• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDAHULUAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 PENDAHULUAN

Sensor sinyal bunyi polisi tidur berbasis alat sensor ini dirancang melalui proses awal yaitu ketika sensor mengenai objek berupa gundukan polisi tidur, maka secara otomatis sensor mengolah keberadaan polisi tidur tersebut,( Kuncoro Mangunsubroto, 2015).

2.2 STRUKTUR DAN PRINSIP KERJA PHOTOTRANSISTOR 2.2.1 Struktur Phototransistor

Phototransistor dirancang khusus untuk aplikasi pendeteksian cahaya sehingga memiliki wilayah basis dan kolektor yang lebih besar dibanding dengan transistor normal umumnya. Bahan dasar phototransistor pada awalnya terbuat dari bahan semikonduktor seperti silikon dan germanium yang membentuk struktur homo-junction.

Namun seiring dengan perkembangannya, phototransistor saat ini lebih banyak menggunakan bahan semikonduktor seperti galium arsenide yang tergolong dalam kelompok semikonduktor III-V sehingga membentuk struktur hetero-junction yang memberikan efisiensi konversi lebih tinggi. Yang dimaksud dengan hetero-junction atau heterostructure adalah struktur yang menggunakan bahan yang berbeda pada kedua sisi persimpangan PN.

(2)

Gambar 2.1 Struktur Phototransistor

2.2.1 Prinsip Kerja Phototransistor

Infrared adalah ligth emiting dioda(LED)yang memancarkan cahaya infrared. LED adalah jenis semikonduktor p-n junctionyang bekerja pada kondisi forward bias, yang dapat memancarkan radiasi dalam daerah ultraviolet,visible(sinar tampak), dan infra merah pada spektrum elektromagnetic. Radiasi cahaya yang dihasilkan LED infrared ini sebanding dengan arus forward bias yang diberikan pada LED tersebut. LED infrared berfungsi untuk memancarkan cahaya elektomagnet kasat mata.

Photo Transistor adalah transistor yang dapat mengubah energi cahaya menjadi listrik dan memiliki penguat (gain) internal. Penguat internal yang terintegrasi ini menjadikan sensitivitas atau kepekaan phototransistor terhadap cahaya jauh lebih baik dari komponen pendeteksi cahaya lainnya seperti photo diode ataupun photo resistor. Cahaya yang diterima oleh phototransistor akan menimbulkan arus pada daerah basis-nya dan menghasilkan penguatan arus hingga ratusan kali bahkan beberapa ribu kali. Phototransistor juga merupakan komponen elektronika yang digolongkan sebagai transduser.

Phototransistor pada umumnya dikemas dalam bentuk transparan pada area dimana phototransistor tersebut menerima cahaya. Berikut ini adalah bentuk dan simbol phototransistor (Transistor Foto).

(3)

Gambar 2.2 Bentuk dan Simbol Photo Transistor

Cara kerja phototransistor atau transistor foto hampir sama dengan transistor normal pada umumnya, dimana arus pada basis transistor dikalikan untuk memberikan arus pada kolektor. Namun khusus untuk phototransistor, arus basis dikendalikan oleh jumlah cahaya atau inframerah yang diterimanya. Oleh karena itu, pada umumnya secara fisik phototransistor hanya memiliki dua kaki yaitu kolektor dan emitor sedangkan terminal basisnya berbentuk lensa yang berfungsi sebagai sensor pendeteksi cahaya. Pada prinsipnya, apabila terminal basis pada phototransistor menerima intensitas cahaya yang tinggi, maka arus yang mengalir dari kolektor ke emitor akan semakin besar.

Meskipun phototransistor memiliki berbagai kelebihan, namun bukan juga tanpa kelemahan. Berikut ini adalah beberapa kelebihan dan kelemahan phototransistor: Kelebihan phototransistor yaitu :

 Phototransistor menghasilkan arus yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan photo diode.

 Phototransistor relatif lebih murah, lebih sederhana dan lebih kecil sehingga mudah untuk diintegrasikan ke berbagai rangkaian elektronika.

 Phototransistor memiliki respon yang cepat dan mampu menghasilkan output yang hampir mendekati instan.

(4)

Sedangkan kekurangan dari phototransistor yaitu:

 Phototransistor yang terbuat dari silikon tidak dapat menangani tegangan yang melebihi 1000Volt

 Phototransistor sangat rentan terhadap lonjakan listrik yang mendadak (electric surge).

 Phototransistor tidak memungkin elektron bergerak sebebas perangkat lainnya (contoh: Tabung Elektron).

Phototransistor pada umumnya dikemas dalam bentuk transparan pada area dimana Phototransistor tersebut menerima cahaya.

2.3 PENGERTIAN POLISI TIDUR

Polisi Tidur atau perlambatan lalu lintas merupakan upaya yang dilakukan untuk memperlambat lalu lintas guna melindungi lingkungan sekitar serta meningkatkan keselamatan pengguna jalan,mengurangi kebisingan dan pencemaran udara. Perlambatan lalu lintas biasanya diterapkan didaerah perumahan, pusat perbelanjaan, dan jalan lingkungan. Pada umumnya polisi tidur berupa alat pembatas kecepatan yang berfungsi untuk membuat pengemudi kendaraan bermotor mengurangi kecepatan kendaraannya.

2.4 TUJUAN POLISI TIDUR

Tujuan utama pelambatan lalu lintas adalah:

1. Mereduksi atau mengurangi kecepatan kendaraan yang terlalu tinggi dalam arus lalu lintas

2. Menciptakan kondisi jalan yang berkeselamatan sehingga mendorong pengemudi

3. untuk menjalankan kendaraannya dengan hati-hati.

4. Mengalihkan kendaraan dan angkutan umum dari jalan raya menjadi lambat. 5. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi lingkungan.

6. Mengurangi angka kecelakaan terutama dikawasan yang banyak terdapat pejalan kaki, pesepeda, lingkungan pemukiman padat penduduk.

(5)

2.4.1 Teknik atau Cara Pelambatan Lalu Lintas:

1. Memberikan prioritas yang jelas kepada angkutan umum yang dilengkapi dengan fasilitas pemberhentian yang nyaman.

2. Mengurangi konflik antara kendaraan bermotor dengan kendaraan lainnya termasuk dengan kendaraan tidak bermotor.

3. Menurunkan kecepatan kendaraan dengan menggunakan rambu ataupun secara fisik, membatasi akses jalan ataupun akses bagi kendaraan tertentu.

4. Berorientasi kepada pejalan kaki, termasuk fasilitas pejalan kaki dan penyeberangan pejalan kaki yang nyaman untuk digunakan.

5. Memberikan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan dan menjadikan kawasan lebih nyaman untuk digunakan.

2.5 PERSYARATAN POLISI TIDUR

Menurut Keputusan Menteri Nomor 3 Tahun 1994 Tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan, pembuatan alat pembatas kecepatan dibutuhkan ijin dari pejabat yang berwenang, contohnya Kepala Daerah dengan ketentuan hanya boleh dibuat pada tempat-tempat tertentu saja.

2.5.1 Jalan di Lingkungan Pemukiman

Lingkungan pemukiman merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Lebih jelasnya lingkungan pemukiman atau sarana dasar yang utama bagi berfungsinya suatu lingkungan pemukiman adalah jaringan jalan untuk mobilitas orang dan angkutan barang, mencegah perambatan kebakaran serta untuk menciptakan ruang dan bangunan yang teratur, jaringan air bersih. Jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah untuk kesehatan lingkungan, serta jaringan saluran air hujan untuk pematusan (drainase) dan pencegahan banjir setempat, (Magister perencanaan pembangunan wilayah dan kota, Universitas Deponogoro, 2003).

(6)

2.5.2 Jalan Lokal yang Mempunyai Kelas jalan III

Menurut Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan perihal pengelompokan Jalan. Pengertian Jalan Kelas III adalah jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton, ( Departemen Perhubungan, Jakarta, 1994 ).

2.5.3 Pada jalan-jalan yang sedang Dilakukan Pekerjaan Konstruksi

Menurut Keputusan Menteri Nomor 3 Tahun 1994 Tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan, syarat pembuatan alat pembatas kecepatan yaitu:

Tabel 2.1 Syarat pembuatan alat pembatas kecepatan (Departemen Perhubungan,1994)

No Pembatas Kecepatan

1 Penempatan alat pembatas kecepatan dilakukan pada posisi melintang tegak lurus dengan jalur lalu lintas.

2 Lokasi dan pengulangan penempatan alat pembatasan kecepatan disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.

3 Penempatan alat pembatas kecepatan pada jalur lalu lintas dapat didahului dengan pemberian tanda dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas.

4 Penempatan alat pembatas kecepatan pada jalur lalu lintas harus diberi tanda berupa garis serong dari cat berwarna putih.

5 Pemasangan rambu dan pemberian tanda dimaksud digunakan untuk memberi peringatan kepada pengemudi kendaraan bermotor tentang adanya alat pembatas kecepatan di depannya.

(7)

6 Bentuk penampang melintang alat pembatas kecepatan menyerupai trapesium dan bagian yang menonjol di atas badan jalan maksimum 12 cm. Penampang tersebut di kedua sisi miringnya mempunyai kelandaian yang sama maksimum 15%. Lebar mendatar bagian atas, proporsional dengan bagian menonjol di atas badan jalan dan minimum 15 cm.

7 Alat Pembatas kecepatan dapat dibuat dengan menggunakan bahan yang sesuai dengan bahan dari badan jalan, karet, atau bahan lainnya yang mempunyai pengaruh serupa. Pemilihan bahan harus memperhatikan keselamatan pemakai jalan.

2.6 MACAM – MACAM POLISI TIDUR 2.6.1 Speed Hump

Speed hump atau biasa disebut dengan polisi tidur adalah bagian jalan yang ditinggikan berupa tambahan aspal,semen atau dengan bahan karet yang dipasang melintang di jalan untuk pertanda memperlambat laju/kecepatan kendaraan. Untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan bagi pengguna jalan ketingginya diatur dan apabila melalui jalan yang akan dilengkapi dengan rambu-rambu pemberitahuan terlebih dahulu mengenai adanya polisi tidur, khususnya pada malam hari.

Marka speed hump berupa garis serong berwarna putih atau kuning yang kontras sebagai pertanda,(Issue publication,2004). Dan dapat dilihat pada gambar 2.3.

(8)

2.6.2 Speed Hump

Kelebihan antara lain :

1. Memperlambat kecepatan lalu lintas, berkurang menjadi 5-10 km/jm di sekitar lokasispeed hump.

2. Kemungkinan adanya pengalihan arus lalu lintas jika pemukiman berdekatan dengan jalan arteri.

3. Memaksakan untuk ditarik (self-enforcing). 2.6.3 Speed Hump

Kekurangan antara lain:

1. Dalam kondisi darurat menimbulkan tundaan.

2. Kemungkinan terjadi pengaihan arus lalu lintas ke jalan pemukiman lain yang letaknya berdekatan.

3. Menimbulkan penambahan suara disekitar lokasi speed hump.

4. Tidak baik untuk kesehatan karena berkaitan beban dan berat tubuh bagian atas akan membuat ketidaknyaman pada struktur tubuh yang rendah dibagian punggung pada saat melintas.

2.7 SPEED TABLE

Speed Table merupakan salah satu alat pembatas kecepatan yang berbentuk gundukan datar dan lebih lebar daripada speed hump. Biasanya diletakkan di jalan-jalan kolektor atau jalan lokal dan juga di jalan-jalan utama dengan jumlah penduduk yang rendah.Speed table biasanya dibangun dengan batu bata atau bahan bertekstur lainnya pada bagian datar dan dapat dilihat pada gambar 2.4.

(9)

2.7.1 Kelebihan Speed Table

1. Lebih tepat pada kendaraan besar karena permukaan yang datar. 2. Efektif dalam mengurangi kecepatan.

3. Dapat di pindah dengan mudah. 4. Estetika yang kurang.

5. Meningkatkan kebisingan dan polusi udara disekitar speed table.

2.7.2 Rumble Surface

Rumble surface merupakanpermukaan jalan yang terbuat dari tekstur yang kasar dalam upaya menimbulkan ketidaknyamanan mengemudi, dan akan menjadi lebih buruk apabila kecepatan semakin tinggi. Beberapa jenisnya antara lain:

2.7.3 Rumble Strips

Rumble strip atau lebih dikenal dengan pita penggaduh adalah perlengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi untuk membuat pengemudi lebih meningkatkan kewaspadaan menjelang suatu bahaya. Pita penggaduh berupa bagian jalan yang sengaja dibuat tidak rata yang ditempatkan melintang jalan pada jarak yang berdekatan, sehingga bila mobil yang melaluinya akan diingatkan oleh getaran dan suara yang ditimbulkan bila dilalui oleh bankendaraan. Pita penggaduh biasanya ditempatkan menjelang perlintasan sebidang, menjelang sekolah, menjelang pintu tol atau tempat-tempat yang berbahaya bila berjalan terlalu cepat.

2.7.4 Standar Pita Penggaduh

1. Pita penggaduh dapat berupa suatu marka jalan atau bahan lain yang dipasang melintang jalur lalu lintas dengan ketebalan maksimum 4 cm.

2. Lebar pita penggaduh minimal 25 cm. 3. Jarak antara pita penggaduh minimal 50 cm.

(10)

4. Pita penggaduh yang dipasang sebelum perlintasan sebidang minimal 3 pita penggadu.

5. Pita penggaduh sebaiknya dibuat dengan bahan thermoplastik atau bahan yang mempunyai pengaruh yang setara yang dapat memengaruhi pengemudi.

2.7.5 Middle Rumble Strip

Merupakan pita penggaduh yang diletakkan secara memanjang dan dan berada di tengah badan jalan. Middle rumble strip berfungsi untuk memberitahukan kepada pengemudi bahwa mereka telah melewati batas badan jalan sehingga dengan otomatis akan menurunkan kecepatan dan kembali ke jalur semula dan dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Middle Rumble Strip (Imam Budy Prastiyo,2015) 2.7.6 Rumble Area

Dibuat dengan lebar yang lebih kecil dan 0,50 meter hingga 150 mm dan garis perkerasan yang kasar dibuat lebih tinggi sekitar 3 mm. Penempatan polisi tidurbiasanya dilakukan pada perpindahan dari ruas jalan dengan kecepatan tinggi ke ruas jalan dengan kecepatan yang lebih rendah. Apabila pengguna jalan melaluinya akan menyadari bahwa kecepatan kendaraan harus dikurangi. Sebagai contoh, mengemudikan kendaraan pada jalan bebas hambatan dengan kecepatan tinggi akan tetap merasakan kecepatan yang relatif lambat. Hal ini akan membahayakan pada saat pengguna jalan hendak keluar menuju jalan biasa. Untuk itu penempatan polisi

(11)

tidurdiperlukan untuk menyadari pengemudi dalam mengurangi kecepatan dan dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Rumble Area (Imam Budy Prastiyo,2015) 2.8 PULAU LALU LINTAS

Suatu pulau lalu lintas yang ditempatkan di median jalan pada tempat penyeberangan pejalan kaki. Berbagai bentuk pulau lalu lintas digunakan untuk memperlambat arus lalu lintas yang berjalan di kawasan tersebut. Bentuk-bentuk pulau lalu lintas yang biasa digunakanuntuk menghambat kecepatan dapat berupa:

1. Pulau di median yang berfungsi untuk memberikan ruang ditengah jalan sehingga pejalan kaki yang menyeberang dapat berhenti ditengah jalan sebelum melanjutkan menyeberang bila situasi telah memungkinkan untuk menyeberang, seperti ditunjukkan dalam gambar.

2. Pulau disisi kiri, kanan atau pada kedua sisi yang dimaksudkan untuk mempersempit ruang lalu lintas kendaraan yang berfungsi untuk mengurangi kecepatan lalu lintas. pulau seperti ini bisa di tempatkan di mulut persimpangan ataupun ditengah ruas jalan.

3. Kombinasi dari butir 1 dan butir 2 selain pulau ditengah juga ditempatkan pulau di pinggir sehingga keselamatan pejalan kaki yang menyeberang menjadi lebih tinggi lagi.

2.8.1 Chicane

Merupakan penyempitan badan jalan, dengan desain yang berbentuk kurva. Biasanya juga digunakan sebagai tempat parkir kendaraan dan lebih familiar di Negara-negara

(12)

Eropa. Tidak memberikan dampak apapun berkaitan dengan kecepatan dan volume kendaraan, tetapi sedikit memberikan dampak pada parkir dan akses bagi pengemudi kendaraan. Upaya ini ditempuh dalam melindungi kawasan perumahan atau kawasan yang ramai seperti daerah pertokoan dengan membuat jalan berkelok-kelok dan jalur jalan disempitkan sehingga kendaraan tidak dapat berjalan dengan cepat dan dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Chicane (Imam Budy Prastiyo,2015) 2.8.2 Kelebihan Chicanes

1. Chicanes mencegah kecepatan tinggi dengan memaksa defleksi horizontal. 2. Dapat dengan mudah dilalui kendaraan besar (seperti truk pemadam kebakaran )

kecuali di bawah berat kondisi lalu lintas.

2.8.3 Kekurangan Chicanes

1. Chicanes harus dirancang dengan cermat untuk mencegah pengemudi menyimpang dari jalur yang tepat.

2. Curb penyelarasan dan lansekap mahal , terutama jika ada masalah drainase, dan Chicanes mungkin memerlukan penghapusan beberapa dijalanan parkir.

(13)

2.8.4 Choker

Merupakan pengurangan lebar jalan biasanya di simpang empat, berbentuk setengah, sepertiga, atau seperempat lingkaran. Berfungsi untuk mengurangi jarak lintasan penyeberang jalan dan mengurangi kecepatan kendaraan. Biasanya digunakan di jalan-jalan local atau jalan-jalan kolektor, persimpangan pejalan-jalan kaki, jalan-jalan-jalan-jalan utama dengan komunitas penduduk yang relative sedikit, dan akan bekerja lebih baik jika disertai dengan pemasangan rambu-rambu seperti speed table dan median di dekat persimpangan.

2.8.5 Kelebihan Chokers

1. Chokers mudah dilewati oleh besar kendaraan.

2. Jika dirancang dengan baik, dapat memiliki positif dalam nilai estetika. 3. Mengurangi kecepatan dan volume.

2.8.6 Kekurangan Chokers

1. Kecepatan kendaraan dibatasi oleh tidak adanya vertikal atau horizontal defleksi.

2. Memerlukan sepeda secara singkat bergabung dengan lalu lintas kendaraan. 3. Memerlukan penghapusan beberapa dijalanan parkir.

2.8.7 Polisi Tidur

Mengatakan bahwa Polisi tidur umumnya mempunyai ukuran dengan tinggi 7,5 cm sampai 15 cm dan lebar 30-90 cm. Kendaraan yang melewati Polisi tidur ini memiliki kecepatan kendaraan kurang lebih 8 km/jam (5 mph). Di samping itu Polisi tidur dapat mengendalikan/mengurangi kecepatan kendaraan. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan/tabrakan antara pengemudi yang satu dengan yang lain atau bahkan antara pejalan kaki dengan pengemudi kendaraan, dan lain-lain, (R. Marshall Elizer Jr, 1993). Polisi tidur yang berada di lokasi penelitian yaitu di Jalan Sumbing mempunyai ukuran dengan tinggi 15 cm dan lebar 52

(14)

cm. Masyarakat disekitar Jalan Sumbing, mengatakan bahwa dengan penggunaan Polisi tidur dapat sedikit mengurangi/mengendalikan kecepatan kendaraan. Polisi tidur yang terpasang sudah lama ada kurang lebih 3 tahun. Pemasangan Polisi tidur ini dikarenakan kondisi jalan yang naik/turun yang mengakibatkan kecepatan kendaraan bertambah, sehingga bertujuan untuk mengendalikan kecepatan kendaraan bagi para pengemudi. Ada beberapa macam solusi yang dapat mengurangi/mengendalikan kecepatan kendaraan selain menggunakan Polisi tidur, di antaranya adalah Polisi tidur umumnya memiliki ukuran dengan tinggi 7,5 cm sampai 10 cm dan lebar 3,6 m. Secara umum Polisi tidurdapat memberikan resiko / masalah yang lebih kecil dalam mengendalikan kecepatan kendaraan dibanding dengan Polisi tidur. Kendaraan yang melewati Polisi tidur ini memiliki kecepatan kendaraan antara 24 km/jam(20 mph) sampai 40 km/jam (25 mph), (Elizer,1993). Gambar 1. secara umum dapat dikemukakan bahwa Polisi tidur mempunyai kecepatan akhir yang lebih kecil dari pada kecepatan akhir Polisi tidur karena Polisi tidur memiliki kecepatan kendaraan kurang lebih 8 km/jam dan Polisi tidur memiliki kecepatan kendaraan antara 24km/jam sampai 40 km/jam, (Elizer,1993). Polisi tidur menunjukkan peringatan kepada para pengendara bermotor untuk mengurangi / mengendalikan kecepatan kendaraan yang terlalu tinggi.Sedangkan resiko / masalah kerusakan kendaraan baik ringan ataupun berat akan terjadi pada saat kendaraan melewati Polisi tidur dengan kecepatan tinggi dibanding dengan Polisi tidur.

Di samping itu, dilihat dari bentuk dan ukurannya Polisi tidur memang sangat berbeda dengan Polisi tidur. Gambar 1. Perbedaaan Pemasangan Polisi tidur, (Elizer,1993). White Ceramic Buttons memiliki diameter 10 cm dengan tingginya 2 cm, (Elizer,1993). White Ceramic Buttons dipilih untuk memberikan isyarat penglihatan bagi para pengendara kendaraan bermotor, (Cynechi dkk ,1993). Pada gambar 2. Menunjukkan bahwa jarak antara White Ceramic Buttonsadalah 0,3 m (1ft) dan 0,6 m (2 ft). Gambar 3. menunjukkan bahwa White Ceramic Buttons merupakan tanda peringatan sebelum zebra cross, di mana zebra cross merupakan tempat penyeberangan pejalan kaki. Di samping White Ceramic Buttons juga terdapat rambu yang merupakan tanda peringatan sebelum zebra cross. Fungsi dari rambu yang terletak di kanan dan kiri jalan merupakan tanda peringatan jarak jauh bagi para pengendara kendaraan bermotor sebelum zebra cross supaya dapat mengurangi / mengendalikan kecepatan kendaraan dan dapat dilihat pada gambar 2.8, (Cynechi dkk ,1993).

(15)

Gambar 2.8White Ceramic Buttons (Cynecki dkk,1993) 2.8.8 Dampak Positif dan Negative Polisi Tidur

Keberadaan polisi tidur yang tak tidur ini sebenarnya sudah sama sama kita ketahui mempunyai dampak positif dan negatifnya. Kendaraan yang melewati jalan ini akan hati hati/pelan pelan adalah tujuan utamanya atau dampak positifnya. Sedangkan dampak negatifnya adalah apabila polisi tidur ini dibuat sedemikian rupa, seperti terlalu vertikal, terlalu besar, kasar dan asal jadi maka akan membuat kendaraan yang melewatinya susah, jalan jadi cepat rusak dan di jalan yang mobilitasnya tinggi akan menimbulkan kemacetan/antrian.

Belum lagi keluhan dari para ibu hamil, orang sakit yang pergi berobat melewati jalan itu, dan berbagai umpatan dari orang yang emosional. Pada intinya hal ini sangat mengganggu sekali bagi para pengguna jalan.

(16)

2.8.9 Pengertian Kecepatan

Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh kendaraan dibagi waktu tempuh. Biasanya dinyatakan dalam kilometer per jam (km/jam). Kecepatan ini menggambarkan nilai gerak dari kendaraan.Perencanaan jalan yang baik harus berdasarkan kecepatan yang dipilih dari keyakinan bahwa kecepatan tersebut sesuai dengan kondisi dan fungsi jalan yang diharapkan,(Hobbs,F.D.1995). Menyatakan bahwa, kecepatan umumnya dibagi tiga jenis yaitu :

1. Kecepatan setempat (spot speed) adalah kecepatan kendaraan pada suatu saat diukur dari suatu tempat yang ditentukan.

2. Kecepatan bergerak (running speed) adalah kecepatan kendaraan rata-rata pada suatu jalur pada saat kendaraan bergerak dan didapat dengan membagi panjang jalur dibagi dengan lama waktu kendaraan bergerak menempuh jalur tersebut.

3. Kecepatan perjalanan (journey speed) adalah kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat, dan merupakan jarak antara dua tempat dibagi dengan lama waktu bagi kendaraan untuk menyelesaikan perjalanan antara dua tempat tersebut, dengan lama waktu 18 menit ini mencakup setiap waktu berhenti yang ditimbulkan oleh hambatan (penundaan) lalu lintas dalam km,(Winarto dan B. Hudaya 1981). Untuk menetukan alarm atau indikator phototransistor menyala pada jarak polisi tidur maka diperlukan rumus kecepatan yaitu sebagai berikut:

2.9 RUMUS PERCEPATAN S = V0 x t Diketahui: S = Jarak Tempuh V0 = Jarak Mula-mula t = Waktu

(17)

2.10 KOMPONEN – KOMPONEN SENSOR 2.10.1 Pengertian Sensor

Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu. Hampir seluruh peralatan elektronik yang ada mempunyai sensor didalamnya, pada saat ini sensor tersebut telah dibuat dengan ukuran sangat kecil. Ukuran yang sangat kecil ini sangat memudahkan pemakaian dan menghemat energi. Sensor merupakan bagian dari transducer yang berfungsi untuk melakukan sensing atau “merasakan dan menangkap” adanya perubahan energi eksternal yang akan masuk ke bagian input transducer, sehingga perubahan kapasitas energi yang ditangkap segera dikirim kepada bagian kovertor dari transducer untuk dirubah menjadi energi listrik. Sistem kontrol saat ini telah berkembang menuju suatu sistem yang terintegrasi dimana setiap subsitem tunggal adalah bagian yang berbeda dari unit yang sama pengukuran dibuat oleh

sensor,(Toyibu,2003).

2.10.2 Sensor Suhu

Alat yang digunakan untuk merubah besaran panas menjadi besaran listrik. Ada beberapa metode yang digunakan untuk membuat sensor ini, salah satunya dengan cara menggunakan material yang berubah hambatanya terhadap arus listrik sesuai dengan suhunya dan dapat dilihat pada gambar 2.9.

(18)

2.10.3 Sensor Suhu

Alat yang digunakan untuk merubah besaran panas menjadi besaran listrik. Ada beberapa metode yang digunakan untuk membuat sensor ini, salah satunya dengan cara menggunakan material yang berubah hambatanya terhadap arus listrik sesuai dengan suhunya dan dapat dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Sensor Suhu

2.10.4 Sensor Cahaya

Alat yang digunakan untuk merubah besaran cahaya menjadi besaran listrik. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengubah energi foton menjadi elektron. Seperti namanya sensor ini digunakan terhadap- objek-objek yang memiliki bentuk warna atau cahaya, yang diubah menjadi daya yang berbeda-beda dan dapat dilihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.10 Sensor Cahaya

2.10.5 Sensor Tekanan

Sensor tekanan memiliki transducer yang mengukur ketegangan kawat, dimana mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaanya pada perubahan tahanan pengantar yang berubah akibat perubahan panjang dan luas penampangnya dan dapat dilihat pada gambar 2.11.

(19)

Gambar 2.11 Sensor Tekanan

2.10.6 Sensor Proximity

Sensor proximity atau yang disebut “sensor jarak” adalah sebuah sensor yang mampu mendeteksi keberadaaan benda yang berada didekatnya tanpa melakukan kontak fisik secara langsung. Biasanya sensor ini terdiri dari alat elektronis solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan dan dapat dilihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Sensor Proximity

2.10.7 Sensor Ultrasonik

Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan perbedaan waktu sebagai dasar penginderaanya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Sensor ultrasonik hanya dapat mengukur pada bidang pantul dengan kemiringan maksimal 20 derajat pada rentang 60 sampai 200 cm. Kemiringan maksimal ini berkurang sampai 0 derajat pada tinngi 400 cm dan dapat dilihat pada gambar 2.13,(U.M.Zaeny,2006).

(20)

Gambar 2.13 Sensor Ultrasonik

2.10.8 Sensor Magnet

Sensor magnet atau disebut relay buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan magner dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam benuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun uap dan dapat dilihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14 Sensor Magnet

2.10.9 Sensor Kecepatan (RPM)

Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor, dimana suatu poros/object yang berputar pada suatu generator akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi dan dapat dilihat pada gambar 2.15.

(21)

2.10.10 Sensor Penyandi (Encoder)

Sensor penyandi (encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi. Yaitu penyandi rotari tambahan yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar dan penyandi absolut mempunyai cara kerja yang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan sehingga suatu pengkodean dalam susunan tertentu.

Tuntunan untuk memeriksa komposisi gas buang untuk membatasi polusi lalu lintas perkotaan dan untuk mengurangi konsumsi memaksa penerapan sistem kontrol mesin elektronik. Sistem kontrol elektronik termasuk sistem terpisah memeriksa pasokan waktu, pengapian dan resirkulasi gas buang. Sistem kontrol ini telah berkembang menuju suatu sistem yang teritegrasi dimana setiap subsistem tunggal adalah bagian yang berbeda dari unti yang sama, pengukuran dibuat oleh sensor mewakili input dari jenis sistem. adalah dapat dilihat pada table 2.3 dan gambar 2.16, (Toyibu,2003).

1. Kuantitas aliran udara, kecepatan poros penggerak, posisi sudut poros penggerak

2. Konsentrasi oksigen di gas buang, suhu pendingin 3. Posisi katup throttle

(22)

2.10.11 Tranducer

Tranducer adalah alat yang berfungsi untuk mengubah suatu bentuk energi tertentu ke dalam bentuk energi lain, dalam hal ini biasanya selalu diubah kedalam bentuk energi listrik. Alasan mengapa energi listrik yang berupa arus atau tegangan listrik ini merupakan pilihan yang paling banyak digunakan antara lain :

1. Energi listrik paling mudah untuk dimanipulasi, artinya mudah diatur dan dirubah baik dari segi bentuknya, frekuensinya maupun kegunaanya.

2. Energi listrik mudah disimpan atau jika dalam bentuk analog akan di simpan dalam baterai dan jika bentuknya adalah digital akan disimpan dalam memori. Peningkatan otomatisasi jalan kendaraan adalah melalui penerapan sistem sensor untuk pengendalian komponen kendaraan dan subsistem.sensor cocok untuk mengontrol dan melakukan diagnostik sistem,pengembangan sesnsor baru murah,handal dan direncanakan digunakan dalam bidang mobil telah dibut diperlukan untuk kemajuan dalam teknologi,(Toyibu,2003).

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Phototransistor  2.2.1  Prinsip Kerja Phototransistor
Gambar 2.2 Bentuk dan Simbol Photo Transistor
Tabel 2.1 Syarat pembuatan alat pembatas kecepatan (Departemen Perhubungan,1994)
Gambar 2.3 Speed Hump (Imam Budy Prastiyo,2015)
+7

Referensi

Dokumen terkait

kewenangan pemerintah daerah dalam pengelolaan izin usaha pertambangan di kabupaten Minahasa Utara tidak lepas dari pemberlakuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

Induksi kalus pada budi daya jaringan daun ulin ditentukan oleh konsentrasi sukrosa dan zat pengatur tumbuh 2,4 D pada medium. Kombinasi sukrosa 30 gr/l dan 2,4 D 2,0 mg/l

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu

Sedangkan variabel independen meliputi: Rasio sarana kesehatan dengan jumlah penduduk (X1), Persentase persalinan yang dilakukan dengan bantuan medis (X2), Rata-rata

Oleh itu penulis memilih tiga model untuk dibincangkan dalam penulisan ini kerana ia sering digunakan dalam penilaian kurikulum dalam konteks pendidikan di Malaysia iaitu

Hasil penelitian menunjukkan dalam Kumpulan Cerpen Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali karya Helvy Tiana Rosa bahwa (1) pengakuan ketergantungan tokoh pada Allah diungkapkan

Nilai yang telah didapat dikelaskan dengan kalsifikasi usaha pengembangan objek wisata alam, maka kawasan air Riam Asam Telogah memiliki daya tarik areal yang bernila Baik (A)

Model Contextual Teaching and Learning dengan media video pembelajaran memiliki langkah-langkah yang mendukung kerberhasilan dan ketercapaian pembelajaran antara lain