• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 SKRIPSI"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BELAJAR

DI TPA DENGAN AKHLAK SISWA DI SD NEGERI

KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS

KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

SITI KHOIRIYAH

___________________________

NIM : 114 08 049

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA 2010

(2)

KEMENTERIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos.50721 Salatiga http// www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

Dosen STAIN Salatiga NOTA PEMBIMBING Lamp : 3 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

Lamp : Sdri. SITI KHOIRIYAH

Kepada Yth.

Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara :

Nama : SITI KHOIRIYAH NIM : 114 08 049

Jurusan : Pendidkan Agama Islam

Judul : HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010

telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Demikian surat ini dibuat, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaiamana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, 10 Agustus 2010 Pembimbing Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP.1970112 199203 1 005 KEMENTERIAN AGAMA RI

(3)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos.50721 Salatiga http// www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi Saudara SITI KHOIRIYAH dengan Nomor Induk Mahasiswa 114 08 049 yang berjudul HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010".

telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada hari : Sabtu, 28 Agustus 2010 M yang bertepatan dengan tanggal : 18 Ramadhan 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.).

18 Ramadhan 1431 H Salatiga, __________________________

28 Agustus 2010 M

Panitia Ujian

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

DR. Imam Sutomo, M.Ag DR. H. Muh Saerozi, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002 NIP. 196602151991031001

Penguji I Penguji II

Prof. DR. H. Mansur, M. Ag. Winarno, M. Pd., MM. NIP. 19680613 199403 1 004 NIP. 19730526 199903 1 004

Pembimbing

DR. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP.19670112 199203 1 005

(4)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : SITI KHOIRIYAH

NIM : 114 08 049 Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 10 Agustus 2010 Yang menyatakan,

(5)

MOTO DAN PERSEMBAHAN Motto :

ِا ِا ْط ُ ا ََ ًِ ِْِ ُِََ ْط َ ْَ

)

 هاور

(

”Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan bagi orang itu jalan menuju ke syurga”. (HR. Muslim)

Persembahan :

1. Untuk kedua orang tuaku yang senantiasa menyayangi.

2. Suami dan anakku tercinta.

3. Dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan.

4. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan. 5. Civitas akademik STAIN Salatiga.

(6)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, kasih-Nya tiada batas dan sayang-Nya berlimpah kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan pertolongan Allah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.). Shalawat dan salam. Semoga berlimpah kepada Nabi Muhammad SAW.

Adapun skripsi ini berjudul ”HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak. Dr. Imam Sutomo. M. Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak. Drs. Joko Sutopo, selaku Ketua Progdi PAI Ekstensi STAIN Salatiga. 3. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., yang dengan sabar membimbing dan

memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen atas ketulusannya memberikan ilmu serta tauladan khasanah.

5. Kedua orang tuaku yang doanya senantiasa teriring dalam setiap langkah hidupku.

(7)

6. Kepala Sekolah, Guru dan segenap keluarga besar SD Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus yang telah memberi kesempatan untuk penelitian. 7. Suami dan keluarga yang selalu mencurahkan kasih sayang dan doanya serta

tidak bosan-bosan memberi motivasi dan perhatian.

Mengingat keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, tentunya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan ke arah yang lebih baik, dan diterima dengan hati lapang. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 10 Agustus 2010 Yang menyatakan,

(8)

ABSTRAK

Siti Khoiriyah. 2010. HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BELAJAR DI TPA DENGAN AKHLAK SISWA DI SD NEGERI KLEPU 01 KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010.

Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. Kata Kunci : Keaktifan Belajar di TPQ dan Akhlak Siswa

Pada umumnya Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an yang diperoleh siswa SDN Klepu 01 berada pada tingkatan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis pada tabel XIII, bahwa kategori baik sebesar 46,2%, cukup baik 30,8% dan kategori kurang sebanyak 23%.

Tingkatan dari akhlak siswa SDN Klepu 01 berada pada kategori baik dan cukup. Sebagaimana yang tertera pada tabel XV, bahwa kategori baik sebesar 34,6%, kategori cukup baik sebesar 34,6% dan kategori kurang sebesar 30,8%.

Koefisien korelasi antara Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an dan akhlak siswa (rxy) adalah sebesar 0,578. Nilai r ini dikonsultasikan

dengan nilai r tabel product moment dengan N = 26 dan taraf signifikasi 1% yaitu 0,496 terbukti r hitung lebih besar daripada r tabel sehingga hipotesis yang diajukan harus diterima.

Adanya hubungan antara Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an terhadap akhlak siswa SDN Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2010.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… PENGESAHAN KELULUSAN ……….. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……… MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….. KATA PENGANTAR ……….. ABSTRAK ………... DAFTAR ISI ……… DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ……… DAFTAR LAMPIRAN ……… i ii iii iv v vi viii ix xi xii BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………...

B. Rumusan Masalah ………... C. Tujuan Penelitian ………. D. Manfaat Penelitian ………... E. Hipotesis Penelitian ……… F. Definisi Operasional ……… G. Metode Penelitian ………

H. Sistematika Penulisan Skripsi ………

1 3 3 4 5 5 6 10

(10)

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar ……….

B. Mata Pelajaran SKI ………..

C. Strategi Belajar Mengajar ………

D. Strategi Quiz ……….

E. Penerapan Metode Team Quiz dalam

Pembelajaran SKI ……… 13 40 45 64 66 BAB III : DESKRIPSI PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian ………...

B. Deskripsi Siklus I ………

C. Deskripsi Siklus II ………...

D. Deskripsi Siklus III ………..

68 68 74 78 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Persiklus ………

B. Pembahasan Hasil Penelitian ………..

C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat …….

82 89 91 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ………. B. Saran-Saran ……….. C. Kata Penutup ………... 94 95 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(11)

Gambar 3.1 : Denah Tempat Duduk Pada Siklus I Gambar 3.2 : Denah Tempat Duduk Pada Siklus II Gambar 4.1 : Ketuntasan Siswa Dari Pra Siklus-Siklus III Tabel 4.1 : Nilai Siswa Pra Siklus

Tabel 4.2 : Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I Tabel 4.3 : Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II Tabel 4.4 : Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus III

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Skenario Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Siklus I

Lampiran 2 : Skenario Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Siklus II

Lampiran 3 : Skenario Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Siklus III

Lampiran 4 : Lembar Observasi Perhatian Siswa Siklus I Lampiran 5 : Lembar Observasi Perhatian Siswa Siklus II Lampiran 6 : Lembar Observasi Perhatian Siswa Siklus III Lampiran 7 : Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus I Lampiran 8 : Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus II Lampiran 9 : Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus III Lampiran 10 : Nilai Hasil Belajar Pra Siklus

Lampiran 11 : Nilai Hasil Belajar Siklus I Lampiran 12 : NiIai Hasil Belajar Siklus II Lampiran 13 : Nilai Hasil Belajar Siklus III Lampiran 14 : Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 15 : Surat Keterangan Penelitian dan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Kranggan Pringapus

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang tua muslim menyadari bahwa pada hakikatnya anak adalah amanat Allah SWT yang dipercayakan (diamanatkan) kepada dirinya. Kesadaran para orang tua muslim akan hakikat anak mereka sebagai amanat Allah SWT sepantasnya ini ditanggapi dengan penuh tanggung jawab. Setiap muslim pasti menyadari bahwa Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya agar mengemban amanat itu dengan baik. Dengan demikian, maka orang tua pantang mengkhianati amanat Allah SWT. Dan hukum mengemban amanat-Nya pun wajib bagi mereka. Dari sekian perintah Allah SWT yang berkenaan dengan amanat-Nya yang berupa anak adalah bahwa setiap orang tua wajib mengasuh dan mendidik anak-anak dengan baik dan benar, agar mereka tidak menjadi anak-anak yang lemah iman dan tumbuh dewasa menjadi generasi yang saleh. Inilah salah satu tanggung jawab orang tua.

Dalam ajaran Islam pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan Islam. Para filsuf Islam merasa betapa pentingnya pendidikan anak-anak terutama dalam pendidikan akhlak. Mereka sependapat bahwa pendidikan anak-anak sejak dari kecil harus mendapat perhatian. Dalam ajaran Islam pendidikan keluarga dipandang sebagai penentu masa depan anak. Betapapun sederhananya sistem pendidikan dalam keluarga ini, tetaplah berpengaruh

(14)

pada pembentukan kepribadian anak. Karena dari sinilah pertumbuhan fisik dan mental anak dimulai. Dalam keluarga orang tua merupakan pembina pertama bagi perkembangan dan pembentukan pribadi anak. Seperti yang dikatakan oleh Daradjat (1978:71) bahwa orang tua adalah pembina pribadi yang utama dalam hidup anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Anak yang baru dilahirkan diibaratkan seperti kertas putih yang memungkinkan orang tuanya untuk menulis apapun di kertas itu menurut keinginannya. Kepandaian dan keterampilan orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama sangat menentukan bagaimana watak anak setelah dewasa kelak.

Sehubungan dengan hakikat pendidikan yang meliputi penyelamatan fitrah Islamiah anak, perkembangan potensi pikir anak, potensi rasa, potensi kerja, dan sebagainya tentu tidak semua keluarga mampu menanganinya secara keseluruhan mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki orang tua misalnya keterbatasan waktu, keterbatasan ilmu pengetahuan, dan keterbatasan lainnya. Oleh karena itu dalam batas-batas tertentu orang tua dapat menyerahkan pendidikan anaknya kepada pihak luar baik kepada lembaga sekolah maupun lembaga di lingkungan masyarakat seperti pesantren, majelis taklim, TPA, dan kursus-kursus serta lembaga lain di lingkungan masyarakat. Penyerahan anak kepada lembaga-lembaga pendidikan tersebut bukan berarti memindahtangankan tanggung jawab orang

(15)

tua tetapi sekedar penyerahan penanganan belaka. Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi anak. Sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah telah diatur dan terprogram menurut jenjang dan tingkatnya. Namun demikian pada kenyataannya banyak permasalahan yang timbul yang dapat ditemui dalam kegiatan sekolah. Berhasil dan tidaknya anak belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal mencakup kematangan atau pertumbuhan kecerdasan atau intelegensi, motivasi, minat dan bakat, serta pengalaman anak. Sedang faktor eksternal mencakup lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah dan perangkat pendidikan lainnya yang saling berkaitan. Dalam perkembangannya, seorang anak selain membutuhkan perhatian dari keluarga dan sekolah juga membutuhkan perhatian dari lingkungan masyarakat. Lingkungan ini nantinya akan memberi pengaruh terhadap perkembangan jiwa anak.

Seperti yang diungkapkan oleh Zuhaili (2002:89) bahwa masyarakat adalah pelaku atau faktor penting dalam pendidikan dan merupakan lingkungan luas yang mempresentasikan akidah, akhlak, serta nilai-nilai dalam prinsip yang telah ditentukan. Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap anak ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Dikatakan berpengaruh positif apabila pengaruh tersebut membawa dampak yang baik bagi perkembangan jiwa anak ke arah hal-hal yang positif sedangkan dikatakan berpengaruh negatif apabila dapat mempengaruhi jiwa anak untuk berbuat hal-hal negatif yang mengarah pada perbuatan yang tidak dapat diterima oleh

(16)

masyarakat. Terkait dengan pengaruh negatif lingkungan terhadap perkembangan jiwa seorang anak, maka peran orang tua sangatlah dibutuhkan untuk mengawasi, mengarahkan dan mengendalikan anak agar tidak terpengaruh dampak negatif dari lingkungan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa anak sejak dini membutuhkan pembinaan akhlak agar nantinya tidak terseret arus yang menyesatkan perbuatan anak. Dengan pembinaan akhlak, diharapkan anak nantinya dapat bersikap dan berperilaku yang baik dan benar tidak hanya mengetahui norma-norma yang ada dalam masyarakat, tetapi juga dapat melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari dengan ikhlas. Lingkungan yang tertib, aman jauh dari tindakan kemaksiatan dan adanya keharmonisan hubungan diantara keluarga, masyarakat akan mendukung anak untuk belajar dan bersikap kritis terhadap apa yang mereka alami dan sebaliknya anak yang tumbuh hidup di lingkungan keras penuh dengan kemaksiatan akan berpengaruh terhadap akhlak anak tersebut.

Dengan diselenggarakannya Taman Pendidikan Al-Qur’an Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, memberi peluang kepada orang tua untuk memasukkan anak-anaknya untuk mengikuti serta mendalami pendidikan Islam khususnya dalam rangka membina akhlak anak, selain pendidikan yang telah diberikan dalam keluarga dan sekolah. Para orang tua mempunyai harapan yang besar pada TPA untuk dapat mendidik anak-anaknya dengan akhlakul karimah (akhlak yang baik), sehingga dapat di jadikan bekal bagi mereka dalam menjalani kehidupan di masa mendatang.

(17)

Para orang tua berharap anak-anak mereka dalam kehidupan sehari-hari berperilaku sesuai dengan ajaran agama.

Berdasarkan pengamatan dan data sementara yang ditemukan terlihat bahwa ada perbedaan sikap serta tingkah laku anak diantara anak-anak yang mengikuti pendidikan di TPA dengan mereka yang tidak mengikuti pendidikan di TPA. Dalam realitas di lapangan perbedaan itu dapat terlihat misalnya anak-anak yang mengikuti pandidikan di TPA tingkah lakunya mengarah ke hal yang baik sesuai dengan ajaran agama. Selain itu mereka juga mempunyai pengetahuan agama yang lebih baik dibanding dengan anak-anak yang tidak mengikuti TPA. Oleh karena itu dipandang perlu untuk mengadakan penelitian tentang peranan TPA dalam pembinaan akhlak anak. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka secara pokok penelitian ini ingin mengemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an siswa di SD Negeri Klepu 01, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2010?

2. Bagaimanakah akhlak siswa di SD Negeri Klepu 01, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2010?

3. Apakah terdapat hubungan yang positif antara keaktifan belajar Taman Pendidikan Al-Qur’an dengan akhlak siswa di SD Negeri Klepu 01, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2010?

(18)

C. Tujuan Penelitian

Dalam setiap melakukan penelitian tentunya mempunyai tujuan yang jelas, sehingga apa yang dicapai kelak diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Tujuan Penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an siswa di SD Negeri Klepu 01, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2010.

2. Untuk mengetahui akhlak siswa di SD Negeri Klepu 01, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2010.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara keaktifan belajar Taman Pendidikan Al-Qur’an dengan akhlak siswa di SD Negeri Klepu 01, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2010.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti (Lilik Sriyani, Alfred, 2007 : 27). Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah : ada hubungan antara keaktifan belajar di TPQ dengan akhlak siswa di SD Negeri Klepu 01 Kecamata Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2010.

E. Kegunaan Penelitian

Secara Teoritis kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan gambaran dan informasi tentang peran TPQ dalam

(19)

2. Memberikan gambaran yang jelas tentang faktor pendorong dan penghambat pembinaan akhlak anak di TPQ.

Dari segi praktis penelitian ini memberi kegunaan sebagai berikut :

1. Memberikan masukan efektif dan efisien kepada TPQ agar lebih meningkatkan kegiatannya.

2. Memberikan informasi kepada orang tua, bahwa penyelenggaraan TPQ perlu mendapat perhatian dan dukungan karena kegiatan yang dilakukan identik dan menunjang belajar siswa khususnya pendidikan Agama Islam. 3. Menambah wawasan dan cara berpikir anak khususnya yang mengikuti

pendidikan di TPQ.

F. Definisi Operasional

Pendidikan Islam sejak dini pada anak-anak merupakan hal yang sangat penting agar anak nantinya tidak terseret arus perbuatan yang menyesatkan serta dapat tumbuh menjadi anak-anak yang memiliki akhlak sesuai dengan syariat Islam. Dalam ajaran Islam pendidikan akhlak atau akhlak adalah jiwa dari pendidikan Islam. Dan tanggung jawab pendidikan ini terletak pada tiga pihak yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri dalam perkembangannya, seorang anak selain membutuhkan perhatian dari keluarga dan sekolah juga membutuhkan perhatian dari lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat yang tertib, aman jauh dari tindakan kemaksiatan akan berpengaruh positif terhadap akhlak anak.

(20)

Dikatakan berpengaruh positif apabila pengaruh tersebut membawa dampak yang baik bagi perkembangan jiwa anak. Sebaliknya anak yang tumbuh di lingkungan keras penuh kemaksiatan akan berpengaruh negatif terhadap akhlak anak tersebut. Berpengaruh negatif apabila dapat mempengaruhi jiwa anak untuk berbuat hal negatif yang mengarah pada perbuatan yang tidak bisa diterima masyarakat.

Dengan diselenggarakannya Taman Pendidikan Al-Qur’an sebagai lembaga pendidikan Islam yang ada di lingkungan masyarakat memberi peluang kepada orang tua untuk memasukkan anak-anaknya mengikuti dan mendalami pendidikan Islam. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) merupakan Lembaga nonformal yang penyelenggaraannya ditangani oleh masyarakat Islam. TPA mempunyai peran sebagai wadah belajar bagi anak-anak seusia SD (6 sampai 12 tahun) yang materi pokok pelajarannya adalah kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an dengan kaidah Islam. Selain itu, TPA juga mengajarkan mengenai ibadah, aqidah, akhlak. Ini berarti TPA juga mempunyai peran sebagai wadah pembinaan ibadah, aqidah dan akhlak.

Dengan kata lain TPA mempunyai banyak peran. Berkembang dan tetap berdirinya TPA sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang mempunyai banyak peran penting bagi perkembangan anak dalam pelaksanaannya mengalami berbagai permasalahan seperti keterbatasan sarana, baik sarana fisik berupa gedung khusus tempat kegiatan belajar mengajar, keterbatasan tenaga pengajar yang profesional, sarana administrasi yang sederhana, maupun masalah keuangan. Permasalahan keuangan ini merupakan

(21)

permasalahan yang sering muncul kepermukaan, contohnya masih adanya keterlambatan pembayaran uang shahriyah/spp dalam setiap bulannya.

Permasalahan lain yang ada di TPA adalah masih sederhananya cara pengelolaan TPA yang hanya disesuiakan dengan situasi dan kondisi yang ada. Oleh karena itu keberhasilan TPA memerlukan kesadaran, dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak yaitu pihak TPA, orang tua anak (santri), anak (santri), dan masyarakat.

Sehubungan dengan peran dan berbagai masalah yang dihadapi oleh TPA Sebagaimana diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi pada permasalahan Keaktifan Belajar di TPQ Dengan Akhlak Siswa di SD Negeri Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dalam pembinaaan akhlak anak, faktor pendorong dan faktor penghambat pembinaan keaktifan belajar di TPQ.

G. Metode Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

b. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai Juli 2010. Dari proses pengumpulan data sampai penulisan.

(22)

2. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2007 : 130) . Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SD Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2010 sebanyak 210 orang.

b. Sampel

Teknik pengambilan sampel menurut Suharsimi Arikunto adalah apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika penelitian subyek lebih besar dapat diambil 10%-15% atau 20%-50% atau lebih (Suharsimi Arikunto, 1997 : 112). Maka penulis mengambil responden pada penelitian ini sebanyak 26% yaitu 26 anak. 3. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Angket (kuesioner)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2007 : 151).

Metode ini digunakan penulis untuk menganalisis tentang : 1) Keaktifan belajar di TPQ siswa SD Negeri Klepu 01 Kecamatan

(23)

2) Akhlak siswa SD Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabuaten Semarang Tahun 2010.

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah cara yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu (Koentjaraningrat, 1994 : 129). Metode ini digunakan oleh penulis sebagai cross cheking atas metode angket.

c. Metode Observasi

Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1995 : 136). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang situasi umum serta penjajagan di lembaga penelitian yaitu SD Negeri Klepu 01 Kecamatan Pringapus Kabuaten Semarang Tahun 2010. d. Metode Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2007 : 206).

Sedangkan metode dokumentasi penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang keadaan sekolah, guru, struktur organisasi sekolah serta aspek lain yang berhubungan dengan supervisi.

(24)

4. Metode Analisis Data a. Analisa Pendahuluan

Analisis ini untuk menghitung skor masing-masing variabel secara terpisah sehingga diketahui ciri-ciri masing-masing variabel penelitian. Analisis ini menggunakan rumus prosentase (Anas Sudijono, 1991 : 209) : = × 100% Keterangan : P : Prosentase F : Frekuensi N : Jumlah sampel b. Analisa Lanjutan

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah analisis data untuk mendapatkan kesimpulan dalam penelitian. Dalam menganalisis data ini penulis menggunakan product moment sebagai berikut (Sutrisno Hadi, 1997 : 294) :

‏ ‎ ü î ي ى S -S ‏ ‎ ü î ي ى S -S S S -S = N Y Y N X X N Y X XY rxy 2 2 2 2 ( ) ( ) ) )( (

(25)

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi product moment dari

variabel X (keaktifan belajar) dan variabel Y (akhlak siswa)

X : Skor variabel X Y : Skor variabel Y X2 : Hasil kuadrat dari X Y2 : Hasil kuadrat dari Y XY : Perkalian skor X dan Y

SXY : Jumlah hasil perkalian skor X dan Y N : Jumlah responden

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan pemahaman yang terkandung dalam skripsi ini, maka akan dikemukakan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Kajian pustaka yang membahas tentang : Keaktifan Belajar, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), akhlak siswa, pengertian akhlak siswa, akhlak yang baik dan yang buruk, cara tehnik pembinaan akhlak, faktor pendorong dan faktor penghambat pembinaan akhlak anak, tujuan pokok pendidikan Islam, metode-metode pendidikan anak.

(26)

BAB III : Hasil Penelitian membahas tentang : gambaran umum lokasi dan subjek penelitian serta penyajian data.

BAB IV: Analisis data, membahas tentang data-data yang diperoleh selama penelitian dan disertai dengan pembahasannya.

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Keaktifan Belajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an 1. Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan

Sebelum peneliti meninjau lebih jauh tentang aktivitas belajar, terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang pengertian dari aktivitas dan belajar.

Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.

Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

b. Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

(28)

Sedangkan, Sardiman A.M. (2003 : 22) menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984) menyatakan bahwa ” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses

(29)

pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

c. Faktor Faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktivan siswa dalam proses pembelajaran. Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007: 84) faktor-faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu :

1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2) Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa). 3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).

(30)

5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

7) Memberi umpan balik (feed back)

8) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

d. Bentuk Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, jadi siswalah yang menjadi pelaku kegiatan belajar. Demikian pula dalam pembelajaran, agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya mengondisikan pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran adalah di antaranya dengan meningkatkan minat siswa, membangkitkan motivasi siswa, menerapkan prinsip individualitas siswa, serta menggunakan media dalam pembelajaran.

Kondisi pembelajaran yang efektif adalah dengan adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan

(31)

sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa adanya minat seseorang tidak mungkin akan melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki minat yang besar terhadap suatu pelajaran akan lebih aktif untuk mempelajarinya dan sebaliknya, siswa akan kurang keaktifannya dalam mempelajari pelajaran yang kurang diminatinya.

Oleh karena itu, William Jams, seperti di kemukakan Moh. Uzer Usman, yang melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. jadi, minat merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

Selanjutnya minat siswa juga berhubungan dengan perhatian siswa. Perbedaannya adalah minat sifatnya lebih menetap sedangkan perhatian sifatnya lebih sementara dan adakalanya menghilang. Dalam proses belajar siswa, perhatian memegang peranan penting. Thomas M. Risk yang dikutip Zakiah Daradjat mengemukakan no learning takes place without attention. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa suatu pelajaran tidak akan berlangsung tanpa adanya perhatian dari siswa.

Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan lancar bila siswa memiliki minat yang besar yang menimbulkan perhatiannya dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa-siswanya agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami sehingga mereka terlibat aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini R.

(32)

Ibrahim dan Nana Syaodih mengemukakan beberapa upaya menarik minat siswa dalam belajar, yaitu sebagai berikut: Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan siswa, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan siswa, akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar. Misalnya, anak-anak Sekolah Dasar sangat menyenangi cerita (dongeng). Sampai dengan kelas III mereka menyenangi cerita fantasi sedangkan anak-anak kelas IV sampai dengan kelas VI menyenangi cerita-cerita yang lebih konkret, kepahlawanan dan sebagainya. Guru dapat memanfaatkan minat dan kebutuhan ini dengan memberikan cerita-cerita yang berisi penanaman atau pengembangan nilai-nilai moral.

Sementara Syaiful Bahri Djamarah juga mengemukakan upaya-upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, yaitu :

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau. c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

Kemudian Zakiah Daradjat dengan redaksi yang tidak jauh berbeda, menyebutkan beberapa usaha yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, yaitu :

(33)

a. Membangkitkan kebutuhan pada diri anak seperti kebutuhan rohani, jasmani, sosial, dan sebagainya. Rasa kebutuhan ini akan menimbulkan keadaan labil, ketidakpuasan yang memerlukan pemuasan.

b. Pengalaman-pengalaman yang ingin ditanamkan kepada anak hendaknya didasari oleh pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki.

c. Beri kesempatan berpartisipasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tugas-tugas harus disesuaikan dengan kesanggupan murid. Anak yang tidak pernah mencapai hasil yang baik atau tidak pernah mendapat penyelesaian tugas-tugasnya dengan baik, merasa putus asa.

d. Menggunakan alat-media dan berbagai metode mengajar.

Beberapa hal tersebut di atas menunjukkan bahwa upaya guru dalam mengembangkan minat belajar siswa sangat penting dilakukan agar ia dapat terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Setiap perbuatan individu, termasuk perbuatan belajar didorong oleh sesuatu atau beberapa motif. Motif merupakan suatu tenaga yang berada pada diri siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Sedangkan motivasi menurut Muh. Uzer Usman adalah “suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau

(34)

keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk membuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.”

Seseorang siswa yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh penuh, gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Dengan demikian jelaslah bahwa motivasi sangat diperlukan seseorang dalam melakukan aktivitas belajar.

Tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar secara aktif. Motivasi belajar siswa dapat timbul dari dalam individu siswa dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. Motivasi yang timbul dari dalam diri siswa sendiri tanpa ada ajakan atau pengeruh dari orang lain disebut motivasi intrinsik. Sedangkan motivasi yang timbul akibat pengeruh dari luar diri siswa, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain disebut motivasi ekstrinsik. Dalam konteks motivasi belajar ini, Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengemukakan sebagai berikut :

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru, karena di dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan

(35)

penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan.

Di sini peranan guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu fungsi motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.

Dari hal tersebut jelas bahwa dalam belajar, siswa mesti memiliki motivasi belajar yang tinggi, baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi siswa dan menjadikannya aktif dalam mengikuti pembelajaran, seperti yang dikemukan R. Ibrahim dan Nana Sayodih diantaranya, yaitu :

a. Memberikan sasaran antara. Sasaran akhir belajar adalah lulus ujian atau naik kelas. Sasaran akhir baru dicapai pada akhir tahun. Untuk membangkitkan motif belajar maka diadakan sasaran antara, seperti ujian semester, tengah semester, ulangan harian, kuis, dan sebagainya.

b. Diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Suasana belajar yang hangat berisi suasana persahabatan, ada rasa humor, ada

(36)

pengakuan akan keberadaan siswa, terhindar dari celaan dan makian, dapat membangkitkan motif.

c. Adanya persaingan sehat. Persaingan atau kompetisi yang sehat dapat membangkitkan motivasi belajar. Siswa dapat bersaing dengan hasil belajarnya sendiri atau dengan hasil yang dicapai oleh orang lain. Dalam persaingan ini dapat diberikan pujian, ganjaran ataupun hadiah.

2. Taman Pendidikan Al-Qur’an

a. Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)

Menurut Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushola Kota Gede Yogyakarta dalam As’ad dan Budiyanto (1995) mengemukakan pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) adalah lembaga pendidikan nonformal yang merupakan lembaga pendidikan baca Al-Qur’an untuk usia SD (6-12 tahun). Lembaga ini penyelenggaraannya ditangani oleh masyarakat Islam yang ada di wilayah tersebut.

Pada dasarnya lembaga ini terbagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan tingkat umur yaitu :

1) Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) untuk anak seusia TK (5-7 tahun)

2) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) untuk anak seusia SD kelas satu sampai tiga (7-9 tahun)

(37)

3) Taman Bimbingan Islam dan Kreatifitas untuk anak yang berusia 10-12 tahun.

Untuk membina agar anak mempunyai sifat-sifat terpuji tidak hanya dengan pembiasaan-pembiasaan melakukan hal baik, dan menjauhi larangan-Nya. Dengan kebiasaan dan latihan akan membuat anak cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk. b. Waktu dan Masa Pendidikan

Keberadaan TPA merupakan penunjang bagi pendidikan agama Islam pada Lembaga-lembaga pendidikan sekolah (TK-SD-MI) untuk itu penyelenggaraannya pada siang dan sore hari di luar jam sekolah.

Sedang bagi lingkungan masyarakat yang memiliki Madrasah Diniyah pada jam-jam tersebut, maka TPA dapat dijadikan sebagai kegiatan “Pra Madrasah Diniyah”. Lama Pendidikan satu tahun dan terbagi dalam dua semester. Tiap kali masuk TPA diperlukan waktu 60 menit.

c. Materi Pelajaran

Sesuai dengan tujuan dan targetnya, maka materi pelajaran dibedakan menjadi dua macam yaitu materi pokok dan materi tambahan. Yang dimaksud materi pokok adalah materi yang harus dikuasai benar oleh setiap santri dan dijadikan tolok ukur keberhasilan santri. Sebagai materi pokok santri adalah belajar membaca Al-Qur’an dengan menggunakan buku iqro’ jilid 1-6 (susunan Ustadz As Human). Bila santri telah menyelesaikan jilid 6

(38)

dengan baik, dapat dipastikan ia dapat membaca Al-Qur’an dengan benar. Untuk selanjutnya ia mulai belajar membaca Al-Qur’an. Adapun materi tambahan adalah materi yang belum dijadikan syarat untuk menentukan lulus tidaknya santri tersebut (As’ad dan Budiyanto 1995:16).

Sebagai materi tambahan adalah : Hafalan bacaan shalat dan prakteknya, hafalan doa sehari-hari, hafalan surat-surat pendek, hafalan kalimat thoyibah, bermain cerita, ibadah,aqidah dan akhlak d. Tujuan dan Target TPA

Kurikulum dan Pola Penyelenggaraan Pendidikan (KP3) Taman Pendidikan Al-Qur’an bertujuan :

1) Menyiapkan para santri agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang Qur’ani, mencintai Al-Qur’an sebagai pedoman dan pandangan hidup.

2) Sebagai lingkungan pergaulan yang sehat dan Islami, hal ini penting bagi perkembangan jiwa anak, utamanya dalam proses sosialisasi.

3) Secara lebih khusus mulai membekali para santri dengan kemampuan berpikir kreatif, mengembangkan dan mengasah potensi kepemimpinan yang ada pada dirinya.

Sedang untuk mencapai tujuan di atas ditentukan target operasional yaitu :

(39)

1) Santri mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid

2) Santri mampu terbiasa melaksanakan shalat 5 waktu serta terbiasa hidup dengan adab-adab Islam sesuai dengan tingkat perkembangan jiwanya

3) Santri hafal doa sehari-hari, mengerti cara menulis huruf-huruf Al-Qur’an.

4) Santri mengenal dan memahami dasar-dasar berfikir kreatif dan teknik

ketrampilan kepemimpinan sesuai dangan tingkatnya. e. Peranan TPA

Program pengelolaan TPA di Indonesia saat ini berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat dan berdasarkan LPTQ Tingkat Nasional No 1 tahun 1991 tertanggal Februari 1991 yang diresmikan oleh Menteri Agama pada waktu itu Bapak Munawir Syadzali pada tanggal 10 Pebruari 1991.

TPA sebagai lembaga pendidikan nonformal yang mempunyai peran utama mengajarkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an juga sangat berperan bagi perkembangan jiwa anak seperti pengetahuan tentang ibadah, akidah, dan akhlak/akhlak. Mengingat bahwa materi yang diajarkan tidak hanya terpaku pada materi baca tulis Al-Qur’an melainkan juga memberikan materi tentang ibadah, aqidah, akhlak atau akhlak yang bertujuan mempersiapkan peserta

(40)

didik menjadi pribadi yang Qur’ani dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya.

Terkait dengan hal ini, Muzayyin Arifin (2003:38) berpendapat bahwa dalam proses pemberdayaan umat manusia, adanya lembaga pendidikan dalam masyarakat merupakan syarat mutlak yang mempunyai tanggung jawab kultural-edukatif.

Selanjutnya Muzayyin Arifin, menyebutkan bahwa tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan dalam segala jenisnya, menurut pandangan Islam adalah berkaitan dengan usaha menyukseskan misi dalam tiga macam tuntutan hidup seorang muslim, yaitu sebagai berikut :

1) Pembebasan manusia dari ancaman api neraka.

2) Pembinaan umat manusia menjadi hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di akhirat sebagai realisasi cita-cita seseorang yang beriman dan bertakwa yang senantiasa memanjatkan doa sehari-hari.

3) Membentuk diri pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan dirinya kepada khaliknya. Keyakinan dan keimanannya berfungsi sebagai penyuluh terhadap akal budi yang sekaligus mendasari ilmu pengetahuannya.

(41)

Di atas dasar pandangan inilah lembaga-lembaga pendidikan Islam berpijak untuk mencapai cita yang ideal, yaitu bahwa idealitas Islam dijadikan elan vitale-nya (daya pokok) tanggung jawab kultural-edukatifnya. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa lembaga-lembaga pendidikan berkembang dalam masyarakat merupakan cermin dari idealitas umat (Islam).

Al-Quran merupakan pedoman hidup. Tapi hanya segelintir orang yang mampu membacanya dengan baik sesuai kaidah-kaidah ilmu tajwid, menghafal, dan memahaminya.

Bagaimana Al-Quran bisa menjadi pedoman hidup seorang muslim, bila membaca dan memahaminya saja tidak mampu? 191 juta jiwa penduduk muslim Indonesia dari total 220 juta jiwa penduduk Indonesia (64%) belum bisa membaca A-Quran. Sementara yang mampu membaca baru 36%, 16,8% sudah bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar.

Yang bisa membaca, mentadaburi dan menafsirkannya baru sebesar 3,6%, sedangkan yang mampu mengamalkannya hanya 0,02%. Tidak tahu persis apa gerangan penyebab maraknya buta huruf Al-Quran tersebut. Padahal saat ini, berbagai metode mempelajari Al-Quran telah berkembang dan tersebar di berbagai pelosok penjuru tanah air. Patut dijadikan bahan telaah, walaupun metode yang berkembang cukup banyak, namun hanya sedikit metode yang mampu dengan cepat difahami dan diaplikasikan. Sehingga penggunanya dalam waktu relatif singkat bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar.

(42)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

اْمأَو ةا اُأَو ِا َبَِ َنْَ َِا نإ

َنُْَ َِم ََو اِ ْُََزَر ِ

َرُَ ْ ةَرَِ

.

ٌرَ ٌر ُمإ ِِْ ْِ ْُَََو ْُَرُأ ْُَِَُِ

.

ط

:

٢٩

-٣٠

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. Fathir : 29-30)

Belajar dan mengajarkan Al Qur’an adalah amalan yang terbaik. Hal ini sesuai dengan hadits dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Radhiyallahu ‘anhu bersabda :

ُَََو َنآْا َََ ََ ْُْَ

)

ىرا هاور

(

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” HR. Bukhari

Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Radhiyallahu ‘anhu bersabda :

ِَو ٌفْَ ا ُلأ  َِَْأ ْَِ َََاَو َََ ِِ ُ ِا ِبَِ ْِ ْَ أَ ْَ

ٌِأ ْ

ٌفْَ ٌِَو ٌفْَ ٌَو ٌفْَ

.

يا هاور

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al Qur’an) maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan dengan sepuluh (pahala). Aku tidak mengatakan ” ا “Alif Laam Mim

(43)

adalah satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf” (HR. Tirmidzi)

Dari Abu Umamah, ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah Radhiyallahu ‘anhu bersabda :

ِِَْِ ًِَ ِََِا َْَ ِَ ُم َنآْا اوُءَا

.

 هاور

“Bacalah Al Qur’an karena sesungguhnya Al qur’an itu akan datang di hari kiamat untuk memberi syafa’at bagi yang membacanya” (HR. Muslim)

B. Akhlak Siswa

Akhlak Islam sungguh indah. Ia mengajarkan adab nan tinggi dan akhlak yang mulia. Menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, dan selalu berusaha menjaga keutuhan keluarga. Membersihkan berbagai noda di dada yang akan merusak hubungan sesama manusia yang satu keluarga. Menyantuni yang tidak punya dan tidak iri dengki kepada yang kaya. Sebagaimana dalam Al-Qur’an dituliskan :

ِََاَو َََاَو َْا يِِَو ًمَْإ ْَِاَِَو ًْَ ِِ اْُ َو ا اوُُْاَو

نإ ْُمَْأ ْَ ََو ِا ْاَو ِْَِ ِِاَو ِُُا رَاَو َْا يِذ رَاَو

ا

اًرُ َْُ َن ْَ ِُ 

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa`: 36)

(44)

Aqidah Islamiyah adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, kepada qadla dan qadar baik-buruk keduanya dari Allah. Sedangkan makna iman itu sendiri adalah pembenaran yang bersifat pasti (tashdiiqul jazm), yang sesuai dengan kenyataan, yang muncul dari adanya dalil/bukti. Bersifat pasti artinya seratus persen kebenaran/keyakinannya tanpa ada keraguan sedikitpun. Sesuai dengan fakta artinya hal yang diimani tersebut memang benar adanya dan sesuai dengan fakta, bukan diada-adakan (mis. keberadaan Allah, kebenaran Quran, wujud malaikat dll). Muncul dari suatu dalil artinya keimanan tersebut memiliki hujjah/dalil tertentu, tanpa dalil sebenarnya tidak akan ada pembenaran yang bersifat pasti.

Suatu dalil untuk masalah iman, ada kalanya bersifat aqli dan atau naqli, tergantung perkara yang diimani. Jika perkara itu masih dalam jangkauan panca indra/aqal, maka dalil keimanannya bersifat aqli, tetapi jika tidak (yaitu di luar jangkauan panca indra), maka ia didasarkan pada dalil naqli. Hanya saja perlu diingat bahwa penentuan sumber suatu dalil naqli juga ditetapkan dengan jalan aqli. Artinya, penentuan sumber dalil naqli tersebut dilakukan melalui penyelidikan untuk menentukan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dijadikan sebagai sumber dalil naqli. Oleh karena itu, semua dalil tentang aqidah pada dasarnya disandarkan pada metode aqliyah. Dalam hal ini, Imam Syafi’i berkata:

(45)

“Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berfikir dan mencari dalil untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Arti berfikir adalah melakukan penalaran dan perenungan kalbu dalam kondisi orang yang berfikir tersebut dituntut untuk ma’rifat kepada Allah. Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai kepada ma’rifat terhadap hal-hal yang ghaib dari pengamatannya dengan indra dan ini merupakan suatu keharusan. Hal ini seperti merupakan suatu kewajiban dalam bidang ushuluddin.” (Lihat Fiqhul Akbar, Imam Syafi’i hal. 16)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ُِ َسا ِََو َُْَ َََا َا ْِْأَو َْ َُْَ ِا ا

َ

“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Dan ikutilah perbuatan dosa dengan perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya. Dan pergaulilah orang dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu, hadits hasan sahih).

Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Rasulullah menyebutkan perintah berakhlak secara terpisah (padahal ia termasuk bagian dari takwa, pen) dikarenakan kebanyakan orang mengira bahwa ketakwaan itu hanya berkutat dengan masalah pemenuhan hak-hak Allah dan tidak berurusan dengan pemenuhan hak hamba-hamba-Nya…” “Dan orang yang menunaikan hak-hak Allah sekaligus hak-hak sesama hamba dengan baik adalah sesuatu yang sangat jarang ditemukan, kecuali pada diri para nabi dan orang-orang yang shidiq/benar…” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 237)

Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(46)

نإَو ْأ ْَِَأ ِََِا َْَ ًِْَ ِ ْِَأَو إ ْَأ ْِ نإ

إ ْََْأ

ُَر َ ا َنْَُاَو َنََُاَو َنوُرَْا ِََِا َْَ ًِْَ ِ ْََْأَو

ْ ِا َل

َنوُَُا َل َنْَُا َ َنََُاَو َنوُرَْا َْِَ

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat kelak adalah orang yang terbaik akhlaqnya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat kelak adalah tsartsarun, mutasyaddiqun dan mutafaihiqun.” Sahabat berkata: “Ya Rasulullah… kami sudah tahu arti tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa arti mutafaihiquun?” Beliau menjawab, “Orang yang sombong.” (HR. Tirmidzi)

1. Pengertian Akhlak Siswa

Menurut Hasan (2002 : 1) akhlak berasal dari bahasa Arab khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan.

Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat. Secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berbudi baik.

Akhlak menurut Imam Gozali (Oemar Bakry : 10) Akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi.

Pendapat lain mengenai akhlak menurut sebagian ulama yang disampaikan oleh Oemar Bakry menyatakan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang terpendam dalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul waktu ia betindak tanpa ia merasa sulit (timbul dengan mudah). Akhlak

(47)

seseorang merupakan sikap seseorang yang dimanifestasikan kedalam perbuatan. Suatu sikap yang dimiliki seseorang dapat dikatakan sebagai akhlak seseorang, apabila hal itu sudah menjadi kebiasaannya dan mudah dilakukannya. Misalnya seseorang yang pemurah maka baginya memberikan sesuatu pada orang lain itu sudah hal yang biasa, dalam memberi dia tidak akan banyak pertimbangan lagi.

2. Akhlak Yang Baik dan Akhlak Yang Buruk a. Akhlak Yang Baik

Akhlak yang baik dan buruk dapat dilihat atau dapat tercermin dari perbuatan seseorang. Orang yang akhlaknya baik adalah orang yang besifat lapang dada, peramah dan pandai bergaul, tidak menyakiti hati orang lain, benar, tidak berdusta, sabar (tabah), dapat dipercaya, baik dengan tetangga, kata-kata dan perbuatannya disenangi orang lain dan lain-lain sifat utama (Oemar Bakry, 1986 : 21).

Dalam Islam disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Akhlak yang baik (Akhlakul Karimah) ialah pola perilaku yang dilandaskan dan dimanifestasikan nilai-nilai Iman, Islam dan Ikhsan. Adapun contoh-contoh Akhlakul Karimah sebagai berikut :

1) Akhlak yang berhubungan dengan Allah, meliputi: Mentauhidkan Allah, taqwa, berdoa, Dzikrulloh dan tawakal.

2) Akhlak diri sendiri, meliputi : sabar, syukur ,tawadhu (rendah hati, tidak sombong), benar, iffah (menahan diri dari melakukan yang

(48)

terlarang), hilmun (menahan diri dari marah), amanah/jujur dan merasa cukup dengan apa yang ada.

3) Akhlak terhadap keluarga, meliputi : Birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua), adil terhadap saudara, membina dan mendidik keluarga, dan memelihara keturunan.

4) Akhlak terhadap masyarakat, meliputi: Ukhuwah/persaudaraan, ta’awun (tolong menolong), adil, pemurah, penyantun, pemaaf, menepati janji, musyawarah dan wasiat dalam kebenaran.

5) Akhlak terhadap alam, meliputi: memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam dan memanfaatkan alam (Maimunah Hasan, 2002: 6-7).

Kehidupan orang yang baik adalah yang dapat menyempurnakan akhlaknya sesuai dengan akhlak yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

b. Akhlak Yang Buruk.

Akhlak yang buruk adalah akhlak yang tercermin dalam diri seseorang yang selalu bermuka masam, kasar tabiatnya, tidak sopan, sombong, pendusta, penakut, dan berbagai sifat yang tidak baik (Oemar Bakry, 1986 : 24).

Orang yang buruk akhlaknya menjadikan orang lain benci kepadanya, menjadi celaan dan tersisih dari pergaulan dan menyusahkan orang lain. Dalam bermasyarakat ia selalu resah, tidak mempunyai teman, dan tidak disukai masyarakatnya.

(49)

3. Cara Atau Teknik Pembinaan Akhlak

Untuk mendidik seseorang supaya berakhlak yang baik banyak caranya. Menurut Oemar Bakry ( 1986, 11-19) cara-cara tersebut sebagai berikut :

a. Mengisi akal dan fikiran dengan ilmu pengetahuan

Terkait dengan akal fikiran dan ilmu pengetahuan Oemar Bakry berpendapat bahwa :

“Akal fikiran seseorang besar sekali pengaruhnya dalam kehidupannya. Akal fikiran yang sempit dan buntu akan menjadikannya menempuh jalan yang sesat. Sebaliknya, akal fikiran yang sehat berisi ilmu pengetahuan menjadi obor yang menerangi jalan hidupnya. Akal fikiran yang sehat berisi ilmu pengetahuan, itu akan tetap selalu menuntunnya ke jalan yang baik “ (1986 : 11).

Jadi orang yang akal fikirannya berisi ilmu pengetahuan maka ia selalu berusaha untuk selalu berbuat sesuatu yang berguna bagi dirinya, keluarga dan bangsanya.

b. Bergaul dengan orang-orang yang baik

Manusia suka meniru orang lain, ia mencontoh pakaian, perhiasan dan gaya hidup masyarakat sekitarnya, ia juga meniru dan mengikuti tingkah laku teman sejawatnya. Begitu yang biasanya terjadi dalam masyarakat. Bergaul dengan orang yang berani menjadikan seseorang berani pula, bergaul dengan orang baik

(50)

membawa ia ikut baik. Di dalam Lembaga Pendidikan kebanyakan ahli-ahli pendidikan juga berpendapat bahwa anak-anak didik dalam suatu ruangan kelas hendaklah sebaya umur dan tingkatan kecerdasannya. Hal itu untuk menjaga agar akhlak mereka tidak ketularan oleh anak-anak didik yang berumur yang sudah mengetahui bermacam-macam perbuatan yang tidak baik diluar sekolah.

c. Meninggalkan sifat pemalas

Pemalas dan terbiasa duduk-duduk berpangku tangan tanpa amal, merusak kesehatan. Semua organ tubuh menjadi lesu ia menjadi dungu dan bodoh. Sering melamun pada perbuatan yang tidak baik akhirnya jatuh kelembah kehinaan.

Sebaliknya orang bekerja giat agar tercapai cita-citanya. Jadi dengan bekerja dan belajar giat orang akan terhindar dari segala perbuatan jahat. Menjadi orang yang baik berguna pada agama, bangsa dan negara.

d. Merubah kebiasaan buruk

Suatu perbuatan yang sudah dilakukan seringkali ia akan menjadi tabiat, jadi susah merubahnya. Tabiat atau kebiasaan jahat bisa mendarah daging sehingga sulit merubahnya.

Untuk meninggalkan sifat jahat dan sifat-sifat yang buruk, memerlukan kemauan keras, tekad yang membaja serta kesadaran yang mendalam. Karena ada kemauan pasti ada jalan. Oemar Bakry mengungkapkan ada beberapa cara untuk merubah tabiat buruk yaitu :

(51)

1) Kemauan yang keras membaja untuk merubah

Berani memaksakan diri berbuat dan melakukan segala sesuatu yang bertentangan dengan kebiasan jahat yang telah pernah dilakukan. Jika perlu mengatakan dan berjanji di depan orang lain untuk bertekad tidak akan berbuat jahat lagi, sehingga akan menambah kuat tekad dan semangatnya.

2) Jangan sekali-kali meninggalkan perbuatan baik yang baru dicoba sebagai ganti dari tingkah laku jahat yang baru ditinggalkan.

Walaupun meninggalkan kebiasaan lama begitu berat dan sulit tetapi kita harus tetap berjuang dengan segala daya upaya. Dengan demikian kemungkinan besar akan berhasil memperbaiki akhlak. Dan untuk meninggalkan kebiasaan buruk, harus dilakukan dengan sekaligus. Walaupun itu sulit tetapi hasilnya akan lebih baik daripada melakukannya secara bertahap.

3) Hendaklah bertindak merubah dan meninggalkan kebiasaan jahat yang sudah pernah dilakukan secepat mungkin sebagai realisasi dari tekadnya

Setelah tekad ada, langsung dikerjakan tekad itu. Jangan menunda waktu. “Don’t wait till tomorrow what you can do today”. Sesuatu yang sudah dicita-citakan harus direalisasikan agar tidak menjadi impian semata.

(52)

4) Membiasakan membaca sejarah (otobiografi) orang-orang ternama. Dengan membaca sejarah orang-orang besar memberi suatu inspirasi dalam jiwa. Akhirnya akan timbul cita-cita dan keinginan untuk meniru dan meneladani. Dari dalam diri akan muncul keinginan untuk meninggalkan perbuatan jahat dan mencontoh perjuangan orang-orang besar itu. Sejarah orang-orang besar pemimpin dunia seperti Gandhi, Muhammad Hatta, Mustofa Kamal, Crurchil dan lain-lain dapat menjadi teladan bagi kita. Selain itu sejarah Rasul-Rasul yang banyak dikisahkan dalam Al-Qur’an Karim, seperti Nabi Musa, Nabi Ibrahim Dan Nabi Muhammad SAW akan memberikan kesan dan pelajaran yang dapat merubah tingkah laku seseorang.

4. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Pembinaan Akhlak Anak a. Faktor Pendorong

Pembinaan akhlak merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anak agar anak-ank nantinya menjadi generasi yang saleh dan salekhah. Dalam usaha pembinaan akhlak diketahui bahwa obyek pembinaan akhlak adalah anak-anak yaitu seorang yang sedang tumbuh ke arah kedewasaan. Dalam usaha pembinaan akhlak anak, banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong baik yang berasal dari diri anak tersebut maupun faktor dari luar dirinya. Faktor-faktor tersebut antara lain :

(53)

1) Orang tua

Orang tua adalah pembina pribadi yang utama dalam hidup anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh (Daradjat 1978:71). Terkait dengan hal ini, maka orang tua yang baik kemungkinan besar akan menghasilkan anak yang baik pula. Supaya tetap aktif dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pembinaan akhlak maka orang tua sangat diperlukan memberikan dorongan dalam mengikuti kegiatan pembinaan tersebut.

2) Motivasi Anak

Motivasi berasal dari kata motivation yang berarti alasan daya batin dan dorongan. Adapula yang mengartikan bahwa motivasi berasal dari latar belakang atau sebab-sebab yang mendorong individu melakukan aktivitas guna mencapi tujuan.

Terkait dengan hal ini Darsono (2001:63) mengemukakan bahwa berdasarkan sifatnya motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu :

a) Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri, tidak dipengaruhi oleh sesuatu di luar dirinya. Jadi

(54)

tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri, bukan dorongan dari luar.

b) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbulnya dalam diri seseorng karena pengaruh dari rangsangan luar. 3) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat adalah pelaku atau faktor penting dalam pendidikan dan merupakan lingkungan luas yang mempresentasika akidah, akhlak, serta nilai-nilai dalam prinsip yang telah ditentukan karena manusia adalah makhluk sosial, terpengaruh kepada orang lain dan mendapat pengaruh dari orang lain (Zuhaili 2002:89).

Tugas masyarakat dalam hal pendidikan meliputi bidang yang cukup luas dan bermacam-macam, yaitu memuat hal-hal terkecil dalam hidup sampai Departemendeparteman dan sebagainya. Tugas masyarakat juga terlihat dalam kebiasaan dan tradisi serta dalam pemikiran berbagai peristiwa juga dalam kebudayaan secara umum serta dalam pengarahan spiritual dan sebagainya. Lingkungan masyarakat yang baik kemungkinan besar akan menghasilkan anak yang baik pula. Pada dasarnya masyarakat harus mendidik anak dengan cara yang baik dan benar.

b. Faktor Penghambat

Tidak selamanya apa yang dilaksanakan dapat meraih apa yang diharapkan. Karena bagaimanapun usaha pembinaan akhlak tidak akan

Gambar

Tabel II
Tabel IV
Tabel VI
Tabel VII
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Peran: suatu proses dalam pelaksanaan kegiatan individu maupun kelompok. 2) Posyandu: suatu organisasi/institusi masyarakat didirikan atas dasar hukum

Data-data tentang perusahaan yang diperlukan untuk penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan. Laporan keuangan

diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2351/Menkes/Per/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 530/Menkes/Per/IV/2007 tentang Organisasi dan

Pertama : Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN-Dik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Semester Genap Tahun 2019/2020.. Kedua :

Dalam sistem kromatografi anular, umpan dan elusi menetes bersama-sama sehingga dengan elusi 3-4M H 2 SO 4 maka anion Zr(SO 4 ) 3 -2 yang sudah teradsorpsi di resin akan

Extranet adalah jaringan privat yang menggunakan teknologi internet dan system telekomunikasi public untuk membentuk hubungan yang aman antara pemasok, vendor, mitra

Respon pasien dan keluarganya terhadap pelayanan bagian rawat inap di RSUD Duri yang kurang memuaskan adalah sebanyak 6 orang memilih diam dan kebanyakan merupakan pasien

Melihat pada skema perancangan alat diatas menunjukan dua buah inverter satu fasa yang digunakan sebagai konverter yang bertujuan untuk merubah sumber DC (tegangan