• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABDUL HOYYI. T e s i s Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada P r o g r a m S t u d i S t a t i s t i k a

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABDUL HOYYI. T e s i s Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada P r o g r a m S t u d i S t a t i s t i k a"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN PRAUJIAN NASIONAL SEBAGAI PERSIAPAN

MENGHADAPI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMEA NEGERI

DAN SWASTA DI JAKARTA SELATAN 06 PADA TAHUN

AKADEMIK 2004/2005

ABDUL HOYYI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(2)

ABDUL HOYYI. Keefektifan Praujian Nasional Sebagai Persiapan Menghadapi Ujian Nasional Matematika SMEA Negeri dan Swasta di Jakarta Selatan 06 pada Tahun Akademik 2004/2005. Dibimbing oleh BARIZI dan INDAHWATI.

Praujian Nasional merupakan salah satu bentuk penilaian terhadap kemampuan siswa. Dengan Praujian Nasional akan diperoleh informasi sampai sejauh mana persiapan siswa untuk menghadapi Ujian Nasional. Praujian Nasional diharapkan dapat meningkatkan nilai siswa pada Ujian Nasional. Selain itu Praujian Nasional diharapkan dapat digunakan untuk menilai kesiapan siswa dan bisa sebagai prediksi bagi nilai Ujian Nasional siswa nanti. Peningkatan nilai siswa dapat ditentukan dengan cara melihat pergeseran distribusi perolehan nilai Ujian Nasional dan Analisis Statistik Deskriptif nilai Ujian Nasional. Statistik uji McNemar digunakan untuk mengetahui kesiapan siswa, karena sampel ini tidak bebas. Analisis korelasi dan Regresi linier sederhana digunakan untuk analisis prediksi . Nilai Ujian Nasional meningkat namun belum tentu disebabkan oleh Praujian Nasional. Praujian tersebut tidak bisa digunakan untuk menilai kesiapan siswa. Peluang siswa lulus pada Ujian Nasional lebih tinggi dibandingkan pada Praujian Nasional. Hal ini dikarenakan tingkat kesulitan Praujian Nasional lebih tinggi daripada Ujian Nasional dengan batas kelulusan yang sama. Prediksi nilai Ujian Nasional menghasilkan selang kepercayaan cukup lebar sehingga variasi prediksi nilai Ujian Nasional cukup besar.

(3)

ABSTRACT

ABDUL HOYYI. The Effectiveness of National Pre-Exam as a Preparation to Have Mathematics National Exam of Vocational High School in South Jakarta 06 in Academic Year 2004/2005. Under the direction of BARIZI and INDAHWATI

National pre-exam is one way of the evaluation to the student’s ability. Through national pre-exam, it would get information how far the student’s preparation to have national exam. National pre-exam is expected to improve student’s score on national exam. In addition, national pre-exam is expected can be used to evaluate student’s preparation and it can predict national examination score. The improving of student’s achievement depends on the way the analysis of change of national examination achievement distribution and description statistics analysis national examination score. The statistics of McNemar’s test is used to know student’s preparation, because the sample is dependent. Correlation and simple linier regression analysis used for analysis prediction. The increase of national examination score not always the effect of pre-national examination. The pre-national examination can’t be used to estimate student’s preparation. The probability student that pass the national exam is higher than pre-national exam. It is caused by pre-pre-national exam is more difficult than pre-national exam through the same passing limit. The score of national exam prediction is obtained confidence limit wide enough. Therefore, the variant national of examination achievements is quite large.

(4)

MENGHADAPI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMEA

NEGERI DAN SWASTA DI JAKARTA SELATAN 06 PADA TAHUN

AKADEMIK 2004/2005

ABDUL HOYYI

T e s i s

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada

P r o g r a m S t u d i S t a t i s t i k a

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(5)

Judul Tesis : Keefektifan Praujian Nasional Sebagai Persiapan Menghadapi Ujian Nasional Matematika SMEA Negeri dan Swasta di Jakarta Selatan 06 pada Tahun Akademik 2004/2005

Nama Mahasiswa : Abdul Hoyyi

NRP : G325010131

Program Studi : Statistika

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Barizi, MES. Ir. Indahwati, M.Si. Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Statistika Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

(6)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul: “ Keefektifan Praujian Nasional Sebagai Persiapan Menghadapi Ujian Nasional Matematika SMEA Negeri dan Swasta di Jakarta Selatan 06 pada Tahun Akademik 2004/2005 ” adalah karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Jakarta, Januari 2007

Abdul Hoyyi NRP G325010131

(7)

PRAKATA

Alhamdulillah. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah masalah pendidikan dengan judul Keefektifan Praujian Nasional Sebagai Persiapan Menghadapi Ujian Nasional Matematika SMEA Negeri dan Swasta di Jakarta Selatan 06 pada Tahun Akademik 2004/2005.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Barizi, MES dan Ibu Ir. Indahwati, M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam bimbingan penulisan tesis ini. Juga kepada Bapak Dr. Ir. Budi Susetyo, M.S. dan Bapak Dr. Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc yang banyak memberikan dukungan moral untuk menyelesaikan studi. Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Joko Sumardi selaku Ketua Rayon SMEA Jakarta Selatan 06, Bapak Syamsuri dan Bapak Marsono selaku ketua tata usaha yang telah membantu selama pengumpulan data.

Kepada Ummi yang telah banyak berdoa untuk keberhasilan studi ini, semoga dilimpahkan keberkahan hidup di dunia dan akhirat, begitu pula untuk Bagus (adik), Qoyyum (kakak) dan Mas Heriyadi (kakak ipar). Kepada Aba (almarhum) yang semasa hidupnya atas doa dan kasih sayangnya semoga arwahnya tenang dan diterima di sisi-Nya. Terima kasih juga kepada teman-teman STK 2001 atas segala dukungannya terutama kepada Pak Zainal, Utami Dyah Syafitri dan Halikudin yang meluangkan waktunya untuk berdiskusi. Juga kepada Mas Heriawan yang banyak membantu kelancaran administrasi penulis. Ungkapan terima kasih juga kepada Ibu Dra. Effy Kusumastuti dan Ibu Dra. C. Arum Dasih masing-masing kepala SMEA dan SMA Cahaya Sakti yang memberikan ijin untuk melanjutkan studi, teman-teman guru dan karyawan di Cahaya Sakti dan semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga studi dan penelitian penulis dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah membalas amal kebaikan semuanya.

Kritik dan saran yang membangun sangat terbuka untuk kesempurnaan penulisan tesis ini. Akhirnya semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Jakarta, Januari 2007

Abdul Hoyyi NRP G325010131

(8)

Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 2 Februari 1972 dari Ayah H. Abdul Halim (almarhum) dan Ibu Hj. Jamilah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan SMA diselesaikan di Jember. Pada tahun 1992 diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang dan lulus pada bulan Agustus 1996. Pada tahun 1997 sampai dengan 2000 penulis mengajar Matematika di Lembaga Bimbingan Belajar Teknos Jakarta. Tahun 2000 sampai dengan 2001 bekerja di P2KP-Bappenas sebagi fasilitator kelurahan . Mulai tahun 2001 hingga sekarang penulis mengajar Matematika di SMA dan SMK Cahaya Sakti Jakarta Timur.

Pada tahun 2001 penulis melanjutkan sekolah di Pascasarjana pada Program Studi Statistika Institut Pertanian Bogor dengan biaya sendiri.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR GAMBAR ……… ix DAFTAR LAMPIRAN……….. x PENDAHULUAN Latar Belakang….….…..………... 1 Tujuan Penelitian…..……..……… 4 TINJAUAN PUSTAKA Evaluasi Pengajaran….……….………….. 5

Uji McNemar Sampel Tak Bebas dalam Tabel 2x2……….………. 6

Korelasi dan Regresi Linier Sederhana……….…………. 7

Keterandalan Instrumen Penelitian……….… 9

BAHAN DAN METODE Sumber Data……….………. 11

Metode Analisis……….……… 11

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelusuran Nilai Ujian Nasional Matematika Tahun Akademik 2003/2004 dan 2004/2005 ………..………. 13

Penelusuran Soal Pra-UN dan UN……….. 16

Analisis Pra-UN untuk Menilai Kesiapan Siswa dalam Menghadapi UN……….. 17

Analisis Prediksi untuk Data Hasil Pra-UN dan UN…………..……….. 32

Analisis Keterandalan Soal Pra-UN………..………... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan……… 37

Saran………..………. 37

DAFTAR PUSTAKA………..……… 38

(10)

Halaman

1 Kelulusan siswa SMK DKI tahun akademik 2004/2005……… 3 2 Kelulusan siswa secara nasional tahun akademik 2004/2005……… 3 3 Tabulasi silang 2x2 untuk sampel tidak bebas……….... 6 4 Statistik deskriptif nilai UN tahun akademik 2003/2004 dan tahun

akademik 2004/2005 ………. 14 5 Persentase kelulusan tahun akademik 2003/2004 dan 2004/2005…………. 16

6 Tabulasi silang kelulusan siswa untuk semua sekolah……… 18 7 Tabulasi silang kelulusan siswa untuk masing-masing golongan sekolah…. 18 8 Statistik deskriptif nilai Pra-UN dan UN semua sekolah………... 22 9 Statistik deskriptif nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 1 dan golongan 2 23 10 Pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap persentase kelu lusan siswa dan nilai khi kuadrat untuk semua sekolah ……….. 25 11 Pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap persentase kelu lusan siswa dan nilai khi kuadrat untuk SMEA golongan 1 ……….. 26 12 Pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap persentase kelu lusan siswa dan nilai khi kuadrat untuk SMEA golongan 2 ……….. 27 13 Pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap persentase kelu lusan siswa dan nilai khi kuadrat untuk SMEA golongan 3 ……….. 28 14 Statistik deskriptif nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 3……….. 29 15 Nilai khi kuadrat dengan batas minimal Pra-UN = 4.26 dan batas minimal

kelulusan Pra-UN =3.66 untuk masing-masing sekolah ..………..

31 16 Tabulasi silang kelulusan siswa untuk semua sekolah……… 35

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Histogram nilai UN tahun akademik 2003/2004……….... 13

2 Histogram nilai UN tahun akademik 2004/2005……… 13

3 Boxplot nilai UN 2003/2004 dan nilai UN 2004/2005……..………….… 15

4 Histogram nilai Pra-UN dan UN semua sekolah……… 23

5 Histogram nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 1………. 24

6 Histogram nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 2………. 24

(12)

Halaman

1 Persiapan sekolah menghadapi Ujian Nasional Matematika tahun aka

demik 2004/2005………. 40 2 Tabulasi silang pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap presentase kelulusan siswa dan nilai khi kuadrat untuk semua sekolah….. 41

3 Tabulasi silang pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap presentase kelulusan siswa dan nilai khi kuadrat SMEA golongan 1…… 43 4 Tabulasi silang pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap presentase kelulusan siswa dan nilai khi kuadrat SMEA golongan 2…… 44 5 Tabulasi silang pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap presentase kelulusan siswa dan nilai khi kuadrat SMEA golongan 3…… 45 6 Tabulasi silang dan nilai khi kuadrat masing -masing sekolah dengan batas

minimal kelulusan Pra-UN = 4.26 dan batas minimal kelulusan

Pra-UN = 3.66 ……… 47 7 Nilai korelasi antara nilai Pra-UN dan nilai UN untuk semua sekolah …. 58 8 Nilai korelasi antara nilai Pra-UN dan nilai UN untuk masing-masing

golongan sekolah ……….. 59 9 Nilai korelasi antara nilai Pra-UN dan nilai UN untuk masing-masing

sekolah ………... 60 10 Plot nilai Pra-UN dan UN untuk semua sekolah ………... 61 11 Garis regresi dan selang prediksi 95% nilai UN untuk semua sekolah…. 62 12 Selang prediksi 95% bagi nilai UN untuk suatu nilai Pra-UN tertentu…. 63 13 Perhitungan koefisien keterandalan dengan metode KR-21……….. 64

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap akhir tahun akademik pemerintah selalu mengadakan Ujian Nasional (UN) bagi siswa tingkat akhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Siswa dikatakan berhasil pada tingkatan masing-masing sekolah bila siswa tersebut lulus pada UN. Untuk SMK ada tiga kelompok keahlian yaitu : kelompok Bisnis dan Manajemen (Sekolah Menengah Ekonomi Atas atau SMEA), kelompok Pariwisata dan Perhotelan (Sekolah Menengah Industri Pariwisata atau SMIP) dan kelompok Teknologi (Sekolah Teknologi Menengah atau STM). Mata pelajaran yang diujikan pada SMK ini sesuai dengan kelompok keahlian sebagai berikut :

- SMEA dan SMIP meliputi enam mata pelajaran yaitu : Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan, Ekonomi , Akuntansi - STM meliputi enam mata pelajaran yaitu : Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa

Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan, Fisika , Kimia.

Soal untuk masing-masing mata pelajaran tersebut dibuat oleh Pusat Pengujian Pendidikan (Puspendik) Departemen Pendidikan Nasional dengan jenis yang berbeda- beda untuk masing-masing propinsi dan sistem pemeriksaan terpusat pada Puspendik. Sedangkan kriteria nilai kelulusan diserahkan kepada masing-masing sekolah, artinya sekolah berhak menentukan sendiri kriteria nilai minimum siswa yang dinyatakan lulus. Pada tahun akademik 2002/ 2003 terjadi beberapa perubahan kebijakan pada SMK yaitu :

1. Mata pelajaran yang sebelumnya meliputi enam mata pelajaran yang diujikan untuk kelompok keahlian SMEA, SMIP dan STM berubah menjadi tiga mata pelajaran yaitu : Matematika, Bahasa Indonesia , Bahasa Inggris. Sedangkan untuk mata pelajaran lainnya termasuk Ujian Akhir Sekolah (UAS). Soal UN ini tetap Puspendik yang membuatnya sedangkan UAS adalah guru bidang studi masing-masing sekolah dengan kisi-kisi soal dibuat oleh Puspendik.

2. Adanya standar minimal kelulusan yang ditetapkan pemerintah yang sebelumnya pemerintah tidak menentukan standar ini. Nilai minimal yang harus dicapai siswa

(14)

supaya lulus adalah 3, 01 dari 10,00 untuk masing-masing mata pelajaran UN dan UAS. Standar minimal ini tiap tahun akademik berubah-ubah :

- dari minimal 3,01 untuk tahun akademik 2002/2003 berubah menjadi minimal 4,01 dari 10,00 untuk tahun akademik 2003/2004.

- dari minimal 4,01 untuk tahun akademik 2003/2004 berubah menjadi minimal 4,26 dari 10,00 untuk tahun akademik 2004/2005.

3. Hanya pelajaran yang UN saja yang dikoreksi terpusat sedangkan pelajaran UAS dikoreksi sekolah masing-masing dengan sistem koreksi silang antarguru sekolah.

Menurut pemerintah, dalam hal ini Depdiknas, UN dilaksanakan karena pemerintah ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut adalah dengan meningkatkan standar kelulusan siswa (Eko, 2005). Menurut Ketua Rayon Jakarta Selatan 06, untuk meningkatkan nilai siswa pada UN maka mulai tahun akademik 2004/2005 Kelompok Kerja Kepala Sekolah Kejuruan (K3SK) Jakarta Selatan 06 mengadakan Praujian Nasional (Pra-UN). Menurut pendapat beberapa kepala sekolah dan guru, tujuan diadakan Pra-UN sebagai evaluasi terhadap kemampuan siswa dalam menghadapi UN. Pra-UN ini meliputi tiga mata pelajaran yang diujikan yaitu : Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Pra-UN diikuti oleh seluruh SMK negeri dan swasta di Jakarta Selatan 06 yang berjumlah 66 sekolah. Soal Pra-UN dibuat oleh guru bidang studi sesuai yang diajarkan dengan mengambil sampel beberapa guru bidang studi SMK negeri dan swasta di lingkungan Jakarta Selatan 06 . Soal berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban untuk masing-masing butir soal. Sistem pengkoreksiannya terpusat pada Pusat Komputer (Puskom) K3SK yang berpusat di Rayon Jakarta Selatan 06, dan pengawasan ujian dilakukan oleh guru masing-masing sekolah.

Pada Tabel 1 persentase kelulusan UN pada SMK di Jakarta Selatan 06 sebesar 71.11%. Persentase ini terendah dibandingkan dengan persentase kelulusan SMK di wilayah lainnya. Berdasarkan keterangan dari Ketua Rayon Jakarta Selatan 06, hanya di SMK Jakarta Selatan 06 saja yang melaksanakan Pra-UN secara serentak. Sementara SMK di wilayah lainnya mayoritas melaksanakan Pra-UN secara internal. Berdasarkan

(15)

3 informasi ini menarik untuk diteliti sejauh mana manfaat Pra-UN ini bagi lingkungan SMK di Jakarta Selatan 06 terhadap peningkatan nilai UN siswa .

Pra-UN 2004/2005 dilaksanakan pada tanggal 25, 26 dan 27 April 2005 dan UN 2004/2005 dilaksanakan pada tanggal 30,31 Mei dan 1 Juni 2005. Kelulusan SMK di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tahun 2004/2005 tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1 Kelulusan siswa SMK di DKI tahun akademik 2004/2005

(Sumber : Depdiknas, 2005b)

Dari seluruh peserta Ujian Nasional tahun akademik 2004/2005 persentase kelulusan secara nasional tercantum pada Tabel 2 .

(Sumber : Depdiknas, 2005b)

Jarak pelaksanaan Pra-UN 2004/2005 dengan pelaksanaan UN 2004/2005 sekitar 35 hari. Dengan jangka waktu yang cukup pendek ini diharapkan sekolah sudah selesai memberikan semua materi yang wajib diajarkan sehingga tidak ada satu materipun yang tertinggal diajarkan kepada siswa untuk menghadapi UN 2004/2005.

Selain untuk meningkatkan nilai UN, soal Pra-UN ini diharapkan efektif artinya mampu menilai kesiapan siswa dan bisa digunakan sebagai gambaran nilai siswa pada UN . Kesiapan siswa artinya siswa yang lulus Pra-UN akan berpeluang lulus pada UN juga, sebaliknya siswa yang tidak lulus UN akan berpeluang tidak lulus pada UN. Selain

No Wilayah Jumlah Peserta Lulus % 1 Jakarta Pusat 6900 4985 72.25 2 Jakarta Utara 6098 5186 85.04 3 Jakarta Barat 12079 9922 82.14 4 Jakarta Timur 20174 17266 85.59 5 Jakarta Selatan 06 7097 5047 71.11

Tabel 2 Kelulusan siswa secara nasional tahun akademik 2004/2005

Jenjang Sekolah Jumlah Peserta Persentase Kelulusan (%)

SMP 2.988.733 86,38

SMA 1.248.808 79,04

(16)

itu soal Pra-UN ini diharapkan dapat digunakan sebagai prediksi bagi soal UN, artinya nilai yang didapat siswa pada Pra-UN tidak jauh berbeda dengan nilai yang didapat pada UN sebenarnya nanti. Dengan demikian permasalahannya apakah Pra-UN dapat digunakan untuk menilai kesiapan siswa dalam menghadapi UN dan juga apakah nilai Pra-UN yang dicapai siswa dapat digunakan untuk meramalkan atau memprediksi nilai UN.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah : 1. Mengetahui apakah Pra-UN dapat meningkatkan nilai UN siswa.

2. Mengetahui apakah Pra-UN dapat digunakan untuk menilai kesiapan siswa dalam menghadapi UN.

3. Mengetahui apakah nilai Pra-UN yang dicapai dapat digunakan untuk meramalkan atau memprediksi nilai UN.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Evaluasi Pengajaran

Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif- alternatif keputusan. Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran yang telah dicapai oleh siswa. Fungsi evaluasi di dalam pengajaran tidak dapat dilepaskan dari tujuan evaluasi itu sendiri. Tujuan evaluasi pengajaran ialah untuk mendapat data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan materi pelajaran yang terdapat di dalam kurikulum. Data pembuktian dalam evaluasi pengajaran didapat dari penilaian sumatif. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan ajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Menurut Purwanto (1984) fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran adalah :

1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi yang diperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa.

2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen dimaksud antara lain adalah tujuan materi atau bahan pengajaran, metode dan kegiatan belajar-mengajar, alat dan sumber pelajaran dan alat evaluasi.

Penilaian sumatif biasanya dilaksanakan pada akhir caturwulan atau setiap akhir semester, setiap akhir tahun ajaran berupa tes atau ujian. Beberapa jenis ujian sumatif lainnya misalnya : Praujian Nasional (Pra-UN), Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) yang sekarang berganti nama Ujian Nasional (UN) dan ujian masuk Perguruan Tinggi. Pelaksanaan Praujian Nasional biasanya dilakukan dalam waktu yang berdekatan atau tidak jauh dari pelaksanaan EBTA atau UN dan ujian masuk Perguruan Tinggi.

(18)

Uji McNemar Sampel Tak Bebas dalam Tabel 2x2

Uji khi kuadrat (χ2) digunakan untuk menguji apakah dua peubah saling bebas atau tidak dan frekuensi amatan biasanya disajikan dalam bentuk tabel kontingensi atau tabel kemungkinan. Besarnya nilai χ2dirumuskan :

2 χ =

i i i i e e o )2 ( (1) dimana : oi = frekuensi observasi ke-i

ei = frekuensi harapan ke-i

dengan hipotesis H0 : tidak ada hubungan (asosiasi) antara peubah baris dan peubah kolom. Kriteria keputusannya adalah bila χ2> 2

α

χ dengan derajat bebas v = (b-1)(l -1) dimana badalah banyaknya baris dan l adalah banyaknya kolom , maka hipotesis nol ditolak (Walpole & Myers, 1989).

Adakalanya digunakan sampel yang sama untuk dua perlakuan namun dalam waktu yang berbeda. Di sini dikatakan kedua sampelnya tidak bebas (Steel & Torrie, 1980). Misalnya dua perlakuan tersebut berkategori sukses atau gagal dan ditabelkan sebagai berikut :

Tabel 3 Tabulasi silang 2x2 untuk sampel tidak bebas Perlakuan pertama Perlakuan kedua Total Sukses (S2) Gagal (G2) Sukses (S1) n11 n12 n1. Gagal (G1) n21 n22 n2. Total n.1 n.2 n..

(19)

7 Hipotesisnya adalah : H0 : P(S1) = P(S2) H1 : P(S1) ≠P(S2)

− = e e o 2 2 ( ) χ = 2 ) 2 ( 21 12 2 21 12 12 n n n n n + + − + 2 ) 2 ( 21 12 2 21 12 21 n n n n n + + − = 21 12 2 21 12 ) ( n n n n + − (2)

dengan derajat bebas sama dengan 1

Dalam Agresti & Finlay (1986) persamaan 2 dikenal dengan nama uji McNemar (McNemar’s test ). Menurut McNemar (1969) bila nilai n12 +n21 <20, maka perlu

dilakukan koreksi dengan persamaan :

21 12 2 21 12 2 (| | 1) n n n n + − − = χ (3) Kriteria keputusannya adalah bila χ2> 2

α

χ maka hipotesis nol ditolak.

Korelasi dan Regresi Linier Sederhana

Koefisien korelasi adalah koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih. Besaran dari koefisien korelasi tidak

Kategori

frekuensi

Kenyataan Harapan ( bila Ho benar)

( o ) (e) 1 SG2 n12 2 21 12 n n + 1 GS2 n21 2 21 12 n n + Jumlah n12+ n21 n12+ n21

(20)

menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua peubah atau lebih tetapi semata-mata menggambarkan keterkaitan linier antarpeubah. Koefisien korelasi sering dinotasikan dengan r dan nilainya berkisar antara –1 dan 1 (-1 ≤ r ≤ 1 ), nilai r yang mendekati 1 atau –1 menunjukkan semakin erat hubungan linier antara kedua peubah tersebut. Sedangkan nilai r yang mendekati nol menggambarkan hubungan kedua peubah tersebut tidak erat atau tidak linier. Tanda dari nilai r dapat dilihat dari diagram pencar pengamatan dari kedua peubah. Bila titik-titik pengamatan menggerombol mengikuti garis lurus dengan kemiringan positif, maka korelasi antara kedua peubah tersebut positif. Sebaliknya bila titik-titik pengamatan tersebut menggerombol mengikuti garis lurus dengan kemiringan negatif, maka korelasi antara kedua peubah tersebut bertanda negatif. Koefisien korelasi antara peubah X dan peubah Y dapat dirumuskan sebagai berikut :

= ( 2 2)−1/2 y x xy S S S r (4) dimana Sxy = 1 ) )( ( 1 − − −

= n y y x x n i i i 2 x S = 1 ) ( 1 2 − −

= n x x n i i 2 y S = 1 ) ( 1 2 − −

= n y y n i i

untuk regresi linier sederhana maka kuadrat dari koefisien korelasi akan sama dengan koefisien determinasi tetapi ini tidak berlaku untuk regresi linier berganda. (Mattjik & Sumertajaya, 2000).

Bila hasil plot menunjukkan kecenderungan hubungan X dan Y membentuk persamaan linier maka sudah tepat penggambaran hubungan X dan Ydalam persamaan regresi linier. Persamaan regresi yang terdiri atas satu peubah bebas dan satu peubah terikat disebut regresi sederhana, sedangkan persamaan regresi yang terdiri atas satu peubah terikat dan beberapa peubah bebas disebut regresi berganda. Regresi linier sederhana dapat dituliskan dalam bentuk persamaan :

(21)

9 i i i X Y =α +β +ε (5) dimana : α = intersep β = gradien (kemiringan) ε = galat i = 1, 2, 3, …, n

Keterandalan dari model yang diperoleh dapat dilihat dari kemampuan model menerangkan keragaman nilai peubah Y. Ukuran ini sering disebut koefisien determinasi. Semakin besar nilai koefisien determinasi berarti model semakin mampu menerangkan keragaman nilai peubah Y. Dalam Draper & Smith (1981) selang kepercayaan (1−α)100% bagi nilai individual Y0 untuk suatu nilai X0 tertentu dirumuskan :

s X X X X n db t Y i 2 / 1 2 2 0 ^ 0 ) ( ) ( 1 1 ) 2 , ( ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − − + + ±

α (6)

Keterandalan Instrumen Penelitian

Keterandalan (Reliability) menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Menurut Ary et al. (2005) untuk mengestimasi koefisien keterandalan dengan menggunakan satu bentuk tes yang hanya sekali diujikan pada sekelompok subjek digunakan pendekatan konsistensi internal (Internal Consistency ). Pendekatan ini bertujuan untuk melihat konsistensi antarbutir pertanyaan atau antarbagian dalam tes itu sendiri.

Dalam Kaplan & Saccuzzo (2005) metode untuk menduga koefisien kekonsistenan internal adalah metode Kuder-Richardson. Metode ini digunakan karena butir-butir pertanyaan berskor dikotomi, yaitu skor 1 atau 0 (jawaban benar atau salah). Metode Kuder-Richardson dirumuskan : KR_20 = −

−1(1 σ2) pq k k (7)

(22)

k = banyaknya butir pertanyaan

p = proporsi jawaban benar per butir pertanyaan q = proporsi jawaban salah per butir pertanyaan

σ2 = ragam / varian skor total

Persamaan 7 dikenal dengan rumus Kuder Richardson 20 (KR_20). Sedangkan rumus Kuder Richardson 21 (KR _21) : KR_21 = (1 ( )) 1 σ2 k x k x k k − − − (8)

dimana : KR_21 = koefisien keterandalan menurut Kuder-Richardson 21 k = banyaknya butir pertanyaan

x= rata-rata hitung skor ujian σ2 = ragam skor total

Dilihat dari segi efisiensi perhitungan, KR_21 jauh lebih efisien dibandingkan dengan KR-20. Hal ini dikarenakan perhitungan proporsi jawaban benar dan jawaban salah rumus KR_20 memerlukan kerja analisis butir soal per siswa per butir. Sebaliknya persamaan KR _21 hanya dibutuhkan rata-rata hitung dan ragam skor total.

Instrumen penelitian dikatakan andal bila mempunyai nilai KR_21 lebih besar atau sama dengan 0.70 (Kinan, 1990). Menurut Fraenkel & Wallen (1990) untuk keperluan penelitian nilai koefisien keterandalan seharusnya lebih besar atau sama dengan 0.70 .

(23)

BAHAN DAN METODE

Sumber Data

Penelitian ini memanfaatkan data sekunder dari hasil Pra-UN 2004/2005 yang dilaksanakan oleh K3SK Jakarta Selatan 06 dan hasil UN 2004/2005 untuk populasi siswa kelas 3 SMEA di Jakarta Selatan 06 bidang studi Matematika. Jumlah SMEA di Jakarta Selatan 06 sebanyak 41 sekolah ( negeri dan swasta ) dengan jumlah total siswa 4898 siswa.

Metode Analisis

Data yang terkumpul dianalisis dengan pendekatan statistik deskriptif dan statistik inferensia. Adapun maksud analisis statistik deskriptif mencakup penyederhanaan data, penyajian data. Tahapan penyederhanaan data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tak perlu. Penyajian data mencakup tabel dan grafik. Data diolah dengan paket komputer program MINITAB versi 14.00, SPSS versi 11.00 dan Excel XP.

Adapun garis besar tahapan analisis data pada pelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menganalisis statistik deskriptif nilai UN siswa tahun akademik 2003/2004 dan tahun akademik 2004/2005

b. Mengelompokkan sekolah menjadi 3 golongan yaitu sekolah dengan mutu baik (golongan 1), sekolah dengan mutu sedang (golongan 2) dan sekolah dengan mutu rendah (golongan 3). Informasi pemilihan mutu sekolah ini didapat dari Dinas Pendidikan Menengah dan Kejuruan DKI, beberapa kepala sekolah dan guru di Jakarta Selatan 06 .

c. Mengidentifikasi banyaknya siswa yang lulus dan siswa yang tidak lulus pada Pra-UN dan UN untuk : semua sekolah, masing golongan dan masing-masing sekolah dengan membuat tabulasi silang.

d. Menganalisis tabulasi silang dengan uji McNemar (McNemar’s test) karena kasus ini merupakan sampel tidak bebas dengan hipotesis :

H0 : P(lulus pada Pra-UN) = P(lulus pada UN)

(24)

e. Menentukan batas minimal kelulusan nilai Pra-UN sehingga peluang siswa lulus Pra-UN sama dengan peluang siswa lulus UN untuk semua sekolah dan masing- masing golongan sekolah.

f. Membuat plot antara nilai Pra-UN dan nilai UN untuk semua golongan sekolah dalam satu grafik.

g. Menghitung koefisien korelasi untuk semua sekolah, masing-masing golongan sekolah dan masing-masing sekolah

h. Membuat selang kepercayaan prediksi individual nilai UN i. Menghitung koefisien keterandalan soal Pra-UN

(25)

Gambar 1 Histogram nilai UN tahun akademik 2003/2004.

Gambar 2 Histogram nilai UN tahun akademik 2004/2005.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelusuran Nilai Ujian Nasional Matematika Tahun Akademik 2003/2004 dan 2004/2005

Pra-UN di Jakarta Selatan 06 dilaksanakan mulai tahun akademik 2004/2005. Menurut ketua rayon, Pra-UN dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai UN. Karena pada tahun akademik 2003/2004 belum dilaksanakan Pra-UN, maka dilakukan penelusuran nilai UN untuk tahun 2003/2004 dan 2004/2005, yaitu sebelum dilaksanakan Pra-UN dan setelah dilaksanakan Pra-UN. Ujian Nasional tahun akademik 2003/2004 bidang studi Matematika terdiri atas 40 butir sedangkan tahun akademik 2004/2005 terdiri atas 30 butir berbentuk pilihan ganda dengan alokasi waktu sama yaitu 120 menit. Histogram nilai UN Matematika tahun akademik 2003/2004 dan 2004/2005 masing-masing tercantum pada Gambar 1 dan 2.

Bila diperhatikan Gambar 1 dan Gambar 2, distribusi nilai UN tahun akademik 2004/2005 bergeser ke kanan dibandingkan tahun akademik 2003/2004 artinya nilai UN

UN 9.5 9.0 8.5 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 UN F requ enc y 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Std. Dev = .89 Mean = 4.8 N = 4868.00 UN 9.5 9.0 8.5 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 UN F requen c y 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Std. Dev = 1.60 Mean = 6.4 N = 4898.00 Jumlah sisw a Jumlah sisw a UN UN

(26)

siswa tahun akademik 2004/2005 lebih tinggi dibandingkan tahun akademik 2003/2004. Nilai rata-ratanya juga meningkat dari 4.79 menjadi 6.43. Berikut ini statistik deskriptifnya :

Tabel 4 Statistik deskriptif nilai UN tahun akademik 2003/2004 dan tahun akademik 2004/2005

Statistik Tahun Akademik

2003/2004 2004/2005 Jumlah siswa 4868 4898 Mean 4.79 6.43 Median 4.59 6.67 Modus 4.48 7.33 Simpangan baku 0.89 1.60 Ragam 0.79 2.57 Skewness 0.20 -0.35 Kurtosis 1.43 -0.54 Minimum 1.06 1.67 Maximum 8.70 10.00 Q1 4.33 5.33 Q2 4.59 6.67 Q3 5.33 7.67

Bila diperhatikan statistik deskriptif pada Tabel 4, nilai minimum siswa terjadi peningkatan dari 1.06 menjadi 1.67. Demikian pula nilai maksimumnya meningkat dari 8.70 menjadi 10.00. Nilai koefisien kemenjuluran (skewness) = 0.20 berarti pola sebaran menjulur ke kanan dengan nilai rata-rata lebih besar dari median. Hal ini mengindikasikan lebih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata. Tahun 2003/2004 siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebesar 55.73% . Sebaliknya pada tahun 2004/2005 nilai skewness = -0.35 berarti pola sebaran menjulur ke kiri dengan nilai rata-rata lebih kecil dari median. Hal ini mengindikasikan lebih banyak siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata. Tahun akademik 2004/2005 siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebesar 53.18%. Namun nilai yang dicapai siswa tahun akademik 2003/2004 lebih seragam dibandingkan tahun akademik 2004/2005 hal ini bisa dilihat dari nilai keragaman UN tahun akademik 2003/2004 lebih kecil dibandingkan tahun akademik 2004/2005. Selain itu, peningkatan nilai UN dapat dilihat dari boxplot berikut ini :

(27)

15

Gambar 3 Boxplot nilai UN 2003/2004 dan nilai UN 2004/2005.

Pada boxplot Gambar 3 nilai Q3 UN 2003/2004 sama dengan nilai Q1 UN 2004/2005. Hasil ini mengindikasikan nilai UN 2004/2005 lebih tinggi dibandingkan 2003/2004. Meskipun terjadi peningkatan rata-rata nilai UN pada tahun akademik 2004/2005 (ada Pra-UN) dibandingkan tahun akademik 2003/2004 (tidak ada Pra-UN) namun belum tentu peningkatan tersebut disebabkan karena adanya Pra-UN apalagi peningkatan yang terjadi cukup besar. Beberapa hal yang diduga penyebab meningkatnya nilai UN 2004/2005 adalah :

- jumlah soal yang berbeda dengan alokasi waktu yang sama (40 soal untuk tahun 2003/2004 dan 30 soal untuk tahun 2004/2005)

- tingkat kesulitan soal yang berbeda.

Untuk mendapatkan penilaian yang lebih obyektif apakah Pra-UN dapat meningkatkan nilai UN, sebaiknya dilakukan perbandingan dengan menerapkan prinsip-prinsip perancangan percobaan. Misalnya : sebelum Pra-UN dilaksanakan siswa dibagi menjadi dua kelompok yang dipilih secara acak. Kelompok pertama siswa dengan Pra-UN sedangkan kelompok kedua siswa tanpa Pra-Pra-UN, kemudian hasil ini dibandingkan dengan perolehan nilai UN apakah terjadi peningkatan atau tidak dengan dua perlakuan tersebut. Bila terjadi peningkatan pada kelompok siswa dengan Pra-UN maka besar kemungkinan peningkatan nilai UN karena Pra-UN, dengan asumsi faktor - faktor lain

10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 UN 2003/2004 UN 2004/2005

(28)

yang dapat mempengaruhi nilai UN sama untuk kedua kelompok tersebut. Bagaimana pengaruh peningkatan nilai terhadap persentase kelulusan siswa, mengingat perubahan batas minimal kelulusan dari 4.01 menjadi 4.26. Berikut ini persentase kelulusan UN tahun akademik 2003/2004 dan 2004/2005.

Tabel 5 Persentase kelulusan tahun akademik 2003/2004 dan 2004/2005

Hasil perhitungan pada Tabel 5, persentase kelulusan siswa tidak terjadi peningkatan bahkan terjadi penurunan walaupun batas kelulusan sama dengan 4.01.

Penelusuran Soal Pra-UN dan UN

Soal Pra-UN diharapkan dapat menyerupai soal UN, oleh karenanya perlu ditelusuri tentang kesesuaian materi, persentase penyebaran soal, bentuk soal dan alokasi waktu. Pada UN tahun akademik 2004/2005, ujian Matematika SMEA berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda dengan lima alternatif pilihan jawaban tiap butir soal. Jumlah soal Matematika UN sebanyak 30 butir soal dengan alokasi waktu 120 menit artinya untuk satu butir soal memerlukan waktu pengerjaan soal 4 menit. Soal UN dirancang sesuai dengan kelompok keahlian masing-masing yaitu STM, SMEA dan SMIP. Soal Matematika UN ini meliputi 33% materi kelas satu (10 butir soal), 40% materi kelas dua (12 butir soal) dan 27% materi kelas tiga (8 butir soal). Acuan yang digunakan dalam menyusun soal UN adalah kurikulum 1994 beserta suplemennya (Depdiknas, 2005a).

Soal Matematika Pra-UN terdiri atas 40 butir soal berbentuk pilihan ganda dengan lima alternatif pilihan jawaban tiap butir soal. Soal Matematika Pra-UN ini meliputi 35% materi kelas satu (14 butir soal), 35% materi kelas dua (14 butir soal) dan 30% materi kelas tiga (12 butir soal). Persentase penyebaran butir soal ini tidak terlalu mencolok perbedaannya dengan soal UN. Pada Pra-UN disediakan waktu 120 menit

Tahun akademik 2003/2004 Tahun akademik 2004/2005

dengan batas kelulusan UN = 4.01 dengan batas kelulusan UN

4.01 4.26

(29)

17 artinya untuk 40 butir soal tersebut masing-masing memerlukan rata-rata pengerjaan soal 3 menit. Soal Pra-UN terdiri dari dua jenis yaitu soal Pra-UN untuk kelompok teknik dan soal Pra-UN untuk kelompok nonteknik. Kelompok teknik khusus untuk siswa STM sedangkan kelompok nonteknik untuk siswa SMEA dan SMIP. Hal ini berbeda dengan soal UN, untuk SMIP soal UN berbeda dengan soal UN untuk SMEA. Penyajian soal Pra-UN yang sama antara SMEA dan SMIP akan mempengaruhi hasil ujian yang diperoleh siswa. Kemungkinan ada bab tertentu yang dipelajari di SMEA tetapi di SMIP tidak dipelajari, dan sebaliknya, sehingga siswa tidak bisa mengerjakan soal tersebut karena tidak diperoleh sewaktu belajar di kelas. Menurut Safari (2003) bahan ujian dikatakan baik jika ada kesesuaian antara materi yang diujikan dengan materi yang diajarkan. Hal ini hasilnya dapat memberikan informasi tentang siapa atau siswa mana yang telah mencapai tingkatan pengetahuan tertentu yang disyaratkan sesuai dengan tuntutan di dalam silabus/kurikulum dan dapat memberikan informasi mengenai apa dan seberapa banyak materi yang telah dipelajari siswa. Berdasarkan ilmu pengukuran pendidikan, ujian yang bahannya tidak sesuai dengan bahan yang telah diajarkan bukan saja kurang memberikan informasi tentang hasil belajar seorang siswa, melainkan juga tidak menghasilkan umpan balik bagi penyempurnaan proses belajar mengajar. Pada Pra-UN tidak ada larangan untuk menggunakan alat hitung (kalkulator) sedangkan pada Pra-UN dilarang, sehingga dengan waktu 120 menit dirasa sudah cukup waktu untuk mengerjakan 40 butir soal pada Pra-UN.

Analisis Pra-UN untuk Menilai Kesiapan Siswa dalam Menghadapi UN

Pra-UN diharapkan bisa digunakan untuk menilai kesiapan siswa. Kesiapan siswa artinya siswa yang lulus Pra-UN akan berpeluang lulus pada UN, sebaliknya siswa yang tidak lulus Pra-UN akan berpeluang tidak lulus UN. Oleh karenanya perlu ditelusuri kelulusan siswa pada Pra-UN dan UN dengan tabulasi silang dan dianalisis dengan analisis khi kuadrat sampel tak bebas. Tabulasi silang kelulusan siswa secara keseluruhan pada Pra-UN dan UN adalah seperti pada Tabel 6.

(30)

Tabel 6 Tabulasi silang kelulusan siswa untuk semua sekolah

Keterangan : L = Lulus TL = Tidak Lulus

Berdasarkan Tabel 6 , dari populasi siswa berjumlah 4898 siswa terdapat 1664 siswa tidak lulus Pra-UN (34%) sedangkan pada UN sebanyak 514 siswa tidak lulus UN (10% ). Pada taraf uji 5% dengan statistik uji McNemar diperoleh nilai χ2 = 950.07. Nilai ini lebih besar dari 2

1 : 05 . 0

χ (3.84), artinya hipotesis nol ditolak, yang menunjukkan bahwa secara umum peluang siswa lulus pada Pra-UN tidak sama dengan peluang siswa lulus pada UN. Oleh karena sekolah-sekolah ini terdiri atas berbagai sekolah dengan mutu pendidikan yang berbeda maka digolongkan menjadi tiga bagian yaitu : SMEA golongan 1 (sekolah dengan mutu baik), SMEA golongan 2 (sekolah dengan mutu sedang) dan SMEA golongan 3 (sekolah dengan mutu rendah). Tabulasi silang untuk masing-masing golongan sekolah seperti pada Tabel 7.

Tabel 7 Tabulasi silang kelulusan siswa untuk masing-masing golongan sekolah

SMEA golongan 1 SMEA golongan 2

Pra-UN UN Jumlah L TL siswa L 3113 121 3234 TL 1271 393 1664 Jumlah 4384 514 4898 Siswa Pra-UN UN Jumlah L TL siswa L 777 1 778 TL 11 0 11 Jumlah 788 1 789 Siswa Pra-UN UN Jumlah L TL siswa L 931 5 936 TL 437 3 440 Jumlah 1368 8 1376 siswa

(31)

19 SMEA golongan 3

Pada taraf uji 5% dengan statistik uji McNemar diperoleh nilai 2

koreksi

χ = 6.75 untuk SMEA golongan 1 dan χ2 = 422.23 untuk SMEA golongan 2. Kedua nilai ini lebih besar dari 2 1 : 05 . 0

χ (3.84) yang menunjukkan bahwa secara umum peluang siswa lulus pada Pra-UN tidak sama dengan peluang siswa lulus pada UN. Sedangkan pada SMEA golongan 3 diperoleh nilai χ2 = 534.40. Nilai ini lebih besar dari 2

1 : 05 . 0 χ (3.84) yang memberikan kesimpulan yang sama dengan kesimpulan pada SMEA golongan 1 dan SMEA golongan 2. Bila diperhatikan tabel informasi persiapan sekolah dalam menghadapi UN Matematika (lampiran 1) diambil sampel sekolah, secara umum sekolah telah mengadakan upaya untuk meningkatkan prestasi siswa dengan mengadakan pendalaman materi, adanya pembahasan bank soal, adanya uji coba (try out) internal. Pada SMEA golongan 1, awal semester genap sudah mempersiapkan siswa-siswinya mengadakan pendalaman materi dengan frekuensi pertemuan seminggu 1 kali. Pendalaman materi ini menekankan pada pengulangan pelajaran kelas 1 dan kelas 2. Hal ini sangat bermanfaat sehingga siswa mendapatkan penyegaran kembali pelajaran yang sudah satu atau dua tahun mereka tinggalkan mengingat materi UN meliputi pelajaran kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Menurut Sunardi (2000) pendalaman materi atau pengayaan bagi siswa akan memiliki dampak positif pada prestasi belajar siswa. Siswa dengan pengayaan materi akan lebih baik prestasi belajarnya daripada prestasi belajar siswa tanpa pengayaan. Pengayaan bisa dengan cara pemberian tugas, kajian pustaka, studi lapangan atau penelitian.

Pada SMEA golongan 1, hasil Pra-UN persentase kelulusan sebesar 98.60% dan UN sebesar 99.87%. Adanya peningkatan nilai persentase kelulusan ini kemungkinan disebabkan pada saat ujian siswa lebih serius mengerjakan soal UN dibandingkan

Pra-Pra-UN UN Jumlah L TL siswa L 1405 115 1520 TL 823 390 1213 Jumlah 2228 505 2733 Siswa

(32)

UN, mungkin anggapan siswa bahwa Pra-UN tidak terlalu penting sehingga siswa tidak mengerahkan semua kemampuan yang mereka miliki. Sekolah pada golongan 1 ini mempunyai koleksi bank soal Matematika yang berisi kumpulan soal-soal UN pada tahun-tahun sebelumnya dan dilakukan pembahasan bersama guru bidang studi. Hal ini dirasa sangat penting, karena siswa disamping dilatih mengerjakan soal-soal UN juga siswa akan mengenal bentuk soal-soal UN dan tingkat kesulitan soal UN. Selain itu sekolah ini sering melaksanakan uji coba internal. Dengan adanya uji coba ini guru dapat mengevaluasi tentang pencapaian pembelajaran selama di kelas. Bagi siswa sendiri pelaksanaan uji coba ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan diri sehingga memacu semangat belajar mereka dan terlatih mengerjakan soal sesuai dengan waktu yang disediakan. Namun bila diperhatikan pada tabulasi silang (Tabel 6) SMEA golongan 1 ini hanya ada 1 siswa (0.13%) lulus Pra-UN tetapi pada UN tidak lulus, sebaliknya mereka yang tidak lulus Pra-UN dan pada UN lulus ada 11 siswa (1.39%). Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu : sistem pengawasan ujian pada Pra-UN yang berbeda dengan UN. Pada Pra-UN sebagai pengawas ujian adalah guru di sekolah masing-masing, sehingga pengawasan kemungkinan tidak terlalu ketat, berakibat siswa mengerjakan ujian tidak dengan jujur (menyontek). Berbeda dengan pengawas UN yang menggunakan sistem pengawasan silang antarsekolah, sehingga kemungkinan siswa mengerjakan dengan tidak jujur relatif lebih kecil dibandingkan Pra-UN.

Demikian juga persiapan yang dilakukan pada SMEA golongan 2, namun pendalaman materi sebagian besar dilaksanakan bulan ketiga, dengan frekuensi pertemuan ada yang 1 kali dan ada yang 2 kali dalam seminggu. Koleksi bank soal Matematika dan pembahasan serta Uji coba juga dilakukan oleh sebagian besar sekolah golongan 2 ini. Dari hasil Pra-UN, persentase kelulusan 68.02 % (936 siswa) dan persentase kelulusan UN 99.42% (1368 siswa). Dari 936 siswa yang dinyatakan lulus pada Pra-UN ada 931 (99.47%) siswa yang bisa dinyatakan siap (lulus UN) dan 5 (0.53%) siswa tidak lulus UN. Sedangkan dari 440 siswa yang tidak lulus Pra-UN, ada 3 siswa (0.68%) yang dinyatakan tidak siap (tidak lulus UN) sedangkan 437 (99.32%) siswa lulus UN.

Sedangkan pada SMEA golongan 3 dari sampel sekolah yang terambil terlihat uji coba hanya sekali dilaksanakan, bahkan ada juga sekolah yang tidak mengadakan uji

(33)

21 coba. Jarangnya pelaksanaan uji coba ini akan membuat siswa kurang terlatih mengerjakan soal dengan mandiri, kurang mengetahui kesiapan dirinya. Bagi guru sendiri tidak bisa mengevaluasi secara berkala tentang materi mana yang dirasa belum maksimal diserap oleh siswa. Nilai persentase ini lebih besar jika dibandingkan dengan SMEA golongan 1. Bila diperhatikan pada tabel informasi persiapan sekolah menghadapi UN Matematika , terlihat bahwa persiapan lebih banyak dilakukan oleh SMEA golongan 1 seperti dimulainya pendalaman materi dan frekuensi pelaksanaan uji coba internal yang lebih sering dilakukan oleh SMEA golongan 1. Semakin sering siswa dilatih untuk menghadapi UN maka akan semakin siap siswa menghadapi UN yang sebenarnya. Faktor lain dimungkinkan oleh sistem pengawasan dan keseriusan siswa dalam mengejakan soal Pra-UN.

Pada SMEA golongan 3 dengan analisis McNemar memberikan kesimpulan peluang siswa lulus pada Pra-UN tidak sama dengan peluang siswa lulus pada UN. Persentase kelulusan Pra-UN adalah 55.62 % (1520 siswa) dan persentase kelulusan UN adalah 81.52 % (2228 siswa). Dari 1520 siswa yang dinyatakan lulus pada Pra-UN, ada 1405 (92.43%) siswa yang bisa dinyatakan siap (lulus UN ) dan 115 (7.57%) siswa tidak lulus UN (tidak bisa dinilai kesiapannya). Sedangkan dari 1213 siswa yang tidak lulus Pra-UN, ada 390 siswa (32.15%) yang dinyatakan tidak siap (tidak lulus UN ) sedangkan 823 (67.85%) siswa lulus UN (tidak bisa dinilai ketidaksiapan). Persiapan yang dilakukan oleh sekolah ini kebanyakan dilakukan hanya sebulan menjelang pelaksaan UN. Melihat jangka waktu hanya 35 hari, merupakan jangka waktu yang pendek bagi sekolah untuk mengadakan pendalaman materi, sehingga tidak mungkin sekolah bisa mempersiapkan dengan matang mengingat materi Pra-UN dan UN meliputi materi pelajaran kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Pada sekolah ini ada yang mengadakan pendalam materi sampai seminggu 2 kali, hal ini dirasa kurang efisien karena siswa dipaksakan untuk bisa menerima materi yang banyak dengan waktu yang relatif singkat. Tidak adanya pelaksanaan uji coba internal akan mempengaruhi kesiapan siswa, karena siswa tidak terbiasa terlatih untuk mengerjakan soal sesuai dengan waktu yang tersedia. Pembahasan bank soal akan berpengaruh juga terhadap kesiapan siswa, karena siswa tidak banyak mengenal tipe-tipe soal UN dan tingkat kesulitan soal UN, akibatnya pada waktu pelaksakan UN akan merasa kesulitan karena siswa hanya terpaku belajar pada catatan

(34)

guru di kelas. Faktor lain adalah faktor kemampuan akademik siswa itu sendiri, melihat siswa pada SMEA golongan 3 ini adalah siswa yang tidak diterima pada SMEA golongan 1 dan SMEA golongan 2 pada saat penerimaan siswa baru dulu.

Berdasarkan hasil analisa semua sekolah dan masing-masing golongan sekolah di atas ternyata memberikan kesimpulan yang sama yaitu peluang siswa lulus pada Pra-UN tidak sama dengan peluang siswa lulus pada UN. Karena banyak ditemukan siswa yang tidak bisa ditentukan kesiapannya dari hasil UN, seperti siswa yang tidak lulus Pra-UN ternyata pada Pra-UN mereka bisa lulus dengan jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan siswa yang lulus pada Pra-UN ternyata gagal pada UN. Ada dugaan bahwa soal Pra-UN lebih sulit dibandingkan dengan soal UN. Berikut ini Statistik deskriptif (Tabel 8) dan histogram nilai Pra-UN dan UN (Gambar 4) untuk semua sekolah :

Tabel 8 Statistik deskriptif nilai Pra-UN dan UN semua sekolah

Statistik Pra-UN UN Jumlah siswa 4898 4898 Mean 4.96 6.43 Median 4.79 6.67 Modus 3.75 7.33 Simpangan baku 1.18 1.60 Ragam 1.39 2.57 Skewness 0.74 -0.35 Kurtosis 0.18 -0.54 Minimum 2.29 1.67 Maksimum 9.58 10.00

(35)

23 PRAUN 9.5 9.0 8.5 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 PRAUN F requenc y 1200 1000 800 600 400 200 0 Std. Dev = 1.20 Mean = 5.0 N = 4898.00 UN 9.5 9.0 8.5 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 UN F requenc y 1200 1000 800 600 400 200 0 Std. Dev = 1.60 Mean = 6.4 N = 4898.00

Gambar 4 Histogram nilai Pra-UN dan UN semua sekolah.

Bila diperhatikan histogram nilai Pra-UN dan UN dan statistik deskriptif untuk semua sekolah terlihat bahwa pola sebaran yang cenderung menjulur ke kanan terjadi pada Pra-UN dibandingkan dengan UN. Bila dilihat nilai statistik lainnya nilai rata-rata Pra-UN dan median lebih rendah dari nilai rata-rata dan median UN. Demikian juga pada masing-masing golongan sekolah. Berikut ini statistik deskriptif dan histogram nilai Pra-UN dan Pra-UN SMEA golongan 1 dan golongan 2 :

Tabel 9 Statistik deskriptif nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 1 dan golongan 2 SMEA golongan 1 SMEA golongan 2 Statistik Pra-UN UN Jumlah siswa 1376 1376 Mean 4.93 7.28 Median 4.79 7.33 Modus 3.75 7.33 Simpangan baku 0.97 1.05 Ragam 0.94 1.10 Skewness 0.65 -0.54 Kurtosis -0.25 0.81 Minimum 2.92 2.00 Maksimum 8.33 10.00 Statistik Pra-UN UN Jumlah siswa 789 789 Mean 6.41 7.81 Median 6.46 8.00 Modus 6.67 8.33 Simpangan baku 1.09 1.05 Ragam 1.19 1.11 Skewness 0.20 -0.48 Kurtosis -0.18 0.19 Minimum 3.13 3.33 Maksimum 9.58 10.00 Pra-UN Jumlah sisw a Jumlah sisw a UN

(36)

UN 9.5 9.0 8.5 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 UN F requenc y 300 200 100 0 Std. Dev = 1.05 Mean = 7.8 N = 789.00 PRAUN 8.5 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 PRAUN F re quen c y 400 300 200 100 0 Std. Dev = 1.06 Mean = 4.9 N = 1376.00 UN 8.5 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 UN F re que nc y 400 300 200 100 0 Std. Dev = 1.05 Mean = 7.3 N = 1376.00 PRAUN 9.5 9.0 8.5 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 PRAUN Fr e q u e n c y 300 200 100 0 Std. Dev = 1.09 Mean = 6.4 N = 789.00

Gambar 5 Histogram nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 1.

Gambar 6 Histogram nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 2.

Hasil ini mengisyaratkan bahwa soal Pra-UN tingkat kesulitan lebih tinggi daripada soal UN. Jumlah butir soal yang berbeda dan alokasi waktu yang sama telah disesuaikan dengan diperbolehkan siswa menggunakan alat hitung pada Pra-UN. Nilai rendah siswa bisa juga disebabkan karena siswa merasa kesulitan menjawab soal Pra-UN akhirnya

Jumlah sisw a Jumlah sisw a Pra-UN UN Jumlah sisw a Jumlah sisw a Pra-UN UN

(37)

25 memaksa menjawab dengan cara menebak. Menurut Purwanto (2005) dengan tes bentuk objektif peluang melakukan tebakan (guessing) sangat tinggi. Bentuk tes objektif (pilihan ganda) diragukan kemampuannya untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan tinggi karena siswa tidak menciptakan sendiri unsur yang diperlukan untuk menjawab soal. Siswa akan menggunakan semua informasi yang diingatnya untuk menjawab soal. Namun, ketika informasi yang disimpannya tidak cukup untuk secara pasti menjawab soal maka dia menebaknya.

Penyebab lainnya karena batas minimal kelulusan Pra-UN dibuat sama dengan batas minimal kelulusan UN yaitu 4.26, sementara tingkat kesulitan soal Pra-UN lebih tinggi dibandingkan dengan UN. Hal ini yang menyebabkan banyak ditemukan siswa tidak lulus Pra-UN pada UN lulus. Agar Pra-UN bisa digunakan untuk mengetahui kesiapan siswa dalam menghadapi UN maka batas minimal kelulusan Pra-UN harus diturunkan. Penurunan batas minimal kelulusan ini dilakukan sampai diperoleh kesimpulan peluang siswa lulus Pra-UN sama dengan peluang siswa lulus UN (terima hipotesis nol). Harapannya adalah batas minimal yang diperoleh pada semua sekolah berlaku juga untuk masing-masing golongan sekolah. Berikut ini tabel penurunan batas minimal kelulusan Pra-UN dengan penurunan nilai 0.1 tiap tahap :

Tabel 10 Pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap persentase kelulus- an siswa dan nilai khi kuadrat untuk semua sekolah

Batas

kelulusan Persentase 1 Persentase 2 Nilai khi kuadrat kesimpulan Pra-UN 4.26 96.26% 76.38% 950.07 Tolak H0 4.16 95.54% 73.35% 589.02 Tolak H0 4.06 95.54% 73.35% 589.02 Tolak H0 3.96 94.48% 69.25% 204.304 Tolak H0 3.86 94.48% 69.25% 204.304 Tolak H0 3.76 94.48% 69.22% 229.83 Tolak H0 3.66 93.53% 52.50% 2.15 Terima H0 3.56 93.53% 52.50% 2.15 Terima H0 3.46 91.42% 47.91% 177.03 Tolak H0 3.36 90.84% 54.95% 207.19 Tolak H 0 84 . 3 2 1 : 05 . 0 = χ

(38)

Keterangan :

- Persentase 1 adalah persentase siswa yang lulus UN dari yang lulus Pra-UN - Persentase 2 adalah persentase siswa yang lulus UN dari yang tidak lulus Pra-UN

Hipotesisnya adalah :

H0 : Peluang siswa lulus pada Pra-UN = Peluang siswa lulus pada UN H1 : Peluang siswa lulus pada Pra-UN ≠ Peluang siswa lulus pada UN Pada Tabel 10 yang menghasilkan kesimpulan terima H0 terjadi pada batas minimal kelulusan Pra-UN sama dengan 3.66 dan 3.56 dengan nilai χ2 =2.15lebih kecil dari 2 3.84 1 : 05 . 0 =

χ . Persentase siswa dikatakan siap (lulus Pra-UN dan lulus UN ) sebesar 93.53% dan persentase tidak lulus Pra-UN dan lulus UN sebesar 52.50%. Pada batas nilai 3.46 dan 3.36 nilai khi kudrat naik lagi hal ini disebabkan karena sel baris 1 dan kolom 2 (siswa lulus Pra-UN dan tidak lulus UN) pada tabulasi silang naik dengan selisih cukup tinggi dengan sel baris 2 dan kolom 1 (siswa tidak lulus Pra-UN dan lulus UN). Sedangkan untuk SMEA golongan 1 tabelnya adalah sebagai berikut :

Tabel 11 Pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap persentase kelulus- an siswa dan nilai khi kuadrat untuk SMEA golongan 1

Keterangan :

- Persentase 1 adalah persentase siswa yang lulus UN dari yang lulus Pra-UN - Persentase 2 adalah persentase siswa yang lulus UN dari yang tidak lulus Pra-UN Batas

kelulusan Persentase 1 Persentase 2 Nilai khi kuadrat kesimpulan Pra-UN 4.26 99.87% 100.00% 6.75 Tolak H0 4.16 99.87% 100.00% 4.9 Tolak H0 4.06 99.87% 100.00% 4.9 Tolak H0 3.96 99.87% 100.00% 3.13 Terima H0 3.86 99.87% 100.00% 3.13 Terima H0 3.76 99.87% 100.00% 2.29 Terima H0 3.66 99.87% 100.00% 0.00 Terima H0 3.56 99.87% 100.00% 0.00 Terima H0 84 . 3 2 1 : 05 . 0 = χ

(39)

27 Pada Tabel 11 dengan batas minimal Pra-UN mulai 3.96 dan seterusnya sudah menghasilkan kesimpulan terima H0. Bila diperhatikan tabulasi silang (lampiran 3) pada Pra-UN persentase siswa lulus sama dengan 98.60% dan pada UN sama dengan 99.87%. Dan hanya ada 1 siswa (0.13%) lulus Pra-UN akan tetapi pada UN tidak lulus, sebaliknya mereka yang tidak lulus Pra-UN dan pada UN lulus ada 11 siswa (1.39%), sehingga bila batas kelulusan Pra-UN diturunkan maka perubahan untuk menuju kesimpulan terima H0 akan cepat terjadi. Terbukti hanya dengan menurunkan sampai dua kali saja menghasilkan nilai χ2 =3.13 yang lebih kecil dari 2 3.84

1 : 05 .

0 =

χ . Dari 11 siswa berubah menjadi 7 siswa artinya ada 4 siswa yang nilainya diantara 3.96 sampai dengan 4.26 dan dinyatakan lulus pada Pra-UN dan UN. Bila proses penurunan dilanjutkan sampai 3.56 akan menghasilkan nilai χ2 =0.00hal ini disebabkan sel baris 2 kolom 1 terus berkurang dan sentara sel baris 1 kolom 2 tetap yaitu hanya satu siswa yang tidak akan bertambah karena sel baris 2 kolom 2 dari awal bernilai nol artinya tidak ada siswa yang tidak lulus pada Pra-UN dan UN nya tidak lulus. Pada SMEA golongan 2 tabelnya sebagai berikut : Tabel 12 Pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap persentase kelulus- an siswa dan nilai khi kuadrat untuk SMEA golongan 2

Keterangan :

- Persentase 1 adalah persentase siswa yang lulus UN dari yang lulus Pra-U - Persentase 2 adalah persentase siswa yang lulus UN dari yang tidak lulus Pra-UN

Batas

kelulusan Persentase 1 Persentase 2 Nilai khi kuadrat kesimpulan Pra-UN 4.26 99.47% 99.32% 422.23 Tolak H0 4.16 99.52% 99.10% 316.3 Tolak H0 4.06 99.52% 99.10% 316.3 Tolak H0 3.96 99.41% 99.47% 167.01 Tolak H0 3.86 99.41% 99.47% 167.01 Tolak H0 3.76 99.41% 99.47% 167.01 Tolak H0 3.66 99.41% 100.00% 3.24 Terima H0 3.56 99.41% 100.00% 3.24 Terima H0 3.46 99.42% 100.00% 0.31 Terima H0 84 . 3 2 1 : 05 . 0 = χ

(40)

Bila diperhatikan Tabel 12, proses penurunan batas kelulusan untuk mencapai kesimpulan terima H0 lebih panjang dibandingkan dengan SMEA golongan 1. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang tidak lulus pada Pra-UN dan lulus pada UN

(sel baris 2 kolom 1) sampai akhirnya batas minimal 3.66 sampai dengan 3.46 memberikan kesimpulan terima H0. Nilai khi kuadrat menurun secara drastis dari 167.01 (batas minimal sama dengan 3.76) menjadi 3.24 (batas minimal sama dengan 3.66) hal ini mengindikasikan bahwa nilai siswa diantara 3.75 sampai dengan 3.66 cukup banyak. Hal ini juga bisa dilihat pada tabulasi silang dari 187 siswa berubah menjadi 17 siswa atau ada 170 siswa yang nilainya terletak antara 3.75 sampai dengan 3.66. Untuk SMEA golongan 3 tabelnya sebagai berikut :

Tabel 13 Pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap persentase kelulusan siswa dan nilai khi kuadrat untuk SMEA golongan 3

Keterangan :

- Persentase 1 adalah persentase siswa yang lulus UN dari yang lulus Pra-UN - Persentase 2 adalah persentase siswa yang lulus UN dari yang tidak lulus Pra-UN

Hasil ini hampir sama dengan perolehan dengan penurunan pada semua sekolah, dimana setelah diperoleh kesimpulan terima H0 maka kesimpulan berubah menjadi tolak H0 lagi. Penyebabnya karena nilai sel baris 1 kolom 2 jadi naik walaupun sel baris 2 kolom 1

Batas

kelulusan Persentase 1 Persentase 2 Nilai khi kuadrat kesimpulan Pra-UN 4.26 92.43% 67.85% 534.4 Tolak H0 4.16 91.23% 64.41% 296.53 Tolak H0 4.06 91.23% 64.41% 296.53 Tolak H0 3.96 89.35% 61.61% 103.44 Tolak H0 3.86 89.35% 61.61% 103.44 Tolak H0 3.76 89.35% 61.61% 103.44 Tolak H0 3.66 87.81% 50.54% 3.80 Terima H0 3.56 87.81% 50.54% 3.80 Terima H0 3.46 84.42% 46.67% 177.24 Tolak H0 3.36 83.45% 53.67% 207.69 Tolak H0 84 . 3 2 1 : 05 . 0 = χ

(41)

29 UN 8.5 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 UN F requ enc y 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Std. Dev = 1.46 Mean = 5.6 N = 2733.00 PRAUN 8.5 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 PRAUN F requenc y 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Std. Dev = .95 Mean = 4.6 N = 2733.00

turun akan tetapi selisih antara keduanya jadi tinggi sehingga nilai khi kuadrat ikut tinggi karena perhitungan nilai khi kuadrat tergantung pada kedua sel ini. Statistik deskriptif dan histogram nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 3 seperti pada Gambar 7 dan Tabel 14.

Tabel 14 Statistik deskriptif nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 3

Gambar 7 Histogram nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 3. Bila diperhatikan histogram nilai Pra-UN dan UN dan statistik deskriptif SMEA golongan 3 di atas, terlihat bahwa pola sebaran yang menjulur ke kanan terjadi pada Pra-UN (nilai skewness = 0.73) sedangkan pada UN pola sebaran menjulur ke kiri (nilai

Statistik Pra-UN UN Jumlah siswa 2733 2733 Mean 4.55 5.67 Median 4.38 5.67 Modus 3.75 6.33 Simpangan baku 0.95 1.46 Ragam 0.90 2.13 Skewness 0.73 -0.02 Kurtosis 0.33 -0.62 Minimum 2.29 1.67 Maksimum 8.33 10 Jumlah sisw a Jumlah sisw a Pra-UN UN

(42)

skewness = -0.02). Untuk semua sekolah dan untuk masing-masing golongan sekolah,

nilai keragaman Pra-UN lebih rendah daripada UN mengindikasikan bahwa perolehan nilai siswa pada Pra-UN cenderung lebih seragam daripada UN. Melihat hasil analisa diatas supaya Pra-UN dapat digunakan untuk menilai kesiapan siswa dalam menghadapi UN maka batas minimal nilai kelulusan Pra-UN = 3.66. Tabulasi silang perubahan batas kelulusan dan persentase tiap sel untuk semua sekolah dan untuk masing-masing golongan sekolah dapat dilihat pada lampiran 2 sampai dengan lampiran 5. Nilai khi kuadrat dengan batas minimal kelulusan UN = 4.26 dan batas minimal kelulusan Pra-UN = 3.66 untuk masing-masing sekolah dapat diperhatikan pada Tabel 15 berikut ini :

(43)

31 Tabel 15 Nilai khi kuadrat dengan batas minimal Pra-UN = 4.26 dan batas

minimal kelulusan Pra-UN =3.66 untuk masing-masing sekolah

No Nama sekolah

Nilai khi kuadrat

Batas minimal kelulusan Batas minimal kelulusan Pra-UN = 4.26 Pra-UN = 3.66 1 SMEA 1 0.00 ~ 2 SMEA 2 0.40 0.00 3 SMEA 3 4.17 0.50 4 SMEA 4 53.02 1.33 5 SMEA 5 0.25 0.00 6 SMEA 6 47.00 ~ 7 SMEA 7 34.00 1.33 8 SMEA 8 100.04 0.17 9 SMEA 9 0.80 0.00 10 SMEA 10 45.00 0.00 11 SMEA 11 28.00 0.50 12 SMEA 12 63.06 0.00 13 SMEA 13 17.00 ~ 14 SMEA 14 32.11 0.00 15 SMEA 15 48.08 9.60 16 SMEA 16 16.67 6.67 17 SMEA 17 10.08 3.13 18 SMEA 18 5.44 5.44 19 SMEA 19 15.21 0.21 20 SMEA 20 72.67 1.06 21 SMEA 21 5.14 0.00 22 SMEA 22 2.45 0.06 23 SMEA 23 13.07 5.14 24 SMEA 24 35.03 2.45 25 SMEA 25 57.72 14.82 26 SMEA 26 16.67 0.18 27 SMEA 27 10.08 4.17 28 SMEA 28 6.75 5.82 29 SMEA 29 23.14 1.00 30 SMEA 30 97.00 30.12 31 SMEA 31 16.33 4.55 32 SMEA 32 14.45 0.75 33 SMEA 33 12.57 1.45 34 SMEA 34 0.33 1.00 35 SMEA 35 11.56 13.71 36 SMEA 36 38.40 2.88 37 SMEA 37 14.24 3.06 8 SMEA 38 12.45 6.55 39 SMEA 39 0.50 0.50 40 SMEA 40 0.25 0.80 41 SMEA 41 0.17 3.13 84 . 3 2 1 : 05 . 0 = χ

(44)

Pada Tabel 15 tampak terjadi perubahan yang cukup tinggi dari kesimpulan hipotesa dengan perubahan batas nilai Pra-UN 4.26 menjadi 3.66. Dari 41 sekolah bila batas minimal Pra-UN = 4.26 hanya ada 9 sekolah yang memberikan kesimpulan terima H0, dengan batas Pra-UN = 3.66 ada 30 sekolah yang memberikan kesimpulan terima H0, sedangkan pada 11 sekolah yang tersisa memberikan kesimpulan tolak H0. Kesebelas sekolah ini termasuk sekolah golongan 3.

Analisis Prediksi untuk Data Hasil Pra-UN dan UN

Nilai Pra-UN siswa diharapkan dapat digunakan sebagai prediksi untuk menentukan nilai UN, sehingga siswa dapat melihat prestasi dirinya sejauh mana hasil belajar yang telah dipersiapkan untuk menghadapi UN. Bagi pihak sekolah dapat digunakan sebagai evaluasi untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi UN untuk meningkatkan prestasi siswa maupun sekolah. Harapannya adalah semakin baik nilai yang didapat pada Pra-UN akan diikuti semakin baiknya nilai yang didapat pada UN. Sehingga bila data nilai Pra-UN dan nilai UN siswa diplotkan maka titik-titik pengamatan akan cenderung membentuk pola garis lurus dengan kemiringan positif, atau mempunyai korelasi positif. Nilai korelasi Pra-UN dan UN dapat dilihat pada lampiran 7 sampai dengan lampiran 9 . Pada analisa ini sebagai peubah bebas (X) adalah nilai Pra-UN dan peubah terikat (Y) adalah nilai UN. Plot nilai Pra-UN dan UN untuk semua golongan sekolah dapat dilihat pada lampiran 10. Dari plot data tersebut tampak bahwa untuk SMEA golongan 1 titik-titik pengamatan lebih banyak menggerombol di bagian atas artinya bahwa perolehan nilai tinggi , baik pada Pra-UN maupun UN, banyak terjadi pada SMEA golongan 1. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa dari segi kualitas pendidikan siswa SMEA pada golongan 1 ini merupakan siswa pilihan dibandingkan dengan siswa SMEA golongan 2 dan golongan 3. Disamping itu dari segi persiapan sekolah dalam menghadapi UN SMEA golongan 1 ini lebih mempersiapkan diri daripada SMEA golongan 2 dan SMEA golongan 3 Sedangkan titik-titik pengamatan untuk SMEA golongan 2 dan golongan 3 kecenderungan keduanya menggerombol di bagian tengah, walaupun dibagian bawah titik-titik pengamatan semuanya SMEA golongan 3. Dari plot data SMEA golongan 2 dan golongan 3 yang saling menggerombol di bagian tengah mengindikasikan bahwa sulit untuk membedakan kemampuan siswa yang sebenarnya,

(45)

33 karena tidak ada perbedaan hasil yang dicapai pada kedua golongan SMEA ini. Idealnya adalah untuk SMEA golongan 2 titik-titik pengamatan berada mayoritas di tengah dan SMEA golongan 3 mayoritas di bawah. Bila diperhatikan plot data perolehan nilai Pra-UN dari kumpulan siswa yang mendapat nilai tertentu misalkan kisaran 5, maka nilai UN yang didapat berkisar antara 2 sampai dengan 9. Sulit dibedakan mana siswa yang benar-benar mampu mana yang tidak, dan kejadian ini banyak ditemukan didaerah plot SMEA golongan 2 dan golongan 3. Masih pada SMEA golongan 2 dan golongan 3, bila diperhatikan garis batas kelulusan terlihat banyak ketidaksesuain hasil yang didapat pada Pra-UN dengan UN artinya siswa tidak lulus pada Pra-UN tetapi pada UN siswa lulus, begitu pula siswa yang lulus Pra-UN ternyata pada UN tidak lulus. Hal ini dimungkinkan siswa tidak serius dalam mengerjakan soal Pra-UN karena mungkin ada anggapan bahwa Pra-UN hanya sebagai uji coba bukan ujian sebenarnya. Kemungkinan lain adalah sistem pengawasan pada UN yang lebih ketat dibandingkan dengan Pra-UN akibatnya siswa lebih jujur mengerjakan soal pada UN dibandingkan dengan Pra-UN.

Nilai korelasi antara dua peubah semakin menurun dengan semakin memencarnya atau menjauhnya titik-titik pengamatan dari garis lurus. Secara keseluruhan nilai korelasinya adalah 0.53 dengan nilai koefisien determinasi sama dengan 28.5% , artinya hanya 28.5% keragaman dari nilai UN yang mampu dijelaskan oleh nilai Pra-UN. Persamaan linier yang diperoleh untuk data pada semua SMEA adalah

aUN UN 2.83 0.73Pr

^

+

= . Prediksi nilai UN berdasarkan nilai Pra-UN dapat diperhatikan pada lampiran 12. Nilai-nilai prediksi UN ini semuanya berada diatas 4.26 (batas minimal kelulusan UN) dengan selang kepercayaan 95% cukup lebar. Dengan lebarnya selang kepercayaan maka makin besar variasi nilai prediksi UN. Misalnya siswa dengan nilai Pra-UN = 2.50 dengan selang kepercayaan 95% adalah (1.98, 7.15), artinya siswa dengan nilai Pra-UN = 2.50 maka variasi nilai prediksi UN siswa terletak antara 1.98 sampai dengan 7.15. Bila dihitung peluang lulus pada UN siswa dengan nilai Pra-UN = 2.50 peluang lulus pada Pra-UN sama dengan 0.61. Siswa dengan nilai Pra-Pra-UN lebih besar atau sama dengan 6.00 memiliki batas bawah selang prediksi UN melebihi batas minimal kelulusan yaitu 4.26 dengan peluang lulus UN diatas 0.97. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa dengan nilai Pra-UN lebih besar atau sama dengan 6.00 maka peluang untuk lulus pada UN cukup besar.

(46)

Analisis Keterandalan Soal Pra-UN

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui andal atau tidak soal Pra-UN, karena banyak ditemukan siswa yang tidak lulus Pra-UN pada UN lulus dan sebaliknya. Seolah-olah soal Pra-UN tidak bisa mengukur kemampuan siswa sebenarnya. Pada analisis keterandalan ini hanya dilakukan pada soal Pra-UN. Hal ini dikarenakan penulis kesulitan mendapatkan data UN karena merupakan data rahasia negara. Data UN yang dimaksud yaitu data berskala biner jawaban tiap siswa untuk masing-masing butir soal yang diperlukan dalam analisis keterandalan. Oleh karena itu pada analisis ini diasumsikan bahwa soal UN sudah andal

Nilai koefisien keterandalan (KR_21) soal Pra-UN untuk semua sekolah sama dengan 0.60. Nilai ini lebih kecil dari 0.7 sehingga menurut Kinan (1990) dan Fraenkel & Wallen (1990) soal Pra-UN ini tidak andal. Namun kriteria tersebut diasumsikan bahwa pengawasan ketat dan penilaian yang jujur. Seandal-andalnya soal Pra-UN bila dalam pelaksanaannya dengan pengawasan tidak ketat dan penilaian yang tidak jujur akan berakibat soal Pra-UN tidak andal. Jadi keterandalan tidak hanya ditentukan oleh butir soal saja melainkan satu rangkaian dengan pelaksanaan Pra-UN diantaranya pengawasan dan penilaian Pra-UN. Data nilai keterandalan untuk ujian-ujian di Indonesia hingga saat ini belum ditemukan berapa rata-rata kriteria yang andal untuk ujian-ujian di Indonesia. Bila seandainya nilai koefisien keterandalan sama dengan 0.5 sudah dikatakan cukup andal untuk ujian di Indonesia, maka perlu diuji apakah nilai KR_21 = 0.6 sudah andal dengan hipotesa : 5 . 0 : 5 . 0 : 1 0 > = ρ ρ H H

Pada taraf uji 5% diperoleh zhitung = 10.07 yang lebih besar dari ztabel = 1.645 sehingga hipotesis nol ditolak, artinya nilai KR_21 untuk soal Pra-UN lebih besar dari 0.5 atau dengan kata lain soal Pra-UN tersebut andal.

Berdasarkan tabulasi silang kelulusan (Tabel 16) banyak ditemukan siswa tidak lulus Pra-UN tetapi UN lulus. Sebaliknya banyak pula ditemukan siswa lulus Pra-UN tetapi UN lulus.

(47)

35 Tabel 16 Tabulasi silang kelulusan siswa untuk semua sekolah

Pada Tabel 16 seolah-olah instrumen penelitian,dalam hal ini soal Pra-UN, tidak andal, dengan kata lain Pra-UN tidak dapat memberikan hasil pengukuran yang dapat diandalkan, sehingga hasil tes menjadi tidak memberikan gambaran sesungguhnya dari kemampuan siswa di sekolah.

Beberapa faktor kemungkinan penyebabnya adalah sistem pengawasan ujian pada Pra-UN yang berbeda dengan UN. Pada Pra-UN sebagai pengawas ujian adalah guru di sekolah masing-masing, sehingga pengawasan kemungkinan tidak terlalu ketat, berakibat siswa mengerjakan ujian tidak dengan jujur (menyontek). Berbeda dengan pengawas UN yang menggunakan sistem pengawasan silang antarsekolah, sehingga kemungkinan siswa yang mengerjakan dengan tidak jujur relatif lebih kecil dibandingkan Pra-UN.

Faktor kedua adalah tingkat kesulitan soal Pra-UN lebih tinggi dibandingkan dengan soal UN dengan batas kelulusan yang sama, sehingga banyak ditemukan siswa tidak lulus Pra-UN tetapi UN lulus. Analisis tingkat kesulitan ini sudah dibahas pada pembahasan sebelumnya.

Faktor ketiga adalah faktor keseriusan siswa. Siswa mungkin lebih serius mengerjakan soal UN daripada Pra-UN karena anggapan siswa Pra-UN hanya sekedar uji coba saja. Beberapa faktor tadi mendukung analisis prediksi sebelumnya dengan hanya 28.5% keragaman dari nilai UN yang mampu dijelaskan oleh nilai Pra-UN. Juga dari plot antara nilai Pra-UN dan UN banyak ditemukan siswa lulus Pra-UN tetapi UN tidak lulus. Sebaliknya, banyak juga ditemukan siswa yang tidak lulus Pra-UN tetapi UN lulus. Pra-UN UN Jumlah L TL siswa L 3113 121 3234 TL 1271 393 1664 Jumlah 4384 514 4898 Siswa

Gambar

Gambar 1  Histogram nilai UN tahun                     akademik  2003/2004.
Gambar 4  Histogram nilai Pra-UN dan UN semua sekolah.
Gambar 5  Histogram nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 1.
Tabel 10  Pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap persentase kelulus-                  an siswa dan nilai khi kuadrat untuk semua sekolah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2 MST, namun berpengaruh tidak nyata terhadap

Dipimpin oleh seorang Kepala Pengolahan yang bertanggung jawab terhadap seluruh proses pengolahan tebu menjadi gula yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh

adalah Maimun (Kasi Pemerintahan) dan dilanjutkan dengan penyerahan stempel kampung pemekaran yang bernama Blang mancung Timur kepada kepala kampung yang bernama Tukiran. Kasi

Hasil diatas menyimpulkan bahwa komunikasi yang dilakukan menggunakan MSN Messenger melalui jaringan internet bebas tidak aman, karena dapat dengan mudah di baca oleh pihak yang

Keamanan, keindahan dan peningkatan perekonomian masyarakat serta memudahkan mengakses desa lain P1 B Kondisi Jalan Desa Dsn.Rejosari menuju Kedawung Desa Sraten Makadam yang akan

Topik-topik tulisan selain mengangkat isu yang berkaitan dengan demografi klasik seperti fertilitas, juga mengangkat persoalan ketimpangan pendapatan tenaga kerja

Sedangkan subyek penelitian, peneliti menggunakan seorang klien yang di konseling untuk mengetahui cara kerja tarot sebagai media konseling dan diwawancarai untuk

Graedorf (1976) menyatakan bahwa “PAK adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung kepada Roh Kudus, yang membimbing