• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul : Pengaruh Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor: Whistleblowing Intention

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Judul : Pengaruh Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor: Whistleblowing Intention"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

vi

Judul : Pengaruh Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor:

Whistleblowing Intention sebagai Variabel Pemoderasi

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali)

Nama : Putu Sita Crusyta Dewi

NIM : 1306305174

ABSTRAK

Kinerja auditor merupakan komponen penting yang berperan dalam menghasilkan kualitas audit yang baik. Kinerja auditor dapat dipengaruhi dengan adanya tekanan waktu selama proses audit. Pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor menunjukkan hasil yang bervariasi sehingga variabel wistleblowing intention menjadi faktor kontingensi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor dengan whistleblowing intention sebagai pemoderasi pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali. Sampel penelitian ini adalah 35 responden dengan metode penentuan sampel menggunakan non probability

sampling dengan teknik sampling jenuh. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis (MRA) untuk menguji hipotesis tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan waktu berpengaruh negatif terhadap kinerja auditor. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan waktu dalam proses pengauditan maka kinerja auditor akan semakin menurun. Hasil penelitian juga menunjukkan whistleblowing intention mampu memoderasi pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor.

(2)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

1.5 Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... 15

2.1 Kajian Pustaka ... 15

2.1.1 Teri Keagenan ... 15

2.1.2 Teori Atribusi ... 16

2.1.3 Tekanan Waktu ... 17

2.1.4 Minat atau Intensi (Intention)... 19

2.1.5 Whistleblowing ... 20

2.1.6 Kinerja Auditor ... 23

2.2 Hipotesis Penelitian ... 25

2.2.1 Pengaruh Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor ... 25

2.2.2 Whistleblowing Intention Memoderasi Pengaruh Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

1.1 Desain Penelitian ... 28

1.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 28

1.3 Objek Penelitian ... 29

1.4 Identifikasi Variabel ... 30

1.5 Definisi Operasional Variabel ... 30

1.6 Jenis dan Sumber Data ... 32

1.6.1 Jenis Data ... 32

1.6.2 Sumber Data ... 32

1.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 33

(3)

viii

3.7.2 Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 34

1.8 Metode Pengumpulan Data ... 34

1.9 Instrumen Penelitian ... 35

3.9.1 Uji Validitas ... 35

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 35

1.10 Teknik Analisis Data ... 36

1.10.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 36

1.10.2 Uji Asumsi Klasik ... 36

1.10.3 Moderated Regression Analysis (MRA) ... 37

1.10.4 Koefisien Determinasi ... 38

1.10.5 Uji Kelayakan Model (Uji F) ... 38

1.10.6 Uji Statistik t ... 38

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 39

4.1 Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik ... 39

4.1.1 Jasa-jasa Kantor Akuntan Publik ... 39

4.1.2 Struktur Keorganisasian Kantor Akuntan Publik 42 4.2 Data Penelitian ... 43

4.2.1 Deskripsi Responden ... 43

4.2.2 Karakteristik Responden ... 44

4.3 Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 48

4.3.1 Uji Validitas ... 48

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 49

4.4 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 50

4.5 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 51

4.5.1 Uji Normalitas ... 52

4.5.2 Uji Heterokedastisitas ... 52

4.6 Hasil Analisis Data ... 53

4.6.1 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ... 53

4.6.2 Hasil Moderated Regression Analysis (MRA) ... 54

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

4.7.1 Pengaruh Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor ... 57

4.7.2 Peran Whistleblowing Intention dalam Hubungan antara Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor 58 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1 Simpulan ... 60

5.2 Saran ... 61

DAFTAR RUJUKAN ... 62

(4)

ix

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

3.1 Daftar Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali ... 29

3.2 Jumlah Auditor yang Bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Pronvisi Bali ... 33

4.1 Rincian Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner ... 43

4.2 Data Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner ... 44

4.3 Karakteristik Responden ... 46

4.4 Hasil Uji Validitas ... 48

4.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 49

4.6 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 50

4.7 Hasil Uji Normalitas ... 52

4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 53

4.9 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana... 53

(5)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

(6)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 68

2 Tabulasi Data Ordinal ... 73

3 Hasil Uji Validitas ... 76

4 Hasil Uji Reliabilitas ... 79

5 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 82

6 Hasil Deskripsi Data Penelitian ... 83

7 Hasil Uji Normalitas ... 90

8 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 91

9 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana... 92

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Audit adalah proses sistematik yang bertujuan untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang dikumpulkan atas pernyataan atau asersi dari kejadian-kejadian ekonomi dan mengkomunikasikan hasil audit ke pihak yang berkepentingan. Audit bertujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian dan kewajaran laporan keuangan antara pernyataan atau asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Audit harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen (Elder,dkk., 2013:4). Akuntan publik sebagai pihak ketiga yang independen sangat diperlukan untuk menilai dan memastikan kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan. Pengguna laporan keuangan baik dari pihak internal perusahaan (manajemen perusahaan) maupun pihak eksternal perusahaan (kreditur, investor, supplier, dan masyarakat) dalam pengambilan keputusan membutuhkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik yang bebas dari salah saji material, dapat dipercaya, dan sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum di Indonesia. Akuntan publik berperan untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan sehingga dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan dimata masyarakat (Mustikayani, 2016).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik menyatakan bahwa akuntan publik adalah seseorang yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik

(8)

2

di Indonesia. Akuntan publik dalam melaksanakan proses audit wajib berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang terdiri atas standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan pertama, kedua, ketiga, keempat, serta Kode Etik Profesi Akuntan Publik sebagai panduan utama yang wajib dipahami dan dipatuhi oleh auditor untuk memenuhi tanggung jawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan dan menjaga kualitas audit yang dihasilkan (Abdul, 2015:25). Kualitas audit yang baik dapat tercapai dengan adanya kinerja auditor yang baik dan profesional.

Berbagai kasus skandal akuntansi mengenai audit belakangan ini terjadi baik di dalam maupun di luar negeri yang mencerminkan bahwa sikap profesional dan prilaku etis para akuntan masih buruk (Sari dan Laksito, 2014). Kasus yang terjadi di Indonesia yaitu pembekuan izin praktek akuntan publik oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia. Dikutip dari hukumonline.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membekukan izin akuntan publik Drs. Petrus Mitra Winata dari KAP Drs Mitra Winata dan Rekan selama dua tahun, terhitung sejak 15 Maret 2007. Akuntan publik tersebut melakukan pelanggaran terhadap SPAP yang berkaitan dengan pelaksanaan audit laporan keuangan PT Muzatek Jaya. Pada 4 Januari 2007, Menteri Keuangan juga membekukan izin akuntan publik Djoko Sutardjo dari KAP Publik Hertanto, Djoko, Ikah & Sutrino selama 18 bulan. Hal ini terjadi karena telah melakukan pelanggaran terhadap SPAP berkaitan dengan pelaksanaan audit laporan keuangan PT Myoh Technology Tbk (MYOH). Kasus pelanggaran akuntansi lainnya terjadi di Provinsi Bali, dikutip dalam Detik Finance, kasus pembekuan izin akuntan publik D. K. G. tahun 2007

(9)

3

oleh Menteri Keuangan mencerminkan perilaku tidak etis seorang akuntan publik dengan melanggar SPAP dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan Bali Hai Resort and Spa untuk tahun buku 2004 yang berpotensi berpengaruh signifikan terhadap Laporan Auditor Independen.

Kasus pelanggaran akuntansi lainnya terjadi di Amerika yaitu kasus Enron. Selama tujuh tahun Enron merekayasa laba bersih dengan cara melakukan mark up pada pendapatan perusahaan dan menutupi utang yang dimiliki agar terlihat menunjukkan kinerja yang baik. Namun, pada 2 Desember 2001 perusahaan Enron dinyatakan pailit yang turut menyeret KAP Arthur Andersen. KAP Arthur Andersen terlibat dalam manipulasi laporan keuangan Enron. Hal ini mengindikasikan bahwa KAP memiliki keengganan dalam mengungkapkan kecurangan yang ditemukan serta KAP bersama manajemen perusahaan bekerja sama untuk melakukan tindakan pelanggaran akuntansi. Kasus di atas dapat memengaruhi kinerja auditor dan menimbulkan dampak yang kurang baik sehingga dapat memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kinerja akuntan publik.

Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, dan menjadi salah satu tolok ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu pekerjaan yang dilakukan akan baik atau sebaliknya (Kalbers dan Forgarty, dalam Fembriani dan Budhiarta, 2016). Kinerja auditor merupakan usaha dan perilaku individu yang diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Widodo (2008) dalam Gautama (2016) menyatakan bahwa kinerja individu perorangan

(10)

4

(individual performance) dan organisasi (organizational performance) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa lepas dari sumber daya yang dimiliki organisasi tersebut. Sumber daya manusia pada Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam suatu organisasi, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja auditor sangat berperan penting dalam kinerja KAP.

Kinerja auditor dapat diukur dengan menggunakan tiga indikator penilaian yaitu: petama, kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan; kedua, kuantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu dan ketiga, ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan (Trisnaningsih, 2007).

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kinerja auditor seperti pemanfaatan informasi yang efisien, dan kompleksitas tugas (Triany, dkk., 2016), struktur audit, konflik peran, ketidakjelasan peran, gaya kepemimpinan, budaya organisasi, dan komitmen organisasi (Arianti, 2015; Prajitno, 2012), independensi auditor (Arifah, 2012), pemahaman good governance (Fembriani dan Budhiarta, 2016), etika profesi dan profesionalisme auditor (Arumsari, 2014), integritas auditor dan etos kerja (Sekarsari, 2014), disiplin kerja (Gayatri dan Suputra, 2016), motivasi (Pratama, dkk., 2013) dan tekanan waktu (Mustikayani, 2016).

Auditor dalam menjalankan tugas dan kewajiban sering mengalami kesulitan akibat kondisi lingkungan dalam pengauditan yang tidak kondusif yaitu terdapat tekanan waktu. Tekanan waktu adalah suatu kendala yang timbul akibat keterbatasan waktu dan keterbatasan sumber daya yang dialokasikan kepada

(11)

5

auditor dalam menjalankan penugasan (Liyanarachchi dan McNamara, 2007). Tekanan waktu dapat terjadi disebabkan oleh adanya penugasan yang mendadak, penugasan yang relatif banyak dengan fee yang kurang, iklim persaingan KAP (Mustikayani, 2016), kemampuan laba perusahaan, dan keterbatasan personil (Gayatri dan Suputra, 2016).

Sikap masing-masing auditor dalam menyikapi adanya tekanan waktu berbeda-beda. Tekanan waktu yang dialami seorang auditor dapat memberikan dua dampak yang berbeda bagi kinerja auditor, yaitu berdampak positif dan berdampak negatif. Dampak positif tekanan waktu dalam proses pengauditan, dimana auditor terpacu untuk melakukan efisiensi penggunaan waktu dalam proses pengauditannya sehingga menimbulkan kinerja auditor yang lebih baik (Marganingsih dan Martani, 2009). Apabila saat tekanan waktu terjadi pengalokasian waktu dilakukan dengan tepat hal ini akan menjadi suatu mekanisme kontrol dan suatu indikator keberhasilan bagi kinerja auditor dan kantor akuntan publik (Cook & Kelley, 1991).

Di sisi lain auditor yang mengalami tekanan waktu akibat terbatasnya waktu yang diberikan klien cenderung akan mendorong auditor untuk berprilaku disfungsional seperti premature sign-off audit procedures (menghentikan prosedur audit), underreporting of time (keterlambatan atau tidak tepat waktu), altering audit process dan gathering unsufficient evidence (mengganti proses audit dan mengumpulkan bukti yang tidak cukup) akan berdampak terhadap penurunan kualitas audit. Dampak tekanan waktu adalah sebagai berikut. 1) Berdampak pada sikap yaitu stres, perasaan kegagalan, ketidakpuasan kerja. 2)

(12)

6

Berdampak pada minat yaitu pelaporan di bawah waktu, menerima bukti dalam bentuk yang lemah. 3) Berdampak perilaku yaitu kinerja menurun.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor yang dilakukan Marganingsih dan Martani (2009) serta Arisinta (2013) menunjukkan bahwa tekanan waktu berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Hal ini berarti dengan adanya tekanan waktu klien merasa terpacu untuk melakukan efisiensi penggunaan waktu dalam proses pengauditannya sehingga menimbulkan kinerja auditor yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan oleh Pakaya,dkk. (2015) terhadap Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) yang ada pada Inspektorat Kota Gorontalo memeroleh hasil bahwa tekanan anggaran waktu secara positif terhadap kualitas audit pada inspektorat kota Gorontalo, hal ini berarti dengan adanya tekanan anggaran waktu justru memacu auditor untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya secara profesional dan tepat waktu.

Perbedaan hasil ditemukan oleh penelitian Lautania (2011) dan Muhshyi (2013) yang menyatakan bahwa tekanan waktu berpengaruh negatif terhadap kinerja auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa auditor merasa tertekan dengan adanya tekanan waktu, dapat mengakibatkan stress pada auditor dan pada akhirnya akan mendorong auditor untuk melakukan pelanggaran standar audit atau disfungsional audit yang akan menghasilkan kinerja auditor yang buruk. Sejalan dengan penelitian Prasita dan Adi (2007) yang mengatakan bahwa tekanan waktu berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.

(13)

7

Penelitian Gayatri dan Suputra (2016) menunjukkan hasil yang berbeda dimana tekanan waktu tidak berpengaruh pada kinerja auditor. Hal ini dikarenakan dalam melakukan setiap penugasan yang diberikan seorang auditor telah memiliki alokasi waktu yang sesuai dengan kompleksitas penugasan audit sehingga auditor tetap melaksanakan penugasan audit secara efisien. Sejalan dengan penelitian Rusyanti (2010) dan Nor et all. (2010) menyatakan bahwa tekanan waktu tidak berpengaruh terhadap kualitas audit karena dalam penelitian ini menggunakan sampel auditor non big-four. Auditor selalu menggunakan keahlian dan pelatihan teknis yang memadai dalam melaksanakan tugas audit, sehingga jika terjadi pengetatan atau tidak alokasi waktu, maka auditor dengan keahlian yang dimilikinya dapat menyelesaikan tugas audit dengan sempurna. Hal inilah yang dijadikan alasan dasar oleh peneliti untuk melakukan penelitian tentang tekanan waktu terhadap kinerja auditor karena hasil penelitian yang tidak konsisten.

Ketidak konsistenan hasil penelitian pengaruh tekanan waktu pada kinerja auditor tersebut mendorong peneliti menduga adanya faktor lain yang memengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Govindarajan (1986) berpendapat bahwa adanya ketidak konsistenan hasil penelitian tersebut diperlukan upaya untuk mengevaluasi faktor-faktor kondisional atau variabel lain yang dapat memengaruhi hubungan antara tekanan waktu dengan kinerja auditor dengan pendekatan kontingensi (contingency approach). Murray (1990) menjelaskan bahwa agar dapat merekonsiliasi hasil yang saling bertentangan diperlukan pendekatan kontingensi untuk mengindentifikasi variabel

(14)

8

lain yang bertindak sebagai pemoderasi ataupun pemediasi dalam model riset. Kondisi inilah yang mendorong peneliti untuk memasukkan variabel whisleblowing intention sebagai variabel kontingensi, yang diharapkan dapat menjelaskan ketidak konsistenan temuan di atas. Berdasarkan kajian kepustakaan yang dilakukan peneliti dan melakukan berbagai penelusuran atas sejumlah publikasi ilmiah di Indonesia, sampai saat ini penelitian yang membahas mengenai whistleblowing intention pada kinerja auditor masih belum tersedia. Penelitian tentang whistleblowing intention dan kinerja auditor ini perlu dilakukan untuk memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang akuntansi.

Faktor–faktor yang dapat menjadi faktor kontingensi dalam hubungan antara variabel tekanan waktu terhadap kinerja auditor, yaitu komitmen profesional, motivasi (Ashandi, 2012), budaya organisasi, budaya Tri Hita Karana (Mustikayani, 2016), whistleblowing intention, pengalaman auditor, komitmen organsasi, dan pelatihan teknis. Penulis menggunakan whistleblowing intention sebagai variabel pemoderasi karena minat atau intensi (intention) adalah keinginan untuk melakukan suatu perilaku (Jogiyanto, 2007:25). Minat erat hubungannya dengan motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan (Sofia,dkk., 2013). Minat merupakan salah satu faktor karakteristik individu yang mempengaruhi motivasi. Motivasi merupakan suatu konsep yang kita gunakan jika kita menguraikan kekuatan-kekuatan yang bekerja terhadap atau di dalam diri individu untuk memulai dan mengarahkan perilaku (Gibson, 2000:94 dalam Bahri 2010). Penelitian Trisnaningsih (2007) menyatakan bahwa motivasi yang dimiliki oleh seorang auditor dapat mendorong keinginan individu auditor

(15)

9

tersebut untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang cenderung membuat seseorang ingin mendapatkan hasil kerja yang lebih baik (Dewi, 2014).

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) tahun 2008 menerbitkan pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran – SPP (Whistleblowing System - WBS) yang menyatakan bahwa whistleblowing adalah pengungkapan tindakan kecurangan atau pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak etis atau tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan organisasi maupun pemangku kepentingan, yang dilakukan oleh karyawan atau pimpinan organisasi kepada pimpinan organisasi atau lembaga lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Whistleblowing intention dapat disimpulkan keinginan atau motivasi dari dalam diri seseorang untuk melakukan pengungkapan tindakan kecurangan atau pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak etis atau tidak bermoral yang dapat merugikan organisasi maupun pemangku kepentingan kepada pemimpin atau lembaga lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Adanya minat dari auditor untuk mengungkapkan kecurangan maka diasumsikan bahwa auditor akan berkeja lebih keras dalam pengefisienan waktu pada proses audit meskipun terdapat tekanan waktu yang membatasi lamanya waktu yang bisa digunakan untuk melakukan audit sehingga secara tidak langsung dapat memengaruhi kinerja auditor.

Teori atribusi dikembangkan oleh Fritz Heider yang menyatakan bahwa suatu perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal (internal forces) yaitu kekuatan yang berasal dari diri seseorang seperti

(16)

10

kemampuan dan usaha, dan kekuatan eksternal (eksternal force) yaitu kekuatan yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan dan keberuntungan (Lubis, 2014:90). Teori ini diterapkan dalam penelitian ini menggunakan variabel whistleblowing intention sebagai kekuatan internal (internal forces) yang berasal dari dalam diri atau keinginan seseorang untuk melakukan tindakan pengungkapan prilaku yang tidak etis atau prilaku yang tidak bermoral dalam hal ini auditor akan melakukan proses audit yang telah ditetapkan di dalam SPAP untuk mendeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan dan mengungkapkan kecurangan tersebut.

Penulis mencoba mengadopsi whistleblowing intention menjadi variabel pemoderasi antara variabel tekanan waktu dengan kinerja auditor karena diperkirakan dengan adanya whistleblowing intention akan membuat auditor yang memiliki minat untuk berprilaku etis dan tidak melanggar hukum seperti mengungkapkan kecurangan yang terjadi dan tidak melakukan disfungsional audit, akan membuat auditor tetap menerapkan prosedur audit yang semestinya untuk mendeteksi dan mengungkapkan adanya penyimpangan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen, sehingga berpengaruh pada kinerja auditor pada situasi dimana auditor menerima tekanan waktu dalam proses pengauditan.

Adanya tekanan waktu yaitu keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun mengkibatkan auditor cenderung untuk berprilaku disfungsional seperti premature sign-off audit procedures (menghentikan prosedur audit), underreporting of time (keterlambatan

(17)

11

atau tidak tepat waktu), altering audit process dan gathering unsufficient evidence (mengganti proses audit dan mengumpulkan bukti yang tidak cukup) akan berdampak terhadap penurunan kualitas audit. Dampak dari adanya tekanan waktu tersebut dapat dimoderasi (diperkuat atau diperlemah) pengaruhnya terhadap kinerja auditor, jika di dalam diri auditor telah tertanam minat atau motivasi untuk tetap melakukan pengungkapan kecurangan yang berimplikasi bahwa auditor akan berkeja lebih keras dalam mengefisiensikan waktu dalam proses audit sehingga segala prosedur audit yang semestinya dapat dilaksanakan. Tindakan penghentian prematur atas prosedur audit tidak akan terjadi. Penghentian prematur atas prosedur audit menjadi peluang tidak terdeteksinya suatu kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan dan berdampak pada kinerja dan opini auditor akibat dari adanya prosedur yang dilewatkan oleh auditor dalam pelaksanaan proses audit.

Motivasi dilakukannya penelitian ini yaitu pertama, auditor seringkali mengalami tekanan dalam memperbaiki produktivitasnya sehingga solusinya adalah dengan membenahi kinerja auditor (Sari dan Suryanawa, 2016). Kedua, demi mendapatkan generalisasi hasil penelitian karena terdapat ketidak konsistenan pada beberapa hasil penelitian terdahulu. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Tekanan Waktu terhadap Kinerja Auditor: Whistleblowing Intention sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali)”.

(18)

12 1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka terdapat rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu.

1) Apakah tekanan waktu berpengaruh terhadap kinerja auditor?

2) Apakah whistleblowing intention memoderasi pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu.

1) Untuk mengetahui pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor. 2) Untuk mengetahui kemampuan whistleblowing intention dalam

memoderasi pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu.

1) Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahan ilmu pengetahuan bagi pihak yang melakukan kajian lebih luas mengenai teori keagenan dan teori atribusi yang digunakan dalam penelitian ini dan membantu memberikan bukti empiris bagi akademisi dan peneliti lain mengenai faktor-faktor yang yang memengaruhi kinerja auditor.

(19)

13 2) Kegunaan Praktis

Bagi auditor, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan saran dan pemikiran serta bahan pertimbangan dalam melakukan analisis untuk meningkatkan kinerja auditor. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi berkaitan dengan faktor-faktor dalam perilaku auditor dan kondisi kerja yang dapat memengaruhi kinerja auditor.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan teori-teori yang relevan dan mendukung pembahasan masalah penelitian, yaitu teori keagenan, teori atribusi, teori mengenai tekanan waktu, minat atau intensi (intention), wistleblowing, dan kinerja auditor, serta pembahasan hasil penelitian sebelumnya yang diakhiri dengan perumusan hipotesis penelitian.

(20)

14 Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai desain penelitian, lokasi atau ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data dengan menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA).

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan gambaran umum atau wilayah penelitian dan pembahasan hasil penelitian berupa pengujian statistik yang disertai dengan interpretasi dari hasil penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta memuat saran-saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Meneliti lebih dalam lagi kepada setiap unsur dari komitmen organisasional, sehingga dapat terlihat secara lebih detail lagi tentang hubungan antara komitmen

Menentukan batas minimal kelulusan nilai Pra-UN sehingga peluang siswa lulus Pra-UN sama dengan peluang siswa lulus UN untuk semua sekolah dan masing- masing golongan

[r]

Service (VAS), yang menguraikan tentang analisis terhadap pengguna jasa yang menerima informasi tidak lengkap dan pembebanan sepihak tanpa pemberitahuan dan persetujuan

Bagi orang yang berzakat mal harus memiliki persyaratan berikut: (1) Merdeka (2) Islam (3) Baligh dan berakal (4) Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi

Jadi, konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidak sesuaian atau perbedaan antara dua pendapat (sudut pandang), baik itu terjadi dalam

Dari hasil pengamatan mikroskopis histopatologi hepar tikus putih (R. norvegicus) jantan menunjukkan bahwa, perlakuan ekstrak infusa buah pare lokal NTT pada dosis 1250 mg/kgBB