• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gaya Bahasa Kiasan dalam Kumpulan Cerkak Lelakone Si Lan Man karya Suparto Brata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Gaya Bahasa Kiasan dalam Kumpulan Cerkak Lelakone Si Lan Man karya Suparto Brata"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 95

Analisis Gaya Bahasa Kiasan dalam Kumpulan Cerkak

Lelakone Si Lan Man

karya Suparto Brata

Oleh: Dian Ratnasari

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa ratnasaridian90@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam Kumpulan Cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata. (2) mendeskripsikan makna gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam Kumpulan Cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek dalam penelitian ini yaitu gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam Kumpulan Cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata. Subjek penelitian ini adalah Kumpulan Cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan buku-buku yang relevan yang digunakan penulis sebagai bahan acuan serta kartu pencatat data. Teknik pengumpulan data penulis menggunakan teknik simak dan teknik catat. Teknik Keabsahan Data dalam penelitian ini adalah Teknik Triangulasi. Teknik Analisis Data yang digunakan penulis adalah Teknik Analisis Isi. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data penulis menggunakan Teknik Informal. Hasil penelitian dan pembahasan data menunjukkan bahwa (1) Gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam Kumpulan Cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata antara lain (a) Gaya Bahasa Persamaan atau Simile (b) Gaya Bahasa Metafora (c) Gaya Bahasa Personifikasi atau Prosopopoeia (d) Gaya Bahasa Alusi (e) Gaya Bahasa Eponim (f) Gaya Bahasa Epitet (g) Gaya Bahasa Metonimia (h) Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, Sarkasme (i) Gaya Bahasa Sinekdoke (j) Gaya Bahasa Pun atau Paronomasia. (2) Makna dari gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam dalam Kumpulan Cerkak Lelakone Si lan Man adalah tentang kritik, sindiran serta nasihat yang ditujukan kepada manusia dalam menjalani kehidupan.

Kata kunci: Kumpulan Cerkak “Lelakone Si lan Man” , Gaya bahasa kiasan.

Pendahuluan

Sastra merupakan hasil karya manusia yang diciptakan untuk mengekspresikan dan mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan tentang kehidupan dalam bahasa yang bersifat imajinatif. Menurut Winarni (2009: 7) sastra adalah hasil kreativitas pengarang yang bersumber dari kehidupan manusia secara langsung atau melalui rekaannya dengan bahasa sebagai medianya. Sastra sebagai hasil pekerjaan seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Karya sastra naratif meliputi novel atau roman, cerita pendek, sketsa, dan kisah. Salah satu hasil karya sastra Jawa modern yang dapat digunakan untuk melestarikan budaya Jawa yaitu cerita pendek. Suharianto (1982: 39), mengartikan cerpen sebagai sebuah

(2)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 96 cerita yang hanya memusatkan perhatiannya pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling menonjol serta menjadi pokok cerita pengarang. Cerita pendek mempunyai alur yang memuat tentang gaya bahasa yang bertujuan untuk memperindah alur cerita melalui kata-kata. Gaya bahasa termasuk nilai estetika yang penting dalam sebuah alur cerita, karena dengan adanya gaya bahasa penulis dapat mempengaruhi pembaca untuk menghayati lebih dalam alur cerita yang ada. Menurut Keraf (2009: 112), kata style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Pada perkembangan berikutnya kata style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Menurut Abram dalam Nurgiyantoro (2013: 369), Stile (style, gaya bahasa) adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan diungkapkan. Gaya bahasa merupakan salah satu unsur karya sastra yang padu, sehingga unsur gaya bahasa tidak terlepas dari unsur yang lain, seperti latar, tema dan penokohan. Oleh karena itu, pengarang biasa menggunakan gaya bahasa dengan tujuan untuk mengutarakan maksud yang ingin disampaikan dengan menggunakan bahasa secara tidak langsung.

Dalam cerkak, tak jarang sering dijumpai banyak terdapat gaya bahasa di dalamnya. Hal ini dikarenakan pengarang ingin mengungkapkan hasil karyanya menggunakan gaya bahasa yang sesuai dengan jiwa, emosi dan apresiasi bahasanya. Tanpa adanya gaya bahasa, maka karya sastra tersebut akan hilang estetika atau keindahannya, bahkan boleh dikatakan dalam karya sastra tersebut akan terasa tidak hidup dan monoton. Menarik tidaknya bahasa yang digunakan tergantung pada kecakapan seorang pengarang dalam mengolah kata-kata yang ada. Pengarang dalam mengungkapkan hasil karyanya menggunakan gaya bahasa yang sesuai dengan jiwa, emosi dan apresiasi bahasanya. Hal ini juga terlihat dalam kumpulan cerkak dalam “Lelakone Si lan Man” karya Suparto Brata yang akan peneliti kaji. Pemilihan gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam kumpulan cerkak “Lelakone Si lan Man” mencerminkan watak, sikap serta pandangan hidup si pengarang yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

(3)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 97 Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap penggunaan gaya bahasa juga perlu dikaji, hal ini didasari oleh setiap pembaca karena disebabkan oleh berbagai hal, misalnya tingkat pendidikan, ketajaman pikiran, kurangnya pengetahuan dan lain–lain. Di samping itu, kurangnya minat para pemuda untuk membaca dan mempelajari sebuah karya sastra pada kehidupan sekarang, khususnya terhadap karya sastra Jawa seperti cerkak, juga menjadi perhatian khusus bagi peneliti. Untuk itu maka peneliti akan mendekripsikan gaya bahasa beserta maknanya yang terdapat dalam kumpulan cerkak “Lelakone Si lan Man” karya Suparto Brata ini.

Gaya bahasa yang terdapat dalam kumpulan cerkak “Lelakone Si lan Man” ini sangat bervariasi, sehingga hal itu menarik peneliti untuk menelitinya lebih dalam. Oleh karena itu, peneliti menganalisis gaya bahasa dengan membatasi jenis bahasa kiasan yang terdapat dalam kumpulan cerkak dalam “Lelakone Si lan Man” karya Suparto Brata dengan berpedoman pada teori Gorys Keraf dan Pradopo. Untuk itu, peneliti mengambil judul “Analisis Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerkak Lelakone Si lan Man Karya Suparto Brata”.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek dalam penelitian ini yaitu gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam Kumpulan Cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata. Subjek penelitian ini adalah Kumpulan Cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan buku-buku yang relevan yang digunakan penulis sebagai bahan acuan serta kartu pencatat data. Teknik pengumpulan data penulis menggunakan teknik simak dan teknik catat. Teknik Keabsahan Data dalam penelitian ini adalah Teknik Triangulasi. Teknik Analisis Data yang digunakan penulis adalah Teknik Analisis Isi. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data penulis menggunakan Teknik Informal.

(4)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 98 Hasil Penelitian

Gaya Bahasa Kiasan dan Maknanya dalam Kumpulan Cerkak Lelakone Si lan Man

a. Persamaan (Simile)

Gaya bahasa simile tampak pada kutipan berikut: Kutipan:

“Dheweke bisa ngguyu samudana, nanging sorot mripat kang ngembeng eluh, ora lidok maneh, atine kosong nggerong kaya sumur Gunung Kidul ketiga ngerak”(LSM: 6)

Terjemahan:

‘Dia bisa tertawa lepas, tetapi sorot matanya yang berkaca-kaca tidak dapat berbohong lagi, hatinya kosong seperti sumur Gunung Kidul dimusim kemarau yang panjang’

Berdasarkan kutipan Kumpulan Cerkak ‘Lelakone Si lan Man’ yang berjudul

Kasaput Ing Kasepen di atas memberikan gambaran tentang kekosongan hati. Gaya bahasa simile pada kutipan di atas ditunjukkan dengan penggunaan kata

kaya dalam kalimat atine kosong nggerong kaya sumur Gunung Kidul ketiga

ngerak”, ‘hatinya kosong seperti sumur Gunung Kidul dimusim kemarau yang

panjang’. Kutipan kalimat tersebut dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa

simile karena penulis mengumpamakan hati yang kosong sama seperti sumur yang kekeringan di musim kemarau. Penggambaran tersebut didasarkan ketika hati Dolly sedang hampa, ia merasakan kesepian sehingga seolah-olah hatinya kosong, sehingga disamakan dengan sumur di musim kemarau biasanya akan mengering dan tidak berisi air. Makna dari penggambaran bahasa kiasan tersebut adalah menggambarkan suasana hati Dolly yang sangat hampa ketika jauh dari tokoh Aku, yakni Mas Ta.

b. Metafora

Gaya bahasa metafora tampak pada kutipan berikut: Kutipan:

Sing wis kliwat, ya wis kliwat! Aja dibaleni, aja ndilat idu sing wis diidokake, ngisin-isini” (LSM: 68)

Terjemahan:

‘Yang telah berlalu, biarlah berlalu! Jangan diulang kembali, jangan

(5)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 99 Berdasarkan kutipan Kumpulan Cerkak ‘Lelakone Si lan Man’ yang berjudul

Lagu Gandrung Wong Kampung di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa

metafora, yang ditunjukkan dalam frasa “…ndilat idu… “, ‘…menjilat ludah…’.

Makna dari frasa ndilat idu bukanlah menjilati ludah, namun berarti plin plan atau tidak berpendirian. Maksud dari kutipan tersebut adalah suara hati Matraji yang menyatakan keinginannya untuk mendekati Wati, namun ia tidak memiliki keberanian untuk itu, sehingga membuatnya bimbang dan tidak berpendirian.

c. Personifikasi (Prosopopoeia)

Gaya Bahasa Personifikasi terdapat dalam kutipan berikut: Kutipan:

“Weruh ana gebyare thathit, tandha mega mendhung isih gentayangan.”

(LSM: 103)

Terjemahan:

‘Melihat ada cahaya kilat, pertanda mega mendung masih bergentayangan’

Kutipan cerkak yang berjudul Reca di atas menggambarkan tentang suasana di sore hari. Dalam hal ini digambarkan mega mendhung isih

gentayangan”, ‘mega mendung masih bergentayangan’. Kalimat tersebut

dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena mega mendung digambarkan layaknya hantu yang bergentayangan. Mega mendung hanyalah bergerak bukan bergentayangan layaknya hantu, namun penggambaran mega mendung yang bergentayangan bertujuan untuk memperindah kosakata dalam cerita. Makna dari penggambaran gaya bahasa kiasan tersebut adalah datangnya mega mendung sebagai pertanda hujan telah reda.

d. Alusi

Gaya Bahasa Alusi tampak pada kutipan berikut: Kutipan:

“Reca Jawa sing ayu, aja Kartini, aja.. liyane. Bareng daktawani modhel widodari Nawang Wulan ngene iki gelem.” (LSM: 105)

(6)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 100 ‘Patung Jawa yang cantik, jangan Kartini, jangan.. yang lan. Setelah saya tawarkan model bidadari Nawang Wulan begini baru mau’

Kutipan KumpulanCerkak “Lelakone Si lan Man” yang berjudul Reca di atas menceritakan tentang perdebatan. Terdapat gaya bahasa Alusi yaitu pada kata Nawang Wulan”, ’Nawang Wulan’, karena kata tersebut diidentikkan dengan sosok dewi dalam sebuah cerita rakyat yang berparas cantik. Makna dari penggambaran gaya bahasa kiasan tersebut adalah Daryan menawarkan patung seperti bidadari Nawang Wulan kepada Walikota .

e. Eponim

Gaya Bahasa Alusi tampak pada kutipan berikut: Kutipan:

“Mung ing angen-angen dakgambarake yen Wara Srikandhi mono kenes “ (LSM: 143)

Terjemahan:

‘Hanya dalam angan-angan kugambarkan jika Putri Srikandi itu cantik… ‘

Kutipan Kumpulan Cerkak “Lelakone Si lan Man” yang berjudul Mripat di

atas menceritakan tentang sebuah angan-angan. Terdapat gaya bahasa eponim

yaitu pada kata Wara Srikandi”,Dewi Srikandi’ yang merupakan sebuah

nama tokoh dalam pewayangan yang selalu diidentikkan dengan sosok

perempuan yang cantik. Makna dari penggambaran gaya bahasa kiasan

tersebut adalah pemikiran Paklik Amet yang menggambarkan keponakannya

cantik bagaikan Dewi Srikandi.

f. Epitet

Gaya Bahasa Alusi tampak pada kutipan berikut: Kutipan:

Dhaerah kana ya ana jago kluruk, tandha wayah esuk.” (LSM: 57)

Terjemahan:

(7)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 101 Kutipan Kumpulan Cerkak “Lelakone Si lan Man” yang berjudul Crita Saka Dhaerah Kana di atas menceritakan tentang datangnya pagi hari. Terdapat gaya bahasa eponim yaitu pada kata “jago kluruk”,‘ayam berkokok’. Frasa tersebut menjelaskan bahwa ayam berkokok memiliki pertalian yang dekat dengan datangnya pagi. Makna dari penggambaran gaya bahasa kiasan tersebut adalah pernyataan pengarang yang menggambarkan di desa Ti tinggal, juga mengenal waktu pagi dengan ditandai dengan ayam berkokok.

g. Metonimia

Gaya Bahasa Alusi tampak pada kutipan berikut: Kutipan:

“Dalem boten gadhah sepedhah kok. Ah ya wis ra papa. sesuk-sesuk daktukoke, miliha merk Batavis.(LSM: 56)

Terjemahan:

‘Aku tidak punya sepeda kok. Ah ya sudahlah tidak apa-apa. Esok akan kubelikan pilihlah merek Batavis

Berdasarkan kutipan Kumpulan Cerkak “Lelakone Si lan Man” yang berjudul

Crita Saka Dhaerah Kana di atas dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa metonimia karena pengarang mengungkapkan Batavis, mempunyai pertalian dengan sepeda. Makna dari penggambaran gaya bahasa kiasan tersebut adalah tawaran Mas Bud yang akan membelikan Yati sebuah sepeda, namun dengan syarat ia mau diperistri olehnya.

h. Ironi

Gaya Bahasa Alusi tampak pada kutipan berikut: Kutipan:

Le, nak, nuwunsewu sampeyan niki sakit napa dospundi? sakit napane?

Boten! Sehat, wareg. Yok napa se? mbok manas ati nemen wong wedok iki. Wong gak papa diarani gak waras!” (LSM: 99)

Terjemahan:

‘Le, nak, mohon maaf anda ini sakit atau bagaimana? Sakit apanya? Tidak! Sehat dan kenyang. Kenapa sih? Mengapa begitu membuat emosi sekali wanita ini. Padahal saya tidak apa-apa dianggap tidak waras!’

(8)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 102 Kutipan Kumpulan Cerkak “Lelakone Si lan Man” yang berjudul Pen Friend

di atas menceritakan tentang sindiran. Pada kutipan di atas terdapat gaya bahasa ironi pada kalimat “le, nak, nuwunsewu sampeyan niki sakit napa dospundi?”, ‘le, nak, mohon maaf anda ini sakit atau bagaimana?’. Makna dari penggambaran gaya bahasa kiasan tersebut adalah sindiran Ibu Mawestri yang ditujukan kepada Jaenal yang dianggapnya sakit, karena Jaenal menganggap bahwa Mawestri masih hidup, namun kenyataannya justru sebaliknya, ia dalam keadaan yang sehat tetapi hanya salah paham terhadap keadaan yang sesungguhnya bahwa Mawestri telah meninggal sebulan yang lalu karena kecelakaan.

i. Sinisme

Gaya Bahasa Alusi tampak pada kutipan berikut: Kutipan:

“Wong lanang kudu kendel wani ndhisiki, nyerang mletik saka greget birahimu dhisik.” (LSM: 121)

Terjemahan:

Seorang lelaki harus berani mendahului, memperlihatkan rasa sukamu dulu’

Kutipan Kumpulan Cerkak “Lelakone Si lan Man” yang berjudul Reca di atas berisi sebuah nasihat terhadap seorang lelaki. Pada kutipan di atas terdapat gaya bahasa sinisme pada kalimat wong lanang kudu kendel wani ndhisiki, ‘seorang lelaki harus berani mendahului’. Makna dari penggambaran gaya bahasa kiasan tersebut adalah sindiran patung wanita terhadap Cakrak agar menjadi sosok yang pemberani, terutama dalam hal mendekati wanita.

j. Sarkasme

Gaya Bahasa Alusi tampak pada kutipan berikut: Kutipan:

“Sori Mek, aku isih eman karo mripatku, rusak iki engko yen mloroki rai

bunder kempleng karo cangkem amba sakilan ngono!” (LSM: 61)

Terjemahan:

‘Maaf Mek, saya masih sayang terhadap mataku, akan rusak jika memelototi wajah bulat dengan mulut selebar satu jengkal tangan itu’

(9)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 103 Pada kutipan tersebut, gaya bahasa sarkasme terdapat pada kalimat Sori Mek, aku isih eman karo mripatku, rusak iki engko yen mloroki rai bunder

kempleng karo cangkem amba sakilan ngono!”, ‘maaf Mek, saya masih

sayang terhadap mataku, akan rusak jika memelototi wajah bulat dengan mulut selebar satu jengkal tangan itu’. Penggunaan kata rai bunder kempleng

dan cangkem amba sakilan itu merupakan kata yang kasar untuk diucapkan, apalagi ditunjukkan kepada manusia. Makna kutipan di atas adalah tanggapan Matraji atas ucapan Harun yang menganggap Matraji menyukai Yayuk, namun ia menampiknya karena baginya Yayuk merupakan gadis yang tidak menarik sama sekali.

k. Sinekdoke

Gaya Bahasa Alusi tampak pada kutipan berikut: Kutipan:

“Kamangka jare pamerintah anggone royal mborongi buku wacan bocah kuwi oleh dhana bantuan saka UNICEF, bukune muspra. Bocah Indonesia

tetep bodho… “ (LSM: 115)

Terjemahan:

Pendapat Pemerintah dalam peduli untuk membeli buku bacaan anak-anak itu mendapat dana bantuan dari UNICEF, buku tersebut sia-sia. Anak Indonesia tetap bodoh…

Kutipan KumpulanCerkak “Lelakone Si lan Man” yang berjudul Reca di atas menceritakan tentang kesia-siaan. Terdapat gaya bahasa sinekdoke totum pro parte yaitu pada kata “Anak Indonesia”, ’Anak Indonesia’ yaitu menyebutkan nama keseluruhan sebagai pengganti nama sebagian anak Indonesia. Makna dari penggambaran gaya bahasa kiasan tersebut adalah kata Anak Indonesia,

digunakan oleh pengarang untuk menyebut sebagian anak Indonesia yang bodoh, bukanlah seluruh anak Indonesia. Maksud kutipan tersebut menggambarkan tentang kekecewaan Cakrak terhadap sebagian anak Indonesia yang masih bodoh, karena kurangnya minat dalam membaca buku.

(10)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 104 l. Pun atau Paronomasia

Gaya Bahasa Alusi tampak pada kutipan berikut: Kutipan:

Huh, mangkel aku ngrasakake Wati Prawan Krian sing wis ora prawan

maneh kuwi!” (LSM: 78)

Terjemahan:

Wah, kesal aku menghadapi Wati gadis Krian yang telah tidak gadis lagi.’

Kutipan Kumpulan Cerkak “Lelakone Si lan Man” yang berjudul Lagu Gandrung Wong Kampung di atas menceritakan tentang kekecewaan. Terdapat gaya bahasa pun yaitu pada kata “prawan”, ‘gadis’. Makna dari penggambaran gaya bahasa kiasan tersebut adalah kata prawan pertama digunakan oleh pengarang untuk menyebut perempuan remaja atau gadis yang berasal dari sebuah daerah, sedangkan kata prawan kedua diartikan status keperawanan. Maksud kutipan tersebut menggambarkan kekecewaan Matraji terhadap Wati, gadis pujaannya yang telah ternodai oleh pamannya sendiri.

Simpulan

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan Dalam Kumpulan Cerkak Lelakone Si lan Man karya Suparto Brata, ditemukan berbagai gaya bahasa kiasan, antara lain: Simile, Metafora, Personifikasi, Alusi, Eponim, Ironi, Sinekdoke, Metonimia, Sinisme, Sarkasme dan Pun (paronomasia). Secara umum makna dari gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam dalam Kumpulan Cerkak Lelakone Si lan Man adalah tentang kritik, sindiran serta nasihat yang ditujukan kepada manusia dalam menjalani kehidupan.

Daftar Pustaka

Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi Edisi Revisi. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.

Suharianto. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.

Referensi

Dokumen terkait

Tesis yang berjudul “ Novel Tak Ada Nasi Lain Karya Suparto Brata (Kajian Psikologi Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam kumpulan cerita pendek Roro Mendut & Atmo karya Besar S.W. terdiri atas delapan jenis, meliputi gaya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam kumpulan cerita pendek Roro Mendut & Atmo karya Besar S.W. terdiri atas delapan jenis, meliputi gaya

Berdasarkan hasil pembahasan data yang telah penulis uraikan yaitu analisis tindak tutur komisif bahasa jawa roman III Cucak Nguntal Elo Karya Suparto Brata

Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) etika yang terdapat dalam roman Nona Sekretaris karya Suparto Brata berjumlah 19 tuturan terdiri dari; (a) etika keselarasan sosial

Hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis gaya bahasa kiasan dalam kumpulan sajak Menjadi Tulang Rusukmu karya Yanwi Mudrikah, ditemukan 7 gaya bahasa kiasan yang

Dalam penelitian ini penulis akan mengamati penggunaan gaya bahasa kiasan pada kumpulan cerpen Red Jewel Of Soul karya Sinta Yudisia yang memiliki sebelas judul yakni

Simpulan penelitian ini; 1 Novel Gedhong Setan karya Suparto Brata memiliki unsur intrinsik meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, bahasa, dan sudut pandang; sedangkan unsur