• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDEOLOGI MUHAMMADIYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDEOLOGI MUHAMMADIYAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Materi Refreshing Ideologi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah IDEOLOGI MUHAMMADIYAH

A. Pengertian Ideologi

Berasal dari bahasa Yunani idea (ide/gagasan) dan logos (studi tentang, pengetahuan tentang). Pada akhir abad ke-18, Destutt de Tracy memunculkan kata ideologi sebagai istilah yang menunjuk pada “ilmu tentang gagasan. Menurut sejarahnya, memang istilah ideologi ini pertama-tama dikemukakan oleh de Tracy oleh seorang filosof Perancis yang punya cita-cita membangun suatu sistem pengetahuan, yang ia sebut sebagai “science of ideas”. Kata tersebut secara bervariasi digunakan untuk mencirikan gagasan-gagasan, ideal-ideal, kepercayaan-kepercayaan, keinginan-keinginan, nilai-nilai, weltanschauungen (pandangan dunia), agama-agama, filsafat politik, dasar kebenaran moral.

Beberapa pengertian ideologi:

 Ideologi adalah setiap sistem gagasan yang mempelajari keyakinan-keyakinan dan hal-hal ideal filosofis, ekonomis, politis, sosial.

 Ideologi adalah sebuah sistem khusus tentang gagasan, khususnya dalam bidang sosial dan politik.

 Ideologi adalah ilmu pengetahuan tentang gagasan.

 Ideologi adalah sebuah sistem filsafat yang menurunkan gagasan-gagasan

khusus dari penginderaan.

 Ideologi adalah pemikiran abstrak khususnya dari sebuah khayalan atau sifat dasar yang tidak praktis.

Sedangkan menurut Alex Sobur, pakar komunikasi, pengertian ideologi diklasifikasikan ke dalam tiga pengertian atau kecenderungan: yang positif , yang negatif, dan yang netral.

Pengertian ideologi secara positif dan negatif dikemukakan Jorge Larrain. Secara positif, ideologi dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia (worldview) yang menyatakan nilai-nilai kelompok sosial tertentu untuk membela dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka. Secara negatif, ideologi dilihat sebagai suatu kesadaran palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan pemahaman orang mengenai realitas sosial.

Dalam pengertian netral, ideologi dipersepsi David Kaplan dalam penggunaannya tentang nilai, norma, falsafah, dan kepercayaan religius, sentimen, kaidah etis, pengetahuan atau wawasan tentang dunia, etos dan semacamnya. Atau menurut Franz Magnis-Suseno pengertian ideologi sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai-nilai, dan sikap-sikap dasar rohani sebuah gerakan, kelompok sosial atau kebudayaan.

Menurut Sastra Pratedja, setiap ideologi pasti mengandung tiga unsur, yaitu:

a. Adanya suatu penafsiran terhadap kenyataan atau realitas (interpretasi). b. Setiap ideologi memuat seperangkat nilai atau suatu ketentuan (preskripsi) moral. Dengan demikian berarti setiap ideologi secara implisit memuat penolakan terhadap sistem moral lainnya.

(2)

Materi Refreshing Ideologi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah

c. Ideologi memuat suatu orientasi pada tindakan (program aksi), ideologi merupakan suatu pedoman kegiatan untuk mewujudkan nilai-nilai yang termuat di dalamnya.

Teori mengenai ideologi mempermasalahkan tiga soal. Pertama, “whether or how self or group interest distorts their understanding” (apakah benar dan bagaimanakah kepentingan sendiri dan kepentingan kelompok mengacaukan kemampuan untuk memahami sesuatu); kedua “whether the only validity any ideology view can have is relative to circumstances” (apakah suatu ideologi itu diterima hanya jika sesuai dengan kenyataan); dan ketiga,”whether empirical observation gives us any test of the validity of an ideology” (apakah observasi empiris dapat memberi kita suatu batu ujian untuk mengetahui validitas suatu ideologi).

Ada tiga dimensi yang dipakai untuk melihat dan mengukur kualitas sesuatu ideologi, yakni (1) kemampuannya mencerminkan realitas yang hidup dalam masyarakat, (2) mutu idealisme yang dikandungnya, dan (3) sifat fleksibilitas yang dimilikinya.

Dimensi pertama ideologi ialah pencerminan realitas yang hidup dalam masyarakat di mana ia muncul pertama kalinya, paling tidak pada saat-saat kelahirannya itu. Dengan kata lain, ideologi itu merupakan gambaran tentang sejauh mana sesuatu masyarakat berhasil memahami dirinya sendiri. Dengan demikian, daya tahan sesuatu ideologi, antara lain, tergantung pada tinggi atau rendahnya kemampuan intelektual mereka yang melahirkannya dalam meneliti dan menganalisis masyarakatnya secara objektif. Jika kemampuan itu tinggi, maka ideologi yang lahir akan mempunyai relevansi yang kuat dengan jiwa dan kehidupan masyarakat dan sebaliknya.

Dimensi kedua dari ideologi ialah lukisan tentang kemampuannya memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan yang ada dalam masyarakat untuk mempunyai kehidupan bersama secara lebih baik dan untuk membangun suatu masa depan yang lebih cerah. Dalam hal ini idealisme dapat dianggap sebagai motor penggerak yang membangkitkan hasrat anggota-anggota masyarakat untuk hidup bersama dan bersatu, menggairahkan partisipasi mereka dalam usaha-usaha bersama seperti pembangunan. Tinggi rendahnya kualitas idealisme merupakan ukuran penting lain untuk melihat daya tahan ideologi. Kualitas ini, antara lain dapat diukur melalui persepsi masyarakat, yaitu adakah idealisme dapat mereka rasakan dan anggap sebagai cita-cita yang wajar dan dapat dicapai, ataukah hanya sebagai utopia atau sekadar lambungan angan-angan yang sangat kabur dan oleh karena itu terasa tak mungkin dapat dijangkau.

Dimensi ketiga dari ideologi-erat kaitannya dengan kedua dimensi di atas-mencerminkan kemampuan sesuatu ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan atau perkembangan masyarakatnya. Mempengaruhi berarti ikut mewarnai proses perkembangan itu, sedangkan menyesuaikan diri berarti bahwa masyarakat berhasil menemukan interpretasi-interpretasi baru terhadap nilai-nilai dasar atau pokok dari ideologi itu sesuai dengan realita-realita baru yang muncul dan mereka hadapi. Dengan demikian, nilai-nilai dasar itu, seperti nasionalisme dan keadilan sosial, akan tampak selalu relevan sebagai idealisme yang wajar. Jadi, supaya tetap relevan, ideologi itu

(3)

Materi Refreshing Ideologi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah

tampaknya perlu mempunyai sifat yang lentur agar dapat melahirkan interpretasi-interpretasi baru tentang dirinya sesuai dengan perkembangan zaman. Ada atau tidaknya, tinggi atau rendahnya sifat lentur ini dapat pula dipakai sebagai ukuran penting ketiga dalam melihat kualitas dan daya tahan sesuatu ideologi dalam masyarakat.

B. Fungsi Ideologi

Fungsi ideologi adalah pembenaran yang menyamarkan sekumpulan kepentingan-kepentingan tertentu. Ideologi sebagai sistem kepercayaan dapat digunakan untuk menggerakkan massa untuk melakukan aksi. Ideologi juga digunakan oleh suatu kelompok sosial agar dunia dapat memahami mereka.

C. Latarbelakang formulasi ideologi di Muhammadiyah

Ideologisasi (formulasi ideologi) pemikiran keagamaan Muhammadiyah memperoleh momentumnya setelah memasuki zaman kemerdekaan, di mana terjadi perubahan sosial-politik yang cukup mendasar. Sejak itu terjadi pergumulan politik ideologi yang berkepanjangan (1945-1965). Dimulai dengan perdebatan mengenai perumusan ideologi negara, di mana para politisi Islam menginginkan Islam sebagai dasar negara, sementara golongan lain menolaknya, kemudian berakhir dengan ditetapkannya pancasila sebagai dasar negara. Para politisi Islam menginginkan tetap dicantumkannya tujuh kata “dengan menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dalam Piagam Jakarta, tetapi akhirnya tetap dihapuskan. Pergumulan politik golongan berdasarkan ideologi berlanjut terus dan kemudian terkristalisasi menjadi benturan antara NASAKOM yaitu kekuatan progresif Revolusioner, yaitu kekuatan yang mendukung pemerintah, dan menyetujui terhadap seluruh kebijakan politik negara, berbenturan dengan kelompok “Kontra Revolusi” yang berakhir dengan pemberontakan G.30 S-PKI sebagai tragedi nasional.

Dalam merespon perubahan sosial yang diwarnai dengan pergumulan politik ideologi tersebut, Muhammadiyah memerlukan sebuah ideologi yang jelas, sebagaimana negara juga memerlukan ideologi. Proses ideologisasi ini nampaknya berjalan terus sejak kemerdekaan sampai awal era Orde Baru.

Embrio formulasi ideologi Muhammadiyah sudah dimulai sejak kepemimpinan K.H. Mas Mansur, ketika Muhammadiyah bersentuhan dengan persoalan politik menjelang kemerdekaan. Pengganti K.H. Mas Mansur yaitu Ki Bagus Hadikusumo (PB Muhammadiyah periode 1942-1953) merumuskan lebih sistematis pemikiran ideologis Muhammadiyah dalam konsep Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Konsep tersebut kemudian dibahas pada konggres (Muktamar) Muhammadiyah ke-31 tahun 1950. Dan baru disahkan di sidang Tanwir tahun 1951.

Kondisi sosial-politik mengalami perubahan drastis di era Orde Baru yakni merupakan titik balik dari sebelumnya. Dari politik ideologi ke deideologisasi politik, menuju ideologi tunggal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang ujungnya ialah penetapan Pancasila sebagai asas tunggal. Dalam merespon perubahan sosial politik tersebut Muhammadiyah meninjau kembali pemikiran ideologisnya yang telah berkembang sepanjang sejarahnya, kemudian

(4)

Materi Refreshing Ideologi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah

menformulasikannya secara eksplisit menjadi ideologi Muhammadiyah. Namun karena istilah ideologi waktu itu menjadi barang tabu, maka Muhammadiyah mengemasnya dengan terminologi lain yaitu “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCH)” yang diproses melalui Sidang Tanwir di Ponorogo tahun 1969 setelah disempurnakan.

Dengan menyimak perkembangan pemikiran ideologis Muhammadiyah, tampak bahwa: pertama, faktor perubahan sosial-politik sangat mendorong upaya formulasi ideologi, yang berarti ideologisasi merupakan tuntutan sejarah untuk

memelihara konsistensi perjuangan dan keutuhan warganya; kedua,

Muhammadiyah lewat tokoh-tokohnya yang memiliki kemampuan berpikir substantif telah merumuskan cita-cita perjuangannya yaitu “terwujudnya masyarakat Islam”.

a) Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM)

1. Latar Belakang Perumusan MADM

Adalah Ki Bagus Hadikusumo yang telah berhasil dengan cemerlang merumuskan Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, termasuk juga formulasi maksud dan tujuan Muhammadiyah mengalami perubahan yang cukup fundamental pada periode beliau.

Konsep MADM bukan ide murni Ki Bagus Hadikusumo, akan tetapi hasil refleksi terhadap pokok-pokok pikiran, ide dan gagasan KHA Dahlan. Oleh Ki Bagus Hadikusumo, ide-ide KHA Dahlan diformulasikan menjadi rancangan atau konsep MADM. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa konsep MADM yang disusun oleh Ki Bagus Hadikusumo adalah menggambarkan falsafah hidup dan falsafah perjuangan KHA Dahlan, yang didalamnya secara jelas menegaskan tentang “dasar dan keyakinan hidup”, “tujuan atau cita-cita hidup” dan “cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan hidup”.

MADM disusun setelah 38 tahun gerakan Muhammadiyah melancarkan aktivitas dan usahanya. Hasil rumusan MADM pertama kali diperkenalkan dalam Muktamar Darurat tahun 1946 di Yogyakarta. Selanjutnya dalam Muktamar ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950 konsep MADM tersebut diajukan kembali untuk dibahas dan disahkan secara resmi. Akan tetapi pada waktu itu muncul pula konsep lain yang disusun oleh Prof. DR. HAMKA dan kawan-kawannya yang isinya lebih menitikberatkan pada peranan dan sumbangsih Muhammadiyah dalam mengisi kemerdekaan dan pembangunan bangsa dan negara. Akhirnya konsep Ki Bagus Hadikusumo diterima oleh Sidang Tanwir 1951 dengan penyempurnaan susunan redaksionalnya. Yang menjadi tim penyempurna MADM adalah Prof. DR. HAMKA, Prof. Mr. Kasman Singodimedjo, KH. Farid Ma’ruf dan Zein Djambek.

Dengan uraian singkat di atas dapat disebutkan beberapa latarbelakang penyusunan MADM, antara lain.

1. Belum adanya rumusan formal tentang dasar dan cita-cita perjuangan Muhammadiyah.

2. Kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah menampakkan gejala

(5)

Materi Refreshing Ideologi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah

3. Makin kuatnya berbagai pengaruh alam pikiran dari luar, yang langsung atau tidak langsung berhadapan dengan paham dan keyakinan hidup Muhammadiyah.

4. Dorongan disusunya Pembukaan Undang-Undang Dasar RI tahun

1945.

2. Hakikat dan Fungsi MADM

Adapun hakikat MADM adalah suatu kesimpulan dari perintah dan ajaran Al-Quran dan as-Sunnah tentang pengabdian manusia kepada Allah swt, amal dan perjuangan bagi setiap muslim yang sadar akan kedudukannya selaku hamba dan khalifah di muka bumi.

Sedangkan fungsi MADM sebagai jiwa, nafas dan semangat pengabdian dan perjuangan ke dalam tubuh dan segala gerak organisasinya, yang harus dijadikan asas dan pusat tujuan perjuangan Muhammadiyah.

3. Matan Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.

Matan MADM terdiri dari 7 paragraf yang setiap paragraf berisi satu pokok pikiran sebagaimana berikut di bawah ini:

PERTAMA : Hidup manusia harus berdasarkan “TAUHID”, yaitu

mengesakan Allah; bertuhan, beribadah serta patuh hanya kepada Allah semata.

KEDUA : Hidup manusia harus bermasyarakat.

KETIGA : Hanya ajaran Islam satu-satunya ajaran hidup yang dapat

dijadikan sendi pembentuk pribadi utama dan mengatur ketertiban hidup bersama (bermasyarakat) menuju hidup bahagia sejahtera yang hakiki dunia dan akhirat.

KEEMPAT : Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam

untuk mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah Swt adalah wajib, sebagai ibadah kepada Allah, dan berbuat islah dan ihsan kepada sesama manusia.

KELIMA : Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam

hanyalah akan berhasil bila dengan mengikuti jejak (itiiba’) perjuangan para Nabi, terutama perjuangan Nabi Muhammad saw.

KEENAM : Perjuangan mewujudkan pokok-pokok pikiran seperti di atas

hanya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan akan berhasil bila dengan cara berorganisasi.

KETUJUH : Seluruh perjuangan diarahkan kepada tercapainya tujuan

Muhammadiyah, yaitu terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah swt.

Ketujuh pokok pikiran yang tersimpul dalam MADM sebagaimana di atas pada hakikatnya menggambarkan suatu ideologi yang dianut oleh Muhammadiyah secara signifikan. Sebagaimana ideologi pada umumnya, di dalam setiap ideologi pasti terdapat tiga unsur yang paling utama, yaitu:

(6)

Materi Refreshing Ideologi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah

a. Adanya suatu realitas yang diyakini dalam hidupnya (keyakinan hidup). Keyakinan Muhammadiyah ini tergambar secara jelas pada pokok pikiran I, II, III dan IV.

b. Keyakinan tersebut dijadikan landasan untuk merumuskan tujuan hidup yang dicita-citakan (tujuan hidup). Tergambar dalam pokok pikiran VII. c. Cara atau ajaran yang digunakan untuk merealisasikan tujuan yang

dicita-citakan. Tergambar dalam pokok pikiran V danVI.

C. Kepribadian Muhammadiyah

1. Latar Belakang Perumusan Kepribadian Muhammadiyah

Perumusan Kepribadian Muhammadiyah sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari keterkaitannya dengan kondisi dan situasi negara pada sekitar tahun 1962. Sebagaimana telah dimaklumi secara luas bahwa dengan dimulainya peristiwa Dekrit Presiden 5 Juli 1959 negara Indonesia memasuki zaman baru yang dikenal dengan zaman demokrasi Terpimpin, atau lebih terkenal dengan sebutan zaman Nasakom atau pemerintahan Nasakom.

Secara realitas obyektif dan jujur harus diakui bahwa waktu itu kekuatan ideologis politis bangsa Indonesia terkelompok dalam tiga kekuatan, yaitu kelompok Kebangsaan atau Nasionalis, kelompok Islam dan Kelompok Komunis.

Dalam kenyataannya Muhammadiyah yang berafiliasi dengan Partai Masyumi menjadikan hubungan Muhammadiyah dengan pemerintah tidak harmonis. Partai Masyumi memiliki hubungan yang buruk dengan pemerintah karena selalu menolak kebijakan pemerintah. Sebagai contoh, partai Masyumi menentang sistem “Demokrasi Terpimpin”, dan menolak untuk duduk di kabinet bila harus bekerjasama dengan PKI.

Masyumi adalah suatu Partai Islam hasil Muktamar Islam Indonesia yang berlangsung di Gedung Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta tanggal 7-8 November 1945. Dan dalam sejarah perjalanan Partai Masyumi maka sekian banyak tokoh-tokoh Muhammadiyah mengambil peran serta sebagai anggota Pimpinan Masyumi.

Akhirnya Partai Masyumi dibubarkan oleh Bung Karno pada tahun 1960 yang tentunya tidak menguntungkan bagi perjalanan Muhammadiyah. Dalam kondisi demikian, Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 1961 (menjelang Muktamar setengah abad tahun 1962 ) menyelenggarakan kursus pimpinan Muhammadiyah seluruh Indonesia yang berlangsung di Yogyakarta. Salah satu pembicaranya yaitu, KH. Faqih Usman membawakan makalah yang berjudul “Apakah Muhammadiyah itu?” Dalam makalah ini Fakih Usman menguraikan secara tepat tentang jati diri Muhammadiyah yang sebenarnya, menguraikan tentang hakekat apa dan siapa Muhammadiyah itu.

Makalah yang disampaikan oleh Fakih Usman itu kemudian disepakati untuk dirumuskan menjadi “KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH”. Yang menjadi tim perumusnya adalah Prof. DR. HAMKA, KH. Wardan Diponingrat, H. Djarnawi Hadikusumo, HM. Djindar Tamimy, HM. Saleh Ibrahim, serta KH. Fakih Usman.

(7)

Materi Refreshing Ideologi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah

2. Fungsi Kepribadian Muhammadiyah

Kepribadian Muhammadiyah berfungsi sebagai landasan, pedoman dan pegangan bagi gerak Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat utama, adil makmur yang diridhai Allah swt.

3. Matan Kepribadian Muhammadiyah

I. Apakah Muhammadiyah itu?

Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan gerakan Islam.

Maksud geraknya adalah Da’wah Islam amar ma’ruf nahi-mungkar yang

ditujukan pada dua bidang: perseorangan dan masyarakat. Dakwah dan amar-ma’ruf nahi-mungkar pada bidang yang pertama terbagi menjadi dua golongan, kepada yang Islam bersifat pembaharuan (tajdid) yaitu mengembalikan kepada ajaran-ajaran Islam yang murni. Yang kedua kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam. Adapun dakwah dan amar ma-ruf nahi-mungkar kedua, ialah kepada masyarakat, bersifat perbaikan dan bimbingan serta peringatan.

Dalam melaksanakan dakwah dan amar-ma’ruf nahi mungkar dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya ialah: terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

II. Dasar Amal Usaha Muhammadiyah

Dalam perjuangan melaksanakan usaha menuju tujuan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang dapat mewujudkan kesejahteraan dan kebahagian di muka bumi, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsip-prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, yaitu:

a. Hidup manusia harus berdasarkan tauhid, ibadah dan taat kepada Allah. b. Hidup manusia harus bermasyarakat.

c. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

d. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah

kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada manusia.

e. Ittiba’ kepada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad saw.

f. Melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi. III. Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah

Meninjau dasar prinsip tersebut di atas maka apa pun yang diusahakan dan bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasulnya, bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridhai Allah”.

IV. Sifat-sifat Muhammadiyah

Memperhatikan uraian tersebut di atas tentang: a. Apakah Muhammadiyah itu? b. Dasar dan amal-usaha Muhammadiyah dan c. Pedoman

(8)

Materi Refreshing Ideologi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah

amal-usaha dan perjuangan Muhammadiyah, maka Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifat-sifatnya, terutama yang terjalin di bawah ini:

1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.

2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.

3. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.

4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.

5. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah negara yang sah.

6. Amar-maruf nahi-mungkar dalam segala lapangan serta menjadi

contoh tauladan yang baik.

7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembanguan sesuai dengan ajaran Islam.

8. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha

menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya.

9. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam

memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah.

Referensi

Dokumen terkait

Novel is kind of the literature, according to Rees (1973:106) says that novel is a fictitious prose narrative of considerable length in which characters and actions representative

kecanduan maka sebagai orangtua ataupun sahabat kita perlu untuk memberikan dukungan dan kekuatan untuk berhenti dan menjauhi narkoba. Pengguna narkoba sebenarnya tidak

ditentukan sebanyak 10 gram sulfur yang diradiasi selama 5 hari pada daya 25 MW, karena berdasarkan pesanan radioisotop P-32 untuk keperluan litbang sebanyak 1 Ci untuk

Penyebaran alat tes ini dilakukan dengan mendatangi sekolah- sekolah umum dan sekolah-sekolah luar biasa. Setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian dari kepala sekolah

Penelitian umur simpan produk Miki Cyclamate ini dilakukan dengan metode ASLT ( Accelerated Shelf Life Test ) karena produk Miki Cyclamate termasuk salah satu bahan

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui situasi dan kondisi Aceh sebelum dijadikan Daerah Operasi Militer pada tahun 1989-1998; (2) mengetahui proses

Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal (laba ditahan dan penyusutan) dibandingkan dengan pendanaan eksternal, seperti hutang dan saham. Alasan peneliti melakukan