• Tidak ada hasil yang ditemukan

Esuriun: Nilai Budaya Orang Bati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Esuriun: Nilai Budaya Orang Bati"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Esuriun

: Nilai Budaya Orang Bati

Makna

Esuriun

Esuriun Orang Bati merupakan basis nilai bagi kelangsungan hidup (survive) Orang Bati. Begitu pentingnya Esuriun Orang Bati yang diyakini kebenarannya pada pemilik kebudayaan Bati sehingga dalam kehidupan keseharian nilai tersebut senantiasa dilindungi secara baik, dan terus dilestarikan pada generasi penerus. Esuriun merupakan nilai yang sangat penting dan sakral dalam kehidupan Orang Bati yang berasal dari dua suku kata yaitu Esu artinya hutan dan Riun artinya ribuan atau beribu-ribu. Jadi Esuriun artinya manusia hutan atau manusia gunung (mancia atayesu) yang turun dari gunung beribu-ribu pada masa lampau.

Penamaan Esuriun Orang Bati sebenarnya terkait dengan kisah atau peristiwa (sejarah) turunnya leluhur Orang Bati dari Gunung Bati pada lokasi kediaman mereka yang bernama Samos (tempat kering pertama yang dijumpai) di Pulau Seram yang dihuni oleh keturunan Manusia Awal (Alifuru) yang menyebut diri sebagai Alifuru Bati atau Orang Bati. Mereka turun dari Gunung Bati untuk menempati wilayah kekuasaan (watas nakuasa) sesuai sistem pembagian wilayah suku dan wilayah kekuasaan milik marga (etar) dikemukakan sebagai berikut:

Nilai budaya Esuriun Orang Bati, kita abus-abus.Esuriun abus-abus, tetapi kamu kumadudu walaa lua, kamu kamian tua adat esuriun”. Artinya basis nilai budaya Orang Bati ini dari adat Esuriun. Jadi Esuriun ini Bati sudah, baik yang tinggal di pantai, di gunung di mana semua berasal dari situ1

Esuriun di Tanah Bati telah memberikan makna yang bernilai sangat tinggi dalam kehidupan Orang Bati. Nilai Esuriun Orang Bati

).

1)Wawancara dengan bapak SaRum (64 Tahun) Tokoh Agama di Dusun Rumbou (Bati

(2)

yang dianut oleh individual maupun kelompok sosial senantiasa berada pada tempat teratas dalam kehidupan Orang Bati. Jadi nilai-nilai dasar yang mengatur kehidupan bermasyarakat di kalangan Orang Bati senantiasa berpedoman pada Esuriun Orang Bati adalah bagian dari idealisme Orang Bati yang mereka persepsikan benar. Dalam pandang-an Orpandang-ang Bati bahwa, nilai Esuriun Orang Bati yang mendasari seluruh aspek kehidupan adalah dunia mereka sehari-hari untuk mewujudkan diri sebagai “Manusia Bati” sebagai amanat yang telah ditinggalkan oleh leluhur pada mereka sebagai generasi penerus.

Hakikat

Esuriun

Orang Bati Sebagai Nilai Budaya

Esuriun Orang Bati memiliki basis aktual pada tradisi, aturan-aturan adat yang disepakti bersama, dan berfungsi sebagai elemen dasar untuk membangun kehidupan Orang Bati. Secara kontekstual, adat-istiadat telah disepakati dalam Esuriun Orang Bati sehingga sub-stansinya terus teraktualisasi dalam lingkungan pergaulan mereka me-lalui adat atau kebiasaan (costum or habit). Tradisi tidak dapat di-bayangkan tanpa para penjaganya, karena penjaga memiliki hak istimewa untuk masuk ke dalam kebenaran berdasarkan perspektif orang dalam, dan kebenaran tidak dapat dibuktikan tanpa penafsiran dan praktik para penjaga. Hakikat nilai Esuriun Orang Bati sebagai nilai dasar (basic value) dikemukakan bahwa:

Esuriun oi kamu lemai Mancia Batu, Esuriun lahir tua hidup memamam si womai batu. Mamobar esuriun berarti mamobar Mancia Batu. Artinya Esuriun adalah kami Orang Bati dari sana. Esuriun ini lahir dengan kehidupan Alifuru Bati. Menyangkal Esuriun berarti menyangkal Orang Bati itu ada2

Artinya, menjadi Orang Bati yang punya jati diri berarti sebagai orang-orang Esuriun. Sebab nilai dasar yang terdapat dalam adat

Esuriun merupakan awal kehidupan dari Orang Bati ketika berada di Samos sekitar Gunung Bati. Nilai dasar yang terdapat dalam Esuriun

).

2)Wawancara dengan bapak AKil (68 Tahun) Kepala Dusun Bati Kilusi (Bati Awal),

(3)

Orang Bati bersumber dari pemahaman mengenai relasi saling menjaga, melindungi hak milik Orang Bati dan salah satunya adalah harga diri kemudian menjadi hulu dan muara di mana tradisi, adat, budaya, dan sebagainya bersumber dari Esuriun. Begitu kuatnya nilai dasar yang terdapat dalam Esuriun Orang Bati sehingga proses pembentukan tradisi Bati dapat dikatakan sebagai titik awal dari Orang Bati secara individu maupun kelompok memulai kehidupan yang menurut pendukung tradisi, adat, dan kebudayaan Bati sendiri bahwa kandung-an nilai yang terdapat dalam Esuriun Orang Bati adalah sakral dan selama ini menjadi mata-rantai yang sangat penting sehingga berfungsi dan berperan sebagai tali pengikat integrasi di kalangan Orang Bati.

Bertolak dari perspektif tentang nilai Esuriun Orang Bati, kini dapat dimengerti dan dipahami secara benar bahwa tidak semua hal yang mereka jalani adalah tradisional. Semua ini dapat dimaknai sebagai bentuk kearifan lokal (local wisdom) yang berkembang me-nurut pengetahuan lokal (local knowledge) sehingga berwujud sebuah ketrampilan sosial. Artinya ketrampilan tersebut tetap memiliki basis pada nilai (value) sebagai pembentuk karakter Orang Bati ketika beradaptasi dengan suatu lingkungan. Dikemukakan oleh Orang Bati yaitu:

Esuriun eya diwar karena kita abus-abus ta sadar tua nini hali kakal siki roina tua nini tana kita fun nini, karena kita abus-abus dadi woi so. Hali kakal siki roina oi nai, supaya kita abus-sbus kuat. Artinya, Esuriun ini muncul karena kesadaran untuk hidup bersama sebagai orang basudara dalam wilayah milik masing-masing marga yang berada pada mata-rantai orang basudara berarti kita semua menjadi kuat3

Melalui pengetahuan lokal yang diperoleh dari leluhur Orang Bati mengenai Esuriun, berarti kesadaran untuk menjaga, melindungi nilai dasar tersebut untuk kelangsungan hidup menjadi tanggung jawab bersama, baik itu individu maupun kelompok. Kesadaran tersebut

).

3)Wawancara dengan bapak SaRum (64 Tahun) Tokoh Agama Dusun Rumbou (Bati

(4)

dimaksudkan untuk menegaskan eksistensi Orang Bati sehingga menjadi kharismatik pada lingkungan sendiri dan menjadi khariskatuk di mata kelompok luar. Peran nilai Esuriun Orang Bati untuk ke-berlanjutan hidup komunitas merupakan fenomena yang meng-asumsikan makna dari rekapitulasi dan reinterpertasi terhadap ke-hidupan yang sangat hakiki yaitu keberlanjutan. Hal ini dikemukakan lebih lanjut yaitu:

Esuriun oi tradisia tua adatta nai Mancia Batu, tua ni aturana abus-abus nai mamo so abus io dafal nai esuriun, karna aturan eya bomai tata nusu si awal udaman lua. Artinya, Esuriun membentuk tradisi dan adat-istiadat Orang Bati. Semua aturan yang berlaku senantiasa bersumber pada Esuriun, karena itu kesepakatan yang dilalukan oleh leluhur sejak awal4

Apapun kondisi yang sedang dijalani oleh Orang Bati saat ini, tetapi adaptasi telah memainkan peran penting untuk membentuk identitas mereka sebagai Orang Bati. Nilai budaya Esuriun telah mam-pu berperan sebagai pembentuk jati diri dan karakter Orang Bati yang memandang orang lain adalah bagian dari kehidupan manusia yang punya eksistensi dan harga diri. Secara sosial dalam nilai Esuriun, telah

).

Perpaduan antara adat-istiadat-nilai yang terdapat dalam Esuriun

Orang Bati untuk menjelaskan tentang potret nyata Orang Bati sebagai manusia maupun sukubangsa yang telah menjalani kehidupan ber-masyarakat mengenai apa sesungguhnya yang nyata, dan apa se-sungguhnya dibayangkan. Tetapi kita telah memasuki wilayah yang dalam ketika suatu perspektif diinterpretasi menurut selera, tanpa didukung oleh pembuktian secara empirik. Sebagai penerus tradisi, adat-istiadat, dan kebudayaan Bati, maka hal ini sifatnya kekal dan tidak pernah punah. Bahkan kekuatan yang dimiliki oleh Orang Bati sendiri untuk melestarikan tradisi, adat-istiadat, dan kebudayaan telah menyatu dengan lingkungan hidup keseharian.

4)Wawancara dengan bapak AKil (68 Tahun) Kepala Dusun Bati Kilusi (Bati Awal),

(5)

melahirkan falsafah kebersamaan atau falsafah hidup roina kalal5

Esuriunoi kamu Mancia Batu mamu diri ta oi, dadi sei namau na sefa Mancia Batu famoy naluk Esuriun fua. Esuriun ini katong Orang Bati punya jiwa sudah. Jadi kalau mau mengenal Orang Bati harus mengetahui Esuriun”

)

seperti dikemukakan bahwa:

6

Kamu kaluh adat esuriun ne karena kamu kafaton tana wanu wea. Tata nusu dalam kamu kua walaa sewida dijaga

).

Sumber Nilai

Esuriun

Telah dikemukakan bahwa sumber nilai Esuriun sesungguhnya berada pada diri Orang Bati atau ada dalam nurani atau ”batin” setiap manusia (Orang Bati). Dikatakan batin manusia sebagai sumber nilai karena batin manusia berperan sebagai penumbuh nilai yang utama. Untuk mencapai keseimbangan nilai atau keseimbangan antara ucapan dan perbuatan, maka nurani manusia memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam membentuk karakter manusia. Menurut pendapat yang dikemukakan Orang Bati bahwa:

5)Makna dari Roina Kakal atau Orang Basudara. Dalam perspektif Orang Bati, kata

basudara berakar pada dua suku kata yaitu Basu dan dara. Dalam bahasa Melayu

Ambon, kata basu berarti cuci atau mencuci atau membersihkan. Kata dara yaitu

“darah” manusia. Maknanya yaitu darah manusia yang kotor sering menimbulkan cara berpikir yang tidak sehat sehingga menimbulkan konflik atau pertentangan, kekerasaan, dan sebagainya harus dibersihkan. Selain itu juga orang yang bisa mem-bersihkan darah seorang ibu yang baru melahirkan yaitu orang yang memiliki

hu-bungan kerabat dekat, dan dipahami sebagai Orang Basudara yang bisa saja Orang

Gandong atau Orang Sekandung atau Orang yang Berasal Dari Satu Rahim Ibu. Dalam persepsi Orang Seram (Orang Bati), ketika seorang ibu yang melahirkan, maka bekas darah hanya boleh dibersihkan oleh orang yang memiliki hubungan darah yang dekat dengan pihak bapak atau ibu. Orang yang tidak memiliki hubungan darah yang dekat tidak boleh membersihakan darah dari seorang ibu yang melahirkan karena itu adalah

pamali. Orang Seram atau Alifuru Seram ini memahami dan memaknai Nusa Ina atau Pulau Ibu, maka disitulah tempat ibu yang mengandung, melahirkan, dan mem-besarkan semua anak-anaknya. Untuk itu kedudukan seorang ibu (perempuan) di mata

Orang Bati sangat penting karena ibu (nina) menurut pemahaman Orang Bati

se-nantiasa hidup dengan mereka sepanjang masa yang mereka maknai sebagai Tata Nusu

Si. Konsep Orang Basudara (Roina Kakal) yang dimaksud dalam tulisan ini menurut

pemaknaan yang diberikan oleh Orang Bati tidak sama dengan bersaudara, karena

basudara lebih bersifat genealogis, tetapi bersaudara belum tentu genealogis.

6)Wawancara dengan bapak AKil (68 Tahun) Kepala Dusun Bati Kilusi (Bati Awal),

(6)

dabangatnai. Kita nilai hidup basuwa talua, hidup awa bo suata lua. Artinya, paham adat esuriun berarti faham sudah mengenai adat Orang Bati. Sebab leluhur melakukan esuriun untuk me-magari (pagar) seluruh hak milik Orang Bati sesuai pembagian yang telah dilakukan sejak zaman leluhur mendiami gunung. Penyebaran Orang Bati melalui esuriun untuk kami bisa bertahan hidup7

Anak, tata si, kumu harus majaga, malangal Esuriun, karena Esuriun oi nini anak tata bomai Alifuru Nina mabobar ngasan Mancia Batu bomai habom lua. Artinya, generasi penerus Esuriun wajib menjaga, melindungi nilai dasar yang mengikat anak cici keturunan Alifuru atau Alifuru Ina untuk menunjukkan jati diri sebagai Orang Bati yang sebenarnya

).

Jadi memahami adat Esuriun merupakan keseimbangan antara nurani manusia dan ratio atau pikiran membuat setiap Orang Bati untuk bertindak menurut cara, norma, aturan yang disepakati bersama. Apabila terjadi dominasi antara satu terhadap yang lain, dipastikan bahwa nilai tersebut tidak dapat mencapai taraf kesempurnaan. Orang Bati sebagai penganut nilai Esuriun telah membuat garis batas (demarkasi) untuk melakukan tindakan nyata antara apa yang boleh dilakukan dan apa yang sesungguhnya tidak boleh dilakukan. Realitas ini merupakan bentuk dari kearifan yang dipelajari dari satu generasi ke generasi berikut. Sumber nilai ini terus mengalami proses sosialisasi sehingga melembaga dalam pelaksanaan adat, kebudayaan dari generasi pewaris Esuriun Orang Bati. Nilai dasar tersebut belum mengalami perubahan sampai saat ini seperti dikemukakan bahwa:

8

Kemunculan nilai Esuriun tidak mendadak, tetapi melalui proses yang panjang. Dalam lingkungan Orang Bati, nilai sebagai suatu keyakinan yang teraktualisasi dalam sistem budaya berperan mengatur

).

Kemunculan Nilai

Esuriun

7)Wawancara dengan bapak SaRum (64 Tahun) Tokoh Agama dan adat Dusun Rumbou

(Bati Tengah), Negri Kian Darat, pada tanggal 22 November 2010.

8)Wawancara dengan bapak SeSia (73 Tahun) tokoh Adat Dusun Rumbou (Bati

(7)

pergaulan hidup, norma sosial, adat-istiadat, kebudayaan dan lainnya yang terus mengalami sosialisasi. Semua yang berkaitan dengan nilai yang berperan dalam kehidupan Orang Bati muncul berdasarkan pengalaman hidup yang dijalani secara bersama.

Dalam realitasnya, proses sosialisasi nilai Esuriun di Tana (Tanah) Bati telah mencapai tahap pelembagaan (institusionalisasi) dan berada dalam suatu sistem. Sistem ini telah bekerja secara sempurna dan menjadi pengarah dalam menata kehidupan bermasyarakat. Nilai

Esuriun yang telah mengalami proses institusionalisasi telah berperan mengatur roda kehidupan manusia maupun masyarakat Bati. Nilai sebagai standar yang menentukan hubungan seseorang dengan dirinya.

Hakikat Nilai

Esuriun

Orang Bati dengan Lingkungan

Wujud nilai Esuriun dapat dilihat pada perilaku dari manusia maupun masyarakat Bati melalui tindakan nyata, baik pada diri sendiri, terhadap orang lain, maupun lingkungan. Orang Bati beranggapan bahwa, nilai ini hakikatnya adalah ”Niat” untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu hal terhadap diri sendiri maupun orang lain. Niat merupakan kunci kehidupan yang sangat penting untuk memahami Dunia Esuriun Orang Bati yang memiliki basis kultural seperti dikemukakan bahwa:

Bomai nilai Esuriun oi abus-abus bomay fabom sampai nai tutu e nabadein dai tei. Artinya, Hakikat nilai Esuriun adalah total, dan tidak pernah lapuk oleh waktu9

Dalam perspektif Orang Bati, apabila manusia memilik niat yang satu untuk menjadi tujuan, berarti manusia tidak bakal menjadi pembohong pada dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab nilai yang dianut oleh manusia bersumber dari batin, kemudian dikonstruksi melalui pikiran yang logik (ide) yang diwujudkan melalui perilaku ketika berlangsungnya interaksi sosial dengan lingkungan internal

).

9)Wawancara dengan bapak DahSi (62 Tahun) Tokoh Agama di Dusun Bati Kilusi (Bati

(8)

maupun lingkungan eksternal. Hal itu adalah hakikat Batti yang se-sungguhnya ingin diwujudkan yaitu ”hati manusia yang bersih atau batin yang bersih”.

Bagi generasi penerus tradisi Bati dalam menjalani kehidupan mereka secara individual maupun sosial, dan lingkungannya, ternyata nilai Esuriun merupakan hal yang sangat penting dalam sistem hidup bersama. Nilai Esuriun berhubungan dengan pandangan tentang dunia mereka sendiri. Nilai dasar tentang Esuriun teraktualisasi melalui adat-istiadat dan kebudayaan masyarakat Bati dilakukan melalui upacara-upacara adat penting di Tana (Tanah) Bati. Tradisi Esuriun berkaitan dengan upacara adat yang sangat sakral bagi Orang Bati di Tana (Tanah) Bati, dan memiliki nilai sangat dalam bagi kelangsungan hidup Orang Bati, karena itu merupakan kosmos bagi mereka sebagai Orang Bati.

Makna Nilai

Esuriun

Orang Bati bagi Sesama Orang Bati

Peristiwa turunnya Alifuru dari Gunung Bati yang dinamakan

Esuriun, sampai saat ini (setiap tahun) Orang Bati melakukan upacara adat untuk mengenang kembali peristiwa yang dilakukan oleh leluhur mereka pada masa lampau. Seluruh persiapan sampai dengan pe-laksanaan upacara adat Esuriun dipusatkan di Kampung atau Dusun Rumbou atau Bati Tengah. Mengapa Esuriun dikatakan sebagai nilai budaya Orang Bati? Nilai dasar yang terkandung dalam Esuriun telah mengintegrasikan kehidupan Orang Bati dalam suatu ikatan teritorial

genealogis atau wilayah orang basudara (roina kakal) dengan batas-batas wilayah kekuasan milik marga (etar) yang terdapat dalam wilayah kekuasan (watas nakuasa) dari Orang Bati atau suku Bati se-bagai kesatuan dalam teritorial genealogis atau wilayah orang basudara (roina kakal).

Dalam ungkapan khasnya yaitu mereka hidup sebagai roina kakal. Ungkapan ini sesungguhnya memiliki makna genealogis yang sangat dalam karena mengatur relasi sosial berdasarkan hubungan darah untuk mempertegas eksistensi masing-masing individu maupun

(9)

kelompok sebagai orang satu asal. Ketika melaksanakan Esuriun Orang Bati pada masa lampau sebagai kisah penting pada generasi pewaris tradisi Bati maupun bagi orang lain yang menyaksikan peristiwa tersebut. Orang di Pulau Geser mengisahkan bahwa tradisi Esuriun

Orang Bati yang ditunjukan dalam upacara adat, ternyata sangat menakutkan atau menyeramkan. Artinya peristiwa adat yang dilakukan Orang Bati di Tana (Tanah) Bati atau Tanah Besar, yaitu mengingatkan mereka semua tentang situasi yang menakutkan atau menyeramkan (Ceram atau Seram) ini kemudian disebarluaskan ke-pada penduduk yang mendiami daerah sekitarnya maupun penduduk yang mendiami Pulau Ambon, Haruku, Saparua, Nusa Laut, Seram, dan lainnya bahwa Alifuru yang turun dari Gunung Bati itu adalah Ceram atau Seram. Sebutan ini terus berkembang sehingga muncul nama Ceram atau Seram.

Kamu Mancia Batu, Esuriun oe mamu budaya dadi bomai nilai budaya oi le, dua nai kamu sampai nai anak tata si eya. Artinya, Bagi Orang Bati, Esuriun merupakan kebudayaan sehingga nilainya selalu diwariskan secara turun-temurun bagi generasi penerus10

Sampai saat ini dunia Orang Bati di mata orang luar seperti Orang Ambon, Geser, Gorom, dan lainnya berkembang anggapan bahwa dunia Orang Bati adalah dunia yang penuh dengan situasi yang

).

Esuriun

Orang Bati di Mata Orang Luar

Bagi orang luar (Orang Maluku) masih beranggapan bahwa sebutan Bati adalah tabu. Dunia Orang Bati sampai saat ini dianggap oleh orang luar sebagai dunia yang diliputi dengan berbagai misteri. Pada lingkungan masyarakat adat tertentu di Ambon-Maluku, me-nyebut nama Bati saja dilarang keras oleh orang tua-tua. Nama Orang Bati dan dunia mereka menjadi sebutan yang dipersepsikan sebagai hal yang keramat sehingga menjadi pamali (tabu) untuk disebut-sebut se-cara sembarangan.

10) Wawancara dengan bapak ASia (73 Tahun) Wakil Kepala Dusun Watu-Watu(Bati

(10)

menakutkan atau dunia yang menyeramkan”11

Kamu kasuka Mancia woun tei, dalangal Mancia Esuriun oi lo, tapi Esuriun oi bei kamu Mancia Batu hidup nai anak tata wowa Esuriun kamu Mancia Batu oi woiso. Bok bei kamu bok kalau tei kita un tafalua tua Mancia Batu. Esuriun nai kamu oi woiso. Artinya, bagi kami nilai Esuriun adalah benar, dan orang luar memandangnya seperti apa tetapi sebagai anak Esuriun hakikat dari nilai tersebut adalah final. Jangan mengganggu gugat, kalau tidak akan berhadapan dengan kami Orang Bati, karena nilai Esuriun bagi kami Orang Bati adalah hebat

). Kesalahan dalam

pemahaman terhadap makna “Bati” dan “Batti” menyebabkan kesalah-an dalam interpretasi sehingga melalui interaksi sosial ykesalah-ang berlangsung di kalangan Orang Maluku, konsep tersebut menjadi krusial dan mengalami paradoks. Nyatanya konsep “Bati” dan “Batti” bagi orang luar (Orang Maluku) dianggap memiliki pemaknaan yang sama, sehingga Orang Bati dianggap sebagai orang yang misteri, orang yang menakutkan atau menyeramkan, bahkan mitos. Begitu juga nama Orang Bati yang dikaitkan dengan nama Orang Seram yang me-nakutkan atau menyeramkan. Di-kemukakan Orang Bati bahwa:

12

Apabila Orang Bati menggunakan nama Bati untuk menyebut diri (identitas) mereka sebagai salah satu sukubangsa di Pulau Seram-Maluku adalah sah karena mereka merupakan keturunan Alifuru yang percaya pada “Batti” sebagai salah satu kepercayaan (religi) dari Orang

Alifuru atau Orang Seram pada zaman itu. Perkembangan kemudian nama tentang Seram pertama kali disebarluaskan oleh orang-orang yang berasal dari Pulau Geser yang terletak di sebelah timur Pulau Seram atau Nusa Ina (Pulau Ibu) atau Tanah Besar, kemudian orang luar menginterpretasikan nama Seram sebagai menakutkan dan menyeramkan bisa dikategorikan benar karena dunia Seram pada

).

11)Wawancara verifikasi data lapangan dengan bapak MuSa (74 Tahun) Tokoh Adat

Negeri Amahai, dikemukakan bahwa selama ini Orang Maluku kabur tentang pemaknaan terhadap konsep “Bati” dan “Batti” yang mengandung makna sangat berbeda. Bati adalah manusia sama seperti Orang Maluku, sedangkan Batti adalah salah satu sistem kepercayaan Alifuru Seram atau Orang Seram kepada roh para leluhur. Kepercayaan ini berkaitan dengan roh leluhur yang telah meninggal dunia, tetapi

dianggap masih hidup.

12)Wawancara dengan bapak SeSia (73 Tahun) Tokoh Adat Dusun Rumbou (Bati

(11)

zaman itu juga tidak banyak diketahui oleh orang luar. Diketahui bahwa Orang Geser sebagai pedagang rempah-rempah pada zaman itu juga ketika melakukan aktivitas perdagangan barang antar pulau pada saat itu yang mempopulerkan nama Seram.

Nama Ceram atau Seram yang terus dipopulerkan oleh mereka (para pedagang rempah dari Pulau Geser) dan sampai saat ini menjadi nama bagi pulau terbesar di Kepulauan Maluku, dan disebut Pulau Seram. Orang Bati adalah manusia menyeramkan. Hal itu adalah lebel yang diberikan oleh orang luar terhadap mereka yang memiliki identitas Bati. Suatu hal yang pasti bahwa nilai budaya Esuriun, telah menciptakan Orang Bati dengan dunia mereka adalah Silimaya, yang telah mewarnai kisah Alifuru Bati atau Orang Bati turun dari Gunung Bati atau turun dari dara (gunung). Orang-orang yang turun dari Gunung Bati adalah Orang Bati yang memiliki identitas. Keberadaan mereka sesungguhnya adalah nyata, dan bukan manusia atau orang

ilang-ilang (hilang-hilang) sebagaimana dipersepsikan selama ini oleh orang luar (Orang Maluku).

Perwujudan nilai Esuriun Orang Bati dapat dilihat pada perilaku Orang Bati melalui tindakan nyata, baik pada diri sendiri, terhadap orang lain, maupun lingkungan. Dalam perspektif Orang Bati, memiliki suatu niat berarti manusia tidak menjadi pembohong pada dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab nilai bersumber dari batin manusia, kemudian dikonstruksi melalui pikiran yang logik (ide), dan diwujud-kan melalui perilaku ketika berinteraksi dengan lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Bagi generasi penerus tradisi Bati dalam menjalani kehidupan mereka secara individual maupun sosial, dan lingkungannya, ternyata nilai budaya Esuriun Orang Bati merupakan hal yang sangat penting dalam sistem hidup bersama. Nilai budaya

Esuriun Orang Bati berhubungan dengan pandangan tentang dunia Orang Bati yang sesungguhnya. Artinya cara melihat dan memahami dunia, serta peranan orang dalam dunia itu sendiri adalah nyata bagi pendukung tradisi dan kebudayaan Bati, dan mungkin saja berbeda dengan orang lain yang bukan pendukung tradisi dan kebudayaan Bati.

(12)

Seni Tari Dalam Budaya

Esuriun

Orang Bati

Nilai dasar tentang Esuriun yang teraktualisasi melalui adat-istiadat dan kebudayaan masyarakat Bati dilakukan melalui upacara-upacara adat penting di Tanah Bati dan sakral. Relasi sosial yang berlangsung antara mereka sebagai Orang Bati dengan lingkungan alam dan manusia, menunjukkan sikap positif mereka terhadap eksistensi alam semesta di mana mereka sebagai Orang Bati senantiasa berada dalam arena dan waktu yang berbeda, serta nilai dan norma pergaulan yang mendasarinya, namun tidak pernah diketahui oleh kalangan luar. Artinya wujud dari nilai Esuriun ada dalam adat, kebudayaan Orang Bati seperti dikemukakan bahwa:

Esuriun oi kamu, kawotu tua adat, budaya, nai mamo anak tata supaya bok dalupa nai janji tua mafakat bomai dawei nai memamam Mancia Batu bomai habom-habom. Artinya, nilai dasar Esuriun senantiasa diwujudkan dalam adat dan budaya agar anak cucu tidak lupa pada janji dan kesepakatan yang dilakukan oleh leluhur Orang Bati sejak masa lampau13

13)Wawancara dengan bapak AKil (58 Tahun) Tokoh Pemerintah Dusun Bati Kilusi (Bati Awal pada tanggal 24 November 2010.

).

Salah satu upaya melestarikan nilai Esuriun Orang Bati di-aktualisasikan dalam pagelaran budaya Esuriun seperti tampak pada gambar 7 dan 8 berikut ini:

(13)

Gambar 7

Pagelaran Budaya Esuriun di Tana (Tanah) Bati (Tarian Bungkure)

Gambar 8

Pagelaran Budaya Esuriun di Tana (Tanah) Bati (Tarian Lili)

Kedua jenis tarian adat ini senantiasa dilakukan dalam kegiatan upacara adat Esuriun Orang Bati. Nilai dasar yang terdapat dalam

Esuriun Orang Bati teraktualisasi melalui berbagai aspek kehidupan, dan sebagai contoh dijumpai dalam tarian adat untuk mengingatkan

(14)

pada anak cucu pewaris tradisi dan kebudayaan Bati mengenai kisah leluhur mereka sewaktu turun dari hutan dan gunung. Berdasarkan nilai dasar yang terdapat dalam Esuriun Orang Bati yang memiliki multi fungsi dan peran dalam membentuk sikap, perilaku, pe-ngetahuan, dan lainnya berdasarkan norma-norma yang disepakati bersama dalam pergaulan hidup senantiasa dijadikan sebagai tolok ukur untuk berpikir dan bertindak pada Orang Bati. Nilai Esuriun Orang Bati bersumber dari niat untuk melakukan yang baik terhadap sesama mereka sebagai orang satu asal maupun dengan orang lain berdasarkan kerja dari nurani yang bersih, suci, jujur atau “Bati” seperti dikemukakan Orang Bati yaitu:

Nini budaya Esuriun eya, dadi tua waktu bomai Tata Nusu Si dimaksud oi dakuk nai Mancia Batu, nai di asal bomai tata nusu Alifuru tua Alifuru Nina, nai Tana Seram. Oi berarti alam eya bei abus-abus supaya Mancia dalangal nai kebenaran, tana eya famoi Mancia lamino di bersih. Artinya, nilai budaya Esuriun jadi dengan saat yang tepat di mana leluhur kami bermaksud menegaskan eksistensi Orang Bati yang berasal dari keturunan Alifuru atau Alifuru Ina di Pulau Seram. Hal ini dimaksudkan ketika manusia ingin mencari kebenaran sejati yaitu manusia berhati bersih14

14)Wawancara dengan bapak DahSi (68 Tahun) Tokoh Agama Dusun Bati Kilusi (Bati Awal) Negeri Kian Darat, pada tanggal 24 November 2010.

).

Nilai budaya Esuriun Orang Bati muncul berdasarkan pengalaman hidup yang dijalani secara bersama dari zaman leluhur mereka mendiami Pulau Seram Bagian Timur sampai dengan ke-turunannya saat ini. Nilai-nilai dasar yang terdapat dalam Esuriun

Orang Bati menjadi pendorong dalam mewujudkan tolong-menolong (bobaiti), masohi, toleransi, saling menjaga, melindungi, dan lainnya sebagai kebersamaan hidup sebagai roina kakal sehingga menjadi penuntun pada setiap individu, kerabat, kelompok, maupun komunitas untuk mewujudkan daya cipta, rasa, dan karsa untuk bertahan hidup (survive) dengan lingkungan melalui cara-cara hidup sesuai ke-budayaan untuk menganalisis tentang Pengelompokan Sosial di Tana (Tanah) Bati yaitu kelompok sosial Patasiwa dan Patalima yang awalnya berbeda, kemudian berusaha mengintegrasikan kehidupan mereka melalui Esuriun Orang Bati untuk mewujudkan eksistensi Orang bati sebagai manusia maupun sukubangsa.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Alat Permainan Edukatif

1) Setelah mendiskusikan setiap topik yang disajikan dosen melalui model berpikir induktif yang berorientasi pada kecerdasan interpersonal, mahasiswa dapat menemukan ide

Seksi Penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa dipimpin oleh seorang kepala seksi yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan kebijaksanaan teknis program pengembangan

Faktor-faktor yang terkait dengan kejadian infeksi menular seksual diantaranya adalah penyebab penyakit (agent), host (umur, jenis kelamin, pilihan dalam hubungan

Kami bergabung dengan paduan suara Knox yang dipimpin oleh Karen Knudson—seorang organis, komponis, dan dirigen yang cukup terkenal. Paduan suara ini beranggotakan sekitar

Undang Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Lembaran.. Negara Republik Indonesia, Lembaran Negara Tahun 1997

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap setiap makna simbolik yang disampaikan oleh Otto Hasibuan dalam persidangan kasus kopi sianida yang disiarkan I-News TV dalam