• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar merupakan suatu penilaian terhadap usaha kegiatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar merupakan suatu penilaian terhadap usaha kegiatan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB BAB BAB BAB IIII PENDAHULUAN PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

A. A.

A.A. LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang

Prestasi belajar merupakan suatu penilaian terhadap usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar juga dapat dijadikan tolak ukur dalam menentukan kualitas pendidikan serta kualitas sumber daya manusia. Menurut Siagian (2012), anak usia sekolah dasar merupakan modal awal dan asset yang berharga untuk pembangunan bangsa di masa depan. Tetapi berdasarkan data dari Dinas Dikpora Kabupaten Sleman (2015), terjadi penurunan pada nilai rata-rata ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) tingkat SD yaitu 23,49 pada tahun 2014 menjadi 22,99 pada tahun 2015. Serta nilai rata-rata UASBN pada mata pelajaran Matematika turun dari 71,29 tahun 2015 menjadi 66,09 tahun 2016 (Dikpora, 2015).

Prestasi belajar pada individu berbeda-beda hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhinya. Sehingga penurunan prestasi belajar tersebut juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dari faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang berasal dari luar diri anak meliputi dukungan sosial seperti besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua, konsumsi makanan sehari-hari, kondisi dan tempat belajar, sarana dan alat belajar serta kondisi lingkungan (Lestari, 2011). Sedangkan faktor internal yang berasal dari dalam diri anak meliputi kemampuan kognitif seperti bakat dan intelegensia, kemampuan non-kognitif seperti minat, motivasi, kepribadian, dan

(2)

kedisiplinan (Lestari, 2011).

Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor eksternal yang apabila anak mengkonsumsi energi dan protein cukup dapat membantu dalam meningkatkan kinerja belajar karena otak dapat bekerja secara optimal. Hal ini disebabkan semua sel di dalam tubuh termasuk neuron dan glial sel, memperoleh energi dari makanan dalam bentuk makronutrien; karbohidrat, protein, dan lemak. Sebelum sel bisa mendapatkan energi, makanan harus diubah menjadi gula sederhana, terutama dalam bentuk glukosa, glukosa merupakan sumber utama bahan bakar untuk otak, sistem saraf, dan sel-sel darah merah (Woodhouse, 2012). Sedangkan protein sebagai pembentuk jaringan dalam tubuh, termasuk neurotransmiter yang berfungsi membawa informasi dari sel-sel otak ke sel otak lainnya (Ross, 2010). Konsumsi protein pada anak masih tergolong rendah yaitu 58,75% (Sudargo, 2016). Penelitian Sunarti (2005) menyatakan bahwa seseorang perlu konsumsi sumber karbohidrat pada selang waktu tertentu untuk memperoleh glukosa tubuh sebagai keperluan energi, karena persediaan glikogen hanya bertahan beberapa jam saja. Menurut Woodhouse (2012) apabila anak-anak kekurangan energi dan protein dapat mengganggu kinerja belajarnya.

Salah satu upaya strategis yang dicanangkan oleh Pemerintah adalah penguatan program nasional untuk gerakan gizi anak (GAS) yaitu program pemberian makanan tambahan anak sekolah atau yang disingkat PMT-AS. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketahanan fisik siswa SD/MI yang berada di desa tertinggal dan daerah miskin perkotaan melalui pemberian makanan tambahan dengan memperbaiki status gizi, meningatkan nilai mata pelajaran dan meningkatkan kemampuan hidup sehat serta derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin (Dinkes, 2016). Program Makanan Tambahan Anak Sekolah

(3)

(PMT-AS) ini merupakan program nasional yang sudah dimulai sejak tahun 1996/1997 dalam bentuk makanan kudapan yang dilaksanakan di desa tertinggal (Rohima, 2002). Namun, kebijakan PMT-AS ini tidak berjalan dengan baik dan mengalami pasang surut karena masalah otonomi daerah dan finansial hinggga akhirnya program PMT-AS berakhir tahun 2011 (Satria, 2016). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memutuskan untuk mengadakan kembali program PMT-AS mulai tahun 2015 ini dalam bentuk biskuit dikarenakan agar siswa dapat menerima pelajaran di sekolah dengan baik.

Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mencetak anak bangsa yang sehat dan cerdas, maka Dinas Kesehatan Sleman sebagai pelaksana program turut berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan belajar anak sekolah melalui program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Program pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) ini dilaksanakan di 50 Sekolah Dasar di 6 kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan dengan pemberian makanan tambahan berupa biskuit sekolah selama tiga bulan atau 12 minggu. Pemilihan jenis makanan kali ini berupa biskuit dikarenakan lebih praktis dan pada umumnya banyak digemari oleh usia anak sekolah. Kandungan gizi biskuit sekolah tersebut juga sudah disesuaikan dengan kebutuhan makanan tambahan menurut usia yaitu 300 kkal energi dan 6 gram protein.

Kecamatan di Sleman yang akan melaksanakan program ini adalah kecamatan Gamping, Seyegan, Tempel, Prambanan, Cangkringan, dan Minggir. Lokasi penelitian yang dipilih adalah kecamatan Minggir karena berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman bahwa nilai Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Tahun Pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa

(4)

dari 501 sekolah dasar di kabupaten Sleman, 4 sekolah yang menjadi lokasi penelitian di kecamatan Minggir berada dibawah peringkat 200 besar yaitu 208, 292, 311, dan 332. Serta berdasarkan peringkat kecamatan se-Kabupaten Sleman, kecamatan Minggir berada di peringkat 16 dari 17 kecamatan yang ada dengan jumlah nilai 220,78 (Disdikpora, 2015). Oleh karena itu, kecamatan Minggir menjadi dasar pemilihan dalam penelitian ini dari segi prestasi akademik yang paling rendah dibandingkan dengan lima kecamatan lainnya.

Selain itu,kecamatan Minggir memiliki angka stunting balita tinggi yaitu 23,84%. Menurut penelitian Sudargo (2016) menyatakan dari 104 anak sekolah dasar di Wonosobo dan Wonogiri sebanyak 32,7% mengalami stunting. Anak sekolah dasar yang mengalamistunting, menurut Helmi (2009) disebakan karena masa balita mengalami kekurangan asupan gizi yang berat sampai usia dua tahun. Hal ini didukung oleh penelitian Kusuma (2013) yang menyatakan bahwa balita yang stunting, berisiko akan menjadi anak stunting sehingga cenderung lebih rentan terhadap infeksi dan terjadinya penurunan kemampuan kognitif, kualitas belajar, hingga prestasi belajar. Peneltian Levinger (1992) juga menunjukkan bahwa stunting berhubungan signifikan dengan hasil prestasi balajar.

Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Haile (2016) adalah status sosial-ekonomi seperti pendidikan orang tua, pekerjaan, pendapatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi prestasi anak. Tingkat ekonomi keluarga di kecamatan Minggir tergolong menengah kebawah dan termasuk rumah tangga miskin dibuktikan dengan kecamatan ini menjadi daerah rawan pangan selama tiga tahun berturut-turut mulai tahun 2009-2011 silam (Fitriana, 2014), sehingga akses untuk konsumsi

(5)

makanan tambahan rendah. Oleh karena itu, kecamatan Minggir merupakan salah satu kecamatan yang mendapatkan makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) untuk membantu meningkatkan kualitas belajar anak melalui pemenuhan kebutuhan gizi terutama energi dan protein. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar di kecamatan Minggir.

B. B.

B.B. RumusanRumusanRumusanRumusan MasalahMasalahMasalahMasalah

Apakah terdapat pengaruh pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar di kecamatan Minggir.

C. C.

C.C. TujuanTujuanTujuanTujuan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian a.

a.

a.a. TujuanTujuanTujuanTujuan UmumUmumUmumUmum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar di kecamatan Minggir.

b. b.

b.b. TujuanTujuanTujuanTujuan KhususKhususKhususKhusus

1) Mendiskripsikan persen pemenuhan kebutuhan gizi dari pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS).

2) Mendiskripsikan perbedaan prestasi belajar siswa sekolah dasar

3) Menganalisis pengaruh pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) terhadap prestasi belajar siswa.

(6)

D. D.

D.D. ManfaatManfaatManfaatManfaat PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

1) Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan dan mengembangkan pengetahuan khususnya mengenai pengaruh pemberian makanan anak sekolah (PMT-AS) terhadap prestasi belajar siswa.

2) Secara praktis diharapkan dapat memberikan solusi dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pada siswa sekolah dasar serta menjadi acuan dalam memperbaiki dan menyusun program PMT-AS bagi Dinas Kesehatan dan Dinas Dikpora Kabupaten Sleman.

E. E.

E.E. KeaslianKeaslianKeaslianKeaslian PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

1. Lestari, (2011). Judul penelitian adalah Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) terhadap Status Gizi, Kadar Hemoglobin, dan Prestasi Beajar Siswa. Jenis penelitian ini adalah survei deksriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SD/MI di Desa Kasimonan Kabupaten Banjarnegara yang mendapat PMT-AS dari kelas 1-6 sejumlah 340 siswa menggunakan Total Sampling. Hasilnya adalah terdapat perbedaan status gizi siswa SD/MI sebelum dan sesudah PMT-AS, ada perbedaan kadar hemoglobin, dan tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa. Persamaan pada penelitian ini adalah melihat pengaruh pemberian makanan tambahan anak seklah (PMT-AS) terhadap prestasi belajar. Perbedaannya adalah jenis penelitiannya dan sampel yang digunakan.

(7)

2. Noviyana, (2013). Efek Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) terhadap Peningkatan Prestasi Belajar di SD Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta Tahun 2012. Penelitian eksperimental dengan rancangan pretest-posttest design. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Sampel penelitian adalah total siswa kelas 3,4, dan 5 di Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar III sebanyak 131 siswa. Tidak ada peningkatan prestasi belajar dalam mata pelajaran Matematika, bahkan terjadi penurunan. Terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Persamaan pada penelitian ini adalah melihat pengaruh pemberian makanan tambahan anak seklah (PMT-AS) terhadap prestasi belajar. Perbedaannya adalah sampel dan metode yang digunakan.

3. Ruhana, (2009). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan yang Bergizi terhadap Status Anemia dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar yang Anemia di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Jenis penelitian Quasi Eksperimental. Total responden sebanyak 87 anak sekolah dasar yang anemia. Intervensi dilakukan selama seminggu dan hasilnya pemberian makanan tambahan yang bergizi tidak terdapat perbedaan kenaikan hemoglobin dan selisih nilai prestasi belajar. Persamaan pada penelitian ini adalah melihat pengaruh pemberian makanan tambahan yang bergizi terhadap prestasi belajar. Perbedaannya adalah penelitian ini membandingkan prestasi belajar pada anak yang anemia.

4. Kleinman, (2002). Diet, Breakfast and Academic Performance in Children. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-post dengan

(8)

jumlah sampel sebanyak 96 anak sekolah. Intervensi selama 6 bulan dengan melihat nilai rapot dan data asupan makanan menggunakan Recall 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan nilai matematika sebelum dan setelah pemberian program. Persamaan pada penelitian ini adalah melihat pengaruh pemberian program makanan di sekolah terhadap prestasi belajar. Perbedaannya adalah program diberikan berupa sarapan, intervensi dilakukan selama 6 bulan dan prestasi yang dilihat hanya matematika.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penilaian secara keseluruhan pelayanan- pelayanan tersebut telah diukur dan dapat dikategorikan baik dalam kinerja pelayanannya, hal tersebut dapat dibuktikan dari

Laporan Tugas Akhir, Program Studi Manajemen Administrasi, Program Diploma III, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan

Semakin tinggi kadar perekat yang ditambahkan pada papan partikel maka sifat mekanis yaitu modulus elastisitas, modulus patah, kekuatan rekat internal dan kuat

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran bertujuan untuk melatih manusia agar menjadi lebih bisa dan menjadi lebih baik, sehingga guru

Salah satu pesaing bisnis buah semangka CV SA adalah Bapak Haji Marno. Bapak Haji Marno juga memiliki usaha yang bergerak di bidang buah semangka di wilayah Metro. Varietas buah

Submitted in Partial Fulfillment of the Requirements for Master’s Degree in English

ALOKASI JUMLAH PEMBELIAN BAHAN BAKU BERDASARKAN HASIL EVALUASI DAN PEMILIHAN SUPPLIER DI.. PT ARMINDO