• Tidak ada hasil yang ditemukan

ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN TARIF RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN TARIF RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ACTIVITY BASED COSTING

DALAM PENENTUAN TARIF RAWAT INAP

RUMAH SAKIT UMUM

Hendra Kurniawan

hendra.kalangi@gmail.com

Dini Widyawati

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The hospital requires the inpatient service fares calculation method in order to generate accurate cost information which is in appropriate with its service activities. It is very difficult in making of the decision in determining hospital service fares since the information is inadequate and incomplete so the decision making always collides with the data which is related to the determination of the service fares. This collision influence the determination of the hospital service fares so it creates a problem in the decision making of service fares determination which is provided to the customers. Therefore, a hospital should be able to manage and control those cost professionally. The purpose of this research is to find out the difference of fares which is determined by Dr. Wahidin Sudiro Husodo general hospital by using activity based cost method. Descriptive qualitative method is applied in this research with 2012 data about inpatient service fares and the data is obtained by conducting interview with related parties in accordance with the inpatient services. The result of the research indicates that the activity based costing method becomes a new consideration for the hospital management in which it can be an alternative in determining the inpatient service fares. Based on the result of the calculation which is performed by using the activity based costing method it generates service fares which is higher than the current service fares.

Keywords: Activity, Fares, Activity Based Costing Method

ABSTRAK

Rumah sakit memerlukan metode perhitungan tarif pelayanan rawat inap untuk menghasilkan informasi-informasi biaya yang akurat yang sesuai dengan aktivitas pelayanannya. Akan tetapi, dalam penentuan tarif pelayanan rumah sakit sangat sulit dalam pengambilan keputusan yang dilakukan karena informasi yang tidak memadai dan tidak lengkap sehingga untuk mengambilan keputusan selalu terbentur dengan data-data yang berkaitan dengan penentuan tarif. Hal tersebut mempengaruhi penentuan tarif pelayanan rumah sakit sehingga menimbulkan suatu permasalahan dalam mengambil keputusan penentuan harga jual pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, rumah sakit harus dapat mengelola secara profesional dalam mengendalikan biaya. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui perbedaan tarif yang ditentukan oleh Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo dengan menggunakan metode activity based costing. Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif dengan data tahun 2012, berupa data-data mengenai tarif pelayanan rawat inap, dan melakukan wawancara dengan pihak terkait mengenai pelayanan rawat inap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode activity based costing menjadi suatu pertimbangan baru bagi pihak manajemen rumah sakit yang dapat dijadikan alternatif dalam penentuan tarif pelayanan rawat inap. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode activity based costing menghasilkan tarif yang lebih tinggi dari tarif yang digunakan saat ini.

(2)

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi berpengaruh besar terhadap pelayanan di bidang kesehatan, seperti rumah sakit. Kondisi rumah sakit sekarang dituntut untuk menggunakan teknologi yang terbaru di bidang kesehatan dan informasi untuk menunjang dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Dalam penggunaan teknologi ini juga membutuhkan biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit sehingga secara langsung berpengaruh terhadap tarif rawat inap rumah sakit.Dalam penentuan tarif pelayanan rumah sakit sangat sulit dalam pengambilan keputusan yang dilakukan, karena informasi yang tidak memadai dan tidak lengkap, sehingga untuk mengambilan keputusan selalu terbentur dengan data-data yang berkaitan dengan penentuan tarif. Hal tersebut mempengaruhi penentuan tarif pelayanan rumah sakit sehingga menimbulkan suatu permasalahan dalam mengambil keputusan penentuan harga jual pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, rumah sakit harus dapat mengelola secara profesional dalam mengendalikan biaya tersebut, maka pihak rumah sakit memerlukan metode perhitungan tarif pelayanan rawat inap untuk menghasilkan informasi-informasi biaya yang akurat yang sesuai dengan aktivitas pelayanannya.

Dalam perkembangan rumah sakit saat ini dengan menggunakan prinsip pelayanan kesehatan yang diutamakan sekaligus merupakan salah satu faktor penting yang menjadi tolak ukur berjalannya sebuah pembangunan di negara Indonesia. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan tidak dapat terhindarkan lagi, seharusnya hal tersebut dapat menciptakan kemajuan dalam hal pelayanan kesehatan, penentuan tarif pelayanan sudah ditentukan didalam pasal 12 Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1165/MENKES/SK/X/ 2007 tentang Kebijakan Tarif, Pasal 2 (dua) mengenai Biaya penyelenggaraan Rumah Sakit dipikul bersama oleh masyarakat (pasien) dan pemerintah dengan memperhatikan kemampuan keuangan Negara dan keadaan sosial ekonomi masyarakat dan Pasal 3 (tiga) mengenai Tarif Rumah Sakit dihitung atas dasar unit cost dari setiap pelayanan dan kelas perawatan. Bahwa saat ini pemerintah telah menyadari pentingnya dalam perhitungan tarif pelayanan yang terjadi pada sektor pelayanan kesehatan.

Activity Based Costing merupakan metode perhitungan pada biaya yang terkait dengan produk atau jasa dengan berdasarkan aktivitas yang dihasilkan dalam produksi. Didalam pendekatan activity based costing menggunakan penggerak biaya pada aktivitas, dimana akan menimbulkan biaya dan lebih akuratnya dapat diterapkan pada perusahaan yang kesulitan dalam mengidentifikasi biaya setiap jenis produk yang dihasilkan.

Untuk pengertian secara umum, bahwa activity based costing adalah metode perhitungan yang memfokuskan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh organisasi dan mengelompokkan biaya yang berdasarkan sifat yang terkait aktivitasnya. Jadi dapat disimpulkan activity based costing merupakan metode penentu biaya produk atau jasa yang melibatkan konsumsi sumber daya yang disebabkan oleh aktivitas.

Tujuan penelitian yang dilakukan, yaitu:untuk mengetahui perhitungan dengan menggunakan activity based costing dalam penentuan tarif rawat inap pada Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dan untuk mengetahui perbandingan penentuan tarif rawat inap yang ditentukan oleh pihak manajemen dengan metode activity based costing dalam menghitung tarif rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.

TINJAUAN TEORETIS Biaya

Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam kegiatan operasi perusahaan merupakan salah satu informasi yang sangat mendasar untuk menghitung harga pokok jasa dengan menggunakan activity based costing oleh karena itu terlebih dahulu diperlukan suatu pemahaman mengenai biaya itu sendiri, ada beberapa pendapat yang dikemukan mengenai pengertian biaya:

Menurut Hansen dan Mowen (1999:34) yang menjelaskan bahwa biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbanuntuk mendapat barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau masa datang bagi organisasi. Sedangkan menurut Horngren (2005:34) mendefinisikan

(3)

biaya merupakan suatu sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya biaya merupakan kas atau sumber daya yang dimiliki yang harus dikorbankan agar mendapatkan suatu manfaat yang diharapkan oleh manajemen pada saat ini atau dimasa datang. Apabila biaya telah digunakan atau dihabiskan dalam suatu proses kegiatan yang menghasilkan pendapatan, maka biaya tersebut dinyatakan dengan beban.

Menurut Mulyadi (2005; 8) biaya merupakan objek yang diproses oleh akuntansi biaya. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam mendefinisikan biaya tersebut di atas: (a) biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi; (b) diukur dalam satuan uang; (c) yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi; (d) pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Biaya merupakan pengorbanan sumber daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan member manfaat saat sekarang atau dimasa akan datang bagi organisasi.

Objek Biaya

Pada sistem akuntansi manajemen itu sendiri agar dapat mengukur dan membebankan biaya kepada entitas yang disebut dengan objek biaya. Menurut Hongren, et al (2005:34) menjelaskan untuk memandu keputusan, manajer ingin mengetahui berapa banyak biaya suatu hal (seperti biaya suatu produk, mesin, layanan, atau proses) hal ini disebut dengan obyek biaya. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (1999:37) objek biaya adalah setiap item seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitas dan sebagainya, di mana biaya diukur dan dibebankan. Sebagai contoh, menentukan biaya pelayanan rawat inap, maka objek biaya adalah pelayanan rawat inap.

Pada objek biaya itu sangat penting bagi manajemen karena memberikan manfaat pada manajer dengan tujuan digunakan dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Pembebanan biaya kepada objek merupakan penting karena dapat memberikan informasi biaya yang berkualitas. Apabila pembebanan biaya tidak sesuai terhadap objek biaya maka akan menimbulkan informasi biaya yang distorsi sehingga dapat menimbulkan pengambilan keputusan yang tidak tepat.

Metode Penelusuran Biaya

Pada penelusuran ini adalah pembebanan aktual biaya yang terjadi pada objek biaya yang dapat digunakan sebagai ukuran yang diamati atas sumber daya yang dikonsumsi oleh objek biaya. Didalam penelusuran ini ada beberapa metode, menurut Hansen dan Mowen (2009:50) yaitu: (a) penelusuran langsung, suatu proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya yang berkaitan secara khusus dan fisik dengan suatu objek. Metode ini dilakukan dengan pengamatan secarta fisik; (b) penelusuran penggerak, penggunaan penggerak untuk membebankan biaya pada objek biaya. Penggerak mertupakan faktor penyebab yang dapat diamati dan faktor penyebab yang mengukur konsumsi sumber daya objek biaya, sehingga penggerak salah satu faktor yang menyebabkan perubahan dalam penggunaan sumber daya dan memiliki hubungan sebab-akibat dengan biaya yang berhubungan dengan objek biaya; (c) pembebanan biaya tidak langsung, biaya tidak langsung adalah biaya-biaya yang tidak dapat dibebankan pada objek-objek biaya, baik dengan menggunakan penelusuran langsung maupun penggerak. Hal ini berarti tidak ada hubungan sebab-akibat antara biaya dan objek biaya, atau penelusuran tidak layak dilakukan secara ekonomis. Pembebanan biaya tidak langsung pada objek biaya disebut alokasi. Karena tidak terdapat hubungan sebab-akibat, pengalokasian biaya tidak langsung didasarkan pada kemudahan atau beberapa asumsi yang berhubungan. Akan tetapi, alokasi biaya tidak langsung mungkin bermanfaat untuk tujuan lain disamping keakuratan.

(4)

Pengertian Perilaku Biaya

Menurut Bastian (2008 : 204) perilaku biaya (cost behavior) adalah bagaimana biaya akan bereaksi atau menanggapi perubahan tingkat aktivitas lembaga. Biaya diklasifikasikan ke dalam tiga kategori. Pertama, biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak dipengaruhi oleh perubahan kegiatan organisasi. Biaya tetap mempunyai sifat sebagai berikut: (1) jumlah totalnya tidak berubah walaupun kegiatan berubah; (2) biaya per unit semakin kecil apabila kegiatan semakin besar. Biaya tetap menurut jangka waktu merupakan biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dalam jangka waktu tertentu, sedangkan dalam jangka panjang jumlah totalnya dapat berubah. Biaya yang termasuk ke dalam biaya tetap adalah biaya gaji direktur, biaya gaji bulanan atau tahunan, dan lain-lain.

Kedua, biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya dipengaruhi oleh perubahan

kegiatan. Biaya variabel mempunyai sifat: (1) jumlah totalnya ikut berubah secara proposional ketika kegiatan organisasi berubah. Ini berarti apabila kegiatan bertambah, biaya totalnya ikut bertambah dalam persentase yang sama dengan penambahan kegiatan, dan begitu juga sebaliknya; (2) biaya per unit tidak berubah walaupun kegiatan berubah. Biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel pada organisasi manufaktur yaitu biaya bahan baku dan biaya upah tenaga kerja langsung. Sedangkan contoh biaya variabel untuk organisasi jasa adalah biaya administrasi dan biaya komisi.

Ketiga, biaya semivariabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel. Unsur tetap adalah jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa, sedangkan unsure variabel adalah bagaian dari biaya semivariabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya juga dapat diklasifikasikan menjadi dua, menurut Bastian (2008:205) yaitu: (1) biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan yang direncanakan. Jenis biaya langsung adalah biaya staf dan relawan serta biaya peralatan; (2) biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan.

Pengertian dan Penggolongan Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan menurut Mulyadi (2010:194) yaitu: (a) bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut; (b) biaya Reparasi dan Pemeliharaan berupa biaya suku cadang, biaya bahan habis pakai dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan; (c) tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu; (d) biaya yang timbul sebagai penilaian terhadap aktiva tetap, biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adala biaya yang berkaitan dengan aktiva tetap; (e) biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu, biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaran, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run; (f) biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai, biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.

(5)

Perhitungan Harga Pokok Berdasarkan Fungsi

Menurut Hansen dan Mowen (2009:162) perhitungan biaya produk berdasarkan fungsi membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk dengan menggunakan penelusuran langsung. Di lain pihak, biaya overhead dibebankan dengan menngunakan penelusuran penggerak dan alokasi. Secara spesifik, perhitungan biaya berdasarkan fungsi menggunakan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi (penggerak aktivitas tingkat unit) untuk membebankan biaya overhead pada produk.

Tarif perkiraan overhead berdasarkan fungsi membutuhkan spesifikasi dari penggerak tingkat unit, yaitu suatu perkiraan dari kapasitas yang diukur penggerak dan perkiraan dari overhead yang diharapkan. Contoh-contoh penggerak tingkat unit yang umumnya digunakan untuk membebankan overhead, menurut Hansen dan Mowen (2009:162) meliputi: (a) unit yang diproduksi; (b)jam tenaga kerja langsung; (c) biaya tenaga kerja langsung; (d) jam mesin; (e) biaya bahan baku langsung.

Sistem ini mengalokasikan biaya ke produk melalui dua tahap yaitu: Pertama, tarif keseluruhan pabrik, yaitu tarif overhead keseluruhan pabrik dihitung yang terdiri dua tahap. Pertama, biaya overhead yang dianggarkan akan diakumulasi menjadi satu kelompok untuk keseluruhan pabrik (pembebanan biaya tahap pertama). Biaya overhead dibebankan secara langsung pada kelompok biaya tersebut dengan menambahkan seluruh biaya overhead dalam satu tahun, tarif keseluruhan pabrik dihitung dengan menggunakan penggerak tingkat unit (biasanya jam tenaga kerja langsung). Terakhir, biaya overhead didbebankan pada produk dengan mengalihkan tarif tersebut dengan jumlah jam tenaga kerja langsung aktual yang digunakan oleh tiap-tiap produk.

Kedua, tarif departemen, yaitu tarif departemen terdiri dari dua tahap. Pada tahap pertama, biaya overhead keseluruhan pabrik dibagi dan dibebankan pada setiap departemen produksi dan membentuk kelompok biaya overhead departemen. Kemudian biaya dibebankan pada setiap departemen dengan menggunakan penggerak berdasarkan unit, seperti jam tenaga kerja langsung dan jam mesin, digunakan untuk menghitung tarif departemen. Produk yang diproses oleh berbagai departemen diasumsikan menggunakan sumber daya overhead sesuai proporsi penggerak berdasarkan unit departemen. Pada tahap kedua, overhead dibebankan pada produk dengan mengalihkan tarif departemen dengan jumlah penggerak yang digunakan departemen terkait. Jumlah overhead yang dibebankan pada produk secara sederhana adalah jumlah dari banyaknya overhead yang dibebankan pada setiap departemen.

Activity Based Costing

Pengertian Activity Based Costing

Menurut Simamora (2002:123) activity based costing adalah sistem akuntansi yang berfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa.

Activity based costing menyediakan informasi perihal aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Sumber daya (resource) adalah unsur ekonomik yang diterapkan atau digunakan dalam pelaksanaan aktivitas. Sedang aktivitas (activity) adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yang bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya di dalam organisasi.

Manfaat Activity Based Costing

Pada proses biaya berdasarkan aktivitas banyak membantu kepada manajemen perusahaan dalam mengambil suatu keputusan yang lebih akurat. Di dalam metode activity

(6)

pokok sebagai berikut, menurut Tunggal (2000:23) menyatakan bahwa: (a) suatu pengkajian

activity based costing dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil

sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokuskan pada mengurangi biaya; (b) manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar; (c) Activity based costing dapat membantu dalam keputusan membuat -membeli yang manajemen harus lakukan; (d) dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas produk yang bervolume rendah. (e) melalui analisi data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai merekayasa kembali (re-engineer) proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.

Pengidentifikasi Aktivitas

Pada perhitungan biaya bedasarkan aktivitas itu memfokuskan terhadap aktivitas yang harus diperhatikan. Oleh sebab itu, mengidentifikasi aktivitas adalah langkah utama untuk penerapan activity based costing yang telah menjadi dasar sistem. Ada pengidentifikasian aktivitas meliputi pengumpulan beberapa data dari dokumen yang dimiliki oleh manajemen perusahan serta mencari data tambahan dengan melakukan wawancara langsusng dan observasi kepada pihak manajemen perusahaan. Harapan melakukan analisis aktivitas dapat memperoleh informasi yang akurat dan relevan terhadap alokasi biaya pada masing-masing aktivitas sehingga manajemen dapat melakukan pengambilan perencanaan yang tepat.

Menurut Hansen dan Mowen (2009:183) menjelaskan bahwa pengklasifikasian aktivitas menjadi kategori umum ini akan memudahkan perhitungan biaya produk karena biaya aktivitas yang berkaitan dengan tingkat yang berbeda akan merespons jenis penggerak biaya yang berbeda (perilaku biaya berbeda berdasarkan tingkat). Aktivitas dapat diklasifikasikan dalam empat kategori umum, yaitu: (a) aktivitas tingkat unit (Unit level activities) adalah aktivitas yang dilakukan setiap kali sebuah unit diproduksi. Biaya aktivitas tingkat unit bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi; (b) aktivitas tingkat batch (Batch level activities) adalah aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch produk diproduksi. Biaya aktivitas tingkat batch bervariasi dengan jumlah batch, tetapi tetap terhadap jumlah unit pada setiap batch; (c) aktivitas tingkat produk (Product level activities) adalah aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi perusahaan. Aktivitas ini menggunakan input yang mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi atau dijual. Aktivitas ini dan biayanya cenderung meningkatkan sejalan dengan peningkatan jenis produk yang berbeda.; (d) aktivitas tingkat fasilitas (Facility level activities) adalah aktivitas yang menompang proses umum produksi suatu pabrik dan memberikan organisasi pada beberapa tingkat, tetapi tidak bermanfaat bagi setiap produk secara spesifik.

Penentuan Harga Pokok Berdasarkan Aktivitas

Menurut Supriyono (2002:230) sistem biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing system) Adalah system yang terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas, dan kemudian ke berbagai produk. Di dalam penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas ini banyak menggunakan pemacu biaya (cost driver) dibandingkan dengan penentuan harga pokok berdasarkan sistem tradisional yang menggunakan satu atau dua pemacu biaya (cost driver) yang berdasarkan unit. Sistem ini lebih menekankan pada penentuan harga pokok dan memberikan informasi biaya yang berkaitan dengan berbagai aktivitas yang dilakukan pada kegiatan operasional. Namun apabila mengetahui

(7)

biaya yang kemungkinan memberikan suatu peluang untuk dilakukan penghematan biaya yang dapat meminimalkan aktivitas dalam melakukan aktivitas, mengurangi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah.

Menurut Supriyono (2002:230) dalam merancang sistem activity based costing, ada tahapan yang harus dilakukan dalam penentuan harga pokok produk, yaitu: Pertama, prosedur tahap pertama, yaitu pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut: (a) penggolongan berbagai aktivitas, langkah pertama dalam prosedur tahap pertama activity based costing adalah penggolongan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu interprestasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola; (b) pengasosiasian berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, langkah kedua adalah menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok aktivitas; (c) penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pool) yang homogeny, langkah ketiga adalah penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen ditentukan. Kelompok biaya homogen adalah sekumpulan biaya overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Jadi, agar dapat dimasukkan ke dalam suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead harus dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver. Cost driver, tentunya harus dapat diukur sehingga overhead dapat dibebankan ke berbagai produk; (d) penentuan tarif kelompok, langkah ini adalah penentuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok tersebut.

Kedua, prosedur tahap kedua, yaitu biaya untuk setiap kelompok biaya overhead dilacak ke berbagai jenis produk dengan menggunakan tarif kelompok (pool rate) yang dikonsumsi oleh setiap produk. Ukuran ini merupakan penyederhanaan kuantitas cost driver

yang digunakan oleh setiap produk. Overhead ditentukan dari setiap kelompok biaya ke setiap produk dengan perhitungan sebagai berikut:

Overhead yang digunakan= Tarif kelompok × Unit-unit cost driver yang digunakan

Syarat Penerapan Sistem Activity Based Costing

Penerapan sistem activity based costing harus memiliki persyaratan, dimana diversifikasi produk yang tinggi, persaingan yang ketat, dan biaya pengukuran yang relatif kecil. Menurut Supriyono (2002:247) mengemukakan bahwa perusahaan yang akan menerapkan activity based costing system, sebagai berikut: (a) biaya berdasarkan non-unitharus

merupakan prosentase yang signifikan dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya

overhead yang dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik

maka jika digunakan akuntansi biaya tradisional pun informasi biaya yang dihasilkan masih akurat sehingga penggunaan sistem activity based costing kehilangan relevansinya. Artinya

activity based costing akan lebih baik diterapkan pada perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi saja; (b) rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasar non-unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya. Pada kondisi ini penggunaan sistem activity based costing justru tidak tepat karena sistem activity based costing hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non-unit (memakai banyak cost driver). Apabila berbagai produk

(8)

rasio konsumsinya sama, maka sistem akuntansi biaya tradisional atau sistem activity based

costing membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang

produksinya homogen (diversifikasi paling rendah) mungkin masih dapat menggunakan sistem tradisional tanpa ada masalah.

Menurut Rudianto (2006:286) sistem activity based costing diperlukan jika perusahaan menghadapi persaingan yang sangat ketat dengan para pesaingnya dan penetepan harga jual akan sangat berpengaruh pada keunggulan bersaing maka penggunaan sistem activity based costing akan sangat diperlukan. Karena, sistem activity based costing menghasilkan penetapan biaya produksi yang lebuh akurat dibanding dengan sistem tradisional maka dapat menolong perusahaan dalam mengelola keunggulan kompetitif yang dimilikinya. Dengan kemampuan menentukan biaya produksi yang lebih akurat maka penentuan harga jual per jenis produk pun akan lebih tepat, sehingga perusahaan tidak salah menetapkan harga jual yang kompetitif untuk suatu jenis produk tertentu.

Jika perusahaan memiliki diversitas produk yang sangat tinggi dalam hal volume, ukuran, dan kompleksitas produk maka penggunaan sistem activity based costing akan sangat bermanfaat. terutama jika biaya untuk mengimplementasikannya lebih rendah dibanding dengan manfaatnya.

Penerapan Metode Activity Based Costing pada Perusahaan Jasa

Dalam penerapan metode activity based costing memang lebih banyak dilakukan di perusahaan manufaktur, akan tetapi metode activity based costing dapat diterapkan dan memberikan manfaat pada perusahaan jasa.

Menurut Lulu (2010:23) perusahaan jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan perusahaan manufaktur, aktivitas-aktivitas untuk menghasilkan suatu produk cenderung dilakukan dengan cara yang sama dan hal tersebut akan sulit dijumpai pada perusahaan jasa. Berbeda dengan perusahaan manufaktur yang menghasilkan barang berwujud, output perusahaan jasa yang berupa produk tidak berwujud membuat proses perhitungan biayanya menjadi lebih rumit. Biaya overhead serta biaya-biaya tidak langsung pada perusahaan jasa akan lebih sulit untuk dihubungkan dengan jasa yang dihasilkan.

Pengertian Jasa Pelayanan Rumah Sakit

Pelayanan rumah sakit saat ini merupakan salah satu isu terpenting dalam meningkatkan kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap di suatu rumah sakit. Tujuan pelayanan rumah sakit adalah memberikan kepuasan atas pelayanan yang paling mudah dan murah yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

Rumah sakit juga harus memiliki pelayanan berkarakter yang harus ditekankan pada pihak manajemen rumah sakit agar dapat menarik pasien baru dan mempertahankan pasien lama. Hal ini dapat membangun citra rumah sakit suatu pelayanan rumah sakit.

Metode Penentuan Harga Jual

Penentuan harga jual merupakan hal yang paling tersulit dalam menentukan oleh pihak manajemen sehingga proses penerapan harga jual mengacu harga pada berbagai pasar. Oleh karena itu, pihak manajemen harus memperoleh jaminan bahwa penentuan harga jual jasa atau produk harus menghasilkan laba yang wajar. Peranan perusahaan dalam penentuan harga jual jasa atau produk berbeda-beda.

Metode penentuan harga jual berdasarkan Activity Based Costing System dapat menggunakan penentuan harga jual, menurut Mulyadi (2001:355) penentuan harga jual ditentukan sebesar biaya penuh ditambah dengan laba yang diharapkan. Perhitungan harga jual dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

(9)

Persentase Markup % = (Laba yang diharapkan / Unit level Activity Cost) × 100%

Markup = Persentase Markup % × Unit level Activity Cost

Harga Jual per Unit = (Total Biaya + Markup) / Jumlah Unit

Rerangka Pemikiran

Dengan perkembangan aktivitas yang dilakukan pada perusahaan jasa terutama pada sektor pelayanan kesehatan, maka pihak manajemen dalam melakukan pengambilan keputusan mengenai penetapan tarif dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Perusahaan yang mampu mengelola kegiatan operasional dengan baik maka perusahaan tersebut dapat bertahan dalam persaingan di era modernisasi. Berdasarkan tinjauan teoritis serta permasalahan yang telah dikemukan, berikut ini gambar bagan rerangka pemikiran dalam penentuan harga pokok tarif rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudirohusodo Mojokerto.

Gambar 1 Rerangka Konseptual Penelitian Terdahulu

Dari penelitian terdahulu maka dapat digunakan sebagai acuan dalam penulisan penelitian saat ini. Penelitian menurut Lulu (2010) dengan judul penelitian Penerapan

Activity Based Costing dalam Perhitungan Harga Pokok Jasa Sebagai Pedoman Penetapan

Tarif Pelayanan Rawat Inap di RSU Haji Surabaya.Yulianti (2011) dengan judul penelitian Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Penetepan Tarif Jasa Rawat Inap pada RSUD. H. A. Sulthan Daeng Radja Bulukumba. Sedangkan penelitian menurut Dani Saputri (2012) dengan judul penelitian Penerapan Metode Activity Based Costing dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap pada RS Hikmah Makassar. Dari hasil penelitian yang diatas, dijadikan sebagai acuan untuk menambah wawasan mengenai proses perhitungan menggunakan activity based costing dan menjadi dasar untuk menunjang pembahasan masalah.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian dan Gambaran dari Objek

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study). Dalam penelitian dengan pendekatan studi kasus ini

Metode Pembebanan Harga Pokok

Activity based Costing

Harga Pokok Jasa berdasarkan Aktivitas

(10)

digunakan untuk meneliti kasus tertentu seperti perhitungan harga pokok pelayanan ruang bersalin yang terjadi pada saat ini dalam kehidupan nyata.

Gambaran dari penelitian ini, gambaran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah evaluasi penentuan tarif yang menjadi beban tiap produk yang dikeluarkan oleh manajemen rumah sakit. Besaran tarif yang dihasilkan oleh manajemen rumah sakit kepada

customer harus memberikan timbal balik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang bagi perusahaan jasa seperti kepuasan pasien. Dalam penelitian ini diharapkan juga dapat membantu manajemen mengambil keputusan dalam mengevaluasi penentuan tarif yang dikeluarkan oleh pihak manajemen rumah sakit.

Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam proses penyempurnaan suatu karya ilmiah dalam sebuah penelitian untuk mengetahui atau memperoleh gambaran tentang permasalahan atau fenonema yang terjadi saat ini, selain itu data juga dapat dipergunakan untuk membuat suatu keputusan dalam memecahkan permasalahan.

Dengan demikian data merupakan hal yang terbilang penting dalam melakukan suatu penelitian dengan metode deskriptif kualitatif, dimana suatu data dapat diposisikan serta digunakan untuk menunjang realibilitas dan validitas keilmiahan data-data yang berhasil didapatkan dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Pertama, wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancara, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. (Bungin, 2008:108)

Kedua, dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang ditujukan pada subyek peneliti, melalui beberapa dokumen yang dapat dipergunakan untuk menelusuri data-data historis yang ada pada Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudirohusodo Mojokerto. Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah dokumen tertulis berupa: (a) sejarah Rumah Sakit Umum Dr.Wahidin Sudirohusodo Mojokerto; (b) visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit Umum Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto; (c) struktur organisasi Rumah Sakit Umum Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto; (d) tarif Ruangan dan Fasilitas Rumah Sakit Umum Dr.Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto; (e) data pasien bersalin Rumah Sakit Umum Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto; (f) data mengenai biaya-biaya aktivitas operasional Rumah Sakit Umum Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.

Satuan Kajian

Dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus memberikan penjelasan mengenai masalah yang akan diteliti sekaligus dapat membantu perusahaan dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Oleh karena itu diperlukannya satuan kajian untuk menentukan unit analisis yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Berdasarkan uraian diatas, maka komponen yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah: Pertama, activity based costing adalah suatu perhitungan biaya yang berdasarkan aktivitas untuk m’engetahui suatu proses pembiayaan yang terjadi pada jangka pendek maupun jangka panjang yang menghasilkan biaya lebih akurat untuk mengambil suatu keputusan dalam penentuan tarif.

Kedua, tarif pelayanan jasa merupakan biaya pelayanan atas jasa yang diberikan oleh rumah sakit yang akan dibayarkan oleh pasien setelah menjalankan perawatan inap dan besaran biaya atau tarif tergantung dari perbedaan pelayanan.

(11)

Teknik Analisis Data

Didalam penelitian ini, data yang sudah diperoleh dikaitkan dengan data-data lainnya lalu diolah dan disusun secara sistematis, kemudian dibandingan dengan data-data atau teori-teori yang telah penulis memahami sehingga dapat mengambil kesimpulan dalam menyelesaikan permasalahan yang diteliti. Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukan oleh peneliti maka teknik analisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian kualitatif dengan bentuk studi kasus. Pertama, melakukan penelitian mulai dari pengidentifikasi dan menelusuri jenis biaya berdasarkan aktivitas yang berkaitan dengan operasional pada Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto; Kedua, dari hasil pengidentifikasian dan penelusuran biaya, kemudian di kelompokkan berdasarkan masing-masing aktivitas (cost pool); Ketiga, melakukan perhitungan dalam penentuan tarif pelayanan rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dengan menggunakan metode activity based costing; Keempat, mengevaluasi penetapan tarif yang telah dilakukan dengan langkah perbaikan dan peningkatan pelayanan rawat inap; Kelima, membuat kesimpulan dan saran secara keseluruhan dari hasil penentuan tarif pelayanan rawat inap yang telah dilakukan oleh pihak manajemen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rumah sakit merupakan organisasi yang mengarah pada pelayanan bersifat sosio-ekonomi yang memberikan suatu jasa pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan disamping itu tidak lepas dari akibat krisis ekonomi saat ini. Kendala yang dihadapi pada saat ini adalah keuntungan dan tanggung jawab sosial yang harus ditanggung oleh lembaga kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, untuk menyikapi kondisi tersebut penetapan pola tarif pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat dan dapat digunakan secara baik. Hal ini merupakan salah satu kiat untuk menghadapi kendala yang secara langsung dapat memelihara kesehatan masyarakat dan selanjutnya mampu berkembang yang berorientasi pada sosial.

Saat ini, persaingan yang semakin tinggi membuat pihak manajemen rumah sakit membuat beberapa strategi baru yang mengarah pada peningkatan mutu pelayanan yang dilengkapi berbagai fasilitas-fasilitas yang memadai. Penentuan tarif pelayanan rawat inap merupakan salah satu tujuan utama yang harus dipertimbangkan dalam perhitungan oleh manajemen RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Tarif yang sesuai dengan situasi saat ini dapat dijadikan suatu pertimbangan oleh pihak manajemen yang mengenai pelayanan rawat inap.

Dalam penentuan tarif pelayanan rawat inap RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dengan menggunakan metode tradisional. Oleh karena itu RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dapat memakai dengan cara lain untuk menetapkan tarif pelayanan rawat inap dengan metode Activity Based Costing. Karena metode ini dapat memberikan informasi yang lebih akurat dan relevan yang mengenai pada biaya-biaya jasa pelayanan. Dengan data-data yang disediakan oleh metode Activity Based Costing maka pihak manajemen RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan tarif pelayanan jasa rawat inap dan meningkatkan kualitas pelayanan yang memadai.

Tarif Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto

Tarif rawat inap yang ada di Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, dimana besaran tarif rawat inap yang diberikan terdapat tiga kelas yang terdapat

(12)

pada ruangan Gayatri tetapi yang diteliti hanya dua kelas yaitu kelas I dan kelas II. Dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1

Daftar Tarif Kamar Perawatan

Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto No Kelas

Perawatan

Tarif Total Tarif (Rp) Per Hari/ Orang

Jumlah Tempat Tidur Akomodasi (Rp) Makan (Rp)

1 Kelas I 100.000 60,000 160,000 2

2 Kelas II 48.000 32,000 80,000 5

Sumber: Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Data Jumlah Lama Hari Pasien Rawat Inap

Dalam penentuan tarif pelayanan rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing diperlukan data jumlah lama hari pasien rawat inap, nampak pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2

Data Jumlah Lama Hari Pasien Rawat Inap Tahun 2012

No Kelas Jumlah Lama Hari Rawat Inap

1 I 150

2 II 396

Sumber: RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto

Penerapan Activity Based Costing, ada beberapa langkah yang akan dijelaskan pada perhitungan tarif pelayanan rawat inap sebagai berikut:

Mengklasifikasi Biaya Terkait dengan Aktivitas Pelayanan Rawat Inap

Aktivitas-aktivitas yang terkait di tiga jenis kelas kamar pada rawat inap RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto yaitu kelas I, kelas II, dan kelas III. Adapun biaya-biaya yang terkait aktivitas pada rawat inap, tabel 3 meliputi:

Tabel 3

BiayaTerkait Aktivitas Rawat Inap

Aktivitas Biaya Jumlah (Rp)

Perawatan kondisi pasien

Biaya listrik, air, dan telepon 17,166,411

Biaya bahan habis pakai 51,072,000

Pengadaan konsumsi pasien

Biaya konsumsi 80,600,000

Sumber daya manusia

Biaya gaji dokter, bidan dan perawat 543,220,800 Pemeliharaan Biaya Pemeliharaan Gedung dan Fasilitas Gedung 23,098,602

Biaya cleaning service 31,200,000

Sumber: RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Analisis Metode Activity Based Costing

Pada tahap analisis terhadap perhitungan tarif dengan menggunakan metode activity based costing antara lain:

Cost driver setiap aktivitas

Cost driver yang setiap aktivitas pelayanan rawat inap yang terdapat pada tabel 4 berikut ini:

(13)

Tabel 4

Cost Driver Setiap Aktivitas Rawat Inap

No Aktivitas Cost driver

1 Biaya gaji dokter, bidan dan perawat Jumlah tenaga medis

2 Biaya konsumsi Jumlah lama hari rawat

3 Biaya listrik, air, dan telepon Jumlah lama hari rawat 4 Biaya bahan habis pakai Jumlah lama hari rawat 5 Biaya cleaning servive Jumlah lama hari rawat 6 Biaya pemeliharaan gedung dan fasilitas gedung Jumlah lama hari rawat Sumber: Hasil pengolahan data

Cost pool

Setelah menentukan cost driver maka langkah selanjutnya melakukan pengelompokan biaya (cost pool). Setelah biaya-biaya diklasifikasikan kedalam kelompok biaya (cost pool) maka aktivitas yang telah dikelompokkan mempunyai faktor pemicu timbulnya biaya akan dapat diketahui besarnya pada setiap kelompok aktivitas, maka dapat dijelaskan pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5

Analisis Aktivitas Berdasarkan Unit (Cost Driver)

Aktivitas Nama Biaya Cost Driver

Perawatan kondisi pasien Biaya listrik, air, dan telepon Jumlah lama hari rawat Jumlah lama hari rawat Biaya bahan habis pakai

Pengadaan konsumsi pasien Biaya konsumsi Jumlah lama hari rawat Sumber daya manusia Biaya gaji dokter, bidan dan perawat Jumlah tenaga medis Pemeliharaan Biaya Pemeliharaan Gedung dan

Fasilitas Gedung

Jumlah lama hari rawat Jumlah lama hari rawat Biaya cleaning service

Sumber: Hasil pengolahan data Penggolongan Aktivitas

Penggolongan aktivitas merupakan langkah kedua pada perhitungan metode activity based costing. Pada saat melakukan analisis harus memahami aktivitas berdasarkan tingkat aktivitas biaya. Didalam penelitian saat ini terdapat dua tingkat aktivitas yang telah dianalisis. Pertama, berdasarkan unit level activities, yaitu biaya aktivitas tingkat unit bersifat proposional yang berdasarkan kapasitas atau jumlah produk. Aktivitas ini merupakan kegiatan yang sering dilakukan dalam operasional setiap hari untuk menjalani rawat inap pada RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Aktivitas yang terjadi pada saat ini adalah: (a) aktivitas bidan dan perawat; (b) aktivitas konsumsi pasien; (c) aktivitas listrik, air, dan telepon; (d) aktivitas bahan habis pakai.

Kedua, berdasarkan facility level activities, yaitu biaya aktivitas fasilitas merupakan biaya pendukung dalam kegiatan operasional menjalani rawat inap untuk mempertahankan fasilitas yang dimiliki oleh RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Aktivitas yang terjadi pada saat ini adalah: (a) biaya pemeliharaan gedung dan fasilitas gedung; (b) aktivitas cleaning service

Pengidentifikasian biaya yang berbagai aktivitas dapat dilihat pada tabel 6 berikut:

Tabel 6

Penggolongan Biaya Berdasarkan Tingkat Aktivitas No Jenis Biaya Kategori Aktivitas Cost Driver

1 Biaya gaji dokter, bidan, dan perawat Unit level activities Jumlah tenaga medis

Biaya konsumsi Jumlah hari

lama rawat Biaya listrik, air, dan telepon Jumlah hari

(14)

lama rawat

Biaya bahan habis pakai Jumlah hari

lama rawat 2 Biaya cleaning service

Biaya pemeliharaan gedung dan fasilitas gedung

Facility level activities Jumlah hari lama rawat Jumlah hari lama rawat Sumber: Hasil pengolahan data

Menentukan Cost Driver dan Cost Pools

Setelah langkah kedua maka selanjutnya adalah langkah ketiga, dimana langkah ini menentukan pemicu biaya (cost driver) dan kelompok biaya (cost pools). Adapun dari keterangan diatas dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7

Cost Driver dan Cost Pool

Aktivitas Nama Biaya Cost Driver Biaya (Rp) Cost Pool (Rp) Unit level activities

Perawatan kondisi pasien

Biaya listrik, air, dan telepon Jumlah lama hari rawat Jumlah lama hari rawat 17,166,411 68,238,411 Biaya bahan habis

pakai 51,072,000

Pengadaan konsumsi pasien

Biaya konsumsi Jumlah lama hari rawat

80,600,000 80,600,000 Sumber daya

manusia Biaya gaji bidan dan perawat Jumlah tenaga medis 543,220,800 543,220,800 Facility level

activities Pemeliharaan

Biaya Pemeliharaan Gedung dan Fasilitas Gedung Jumlah lama hari rawat Jumlah lama hari rawat 23,098,602 54,298,602 Biaya cleaning service 31,200,000

Sumber: Hasil pengolahan data

Dalam perhitungan dengan menggunakan prosedur tahap kedua, setelah biaya-biaya diketahui tarif tiap kelompoknya dari berbagai aktivitas maka dapat dibebankan tiap jenis kelas rawat inap berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Berikut ini tarif pelayanan rawat inap untuk masing-masing jenis kamar dapat dilihat pada tabel 8 dan tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 8

Tarif Pelayanan Rawat Inap Kelas I

Aktivitas Driver Pool Rate (Rp) Pelayanan Rawat Inap Driver Biaya (Rp) Perawatan kondisi pasien Jumlah lama hari rawat 19,375 150 2,906,235 Pengadaan konsumsi pasien Jumlah lama hari rawat Sesuai Tarif 150 9,000,000 Sumber daya manusia Jumlah tenaga medis 404,182 30 12,125,460

Pemeliharaan Jumlah lama hari rawat

15,417 150 2,312,547

Total biaya untuk kelas I 26,344,242

Jumlah lama hari rawat 150

Jumlah tarif per hari 175,628

(15)

Dari hasil perhitungan yang diatas dengan menggunakan metode activity based costing

bahwa tarif pelayanan rawat inap kelas I sebesar Rp. 175.628,- untuk per hari dan per pasien. Selanjutnya menghitung tarif pelayanan rawat inap kelas II dengan menggunakan metode activity based costing. Adapun dapat dilihat perhitungan pada tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9

Tarif Pelayanan Rawat Inap Kelas II

Aktivitas Driver Pool Rate (Rp) Pelayanan Rawat Inap Driver Biaya (Rp) Perawatan kondisi pasien Jumlah lama hari rawat 19,375 396 7,672,460 Pengadaan

konsumsi pasien Jumlah lama hari rawat Sesuai Tarif 396 12,672,000 Sumber daya

manusia

Jumlah pasien 404,182 30 12,125,460 Pemeliharaan Jumlah lama

hari rawat

15,417 396 6,105,124

Total biaya untuk kelas I I 38,575,044

Jumlah lama hari rawat 396

Jumlah tarif per hari 97,412

Sumber: Hasil pengolahan data

Dari hasil perhitungan yang diatas dengan menggunakan metode activity based costing bahwa tarif pelayanan rawat inap kelas II sebesar Rp. 97.412,- untuk per hari dan per pasien.

Metode Penentuan Harga Jual Berdasarkan Activity Based Costing

Untuk harga jual yang telah ditentukan biaya penuh ditambah dengan laba yang

diharapkan. Tetapi pihak manajemen belum menetapkan laba yang diharapkan untuk tarif

pelayanan rawat inap, maka harga jual tiap kelas dapat dihitung dengan pendekatan

activity

based costing.

Persentase Markup % = (Laba yang diharapkan / Unit level Activity Cost) × 100%

Markup = Persentase Markup % × Unit level Activity Cost

Harga Jual per Unit = (Total Biaya + Markup) / Jumlah Unit 1. Tarif Rawat Inap Kelas I

Total biaya untuk kelas I Rp. 26,344,242

Laba yang diharapkan (0% X Rp. 26,344,242) Rp. -

Unit level activity cost Rp. 24,031,695

Markup (0% X Rp. 24,031,695) Rp. -

Harga Jual Kelas I ( Rp. 26,344,424 / 150 ) Rp. 175,628 2. Tarif Rawat Inap Kelas II

Total biaya untuk kelas II Rp. 38,575,044

Laba yang diharapkan (0% X Rp. 38,575,044) Rp. -

Unit level activity cost Rp. 32,469,920

Markup (0% X Rp. 32,469,920) Rp. -

(16)

Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan Metode Activity Based Costing Sebagai Penentuan Tarif Rawat Inap

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan activity based costing dapat dijadikan suatu perbandingan dari tarif yang ditentukan oleh rumah sakit. Adapun keterangan diatas dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 10

Perbandingan Tarif Rawat Inap

Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing Kelas

Tarif pelayanan rawat inap

Selisih Konvesional Activity based costing

I Rp. 160,000 Rp. 175,628 Rp. 15,628 II RP. 80,000 Rp. 97,412 Rp. 17,412 Sumber: Hasil pengolahan data

Setelah melakukan perhitungan berdasarkan metode activity based costing untuk besaran tarif pelayanan rawat inap, dapat diketahui bahwa untuk kelas I sebesar Rp. 175,628.- , sedangkan untuk kelas II sebesar Rp. 97,412.-. Dari hasil perhitungan yang diperoleh maka dapat dibandingkan dengan tarif yang telah ditentukan oleh pihak Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo dengan menggunakan metode activity based costing. Perbandingan tersebut dapat menunjukkan keakuratan dalam perhitungan tarif pelayanan rawat inap yang dapat mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. Selain itu perbandingan dapat memberikan gambaran mengenai cost driver (pemicu biaya) yang berdasarkan unit sedangkan cost driver (pemicu biaya) berdasarkan aktivitas dalam membebankan biaya overhead. Untuk pembebanan biaya-biaya overhead berdasarkan metode tradisional dengan menggunakan penggerak tingkat unit, seperti jam tenaga kerja langsung. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pembebanan menyebabkan pemicu biaya berdasarkan unit tidak dapat menjelaskan konsumsi seluruh aktivitas overhead oleh produk yang bersangkutan. Sedangkan untuk pembebanan berdasarkan aktivitas dapat menjelaskan mengenai konsumsi overhead oleh produk, sehingga pada metode activity based costing

dapat memberikan perhitungan tarif yang lebih akurat.

Setelah terdapat perbandingan tarif rawat inap yang menggunakan activity based

costing maupun tarif rawat inap yang telah ditentukan oleh rumah sakit umum Dr. Wahidin

Sudiro Husodo, maka pada masa yang akan mendatang dapat dibuat acuan tarif pelayanan rawat inap dan jasa pelayanan yang diberikan harus dipertahankan oleh rumah sakit umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo untuk tetap dapat bersaing dengan rumah sakit lainnya, untuk harapannya rumah sakit umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo dapat mempertahankan pasien lama atau pasien baru yang dijadikan sebagai rujukan untuk mendapatkan suatu pelayanan kesehatan. Hal ini rumah sakit umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo harus melakukan perbaikan pada suatu aktivitas-aktivitas yang ada, disamping itu harus ada komitmen untuk mewujudkan harapan yang ada

.

Tarif Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit “X”Sebagai Pembanding Tarif

Setelah melakukan perhitungan berdasar activity based costing pada rumah sakit umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto mengenai tarif pelayanan rawat inap maka dapat dibandingkan dengan salah satu tarif pelayanan rawat inap rumah sakit “X” yang setara dengan rumah sakit yang diteliti saat ini.

Rumah sakit “X” ini mempunyai beberapa kelas tetapi yang dicantumkan pada penelitian ini hanya kelas I dan kelas II yang dijadikan tarif pelayanan rawat inap sebagai pembanding dengan tarif pelayanan rawat inap yang dilakukan dengan menggunakan

(17)

activity based costing sehingga dapat diketahui selisih tarif dengan rumah sakit “X”. Untuk membandingkan maka dapat dilihat pada tabel 11 sebagai berikut ini:

Tabel 11

Perbandingan Tarif Pelayanan Rawat Inap Activity Based Costing RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo dengan Rumah Sakit “X”

Kelas Tarif Kamar / Pasien Selisih

RSU Dr. Wahidin Sudiro

Husodo Rumah Sakit “X”

I Rp. 175,628 Rp. 200,000 Rp. 24,372 II Rp. 97,412 Rp. 175,000 Rp. 77,588 Sumber: Hasil pengolahan data

Maka dapat diketahui dari selisih tarif antara Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dengan Rumah Sakit “X”. Untuk kelas I terjadi selisih sebesar Rp. 24,372,-; sedangkan untuk kelas II terjadi selisih sebesar Rp. 77,588,-. Jadi dapat disimpulkan bahwa Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto masih dapat dijangkau oleh masyarakat dan Rumah Sakit “X” mengenai tarif lebih tinggi dari rumah sakit yang dilakukan penelitian saat ini.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan oleh penulis pada Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, maka dapat disimpulkan bahwa perhitungan dengan menggunakan metode activity based costing sebagai penentu tarif pelayanan rawat inap. Pertama, Perbedaan mengenai tarif dipengaruhi oleh pembebanan biaya overhead tiap produk. Untuk metode akuntansi biaya tradisional itu biaya overhead tiap produk hanya dibebankan pada satu pemicu biaya (cost driver). Sedangkan untuk metode activity based costing itu biaya overhead tiap produknya dibebankan pada banyak pemicu biaya (cost driver).

Kedua, dari perhitungan tarif pelayanan rawat inap dengan menggunakan metode

activity based costing pada salah satu ruangan yang telah ditelitidapat diketahui besaran tarif untuk kelas I Rp 175.628,-; sedangkan untuk kelas II Rp. 97.412,-.

Ketiga, dari hasil perhitungan menggunakan metode activity based costing dapat dibandingkan dengan tarif pelayanan rawat inap yang digunakan oleh rumah sakit selama ini, dapat terlihat bahwa untuk kelas I, dan kelas II memberikan hasil perhitungan tarif yang lebih besar dari tarif yang digunakan saat ini.

Saran

Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto sebaiknya melakukan pertimbangan mengenai tarif pelayanan rawat inap untuk kelas I dan kelas II dengan menggunakan metode activity based costing karena akan membebankan biaya berdasarkan aktivitas sehingga tingkat keakuratan lebih baik maka dapat mengambil keputusan dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, I. 2008. Akuntansi Kesehatan. Erlangga. Jakarta

Bungin, B. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana. Jakarta.

Hansen, Don R., dan Maryanne M Mowen. 2009. Managerial Accounting. Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba dengan judul Akuntansi Manajemen. Edisi 8. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.

(18)

Hongren, Charles T. et al. 2005. Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial. Diterjemahkan oleh Desi Adhariani. PT.Indeks. Jakarta.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat & Rekayasa, Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.

________. 2010. Akuntansi Biaya. Edisi 5. STIM YKPN. Yogyakarta.

Rudianto. 2006. Akuntansi Manajemen: Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Manajemen. Grasindo. Jakarta.

Saputri, D. 2012. Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap Pada RS Hikmah. Skripsi.

Simamora, H. 2002. Akuntansi Manajemen, Edisi 2. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Supriyono. 2002. Akuntansi Manajemen, Proses Pengandalian Manajemen. STIE YKPN. Yogyakarta.

_________. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan Globalisasi. Edisi 2. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Tunggal, A,W. 2000. Activity Based Costing: untuk manufaktur dan pemasaran. Harvarindo. Jakarta.

Watul, L. 2010. Penerapan Activity Based Costing dalam Perhitungan Harga Pokok Jaa sebagai Pedoman Penerpan Tarif Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Skripsi. Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. STIESIA. Surabaya.

Yuliati. 2011. Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Penetaan Tarif Jasa Rawat Inap. Skripsi. Program Sarjana Universitas Hassanuddin. Makassar.

Gambar

Gambar 1  Rerangka Konseptual  Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan yang terjadi dalam penentuan tarif jasa rawat inap yang digunakan pihak rumah sakit dengan metode ABC, dikarenakan pembebanan biaya yang dikonsumsi jasa pelayanan rawat

Dari hasil penghitungan tarif kamar rawat inap dengan metode ABC (Activity Based Costing) pendekatan Double Distribution tarif lebih besar dibandingkan dengan yang tradisional

Penentuan tarif rawat inap dengan menggunakan metode activity based costing meliputi identifikasi dan mendefinisikan aktivitas, mengklasifikasi aktivitas biaya ke dalam

Metode ABC sangat direkomendasi sebagai metode dalam perhitungan tarif jasa rawat inap di rumah sakit, karena menggunakan pemicu biaya (cost driver) berdasarkan pada aktivitas

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing System memberikan hasil yang

Hasil penelitian menujukkan bahwa dari perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing, apabila dibandingkan dengan metode Konvensional

Perbedaan yang terjadi dalam penentuan tarif jasa rawat inap yang digunakan pihak rumah sakit dengan metode ABC, dikarenakan pembebanan biaya yang dikonsumsi jasa pelayanan rawat

Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil judul “Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap Pada Rumah Sakit Roemani.”