Pola Transport Sedimen Akibat Arus Yang Dibangkitkan
Gelombang Di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu
Supiyati
1), Suwarsono
2), dan Ichsan Setiawan
3)1), 2)
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Bengkulu Gedung T FMIPA Universitas BengkuluEmail : 3)
Jurusan Ilmu Kelautan, Koordinatorat Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala Email : ichsansetiawan@yahoo.com
1)
supiyati_116@yahoo.co.id 2) suwarsono@unib.ac.id
Abstrak. Pelabuhan Pulau Baai terletak di pantai barat Pulau Sumatera dengan koordinat
geografis 102016‘00‖ - 102018‘30‖ Bujur Timur dan 03053‘00‖ - 03055‘30‖ Lintang Selatan. Untuk mengatasi permasalahan agar pengerukan efektif diperlukan pengetahuan tentang hidrodinamika dan transport sedimen di daerah tersebut dengan pendekatan model numerik dinamika oseanografi. Pada penelitian ini dilakukan pemodelan transport sedimen akibat arus yang dibangkitkan gelombang dengan dua skenario yaitu tanpa jetty dan perlakuan penambahan jetty yang menghasilkan pola erosi dan sedimentasi. Hasil verifikasi model dengan membandingkan hasil pengukuran lapangan Arifin et al menunjukkan kesesuaian yang memperlihatkan daerah sedimentasi dominan terjadi di bagian pantai barat daya dan daerah erosi dominan di bagian pantai timur laut. Berdasarkan hasil perlakuan model dengan skenario penambahan dua jetty pada pantai barat daya dan dua jetty pada pantai timur laut mampu menghambat netto sedimen sebesar 124 m3 pada pantai barat daya dan sebesar 82 m3 pada pantai timur laut.
Kata Kunci : Arus, gelombang, erosi, sedimentasi, jetty, Pulau Baai Bengkulu
PENDAHULUAN
Pelabuhan Pulau Baai terletak di pantai barat Pulau Sumatera yang berada pada teluk yang terbuat secara alami oleh proses alam, sehingga jika kapal bersandar di pelabuhan ini akan aman oleh gelombang laut. Teluk ini berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dengan koordinat geografis 102016‘00‖ - 102018‘30‖ Bujur Timur dan 03053‘00‖ - 03055‘30‖ Lintang Selatan. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan vital yang merupakan satu-satunya jalur laut mengangkut keluar dan masuk kebutuhan pokok untuk keperluan Provinsi Bengkulu.
Debit sedimen sepanjang pantai mencapai 800.000 m3/tahun dan Kedalaman alurnya saat ini hanya -3,5 LWS (Low
Water Spring). Proses pendangkalan di
kolam dan alur pelabuhan yang sangat cepat inilah yang menjadi permasalahan yang
dihadapi di pelabuhan Pulau Baai sekarang ini. Selama ini untuk mengatasi pendangkalan agar tetap bisa menjaga kesetabilan keberadaan pelabuhan setiap tahun dilakukan pengerukan dengan biaya yang cukup besar mencapai Rp 28 - 30 milyar pertahun. Oleh sebab itu agar pengerukan efektif diperlukan pengetahuan tentang hidrodinamika air laut dan transport sedimen di daerah tersebut. Hidrodinamika ini selain disebabkan pasang surut air laut, ada juga arus yang dibangkitkan gelombang pendek yang disebabkan oleh angin.
Dalam memahami hidrodinamika dan transport sedimen ini dapat dilakukan beberapa cara, salah satu yang lebih efisien dan ekonomis adalah dengan suatu simulasi model numerik, karena kajian mengenai angkutan sedimen yang disebabkan oleh dinamika gerak air laut secara langsung sangat sulit dilakukan karena kompleksnya proses-proses yang terlibat di dalamnya
serta membutuhkan waktu yang relatif lama dan biaya yang cukup mahal. Seiring dengan semakin berkembangnya kemampuan komputer untuk menghitung, menjadikan model numerik sebagai alternatif yang cukup ekonomis dan sebagai data verifikasi adalah melakukan survei lapangan.
METODE PENELITIAN
Model Dinamika Oseanografi Akibat Gelombang
Memodelkan arus akibat gelombang menggunakan persamaan kekekalan momentum dan kekekalan massa yang dintegrasikan terhadap kedalaman yang dituliskan sebagai berikut:
2 2 f x x C u u v u u u u v g R M t x y x h (1) 2 2 f y y C v u v v v v u v g R M t x y y h (2) u h v h 0 t x y (3)
dengan t adalah waktu, (x,y) koordinat katesian dalam bidang horizontal, ( , )u v
komponen kecepatan arus, (
f
C ) koefisien
gesekan dasar, (R Rx, y) stress radiasi dalam
arah x dan y, g percepatan grafitasi, h kedalaman perairan, dan adalah elevasi muka air. Untuk perubahan momentum yang disebabkan oleh pusaran arus turbulen yang cenderung menyebar karena pengaruh gaya gelombang melebihi daerah ketajaman gelombang pecah, maka percampuran lateral dapat dituliskan sebagai berikut [3]:
x u u M x x y y (4) y v v M x x y y (5) dengan: N l g h
berdasarkan hasil penelitian N = konstanta yang nilainya kurang dari
l = jarak ke lepas pantai =h tan
tan = kemiringan dasar rata-rata
Untuk kemiringan dasar tak beraturan, percampuran lateral dituliskan:
2 2 2 2 x H u u M A x y 2 2 2 2 y H v v M A x y (6)
dengan AH adalah koefisien viskositas
horizontal.
Jika gelombang datang mendekati pantai dengan membentuk sudut terhadap garis pantai, maka gaya radiasinya adalah sebagai berikut [5]. 2 1 sin2 2 yy E S n En (7) sin 2 2 xy E S n (8)
dengan E = 18gH2 dan n adalah rasio antara kecepatan grup gelombang dan kecepatan fase gelombang. Gaya yang menyebabkan terjadinya arus sejajar pantai adalah sebanding dengan gradien stress radias :
1
xx xy x S S R x y d (9)
1
xy yy y S S R x y d (10)dengan adalah elevasi muka air.
Model Transport Sedimen dan
Perubahan Morfologi Dasar
Transport sedimen total pada kasus gelombang dan arus didefinisikan sebagai penjumlahan transport sedimen dasar dan transport sedimen melayang, dengan suatu pendekatan sederhana dari transport sedimen total dituliskan dalam bentuk persamaan: 2 2 2 5 / 2 50 0, 05 cw t s w w C q U g D (21) keterangan: w = densitas air = densitas sedimen
50
D = diameter butiran sedimen
2 2 2 1 ˆ / 2 b c u gU C U
= stress geser yang
berkaitan dengan arus dan gelombang
1
ˆb / sinh
u H T kh = amplitudo
kecepatan gelombang dekat dasar fw g c 2 = parameter tak
berdimensi yang dikaitkan dengan kekasaran dasar
w
f = koefisien gesekan dasar
gelombang.
Hubungan matematis untuk kesetimbangan sedimen dari prinsip kekekalan massa untuk gerakan butiran-butiran sedimen dituliskan sebagai:
0 ty b qtx q t x y (32)
dengan: qt menyatakan transport sedimen
total dan
b
adalah perubahan level dasar [6]. Diskritisasi persamaan (1) – (3) menggunakan metoda eksplisit beda pusat untuk turunan terhadap ruang dan beda maju untuk turunan terhadap waktu. Kestabilan numerik pada metoda ini ditentukan oleh kriteria stabilitas:
max x y U g h t t (13 )Skema diskritisasi untuk komponen kecepatan
,, , ,
i j i j i j
u v dan diperlihatkan pada Gambar 3.1.
Syarat awal yang digunakan dalam simulasi arus pada saat t = 0, ini menyatakan kondisi perairan diasumsikan keadaan tenang tanpa adanya gerakan vertikal maupun horizontal, yang secara matematis dirumuskan: 0 v u (44) , ; , i j ty i j v q , 1; , 1 i j tyi j v q , ; , i j txi j u q ui1,j; qtxi1,j , ; , i j bi j x y x y
Gambar 1. Skema Diskritisasi
, , , , ,, i j i j i j u v ,, ,, dan , txi j txi j bi j q q
Sedangkan syarat batas yang digunakan ada dua, yaitu:
1. Syarat batas terbuka untuk batas laut adalah:
b. Syarat batas elevasi
c. Syarat batas kecepatan terdiri dari: - Syarat batas radiasi [7]
) ( 1 1 n B n B n B n B u u u u dengan c t x
1 2 , c g h ) ( 1 1 n B n B n B n B v v v v - Gradien arah normal
0 x v 0 y u
2. Syarat batas tertutup digunakan syarat batas dinding (wall boundary condition), kecepatan tegak lurus (arah normal) bidang batas sama dengan nol. Sedangkan kecepatan sejajar (arah tangensial) terhadap bidang batas di hitung, secara matematis dirumuskan:
0
n
v dan vt 0
Dimana syarat batas ini menggambarkan bahwa kecepatan dengan arah normal terhadap syarat batas tertutup (syarat batas dinding) sama dengan nol.
Untuk desain model transport sedimen dan perubahan morfologi dasar,Pada awal simulasi (t = 0) di anggap belum ada transport sedimen dan perubahan morfologi dasar yang terjadi sehingga qtx qty 0, oleh karena itu kedalaman lokal dianggap sama dengan kedalaman awal (b 0). Sedangkan syarat batas yang digunakan dalam model ini adalah:
1. Syarat batas terbuka menggunakan syarat batas radiasi, yang berlaku hubungan:
) ( 1 1 n tB n tB n tB n tB q q q q (19) ) ( 1 1 n B b n B b n B b n B b
2. Syarat batas tertutup untuk syarat batas pantai arah normal garis pantai sama dengan nol, sedangkan syarat batas arah tangensial (sejajar) pantai di hitung, secara matematis di tulis: 0 0 bn tn q dan 0 0 bt tt q
HASIL DAN PEMBAHASAN Arus Akibat Gelombang
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah simulasi arus akibat gelombang dengan skenario tanpa jetty dan skenario penambahan jetty menunjukan kondisi arus maksimum akibat gelombang untuk kedua skenario tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Verifikasi model arus ini dibandingkan dengan lapangan secara kualitatif. Berdasarkan hsil pengukuran dari Nasrun et
al [8] , untuk gelombang datang arah Barat
kecepatan rata-rata arus sejajar pantai kurang dari 0,8 knot (< 0,4 m/s) yang bergerak menuju timur laut.
POLA EROSI DAN SEDIMENTASI
Pola erosi dan sedimentasi dengan tanpa skenario jetty dan skenario jetty di Perairan Pulau Baai Bengkulu ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar 3. Volume tersedimentasi dan tererosi tiap sel dihitung dari tinggi elevasi dasar dikalikan dengan satuan luas yang dituliskan sebagai:
sedimentasi erosi ( ). . untuk ( ) 0 ( ) . . untuk ( ) 0 b b b b V t x y t V t x y t
sehingga netto volume total diperoleh dari selisih antara penjumlahan tiap-tiap sel volume tersedimentasi dan penjumlahan tiap-tiap sel volume tererosi yang tergantung dari daerah cakupan perhitungan volume. Selanjutnya, perlu diketahui bahwa dalam perhitungan volume tersebut hanya membantu menunjukkan pola dominan sedimentasi atau erosi.
Simulasi 30 hari menunjukkan bahwa sedimentasi terjadi di pantai bagian barat daya dengan netto volume 426 m3 tanpa skenario jetty (Tabel 3) dan 302 m3 dengan skenario penambahan jetty (Tabel 4) sedangkan erosi terjadi di bagian timur laut dengan netto volume 164 m3 tanpa skenario jetty (Tabel 3) dan 82 m3 skenario penambahan jetty (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan jetty mampu menghambat netto sedimen sebesar 124 m3 pada pantai barat daya dan sebesar 82 m3 pada pantai timur laut.
TABEL 1. Magnitudo kecepatan arus di perairan pantai Pulau Baai hasil simulasi pada keadaan
tunak tanpa jetty
Angin
Magnitudo Kecepatan Arus (m/s) Bagian Barat Daya Bagian Mulut Alur Bagian Timur Laut Arah Barat 0,4 0,6 0,3
TABEL 2. Magnitudo kecepatan arus di perairan pantai Pulau Baai hasil simulasi pada keadaan
tunak dengan skenario jetty
Angin
Magnitudo Kecepatan Arus (m/s) Bagian Barat Daya Bagian Mulut Alur Bagian Timur Laut Arah Barat 0,4 0,7 0,4
TABEL 3. Volume Tersedimentasi dan Tererosi akibat arus yang dibangkitkan gelombang
dari arah Barat Pantai Waktu Simulasi (hari) Volume Tersedimentasi (m3) Volume Tererosi (m3) Netto (m3)
Bagian Barat Daya 7 507 408 99 (Tersedimentasi)
Bagian Timur Laut 7 1021 1060 39 (Tererosi)
Bagian Barat Daya 14 999 801 198 (Tersedimentasi)
Bagian Timur Laut 14 1980 2057 77 (Tererosi)
Bagian Barat Daya 21 1494 1195 299 (Tersedimentasi)
Bagian Timur Laut 21 2955 3071 116 (Tererosi)
Bagian Barat Daya 30 2149 1723 426 (Tersedimentasi)
Bagian Timur Laut 30 4249 4413 164 (Tererosi)
TABEL 4. Volume Tersedimentasi dan Tererosi akibat arus yang dibangkitkan gelombang dari
arah Barat dengan skenario jetty Pantai Waktu Simulasi (hari) Volume Tersedimentasi (m3) Volume Tererosi (m3) Netto (m3)
Bagian Barat Daya 7 618 540 78 (Tersedimentasi)
Bagian Timur Laut 7 1393 1415 22 (Tererosi)
Bagian Barat Daya 14 1198 1053 145 (Tersedimentasi)
Bagian Timur Laut 14 2633 2675 42 (Tererosi)
Bagian Barat Daya 21 1814 1602 212 (Tersedimentasi)
Bagian Timur Laut 21 3886 3947 61 (Tererosi)
Bagian Barat Daya 30 2587 2285 302 (Tersedimentasi)
Bagian Timur Laut 30 5496 5578 82 (Tererosi)
Gambar 2. Pola Erosi dan Sedimentasi Perairan
Pulau Baai Bengkulu dengan Skenario tanpa Jetty selama 30 hari
Gambar 3. Pola Erosi dan Sedimentasi Perairan
Pulau Baai Bengkulu dengan Skenario Jetty selama 30 hari
VERIFIKASI HASIL SIMULASI MODEL
Verifikasi pola erosi dan sedimentasi dengan data pengukuran Arifin et al [1] seperti pada (Gambar 4) menunjukkan kesesuaian hasil bahwa secara kualitatif sedimentasi terjadi dibagian perairan pantai barat daya dan erosi terjadi dibagian perairan pantai timur laut.
0 3 °5 5 '0 0 " S 5 5 '4 0 " S 0 3 °5 3 '0 0 " S 0 3 °5 4 '0 0 " S 102°16'00" E 102°17'00" E 102°18'00" E 102°19'00" E 20" E
Dermaga Batubara Dermaga PELINDO Dermaga PERTAMINA STO CK P ILE B ATU BARA PACK ING PLAN PT. SEM EN PADANG LAMP U PENU NTUN DERMAGA SAM UDERAAREA PENUMPUKAN PETI KEMAS BRIKET BUNDED ZONE T ERMIN AL C UR AH CAIR DO CKING PPI A S D P D ERM AG A NU SANT ARA D ERM AG A L OK AL ANGKATAN LAUT LAMPU MERAH LAMPU HIJAU KAWASAN INDUSTRI GREEN A REA TAN GGUL DER MAGA PERT AMIN A CO MM UN ITY ZO NE O FFIC E C EN TRE PER TAMINA DAM P ENU TUP S UN GAI JE NG GA LU PE RTAMINA PIP A PERTA MINA SAMUDERA INDONESIA MORFOLOGI / RELIEF KETERANGAN Pantai pasir GEOLOGI
Endapan sedimen pantai (resistensi rendah)
Pedataran relief rendah GARIS PANTAI PROSES Akrasi / sedimentasi Abrasi / erosi Manggrov Arah pengangkutan sedimen Bangunan pantai alternatif (tanggul sedimentasi)
PETA KARAKTERISTIK PANTAI PERAIAN PULAU BAAI
BENGKULU
U
KESIMPULAN
1. Hasil verifikasi model arus dengan membandingkan pola arus dari Nasrun
et al [8] menunjukkan kesesuaian hasil
yang menyatakan bahwa arus menuju ke timur laut.
2. Hasil simulasi model transport sedimen secara kualitatif pada umumnya sesuai dengan data pola erosi dan sedimentasi dari Arifin et al [1] yang memperlihatkan bahwa sedimentasi dominan terjadi dibagian pantai barat daya dan erosi dominan terjadi dibagian pantai timur laut Pulau Baai.
3. Simulasi model transport sedimen dengan pembangkit gelombang dan arus akibat gelombang selama 1 bulan menghasilkan pola, yaitu; (a) sedimentasi dominan terjadi dibagian pantai barat daya dengan netto sedimen 426 m3 (tanpa skenario jetty) dan 302 m3 (dengan skenario jetty); (b) erosi dominan terjadi dibagian pantai timur laut dengan netto sedimen 164 m3 (tanpa skenario jetty) dan 82 m3 (dengan skenario jetty).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepada DP2M DIKTI atas pembiayaan penelitian ini melalui penelitian Hibah Bersaing ke-2 tahun 2011 dengan nomor kontrak: No. 1714/H30.10.06.01.HK/2011. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu dan Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala yang telah memberikan kepercayaan atas kelancaran penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, L., Darlan,Y., Hutagaol, J.P., Hanafi, M., Supriadi. (2001), Kajian Proses Sedimentasi untuk Alur Transportasi Batubara di Pulau Baai, Bengkulu Propinsi Bengkulu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Bandung.
PT PELINDO II, (2009), Tak Tuntas Pathaway, Pelindo II Keruk Alur Rakyat Bengkulu, Bengkulu
Horikawa, K. (1988), Nearshore Dynamics and Coastal Processes, University of Tokyo Press.
Longuet-Higgins, M. S. (1970), On the Longshore Currents generated by Obliquely Incident Sea Wave, 2, Journal of Geophysics, Res., 75, this issue. Van Rijn,L.C. (1990), Principles of Fluid
Flow and Surface Waves in Rivers, Estuaries, Seas, and Oceans, University of Utrecht, Department of Physical Geography.
Koutitas, C.G. (1988), Mathematical Model in Coastal Engineering, London.
Chapman, D.C. (1985), Numerical Treatment of Cross-Shelf Open Boundaries in a Barotropic Coastal Ocean Model, Journal of Physical Oceanography, Volume 15.
Nasrun, Lubis, S., Kurnio, H., Situmorang, M., Noviandi, Y., Suprijadi, Budiman, Hartono. (1996), Penyelidikan Geologi dan Geofisika Dalam Pengolahan, Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Pulau Baai dan Sekitarnya, Bengkulu.