RAHASIA DAN MILIK NEGARA
Perubahan Manual Implementasi
Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan
1
Perubahan
Sentral
(24 Inisiatif)
(16 Inisiatif)
Perpajakan
Cukai (10 Inisiatif)
Kepabeanan dan
Penganggaran
(6 Inisiatif)
Perbendaharaan
(33 Inisiatif)
Initiative Charter
Judul
3 Inisiatif
2 Inisiatif
-
-
-
Tujuan
2 Inisiatif
3 Inisiatif
-
-
-
Latar Belakang
2 Inisiatif
3 Inisiatif
-
-
-
Faktor Keberhasilan
2 Inisiatif
1 Inisiatif
-
-
-
Perubahan Pada
Model Operasional
-
1 Inisiatif
-
-
1 Inisiatif
Ringkasan Tindakan
8 Inisiatif
6 Inisiatif
3 Inisiatif
-
13 Inisiatif
Key Outcome
11 Inisiatif
8 Inisiatif
6 Inisiatif
1 Inisiatif
16 Inisiatif
Dampak dan IKU
8 Inisiatif
6 Inisiatif
2 Inisiatif
-
-
Struktur Tata Kelola
12 Inisiatif
13 Inisiatif
-
5 Inisiatif
-
Perubahan Model
Operasional
-
5 Inisiatif
-
-
-
Rencana Kerja
24 Inisiatif
9 Inisiatif
5 Inisiatif
1 Inisiatif
20 Inisiatif
Potensi Risiko
Peraturan dan Hukum
2
1.
Baselining dilakukan berdasarkan change request yang diajukan
Pimpinan Unit Eselon I kepada Ketua Pelaksana Harian CTO.
3.
Pertimbangan dilakukannya perubahan manual implementasi TK
antara lain adalah:
•
Memperjelas dan merinci charter;
•
Penyesuaian dengan tugas dan fungsi;
•
Rencana aksi yang beririsan;
•
Waktu penyelesaian yang sudah melampaui target.
5.
Baselining
inisiatif Transformasi Kelembagaan telah mendapatkan
persetujuan Menteri Keuangan pada Rapat I Komite Pengarah
Central Transformation Office, tanggal 13 Januari 2015, dan akan
ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian
Keuangan.
158
Ringkasan
Pajak
Bea dan cukai
Anggaran
Perbendaharaan
Sumber daya manusia
Setjen
Itjen
Teknologi informasi
Organisasi
Transformation office
Manajemen perubahan
1-3
4-81
82-130
131-157
158-308
309-336
337-384
385-389
390-423
424-434
435-439
440-446
159
Ringkasan inisiatif-inisiatif perbendaharaan (1/6)
Sistem pencairan dan peneri-maan yang efisien, akurat dan berbiaya renda I Penge-lolaan likuiditas yang terinte-grasi II
▪
Mengumpulkan penerimaan pemerintah secara efisien dan akurat 2 Basis data penerimaan
yang terintegrasi dengan saluran pengumpulan modern
▪
Implementasi penuh MPN G-2 dan penyempurnaan lainnya, termasuk utilisasi penyaluran utama untuk pengumpulan penerimaan
▪
Untuk mencairkan anggaran secara efisien dan akurat melalui saluran pembayaran yang modern
▪
Memberikan fungsi back office kepada satker dan K/L, khususnya dalam sentralisasi komitmen, penagihan dan and pelaporan 3
Sistem pembayaran, pengumpulan yang terpusat, dan verisifikasi yang bersifat elektronik serta dengan saluran pembayaran yang modern
Fungsi back office “Shared service” untuk seluruh K/L, dipusatkan di Kemenkeu
▪
Implementasi penuh SPAN, SAKTI
▪
Penempatan langsung ke rekening penerima akhir untuk semua pembayaran gaji
▪
Pembayaran ke rekening satker di luar negeri langsung dari RKUN Perbendaharaan di Bank Indonesia
▪
Menggunakan kartu plastik untuk menggantikan petty cash
▪
Memperkenalkan cashless choices untuk pembayaran bantuan sosial
▪
Meluncurkan dan memperbaiki basis data vendor
▪
Sistem pembayaran gaji pegawai terpusat untuk seluruh pegawai pemerintah
▪
Memusatkan penagihan, pembayaran dan pelaporan untuk pembayaran rutin (mis. listrik, air, pos, dll)
▪
Meluncurkan pengadaan terpusat yang mensentralisasi komitmen dan proses pelaporan untuk item belanja umum (mis., perjalanan udara)
▪
Memfasilitasi koordinasi antara seluruh stakeholder terkait guna mencapai pengelolaan kas negara yang optimal
4
▪
Membangun kapabilitas untuk investasi kelebihan saldo kas terkait perencanaan kas dan utang secara keseluruhan, melalui single face ke pasar
Meninjau kapabilitas TDR dan memastikan prudensi dalam operasional TDR
5
▪
Memastikan prudensi dalam penempatan di Bank Indonesia
▪
Menyusun roadmap TDR lengkap
▪
Untuk menetapkan saldo cadangan kas baru yang mencakup target saldo kas total sebagai panduan perencanaan kas/utang Panduan perencanaan kas
dengan target saldo cadangan terdefinisi
6
▪
Menganalisis dan memilih metodologi untuk menetapkan target saldo cadangan
▪
Menghitung target saldo kas yang wajar berdasarkan pola historis dan kebijakan serta asumsi di masa depan
▪
Mengajukan target saldo cadangan baru ke komite ALM dan meresmikannya ke dalam sebuah kebijakan
Pererat koordinasi pengelolaan likuiditas dengan Bank Indonesia
▪
Untuk mempererat koordinasi antara fungsi pengelolaan kas dan Bank Indonesia
8
Meningkatkan proses pengelolaan likuiditas yang bersifat end-to-end
▪
Meningkatkan kapabilitas SDM di Dit. PKN dan kontributor CPIN (DJP, DJA, DJBC, DJPU, DJKN, DJPK)
▪
Memperbaiki CPIN
▪
Meningkatkan fleksibilitas penerbitan T-bills/SPN jangka pendek untuk memperlancar perencanaan kas
▪
Merinci proses-proses ALM
▪
Mengembangkan koordinasi harian antara CMO-DMO-BI
▪
Mengembangkan berbagi data CPIN melalui pemanfaatan TI
▪
Pengintegrasian ALM CPIN/IT ke dalam SPAN
▪
Mengembangkan MOU dengan BI untuk menyertakan mereka dalam Daily cash call dan memfasilitasi pertukaran data
▪
Koordinasi dengan ketentuan dan volum penempatan di bank umum Bank Indonesia berdasarkan TDR
▪
Mengembangkan mekanisme koordinasi dengan BI untuk perdagangan valas
▪
Fasilitasi pertukaran data CPIN dengan BI
▪
Pertukaran prakiraan data kas harian dengan BI Memperbaiki prakiraan
belanja dari para satker
▪
Untuk memperbaiki prakiraan belanja dari satker
7
▪
Memperkenalkan AFS baru
▪
Memastikan pengiriman data prakiraan yang tepat waktu dari para satker besar sebelum tanggal pembayaran berdasarkan jumlah surat perntah membayar
▪
Memantau kepatuhan dan keakuratan para satker dalam mengirim data dan melaporkannya dalam format score card
▪
Menghubungkann SAKTI ke AFS saat SAKTI sudah berfungsi dengan resmi
Fungsi Inisiatif Tujuan Tindakan utama
160
Ringkasan inisiatif-inisiatif perbendaharaan (2/6)
Penge-lolaan likuiditas yang terinte-grasi II
Menetapkan strategi dan pedoman pengelolaan valuta asing jangka pendek untuk pengelolaan likuiditas
▪
Agar perdagangan valas memiliki pedoman strategi dan kebijakan serta koordinasi yang jelas dengan Bank Indonesia
10
▪
Menganalisis strategi dan instrumen berbeda yang bisa digunakan untuk mengelola valas secara aktif
▪
Mengajukan kebijakan pengelolaan valas aktif dan meminta pengesahan komite ALM
▪
Meresmikannya ke dalam peraturan
▪
Mengajukan ke BI agar mengizinkan ketentuan perdagangan valas Kemenkeu yang lebih baik terhadap BI
▪
Koordinasi dengan BI tentang jumlah valas yang diperdagangkan dan arah kebijakan moneter serta strategi cadangan valas keseluruhan
Memperluas jangkauan TSA
▪
Memperluas jangkauan TSA untuk mencakup rekening tidak likuid / kurang likuid saat ini
9
▪
Menganalisis probabilitas yang mencakup rekening yang berbeda yang saat ini tidak termuat dalam TSA, mencakup hambatan dan kemudahan penyertaan dalam hukum dan peraturan
▪
Mengembangkan mekanisme untuk dapat memperluas ke dalam beberapa rekening tertentu
▪
Mengajukan perubahan kebijakan untuk memasukkan beberapa rekening dalam TSA
Pasar obligasi domestik yang likuid dan dalam III Meningkatkan kerangka kerja stabilisasi obligasi secara berkelanjutan
▪
Membangun kepercayaan diri bahwa pasar domestik dapat bertahan terhadap guncangan pasar;
▪
Menciptakan mekanisme untuk mendukung pasar ketika terjadi guncangan
13
▪
Melakukan pengujian atas kelayakan penerapan Bonds Stabilization Funds di Indonesia dari sisi penganggaran, kegunaan, akuntansi dan ketentuan yang berlaku
▪
Melakukan kajian untuk potensi perluasan institusi partisipan yang terlibat dalam Bonds Stabilization Framework
▪
Melakukan simulasi BSF dengan seluruh partisipan
▪
Menganggarkan dan menerapkan Bonds Stabilization Funds (Jika diperlukan)
Pengelolaan utang: Konsolidasi benchmark surat berharga negara domestik
▪
Meningkatkan likuiditas surat berharga negara dengan mengkonsolidasi utang dalam beberapa seri on-the-run
14 § Mengembangkan sistem atau infrastruktur pendukung transaksi Many to Many Debtswitch § Implementasi Many to Many Debtswitch
§ Koordinasi dengan unit terkait dalam rangka penyiapan panduan penerbitan SBN
§ Menyusun konsep strategi pengelolaan tahunan
§ Mengembangkan sistem atau infrastruktur pendukung transaksi Staple Bonds
§ Implementasi Staple Bonds Meluncurkan sistem baru
primary dealer
▪
Mengembangkan dan meresmikan sistim primary dealer yang disempurnakan yang di benchmark dengan standar global dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal
12
▪
Melakukan evaluasi terhadap PMK tentang Dealer Utama
▪
Menyusun kerangka kerja PD’s baru dengan tanggung jawab dan insentif yang direvisi (dalam hal diperlukan)
▪
Implementasi kerangka kerja PD’s baru Pengenalan platform
perdagangan elektronik
▪
Mengembangkan dan meluncurkan sebuah ETP sebagai pelengkap perdagangan OTC untuk meningkatkan transparansi harga dan meningkatkan likuiditas
11
▪
Menyampaikan kajian DJPU kepada Tim Pengembangan Pasar Surat Utang, OJK
▪
Melakukan koordinasi intensif dengan anggota, Tim Pengembangan Pasar Surat Utang OJK, Sub Tim Pengembangan ETP
▪
Berkontribusi dalam penyusunan regulasi ETP yang disusun oleh OJK
▪
Melaksanakan strategi IR yang ditargetkan untuk mendiversifikasi basis investor dan untuk berfokus pada investor-investor yang memiliki ketertarikan yang sesuai dengan situasi finansial Indonesia Memperkuat Hubungan
Investor (IR)
15
▪
Mendukung penyiapan infrastruktur IRU
▪
Melaksanakan roadshow/komunikasi dengan calon investor secara reguler.
161
Ringkasan inisiatif-inisiatif perbendaharaan (3/6)
Pasar obligasi domestik yang likuid dan dalam III
▪
Mengembangkan sebuah kerangka kerja risiko yang holistik dengan pendekatan neraca (balance sheet approach) untuk mengagregasi data risiko individual
Kerangka kerja risiko yang bersifat holistik
19
▪
Diskusi risiko sebagai bagian dari pertemuan komite ALM
▪
Memulai mengagregasi informasi dari pemilik risiko ke dalam sebuah format yang dapat disajikan untuk pembuatan keputusan dalam pertemuan ALM
▪
Menetapkan sebuah agenda / format komite ALM yang tetap terkait pengelolaan risiko, mencakup input yang diperlukan dan keputusan yang dibuat; termasuk item-item risiko utama (contoh, pensiun, bantuan sosial) ke dalam diskusi pertemuan ALM
▪
Meresmikan komite ALM dengan peran baru, ditetapkan ke dalam PMK
▪
Meresmikan format / agenda komite ALM baru ke dalam regulasi (KMK)
▪
Meresmikan SOP untuk kerangka kerja agregasi risiko
▪
Mengembangkan secara lengkap TI ALM yang mendukung kerangka kerja risiko
▪
Memiliki sebuah badan yang mengaggregasi view yang komprehensif terkait risko, dan sebuah saluran untuk mendiskusikan permasalahan terkait pengelolaan risiko
Tata kelola risiko untuk keseluruhan sovereign risk
18
▪
Mendesain unit risiko, sebuah unit Eselon-3 di bawah PPRF di DJPU sebagai Subdit. ALM yang bertanggung jawab dalam mengaggregasi risiko data dan mengajukan kebijakan dan rekomendasi untuk risiko; mengembangkan peran, kegiatan, SOP dan IKU
▪
Mengusulkan unit ke Menpan
▪
Mempekerjakan pegawai yang handal dalam unit
▪
Untuk mengembangkan kerangka kerja yang holistik melalyui pendekatan neraca untuk agregasi data siriko individual
Mengaktifkan
pengelolaan risiko pada area-area risiko utama
20
▪
Mengasuransikan aset-aset fisik pemerintah
▪
Menginisiasi pengelolaan risiko pada sumber daya alam utama
▪
Mengkaji dan memonitoring kewajiban pensiun
▪
Menganalisis pilihan skema pensiun dan memberikan rekomendasi skema pensiun baru
▪
Mengkaji BUMN tertentu yang memiliki dampak fiskal signifikan dan merekomendasikan cara terbaik untuk mengelola risiko mereka
▪
Mengkaji "special missions“ terpilih, misalnya: dana infrastruktur, unit PPP, dll, merekomnendasikan cara terbaik untuk mengelola risiko mereka
▪
Meningkatkan proyeksi pendapatan dan belanja jangka menengah untuk menghitung present value dari porsi fiskal aset dan kewajiban
▪
Mengkaji kewajiban bantuan sosial
▪
Penyusunan Kerangka Kerja Kesinambungan Utang
▪
Memulai komunikasi mengenai komposisi cadangan devisa / portofolio utang antara Kemenkeu / Bank Indonesia
▪
Memperoleh dukungan berupa
kebijakan untuk meningkatkan partisipasi investor-investor utama di pasar obligasi domestik baik dari publik dan swasta
Meningkatkan partisipasi domestik dari investor-investor utama
17
▪
Berkoordinasi dengan unit-unit terkait di lingkungan Kementerian Keuangan yang melakukan pengelolaan dana-dana pemerintah
▪
Menyampaikan usulan untuk perubahan PMK dimaksud
▪
Mengembangkan pasar repo yang likuid dan dalam yang mendukung likuiditas yang lebih tinggi di pasar obligasi
Mendukung OJK dalam mengembangkan pasar repo yang likuid dan dalam
16
▪
Berkoordinasi dengan OJK dan BI
▪
Melakukan edukasi dengan para pelaku pasar
Pengelola an sovereign risk yang aktif dan transpara n IV
162
Ringkasan inisiatif-inisiatif perbendaharaan (4/6)
Mengopti malisasi aset
V
Fungsi Inisiatif Tujuan Tindakan utama
Membuat pengelolaan aset dan pengelolaan portofolio dalam bentuk digital
▪
Membuat pengelolaan aset dan portofolio dalam bentuk digital
22
▪
Mengkaji infrastruktur IT tambahan yang dibutuhkan
▪
Mengintegrasikan aplikasi KND dan KNL
▪
Mengembangkan SIMAN yang menghubungkan Kemenkeu dengan sistem pengelolaan aset K/L seperti ketika K/L membeli atau menghapus aset akan terekam di dalam SIMAK
▪
Mengimplementasikan SIMAN dengan pendekatan yang bertahap
▪
Mengembangkan SMART yang mendigitalisasi proses-proses pengelolaan aset DJKN
▪
Mengimplementasikan SMART dengan pendekatan yang bertahap
▪
Mengevaluasi apakah memerlukan infrastruktur IT tambahan
▪
Mengembangkan dan mengimplementasikan infrastruktur IT tambahan, jika diperlukan, untuk mendukung pengelolaan aset dan pengelolaan portofolio aktif
Menegakkan regulasi, panduan dan proses untuk memastikan aset teroptimalkan secara penuh oleh K/L
▪
Menegakkan regulasi, panduan dan proses untuk mengelola aset melalui K/L
23
▪
Mengidentifikasi pendorong utama utilisasi aset melalui kebijakan berdasarkan kategori aset
▪
Melakukan studi kelayakan untuk menemukan solusi yang tepat untuk optimalisasi aset
▪
Membentuk regulasi (Peraturan Pemerintah) untuk menempatkan tanggung jawab optimalisasi aset ke K/L
▪
Memperbaiki panduan yang sudah ada untuk kebutuhan aset (baru dan perluasan) – K/L perlu untuk
mengajukan kebutuhan aset dan mengikuti panduan terkait penggunaan aset
▪
Membuat panduan baru untuk optimalisasi aset seperti penggunaan gedung
▪
Mensosialisasikan regulasi dan panduan baru dengan K/L
▪
Bekerja bersama dengan auditor internal K/L untuk memonitor dan mengendalikan aset dan melaporkannya ke Kemenkeu
▪
Feedback terhadap kebijakan, panduan, dan proses pengelolaan aset yang baru
21 Membuat kebijakan terkait inventarisasi dan penilaian
▪
Memperbaiki kebijakan inventarisasi dan penilaian untuk meningkatkan akurasi
pencatatan aset
▪
Membuat Pedoman Penilaian SDA Minyak Bumi.
▪
Membuat Pedoman Penilaian SDA Panas Bumi.
▪
Membuat Pedoman Penilaian SDA Hutan Produksi.
▪
Membuat Pedoman Penilaian SDA Batubara.
▪
Membuat Pedoman Penilaian SDA Hutan Lindung dan Konservasi.
▪
Membuat Pedoman Penilaian SDA Gas Bumi.
▪
Membuat Pedoman Penilaian SDA Mineral.
▪
Pembuatan panduan untuk melakukan penilaian SDA lainnya.
▪
Membuat regulasi untuk K/L dalam rangka bekerja sama melakukan inventarisasi dan penilaian.
▪
Pembangunan Kapabilitas untuk melakukan penilaian SDA pada Kemenkeu atau K/L.
▪
Mengidentifikasi dan memetakan aset BPPN .
▪
Mengumpulkan dokumen untuk mendukung pemetaan proses bisnis eks-BPPN, yang dibutuhkan untuk keperluan audit.
▪
Menilai properti (aset tetap) PT PPA (Persero).
▪
Bekerja bersama dengan bagian akuntansi untuk mengikuti standar dan panduan akuntansi untuk aset BPPN.
Mengoptimalkan jenis aset tertentu yang berada di bawah tanggung jawab Kemenkeu langsung
▪
Mengoptimalkan jenis aset tertentu yang berada di bawah tanggung jawab Kemenkeu langsung
24
▪
Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan jenis aset
▪
Membuat dan mencari persetujuan terkait strategi ownership untuk setiap jenis aset (menilai apakah Kemenkeu adalah owner of asset); strategi-stratei yang mungkin
▪
Menyempurnakan kebijakan, panduan dan peraturan untuk mengimplementasikan strategi
▪
Untuk aset yang baru dan sudah ada: bekerja bersama dengan Dit. APK Kemenkeu untuk mengubah peraturan dan memperbolehkan Kemenkeu untuk menerima kesenjangan yang terjadi di dalam pencatatan antara:
–
Pemilik sebelumnya dari aset dan Kemenkeu
–
Standar akuntansi publik dan swasta
▪
Mengimplementasikan strategi pengelolaan aset (penghapusan sebagian besar aset yang berada di bawah tanggung jawab lagsung Kemenkeu)
163
Ringkasan inisiatif-inisiatif perbendaharaan (5/6)
Mengoptim alisasi aset V
Memaksimalkan pemanfaatan
aset dan return on asset ▪ Melaksanakan kajian portofolio aset tahunan untuk memastikan portofolio aset teroptimalkan
25 Pengelolaan aset secara aktif dimulai dengan real estate
▪ Melakukan studi kelayakan untuk menilai dampak / biaya yang mungkin timbul dengan melakukan pengelolaan real estate secara aktif ▪ Memulai melakukan perekrutan perencana untuk real estate dan pembuat kebijakan
▪ Melaksanakan penyaringan portofolio real estate untuk mengidentifikasi permasalahan- permasalahan utama ▪ Mengimplementasikan pilot solusi dengan K/L terkait tanah dan bangunan
▪ Memulai pengelolaan aktif untuk kelompok aset lain
Melakukan outsource pengelolaan aset ke lembaga lain
▪ Mengkaji perlunya membentuk lembaga pengelolaan tanah dan bangunan milik negara ▪ Membentuk lembaga pengelolaan tanah dan bangunan milik negara
▪ Membuat undang-undang dan peraturan yang dapat memberikan hak pengelolaan tanah dan bangunan kepada lembaga pengelolaan
real estate
Piutang negara
▪ Mengevaluasi keseluruhan portofolio piutang negara dan mengidentifikasi area perbaikan utama untuk meningkatkan keuntungan dari agunan dan untuk memaksimalkan hasil / perolehan
▪ Membuat peraturan (Peraturan Pemerintah) untuk K/L agar dapat mengelola piutang mereka secara lebih baik
Melaksanakan kajian
portofolio aset setiap tahun ▪ Melaksanakan kajian portofolio aset setiap tahun untuk memastikan bahwa portofolio aset teroptimalkan
26
▪
Memulai tinjauan keseluruhan semua aset yang berada di bawah pengelolaan Kemenkeu termasuk item off balance sheet seperti aset eks-BPPN
▪
Membuat strategi ownership untuk setiap kelompok aset yang dimulai dengan jenis aset terbesar
▪
Mengevaluasi setiap kelompok aset terhadap strategi ownership yang dimulai dengan jenis aset terbesar (mengevaluasi apakah pemerintah sebaiknya memiliki aset tersebut)
▪
Memulai melakukan evaluasi tahunan struktur portofolio secara keseluruhan
–
Menyertakan penilaian portofolio struktur risiko dengan tim risiko di Kemenkeu
–
Menyertakan rencana strategis pembangunan negara dengan bekerja bersama dengan DJA, DJPU, dan BAPPENAS (RPJP dan RPJM)
▪
Mengubah struktur portofolio jika diperlukan dengan menambah atau melakukan divestasi aset
▪
Membuat studi pendahuluan tentang pentingnya melakukan evaluasi tahunan atas portofolio aset
Menerapkan tata kelola, pelaporan, dan struktur hukum yang jelas
▪ Menerapkan peningkatan tata kelola, pelaporan dan struktur hukum bagi perangkat special mission
28 Tata kelola
▪ Menentukan struktur tata kelola baru berdasarkan jumlah dan ukuran special mission yang tersisa ▪ Menugaskan pimpinan yang memimpin proses transformasi
▪ Membentuk tim transformasi yang dipimpin oleh Sesditjen (DJKN, DJPB, BKF, dan KaRo Organta) yang terdiri dari anggota Eselon 2 dan Eselon 3 dari DJKN, DJPB, Setjen, dan BKF untuk mengusulkan dan mengimplementasikan proses transisi yang akan disetujui oleh steerco perbendaharaan
▪ Merancang rencana transisi organisasi untuk special mission
▪ Melaksanakan rencana transisi organisasi
Risiko
▪ Mengidentifikasi ruang lingkup risiko yang dikaji oleh PPRF
▪ Mengidentifikasi pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan interaksi dengan PPRF (melakukan komunikasi dengan dan mengirim data ke tim)
▪ Membuat SOP Memperjelas mandat dan
strategi dari setiap unit special missions dan meningkatkan kinerja mereka
▪ Memperjelas strategi dan meningkatkan kinerja perangkat special mission
27 ▪ Memulai melakukan pembaharuan strategi untuk semua perangkat special mission dan mengimplementasikan proses pembaharuan strategi setiap tahun
▪ Mengubah kebijakan dan undang-undang yang diidentifikasi sebagai penghambat perangkat special mission untuk memenuhi tujuannya Merasionali sasi fungsi “Special Mission” VI
164
Ringkasan inisiatif-inisiatif perbendaharaan (6/6)
Akuntabilit as dan transparan si VII Pengintegrasian sistem akuntansi antara pemerintah pusat dan daerah
▪
Sistem akuntansi yang terintegrasi antara pemerintah pusat dan daerah
31
▪
Membentuk satuan kerja yang terkoordinasi yang menilai kebutuhan pengintegrasian dan pengimplementasian sistem akuntansi dan sistem IT
▪
Mengembangkan sistem akuntansi terintegrasi
▪
Menempatkan sistem akuntansi terintegrasi baru melalui sistem IT
▪
Pilot sistem akuntansi terintegrasi dengan pemerintah daerah
▪
Pengguliran sistem akuntansi yang terintegrasi
▪
Perjanjian yang dilakukan oleh pejabat tingkat tinggi Kemendagri untuk mengintegrasikan sistem akuntansi
▪
Membuat regulasi untuk mengintegrasikan sistem akuntansi
Meningkatkan pengelolaan
keuangan K/L dan BUN
▪
Meningkatkan pengelolaan keuangan K/L dan BUN
32
▪
Mendorong komite untuk mengevaluasi temuan audit
▪
Memperbaiki proses audit dengan K/L untuk menangani potensi permasalahan audit
▪
Meningkatkan koordinasi dengan BPK
▪
Membuat sistem IT yang dapat memberikan peringatan terkait temuan audit yang akan muncul dan menelusuri temuan audit
▪
Membangun kapabilitas untuk proses monitoring audit yang telah diperbaiki – bukan IT (mis. proses)
▪
Membangun kapabilitas untuk proses monitoring audit yang telah diperbaiki – IT
▪
Pengguliran program pilot Menempatkan
proses-proses yang tepat
▪
Menempatkan proses-proses dengan tepat untuk mengelola perangkat special mission
29 Menetapkan proses dan target kinerja yang jelas
▪
Membuat perspektif strategis yang terperbaharui
▪
Menetapkan target dan tujuan / IKU yang jelas serta memastikan monitoring kinerja yang dilakukan secara teliti
▪
Membuat proses komunikasi yang baik
▪
Membuat proses pengangkatan, evaluasi dan penggantian anggota dewan yang baik
▪
Membuat proses pengelolaan portofolio
▪
Membangun proses yang kuat untuk melakukan akuisisi, divestasi dan investasi ekuitas yang potensial
▪
Mengoordinasikan dana di seluruh special mission
Mengimplementasikan pengelolaan portofolio secara sistematis
▪
Membuat proses untuk memperjelas alasan ownership untuk setiap portofolio perusahaan yang dilaksanakan setiap tahun
▪
Melaksanakan kajian tahunan terhadap semua perangkat special mission untuk mengidentifikasi perangkat mana yang tidak memerlukan ownership pemerintah dalam jangka panjang
▪
Mengkaji perangkat terhadap kriteria pengelolaan kinerja special mission Kemenkeu
▪
Membuat kriteria mengapa Kemenkeu mengelola kinerja perangkat special mission
Pengimplementasian road map strategi akuntansi akrual
▪
Pengimplementasian road map strategi akuntansi akrual
30
▪
Pengguliran proyek pilot
▪
Membuat standar akuntansi berbasis akrual
▪
Merumuskan regulasi, panduan
▪
untuk akuntansi akrual
▪
Mendapatkan komitmen yang tinggi dari pimpinan
▪
Pengimplementasian perubahan sistem IT untuk akuntansi akrual
▪
Membangun kapabilitas di K/L terhadap transisi menuju akuntansi akrual
Meningkatkan sistem
pengendalian internal
▪
Meningkatkan sistem pengendalian internal
33
▪
Memulai melakukan komunikasi dengan BPKP terkait strategi reformasi bagi sistem pengendalian internal untuk temuan audit
▪
Mendorong BPKP untuk mengevaluasi permasalan-permasalah serupa yang muncul dengan sistem pengendalian internal
▪
Bekerja bersama BPKP untuk memperbaiki panduan bagi sistem pengendalian internal, khususnya untuk temuan audit
▪
Mendorong BPKP untuk membuat kriteria untuk penilaian dan penelusuran kualitas sistem pengendalian internal untuk temuan audit
▪
Mendorong BPKP untuk mengedukasi K/L dalam meningkatkan sistem pengendalian internal untuk temuan audit
Merasional isasi fungsi “Special Mission” VI
165
Sistem pembayaran, pengumpulan yang terpusat, dan verifikasi yang
bersifat elektronik serta dengan saluran pembayaran modern
Dampak dan IKU
Struktur tata kelola
Champion
: Direktur Transformasi
Perbendaharaan
Owner
: Subdit Transformasi Proses
Bisnis Eksternal, Subdit
Transformasi Proses Bisnis
Internal dan Organisasi
Anggota
1.
Kasubdit Dabantek, Dit. PA
2.
Kasubdit Penerimaan, Dit. PKN
3.
Kasubdit Pengelolaan Basis Data dan
Dukungan TI, Dit. SP
4.
Kasubdit Peraturan dan Standardisasi
Teknis BLU, Dit. PPK BLU
5.
Kasi Transformasi Proses Bisnis
Eksternal I, Dit. TP
6.
Kabag OTL
Tujuan
Untuk mencairkan anggaran secara efisien dan akurat melalui saluran pembayaran yang modern
Latar belakang
Faktor keberhasilan
Ringkasan tindakan yang diajukan
Perubahan dalam model operasional
Outcome utama
Sistem pembayaran, pengumpulan, dan
verifikasi yang bersifat elektronik
2014
– Implementasi SPAN 100%
2015
– 75% satker menggunakan SAKTI
▪
Penyerahan dan verifikasi elektronik
SPM, sekaligus pembayaran secara
elektronik ke penerima akhir yang benar, didukung oleh
hubungan ke
sistem perbankan
▪
Pembayaran secara elektronik
untuk pembayaran langsung ke penerima
akhir melalui
berbagai saluran
, misalnya ATM, kartu prabayar,
penambahan rekening dsb.
▪
Proses di beberapa poin pemeriksaan
d i l a k u k a n s e c a r a m a n u a l —
penyerahan dokumen, verifikasi, dan
pembayaran
▪
Untuk beberapa jenis pencairan, dana
tidak secara langsung ditransfer ke
penerima akhir, tetapi dicairkan oleh
satker dalam bentuk tunai
▪
SPAN saat ini sedang dirintis dan
SAKTI sedang dikembangkan sebagai
perubahan ke arah pencairan yang
lebih elektronik dan akurat, dengan
s a t u b a s i s d a t a t u n g g a l d i
Perbendaharaan
▪
Pengembangan sistem IT pendukung
dan anggaran yang dibutuhkan untuk
menjalankan program
▪
Dukungan pimpinan untuk menjalin
hubungan eksternal khususnya sistem
perbankan, K/L dan saluran
pembayaran
▪
Tim yang memiliki kemampuan tinggi
dan didedikasikan untuk melaksanakan
proyek IT yang mutakhir
▪
Data dan statistik terkait transaksi
pembayaran pemerintah, mis. pegawai,
penerima bantuan sosial, dll.
▪
Mekanisme hubungan dan koordinasi
(termasuk sistem IT) dengan
penyelenggara perbankan
2014:
▪
95% pembayaran gaji via penyaluran langsung dari Perbendaharaan
▪
Rancangan mekanisme pembayaran ke rekening satker di luar negeri
langsung dari RKUN Perbendaharaan di Bank Indonesia
2015:
▪
Implementasi penuh SPAN
▪
Melakukan
pilot
pencairan langsung dari Perbendaharaan ke bank di luar
negeri melalui Bank Indonesia
2016:
▪
Piloting
untuk SAKTI
▪
Meluncurkan kartu plastik untuk
petty cash
di beberapa satker
2017:
§
Implementasi penuh SAKTI
▪
Meluncurkan pembayaran bantuan sosial yang bersifat
cashless choice
1.
Implementasi penuh SPAN, SAKTI
a) Mengembangkan basis data penerima dan transaksi (banyak dan jumlah)
2.
Penempatan langsung ke rekening penerima akhir untuk semua
pembayaran gaji
3.
Pembayaran ke rekening satker di luar negeri langsung dari RKUN
Perbendaharaan di Bank Indonesia
4.
Menggunakan kartu plastik untuk menggantikan
petty cash
5.
Memperkenalkan
cashless choices
untuk pembayaran bantuan sosial
Pencairan yang bersifat Cashless
2014
– 95% pembayaran gaji via penyaluran
langsung dari Perbendaharaan
2015
– 50% pembayaran ke luar negeri via
penempatan langsung dari RKUN
Perbendaharaan di Bank Indonesia
2017
– 95% pejabat yang memenuhi syarat
dibekali dengan kartu plastik untuk
petty cash
2018
– 25% penerima menerima bantuan
sosial melalui pembayaran yang bersifat
cashless
choices
166
Keadaan saat ini
Keadaan yang diinginkan
▪
Proses di beberapa poin pemeriksaan
dilakukan secara manual — penyerahan
dokumen, verifikasi, dan pembayaran
▪
Untuk beberapa jenis pencairan, dana
tidak secara langsung ditransfer ke
penerima akhir, tetapi dicairkan oleh
satker dalam bentuk tunai
▪
SPAN saat ini sedang dirintis dan SAKTI
s e d a n g d i k e m b a n g k a n s e b a g a i
perubahan ke arah pencairan yang lebih
elektronik dan akurat, dengan satu basis
data tunggal di Perbendaharaan
▪
Penyerahan dan verifikasi elektronik
SPM, sekaligus pembayaran secara
elektronik ke penerima akhir, didukung
oleh
hubungan ke sistem perbankan
▪
Pembayaran secara elektronik
untuk
pembayaran langsung ke penerima akhir
melalui
berbagai saluran
, misalnya ATM,
kartu prabayar, penambahan rekening
dsb.
Sistem pembayaran, pengumpulan yang terpusat, dan verifikasi yang
bersifat elektronik serta dengan saluran pembayaran modern -
perubahan pada model operasional
167
Sistem pembayaran, pengumpulan yang terpusat, dan verifikasi yang
bersifat elektronik serta dengan saluran pembayaran modern – rencana
kerja (1/3)
2014 2015 2016 2017
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Tindakan
Implementasi penuh SPAN, SAKTI
▪
Implementasi penuh SPAN
▪
Implementasi penuh SAKTI
▪
Mengembangkan basis data penerima dan transaksi (banyak dan jumlah)
Penempatan langsung ke rekening penerima akhir untuk semua pembayaran gaji
▪
Mengidentifikasi satker yang pegawainya tidak menerima penyaluran langsung dan mengidentifikasi alasan mengapa penyaluran langsung tidak dilaksanakan
▪
Pemecahan masalah dengan cara satker untuk memfasilitasi penempatan langsung ke semua pegawai
▪
Mengetahui pegawai yang tidak memiliki rekening bank untuk mendaftarkannya
▪
Semua satker memiliki basis data yang terkomputerisasi dalam berbagai format tentang rincian rekening bank pegawai
▪
100% penempatan ke rekening bank pegawai untuk pembayaran gaji
Pembayaran ke rekening satker di luar negeri
langsung dari RKUN Perbendaharaan di Bank Indonesia
▪
Membangun dan meluncurkan:
–
Melakukan pilot dengan satker dengan lokasi yang telah ditentukan
–
Membangun hubungan dengan perbankan yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan
–
Sosialisasi ke satker
–
Memperluas pelayanan ke area geografi lain
▪
Mendesain
–
Memetakan pencairan di luar negari (lokasi, jenis pembayaran, jenis satker, volum, nilai dll.)
–
Pemilihan jenis pencairan di luar negeri yang perlu dilaksanakan melalui penempatan langsung
–
Prioritasi lokasi untuk melakukan pilot berdasarkan kemudahan pelaksanaan vs. dampak, mencakup analisis cost-benefit pelaksanaannya
168
2014 2015 2016 2017
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov
Menggunakan kartu plastik untuk menggantikan
petty cash
▪
Mendesain
–
Melaksanakan studi kelayakan
–
Mengembangkan desain end-state secara keseluruhan yang mencakup pemilihan produk (kartu debit, ATM, kartu pra bayar, dll.), format hubungan dengan perbankan dan pihak ketiga lainnya, protokol keamanan dan rencana pengguliranya
▪
Membangun
–
Melakukan shortlist dan memilih vendor untuk kartu plastik dan infrastruktur baru lainnya
–
Membangun jaringan perbankan dan pihak ketiga lainnya yang diperlukan
–
Membuat modul IT yang melekat pada SPAN
▪
Meluncurkan
–
Melakukan pilot kartu plastik ke pejabat yang memenuhi syarat di satker tertentu
–
Terus menggulirkan kartu plastik ke lebih banyak satker
–
Sosialisasi ke satker
Tindakan
Sistem pembayaran, pengumpulan yang terpusat, dan verifikasi yang
bersifat elektronik serta dengan saluran pembayaran modern – rencana
kerja (2/3)
169
2014 2015 2016 2017
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Tindakan
▪
Meluncurkan
–
Melakukan pilot kartu plastik di area tertentu
–
Terus menggulirkan kartu plastik ke area geografis yang lebih luas dan memperluas saluran yang sesuai
–
Sosialisasi terhadap pembayaran bantuan sosial
▪
Membangun
–
Membuat modul IT yang melekat pada SPAN
–
Melakukan shortlist dan memilih vendor untuk kartu plastik dan infrastruktur baru lainnya
–
Membangun jaringan perbankan dan pihak ketiga lainnya yang diperlukan
▪
Mendesain
–
Melakukan studi kelayakan
–
Mengembangkan basis data penerima bantuan sosial
–
Memetakan lokasi penerima bantuan sosial dan proksimitinya terhadap jenis saluran dan titik akses yang berbeda
–
Mengembangkan desain end-state secara keseluruhan mencakup pemilihan produk (kartu debit, ATM, kartu pra bayar, dll.), format hubungan dengan perbankan dan pihak ketiga lainnya, protokol keamanan dan rencana pengguliranya
Memperkenalkan cashless choices untuk pembayaran bantuan sosial
Sistem pembayaran, pengumpulan yang terpusat, dan verifikasi yang
bersifat elektronik serta dengan saluran pembayaran modern – rencana
kerja (3/3)
170
Sistem pembayaran, pengumpulan yang terpusat, dan verifikasi yang
bersifat elektronik serta dengan saluran pembayaran modern – potensi
risiko peraturan dan hukum
▪
Melakukan pendekatan ke berbagai
stakeholder
pemerintah termasuk Bank
Indonesia
▪
Proposisi nilai yang jelas kepada
counterparts
perbankan, mis.
kemungkinan untuk membuka akses
terhadap masyarakat yang tidak memiliki
akses terhadap bank (
unbanked
)
▪
Infrastruktur dan regulasi perbankan tidak
mendukung tingginya volum pembayaran
G2P; biaya perbankan tidak mendukung
k e m a j u a n d a l a m p e n c a i r a n y a n g
dilakukan oleh pemerintah
Risiko
Mitigasi
▪
Regulasi saat ini tidak mendukung
beberapa metode pencairan modern
▪
diperlukan ketika mendesain
Daftar peraturan yang komprehensif
end-state
yang terinci dari setiap tindakan
▪
Memulai melakukan pendekatan lebih
awal kepada badan regulator
171
Basis data penerimaan yang terintegrasi dengan saluran pengumpulan
modern
Dampak dan IKU
Struktur tata kelola
Champion : Direktur Transformasi Perbendaharaan Owner : Subdit Transformasi Proses Bisnis Eksternal,
Subdit Transformasi Proses Bisnis Internal dan Organisasi
Anggota
Tujuan: Mengumpulkan penerimaan pemerintah secara efisien dan akurat melalui implementasi MPN G-2 dan penyempurnaan lainnya, termasuk utilisasi channeling utama untuk pengumpulan penerimaan.
Latar belakang
Faktor keberhasilan
Ringkasan tindakan yang diusulkan Perubahan dalam model operasional
Outcome utama
Basis data pembayar
2015 – 100% basis data pembayar untuk PNBP dikembangkan
2015 – 100% basis data pembayar terintegrasi dengan MPN G-2
Penerapan MPN G-2
2015 – 100% lembaga pengumpul menerapkan MPN G-2
Pembukaan saluran pembayaran modern
2014 – 50% bank persepsi memungkinkan pembayaran ATM, 25% memungkinkan internet banking
2014 – 10% wajib pajak besar1 menggunakan saluran
elektronik2
2015 – 100% bank persepsi memungkinkan pembayaran ATM, 100% memungkinkan internet banking (untuk mereka yang memiliki internet banking)
2015 – 25% wajib pajak besar1 menggunakan channel
elektronik2
2019 – 20% transaksi PNBP utama1 dilakukan lewat website
penerimaan pemerintah
▪
Proses di beberapa poin pemeriksaan dilakukan secara manual
▪
Basis data yang tidak terhubung; tidak terdapat penghubung real-time antara data penerimaan dan piutang
▪
Penagihan dilakukan melalui kunjungan ke bank persepsi dan penempatan langsung ke Bank Indonesia dan pilihan-pilihan modern yang terbatas (internet banking
dimungkinkan bagi beberapa bank)
▪
MPN G-2 diluncurkan tahun depan untuk mengaktifkan pengintegrasian basis data dan berbagai saluran pembayaran
▪
Berhasil meluncurkan MPN G-2
▪
Perbaikan basis data pembayar yang terhubung dengan MPN G-2 dan SPAN
▪
Upaya khusus untuk pendekatan dan penetapan saluran pengumpulan baru seperti opsi internet banking yang diperluas,
ATM, dll. 2014:
▪
Peluncuran MPN G-2
▪
Memulai program sosialisasi ke wajib pajak untuk bermigrasi ke saluran elektronik
2015:
▪
Integrasi penuh basis data pembayar dengan MPN dan saluran pengumpulan yang utama
2018:
▪
Peluncuran pilot website penerimaan pemerintah yang memungkinkan pembayaran kartu kredit dan pembayaran lainnya
▪
Platform tunggal yang terintegrasi (mis. memperluas cakupan MPN G-2) untuk mengelola seluruh penerimaan secara elektronik yang menghubungkan pengumpulan penerimaan dan basis data piutang di lembaga penagihan (DJP, DJBC, DJA dsb.) bersama seluruh penerimaan pemerintah yang terhubung pada suatu ID tagihan khusus
▪
Saluran modern dan bersifat elektronik (mis. internet banking, mobile banking , ATM, dsb.) yang tersedia luas bagi berbagai penerimaan pemerintahan dengan upaya berkelanjutan untuk melakukan migrasi pembayar ke saluran elektronik
▪
Website penerimaan pemerintah memungkinkan pembayaran elektronik untuk banyak jenis penerimaan
1. Implementasi penuh MPN G-2 dan penyempurnaan lainnya, termasuk utilisasi penyaluran utama untuk pengumpulan penerimaan
a) Perbaikan basis data pembayar
b) Integrasi penuh basis data pembayar dengan MPN dan saluran pengumpulan utama
c) Pendekatan terhadap berbagai titik akses untuk memungkinkan pembayaran penerimaan pemerintah
d) Sosialisasi ke pembayar untuk memindahkan mereka ke saluran pembayaran secara elektronik
e) Pengembangan website penerimaan pemerintah yang memungkinkan pembayaran kartu kredit dan elektronik lainnya untuk pembayaran pajak, bea cukai dan PNBP pada berbagai lembaga pemerintah
1. Kasubdit Dabantek, Dit. PA 2. Kasubdit Penerimaan, Dit. PKN
3. Kasubdit Pengelolaan Basis Data dan Dukungan TI, Dit. SP 4. Kasubdit Peraturan dan Standardisasi Teknis BLU, Dit. PPK
BLU
5. Kasi Transformasi Proses Bisnis Eksternal I, Dit. TP 6. Kabag OTL
1 Sebagaimana dipiilih di fase desain. 2 Mis. Pembayaran
internet banking, mobile banking,
kartu kredit/debit/
ATM
dan
channel
lain yang tidak perlu kunjungan langsung ke bank persepsi
172
Keadaan saat ini
Keadaan yang diinginkan
▪
Perbaikan proses dengan melakukan
perpindahan dari beberapa sistem untuk
pencatatan dan administrasi penerimaan
dengan pengolahan manual di berbagai
titik pemeriksaan yang beragam, ke
dalam satu platform elektronik
▪
Platform tunggal yang terintegrasi
(mis.
memperluas cakupan MPN G-2) untuk
mengelola seluruh penerimaan secara
elektronik yang
m
enghubungkan
pengumpulan penerimaan dan basis
data piutang
di lembaga penagihan (DJP,
DJBC, DJA dsb.) bersama seluruh
penerimaan pemerintah yang terhubung
pada suatu ID tagihan khusus
▪
Saluran modern dan bersifat elektronik
(mis.
internet banking, mobile banking ,
ATM, dsb.) yang tersedia luas bagi
berbagai penerimaan pemerintahan
▪
Upaya yang dilakukan secara
berkelanjutan untuk
memindahkan
pembayar ke dalam saluran
pembayaran elektronik
Basis data penerimaan yang terintegrasi dengan saluran pengumpulan
modern – perubahan pada model operasional
173
Basis data penerimaan yang terintegrasi dengan saluran pengumpulan
modern – rencana kerja
2014 2015 2016 2017 2018
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Tindakan
▪
Meluncurkan
–
Peluncuran pilot website untuk beberapa penerimaan pemerintah
–
Memperluas jenis penerimaan dan jumlah lembaga yang menggunakan sistem ini
▪
Membangun
–
Membangun infrastruktur perbankan yang diperlukan
–
Membangun interface dengan MPN G-2 dan basis data piutang
▪
Mendesain
–
Desain dan pengembangan produk yang terinci dari pengguna interface sampai back-end system
–
Memilih jenis penerimaan untuk dijadikan sebagai pilot
–
Merancang rencana pengguliran dan sosialisasi
Pengembangan website penerimaan pemerintah yang memungkinkan pembayaran kartu kredit dan elektronik lainnya untuk pembayaran pajak, bea cukai dan PNBP pada berbagai lembaga pemerintah khususnya satker PNBP
▪
Sosialisasi ke para pembayar untuk memindahkan mereka ke dalam saluran elektronik, bersama dengan DJP, DJA dan DJBC
▪
Pendekatan terhadap berbagai titik akses untuk melaksanakan pembayaran penerimaan pemerintah
▪
Basis data pembayar yang terintegrasi penuh dengan MPN dan saluran pengumpulan utama
▪
Perbaikan basis data pembayar (DJP dan
Satker-K/L)
Implementasi penuh MPN G-2 dan penyempurnaan lainnya, termasuk utilisasi penyaluran utama untuk pengumpulan penerimaan
174
Basis data penerimaan yang terintegrasi dengan saluran pengumpulan
modern – potensi risiko peraturan dan hukum
Risiko
Mitigasi
▪
NA
▪
NA
175
Fungsi back office “Shared service” untuk seluruh K/L, dipusatkan di
Kemenkeu
Dampak dan IKU
Struktur tata kelola
Champion
: Direktur Transformasi
Perbendaharaan
Owner
: Subdit Transformasi Proses
Bisnis Eksternal, Subdit
Transformasi Proses Bisnis
Internal dan Organisasi
Anggota
Tujuan:
Memberikan fungsi
back office
kepada satker dan K/L, khususnya dalam sentralisasi komitmen, penagihan dan pelaporan
Latar belakang
Faktor keberhasilan
Ringkasan tindakan yang diajukan
Perubahan dalam model operasional
Outcome utama
Basis data vendor
2014
– 100% vendor dengan transaksi besar
1terdaftar pada basis data vendor
Pusat shared service untuk pembayaran gaji
2018
– 100% Pembayaran gaji Kemenkeu yang
terpusat
2020
– 100% Pembayaran gaji di seluruh K/L
terpusat
Pusat shared service untuk pengadaan
2020
– 75% Satker Kemenkeu menggunakan
shared services
untuk item yang terdaftar di sana
▪
Basis data yang tidak terhubung di K/L
▪
Komitmen dan proses pengumpulan
pembayaran yang dilakukan terpisah oleh
s e t i a p s a t k e r u n t u k s e t i a p i t e m
pengeluaran
▪
Basis data vendor diluncurkan bersamaan
dengan SPAN
▪
Berhasil mengadopsi basis data vendor
▪
Basis data pengadaan IT yang kuat yang
terdapat pada SPAN
▪
Pengembangan basis data pembayaran
gaji
terpusat untuk seluruh pegawai
pemerintah
▪
Dukungan dari K/L dan satker
▪
Dukungan atas perubahan organisasi
untuk mendirikan pusat
shared service
2014:
▪
Basis data vendor
diluncurkan dan stabil
2016:
▪
Pilot pembayaran gaji
terpusat untuk pegawai Kemenkeu
2018:
▪
Meluncurkan pembayaran gaji terpusat untuk beberapa K/L di Kemenkeu
▪
Meluncurkan katalog vendor pilihan untuk digunakan oleh satker
2019:
▪
Meluncurkan pusat
shared service
untuk seluruh pembayaran gaji pegawai
pemerintah di Kemenkeu
▪
Meluncurkan pusat
shared service
untuk komitmen pengadaan dan proses
penyelesaian di Kemenkeu
▪
Basis data akuntansi tunggal
yang dilakukan oleh Kemenkeu, mencakup
transaksi serta basis data aset
▪
Proses komitmen yang terpusat
oleh Perbendaharaan untuk
gaji dan item
belanja bersama
▪
Basis data vendor
yang terpusat untuk mengoptimalkan pengadaan di satker
▪
Memperluas fungsi
pelaporan terpusat
yang dilakukan oleh Perbendaharaan
§
Meluncurkan dan memperbaiki basis data vendor
§
Sistem pembayaran gaji pegawai terpusat untuk seluruh pegawai pemerintah
yang akan mendukung sentralisasi proses komitmen dan penyelesaian untuk
pembayaran gaji dengan basis data pegawai yang terpusat
§
Sistem terpusat untuk
invoicing,
pembayaran, dan
settlement
untuk pembayaran
rutin (misalnya listrik, air, etc.)
§
Meluncurkan pusat pengadaan terpusat yang memusatkan proses komitmen
dan penyelesaian untuk pembayaran rutin (contoh, listrik, air) dan item
pengeluaran umum (contoh, perjalanan udara, dll)
1.
Kasubdit Dabantek, Dit. PA
2.
Kasubdit Penerimaan, Dit. PKN
3.
Kasubdit Pengelolaan Basis Data dan
Dukungan TI, Dit. SP
4.
Kasubdit Peraturan dan Standardisasi Teknis
BLU, Dit. PPK BLU
5.
Kasi Transformasi Proses Bisnis Eksternal I,
Dit. TP
6.
Kabag OTL
3
176
Fungsi back office “Shared service” untuk seluruh K/L, dipusatkan di
Kemenkeu - perubahan pada model operasional
Keadaan saat ini
End-state proses bisnis (2025)
▪
Basis data akuntansi tunggal
yang dilakukan
oleh Kemenkeu, mencakup transaksi serta
basis data aset
▪
Proses komitmen yang terpusat
oleh
Perbendaharaan untuk
gaji dan item belanja
bersama
▪
Basis data vendor
yang terpusat untuk
mengoptimalkan pengadaan di satker
▪
Memperluas fungsi
pelaporan terpusat
yang
dilakukan oleh Perbendaharaan
▪
Basis data yang tidak terhubung di K/L
▪
Komitmen dan proses pengumpulan
pembayaran yang dilakukan terpisah oleh
setiap satker untuk setiap item pengeluaran
▪
Memulai menciptakan basis data vendor
177
Fungsi back office “Shared service” untuk seluruh K/L, dipusatkan di
Kemenkeu– rencana kerja (1/3)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Oct Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov
▪
Mengusulkan rencana memasukkan basis data vendoryang mencakup identifikasi ambang batas dan tipe transaksi yang perlu dicatat pada basis data vendor
▪
Mendesain
–
Mendesain basis data pembayaran gaji terpusat bersama BKN
▪
Sosialisasi kepada satker
▪
Membangun pilot
–
Memindahkan data gaji Kemenkeu dari satker ke K/L; yang terpusat di Setjen
–
Mengatur mekanisme baru ke dalam kebijakan formal
–
Mengembangkan database pegawai yang terintegrasi dan aplikasi IT yang terhubung dengan SPAN
–
Mendesain perubahan organisasi pusat layanan pembayaran gaji
▪
Mengusulkan kebijakan yang bertujuan
menanamkan kepatuhan dalam memasukkan data vendor terkait pengeluaran besar
Sistem pembayaran gaji pegawai terpusat untuk seluruh pegawai pemerintah yang akan mendukung sentralisasi proses komitmen dan penyelesaian untuk pembayaran gaji dengan basis data pegawai yang terpusat
Meluncurkan dan memperbaiki basis data vendor
▪
Meluncurkan basis data vendorbersama dengan peluncuran SPAN
Tindakan
▪
Meluncurkan
–
Meluncurkan di beberapa satker besar
–
Melanjutkan pengguliran
–
Sosialisasi mekanisme baru ke K/L, BKN, DJA, seluruh sakter
▪
Mendesain dan membangun untuk pengguliran penuh
–
Mendesain sentralisasi pembayaran gaji di Kemenkeu untuk K/L lain
–
Mengatur mekanisme baru ke dalam kebijakan yang formal
–
Memindahkan data penggajian dari satkers ke K/L
▪
Meluncurkan pilot
–
Menggunakan data pembayaran gaji yang terintegrasi untuk Kemenkeu
178
Fungsi back office “Shared service” untuk seluruh K/L, dipusatkan di
Kemenkeu– rencana kerja (2/3)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Oct Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov
Memusatkan penagihan, pembayaran dan pelaporan untuk pembayaran rutin (mis. listrik, air, pos, dll)
▪
Mendesain
–
Mengidentifikasi pembayaran rutin dan vendor
–
Mendesain bersama rencana pelaksanaan dengan K/L dan vendor
–
Mendesain proses untuk pengaktifan pelayanan
–
Mengidentifikasi perubahan peraturan yang diperlukan
▪
Membangun
–
Membangun interface IT yang terhubung ke SPAN/SAKTI untuk melaksanakan sentralisasi penagihan dan pelaporan
–
Mengatur proses bisnis dan SOP ke dalam kebijakan
–
Mengusulkan perubahan hukum dan peraturan lain yang diperlukan
▪
Meluncurkan
–
Pilot mengutamakan memusatkan penagihan, pembayaran dan pelaporan dengan vendor
–
Sosialisasi kepada satker dan K/L
–
Memperluas pelayanan ke vendor lain Tindakan
179
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Oct Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov
▪
Meluncurkan
–
Meluncurkan katalog "vendoryang diutamakan" untuk penggunaan satker
–
Sosialisasi kepada satker dan K/L
▪
Pilot meluncurkan sistem pengadaan terpusat dengan beberapa itembelanja utama (mis., kendaraan, computer peripherals)
▪
Sosialisasi kepada to satker dan K/L
▪
Memperluas jenis item yang memungkinkan dalam pengadaan terpusat
Tindakan
Pusat pengadaan terpusat yang memusatkan komitmen dan proses pelaporan untuk item
belanja umum (mis., perjalanan udara)