• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III BAHAN DAN METODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III BAHAN DAN METODE"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Luas Kota Padang Panjang adalah 23 km2 dan terdiri dari dua kecamatan yaitu Padang Panjang Barat dan Padang Panjang Timur, dimana masing-masing kecamatan memiliki delapan kelurahan. Adapun batas-batas wilayah administrasinya dikelilingi oleh Kabupaten Tanah Datar dengan masing-masing kecamatan yang menjadi batasnya adalah sebelah Utara, Selatan, dan Barat Kota Padang Panjang berbatasan dengan Kecamatan Sepuluh Koto, serta sebelah Timur Kota Padang Panjang berbatasan dengan Kecamatan Batipuh.

Gambar 9 memperlihatkan peta lokasi penelitian yaitu Kota Padang Panjang. Setelah melalui kajian, pertimbangan dan analisis dipilihlah dua tapak yaitu Lapangan Anas Karim (5,6 Ha) dan Lapangan Bancah Laweh (8,0 Ha) yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau.

U

(Tanpa Skala)

Sumber: Bappeda Kota Padang Panjang (2005) dan Olahan Penulis

Gambar 9. Peta Lokasi Penelitian

Studi ini dilakukan pada bulan Maret-Juli 2010 meliputi tahap pengamatan tapak, pengumpulan data primer maupun sekunder dan pengolahan data, kemudian dilanjutkan dengan tahap analisis data, perumusan rencana hasil penelitian serta penyusunan laporan akhir hingga bulan Maret 2011.

Kec. Padang Panjang Barat

(2)

3.2. Batasan Studi

Penelitian dibatasi pada dua Ruang Terbuka Hijau (RTH) di pusat Kota Padang Panjang yang direncanakan sebagai taman kota untuk evakuasi bencana. Taman kota ini melayani skala kota, terkait dengan daya tampung tapak dan koordinasi yang memadai saat bencana. Taman kota untuk evakuasi bencana dapat menjadi contoh bagi taman-taman lingkungan sebagai tempat penyelamatan diri sementara, tentunya dengan penyesuaian fasilitas yang berbeda. Hasil perencanaan dapat menjadi contoh atau sample yang dapat diterapkan di beberapa RTH kota-kota lain di Sumatera Barat.

Perencanaan lanskap dibatasi sampai pada pembuatan gambar rencana tapak (site plan). Bentuk site plan yang dihasilkan disesuaikan dengan kondisi fisik, biofisik dan sosial budaya. Selain siteplan, perencanaan lanskap juga dilengkapi dengan gambar tampak potongan dan gambar perspektif.

3.3. Metode Studi

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah modifikasi metode Gold (1980) dengan basis/pendekatan bencana (mitigasi dan evakuasi bencana), yang terdiri dari tahapan persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, perencanaan. Proses Perencanaan Lanskap Taman Kota untuk Evakuasi Bencana di Daerah Rawan Gempa ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. persiapan

Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah dan penentuan tujuan penelitian serta rencana alokasi waktu dan biaya penelitian, sebagai landasan awal yang digunakan oleh penulis untuk melakukan penelitian ini. Selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi awal mengenai lokasi penelitian yang digunakan sebagai bahan penyusunan usulan penelitian.

2. inventarisasi

Inventarisasi merupakan tahapan awal dalam proses perencanaan. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan semua data dan informasi berupa kondisi eksisting maupun segala sesuatu yang berkaitan dengan kota. Inventarisasi merupakan tahapan awal yang penting untuk perencanaan lanskap taman kota di daerah rawan gempa.

(3)

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapang, pemotretan atau dokumentasi di lapang dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari Bappeda Kota Padang Panjang, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Padang Panjang, Dinas Sosial, dinas dan instansi terkait lainnya serta studi pustaka. Keseluruhan data ini terkumpul dalam bentuk deskripsi, peta dan foto. Adapun jenis, bentuk dan cara perolehan data dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. Jenis, Bentuk dan Cara Perolehan Data

No. Jenis Data Cara Perolehan Data Sumber Data Bentuk Data

1. Fisik

Geologi Studi Pustaka Bappeda Peta, Deskripsi

Batas dan Aksesibilitas

Survai dan Studi Pustaka Lapang, Bappeda Peta, Deskripsi

Letak geografis Survai dan Studi Pustaka Lapang, Bappeda Peta, Deskripsi

RTRW Survai dan Studi Pustaka Bappeda Peta, Deskripsi

Jenis tanah Studi Pustaka Bappeda Deskripsi

Topografi dan kemiringan lahan

Studi Pustaka Lapang, Bappeda Peta, Deskripsi

Tata guna lahan Survai dan Studi Pustaka Lapang, Bappeda Peta, Deskripsi

2. Iklim

Curah hujan Studi Pustaka BMKG Deskripsi

Suhu udara Studi Pustaka BMKG Deskripsi

Kelembaban udara Studi Pustaka BMKG Deskripsi

Kecepatan angin Studi Pustaka BMKG Deskripsi

3. Vegetasi dan Satwa Survai dan Studi Pustaka Lapang, Literatur Deskripsi

4. Pemandangan Survai Lapang Foto

5. Struktur dan

Bangunan

Eksisting dan perencanaan ke depan

Survai dan Studi Pustaka Lapang, Bappeda Peta, Deskripsi

Jaringan sirkulasi dan transportasi

Survai dan Studi Pustaka Lapang, Bappeda Peta, Deskripsi

6. Teknik

Rencana ruang evakuasi

Survai dan Studi Pustaka BMKG, Bappeda Peta,Deskripsi

7. Sosial Budaya

Demografi dan jumlah penduduk

Wawancara dan Studi Pustaka

Bappeda Deskripsi

Perilaku dan keinginan penduduk terhadap tapak

Survai dan Wawancara Lapang Deskripsi

Kesejarahan gempa Wawancara dan Studi Pustaka

BMKG, Lapang Peta, Deskripsi

8. Ekonomi Studi Pustaka Bappeda Deskripsi

9. Legalitas Wawancara dan Studi

Pustaka

(4)

3. analisis

Data inventarisasi yang telah didapat, selanjutnya dikelompokkan terlebih dahulu menjadi data fisik dan biofisik, data sosial budaya, data ekonomi, data terkait dengan objek (taman kota) dan potensi bencana (bencana gempa). Data yang telah dikelompokkan tersebut kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui potensi, kendala, dan danger signal (bila ada) yang berperan dalam proses perencanaan, untuk kemudian dihubungkan dengan faktor ruang. Pada tahap ini data dan informasi yang diperoleh dianalisis secara mendalam baik secara deskriptif, tabular ataupun spasial. Analisis yang dilakukan yaitu:

a. analisis penilaian potensi dan kendala dari aspek fisik dan biofisik tapak dengan metode deskriptif kualitatif,

b. analisis kesesuaian kondisi tapak secara spasial terhadap tujuan perencanaan taman kota berbasis bencana dengan metode deskriptif kualitatif, overlay manual menurut Chiara dan Koppelman (1989) dan Pusat Geologi dan Bappeda (2006). Peta yang dioverlay adalah peta analisis tata guna lahan, kemiringan dan geologi. Ketiga peta ini dianggap paling mewakili sebagai aspek terpenting dalam perencanaan taman kota berbasis bencana di Kota Padang Panjang. Standar kesesuaian kondisi ketiga aspek terhadap aman dan nyamannya fungsi rekreasi dan evakuasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Standar Kesesuaian Aspek Tata Guna Lahan, Kemiringan dan Geologi

Aspek Kriteria Standar Kesesuaian Tingkat

Kesesuaian

Tata Guna Lahan

Tidak terdapat peruntukan struktur bangunan. Tapak didominasi oleh penggunaan lahan yang terbuka sehingga berbagai aktifitas rekreasi dan evakuasi berlangsung efektif, aman dan nyaman.

1

Sesuai

Tapak masih cukup didominasi oleh penggunaan lahan yang terbuka, namun terdapat beberapa struktur dan bangunan. Struktur yang tahan gempa dan beberapa area terbuka cukup efektif dan aman untuk berlangsungnya aktifitas rekreasi dan evakuasi.

Cukup Sesuai

Tapak dominan dengan penggunaan dan peruntukan bangunan sehingga aktifitas rekreasi dan evakuasi tidak cukup efektif dan aman untuk berlangsung.

Kurang Sesuai

Kemiringan1 Datar dan Landai Sesuai

Bergelombang Cukup Sesuai

Agak Curam dan Curam Kurang Sesuai

Geologi2 Kerentanan Terhadap Goncangan Gempa Rendah Sesuai Kerentanan Terhadap Goncangan Gempa Sedang Cukup Sesuai Kerentanan Terhadap Goncangan Gempa Tinggi Kurang Sesuai Sumber: 1Chiara dan Koppelman (1989) dan 2Pusat Geologi dan Bappeda (2006).

(5)

c. analisis terhadap aspek sosial budaya masyarakat sekitar dan pengguna tapak mengenai persepsi dan keinginan pengunjung serta masyarakat terhadap tapak dan perencanaan tapak melalui penyebaran kuisoner dan wawancara kepada 50 responden dengan metode deskriptif kualitatif.

4. sintesis

Sintesis merupakan tahapan lanjutan dari analisis. Pada tahap sintesis ini dibuat alternatif pemanfaatan potensi dan solusi kendala yang terdapat dalam tapak, baik dalam aspek fisik, biofisik, teknik dan sosial budaya. Hasil overlay data yang telah dianalisis sebelumnya menghasilkan peta komposit yang dijadikan sebagai dasar perencanaan ruang. Zona-zona dalam peta komposit dihitung luasannya untuk kemudian dibuat alternatif pemanfaatannya dalam tahap sintesis. 5. konsep

Dari hasil sintesis yang ada ditentukan konsep dasar perencanaan dan pengembangan konsep untuk perencanaan. Konsep merupakan ide atau gagasan yang mempertimbangkan hasil analisis sehingga menciptakan konsep tapak yang fungsional, harmonis, aman, nyaman bagi pengguna dan masyarakat sekitar serta meningkatkan kualitas lingkungan. Konsep perencanaan ini terdiri dari konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, konsep aktifitas-fasilitas dan konsep borrowed scenery.

6. perencanaan

Konsep pengembangan yang telah dibuat dituangkan ke dalam tapak menjadi rencana-rencana lanskap spesifik dan kemudian menghasilkan rencana blok (block plan). Rencana lanskap meliputi rencana masing-masing zona dengan mempertimbangkan aspek daya dukung, keamanan, aspek fungsional dan estetika untuk semua elemen lanskap yang direncanakan. Rencana daya dukung tapak merupakan unsur penting dalam perencanaan taman kota sebagai ruang evakuasi. Daya dukung atau daya tampung akan menjadi indikator penting dalam merencanakan kebutuhan ruang saat evakuasi dan kebutuhan fasilitas serta logistik lainnya. Penentuan standar dilakukan sesuai dengan literatur dan asumsi logis, karena keterkaitannya dengan aspek fisik kawasan, psikologis masyarakat dan ekologis. Secara umum rumus daya dukung (Boulon dalam Nurisjah, 2003):

(6)

Hasil yang didapat dari tahapan perencanaan berupa rencana tapak (site plan) dan rencana tertulis. Hasil perencanaan dilengkapi dengan gambar tampak potongan dan perspektif beberapa spot pada tapak. Tahapan proses Perencanaan Lanskap Taman Kota untuk Evakuasi Bencana disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Alur Perencanaan Lanskap

INVENTARI-SASI

Aspek Bio fisik: Lokasi, Aksesibilitas, Geologi, Tata Guna Lahan, Jenis Tanah, Topografi, Kemiringan, Hidrologi, Vegetasi dan Iklim.

Kondisi dan Karakteristik tapak

Analisis potensi kendala dengan metode Deskriptif Kualitatif dari semua aspek data yang diinventarisasi

ANALISIS

SINTESIS

Pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi serta potensi pengembangan

Potensi, kendala, amenity dan danger signal

Pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi, Zonasi dari peta komposit

KONSEP

Konsep dasar perencanaan, tata ruang, sirkulasi, vegetasi, aktifitas-fasilitas dan borrowed scenery

Diagram konsep

PERENCANAAN

Pengembangan konsep

menjadi perencanaan Block plan , Site plan

PERSIAPAN Data dan Informasi Kota

Padang Panjang Usulan penelitian

Aspek Sosial Budaya: Demografi dan Jumlah Penduduk; Persepsi, Keinginan dan Harapan terhadap Tapak; Kesejarahan Gempa; Adat Istiadat

Aspek Ekonomi

Aspek Teknis

Aspek Hukum dan Legalitas

Overlay Manual Peta Analisis Tata Guna lahan, Peta Analisis Kemiringan dan Peta Analisis Geologi

Analisis Sosial Budaya

Kesesuain tapak terhadap fungsi rekreasi dan evakuasi: Peta Komposit

Persepsi dan keinginan masyarakat

(7)

3.4. Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Global Positioning System (GPS), yang digunakan untuk menentukan luasan, bentuk, elevasi, serta posisi titik koordinat dari lokasi penelitian, 2. meteran, yang digunakan untuk mengukur dimensi panjang dan lebar

beberapa elemen eksisting pada tapak,

3. kamera digital, tape recorder serta alat tulis dan alat gambar,

4. laptop dengan perangkat lunak Garmin (MapSource), AutoCAD 2006, Adobe Photoshop CS3, Google SketchUp 6, Microsoft Word 2007, Microsoft Excel 2007, yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian.

Beberapa bahan peta Kota Padang Panjang seperti peta batas kota, RTRW serta peta geologi dan potensi bahaya bencana gempa yang digunakan sebagai acuan orientasi lokasi dan acuan dalam menentukan pemilihan tapak dalam penelitian ini, diperoleh dari Bappeda Kota Padang Panjang dan BMKG Kota Padang Panjang. Alat dan bahan tersebut digunakan dalam proses penelitian sesuai dengan tahapan-tahapan pada diagram alur perencanaan sebelumnya.

Gambar

Gambar 9  memperlihatkan peta lokasi penelitian yaitu Kota Padang  Panjang.  Setelah melalui kajian, pertimbangan dan analisis  dipilihlah  dua tapak  yaitu Lapangan Anas Karim (5,6 Ha) dan Lapangan Bancah Laweh (8,0 Ha) yang  ditandai dengan lingkaran ber
Tabel 4. Jenis, Bentuk dan Cara Perolehan Data
Tabel 5. Standar Kesesuaian Aspek Tata Guna Lahan, Kemiringan dan Geologi
Gambar 10. Alur Perencanaan Lanskap

Referensi

Dokumen terkait

Jika τ adalah suatu topologi, didefinisikan X adalah gabungan dari semua anggota τ. Dengan aksioma di atas, maka X adalah terbuka.. Nila Kurniasih:

Sementara itu dampak yang tidak diharapkan terhadap keberadaan Toko Modern diantaranya adalah: dampak yang terjadi pada ritel kecil, terutama ritel kecil yang ada di sekitar

Setelah menentukan kriteria yang telah ditetapkan maka akan diketahui penempatan barang sesuai dengan jenis barang itu sendiri sehingga saat woodencase dibongkar untuk

13) Mahasiswa diperkenankan pindah antar fakultas apabila telah mengikuti kuliah secara aktif minimal 2 (dua) semester. 14) Mutasi studi tidak diperbolehkan pada jurusan

Namun dalam pelaksanaan pendidikan agama di sekolah sekarang ini mengalami berbagai problematika yang kornpleks yaitu : (1) belum maksimalnya guru pendidikan

• Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3 Konstruksi Bidang PU;.. • Mencakup komitmen untuk mematuhi

Keragaman budaya di Kabupaten Bulungan merupakan modal bagi masyarakat untuk menjadi masyarakat yang berkualitas sehingga akan membawa dampak yang luas dalam

Penyebab terjadinya defect dari faktor alat yang mana pada penggunaan alat sebelumnya menggunakan alat – alat yang tidak standar untuk mengencangkan dan