PENENTUAN TARIF JASA RAWAT INAP BERDASARKAN
METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
DI RUMAH SAKIT ISLAM AL UMMAH
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
RAFIEQUL JANNAH 040403035
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
sarjana ini. Penulisan tugas sarjana ini merupakan salah satu kewajiban akademis
yang harus dipenuhi guna menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Penulis melaksanakan penelitian Tugas Sarjana di Rumah Sakit Islam AL
UMMAH, dengan judul tugas sarjana “Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Berdasarkan Metode Activity Based Costing (ABC) di Rumah Sakit Islam AL UMMAH“
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan pada laporan
ini, karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena
itu penulis harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan laporan tugas sarjana ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan agar laporan tugas sarjana ini dapat
memberikan manfaat baik bagi kita semua.
Medan, Mei 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Laporan tugas sarjana ini dalam penyelesaiannya banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universiras Sumatera Utara.
2. Ibu Ir. Elisabeth Ginting, MSi, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan waktu selama penulisan
laporan tugas sarjana ini.
3. Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST. MT, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan waktu selama penulisan
laporan tugas sarjana ini.
4. Bapak Ir. Sugiharto Pujangkoro, MM, selaku Kordinator Tugas Sarjana di
Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Ketua Bidang
Manajemen Rekayasa dan Produksi di Departemen Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Dr. Ahmad Khuwailid, Sp.OG, selaku Direktur di Rumah Sakit
Islam AL UMMAH yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada
7. Kak Shofiyah Al Hasanah, SE, selaku Kepala Administrasi/Tata Usaha
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta waktu kepada
penulis selama penelitian di Rumah Sakit Islam AL UMMAH.
8. Seluruh staf pengajar dan administrasi di Departemen Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
9. Seluruh perawat, dokter dan karyawan di Rumah Sakit Islam AL
UMMAH, khususnya bagian Administrasi/Tata Usaha yang telah
membantu dan memberikan informasi kepada penulis selama
melaksanakan penelitian.
10.Terkhusus untuk Buya H. Bey As Chalid dan Ummi Hj. Murti yang tiada
hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga
laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas
segala kebaikan dan kasih sayang dari keduaanya, oleh karena itu
izinkanlah penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa
terimakasih kepada Buya dan Ummi.
11.Abangku Zaki Mubarrak S.Sos, kakakku Mufiedah Nur S.Sos yang selalu
membantu dan mendukung penulis untuk secepatnya menyelesaikan
laporan ini. Adik-adikku TasyKuru Rizqa dan Muhammad Nashir atas
dukungan dan kebersamaannya selama ini di surga kecil kita.
12.Sahabat-sahabatku yang jauh disana, Diniza, Sesio, Nengsih, Destian,
Lely, David dan Veby yang selalu menyemangati penulis untuk
13.Sahabat terdekatku, Rizqa, Nina, Uma, Rika, Ema, Ina, Ita, Iil, Andri, dan
Agoeng yang selalu ada dikala penulis susah maupun senang.
14.Anak-anak TI 2004, Izet, Rawi, Merry, Aufar, Digo, Ella, Cha-cha, Boim,
Bedul, Valent, Payung, Nando, Alfen, Amin, Andre, Ajib, Aini, Manu,
Amin, Fajar, Tohap, Windi, dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
15.Kepala Laboratorium Komputasi dan Asisten Komputasi, Nita, Merry,
Payung, Yudi, Zaki, CW, Yansen, Yansen Sis, Ronald, Ruth, Joy, Eddy
dan Alfi yang telah menjadi teman diskusi dan teman berjuang untuk
membenahi laboratorium komputasi selama penulis menjadi asisten.
16.Junior-juniorku, Dewi, Yanti, Deka, Algo, Vita, Yudha, Icha, Hendri,
Rizef, Capah, Ian, Dila, Ririn, Kaban, Beby yang telah menyemangati
DAFTAR ISI
BAB Halaman
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
UCAPAN TERIMA KASIH iii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
RINGKASAN
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah...I-1
1.2. Rumusan Masalah...I-4
1.3. Tujuan Penelitian...I-4
1.4. Batasan Permasalahan...I-4
1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan...I-5
1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir...I-5
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan...II-1
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB Halaman
2.2.1. Visi Perusahaan...II-2
2.2.2. Misi Perusahaan...II-3
2.2.3. Fungsi Perusahaan...II-3
2.3. Jenis Pelayanan dan Fasilitas Perusahaan...II-4
2.3.1. Jenis Pelayanan Perusahaan...II-4
2.3.2. Fasilitas Perusahaan...II-5
2.4. Organisasi dan Manajemen...II-7
2.4.1. Struktur Organisasi...II-7
2.4.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab...II-10
III LANDASAN TEORI
3.1. Akuntansi Biaya...III-1
3.3.1. Ruang Lingkup Akuntansi Biaya...III-1
3.2. Konsep Biaya...III-3
3.2.1. Klasifikasi Biaya...III-3
3.2.1.1.Biaya Berdasarkan Kegiatan Manufaktur...III-3
3.2.1.2.Biaya Berdasarkan Tingkat Kegiatan atau Volume...III-4
3.2.1.3.Biaya Menurut Departemen yang Ada
dalam suatu Pabrik...III-5
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB Halaman
3.2.1.5.Biaya Menurut Fungsi Manajemen atau Jenis
Kegiatan Fungsional...III-7
3.3. Biaya Perunit Produk ...III-7
3.4. Activity Based Costing...III-8
3.4.1. Sejarah Activity Based Costing...III-10
3.4.1. Pengertian Activity Based Costing...III-11
3.5. Perbedaan Sistem Biaya Berbasis Aktivitas (ABC) dengan
Sistem Biaya Tradisional...III-12
3.6. Manfaat dan Keunggulan Activity Based Costing...III-15
3.6.1. Manfaat Activity Based Costing...III-15
3.6.2. Keunggulan Activity Based Costing...III-15
3.7. Konsep Dasar Activity Based Costing...III-16
3.7.1. Cost Objective (Tujuan Biaya)...III-17
3.7.2. Cost Driver (Pemicu Biaya)...III-18
3.7.3. Cost Pool (Kelompok Biaya)...III-19
3.8. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC...III-20
3.8.1. Tahap Pertama...III-20
3.8.2. Tahap Kedua...III-21
3.9. Klasifikasi Aktivitas...III-21
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB Halaman
3.9. Penerapan Activity Based Costing Pada Perusahaan Jasa
dan Pemasaran...III-23
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian...IV-1
4.2. Rancangan Penelitian...IV-1
4.3. Studi Pendahuluan...IV-1
4.4. Pengumpulan Data...IV-2
4.5. Pengolahan Data...IV-4
4.6. Analisis Pemecahan Masalah...IV-4
4.7. Kesimpulan dan Saran...IV-4
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data...V-1
5.1.1. Data Aktivitas ...V-1
5.1.2. Data Biaya...V-2
5.1.2.1.Biaya Tenaga Kerja...V-3
5.1.2.2.Biaya Konsumsi...V-6
5.1.2.3.Biaya Listrik...V-6
5.1.2.4.Biaya Air...V-12
5.1.2.5.Biaya Perlengkapan Administrasi...V-13
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB Halaman
5.1.2.7.Biaya Perlengkapan Kebersihan...V-13
5.1.2.8.Biaya Perlengkapan Laundry...V-14
5.1.2.9.Biaya Perawatan dan Perbaikan...V-14
5.2. Pengolahan Data...V-14
5.2.1. Prosedur Tahap Pertama...V-14
5.2.1.1.Mengidentifikasi Aktivitas dan Menggolongkan
Biaya ke Berbagai Aktivitas...V-15
5.2.1.2.Mengklasifikasikan Aktivitas Biaya ke
Berbagai Aktivitas...V-21
5.2.1.3.Mengidentifikasi Cost Driver (Pemicu Biaya)...V-22
5.2.1.4.Menentukan Tarif Perunit Cost Pool...V-26
5.2.1. Prosedur Tahap Kedua...V-28
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Prosedur Tahap Pertama...VI-1
6.2. Prosedur Tahap Kedua...VI-10
6.3. Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit...VI-11
6.4. Perbandingan Tarif Rawat Inap Metode ABC dengan
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB Halaman
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ...VII-1
7.2. Saran ...VII-3
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Jumlah Tenaga Kerja di RSI AL UMMAH...II-13
5.1. Hasil Perhitungan Biaya Pemakaian Listrik setiap Aktivitas
Rawat Inap Tahun 2008...V-12
5.2. Hubungan Biaya dan Aktivitas pada Unit Rawat Inap di RSI
AL UMMAH Tahun 2008...V-17
5.3. Hubungan Biaya dan Aktivitas pada Unit Rawat Inap di RSI
AL UMMAH Tahun 2008 dalam Rupiah...V-18
5.4. Pemicu Biaya Setiap Aktivitas...V-24
5.5. Identifikasi Cost Driver...V-25
5.6. Tarif perunit Cost Pool Rawat Inap di RSI AL UMMAH Tahun 2008...V-27
5.7. Hasil Perhituungan Tarif Rawat Inap Kelas VIP di RSI AL UMMAH...V-28
5.8. Hasil Perhituungan Tarif Rawat Inap Kelas 1 di RSI AL UMMAH...V-29
5.9. Hasil Perhituungan Tarif Rawat Inap Kelas 2 di RSI AL UMMAH...V-30
5.10. Hasil Perhituungan Tarif Rawat Inap Kelas 3 di RSI AL UMMAH...V-31
5.11. Hasil Perhituungan Tarif Rawat Inap Kelas Sal di RSI AL UMMAH...V-32
6.1. Hubungan Biaya dan Aktivitas pada Unit Rawat Inap di RSI
AL UMMAH Tahun 2008...VI-3
6.2. Hubungan Biaya dan Aktivitas pada Unit Rawat Inap di RSI
AL UMMAH Tahun 2008 dalam Rupiah...VI-4
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
Tabel Halaman
6.4. Identifikasi Cost Driver...VI-7
6.5. Tarif perunit Cost Pool Rawat Inap di RSI AL UMMAH Tahun 2008...VI-9
6.6. Hasil Perhitungan Tarif Rawat Inap RSI AL UMMAH dengan
Metode ABC...VI-10
6.7. Tarif Jasa Rawat Inap RSI AL UMMAH Saat Ini...VI-10
6.8. Perbandingan Tarif Rawat Inap Metode ABC dengan Metode
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam AL UMMA H...II-11
3.1. Sistem Biaya Tradisional...III-13
3.2. Sistem Biaya Berbasis Aktivitas...III-14
3.3. Model Dasar Activity Based Costing...III-17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Surat Permohonan Tugas Sarjana...L-1
2 Formulir Penetapan Tugas Sarjana...L-2
3 Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana...L-3
4 Balasan Surat Riset Tugas Sarjana...L-4
5 Surat Keputusan Tugas Sarjana...L-5
6 Lembar Asistensi Dosen Pembimbing I...L-6
7 Lembar Asistensi Dosen Pembimbing II...L-9
8 Lembar Pengesahan Draft Tugas Sarjana...L-12
9 Sertifikat Evaluasi Draft Tugas Sarjana...L-13
RINGKASAN
Rumah Sakit Islam AL UMMAH menyediakan jasa rawat inap bagi pasien yang memerlukan perawatan intensif yang bertujuan untuk mempermudah mengamati perkembangan kesehatan pasien secara berkesinambungan. Jasa rawat inap pada RSI AL UMMAH merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar dari jasa kesehatan lain yang ditawarkan oleh rumah sakit tersebut. Akan tetapi dalam penentuan tarif jasa rawat inap RSI AL UMMAH masih menggunakan metode biaya tradisional.
Metode tradisional kurang efektif digunakan dalam penentuan harga pokok dari produk, karena hanya memfokuskan pada penyajian informasi keuangan berupa biaya yang terjadi pada tahap perawatan pasien. Sedangkan dalam pengelolaan pelayanan rawat inap diperlukan informasi tentang penyebab timbulnya biaya berupa aktivitas. Metode tradisional menyediakan informasi biaya tarif rawat inap berdasarkan wewenang yang dimiliki oleh manajer atau direktur. Akan tetapi wewenang yang dimiliki manajer ataupun direktur tidak dapat digunakan untuk mempengaruhi biaya tarif rawat inap karena manajer ataupun direktur tidak memiliki informasi mengenai aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya tersebut. Metode tradisional menyediakan informasi tentang biaya tarif rawat inap yang kurang akurat, karena informasi biaya tarif rawat inap hanya memperhitungkan biaya perawatan pasien sebagai bagian biaya rawat inap. Pada metode ABC disajikan informasi tentang semua biaya yang dibebankan pada tarif rawat inap, sehingga biaya rawat inap yang diperoleh akurat. Informasi yang akurat mengenai biaya tarif rawat inap dapat membantu manajer ataupun direktur dalam menganalisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses, mengembangkan kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam perencanaan strategis.
Untuk menjaga dan meningkatkan profitabilitas dari RSI AL UMMAH, maka akan dilakukan perhitungan untuk menentukan tarif jasa rawat inap berdasarkan metode activity based costing.
Tarif jasa rawat inap yang digunakan rumah sakit saat ini untuk kelas VIP sebesar RP. 250.000, untuk kelas 1 sebesar Rp. 200.000, untuk kelas 2 sebesar Rp.150.000, untuk kelas 3 sebesar Rp. 100.000 dan untuk sal sebesar Rp. 60.000. Dan hasil perhitungan tariff jasa rawat inap rumah sakit dengan metode ABC untuk kelas VIP sebesar Rp. 256.126, untuk kelas 1 sebesar Rp. 220.750, untuk kelas 2 sebesar Rp. 147.354, untuk kelas 3 sebesar 93.863 dan untuk sal sebesar Rp. 65.749.
RINGKASAN
Rumah Sakit Islam AL UMMAH menyediakan jasa rawat inap bagi pasien yang memerlukan perawatan intensif yang bertujuan untuk mempermudah mengamati perkembangan kesehatan pasien secara berkesinambungan. Jasa rawat inap pada RSI AL UMMAH merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar dari jasa kesehatan lain yang ditawarkan oleh rumah sakit tersebut. Akan tetapi dalam penentuan tarif jasa rawat inap RSI AL UMMAH masih menggunakan metode biaya tradisional.
Metode tradisional kurang efektif digunakan dalam penentuan harga pokok dari produk, karena hanya memfokuskan pada penyajian informasi keuangan berupa biaya yang terjadi pada tahap perawatan pasien. Sedangkan dalam pengelolaan pelayanan rawat inap diperlukan informasi tentang penyebab timbulnya biaya berupa aktivitas. Metode tradisional menyediakan informasi biaya tarif rawat inap berdasarkan wewenang yang dimiliki oleh manajer atau direktur. Akan tetapi wewenang yang dimiliki manajer ataupun direktur tidak dapat digunakan untuk mempengaruhi biaya tarif rawat inap karena manajer ataupun direktur tidak memiliki informasi mengenai aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya tersebut. Metode tradisional menyediakan informasi tentang biaya tarif rawat inap yang kurang akurat, karena informasi biaya tarif rawat inap hanya memperhitungkan biaya perawatan pasien sebagai bagian biaya rawat inap. Pada metode ABC disajikan informasi tentang semua biaya yang dibebankan pada tarif rawat inap, sehingga biaya rawat inap yang diperoleh akurat. Informasi yang akurat mengenai biaya tarif rawat inap dapat membantu manajer ataupun direktur dalam menganalisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses, mengembangkan kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam perencanaan strategis.
Untuk menjaga dan meningkatkan profitabilitas dari RSI AL UMMAH, maka akan dilakukan perhitungan untuk menentukan tarif jasa rawat inap berdasarkan metode activity based costing.
Tarif jasa rawat inap yang digunakan rumah sakit saat ini untuk kelas VIP sebesar RP. 250.000, untuk kelas 1 sebesar Rp. 200.000, untuk kelas 2 sebesar Rp.150.000, untuk kelas 3 sebesar Rp. 100.000 dan untuk sal sebesar Rp. 60.000. Dan hasil perhitungan tariff jasa rawat inap rumah sakit dengan metode ABC untuk kelas VIP sebesar Rp. 256.126, untuk kelas 1 sebesar Rp. 220.750, untuk kelas 2 sebesar Rp. 147.354, untuk kelas 3 sebesar 93.863 dan untuk sal sebesar Rp. 65.749.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Rumah Sakit Islam AL UMMAH menyediakan jasa rawat inap bagi pasien
yang memerlukan perawatan intensif untuk mempermudah mengamati
perkembangan kesehatan pasien secara berkesinambungan. Jasa rawat inap pada
RSI AL UMMAH merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar dari jasa
kesehatan lain yang ditawarkan oleh rumah sakit tersebut. Akan tetapi dalam
penentuan tarif jasa rawat inap RSI AL UMMAH masih menggunakan metode
biaya tradisional, sehingga jasa rawat inap yang ditawarkan menjadi lebih murah
(undercosting) atau lebih mahal (overcosting) dari beban biaya yang seharusnya
dikonsumsi pada jasa rawat inap tersebut.
Metode tradisional kurang efektif digunakan dalam penentuan harga
pokok dari produk, karena hanya memfokuskan pada penyajian informasi
keuangan berupa biaya yang terjadi pada tahap perawatan pasien. Sedangkan
dalam pengelolaan pelayanan rawat inap diperlukan informasi tentang penyebab
timbulnya biaya berupa aktivitas. Adanya informasi yang lengkap mengenai
aktivitas penyebab timbulnya biaya dapat mempengaruhi tarif rawat inap.
Metode tradisional menyediakan informasi biaya tarif rawat inap
berdasarkan wewenang yang dimiliki oleh manajer atau direktur. Akan tetapi
wewenang yang dimiliki manajer ataupun direktur tidak dapat digunakan untuk
memiliki informasi mengenai aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya
tersebut. Metode ABC menyajikan data tentang aktivitas yang menginformasikan
kepada manajer ataupun direktur tentang aktivitas dari sumber daya yang
menyebabkan timbulnya biaya.
Metode tradisional menyediakan informasi tentang biaya tarif rawat inap
yang kurang akurat, karena informasi biaya tarif rawat inap hanya
memperhitungkan biaya perawatan pasien sebagai bagian biaya rawat inap. Pada
metode ABC disajikan informasi tentang semua biaya yang dibebankan pada tarif
rawat inap, sehingga biaya rawat inap yang diperoleh akurat. Informasi yang
akurat mengenai biaya tarif rawat inap dapat membantu manajer ataupun direktur
dalam menganalisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses, mengembangkan
kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam perencanaan strategis.
Aktivitas merupakan faktor utama penyebab timbulnya biaya dan biaya
hanya dapat dikurangi secara signifikan melalui pengelolaan terhadap aktivitas
tersebut. Biaya tarif rawat inap dapat diperkirakan dengan baik melalui
perencanaan aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya.
Untuk menjaga dan meningkatkan profitabilitas dari RSI AL UMMAH,
maka akan dilakukan perhitungan untuk menentukan tarif jasa rawat inap
berdasarkan metode activity based costing.
1.2. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan uraian latar belakang permasalahan di atas, dapat
1. Aktivitas dan biaya apa sajakah yang berhubungan dengan penentuan tarif
rawat inap di RSI AL UMMAH?
2. Bagaimanakah cara penentuan tarif rawat inap dengan menggunakan metode
Activity Based Costing (ABC)?
3. Apakah terdapat perbedaan terhadap perhitungan tarif rawat inap dengan
metode tradisional dengan metode Activity Based Costing (ABC)?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Menghitung biaya operasional rawat inap dengan menggunakan metode
Activity Based Costing (ABC).
2. Menentukan tarif jasa rawat inap yang sesuai dengan mempertimbangkan laba
yang ingin dicapai rumah sakit.
3. Membandingkan hasil perhitungan tarif jasa rawat inap yang telah diterapkan
rumah sakit dengan metode Activity Based Costing (ABC).
1.4. Batasan Permasalahan
Batasan permasalahan digunakan agar penelitian yang efektif tercapai.
Adapun batasan permasalahan yang digunakan antara lain:
1. Penelitian dilakukan pada Rumah Sakit Islam Al Ummah.
2. Data biaya yang dikumpulkan dan diolah terhitung selama satu tahun, dimulai
dari bulan Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 pada semua kelas jasa
3. Penelitian biaya yang dilakukan hanya sebatas biaya yang dikeluarkan rumah
sakit dalam fasilitas rawat inap, tenaga perawat, konsumsi, kebersihan,
administrasi, perawatan dan perbaikan fasilitas dan aktivitas-aktivitas lain
yang berhubungan dengan perawatan pasien.
1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan
Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam pemecahan masalah ini
adalah:
1. Data dan informasi biaya dari pihak rumah sakit dianggap tidak berubah
secara signifikan.
2. Pelayanan yang diberikan kepada pasien rawat inap sesuai dengan standar
pelayanan yang telah ditetapkan pihak rumah sakit.
3. Tidak terjadi perubahan biaya dan tarif selama penelitian
1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RINGKASAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
sasaran penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan
tugas akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi
dan penjelasan mengenai kelas jasa dan tarif rawat inap.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan
masalah.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga
penyusunan laporan tugas akhir.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian
serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah
dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
2.1. Sejarah Perusahaan
Rumah Sakit Islam AL UMMAH didirikan pada tahun 1995 oleh Yayasan
Masjid Raya Pusat Pasar. Pendirian Rumah Sakit Islam AL UMMAH didasarkan
atas pemikiran pengurus Yayasan Masjid Raya Pusat Pasar dan hasil konsultasi
dengan Dr. H. Syahrial R.Anas, MHA yang saat itu menjabat sebagai kepala dinas
kesehatan Kotamadya Medan. Berdasarkan hasil pemikiran dan konsultasi yang
dilakukan, pengurus Yayasan Masjid Raya Pusat Pasar setuju untuk mendirikan
suatu unit pelayanan kesehatan,yaitu rumah sakit di wilayah Kotamatsum.
Pada tanggal 26 Februari 2000 Rumah Sakit Islam AL UMMAH
diresmikan oleh Walikotamadya KDH TK. II Medan, yaitu bapak H. Bachtiar
Djafar dengan nama Rumah Sakit Ibu dan Anak AL UMMAH.
Pada tahun 2006 terjadi perubahan nama Rumah Sakit dari Rumah Sakit
Ibu dan Anak AL UMMAH menjadi Rumah Sakit Islam AL UMMAH.
Pergantian nama Rumah Sakit ini dikarenakan pihak Rumah Sakit ingin
memberikan pelayanan kesehatan tidak hanya kepada ibu dan anak, akan tetapi
kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan khususnya yang berada di wilayah
Kotamatsum.
Rumah Sakit Islam AL UMMAH sudah beberapa kali mengalami
pergantian posisi direktur, yaitu:
1. Dr. Yumna Hasbullah 1998 - 1999
2. Syafruddin Ahmad LC 1999 - 2000
4. Dr. Suhaimi Bakhri 2001 - 2005
5. Dr. Ahmad Khuwailid Sp. OG 2005 - sekarang
Rumah Sakit Islam AL UMMAH dari awal berdiri hingga sekarang masih
melakukan perbaikan pelayanan dan penambahan beberapa fasilitas pendukung
pelayanan kesehatan.
2.2. Visi, Misi, dan Fungsi Perusahaan
Penetapan visi dan misi adalah tahapan yang sangat penting dari
perencanaan jangka panjang yang bersifat strategik seperti corporate planning.
Visi memberikan arahan yang menyeluruh bagi organisasi. Selain memiliki visi
yang jelas, setiap organisasi juga perlu mendefinisikan misi atau alasan
keberadaan dari organisasi.
2.2.1. Visi Perusahaan
Visi sebuah organisasi adalah sebuah gambaran mengenai organisasi
tersebut diwaktu yang akan datang dalam kata-kata singkat yang menjadi dasar
bagi arahan yang bersifat menyeluruh bagi organisasi tersebut. Menurut Fred R.
David (2006) menyatakan dengan singkat dan padat, visi adalah untuk menjawab
pertanyaan”Ingin menjadi apakah kita?”1
Rumah Sakit Islam AL UMMAH yang didirikan berdasarkan keinginan
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki visi, yaitu:
Dari uraian singkat visi tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwasanya
RSI AL UMMAH ingin memberikan pelayanan kesehatan yang Islami sehingga
tercipta masyarakat yang sehat, baik secara jasmani maupun rohani.
2.2.2. Misi Perusahaan
Misi adalah pernyataan tujuan jangka panjang yang membedakan satu
perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya. Pernyataan tersebut menjawab
pernyataan dasar ” apa bisnis kita?”, dengan kata lain misi menggambarkan arah
masa depan suatu organisasi.2
1. Membina staf medis dan nonmedis rumah sakit dan mengelola rumah sakit
untuk kemaslahatan ummat.
Rumah Sakit Islam AL UMMAH yang didirikan berdasarkan keinginan
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki misi, yaitu:
2. Memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat Kotamatsum dan
sekitarnya.
Fungsi Perusahaan
Rumah Sakit Islam AL UMMAH memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Suatu badan pengadaan pelayanan kesehatan
2. Penunjang pelayanan kesehatan dan non kesehatan
2.3. Jenis Pelayanan dan Fasilitas Perusahaan 2.3.1. Jenis Pelayanan Perusahaan
Pelayanan kesehatan yang ada di RSI AL UMMAH untuk mendukung
pelaksanaan fungsinya sebagai salah satu badan pelayanan kesehatan saat ini
sudah cukup memadai, walaupun baru berusia 8 tahun. Adapun jenis-jenis
pelayanan kesehatan yang ada di RSI AL UMMAH, yaitu:
1. Pelayanan Poli
Ada beberapa pelayanan poliklinik spesialis, yaitu:
a. Poliklinik Kandungan (Obgyn)
b. Poliklinik Penyakit Dalam
c. Poliklinik Anak
d. Poliklinik Bedah
e. Poliklinik Gigi
f. Poliklinik Umum
2. Unit Gawat Darurat (UGD)
a. Ambulance
3. Pelayanan Penunjang
a. Laboratorium
b. Instalasi Farmasi
4. Pelayanan Keperawatan
Rawat inap disediakan pihak rumah sakit untuk memberikan perawatan
intensif kepada pasien. Pasien yang akan dirawat inap di rumah sakit
didaftarkan pada pihak administrasi, sehingga diperoleh informasi yang
berkenaan dengan pasien. Pasien yang telah terdaftar akan dirawat pada
fasilitas (hunian) yang telah tersedia dan perawat akan memantau
perkembangan kesehatan pasien selama menjalani masa perawatan. Pihak
rumah sakit juga menyediakan makanan untuk pasien, membersihkan
kamar, menyediakan kain bersih, dan memeriksa fasilitas yang ada pada
hunian/kamar yang tersedia dan digunakan selama pasien dirawat sehingga
pasien merasa nyaman selama dirawat di rumah sakit. Setelah diizinkan
pulang, pasien diwajibkan mengurus surat-surat selama dirawat pada pihak
administrasi.
b. Gizi
5. USG dan EKG
6. Administrasi dan Tata Usaha
2.3.2. Fasilitas Perusahaan
Selain jenis pelayanan yang diuraikan diatas, RSI AL UMMAH juga
memiliki beberapa fasilitas. Sebagian besar fasilitas tersebut tercakup dalam
pelayanan yang diberikan RSI AL UMMAH, fasilitas tersebut adalah:
1. Ruang Rawat Inap.
a. Kelas VIP
Ruang rawat inap kelas VIP didukung dengan beberapa fasilitas yang
tersedia, yaitu: tempat tidur, lemari pakaian, AC, kulkas, TV, dan kamar
mandi di dalam. Ruang rawat inap kelas VIP yang terdapat di RSI AL
UMMAH hanya 1 ruangan dan kelas ini hanya ditempati oleh seorang
pasien.
b. Kelas 1
Ruang rawat inap kelas 1 didukung dengan beberapa fasilitas yang
tersedia, yaitu: tempat tidur, lemari pakaian, AC, TV, dan kamar mandi di
dalam. Pada RSI AL UMMAH kelas 1 terdapat 1 ruangan dan setiap
ruangan ditempati oleh seorang pasien.
c. Kelas 2
Ruang rawat inap kelas 2 didukung dengan beberapa fasilitas yang
tersedia, yaitu: tempat tidur, lemari pakaian, kipas angin, TV, dan kamar
mandi di dalam. Pada RSI AL UMMAH kelas 2 terdapat 1 ruangan dan
setiap ruangan ditempati oleh dua orang pasien.
d. Kelas 3
Ruang rawat inap kelas 3 didukung dengan beberapa fasilitas yang
tersedia, yaitu: tempat tidur, lemari pakaian, kipas angin, dan kamar mandi
di luar. Pada RSI AL UMMAH kelas 3 terdapat 2 ruangan dan setiap
ruangan ditempati oleh dua orang pasien.
Ruang rawat inap sall didukung dengan beberapa fasilitas yang tersedia,
yaitu: tempat tidur, lemari pakaian, kipas angin, TV, dan kamar mandi di
luar. Pada RSI AL UMMAH ruangan sal terdapat 2 ruangan dan setiap
ruangan ditempati oleh lima orang pasien.
2. Ruang Operasi
3. Ruang Bersalin
4. Ruang Bayi
5. Ambulance 24 jam
6. Laboratorium 24 jam
7. Instalasi USG dan EKG
8. Fasilitas untuk Peserta Askes Komersial (Askes Plus)
2.4. Organisasi dan Manajemen
Organisasi merupakan suatu sistem yang bersifat sosio-teknis. Sistem
adalah suatu keseluruhan dinamis yang terdiri dari bagian-bagian yang
berhubungan. Dinamis berarti bergerak, berkembang ke arah suatu tujuan. Sosio
(sosial) berarti yang bergerak di dalam dan yang menggerakkan sistem itu adalah
manusia.
Manajemen berasal dari kata bahasa Inggris management dengan kata asal
to manage yang secara umum berarti mengelola. Dalam arti khusus manajemen
dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan
kegiatan memimpin dalam suatu organisasi. Dengan demikian manajer adalah
langkah terpadu yang mengembangkan organisasi sebagai sistem yang bersifat
sosio-ekonomi-teknis.
2.4.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang hubungan atau
kerjasama orang-orang yang menggerakkan dan berada dalam suatu organisasi.
Adanya organisasi akan mengakibatkan setiap tugas dan kegiatan dapat
didistribusikan dan dilakukan oleh setiap anggota kelompok secara efisien dan
efektif sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Adanya struktur
organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja
yang baik karena akan terhindar dari tumpang tindih dalam perintah dan tanggung
jawab.
Pendekatan organisasi modern lebih menekankan pada pentingnya
hubungan horizontal dalam organisasi sebagai alat organisasi, disamping alat
hubungan vertikal dan juga menganjurkan penggunaan unit-unit organisasi yang
lengkap pada bagian-bagian organisasi untuk mempermudah pengorganisasian.
Struktur organisasi yang satu dengan yang lainnya mungkin sekali berbeda.
Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan hubungan interaksional antara
pekerjaan, faktor fisik, faktor pegawai dan lain sebagainya.
Rumah Sakit Islam AL UMMAH menggunakan struktur organisasi
lini-fungsional. RSI AL UMMAH membuat pembagian tugas berdasarkan
pengelompokkan aktivitas atau kegiatan dan tugas yang sama untuk membentuk
hal mekanisme pengendalian kegiatan, tanggung jawab yang jelas, dan
pengembangan karir individu berdasarkan fungsi ataupun profesinya. Tugas,
wewenang dan tanggungjawab berjalan vertikal menurut garis lurus mulai dari
pimpinan tertinggi sampai pada bawahan masing-masing.
Struktur organisasi RSI AL UMMAH disusun sedemikian rupa sehingga
jelas terlihat uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil
dalam organisasi, sehingga ada suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk
mencapai tujuan perusahaan dan setiap pegawai mengetahui dengan jelas dari
mana perintah datang dan kepada siapa harus mempertanggungjawabkan hasil
pekerjaannya. Struktur organisasi Rumah Sakit Islam AL UMMAH dapat dilihat
Direktur
Administrasi/Tata Usaha
Keamanan Laundry
Farmasi
Laboratorium Ins. Farmasi
Cleaning Service Koord. Dokter
Jaga
Tekhnisi Kasir Keuangan Pemeliharaan
Rumah Tangga
= hubungan lini
= hubungan fungsional Medical
Record Gizi Keperawatan
Rawat Inap
Pelayanan Poli
2.4.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Pembagian tugas dan tanggung jawab setiap personil harus disesuaikan
dengan aktivitas kerjanya sehari-hari serta tugas dan tanggung jawabnya dengan
struktur organisasi yang ada. Tanggung jawab yang diberikan harus seimbang
dengan tugas yang diterima.
Uraian tugas dan tanggung jawab personil pada Rumah Sakit Islam AL
UMMAH adalah sebagai berikut:
1. Direktur
a. Memimpin, membina pelaksanaan, mengkoordinasikan dan memantau
pelaksanaan medis di rumah sakit.
b. Menentukan semua kebijakan dan peraturan, serta menyusun rencana kerja
pelaksanaan pelayanan di rumah sakit.
c. Mengawasi pelaksanaan tugas rumah sakit dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku.
d. Memiliki wewenang dalam mengambil tindakan tertentu yang
berhubungan dengan operasional rumah sakit.
2. Koordinator Dokter Jaga
a. Menyusun dan membuat jadwal piket dokter jaga di rumah sakit.
b. Mengawasi pelaksanaan jadwal piket dokter jaga di rumah sakit.
c. Memberikan pertolongan pertama kepada pasien.
3. Keperawatan
a. Menyusun, membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan perawatan
b. Mengelola dan membina seluruh unit bagian dalam bidang dan fungsinya
sehingga dapat bekerja secara optimal
4. Farmasi
a. Menyusun, menyimpan dan menyalurkan kebutuhan obat-obatan dan alat
kesehatan di rumah sakit.
b. Merencanakan kebutuhan bahan yang diperlukan dalam pemeriksaan
laboratorium.
c. Melakukan pemeriksaan kondisi, kualitas, dan ketersediaan obat-obatan
dalam persediaan secara berkala dan memesannya jika habis.
d. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan laboratorium sesuai dengan
prosedur yang ada.
5. Rumah Tangga
a. Menyusun jadwal penugasan kebersihan ruangan dan laundry.
b. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan tugas dari kebersihan dan laundry.
c. Mengelola makanan dan melakukan penyuluhan serta konsultasi gizi
pasien di rumah sakit.
d. Memantau perbaikan gizi pasien melalui pengendalian gizi dalam menu
makanan yang diberikan.
e. Menyusun dan menetapkan kandungan gizi makanan yang akan diberikan
kepada pasien sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.
6. Pemeliharaan
a. Menyusun, membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
b. Menyusun dan mengatur jadwal pelaksanaan pemeliharaan rutin atas
peralatan medis rumah sakit.
c. Menerima laporan kerusakan dan mengatur waktu pelaksanaan perbaikan
atas kerusakan peralatan medis.
d. Menetapkan cara pengamanan rumah sakit.
e. Mengawasi dan memeriksa keadaan keamanan di rumah sakit dan
lingkungan sekitarnya.
7. Kabid. Administrasi
a. Menyusun, membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
administrasi dan keuangan.
b. Melakukan kegiatan tata usaha dan keuangan rumah sakit.
c. Menghimpun seluruh data di rumah sakit untuk menyusun program dan
laporan rutin rumah sakit.
d. Menyusun dan mengelola anggaran rumah sakit.
RSI AL UMMAH memiliki beberapa tenaga kerja yang dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja di RSI AL UMMAH
No Jenis Tenaga Kerja Jumlah
1 Tenaga Medis 10
2 Paramedis Perawatan 15
3 Paramedis Non Perawatan 5
4 Non Medis 10
Jumlah 40
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Akuntansi Biaya
3.1.1. Ruang Lingkup Akuntansi Biaya
Dalam perkembangannnya, akuntansi mempunyai beberapa bidang
khusus. Hal ini seiring dengan perkembangan dunia usaha, pertumbuhan ekonomi,
kemajuan teknologi yang pesat dan faktor lain yang mempunyai pengaruh
terhadap kegiatan perusahaan.
Akuntansi biaya adalah salah satu bidang akuntansi yang menekankan
pada penentuan dan pengendalian biaya. Biaya ini merupakan biaya yang
digunakan untuk memproduksi suatu produk. Pada saat ini akuntansi biaya dapat
dilakukan pada berbagai bidang kegiatan non manufaktur, sepeerti perusahaan
asuransi, perbankan, sekolah, rumah sakit.
Pada saat ini akuntansi biaya telah berkembang menjadi alat dari
manajemen yang berfungsi menyediakan informasi biaya bagi kepentingan
manajemen agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Informasi biaya
tersebut diperlukan oleh manajemen untuk tujuan sebagai berikut:3
1. Penentuan Harga Pokok
Dalam penentuan harga pokok, biaya-biaya dihimpun menurut pekerjaan
(job), bagian-bagian (departements), produk dan jasa.
3
2. Perencanaan Biaya
Perencanaan merupakan suatu usaha untuk merumuskan tujuan dan meyusun
program operasi yang lengkap dalam rangka mencapai tujuan tersebut.
Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya mengenai:
a. Harga jual dan volume penjualan
b. Profitabilitas dari produk
c. Pembelian
d. Pengeluaran barang modal
e. Perluasan pabrik
3. Pengendalian Biaya
Pengendalian merupakan usaha manajemen untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan melakukan perbandingan secara terus-menerus antara
pelaksanaan dengan rencana.
4. Dasar untuk Pengambilan Keputusan
Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang berbeda, agar dapat
dibandingkan oleh manajemen dengan pendapatan dari berbagai tindakan
alernatif yang akan dipilih. Berdasarkan informasi ini, maka manajemen
dapat membuat keputusan perencanaan yang menyangkut:
a. Membuat produk baru
b. Menghentikan atau meneruskan suatu produk tertentu
c. Menerima atau menolak pesanan-pesanan tertentu
d. Membeli atau membuat sendiri
3.2. Konsep Biaya
Biaya adalah pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh
barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang.
3.2.1. Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya diperlukan untuk menyajikan data biaya yang berguna
bagi manajemen untuk mencapai berbagai tujuan. Biaya dapat diklasifikan
berdasarkan:4
1. Kegiatan Manufaktur
2. Tingkat Kegiatan atau Volume
3. Departemen yang ada dalam suatu Pabrik
4. Periode Akuntansi
5. Fungsi Manajemen atau Jenis Kegiatan Manufaktur
3.2.1.1. Biaya Berdasarkan Kegiatan Manufaktur
Biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan manufaktur disebut biaya
produksi. Biaya ini diklasifikasikan dalam tiga elemen utama sehubungan dengan
produk yang dihasilkan, yaitu:
1. Bahan Langsung (Direct Material)
Biaya bahan langsung merupakan biaya yang ditimbulkan dari seluruh bahan
langsung yang menjadi bagian yang membentuk barang jadi.
Biaya tenaga kerja langsung adalah upah dari semua tenaga kerja lagsung
yang secara fisik baik menggunakan tangan maupun mesin yang ikut dalam
proses produksi untuk menghasilkan suatu produk atau barang jadi.
3. Overhead Pabrik (Factory Overhead)
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi suatu produk selain dari
bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Istilah lain adalah biaya produksi
tidak langsung, dimana istilah ini sesuai dengan sifat biaya overhead pabrik
yang terdiri dari berbagai elemen biaya yang tidak dapat dibebankan secara
langsung kepada pekerjaan atau produk tertentu. Biaya ini dapat
diklasifikasikan dalam tiga unsur pokok, yaitu:
a. Bahan tidak langsung
b. Tenaga kerja tidak langsung
c. Biaya produksi tidak langsung, seperti: asuransi dan penyusutan peralatan
pabrik.
3.2.1.2. Biaya Berdasarkan Tingkat Kegiatan atau Volume
Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan
atau volume, maka biaya dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis biaya, yaitu:
1. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah secara langsung dengan
adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume, baik volume produksi ataupun
volume penjualan. Biaya-biaya produksi yang diidentifikasikan sebagai biaya
2. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak berubah dengan adanya
perubahan tingkat kegiatan atau volume.
3. Biaya Semi Variabel (SemiVariable Cost)
Biaya semi variabel adalah biaya yang mempunyai unsur biaya tetap dan
variabel. Unsur tetap ini merupakan biaya minimum yang harus dikeluarkan
untuk jasa yang digunakan, seperti biaya listrik, telepon, dan sebagainya.
Pembebanan biaya listrik terdiri dari elemen tetap yaitu biaya beban minimum
dari daya.
3.2.1.3. Biaya Menurut Departemen yang ada dalam suatu Pabrik
Biaya yang ada dikelompokkan menurut departemen atau unit organisasi
yang lebih kecil dari suatu pabrik dimana biaya-biaya tersebut terjadi.
Pengelompokkan biaya seperti ini dapat membantu manajemen dalam
menentukan harga pokok produk yang lebih tepat. Dalam perusahaan manufaktur
terdapat dua jenis departemen, yaitu:
1. Departemen Produksi
Departemen produksi merupakan unit organisasi dari suatu perusahaan
manufaktur, dimana proses produksi dilaksanakan secara langsung atas
produk. Biaya yang terjadi dalam departemen ini seluruhnya dibebankan
2. Departemen Pembantu
Departemen pembantu merupakan unit organisasi yang secara tidak langsung
terlibat dalam proses produksi. Departemen ini memberikan jasanya kepada
departemen produksi maupun departemen pembantu lainnya. Biaya yang
terjadi dalam departemen ini dikelompokkan sebagai biaya overhead pabrik.
3.2.1.4. Biaya Berdasarkan Periode Akuntansi
Pengklasifikasian biaya sehubungan dengan periode akuntansi dibedakan
berdasarkan waktu atau kapan biaya tersebut dibebankan terhadap pendapatan.
Biaya berdasarkan periode akutansi diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu:
1. Biaya Produk (Product Cost)
Pada perusahaan manufaktur biaya ini sama dengan biaya produksi, yaitu
bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Biaya-biaya ini
pada saat terjadi dicatat dan dialokasikan sebagai persediaan, tetapi apabila
terjadi penjualan atas persediaan maka biaya dari persediaan akan menjadi
harga pokok penjualan yang akan dibandingkan dengan pendapatan yang telah
terealisasikan dari penjualan tersebut.
2. Biaya Periode (Period Cost)
Biaya periode adalah biaya yang tidak berkaitan dengan persediaan atau
produk tetapi berhubungan dengan periode akuntansi. Biaya periode ini hanya
bermanfaat untuk satu periode akuntansi yang disebut pengeluaran
3.2.1.5. Biaya Menurut Fungsi Manajemen atau Jenis Kegiatan Fungsional
Pengklasifikasian biaya menurut jenis dari kegiatan fungsional bertujuan
untuk membantu manajemen dalam perencanaan, analisis dan pengendalian biaya
atas dasar fungsi yang ada dalam suatu organisasi perusahaan. Berdasarkan jenis
kegiatan fungsional maka biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk menghasilkan
produk hingga siap untuk dijual.
2. Biaya Penjualan
Biaya penjualan merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk menjual suatu
produk atau jasa.
3. Biaya Umum atau Administrasi
Biaya umum atau administrasi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
memimpin, mengendalikan dan menjalankan suatu perusahaan.
3.3. Biaya Perunit Produk
Perhitungan biaya perunit produk secara konseptual adalah total biaya
yang berkaitan dengan unit produk yang diproduksi dibagi dengan jumlah unit
produk yang diproduksi. Pada perusahaan manufaktur biaya perunit merupakan
salah satu bagian informasi yang penting, yang digunakan untuk menilai
persediaan, penentuan laba, dan pengambilan sejumlah keputusan penting.
Pengungkapan biaya biaya persediaan dan penentuan laba adalah kebutuhan
Perusahaan jasa juga memerlukan informasi biaya perunit. Perusahaan jasa
dalam menentukan biaya perunit terlebih dahulu harus mengidentifikasi unit jasa
yang disediakan, misalnya saja rumah sakit membebankan biaya-biaya kepada
pasien, pasien yang dirawat perhari, dan jenis prosedur pelayanan lain yang
ditawarkan (sinar X, tes darah, dan sebaginya).
Perusahaan jasa menggunakan data biaya yang sama dengan perusahaan
manufaktur di dalam menentukan profitabilitas, kelayakan untuk memperkenalkan
layanan baru, membuat keputusan harga, dan lain-lain. Akan tetapi, karena
perusahaan jasa tidk menghasilkan produk fisik, mengakibatkan perusahaan jasa
tidak perlu menilai persediaan barang jadi.
3.4. Activity Based Costing
Activity Based Costing (ABC) merupakan sistem akuntansi yang
memfokuskan pada aktivitas dalam perhitungan harga pokok produk. Biaya
(sumber daya) ditelusuri ke aktivitas dan aktivitas ditelusuri ke produk
berdasarkan pemakaian aktivitas dari setiap produk. ABC terkenal juga dengan
transactioncosting (pembebanan harga pokok produkberdasarkan transaksi).
Activity Based Costing (ABC) juga merupakan suatu hasil upaya
perbaikan oleh akuntan manajemen untuk mengevaluasi profitabilitas lini produk
yang berbeda, dimana dilakukan penelusuran terhadap biaya overhead secara
tepat. Hal ini dikarenakan biaya overhead secara tidak langsung berhubungan
Activity Based Costing (ABC) bukan sekedar sistem informasi biaya untuk
tujuan penentuan secara akurat objek biaya. Namun lebih jauh dari itu ABC
didesain untuk tujuan penyediaan informasi bagi semua pihak yang terlibat dalam
pengambilan keputusan individu dan pemberdayaan karyawan (informing and
empowering) untuk membangun daya saing perusahaan melalui cost leadership
strategy. Obyek biaya adalah seluruh item seperti produk, pelanggan, departemen,
proyek, aktifitas, dan lain-lain dimana untuk itu biaya diukur dan dibebankan.
Biaya aktivitas atau kegiatan yang tidak mendatangkan nilai tambah dapat
dihilangkan atau dikurangi dengan beberapa cara, seperti5
1. Kegiatan inspeksi dapat dihilangkan dengan mengembangkan total quality
control dan zero defect manufacturing, movement time dapat dikurangi dengan
mengembangkan celluler manufacturing, dan waiting storage time dapat
dikurangi dengan mengembangkan sistem persediaan just intime (JIT). :
2. Memilih alternatif-alternatif kegiatan yang membutuhkan biaya terendah.
3. Mengurangi waktu dan sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu kegiatan
4. Meningkatkan efisiensi kegiatan yang mendatangkan nilai tambah ke tingkat
skala ekonomi tanpa diikuti oleh kenaikan total biaya kegiatan tersebut
sehingga biaya perunit kegiatan yang dibebankan kepada produk akan
menurun.
5
3.4.1. Sejarah Activity Based Costing (ABC)
Pada permulaan tahun 1971, George J Staubus mengusulkan suatu sistem
manajemen baru yang dibangun berdasarkan akativitas, akan tetapi kurang
mendapatkan perhatian karena dibutuhkan suatu sistem komputer untuk
mengumpulkan data aktivitas yang pada saat itu belum ada. Pada awal tahun
1980-an, industri dan akademisi mengetahui kelemahan mengenai sistem
akuntansi biaya, dimana arus kas dan nilai pemegang saham menjadi tujuan utama
dari kebanyakan perusahaan. Dan pada tahun 1984 Robert S. kaplan dan Dr. Tom
Johnson mulai menguraikan secara terperinci kelemahan-kelemahan yang
ditimbulkan dari sistem akuntansi biaya sekarang, dan pada saat yang bersamaan
Dr. Robin Cooper mengembangkan suatu sistem biaya baru yang mengalokasikan
biaya berdasarkan transaksi biaya overhead dan activity yang disebut dengan
metode Activity Based Costing (ABC).
Activity Based Costing (ABC) mulai mendapatkan perhatian dan menyebar
luas. Northerm Telecom, Hewlett Packkard, Honeywell, dan Avery International
adalah beberapa perusahaan yang telah menggunakan sistem ABC.
Jika pada awal perkembagannya sistem ABC hanya difokuskan kepada
biaya overhead pabrik, pada tahap perkembangan selanjutnya sistem ABC
diterapkan ke semua biaya mulai dari biaya desain, biaya produksi, biaya
penjualan, sampai biaya administrasi dan umum. Sistem ABC menggunakan
aktivitas sebagai titik pusat untuk mempertanggungjawabkan biaya, karena
tahap produksi, maka sistem ABC dapat dimanfaatkan di perusahaan non
manufaktur dan mencakup biaya di luar kegiatan produksi.
3.4.2. Pengertian Activity Based Costing (ABC)
Menurut Amin Widjaja (1992), “ ABCadalah sistem manajemen biaya yang
tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat, tetapi juga
memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana mengelolanya,
sehingga sistem ABC dikenal sebagai sistem manajemen yang pertama”.6
Sedangkan menurut Blocher, Chen dan Lin (2000) memberikan defenisi
mengenai Activity Based Costing (ABC), adalah pendekatan penentuan biaya
produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi
sumber daya yang disebabkan aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan
biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan
aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan
timbulnya biaya.7
Pengertian lain ABC “merupakan suatu sistem pengalokasian kembali
biaya keobjek biaya dengan dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. Sistem
ABC ini menelusuri biaya ke produk sebagai dasar aktivitas yang digunakan
untuk menghasilkan produk tersebut”.
8
6
Amin Widjaja Tunggal, Activity Based Costing Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1992), p.27
7
Edward J. Blocher, Kung H. Chen, Thomas W. Lin, Manajemen Biaya, Jilid 1 (Jakarta: Salemba Empat, 2000), p.120-121
8
Aktivitas didefinisikan sebagai suatu tindakan, gerakan atau rangkaian
pekerjaan yang dilakukan dalam organisasi yang berguna untuk tujuan penentuan
biayaberdasarkan aktivitas. Sumber daya merupakan unsur ekonomis yang
dibebankan atau digunakan dalam pelaksanaan aktivitas. Objek biaya merupakan
bentuk akhir dimana biaya pengukuran biaya diperlukan. Elemen biaya
merupakan jumlah yang dibayarkan untuk sumber daya yang dikonsumsi oleh
aktivitas.
Activity Based Costing (ABC) bukan sekedar sistem informasi biaya untuk
tujuan penentuan secara akurat cost object, yang menjadi cost object adalah
pelanggan, produk, jasa, proyek atau unit kerja lainnya dimana manajemen
menginginkan pengukuran biaya secara terpisah. Namun lebih jauh dari itu ABC
didesain untuk tujuan penyediaan informasi bagi semua pihak yang terlibat dalam
pengambilan keputusan (personel) dan pemberdayaan karyawan (informing and
empowering) untuk membangun daya saing perusahaan melalui cost leadership
strategy.
3.5. Perbedaan Sistem Biaya Berbasis Aktivitas (ABC) dengan Sistem Biaya Tradisional
Activity based costing system berbeda dari sistem penentuan biaya
tradisional yang umum digunakan karena dianggap murah dan mudah
perhitungannya untuk diterapkan.
Sistem biaya tradisional dimana sumber bahan baku langsung dan tenaga
sumber daya tidak langsung ditelusuri melalui cost drivernya yang dibebankan
pada produk. Semua biaya yang tidak dialokasikan pada proses penciptaan nilai
(value chain) tidak dapat dialokasikan pada produk yang dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
Traditional costing system umum digunakan karena dianggap murah dan
mudah perhitungannya untuk diterapkan. Kelemahan yang muncul akibat
penggunaan traditional costing system di atas, nampaknya dapat diatasi dengan
mengunakan activity based costing sistem (ABC).
Sumber Bahan
Gambar 3.1. Sistem Biaya Tradisional
Sumber: Horngren, Sundem dan Stratton, Introducing to Management Accounting, Prentice Hall
Business Publishing, 2002.
Sedangkan sistem biaya berbasis aktivitas lebih memahami hubungan
antara aktivitas, sumber daya, biaya, dan pemicu biaya adalah kunci dalam
memahami ABC dan bagaimana ABC dapat membantu para manajer dalam
ABC system tidak saja hanya menggunakan unit output sebagai cost driver
tetapi juga menggunakan non unit driver. ABC system juga dapat mengarahkan
manajer untuk memfokuskan diri terhadap pengaturan aktivitas yang ada sehingga
aktivitas yang tidak menghasilkan nilai tambah dapat diminimalkan, karena sistem
ini memberikan informasi yang lengkap mengenai semua aktivitas yang terjadi di
dalam perusahaan secara terintegrasi.
Keputusan yang diambil oleh para manajer berdasarkan informasi yang
dihasilkan ABC dikenal sebagai activity based management (ABM), yang
dijabarkan sebagai sistem yang luas, dengan pendekatan terintegrasi yang
mengarahkan manajemen untuk berfokus pada aktivitas-aktivitas untuk
meningkatkan customers value sehingga meningkatkan profit.
Sumber Bahan
Gambar 3.2. Sistem Biaya Berbasis Aktivitas
Sumber: Horngren, Sundem dan Stratton, Introducing to Management Accounting, Prentice Hall
3.6. Manfaat dan Keunggulan Activity Based Costing 3.6.1. Manfaat Activity Based Costing
Manfaat utama dari Activity Based Costing (ABC), adalah:9
1. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, yang
mengarahkan kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan
kepada keputusan strategi yang lebih baik tentang penentuan harga jual, lini
produk, pasar, dan pengeluaran modal.
2. ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu
oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu manajemen untuk
meningkatkan product value dan process value dengan membuat keputusan
yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik,
dan membantu perkembangan proyek-proyek yang meningkatkan nilai.
3. ABC memudahkan manajer memberikan informasi tentang biaya yang sesuai
untuk pengambilan keputusan bisnis.
3.6.2. Keunggulan Activity Based Costing
Beberapa keunggulan dari Activity Based Costing (ABC) dalam penentuan
biaya adalah sebagai berikut :10
1. Biaya produk atau pelanggan lebih realistik, khususnya pada industri
manufaktur teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan
proporsi yang signifikan dari total biaya.
9
2. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang
modern, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang.
Analisis sistem biaya ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas
sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.
3. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya
(activities cause cost) bukanlah produk atau pelanggan, dan produklah yang
mengkonsumsi aktivitas.
4. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya
dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang
tidak menambah nilai terhadap produk atau pelanggan.
5. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang
modern dengan menggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost drivers),
banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis transaksi (
transaction-based) dari pada berbasis volume produk.
6. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari
biaya produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang
relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.
7. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses,
pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.
3.7. Konsep Dasar Activity Based Costing
Produk dalam Activity Based Costing (ABC) dapat diartikan sebagai
kesehatan, asuransi, pinjaman bank, pelayanan konsultasi, bensin, bioskop, roti,
dan lain-lain. Semua produk tersebut diatas dihasilkan melalui aktivitas
perusahaan dan aktivitas inilah yang mengkonsumsi sumber daya.
Biaya yang tidak dapat didistribusikan secara langsung pada produk akan
dibebankan pada aktivitas yang menyebabkan biaya tersebut timbul. Biaya untuk
tiap aktivitas ini kemudian dibebankan pada produk yang bersangkutan.
Hubungan untuk mengalokasikan biaya ke produk dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Sumber Daya
(Resources)
Aktivitas (Activities)
Produk atau Pelanggan
Gambar 3.3. Model Dasar Activity Based Costing
Sumber: Amin Widjaja Tunggal, Activity Based Costing Suatu Pengantar, Jakarta, PT. Rineka Cipta,1992.
Dasar-dasar sistem biaya ABC ini mencakup biaya produksi tidak
langsung, aktivitas, objek biaya (cost object), pemicu biaya (cost driver) dan
kelompok biaya (cost pool).
3.7.1. Cost Objective (Tujuan Biaya)
Konsep penting untuk mengerti tentang sistem biaya ABC adalah tujuan
biaya (cost objective). Tujuan biaya didefenisikan sebagai "item" akhir (final)
dimana semua biaya terakumulasi. Tujuan biaya final ini berupa akumulasi biaya
Tujuan biaya final dapat berupa produk atau jasa pelayanan yang
disediakan oleh suatu perusahaan untuk konsumen. Pada sistem manufakturing,
tujuan biaya dapat berupa produk jadi atau proses manufakturing.
3.7.2. Cost Driver (Pemicu Biaya)
Pemicu biaya didefenisikan sebagai faktor yang digunakan untuk
mengukur bagaimana biaya terjadi atau dapat juga dikatakan sebagai cara untuk
membebankan biaya pada aktivitas atau produk. Secara praktis, pemicu biaya
menunjukkan dimana biaya harus dibebankan dan seberapa besar biayanya.
Pemicu biaya adalah penyebab terjadi biaya, sedangkan aktivitas adalah
merupakan dampak yang ditimbulkannya, Dalam sistem biaya Activity Based
Costing (ABC) digunakan beberapa macam pemicu biaya, sedangkan pada sistem
biaya tradisional hanya menggunakan satu macam pemacu biaya tertentu yang
digunakan sebagai basis, misalnya jam tenaga kerja/jam kerja orang, rupiah
tenaga kerja, atau jam mesin.
Paling tidak ada dua faktor utama yang harus diperhatikan dalam
pemilihan pemicu biaya (cost driver) ini yaitu: biaya pengukuran dan tingkat
korelasi antara cost driver dengan konsumsi overhead sesungguhnya. Hal ini
dapat dijelaskan, sebagai berikut:
1. Biaya Pengukuran (Cost of Measurement)
Dalam sistem biaya Activity Based Costing (ABC), sejumlah besar pemicu
biaya dapat dipilih dan digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat penting
tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada sebelumnya
berarti harus dihasilkan, dan akibatnya akan meningkatkan biaya sistem
informasi perusahaan. Kelompok biaya (cost pool) yang homogen dapat
menawarkan sejumlah pemicu biaya. Untuk keadaan ini, pemicu biaya yang
dapat digunakan pada sistem informasi yang ada sebelumnya hendaknya
dipilih. Pemilihan ini akan meminimumkan biaya pengukuran.
2. Derajat Korelasi (Degree of Corelation) Antara Pemicu Biaya don Konsumsi
Overhead Aktualnya
Struktur informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan cara lain untuk
meminimalkan biaya pengumpulan informasi konsumsi pemicu biaya.
Terdapat kemungkinan utnuk menggantikan suatu pemicu biaya yang secara
langsung mengukur konsumsi suatu aktivitas dengan pemicu biaya yang tidak
secara langsung, mengukur konsumsi tersebut. Misalnya, jam inspeksi dapat
digantikan oleh jumlah inspeksi aktual tiap produk, angka ini dapat lebih
diketahui. Penggantian ini berlaku apabila jam yang digunakan dalam setiap
inspeksi perproduk adalah cukup stabil.
3.7.3. Cost Pool (Kelompok Biaya)
Definisi kelompok biaya (cost pool) adalah sekelompok biaya yang
memiliki karekteristik yang sama. Karakteristik ini berkaitan dengan tolak ukur
aktivitas yang sama, untuk maksud pembebanan biaya ke produk. Dalam
penelitian ini, biaya-biaya utama tidak dibagi menjadi kelompok-kelompok biaya,
3.8. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC
Pembebanan biaya overhead pada Activity Based Costing juga
menggunakan dua tahap seperti pada sistem biaya tradisional, tetapi pusat biaya
yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar
pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda
dengan akuntansi biaya tradisional.
Activity Based costing menggunakan lebih banyak cost pools bila
dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada biaya tradisional dan
membebani biaya dengan menggunakan sistem variasi basis yang lebih cocok.
Sistem tersebut juga memberikan variasi yang lebih besar sebelum sampai pada
prosedur pembebanan tahap kedua.
3.8.1. Tahap Pertama
Prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC pada tahap ini
dimulai dengan pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktivitas yang
sejenis atau homogen yang terdiri dari 4 langkah, , yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktivitas
2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya kedalam berbagai aktivitas, pada langkah
ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit
level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining
activity costing, facility sustaining activity costing.
3. Mengidentifikasikan Cost Driver
4. Menentukan tarif perunit Cost Pool
Adalah biaya perunit cost pool yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif
perunit cost pool dapat dihitung dengan rumus:
Tarif perunit Cost Pool
CostDriver
ool vitasCostP JumlahAkti
=
3.8.2. Tahap Kedua
Pada tahap ini, dilakukan penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas
kemasing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya
overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan menggunakan rumus:
Biaya Overhead Produk yang dibebankan = Tarif perunit Cost Pool x Cost Driver
yang dipilih
3.9. Klasifikasi Aktivitas
Pada sistem Activity Based Costing (ABC), aktivitas adalah seluruh
kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan merancang dan memproduksi suatu
produk. Pengklasifikasian aktivitas akan memudahkan kalkulasi biaya produk.
Pada proses manufaktur ada empat kategori aktivitas, yaitu:11
1. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)
Aktivitas ini dilakukan untuk memproduksi setiap satu unit produk. Biaya
aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi.
pemakaian bahan, pemakaian jam kerja langsung, memasukkan komponen,
inspeksi setiap unit, dan aktivitas menjalankan mesin.
2. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)
Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan setiap batch atau
kelompok produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch ingin
diproduksi. Contoh aktivitas berlevel batch adalah setup mesin, pemesanan
pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi untuk setiap batch dan penanganan
bahan.
3. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities)
Aktivitas berlevel produk adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung
produksi produk yang berbeda. Contoh aktivitas berlevel produk adalah
merancang produk, administrasi suku cadang, penerbitan formulir pesanan
untuk mengubah teknik rekayasa dan ekspedisi.
4. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities)
Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung
produksi produk secara umum. Contoh aktivitas berlevel fasilitas adalah
keamanan, keselamatan kerja, pemeliharaan, manajemen pabrik, depreiasi
pabrik dan pembayaran pajak properti.
3.10. Penerapan Activity Based Costing pada Perusahaan Jasa dan Pemasaran
Sistem ABC selain diterapkan pada perusahaan manufaktur juga dapat
dipusatkan pada manufaktur. Activity Based Costing dapat digunakan pada
organisasi jasa, karena semua organisasi jasa memiliki aktivitas dan keluaran
(output) yang memiliki permintaan atas aktivitas tersebut. Akan tetapi terdapat
beberapa perbedaan fundamental atau mendasar antara organisasi jasa dan
manufaktur.12
Pada perusahaan manufaktur, aktivitas cenderung dilakukan dengan cara
yang sama. Kesamaan tersebut tidak terdapat pada perusahaan jasa, seperti
aktivitas pada bank dan rumah sakit berbeda. Selain itu perbedaan lain antara
perusahaan manufaktur dengan perusahaan jasa adalah keluarannya. Pada
perusahaan manufaktur output atau keluarannya dapat didefinisikan (produk
berwujud), tetapi pada perusahaan jasa mendefinisikan keluarannya sangat sulit
karena tidak berwujud. Walaupun demikian, keluaran perusahaan jasa harus
didefinisikan sehingga dapat dihitung biayanya.13
Pada perusahaan jasa seperti rumah sakit secara umum produknya dapat
didefinisikan sebagai pasien yang dirawat inap dan menjalani pengobatan, oleh
karena itu rumah sakit merupakan perusahaan multiproduk karena terdapat
berbagai jenis produk atau pelayanan dari menginap dan pengobatan. Untuk
mengilustrasikan sistem ABC yang potensial, akan difokuskan pada satu jenis jasa
yang disediakan kepada setiap pasien, yaitu perawatan harian yang terdiri dari
aktivitas hunian, penyediaan makanan, perawatan dan sebagainya. Dari ilustrasi
12