• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iskandar Dzulqornain Rela Dibotak Tengah, Demi Raih Prestasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Iskandar Dzulqornain Rela Dibotak Tengah, Demi Raih Prestasi"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Iskandar Dzulqornain Rela

Dibotak Tengah, Demi Raih

Prestasi

UNAIR NEWS – Ada banyak motivasi untuk meraih segudang

prestasi. Salah satunya adalah untuk membuat orang tua bangga atas capaian putra dan putrinya. Demikianlah yang dirasakan oleh Iskandar Dzulqornain, wisudawan berprestasi dari Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga tahun lulus periode Juli 2016.

Semasa masih duduk dibangku SMA, ia mengaku selalu merepotkan kedua orang tuanya karena polahnya. Dari situlah, ia termotivasi untuk menjadi kebanggaan orang tua ketika lulus kuliah.

“Aku dari SMP (sekolah menengah pertama) dan SMA (sekolah menengah atas) rasanya nakal banget, suka ngerepotin orang tua aja. Pengin gitu ya banggain orang tua,” ujar wisudawan dengan poin SKP (Sistem Kredit Prestasi) 2213 tersebut.

Ia merasa berhasil membuat kedua orang tuanya bangga. Pasalnya, belasan prestasi di bidang Moot Court (peragaan peradilan semu) telah berhasil digenggamnya. Diantaranya adalah, sebagai majelis hakim dan penasehat hukum terbaik, serta juara umum II dalam Kompetisi Peradilan Semu Nasional Piala Mutiara Djokosoetono di Universitas Indonesia tahun 2014. Selain itu, ia juga meraih berbagai peran dengan predikat terbaik di Internal Mooting Fakultas Hukum pada tahun 2015.

“Mootcourt itu perlombaanaya anak hukum dengan sebuah peradilan semu. Jadi kita satu tim menyelesaikan kasus dan mendapatkan posisi dari panitia, terus sidang. Ada yang jadi hakim, pengacara, penuntut umum, saksi ahli, panitera, dan lainnya,” terang wisudawan kelahiran Surabaya, 27 Maret 1994

(2)

tersebut.

“Kalau internal, lingkupnya cuma anak-anak FH UNAIR yang lomba. Kalau nasional, kita lomba bareng dengan fakultas hukum seindonesia. Waktu itu ada UI, Universitas Padjajaran, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, dan sebagainya,” imbuhnya.

Wisudawan berprestasi dengan IPK 3,52 tersebut juga memiliki pengalaman unik saat mengikuti perlombaan. Di sebuah perlombaan peradilan semu, ia mengaku rela memangkas rambutnya dengan gaya nyeleneh demi mendalami peran yang ia peragakan. “Waktu perlombaan, saya kebagian jadi saksi. Demi totalitas biar menang, saya rela dibotak tengahnya doang, pinggirnya nggak. (Itu semua) demi pendalaman peran. Bisa dibayangin kan, waktu lomba dilihat orang banyak. Malu sih, tapi demi UNAIR juara, ya, cuek aja,” kenang wisudawan yang pernah menjadi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa FH UNAIR periode 2015 tersebut.

Iskandar menuturkan, menumpuknya prestasi yang ia raih karena diiringi oleh usaha yang keras. Dengan berbagai kompetisi yang ia ikuti, seringkali hal tersebut mengurangi waktu istirahatnya. Menurutnya, hal tersebut agar waktunya terisi dengan kegiatan yang produktif.

“Kurangi tidur deh. Waktunya dibuat untuk yang lebih produktif. Tapi tetap tahu batasan tubuh kita sendiri dong. Yakinlah tidak ada yang sia-sia, karena hasil tidak akan mengkhianati usaha,” seru Iskandar yang bercita-cita menjadi Hakim Agung tersebut. (*)

Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.

(3)

20 Tim PKM UNAIR Lolos ke

PIMNAS 2016

UNAIR NEWS – Naik signifikan. Dua kata itu yang pantas untuk

melukiskan kabar gembira bahwa 20 tim program kreativitas mahasiswa (PKM) Universitas Airlangga dari 167 makalah yang didanai Dirjen Dikti, lolos untuk berkompetisi di final Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) Ke-29 tahun 2016 di Institut Pertanian Bogor (IPB), 8-12 Agustus 2016.

Dari hasil pengumuman peserta yang lolos ke PIMNAS yang dikeluarkan resmi oleh Dirjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Senin (25/7) malam, jumlah tim PKM UNAIR yang lolos ke PIMNAS 2016 ini meningkat signifikan. Tahun 2015 terdapat 13 tim PKM UNAIR yang lolos ke PIMNAS di Universitas Halu Oleo Kendari dan meraih peringkat IV. Sedangkan tahun 2014 terdapat 16 Tim PKM yang lolos ke PIMNAS di Undip Semarang. Bahkan sebelumnya (2013) hanya 11 tim tetapi menjadi runner-up PIMNAS Ke-26 di Unram Mataram.

Dengan lolosnya 20 Tim PKM 2016 ini berarti UNAIR berada di urutan ke-6 dari puluhan perguruan tinggi di Indonesia yang meloloskan Tim PKM-nya ke PIMNAS. Disini ada empat kampus di Jatim yang masuk dalam sepuluh besar pengirim tim PKM ke PIMNAS. Sepuluh besar lolos ke PIMNAS itu adalah UGM 29 tim, UB 27 tim, UM 23 tim, Undip 22 tim, IPB 21 tim, UNAIR 20 tim, ITS 15 tim, UNS 13 tim, UI 12, dan UNY 12 tim.

Direktur Kemahasiswaan UNAIR Dr. M. Hadi Subhan, SH., MH., CN., merespon positif hasil seleksi tim PKM ini. Dikatakan bahwa jumlah tim yang lolos ke PIMNAS tahun ini mencetak rekor karena meroket signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Dari 20

(4)

proposal PKM yang lolos itu rinciannya 4 proposal PKM-K (Kewirausahaan), 4 PKM-KC (Karsa Cipta), 3 PKM-M (Pengabdian Masyarakat), 6 PKM-PE (Penelitian Eksakta), 2 PKM-PSH (Penelitian Sosial Humaniora), dan 1 PKM-T (Teknologi).

“Ini rekor baru. Tahun lalu hanya 13 finalis, dan sekarang 20 jadi meningkat 60%. Padahal PTN lain turun. Karena memang tahun ini kuotanya dikurangi separuh karena persoalan dana. Tapi UNAIR justru meroket. Semoga di final PIMNAS nanti UNAIR bisa mendapatkan banyak medali emas dan bisa masuk tiga besar,” kata Hadi Subhan.

Keberhasilan meningkatkan tim PKM UNAIR yang lolos ke PIMNAS ini, menurutnya, merupakan dukungan dan kerjasama dari tim gabungan bidang kemahasiswaan, dosen yang tergabung dalam Tim Pendamping Kemahasiswaan (TPK), BEM UNAIR bidang keilmuan, Unit Kegiatan Mahasiswa Penalaran, tim Garuda Sakti (alumni peraih medali pada PIMNAS) dan Ikatan Alumni PIMNAS. Soliditas tim ini bertujuan untuk mengharumkan nama UNAIR dalam kompetisi ilmiah mahasiswa tahunan terbesar di Indonesia ini. Selain soliditas tim, sejak awal 2016 UNAIR secara rutin mengadakan lokakarya dengan menghadirkan nara sumber kawakan untuk memberikan materi-materi menarik yang berkaitan dengan presentasi, pembuatan Power Point yang benar, hingga pembuatan poster.

Terkait persiapan menuju PIMNAS pada 8–12 Agustus 2016 di Institut Pertanian Bogor, dikatakan 20 tim finalis UNAIR ini akan segera dikarantina pada akhir pekan ini. Rencananya, mahasiswa akan mendapat pembinaan intensif dengan materi serupa dari narasumber yang berkompeten.

“Jumat besok (29/7) kami akan karantina 20 finalis tim ini dengan mendatangkan narasumber yang berpengalaman. Kami adakan pembinaan intensif sampai mendekati hari H dan akan memfasilitasi penuh kebutuhan para finalis, seperti mendatangkan ahli pembuat poster, Power Point, dsb,” terang

(5)

Hadi Subhan. (*)

Penulis : Defrina Sukma S Editor : Bambang Bes

Menjadi Teman Hidup sekaligus

Partner di Meja Operasi

UNAIR NEWS – Berjodoh dengan rekan seprofesi? Mungkin tak

pernah terbayangkan sebelumnya dalam benak pasangan Dini Heryani, dr., Sp.BS dan Taufiq Fatchur Rochman, dr., Sp.BS. Gara-gara terjebak cinta lokasi, dinamika kehidupan dua sejoli ini menjadi lebih berwarna. Salah satunya, adalah upaya menjaga profesionalisme.

Keduanya adalah lulusan berprestasi pada prodi spesialis satu Ilmu Bedah Saraf, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga. Pasangan yang menikah pada 10 Juni 2011 ini juga baru dilantik menjadi dokter spesialis bedah saraf pada pelantikan dokter spesialis di Aula FK UNAIR, Rabu (20/7).

Dini meraih juara II oral presentation pada acara PIT PERSPEBSI (Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia) tahun 2014 di Palembang. Sementara, Taufiq meraih juara best poster pada acara Asian Congress of Neurological Surgeons (ACNS) di FK UNAIR pada Maret 2016 lalu.

Pencapaian ini tentu tidak mudah. Mengingat keduanya adalah rekan seprofesi dan sama-sama mencintai bidang ilmu bedah saraf yang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran yang rumit.

(6)

mata kuliah dasar umum FK UNAIR tahun 2011. Seiring waktu berjalan, kedekatan emosional keduanya tumbuh karena sering berinteraksi dalam menyelesaikan tugas perkuliahan. Pada akhirnya, mereka memutuskan menikah setelah enam bulan berkenalan.

“Saat itu ndak kepengin menunda-nunda karena takut nanti berubah pikiran. Apalagi setelah ini kegiatan perkuliahan kami cukup padat,” ungkap Taufiq.

Kedua sejoli ini menyadari konsekuensi pasca pernikahan. Mengatur ritme keseharian sebagai residen bedah saraf tentu bukan perkara mudah. Mengingat karakter pekerjaan yang cukup dinamis, dan menyita banyak waktu.

“Belum lagi kalau ketemu jadwal operasi yang panjang dan melelahkan, seperti operasi tumor atau vaskuler yang bisa memakan waktu sampai 15 jam di ruang operasi,” ungkap Dini. Awalnya, keputusan keduanya untuk menikah sempat mendapat respon kurang baik dari orang sekitar. Tak jarang pula yang meragukan keberlangsungan hubungan seprofesi ini. ”Teman-teman sempat merasa skeptis. Nanti gimana keluarganya kalau dua-duanya sama-sama sibuk begitu. Namun terlepas dari itu kami mantapkan hati, bismillah saja, dinikmati, dijalani. Alhamdulillah sampai sekarang fine-fine aja,” ungkap Dini.

Dinamika rumah tangga memang tak selalu mulus. Keduanya pun mengakui kehidupan awal pernikahan tak mudah dijalani. Selain sebagaimana umumnya pasutri yang saling mempelajari karakter personal masing-masing, mereka juga harus menyesuaikan jadwal pekerjaan mereka.

“Pernah juga beberapa kali dipertemukan pada jadwal operasi yang sama. Kalau sudah begini seringkali orang tua atau mertua ikut bantu temani anak kami di rumah,” ungkap perempuan lulusan program studi S-1 Pendidikan Dokter di FK Universitas Mulawarman itu.

(7)

Bahkan, dalam beberapa kesempatan keduanya seringkali berdiskusi ‘sengit’ seputar pekerjaan. Malah tak jarang diskusi pun terbawa sampai ke rumah. “Awal-awal suka begitu. Kalau ada masalah di tempat kerjaan dan harus didiskusikan seringkali lanjut sampai di rumah. Tapi lama-lama kami menyadari bahwa hal itu tidak baik. Urusan pekerjaan harus selesai di tempat kerja. Dan ketika sudah di rumah, perhatian tercurahkan untuk keluarga,” ungkap Taufiq menimpali.

Yang tak kalah penting lagi menurut Dini adalah komitmen untuk saling jujur dan tidak menunda-nunda atau menyembunyikan permasalahan. “Ketika ada masalah, kami berusaha agar tidak sampai berlarut-larut. Harus segera terselesaikan tidak lebih dari sehari. Ini penting bagi kami untuk menjaga mood,” ungkap perempuan kelahiran Tarakan, 28 Oktober 1982 itu.

Meskipun keduanya sama-sama mencintai bidang pekerjaan yang sama, keluarga tetaplah prioritas. Keduanya tetap membagi waktu bersama putri kecilnya yang bernama Andita Syifa Rahima. Selain bersama anak semata wayangnya, Dini dan Taufiq juga memiliki waktu berdua. “Kalau lagi luang, kita suka nonton film action, atau mancing biasanya,” jawab Dini. “Kalau istri paling demen basket, atau kalau nggak, cukup istirahat aja di rumah. Capek,” ujar suami menimpali sambil berkelakar.

‘Karakter’ dokter bedah

Sebagai perempuan, mengemban profesi sebagai dokter bedah saraf bukan hal mudah, bahkan profesi satu ini belum banyak dilirik kaum perempuan. Dalam praktiknya, ketika sudah menghadapi pasien di meja operasi, profesionalitas tidak saja menuntut penguasaan teknik operasi tapi juga kesiapan fisik yang senantiasa prima. Mengingat seringkali yang dihadapi adalah kasus rumit dan butuh konsentrasi tinggi.

“Sementara kondisi fisik wanita dan pria saja sudah berbeda, ini yang seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Karena saya menyukai hal-hal yang mendetil, maka saya bisa

(8)

menikmati pekerjaan ini,” ungkap Dini.

Bagi Taufiq, setiap bidang pekerjaan apapun punya risiko masing-masing. Tinggal bagaimana cara mengelola hati dan pola komunikasi dengan pasangan. Yang pasti, inilah salah satu alasan mengapa pria kelahiran Surabaya, 5 Desember 1983 itu mengagumi sosok istrinya. Karakter dokter bedah yang menuntut keberanian, ketekunan termasuk hal-hal yang serba pasti, pada akhirnya mempengaruhi perspektifnya dalam menilai sosok istri sebagai perempuan tangguh.

Di ujung obrolan ringan, keduanya mengungkapkan akan berencana kembali ke Samarinda tempat asal sang istri yang kini tengah hamil 3 bulan.

Kisah cinta lokasi dengan teman seangkatan sekaligus selinier dengan profesi seperti yang dialami Taufiq dan Dini bisa terbilang cukup unik. Tak jarang kemudian kisah mereka menginspirasi sejumlah pasangan dari kalangan sejawat sendiri. “Yang mulanya skeptis melihat hubungan kami, sekarang sudah berpandangan berbeda. Jauh lebih bisa menerima. Semua kembali ke niat aja,” pungkas Dini. (*)

Penulis: Sefya Hayu I. Editor: Defrina Sukma S.

UNAIR

Selenggarakan

Pendidikan S-2 di Banyuwangi

UNAIR NEWS – Dalam rangka menguatkan kualitas sumber daya

manusia di Banyuwangi, Universitas Airlangga Program Studi di Luar Domisili (PDD) Banyuwangi menyelenggarakan pendidikan formal jenjang magister. Kedua prodi yang diselenggarakan di

(9)

UNAIR PDD Banyuwangi adalah Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Kebijakan Publik. Proses pendaftaran prodi jenjang S-2 UNAIR PDD Banyuwangi sudah dibuka mulai Senin (18/7).

Penyelenggaraan dua prodi jenjang magister di UNAIR PDD Banyuwangi merupakan respon UNAIR terhadap permintaan Bupati Banyuwangi dengan tujuan penguatan birokrat SDM Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pernyataan itu disampaikan oleh Direktur Pendidikan UNAIR Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, Dra., M.Si.

“Ini erat dengan kebijakan dari Bupati Banyuwangi bahwa beliau ingin mengembangkan SDM di sana. Membantu menguatkan SDM di Banyuwangi tidak harus dengan membuka prodi, karena UNAIR sudah punya di sini (Surabaya). Sehingga bupati meminta agar pegawai pemda bisa kuliah S-2 di kampus UNAIR Banyuwangi. Ini memang fokusnya untuk penguatan SDM di Kabupaten Banyuwangi,” ujar Prof Nyoman.

Rekrutmen mahasiswa baru S-2 ini ditujukan untuk para pegawai pemkab, seperti karyawan, pegawai, pendidik, dan masyarakat Banyuwangi lainnya yang ingin melanjutkan studi jenjang S-2. Daya tampung penerimaan masing-masing prodi yaitu sekitar 15 sampai maksimal 20 untuk masing-masing program studi.

“Ke depan, kami menerima sekitar 15 sampai 20 calon mahasiswa yang akan dikuatkan kualitas pendidikan mereka untuk menempuh S-2. Sehingga lebih dibutuhkan prodi PSDM karena ini penguatan, dan yang kedua adalah Kebijakan Publik. Ini terkait semua aspek pemerintahan dalam mengelola me-manage wilayah di Banyuwangi,” tambahnya.

Prof. Nyoman seraya menambahkan, dosen-dosen UNAIR pada prodi terkait akan didatangkan dari Surabaya untuk mengajar mahasiswa S-2 UNAIR PDD Banyuwangi.

Meski demikian. Prof. Nyoman menegaskan penyelenggaraan prodi jenjang S-2 bukan berarti membuka prodi. Karena membuka prodi membutuhkan pertimbangan pada aspek tenaga pengajar, sarana

(10)

prasarana, dan persiapan menuju akreditasi.

Sebelumnya, ada empat prodi jenjang S-1 yang sudah dilaksanakan di UNAIR PDD Banyuwangi. Keempat prodi tersebut adalah Budidaya Perairan, Kedokteran Hewan, Kesehatan Masyarakat, dan Akuntansi. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.

Gali Inspirasi dari Negeri

Sakura

Tak salah bila banyak anggapan menyebut Jepang adalah sebuah negara yang berkarakter kuat dan memiliki ciri khas yang mencolok. Dari segi seni, cara berpakaian, dan kreatifitas bahkan jargon, Negeri Matahari Terbit memunyai sisi-sisi yang menarik nan berbeda dengan negeri-negeri lain.

Dengarkan lagu beraliran rock dari jepang. Selalu kental dengan cabikan bass yang melompat-lompat di setiap ketukan. Musik popnya, penuh dengan irama melodik tuts keyboard dan dentingan gitar yang mendayu tajam. Siapa saja yang mendengar lagu atau nada-nada asal negeri Sakura, akan dengan mudah mengidentifikasi kelahiran lagu tanpa harus mendengar suara vokalis mendendangkan lirik lagu berlafal huruf kanji.

Di sisi lain, lihatlah para remaja jepang yang berkumpul dan bercengkrama di kawasan Harajuku, sekitar Stasiun JR Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo. Dandanan dan warna asal tubruk yang mungkin akan lebih terkesan norak serupa orang gila bila dipakai di negara lain, justru menjadi pusaran idola di sana. Bahkan, karakter unik tersebut sedikit demi sedikit menjangkit

(11)

ke wilayah lain di Jepang bahkan dunia.

Perkara kreatifitas, Jepang tak perlu diragukan. Entah sudah berapa ribu judul komik manga yang banyak di antaranya menjadi tren dengan cerita variatif. Sebut saja Dragon Ball yang imajinatif dan telah diterbitkan versi bahasa inggrisnya, Slam Dunk dan Doraemon yang inspiratif, Samurai X yang sarat nilai-nilai kehidupan, serta Kapten Tsubasa yang fenomenal. Konon, komik karya Yoichi Takahashi yang disebut terakhir tadi menjadi motivasi tersendiri bagi tim Samurai Biru dalam meraih sukses merebut posisi di pentas sepak bola dunia.

Bila ditanya tentang jargon, Soichiro Honda si intelektual sangat brilian dengan ungkapan populernya: percayalah pada kekuatan mimpi (the power of dream). Pria kelahiran Iwatagun (kini Tenrryu City) tersebut telah menjadi simbol tersendiri di ranah otomotif dan bisnis level internasional.

Kekhasan

Salah satu kekhasan Jepang adalah bunga Sakura, yang memang identik dengan negeri tersebut. Pada Sakura, terkandung nilai-nilai luhur sebuah identitas dan semangat. Hal-hal itu ingin dipetik oleh Imam Robandi, penulis buku The Ethos of Sakura yang diterbitkan Penerbit Andi Yogyakarta. Melalui buku tersebut, guru besar teknik elektro ITS ini menjelaskan betapa kuatnya sakura mempengaruhi pandangan dan pemikiran orang Jepang.

Ketika musim Sakura mekar, sang pohon membiarkan daun-daun gagah berjatuhan untuk kemudian digantikan dengan bunga yang jauh lebih indah dan mempesona. Pohon sakura tidak cukup puas dengan memiliki daun gagah dan batang kukuh. Bila memang bisa melakukan yang lebih mempesona, mengapa harus bangga dengan kebiasa-biasaan? Mungkin demikianlah yang ada dalam pikiran pohon sakura di seluruh penjuru Nippon andai pohon tersebut memiliki otak.

(12)

menyaksikan kejadian tersebut di taman-taman atau pelataran depan rumah mereka. Seluruh penduduk berusaha menggali hikmah dari tumbuh, kuncup, dan mengembang eloknya bunga yang bernama lain Japan Cherry Blossom tersebut.

Menghargai Waktu

Hidup memang tidak begitu lama. Tak ada yang abadi. Demikian pula bunga Sakura yang hanya hidup selama musim semi sekitar bulan April tiap tahunnya. Namun dalam keterbatasan tersebut, Sakura berusaha memberikan yang terbaik dari hidupnya.

Orang Jepang tak ingin membuang waktu dengan berjalan pelahan-lahan. Bila melangkah, mereka tampak seperti setengah berlari. Waktu berharga bagi mereka walau hanya beberapa detik ayunan kaki kanan dan kiri.

Imam Robandi sering menemui penundaan dan keterlambatan jam-jam penerbangan. Namun penundaan tersebut disikapinya sebagai anugerah, bukan musibah. Waktu yang molor digunakannya untuk melakukan hal yang bermanfaat. Dalam sebuah diskusi, pria yang mengambil program doctoral di Jepang ini mengatakan, buku yang berisi 75 artikel dan kisah pendek ini nyaris semua ditulis dengan cara mencuri-curi waktu dan kesempatan di balik kemelesatan jadwal bandara.

Semua artikel dan kisah merupakan sari pati dari pengalaman pria kelahiran Kebumen Jawa Tengah tersebut selama menjalani pendidikan S2 dan program doktoral di negeri Sakura. Ada juga yang murni bersumber dari penelaahan terhadap nilai-nilai kehidupan di negara itu.

Manusia yang sukses memang dia yang menghargai waktu. Pelajaran mengenai waktu tak hanya bisa dipetik melalui bangsa Jepang. Ungkapan dalam bahasa Inggris berbunyi, Time is Money (waktu adalah uang atau waktu sangat berharga).

Maestro asal Jazirah Arab Muhammad bin Abdullah pernah berkata, jagalah sempatmu sebelum sempitmu. Maksudnya, manusia

(13)

harus memanfaatkan waktu dan kesempatan, sekecil apapun itu guna melakukan hal-hal yang bermanfaat. Sebab bila masa sempit telah tiba, seseorang tidak akan bisa melakukan apapun.

Buku

Judul: The Ethos Of Sakura, Bacaan strategik pribadi sukses Penulis: Imam Robandi

Penerbit: Penerbit Andi Cetakan: 2010 Yogyakarta Tebal: 254 Halaman

Dodik Harnadi Kolaborasikan

Doa dan Usaha

UNAIR NEWS – Tinggal dan besar di desa tidak membuat Dodik

patah semangat untuk terus menempuh pendidikan. Pria yang sudah menikah dengan Irawati, S.HI., ini merupakan anak desa yang dilahirkan dari keluarga petani di Bondowoso. Sejak menempuh pendidikan tingkat menengah, ia sudah dikenalkan dengan dunia pondok pesantren, tepatnya pada 1999-2005 ketika masih berada di Madrasyah Tsanawiyah (MTs) hingga Madrasyah Aliyah (MA).

“Bagi saya pesantren banyak memberikan pelajaran penting, nilai-nilai organisasi, leadership, keilmuan jurnalistik, kemandirian, dan masih banyak lagi,” paparnya.

Pemilik nama lengkap Dodik Harnadi ini, menjadi salah satu lulusan wisudawan terbaik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan nilai IPK 3,82 dan mendapatkan gelar Master Sosiologi (M.Sosio). Tesis yang menjadi prasyaratnya mendepatkan gelar tersebut berjudul Living Lawdan Mekanisme

(14)

“Ketertarikan saya kepada sosiologi hukum semakin memuncak setelah berkenalan dengan beberapa tulisan Prof. Soetadyo dibidang sosiologi hukum,” jelas pria yang masih aktif di salah satu organisasi masyarakat Islam ini.

Lebih jelasnya, Dodik bercerita tentang isi dari tesisnya yang berangkat dari realitas sosial masyarakat Bondowoso. Ketika masyarakat setempat masih meletakkan praktik pemberian sanksi fisik dalam mendidik anak-anak maupun para murid, dari hal tersebut seharusnya pihak yang terlibat harus mampu mendiagnosa hal ini secara tepat agar penegakan hukum tidak semata-mata tekstual. Penyusunan tesis ini tuturnya tidak menemui kendala berarti.

“Intinya saya memaknai tesis saya ini sebagai kolaborasi doa dan usaha, tanpa keduanya penelitian ini tidak akan berhasil,” tegas Dodik.

Dalam proses penyusunan tesisnya menurut ia sudah mencapai target waktu yang ditargetkan oleh lembaga yang memberikan ia biaya kuliah, yaitu Lembaga Pengelolal Dana Pendidikan (LPDP). Selain itu, dengan dorongan dari ibu dan ayahnya yang ketika itu masuk ICU di RSU Situbondo, Dodik melaksanakan ujian tesis dengan lancar.

Ketika ditanya pengalaman lainnya, Dodik bercerita tentang bagaimana perjuangannya sebagai anak kos yang pergi ke kampus harus terbiasa naik angkot dengan keadaan sesak dan panas.

“Maklum tempat kos saya cukup jauh sementara saya tidak membawa alat transportasi roda dua selama kuliah,” ungkapnya. Warna-warni orang-orang Surabaya dimanfaatkannya untuk mengenal lebih banyak karakteristik masing-masing orang yang ia jumpai di angkot, sehingga kemudian pria yang juga hobi menulis ini terbiasa naik angkot dan mendapatkan manfaatnya. “Saya bisa tahu banyak rute angkot Surabaya daripada mereka yang sudah lama di Surabaya,” pungkasnya. (*)

(15)

Penulis : Achmad Janni Editor : Nuri Hermawan

Ketut

Wiradnyana,

Bekal

Prestasi

dengan

Tekuni

Arkeologi

UNAIR NEWS – Sejak menempuh pendidikan sarjana, Dr. Ketut

Wiradnyana, Drs., M.Si. sudah menekuni bidang arkeologi dengan skripsinya yang berjudul “Katoda Sebagai Unsur Tradisi Megalitik di Sumba Timur”. Pria kelahiran kota Jembrana, 26 April 1966 ini, sejak tahun 1994 hingga sekarang masih aktif dalam berbagai penelitian arkeologi di Provinsi Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau. Selain itu, Ketut juga masih menjadi dosen tamu di Departemen Antropologi Universitas Sumatera Utara. Bahkan, pria yang memiliki hobi bermain musik (rock tahun 70an, red) ini pernah menjadi Ketua Tim Penelitian Arkeologi, Anropologi – Geografi Kebudayaan Pulau Nias (IRD), Prancis. Selain itu lebih dari seratus karya artikel pernah ia buat dan diterbitkan.

“Keseluruhan artikel terbit pada jurnal arkeologi dan antropologi diberbagai jurnal arkeologi dan jurnal kebudayaan yang tersebar diberbagai kota di Indonesia dan luar negeri,” ungkapnya.

Anak ke lima dari tujuh bersaudara ini bercerita, bahwa pengumpulan data disertasi telah dimulai sejak tahun 2009, sehingga ketika ditanyai kendala yang dihadapi dalam penyusunan disertasi ini, ia menjawab tidak terlalu banyak kendala.

(16)

“Kalau penyusunan disertasi tidak terlalu banyak kendala, tetapi dalam penyusunan ilmu pengetahuan arkeologis itu yang jauh lebih sulit,” ujarnya.

Bahkan dalam penyusunan ini sedikit dapat terselesikan lebih lama dari terget yang ia susun, karena ia harus mencari dan memproses data arkeologis di Gayo dengan beberapa Universitas di Eropa dan Amerika. Isi dari disertasi yang menjadi syarat doktoral ini sendiri membahas tentang proses penyusunan pengetahuan arkeologis dalam kaitannya dengan genealogi (manusia dan budaya) di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah. Hal tersebut kemudian menjadi wacana geonelogis etnis Gayo yang disebarluaskan oleh berbagai komponen masyarakat Gayo, dengan tujuan untuk melegitimasi identitas etnis Gayo yang berbeda denga etnis Aceh. Hal itu nantinya dapat menentukan upaya pembentukan Aceh Leuser Antara (ALA) yang terpisah dengan provinsi Aceh.Uniknya dari hasil penelitian Ketut ini, pengetahuan arkeolgois yang digunakan sebagai identitas etnis Gayo itu masih terus berlangsung.

“Jadi nantinya penelitian ini akan bisa dilanjutkan karena masih banyak aspek yang belum terungkap,” paparnya. “Penyelesaian disertasi dan tugas-tugas akan dapat diselesaikan pada waktunya jika fokus atau dikerjakan setiap hari” imbuhnya.

Mahasiswa yang akan diwisuda tanggal 16 juli ini, menjadi wisudawan terbaik dengan nilai IPK 3,86. (*)

Penulis: Achmad Janni Editor : Nuri Hermawan

(17)

Konsep Saling Sapa Mantapkan

Kualitas dan Sinergitas FISIP

UNAIR NEWS – Kebersamaan merupakan elemen penting dalam

menjalankan pendidikan tinggi. Hal itu dipahami benar oleh Dekan FISIP Dr. Falih Suaedi, Drs., M.Si. Maka itu, dia berupaya terus menjaga konsep “Saling Sapa” yang dicetuskan pendiri fakultas, (Alm) Prof Soetandyo Wignjosoebroto. Bahkan, pejabat kelahiran Bojonegoro itu bertekad memantapkan perspektif tersebut.

Salah satu penerapan “Saling Sapa” adalah dengan adanya mata kuliah yang mesti dijalankan bersama-sama oleh tujuh jurusan (S1) berbeda di FISIP. Misalnya, ada mata kuliah penunjang yang ditetapkan untuk diambil oleh mahasiswa jurusan Hubungan Internasional dan jurusan Politik. Ada juga yang perlu diambil oleh jurusan Administrasi Negara dan jurusan Antropologi. Demikian seterusnya, dengan konsep perkuliahan yang lintas bidang.

“Melalui program seperti itu, kualitas dan rasa kekeluargaan di FISIP bakal terus menguat,” ujar Falih yang ditemui Jum’at sore lalu (15/7).

Logikanya, mahasiswa di satu jurusan bisa tahu komponen perkuliahan dari jurusan lain. Jadi, pengetahuan dan wawasannya pun lebih luas. Sebab, problem di kehidupan atau dunia kerja makin beragam. Ekseklusifitas pada satu disiplin ilmu tertentu hanya akan menjadi bantu sandungan. Karena, di luar sana kompleksitas tantangan begitu rumit.

Di samping itu, “Saling Sapa” membuat semua mahasiswa dan dosen dengan latar berbeda dapat lebih bersinergi. Sebab, mereka jadi kerap bertemu dan bekerjasama. Kalau sudah begini, FISIP bakal menjadi satu kesatuan yang kuat. “Di sejumlah kampus, ada fakultas yang jurusan-jurusannya justru menjadi

(18)

kerajaan-kerajaan kecil. Terkotak-kotak. Eksklusifitas itu tidak terjadi di FISIP UNAIR,” ungkap Falih. (*)

Penulis: Rio F. Rachman

PIH Motori Forum Komunikasi

dan

Informasi

Diskusi

Pendidikan Jatim

UNAIR NEWS – Suasana gayeng terasa dalam Forum Komunikasi dan

Informasi Pendidikan Jawa Timur yang dilaksanakan di d’Kampoeng Surabaya Town Square Jum’at malam lalu (15/7). Kegiatan yang turut digagas Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR itu dihadiri dari ragam elemen masyarakat. Misalnya, dari kalangan wartawan/jurnalis pendidikan, DPRD Surabaya, Dewan Pendidikan Surabaya, Dewan Pendidikan Jawa Timur, perwakilan Dinas Pendidikan Jawa Timur, dan LSM. Tak ketinggalan, dari pihak Humas seluruh perguruan tinggi di Surabaya. Contohnya, ITS, Unitomo, Untag, UPN Veteran Jatim, dan Unesa.

Ketua PIH UNAIR Drs Suko Widodo MSi dalam sambutannya mengungkapkan, persoalan pendidikan adalah tanggungjawab semua pihak. Bukan hanya dosen dan guru. Namun juga, dunia usaha. Yang terpenting, semua elemen mesti paham kalau sinergitas merupakan sebuah keniscayaan.

“Melalui forum diskusi ini, ide-ide seputar pengembangan pendidikan di Jawa Timur dirumuskan berbagai pihak. Nantinya, akan disampaikan secara langsung pada pemangku kebijakan,” ujar pakar komunikasi politik tersebut.

(19)

Dia menambahkan, pendidikan yang selama ini teraplikasi di masyarakat lebih banyak yang mengacu pada kecerdasan ilmu pengetahuan. Padahal, yang utama adalah kecerdasan hidup. “Akibat konsep yang kurang pas tersebut, para pelajar jadi sulit mandiri,” terang dia.

Reni Astuti (mengenakan jilbab) saat memberi penjelasannya dalam diskusi yang dihadiri beragam elemen masyarakat.

Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Martadi mengemukakan, problem pendidikan di Indonesia harus ditelaah dari banyak aspek. Gagasan lintas sektoral mutlak dibutuhkan. “Karena, eksponen yang ditangani itu banyak. Ada siswa, guru, wali siswa, bahkan bila ditarik lebih lanjut, terdapat mahasiswa dan kalangan kampus,” tutur dia.

Anggota DPRD Surabaya Reni Astuti yang juga hadir dalam pertemuan itu menyatakan, ada tak kurang dari 512 ribu pelajar usia SD, SMP, dan SMA di Surabaya. “Butuh banyak kepala untuk memikirkan mereka. Membicarakan anak-anak itu sama dengan membicarakan masa depan Kota Pahlawan,” kata dia.

(20)

mensosialisasikan atau menjadi jembatan informasi. Terkait semua kegiatan yang menjadi konsentrasi dari forum ini. Dengan demikian, masyarakat menjadi paham dengan adanya gerakan sosial/masyarakat tersebut. “Sudah menjadi tugas kami untuk menjadi kontrol sosial dan membantu menyebarkan kabar yang bermanfaat di masyarakat,” ujar Adit Hananta Utama, wartawan harian Bhirawa. (*)

Penulis: Rio F. Rachman

MEDSCUPE, Mesin Ergonomis

Pencegah Sampel Tertukar di

Rumah Sakit

UNAIR NEWS – Sering mendengar kasus tertukarnya hasil

laboratorium, sampel darah, sampel jaringan, urin, fases, dsb di rumah sakit? Berangkat dari kasus yang

Merugikan pasien itulah lima mahasiswa Universitas Airlangga membuat karsa cipta alat “MEDSCUPE” sebuah mesin ergonomis yang mampu mencegah tertukarnya sampel di rumah sakit.

Itulah karya tim Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta (PKM-KC) mahasiswa UNAIR yang dipimpin Mokhammad Dedy Batomi (Otomasi Sistem Instrumentasi 2013), dengan anggota Mokhammad Deny Basri (Otomasi Sistem Instrumentasi 2013), Masunatul Ubudiyah (Keperawatan 2013), Pratama Bagus Baharsyah (Otomasi Sistem Instrumentasi 2013), dan Sucowati Dwi Jatis (Keperawatan 2014).

Mereka bersyukur dengan menjadi salah satu penerima dana hibah PKM dari Kemenristek DIKTI tahun 2016, merupakan kebanggaan

(21)

tersendiri sebagai wujud kontribusi untuk almamaternya. Apalagi jika kelak mendapat kesempatan berlaga di PIMNAS ke-29 di IPB Bogor.

“Mau tidak mau, suka tidak suka ini merupakan prinsip dalam hidup kami sebelum masuk UNAIR. Jadi berkontribusi itu wajib hukumnya, apalagi kami kuliah dibiayai oleh negara,” ujar Dedy.

Sependapat dengan Dedy, Masunatul juga punya alasan kenapa ia mengikuti kompetisi ini. “Sebenarnya kami semua tidak hanya melulu ingin masuk nominasi PKM, namun lebih dari itu kami ingin meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit Indonesia melalui inovasi yang kita ciptakan ini,” tambah Masunatul.

Menurut penelitian tim dengan judul “MEDSCUPE: (Medical

Specimens Cube Shipper) Alat Ergonomis Pengirim Dan Direct Labelling Spesimen Pasien Berbasis Pengolahan Citra Solusi

Kasus Malpraktek Sampel Tertukar Di Laboratorium Medis”, diterangkan bahwa saat ini mungkin masyarakat sudah tidak asing lagi dengan kasus malpraktik, sampel uji tertukar, tidak valid, dan hasil uji lab yang lama tersampaikan, bahkan hilang.

ALAT MEDSCUPE yang dibuat untuk memisah-misah hasil

(22)

lab: sampel darah, fases, urin, dsb di rumah sakit agar tidak tertukar. (Foto: Dok Tim)

Sebenarnnya semua itu disebabkan banyak faktor, bisa dikarenakan tenaga kerjanya atau alat yang digunakan, namun melihat semua itu pihak rumah sakit tak hanya tinggal diam. Kini di sejumlah rumah sakit sudah mulai dibangun mesin pipa penghantar specimen uji ke laboratorium.

Mengapa ini penting? Karena pada dasarnya specimen harus cepat diuji agar komponen di dalamnya tidak berubah. Selain itu juga menghindari peluang sampel tertukar saat semua dikerjakan secara manual. Sayangnya, mesin ini belum secara penuh mengontrol otomatis pengiriman sampel. Sesampainya sampel di ruang laboratorium, petugas masih harus memilah-milah sampel sesuai jenis untuk diantarkan ke tempat uji masiing-masing. Banyak sekali jenisnya, ada darah, urin, feses, jaringan,

sputum dan lain-lain. Darah sendiri masih banyak jenis

pemeriksaannya, terdiri dari uji plasma, eritrosit, leukosit, dan lain-lain.

“Hal ini membuka peluang tertukarnya sampel dan memakan waktu yang lebih lama. Itulah yang mengilhami tim PKM kami membuat sebuah terobosan baru dengan judul seperti diatas,” tambah Dedy.

Medscupe (Medical Specimens Cube Shipper) merupakan alat yang mempunyai sistem kendali dan kontrol spesimen berbasis pengolahan citra warna. Alat ini mampu meningkatkan efisiensi proses pelabelan maupun pengiriman spesimen pasien ke laboratorium, sehingga diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kasus malpraktik sampel tertukar di laboratorium medis.

(23)

berhenti di ruang Lab medis rumah sakit. Medscupe memberikan percabangan otomatis yang memiliki kamera scanning citra solusi dan slot khusus pemisah sesuai warna yang dideteksi. Dengan begitu, specimen dengan cepat akan terklasifikasi dan sampai di tempat analisis jenis specimen masing-masing dengan tepat.

Berbicara kendala, Deny mengatakan sejak awal dalam proses pembuatan prototype alat ini memang sering ditemukan banyak kendala, mulai dari pembelian komponen sampai tahapan akhir yaitu programming dan scanning.

“Kita sekelompok tidak dari satu fakultas, yaitu dari dua fakultas: Voaksi dan Keperawatan, sehingga bisa dipastikan jam kuliah kami juga berbeda. Dampaknya, waktu untuk berkumpul untuk sekadar diskusi atau menyelesaikan alat ini juga susah, sehingga waktu ba’da salat maghrib sampai jam 22.00 malam selalu kami sisihkan untuk membuat alat ini setiap minggunya,” tambahnya.

Saat ditanya harapan kedepannya tentang prototype ini, Deny mempunyai harapan besar untuk bisa menjalin mitra dan alatnya bisa diterapkan mengingat urgency kebutuhan di pelayanan kesehatan.

“Saya berharap alat ini nanti bisa dipatenkan dan terlebih bisa digunakan di pelayanan kesehatan, dan juga semoga PKM KC ini mempu menembus PIMNAS dan pulang membawa juara untuk Universitas Airlangga,” katanya berharap. (*)

Penulis : Sucowati Dwi Jatis. Editor : Bambang Bes.

Referensi

Dokumen terkait

31-Borç ve borç ilişkisinin varlığını ikrar eden borçlu, ileri sürdüğü özel nedenlerle ifadan kaçınıyorsa aşağıdakilerden hangisi söz konusu olur? A)Muvazaa. B)İtiraz

Pengaruh variabel independen X2 terhadap variabel dependen Y2 memiliki nilai p-value <0.05, sehingga terdapat pengaruh antara pengetahuan gizi dan kesehatan

diskusi ke depan kelas; (d) guru masih belum bisa mengendalikan siswa yang berbicara di kelas saat proses diskusi.Kendala tersebut sesuai dengan yang diungkapkan

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi

Gaman & Sherrington (1994) mengatakan bahwa Pengecatan gram dapat digunakan untuk membedakan bakteri dalam dua kelompok besar, yaitu : Bakteri yang dapat menahan pewarna

Membaca Akte Banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Medan, yang menerangkan bahwa Kuasa Hukum Pembanding semula Penggugat, pada tanggal 29 Desember

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar di kecamatan Minggir...

〔商法一〇七〕手形行為と商法二三条東京高裁昭和四四年一二月二 五日判決 黄, 清渓Kō, Seikei 商法研究会 Shōhō kenkyūkai 慶應義塾大学法学研究会