• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS JUMLAH BAKTERI ANAEROB DAN PROPORSI GAS METANA PADA PROSES PEMEBENTUKAN BIOGAS DARI FESES SAPI PERAH DALAM TABUNG HUNGATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS JUMLAH BAKTERI ANAEROB DAN PROPORSI GAS METANA PADA PROSES PEMEBENTUKAN BIOGAS DARI FESES SAPI PERAH DALAM TABUNG HUNGATE"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Jumlah Bakteri Anaerob ...E. Silvia Lestarie

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1

ANALISIS JUMLAH BAKTERI ANAEROB DAN PROPORSI GAS

METANA PADA PROSES PEMEBENTUKAN BIOGAS DARI FESES

SAPI PERAH DALAM TABUNG

HUNGATE

ANALYSIS OF ANAEROBIC BACTERIAL TOTAL AND PROPORTION OF METHANE IN THE PROCESS OF BIOGAS FORMATION OF DAIRY CATTLE FECES IN

HUNGATE TUBE

E. Silvia Lestarie*, Yuli Astuti Hidayati**, Wowon Juanda**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016

**Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email : silvia120092@gmail.com

ABSTRAK

Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri anaerobik atau fermentasi anaerob dari bahan organik. Penelitian mengenai Analisis Jumlah Bakteri Anaerob dan Proporsi Gas Metana pada Proses Pembentukkan Biogas dari Feses Sapi Perah Segar dalam Tabung Hungate telah dilaksanakan selama 3 minggu bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Pengolahan dan Penanganan Limbah Peternakan Fakultas Peternakan dan Laboratorium Nanoteknologi fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran, serta di Balai Penelitian Pertanian Pati Jawa Tengah. Tujuan penelitian adalah mengetahui jumlah bakteri anaerob dan proporsi gas metana pada proses pembentukkan biogas dari feses sapi perah dalam Tabung Hungate. Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksploratif dengan penjabaran secara deskriptif dengan menggunakan pengenceran 10-2 untuk penanaman bakteri pada dua media yang berbeda (media NA dan RGCA). Penelitian dilakukan secara duplo dengan 3 kali pengulangan, dan perhitungan koloni bakteri serta analisis gas dilakukan berdasarkan hari yang telah ditentukan (hari ke-2, 5, 10, 14). Rataan jumlah bakteri pada media NA lebih banyak dibanding media RGCA, akan tetapi persentase gas metana lebih besar pada media RGCA (10,47%) dibandingkan media NA (2,39%).

Kata kunci: Feses sapi perah, bakteri anaerob, Tabung Hungte, biogas, gas metana

ABSTRACT

Biogas is gas produced by the anaerobic bacterial digestion or fermentation anaerobic activity of organic material. Research of Analysis of anaerobic Bacterial Total and proportion of Methane in the Process of biogas Formation of Dairy Cattle Feces in Hungate Tube was held for 3 weeks at Laboratorium Mikrobiologi Pengolahan dan Penanganan Limbah Peternakan Fakultas Peternakan dan Laboratorium Nanoteknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran, and Balai Penelitian Pertanian Pati Jawa tengah. The purpose of reseacrh is to find anaerobic bacterial total and proportion of methane in the process of biogas formation of Dairy Cattle Feces in Hungate Tube. The research method used is an exploratory study with descriptive translation with used delution of 10-2 for the cultivation of bacteria on two different media (NA and RGCA media). Research done in duplicate with three repetitions and bacterial colony counts and gas analysis is done by appointed days (day 2, 5, 10, 14). The average number of bacteria on NA media more than RGCA media, but a larger percentage of methane in the RGCA media (10.47%) compared to NA media (2.39%).

Keywords : Diary Cattle feces, anaerobic bacteria, Hungate Tube, biogas, methane

I. PENDAHULUAN

Limbah ternak khususnya feses merupakan hasil buangan dari hewan ternak yang merupakan sumber mikroorganisme dan mengandung bahan organik yang potensial dapat mencemari lingkungan. Limbah ternak memiliki potensi sebagai sumber energi alternatif

(2)

Analisis Jumlah Bakteri Anaerob ...E. Silvia Lestarie

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2

yaitu biogas. Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi anaerob dari bahan organik. Pemanfaatan feses sapi perah segar untuk pembuatan biogas memiliki beberapa keuntungan salah satunya yaitu mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah peternakan sapi perah. Didalam proses pembentukan biogas terdapat tiga tahapan yaitu tahapan hidrolisis, pengasaman (asidogenik), dan metanogenik.

. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Nutrisi dalam media tempat tumbuh mikoorganisme dianggap sebagai faktor utama yang memengaruhi mikoorganisme dalam memproduksi biogas. Bakteri metanogenik merupakan salah satu jenis bakteri yang dapat menghasilkan energi yaitu biogas. Kualitas biogas ini ditentukan oleh jumlah bakteri metanogenik anaerob yang berbanding lurus dengan proporsi gas metana yang dihasilkan.

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu, Feses sapi perah segar, aquades 1000 mililiter, cairan isi rumen sapi potong 80 mililiter, nutrient agar (NA) 2 gram, lactose broth (LB) 0,78 gram, larutan mineral (I) 7,5 mililiter (K2HPO4 0,6 gram dan aquades 100

mililiter), larutan mineral (II) 7,5 mililiter (NaCl 1,2 gram, (NH4)2SO4 1,2 gram, KH2PO4 0,6

gram, MgSO4.7H2O 0,25 gram dan quades 100 mililiter), larutan natrium karbonat 10 mililiter

(Natrium karbonat 8 gram dan aquades 92 mililiter), sistein-HCl-H2O 0,05 gram, glukosa 0,05

gram, bacto agar 2 gram, cellobiose 0,05 gram, resazurin 0,1 mililiter, mix gas (H2 dan CO2). 2.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, tabung hungate 30 mililiter, tabung reaksi, timbangan analitik, gelas ukur 500 mililiter dan 1000 mililiter, labu erlenmeyer 250 mililiter dan 500 mililiter, autoclave, hot plate stirrer, roll tube, syringe 1 mililiter dan 5 mililiter, water bath, kertas label, cooling box, inkubator, batang pengaduk, GC (Gas Chromatography), alumunium foil dan oven.

2.3 Persiapan dan Prosedur Pembuatan Media (pengenceran sampel dan pembuatan media penanaman bakteri anaerob)

1. Sterilisasi Media dan alat

Sterilisasi Bahan media dengan menggunakan autoclave dan mengatur suhunya sampai 1210 Celcius dengan tekanan 1 atm dan mengatur timer 15 menit. Sedangkan untuk alat strerilisasi dengan menggunakan oven 150oCelcius selama 30 menit.

(3)

Analisis Jumlah Bakteri Anaerob ...E. Silvia Lestarie

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3 2. Persiapan dan Prosedur Pembuatan Media (pengenceran sampel dan pembuatan

media penanaman bakteri anaerob). A. Media Minimalis (Nutrient Agar)

Pembuatan media minimalis diawali dengan memasukkan nutrien agar (NA) 2 gram,

lactose broth 0,78 gram, aquades 60 mililiter, resazurin 0,1 mililiter dan cairan isi rumen 40 mililiter, ke dalam labu erlenmayer. Memanaskan diatas Hot Plate Stirer, dan mengaduknya sampai homogen atau hampir mendidih. Memasukkannya kedalam Tabung Hungate masing-masing 10 miliiter untuk media tegak. Kemudian mensterilkan dengan autoclave dengan temperatur 1210 Celcius dengan tekanan 1 Atmospher (atm) selama 15-30 menit dan biarkan tabung dalam keadaan berdiri. Setelah sterilisasi, media didinginkan 45o C – 60o C pada water bath. Langkah akhir yaitu membebaskan media dari oksigen dengan cara mengalirkan mix gas H2 dan CO2.

B. Media Diperkaya(Rumen Fluid-Glucose-Cellobiose-Agar (RGCA))

Prosedur pembuatan media Rumen Fluid-Glucose-Cellobiose-Agar (RGCA) (Bryant dan Burkey, 1953) adalah sebagai berikut, memasukkan 7,5 mililiter larutan mineral I (K2HPO4 0,6 gram dan aquades 100 mililiter), 7,5 mililiter larutan mineral II (NaCl 1,2 gram

(NH4)2SO4 1,2 gram, KH2PO4 0,6 gram, MgSO4.7H2O 0,25 gram, aquades 100 mililiter)

glukosa 0,05 gram, sellobios 0,05 gram, resazurin 0,1 mililiter, bacto agar 2 gram, cairan isi rumen 40 mililiter dan aquades 50 mililiter, kemudian ditempatkan dalam labu erlenmayer. Selanjutnya memanaskan di atas Hot Plate stirrer. Setelah panas masukkan sistein HCl.H2O

0,05 gram dan larutan natrium karbonat (Na2CO3) 5 mililiter kemudian aduk sampai

homogen. Memasukkan ke dalam tabung hungate masing-masing 10 mililiter. Lalu disterilisasi dalam autoclave dengan temperatur 121°C tekanan 1 atm selama 20 menit. Setelah sterilisasi, media didinginkan 45°C - 60°C pada water bath. Langkah terakhir, membebaskan media dari oksigen dengan cara mengalirkan mix gas H2 dan CO2.

C. Prosedur pembuatan larutan pengencer No.14 (Bryant dan Burkey, 1953)

Pembuatan pengencer no 14 diawali dengan mencampurkan 7,5 mililiter larutan mineral I, 7,5 larutan mineral II, resazurin 0,1 mililiter dan aquades 100 mililiter dalam labu erlenmayer, lalu panaskan di atas Hot Plate stirrer, aduk hingga homogen, kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi masing masing 4,5 mililiter. Setelah itu, sterilisasi dalam

autoclave dengan temperatur 121 C tekanan 1 atm selama 20 menit, lalu pengencer didinginkan 45 C - 60 C pada water bath. Tahap terakhir yaitu membebaskan pengencer dari oksigen dengan cara memasukkan gas CO2 dan H2O.

(4)

Analisis Jumlah Bakteri Anaerob ...E. Silvia Lestarie

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 4 3. Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah feses sapi perah segar. Pengambilan feses dilakukan tiap minggu di ulang sebanyak 3 kali. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling karena cara pengambilan sampel dari feses sapi perah dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam anggota populasi tersebut serta populasi dianggap homogen.

2.4. Prosedur Penelitian

1. Pengenceran sampel bakteri dan penanaman Bakteri Anaerob dalam media A. Persiapan Cairan rumen

Mengambil cairan rumen menggunakan 3 kain tipis putih untuk menyaring cairan isi

rumen, melakukan sentrifus 1000 rpm selama 20 menit dengan suhu 4oC, dan memindahkan

cairan isi rumen yang telah di sentrifus kedalam tabung Scott.

B. Pengenceran perhitungan kultur sampel (Bryant dan Burkey, 1953)

Menghomogenkan feses sapi perah dengan NaCl (5 gram feses dengan 45 mililiter NaCl) dengan cara mengocok dalam tabung. Memasukkan 0,5 mililiter feses yang telah diencerkan pada tabung reaksi yang berisi pengencer no 14 sebanyak 4,5 mililiter, untuk pengenceran 10-1 sampai dengan 10-2. Mengambil 0,2 mililiter pada pengenceran 10-1 dan 10-2 menggunakan syringe dan memasukkan ke dalam tabung hungate yang berisi media

nutrien agar (NA) dan RGCA. Menyimpan sampel didalam roll tube agar media dan kultur

bakteri tersebar secara merata pada dinding tabung Hungate. Menginkubasi dengan suhu 37oC.

C. Metode Kulturasi pada Bakteri Anaerob Feses Sapi Perah

Metode Anaerobik (Hungate, 1950)

1. Penghilangan oksigen dari kandungan gas dengan menggunakan mix gas (80% H2 +

20% CO2).

2. Penghilangan O2 dari media dan larutan pengencer. Media dan larutan yang lain

dipanaskan sampai indikator resazurin berubah warna dari merah muda menjadi tanpa warna (bening). Setelah dipanaskan, media atau larutan yang lain di jaga pada kondisi suhu 50 – 600 C.

3. Lakukan hal yang sama pada media yang di perkaya.

Metode Roll Tube (Hungate, 1969)

1. Specimen (sampel yang telah diencerkan pada 10-1 dan 10-2).

2. Inokulasi (persiapan media sebelum dipergunakan dibawah kondisi steril tanpa O2 /

(5)

Analisis Jumlah Bakteri Anaerob ...E. Silvia Lestarie

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 5

3. Pemutaran : memutar media agar pada tabung hungate di roll tube selama 5- 10 menit dengan menggunakan air dingin untuk mempercepat pendinginan media dan mendapatkan lapisan agar yang tipis pada dinding tabung.

4. Inkubasi : menginkubasi media agar yang telah ditambahkan feses selama 2, 5, 10 dan 14 hari pada suhu 37oC.

5. Penghitungan koloni secara langsung

6. Analisis kualitas dan kuantitas Gas metana menggunakan Gas Chromatografy (GC).

2.5 Peubah yang di amati

Peubah yang diamati adalah jumlah bakteri anaerob dan proporsi gas metana yang dihasilkan.

2.6 Analisis Statistik

Penelitian ini merupakan metode penelitian eksploratif dengan penjabaran secara deskriptif.

a. Rata-rata hitung untuk sampel dengan rumus

Keterangan :

= Rata-rata sampel

= data sampel

= jumlah sampel yang diambil

b. Simpangan Baku S= Keterangan : S = simpangan baku = data sampel = rata-rata sampel

= jumlah sampel yang diambil

c. Varian S2 = Keterangan : S2 = varian = data sampel = rata-rata sampel

= jumlah sampel yang diambil

d. Koefisien Variasi KV = 100% Keterangan : KV = koefisien variasi S = simpangan baku = rata-rata sampel

(6)

Analisis Jumlah Bakteri Anaerob ...E. Silvia Lestarie

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 6

e. Menaksir Rata-Rata

Simpangan baku tidak diketahui dan populasi berdistribusi normal

α/2;n-1 . + α/2;n-1 .

Keterangan :

= rata-rata sampel

S = simpangan baku

t = nilai t didapat dari daftar distribusi

α = asumsi selang kepercayaan ( α-1)

= jumlah sampel yang diambil

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Jumlah Bakteri Anaerob pada Proses pembentukkan Biogas

Hasil analisis jumlah bakteri anaerob dari feses sapi perah segar dalam pembentukan biogas adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Rataan Jumlah Bakteri Anaerob yang terdapat dalam tabung Hungate pada Proses Pembentukan Biogas dari Feses Sapi Perah Segar.

Keterangan : NA = Nutrient Agar ; RGCA = Rumen Fluid-Glucose-Agar

Tabel 1. menunjukan rataan jumlah bakteri anaerob yang tumbuh pada dua media yang berbeda, yaitu media NA dan RGCA. Dari kedua media tersebut dapat terlihat bahwa pertumbuhan bakteri yang tertinggi pada hari ke dua, 338x102 Cfu/ml pada media NA dan 247x102 Cfu/ml pada media RGCA. Dan rataan jumlah bakteri terendah yaitu pada hari terakhir yaitu 143x102 Cfu/ml pada media NA dan 113x102 Cfu/ml media RGCA.

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan jumlah bakteri anaerob mengalami penurunan dari hari kedua sampai hari ke empat belas. Penurunan jumlah bakteri dapat terjadi karena kondisi lingkungan dan ketersediaan nutrisi yang semakin berkurang pada media. Hal ini sesuai dengan Koumanova (2008), yang menyatakan bahwa nutrisi dianggap sebagai faktor utama yang memengaruhi mikoorganisme dalam produksi biogas. Tingkat keseluruhan

Perlakuan Hari Media Minimalis (NA) Media Diperkaya (RGCA) ...(x 102 (Cfu/ml))... 2 338 ± 23,11 247 ± 45,59 5 245 ± 47,24 232 ± 43,01 10 178 ± 50,36 148 ± 155,44 14 143 ± 76,14 113 ± 109,44

(7)

Analisis Jumlah Bakteri Anaerob ...E. Silvia Lestarie

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 7

pemanfaatan bahan organik dan produksi gas metana tergantung pada sejauh mana kebutuhan nutrisi bakteri metanogen dan bakteri non-metanogen dapat dipenuhi oleh bahan organik.

Jumlah bakteri metanogenik ini akan berbanding lurus dengan gas metana yang dihasilkan. Hal ini tergantung dari jumlah mikroba pengurai dalam proses metanogenesis dengan jumlah kebutuhan nutrisi yang terdapat dalam bahan baku (media). Manfaat nutrisi dalam media untuk pertumbuhan bakteri dalam hal sesuai dengan Puspitasari, dkk., (2015) yang berpendapat bahwa terdapat selang waktu yang dibutuhkan bagi sel bakteri untuk membelah diri, selang waktu tersebut dikenal sebagai waktu generasi. Waktu generasi bakteri tergantung pada kesediaan nutrien dan kondisi fisik lingkungan terhadap kebutuhan bakteri tersebut. Komposisi pada media Nutrient Agar (NA) berbeda dengan media Rumen

Fluid-Glucose-Cellobiose-Agar (RGCA) sehingga kandungan nutrisi yang terdapat didalamnya pun

akan berbeda. Hal ini terbukti dari dihasilkannya rataan jumlah bakteri pada NA lebih banyak (bakteri anaerob) dibandingkan pada media RGCA karena pada media NA terdiri dari ekstrak beef, pepton, NaCl, Aquades, agar, dan Lactos Broth. Sedangkan pada media RGCA terdiri dari larutan Mineral I dan mineral II, larutan Na2CO3, sistein, glukosa, bacto agar, cellobiose, dan resazurin. Kedua media tersebut ditambahkan dengan cairan isi rumen. Penambahan cairan isi rumen tersebut bertujuan untuk memberikan suasana yang sama seperti didalam rumen sapi, sebab didalam rumen terdapat keanekaragaman mikroba yang lebih tinggi dibandingkan yang terdapat dalam feses karena kandungan makronutrien dan mikronutrien yang terdapat dalam rumen lebih banyak dibanding yang terdapat dalam feses (Puspitasari, dkk 2015).

Semakin banyak kandungan bahan organik dan nutrisi yang terdapat dalam media, maka bakteri anaerob (metanogenik) dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta semakin banyak bahan organik dan nutrisi pula yang dapat diubah menjadi gas metana.

(8)

Analisis Jumlah Bakteri Anaerob ...E. Silvia Lestarie

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 8 3.2 Proporsi Gas Metana pada Proses Pembentukan Biogas

Tabel 2. Rataan Proporsi Gas Metana pada Proses Pembentukan Biogas dari Feses Sapi Perah Segar

Hari

Perlakuan

Media Minimalis (NA) Media Diperkaya (RGCA)

CH4 CO2 N2O CH4 CO2 N2O ...(%)... 2 0,93 99,07 0,001 0,90 99,10 0,002 5 2,39 97,61 0,002 7,90 92,09 0,023 10 2,39 97,58 0,031 2,37 97,61 0,020 14 1,06 98,93 0,011 10,47 89,46 0,074

Keterangan : NA = media Nutrient Agar; RGCA = media Rumen Fluid-Glucose-Agar

Tabel 2. Menjelaskan hasil analisis biogas untuk mengetahui proporsi gas metana pada media NA dan RGCA dengan menggunakan alat Gas Chromatoghrafy (GC). Proporsi gas metana mulai mengalami peningkatan pada hari kelima yaitu 2,39% (media NA) dan 7,90 % (media RGCA). Kemudian gas metana terus mengalami peningkatan sampai hari ke empat belas pada media RGCA yaitu 10,47% sedangkan pada media NA mengalami penurunan pada hari ke empat belas yaitu 1,06%. Hal ini berkaitan erat dengan nutrisi dan ketersediaan bahan organik yang terdapat dalam media, dan juga berkaitan dengan biomassa bakteri metanogenik yang terdapat didalamnya.

Jumlah bakteri metanogenik akan berbanding lurus dengan produksi gas yang dihasilkan. Bakteri tersebut adalah bakteri metanogenik penghasil gas metana. Rataan jumlah bakteri anaerob pada media RGCA lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri pada media NA, namun persentase gas metana pada media RGCA lebih tinggi (10,47%) dibandingkan media NA (2,39%). Hal ini diduga, karena jumlah bakteri anaerob yang terdapat pada media NA lebih banyak bakteri non-metanogen, sedangkan pada media RGCA lebih banyak terdapat bakteri metanogennya. Hal ini sejalan dengan pendapat Milono (1981) yang menyatakan bahwa terdapat empat jenis bakteri anaerob yang berperan dalam memproduksi gas metana yaitu, Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus, dan Methanosarcina. Lebih banyaknya bakteri metanogenik yang terdapat didalam media RGCA disebabkan oleh terakumulasinya bakteri metana (awal) dan gas metana yang berasal dari feses dengan bakteri

(9)

Analisis Jumlah Bakteri Anaerob ...E. Silvia Lestarie

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 9

metanogenik yang tumbuh setelah masa inkubasi berlangsung hal ini sesuai dengan Christy P. Merlin, dkk., (2014) yang menjelaskan bahwa bakteri metanogenik yang terbawa oleh feses yang dikeluarkan oleh hewan ternak masih dapat menghasilkan gas metana yang dihasilkan dari proses anaerob dari dalam rumen. Hal ini terbukti dari penelitian yang telah dilakukan Christy P. Merlin, dkk (2014) mengenai dinamika pertumbuhan bakteri, bahwa pada hari ke nol (pertama) dilakukannya inkubasi telah terdapat bakteri Methanobacterium, spp. dan

Methanosarcina, spp. yaitu golongan bakteri yang termasuk kedalam bakteri metanogen.

Ilustrasi 1. Grafik Pembentukkan Biogas Media NA

Ilustrasi 2. Grafik Pembentukkan Biogas Media RGCA

(10)

Analisis Jumlah Bakteri Anaerob ...E. Silvia Lestarie

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 10 Ilustrasi 3. Pola Pembentukkan Biogas (Eulis, 2009)

Ilustrasi 1 dan 2 menunjukan tingkatan persentase gas metana dari masing-masing media. Persentase gas metana yang tertinggi berada pada media RGCA, hal ini dikarenakan adanya penambahan Na2CO3 (buffer) dalam komposisi media tersebut, yang dapat mempercepat laju

pembentukan biogas dan mampu untuk mempertahankan pH agar berada pada range yang tepat untuk pertumbuhan bakteri metanogenik, sehingga produksi gas metana lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan Milono (1981) yang menyatakan bahwa kegagalan proses pencernaan anaerobik dalam digester biogas bisa dikarenakan tidak seimbangnya populasi bakteri metanogenik terhadap bakteri asam yang menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam (pH kurang dari 7) yang selanjutnya menghambat kelangsungan hidup bakteri metanogenik. Kondisi keasaman yang optimal pada pencernaan anaerobik yaitu sekitar pH 6,8 sampai 8. Hal ini sesuai dengan Merkel (1981) yang berpendapat bahwa bakteri metanogenik membutuhkan lingkungan pH netral sampai dengan agak basa (6,8-8,5) untuk menghasilkan gas metana. Penambahan buffer mengakibatkan pH medium berada pada range tumbuh bakteri metanogenik tersebut, sehingga produksi biogas dapat berjalan terus menerus. Sebab bakteri pembentuk gas metana secara signifikan terhambat aktivitasnya pada pH dibawah 6,6 (Merkel, 1981).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

1. Jumlah bakteri anaerob pada proses pembentukkan biogas dalam tabung hungate dari

feses sapi perah segar pada media NA sebagai berikut, hari kedua 338x102 Cfu/ml, hari kelima 245x102 Cfu/ml, hari kesepuluh 178x102 Cfu/ml, hari ke empat belas 143x102 Cfu/ml. Pada media RGCA, hari kedua 247x102 Cfu/ml, hari kelima 232x102 Cfu/ml, hari kesepuluh 148x102 Cfu/ml, hari ke empat belas 113x102 Cfu/ml.

2. Proporsi gas metana pada proses pembentukkan biogas dalam tabung hungate dari feses sapi perah segar pada media NA sebagai berikut, hari kedua 0,93%, hari kelima

(11)

Analisis Jumlah Bakteri Anaerob ...E. Silvia Lestarie

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 11

2,39%, hari kesepuluh 2,93%, hari ke empat belas 1,06%. Pada media RGCA, hari kedua 0,90%, hari kelima 7,90%, hari kesepuluh 2,37%, hari ke empat belas 10,47%.

4.2 Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai jenis spesifik bakteri anaerob yang terdapat dalam media NA dan RGCA pada proses pembentukkan biogas dari feses sapi perah dalam tabung Hungate.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini hingga diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Ucapan terimakasih kepada Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Laboratorium Mikrobiologi dan Penanganan Limbah Peternakan, Laboratorium Nano Teknologi, Balai Penelitian Pertanian Pati Jawa Tengah serta kepada Dr.Ir. Yuli Astuti Hidayati, MP. selaku dosen pembimbing utama, Ir. Wowon Juanda, MS. selaku dosen pembimbing anggota dan Prof. Ir. Ellin Harlia, MS., selaku ketua tim dosen dalam penelitian dan Academic Leadership Grant (ALG) yang telah memberikan dukungan materiil dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adamovics, J.A. (1997). Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals 2nd Edition .New York :Marcel Dekker.

Bryant, M.P. and Burkey, L.A.1953. Cultural methods and some chacarcteristics of some of the more numerous groups of bacteria in the bovine rumen. J. Dairy Sci., 36, 205-217. Christy, P. Merlin., Gopinath, L.R., dan Didy, D. 2014. Microbial Dynamics During

Anaerobic Digestion Of Cow Dung. International Journal of Plant, Animal and Environmental Sciences. Departement of Biotechnology, Tamil Nadu, India. Vol 4. Dwijoseputro, D. 2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta.

Eulis, Tanti. M. 2009. Biokonversi Limbah Industri Peternakan. Unpad Press.

Guo YQ, Hu WL, Liu JX .2005. Methanogens and manipulation of methane production in

the rumen. Wei Sheng Wu Xue Bao 45:145–148.

Gustiar.F, R.A. Suwignyo., Suheryanto., Munandar. 2014. Reduksi Gas Metan (CH4) dengan

Meningkatkan Komposisi Konsentrat dalam Pakan Ternak Sapi. Jurnal Peternakan Swriwijaya. Vol 3 No1.

Hadi, N., 1981. Gas Bio Sebagai Bhan Bakar. Lemigas, Cepu.

Harianto, B. dan A. Thalib, 2009. Emisi Metan dari Fermentasi entrik: kontribusinya secara Nasional dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya pada ternak. Balai Penelitian Ternak.

(12)

Analisis Jumlah Bakteri Anaerob ...E. Silvia Lestarie

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 12

Hungate, R.E.1969.A roll tube method for cultiving of strict anaerobes. In Methodes in Microbiology, Vol. 3B, Norris J.R. and Ribbons, D.W., editors, Academi Press, New York. 118-132.

___________.1950.The anaerobic mesophillic cellulolytic bacteria. Bact. Rev., 14,1-49. Lyberatos, G., Skiadas, I. V., 1999. Modelling of Anaerobic Digestion – A Review. Global

Nest the Int. J. Vol 1, No 2, pp 63- 76.

Made Mara, I.2012.Analisis Penyerapan Gas Karbondioksida(CO2)Dengan Larutan NaOH

Terhadap Kualitas Biogas Kotoran Sapi. Dinamika Teknik Mesin, Volume 2 No.1.

Koumanova B, Antova PP. 2002. Adsorption of p-chlorophenol from aqueous solution on bentonite and perlite. Journals Of United Dtates Of America by Saybrook Press, inc.

Merkel, J.A. 1981. Managing Livestock Waste. The Avi Publishing Company, Inc.

Westport,Connecticut.Printed in The United States of America by Saybrook Press, Inc. Milono, P., T. Lindajati, and S. Aman. 1981. Biogas Production from Agricultural Organic

Residues. Journals of Biogas Technology, Working Group on Food waste

Materials.52-65.

Puspitasari, R., Muladno., Atabany, A., Salundik.2015. Produksi Gas Metana (CH4) dari Fese Sapi FH Laktasi dengan Pakan Rumput Gajah dan Jerami Padi. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. Vol 3 No1.

Polprasert, C. 1989. Organic waste recycling. Chichester: John Wiley & Son.

Salman, Lia Budimulyati. 1995. Pengaruh Defunasi Parsial dengan Lerak Terhadap Jumlah

Protozoa, Konsentrasi Asam Lemak Terbang, N-Amonia, dan Derajat Keasaman Cairan Rumen Sapi. Thesis hal 37.

Simamora, S. 1989. Pengelolaan Limbah Peternakan (Animal Waste Management).

Teknologi Energi Gasbio. Fakultas Politeknik Pertanian IPB. Bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen P dan K.

Tuti, Haryati. 2006. Bioga : Limbah Peternakan yang menjadi Sumber Energi Alternatif.

Jurnal Ilmu Ternak Balai Penelitian ternak Bogor. Vol 16 No3.

Uli, W., Stohr, U. dan Hees, N. (1989). Biogas Plants in Animal Husbandry: A Practical

Guide. GATE Publication, Germany.

Widiawati, Y. M. Winugroho, P. Mahyudin. 2010. Estimasi Produksi gas metana dari rumput

dan tanaman legumenosa yang diukur secara Invitro. Jurnal Ilmu Ternak Teknologi Peternakan dan Veteriner, Balai Penelitian Ternak, Bogor.

(13)

Analisis Jumlah Bakteri Anaerob ...E. Silvia Lestarie

Gambar

Tabel 1.  Rataan Jumlah Bakteri Anaerob yang terdapat dalam tabung Hungate pada   Proses Pembentukan Biogas dari Feses Sapi Perah Segar
Tabel  2.  Rataan  Proporsi  Gas  Metana  pada  Proses  Pembentukan  Biogas  dari  Feses  Sapi Perah Segar
Ilustrasi 1. Grafik Pembentukkan Biogas Media NA
Ilustrasi 3. Pola Pembentukkan Biogas (Eulis, 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran sludge biogas feses sapi perah dan serbuk sabut kelapa terhada kandungan Ca, Mg dan kapasitas tukar kation

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat tebar cacing Lumbricus rubellus pada media sludge biogas feses sapi perah dan rarapen berpengaruh nyata terhadap produ ksi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh imbangan antara feses kuda dan feses sapi potong terhadap jumlah total bakteri dan Enterobacteriaceae

ini diduga kondisi kadar air dan ukuran partikel substrat feses sa pi perah pad a perlakuan P2 sesuai dengan kebutuhan dalarn proses fennentasi anaerob kering, dan kondisi

Untuk meningkatkan kandungan N, P dan K pupuk organik padat dari Sludge biogas feses sapi perah dengan perbandingan air yang berbeda dapat dilakukan dengan

Dengan kandungan unsur hara dan turunnya kandungan bakteri patogenik dan bakteri Coliform , maka lumpur hasil pengolahan biogas feses sapi Bali aman untuk

Dengan kandungan unsur hara dan turunnya kandungan bakteri patogenik dan bakteri Coliform, maka lumpur hasil pengolahan biogas feses sapi Bali aman untuk