendawan dilakukan pada hari ke-2 sampai hari ke-7.

Selain dengan penanaman pada media agar Sabouraud, spesimen dapat juga diperiksa secara langsung dengan membuat preparat natif dengan; larutan KOH/NaOH 10% dan 20%. Spesimen terdiri dari: Paru-paru, kantung hawa (air sac), kerokan kulit, rambut, cairan (sputum). Pemeriksaan ditujukan untuk melihat adanya hifa atau miselium dan spora cendawan (AL-DOORY, 1980). Cara lain adalah dengan pembuatan “Slide Culture”, yaitu pemupukan cendawan (kapang) pada bagian sisi potongan

(3)

media agar Sabouraud, ukuran 1 x 1 cm, yang diletakkan pada sebuah gelas objek steril. Lalu ditutup dengan gelas penutup (cover glass) steril. Gelas objek berada di dalam cawan petri steril yang dasarnya ditahan oleh batang gelas. Untuk menjaga kelembaban, maka dasar cawan diberi beberapa tetes air atau kertas saring basah. Inkubasikan pada suhu kamar atau 37oC. Setelah 2-7 hari dilakukan pemeriksaan

dengan mikroskop secara langsung atau dengan pewarnaan Lactophenol Cotton Blue. Cara pemupukan dengan metode ulasan (Strik)

Tekhnik ini digunakan untuk sampel-sampel berupa cairan, seperti susu, produk minuman, bahan cair atau spesimen dari hewan (pus, urine, swab trakhea). Caranya: Kira-kira setengah atau satu ml sampel cair dituangkan ke permukaan medium agar Sabouraud cawan petri. Lalu digoreskan merata dengan spatel atau kawat loop keseluruh permukaan media. Inkubasikan pada suhu 27 dan 370C. Setelah

2-3 hari, pertumbuhan koloni cendawan diperiksa. Koloni cendawan yang tumbuh lalu diidentifikasikan baik secara makroskopik maupun mikroskopik.

Bentuk morfologi cendawan secara mikroskopik, yaitu dengan cara pembuatan sediaan pewarnaan laktofenol cotton blue. Pada jenis ragi/khamir diperlukan pemupukan pada media Corn Meal Agar (CMA) dengan ditutup oleh cover glass steril, lalu diinkubasikan pada suhu kamar selama 3−5 hari, dan diperiksa langsung dibawah mikroskop.

Pemeriksaan Biokemis digunakan terutama untuk jenis ragi/khamir, yaitu dengan uji asimilasi dan fermentasi gula-gula. Pengujian ini menguatkan identifikasi secara morfologi. Untuk golongan aktinomiset, diperlukan uji biokemis lainnya, seperti uji hidrolisis pada media tertentu, uji reduksi senyawa nitrat, reaksi terbentuknya sulfur

Pewarnaan spesifik seperti: pewarnaan gram dan tahan asam diperlukan untuk jenis aktinomiset seperti: Nocardia, Streptomyces dan Dermatophilus. Pemeriksaan histopatologik amat menunjang diagnosis penyakit cendawan (mikosis), seperti aspergillosis, hifomikosis, aktinomikosis, kriptokokosis dan sebagainya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari sejumlah 443 buah sampel yang terdiri dari 37 jenis selama periode 1997 sampai dengan 2001 yang diperiksa di Laboratorium Mikologi, hasilnya menunjukan sebanyak 309 buah sampel (69,75%) menunjukkan positif dan 150 buah sampel (30,25%) menunjukkan negatif terhadap pertumbuhan cendawan.

Sampel berupa spesimen dari hewan/unggas umumnya diperiksa untuk pemeriksaan diagnostik dengan mengisolasi dan mengidentifikasi cendawan patogenik sebagai penyebab mikosis. Pendiagnosaan umumnya ditujukan terhadap penyakit aspergillosis, kandidiasis, dermatomikosis, dermatofitosis (ringworm) dan penyakit mikotik lain.

Penyakit mikotik (mikosis) yang menonjol didunia peternakan selama ini adalah aspergillosis yang penyebab utamanya adalah A. fumigatus (AINSWORTH dan AUSTWICK, 1973). Spesimen yang paling banyak diperiksa berasal dari ternak unggas berupa organ alat pernapasan yaitu paru-paru, trakhea dan selaput kantung hawa (air sac). Diantara sampel organ, paru-paru menduduki urutan yang paling banyak jumlahnya (8,35%), ini sesuai dengan data yang dilaporkan sebelumnya (1992−1996) (AHMAD et al., 1999). Ayam dan jenis unggas lainnya seperti burung banyak yang terkena aspergillosis terutama yang berumur muda, dan pada burung biasanya karena dipelihara di dalam sangkar. Selain itu sampel kerabang dari telur itik, bulu ayam (DOC) dari mesin tetas sekam dan serutan kayu yang digunakan untuk litter pada kandang ayam diperiksa untuk mengetahui adanya aspergillus terutama A. fumigatus. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut berhubungan langsung dengan lingkungan hidup ternak ayam, terutama udara sekelilingnya yang dapat dicemari oleh spora aspergillus dan dapat menginfeksi lewat saluran pernapasan. Sampel lain diperiksa terhadap adanya kontaminasi cendawan baik oleh jenis kapang maupun ragi (khamir). Sampel yang diperiksa sebagian besar adalah pakan ternak atau bahannya, bahan-bahan asal ternak, serta bahan makanan atau minuman yang dikonsumsi manusia (Tabel 1).

(4)

Tabel 1. Jumlah dan jenis sampel yang diperiksa di Laboratorium Mikologi dan hasil temuan adanya cendawan

Jenis sampel Hasil positif Temuan negatif Jumlah Persentase Organ paru Kantung hawa Trakhea Tembolok Peritonium Jantung Hati Daging Kulit Lidah Kerabang Feses

Bulu ayam (DOC) Sarang walet Sekam Serutan kayu Pakan Jagung giling Tepung ikan Dedak

Bungkil kelapa sawit Onggok

Polar

Udara (cool room) Air sumur Air limbah Tanah Produk (cair) Supplemen Molases Jelly Susu krem Jamu ekstrak Tepung Cacing Sosis Pupuk Karton 18 1 - 2 1 - - - 3 1 6 66 71 1 7 19 60 5 4 1 3 3 1 4 4 3 7 5 1 7 0 1 - - - 3 1 19 1 1 3 - 1 4 2 2 - 23 14 18 8 - 5 8 - - - - - - 2 7 1 - 2 0 9 0 - 2 1 1 - - 37 2 1 5 1 1 4 2 5 1 29 80 89 9 7 24 68 5 4 1 3 3 1 6 11 4 7 7 1 16 0 1 2 1 1 3 1 8,35 0,45 0,23 1,12 0,23 0,45 1,12 0,90 1,12 0,23 6,54 18,05 20,09 2,03 1,51 5,41 15,34 1,12 0,90 0,23 0,67 0,67 0,23 1,34 2,48 0,90 1,58 1,58 0,23 4,48 0 0,23 0,45 0,23 0,23 0,67 0,23 Jumlah 309 134 443 100,00

(5)

Hasil temuan jenis cendawan dari pemeriksaan sampel secara kultural dan berdasarkan morfologi, dapat dilihat pada Tabel 2. Tampak bahwa jenis aspergillus mendominasi hasil temuan, yaitu 57,52%, ragi 14,22%, Penicillium sp. 10,62% dan Mucor sp. 8,01%. Jenis cendawan lain ditemukan dalam jumlah kecil. Hal ini membuktikan bahwa memang Indonesia adalah negeri tropis, sehingga suhu dan kelembaban sangat mendukung tumbuh suburnya cendawan.

Tabel 2. Frekuensi temuan cendawan pada sampel* Jenis cendawan Frekuensi

temuan Persentase Aspergillus sp. Ragi (khamir) Penicillium sp. Mucor sp. Paecylomyces sp. Fusarium sp. Rhizopus sp. Cladosporium sp. Mortierella sp. Monillia sp. Trichoderma sp. Miselia sterilata Syncephalastrum sp. Curvularia sp. Chaetomium sp. Scopulariopsis sp. 352 87 65 49 13 10 9 9 3 3 3 3 2 2 1 1 57,52 14,22 10,62 8,01 2,12 1,63 1,47 1,47 0,49 0,49 0,49 0,49 0,33 0,33 0,16 0,16 Pada Tabel 3 terlihat ada 12 spesies aspergillus yang teridentifikasi. Aspergillus flavus mendominasi hasil temuan (45,45%) diikuti oleh A. fumigatus (22,72%) dan A. niger (14,48%). Ketiga jenis aspergillus ini umum ditemukan pada sebagian besar sampel yang diperiksa di laboratorium Mikologi.

A. flavus merupakan kapang toksigenik maupun patogenik. Tetapi yang lebih dikenal adalah peranannya sebagai jenis toksigenik, karena menghasilkan toksin yang disebut aflatoksin. Kejadian penyakit aspergillosis oleh A. flavus cukup jarang. Kejadian aspergillosis umumnya disebabkan oleh A. fumigatus, sehingga jenis ini lebih dikenal sebagai yang patogen. Demikian juga A.niger sama dengan

A. flavus dapat menyebabkan aspergillosis, tetapi kasusnya jarang. Jenis aspergillus lainnya yang dapat digolongkan sebagai yang patogen adalah A. terreus, A. amstelodami dan A. nidulans (AINSWORTH dan AUSTWICK, 1973).

Tabel 3. Frekuensi temuan jenis Aspergillus sp. pada sampel *

Spesies aspergillus Frekuensi

temuan Persentase A. flavus A. fumigatus A. niger A. candidus A. glaucus A. terreus A. amstelodami A. tamari A. ochraceousi A. wentii A. restrictus A. nidulans 160 80 51 16 14 14 4 4 4 2 1 2 45,45 22,72 14,48 4,54 3,98 3,98 1,14 1,14 1,14 0,57 0,29 0,57 Jumlah 352 100,00

Tabel 4. Jenis ragi (khamir) yang ditemukan pada sampel dan frekuensi temuan*

Jenis ragi Frekuensi

temuan Persentase Candida sp. C. tropicalis C. albicans C. parapsilosis Torulopsis sp. Trichosporos sp. Rhodotorula sp. 72 3 5 1 2 3 1 82,75 3,45 5,75 1,15 2,30 3,45 1,15 Jumlah 87 100,00

Satu jenis cendawan bisa ditemukan pada beberapa jenis sampel

A. fumigatus yang ditemukan dalam pemeriksaan sampel sebagian besar dari spesimen paru-paru ayam, burung beo, burung unta, dan kerabang telur itik. Hal ini erat berhubungan dengan tujuan pemeriksaan diagnosis yaitu kearah penyakit aspergillosis.

(6)

Selain pada spesimen, A. fumigatus juga ditemukan pada sampel lainnya, terutama pakan, litter, bulu ayam (DOC) dan feses burung walet. Bahan-bahan ini menjadi sumber penularan yang potensial, karena berperanan sebagai medium bagi perkembangbiakan aspergillus dan jenis kapang lainnya, sehingga spora yang dihasilkannya mencemari udara sekitarnya dan akan terhisap melalui saluran pernapasan dari hewan ataupun manusia.

Kelompok ragi (khamir) yang berhasil diidentifikasi dalam pemeriksaan sampel sebanyak 7 jenis (Tabel 4). Tampak bahwa jenis kandida paling sering ditemukan dari sampel yang diperiksa. Jenis ragi lainnya adalah Saccharomyces sp., Torulopsis sp., Trichosporon sp. dan Rhodotorula sp. Diantara jenis ragi yang terkenal patogen adalah Candida albicans yang dapat menyebabkan penyakit kandidiasis baik pada manusia atau hewan. Pada hewan yang sering terjadi adalah kandidiasis pada ayam, yaitu menyerang pada temboloknya. Tetapi kasus yang ditemukan dalam pemeriksaan ini adalah kandidiasis pada lidah dari hewan chimpanse yang sudah mati, 2 sampel dari tembolok dan 2 sampel dari feses ayam. Satu kasus dermatitis mikotik yang disebabkan oleh Trichosporon cutaneum dan penyakitnya dinamakan trikosporosis ditemukan pada seekor ayam yang diperiksa.

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan terhadap cendawan pada sampel-sampel yang diterima di Laboratorium Mikologi Balitvet selama kurun waktu 1997 sampai dengan 2001, hasilnya menunjukkan bahwa jenis kapang paling sering

ditemukan dibandingkan dengan jenis ragi (khamir), yaitu 14,22%. Diantara kapang, Aspergillus sp. yang paling tinggi persentasenya, yaitu 57,52%. Spesies aspergillus yang persentasenya tinggi, berturut-turut adalah: A. flavus (45,45%), A. fumigatus (22,72%) dan A. niger (14,48%). Diantara jenis ragi, yang paling sering ditemukan adalah jenis kandida, diatas 90%.

DAFTAR PUSTAKA

AINSWORTH, G.C. and P.K.C. AUSTWICK. 1973.

FungaL Diseases of Animals. 2nd ed. CAB.

Farnham Royal, England, p. 216.

AL-DOORY, Y. 1980. Laboratory Medical Mycology. Lea & Febiger. Philadelphia USA. AHMAD, R.Z., D. GHOLIB dan SUBIYANTO. 1999.

Hasil Pemeriksaan Diagnosa Sampel Mikologi di Laboratorium Mikologi. Balai Penelitian Veteriner dalam Periode 1992-1996. Suatu Tinjauan. Majalah Parasit Indonesia 12 (1-2): 39–48.

HASTIONO, S. 1978. Populasi Aspergillus spp.

Dalam ransum ayam normal. Bul. LPPH 10 (16): 13-27.

HASTIONO, S. 1986. Hubungan antara tingginya populasi Aspergillus spp Patogenik pada pakan dan bahan-bahan lainnya dengan tingkat kejadian Aspergillosis pada unggas.

Penyakit Hewan 18 (31): 49-53.

RAPER, K.B. and D.I. FENNELL.1973. The Genus

Aspergillus. Robert, E. Krieger Publishing C.Huntington, USA.

THOMPSON,J.C. 1969. Techniques for the Isolation

of the common pathogenic fungi. Medium 2 (3 and 4). MAFF, CVL, Weybridge, England.

Gambar

Tabel 1. Jumlah dan jenis sampel yang diperiksa di Laboratorium Mikologi dan hasil temuan adanya  cendawan
Tabel 3. Frekuensi temuan jenis Aspergillus sp.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga didapatkan bahwa semakin jauh peletakkan CPVA, maka persentase reduksi respon yang dihasilkan pada daerah yang mendekati frekuensi natural pertama sistem utama

Variabel yang dianalisis adalah pendidikan, pekerjaan, paritas, riwayat abortus, jarak kehamilan, kelengkapan ANC ( antenatal care ), anemia, hipertensi, dan status

Oleh karena itu informasi tentang kesehatan gigi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan yang tidak bisa dipisahkan dan penting dalam menunjang kualitas

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Potensi internal berupa daya tarik dari masing-masing destinasi obyek wisata, seperti Pantai Pasar Bawah memiliki daya tarik pantai yang indah, Taman Remaja Rekreasi memiliki

Pertama-tama, orang harus mengeluarkan uang yang banyak, termasuk pajak yang tinggi, untuk membeli mobil, memiliki surat ijin, membayar bensin, oli dan biaya perawatan pun

Dalam perubahan ke tiga Undang-Undang Dasar, Mahkamah Konstitusi ditentukan memiliki lima kewenangan, yaitu: (a) melakukan pengujian atas konstitusionalitas Undang-Undang;

Kantor Pos sedangkan dalam kegiatan operasional perusahaan dibantu oleh Kepala Unit Penjualan, Kepala Unit Teknik, Kepala Unit Keuangan, dan Tim Layanan Telkom