• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Krim 2.1.1 Krim secara umum - Uji Mutu Krim Ketokonazol Yang Diproduksi Oleh Pt. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Krim 2.1.1 Krim secara umum - Uji Mutu Krim Ketokonazol Yang Diproduksi Oleh Pt. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Krim

2.1.1 Krim secara umum

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2 yaitu: krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan nonionik (Anief, 2008).

(2)

2.1.2 Persyaratan Krim

Sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan berikut: a. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus

bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar.

b. Lunak. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang dihasilkan menjadi lunak serta homogen.

c. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.

d. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan. (Widodo, 2013)

2.1.3 Penggolongan Krim

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat dicuci dengan air serta lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika. Krim digolongkan menjadi dua tipe, yakni:

1. Tipe a/m, yakni air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream. Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberi rasa dingin dan nyaman pada kulit.

(3)

Krim merupakan sistem emulsi sediaan semipadat dengan penampilan tidak jernih, berbeda dengan salep yang tembus cahaya. Konsistensi dan sifatnya tergantung pada jenis emulsinya, apakah jenis air dalam minyak atau minyak dalam air (Lachman, dkk., 1994).

Dasar salep emulsi, ada dua macam yaitu:

1. Dasar salep emulsi tipe A/M seperti lanolin dan cold cream.

2. Dasar salep emulsi tipe M/A seperti vanishing cream dan hydrophilic

ointment. (Anief, 1994)

a. Lanolin cream suatu bentuk emulsi tipe A/M yang mengandung air 25% dan digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit dan mudah dipakai. b. Cold cream suatu emulsi tipe A/M dibuat dengan pelelehan cera alba,

Cetaceum dan Oleum Amydalarum ditambahkan larutan boraks dalam air panas, diaduk sampai dingin. Dasar salep ini harus dibuat baru dan digunakan sebagai pendingin, pelunak dan bahan pembawa obat.

c. Vanishing cream, sebagai dasar untuk kosmetik dengan tujuan pengobatan

kulit. (Anief, 1994)

2.1.4 Metode Pembuatan Krim

(4)

campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, sementara temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengandukan yang terus menerus sampai mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dan fase cair (Widodo, 2003).

2.1.5 Pembentukan Krim

Dibawah pengaruh gravitasi, partikel-partikel atau tetesan-tetesan tersuspensi cenderung meningkat atau mengendap, tergantung pada perbedaan dalam gravitasi spesifik antar fase tersebut. Jika pembentukan krim berlangsung tanpa agregasi apapun, emulsi dapat terbentuk kembali dengan pengocokan atau pengadukan. Pembentukan krim meliputi gerakan sejumlah tetesan heterodispers, dan gerakan tersebut saling mengganggu satu sama lain dan biasanya menyebabkan rusaknya tetesan (Lachman, dkk., 1994).

2.1.6 Penyimpanan Krim

(5)

2.2 Antifungi

Infeksi jamur pada manusia berlangsung melalui sporanya dan dapat dibagi dalam mycose umum dan mycose permukaan.

1) Mycose umum (sistemis). Pada infeksi umum, jamur atau ragi tersebar ditubuh atau mengakibatkan infeksi dalam organ tubuh, yang kadang-kadang dapat membahayakan jiwa. Contohnya adalah actynomicose, aspergillose, dan candidiasis yang menyebabkan infeksi pada saluran cerna dan alat pernapasan.

2) Mycose permukaan (Tinea). Infeksi ini yang sering terjadi, terbatas pada kulit, rambut, kuku, dan mukosa. Mycose kulit juga disebut dengan Tinea, misalnya Tinea corporis, cruris, capitis, dan pedis, masing-masing berarti infeksi di tubuh, lipat paha, kepala, dan kaki penyebabnya adalah dermatofit dari suku trichophyton (kulit, rambut, kuku). Jamur-jamur ini yang mengakibatkan kutu air, panu, kurap, dan kuku kapur. (Tjay dan Rahardja, 2002) Beberapa jenis infeksi jamur pada kulit yang sering ditemukan:

(6)

b. Kuku kapur (onychomycose). Kuku kapur bercirikan kuku menebal, mengeras, dan mudah patah. Infeksi ini sering menular dari kuku ke kuku. Pengobatan dengan terbinafin oral atau griseofulvin oral.

c. Panu (pityriasis versicolor). Infeksi permukaan ini banyak terjadi di Indonesia dan daerah tropis lain. Infeksinya berupa bercak-bercak putih dan kecoklatan-merah ditengkuk, dada, punggung, dan lengan. Pengobatan dapat dilakukan dengan mengoleskan bercak-bercak dengan krim mikonazol/ketokonazol selama 2- 3 minggu.

d. Ketombe (dandruff). Ketombe bercirikan terlepasnya serpihan-serpihan berlebih dari kulit kepala yang biasanya disertai gatal-gatal. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan shampo yang mengandung selensulfida 2.5%, seng-pirithion 2%, dan piroctone olamine.

e. Candidiasis kulit. Terutama timbul pada bagian tubuh yang lembab dan hangat, misalnya ketiak dan lipatan paha. Kebanyakan infeksi menghinggapi orang gemuk dan orang penderita diabetes. Gejalanya berupa kulit memerah dan mengeluarkan cairan. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan krim ketokonazol atau mikonazol (Tjay dan Rahardja, 2002) 2.3 Ketokonazol

Ketokonazol adalah suatu obat anti jamur turunan imidazol yang memiliki

aktivitas antifungi yang efektif terhadap dermatofit, ragi, misalnya tricophyton, epidermophyton , microsporum, candida albicans (Katzung, 2004).

Ketokonazol krim diindikasikan untuk pengobatan topikal pada

(7)

pedis yang disebabkan oleh Trichopyton, Epidermophyton. Juga untuk pengobatan

Candidiasis kulit dan mycose permukaan atau disebut tinea (Katzung, 2004). 2.3.1 Sifat Fisika Kimia

Gambar 2.1

Rumus molekul : C26H28Cl2N4O4 Berat molekul (BM) : 531,44

Nama Lain : Ketokonazolum

Pemerian : Serbuk hablur, Putih, Tidak berbau (Ditjen POM,1995). 2.4 Mutu

Mutu adalah keseluruhan ciri dan karakteristik suatu produk yang dihasilkan atau layanan yang mendukung kemampuan produk atau layanan itu untuk memuaskan kebutuhan atau yang tersirat (Siregar dan Wikarsa, 2010).

(8)

Pengedalian mutu meliputi semua fungsi analis yang dilakukan dilaboratorium termasuk pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.5 Pengujian Mutu Krim

Beberapa pengujian yang dilakukan dalam proses pemeriksaan mutu krim, antara lain Organoleptik (pemerian), Homogenitas, Stabilitas sediaan, pH, Keseragaman sediaan, Penetapan kadar zat aktif (Widodo,2003).

2.5.1 Organoleptik

Uji organoleptik lakukan dengan menggunakan panca indra atau secara visual. Komponen yang dievaluasi meliputi bau, warna, tekstur sediaan, dan konsistensi. Adapun pelaksanaannya dengan menggunakan subjek responden atau dengan menggunakan kriteria tertentu dengan menetapkan kriteria pengujiannya (Widodo, 2003).

2.5.2 Homogenitas

(9)

2.5.3 Stabilitas

Salah satu aktivitas yang paling penting dalam kerja preformulasi adalah evaluasi kestabilan fisika dan kimia dari zat obat murni. Adalah perlu bahwa pengkajian awal ini dihubungkan dengan menggunakan sampel obat dengan kemurnian yang diketahui. Adanya pengotoran dapat mengakibatkan kesimpulan yang salah dalam evaluasi tersebut. Ketidakstabilan kimia dari zat obat dapat mengambil banyak bentuk, karena obat-obat yang digunakan sekarang adalah konstituen kimia yang beraneka ragam. Secara kimia proses kerusakan yang sering meliputi hidrolisis dan oksidasi (Ansel, 1989).

Untuk mengevaluasi kestabilan emulsi dengan cara sentrifugasi. Umumnya diterima bahwa shelf-life pada kondisi penyimpanan normal dapat diramalkan dengan cepat dengan mengamati pemisahan dari fase terdispersi karena pembetukan krim atau penggumpalan bila emulsi bila dipaparkan pada sentrifugasi. Sentrifugasi jika digunakan dengan bijaksana, merupakan alat yang sangat berguna untuk mengevaluasi emulsi (Lachman, dkk., 1994).

(10)

2.5.4 pH

Harga pH adalah harga yang ditunjukkan oleh pH meter yang telah dibakukandan mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai seperti elektroda kalomel dan elektroda perak-perak klorida. Pengukuran dilakukan pada suhu ±250C, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi ( Ditjen POM, 1995 ).

Penetapan pH dilakukan dengan mengguakan alat bernama pH meter. Karena pH meter hanya bekerja pada zat yang berbentuk larutan, maka krim harus dibuat dalam bentuk larutan terlebih dahulu. Krim dan air dicampur dengan perbandingan 60 g : 200 ml air, kemudian diaduk hingga homogen dan dibiarkan agar mengendap. Setelah itu, pH airnya diukur dengan pH meter. Nilai pH akan tertera pada layar pH meter (Widodo, 2003).

2.5.5 Keseragaman Sediaan

(11)

2.6 Penetapan Kadar Zat Aktif

Ketokonazol mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket dengan rumus molekul C26H28Cl2N4O4 dan memiliki berat molekul (BM 531,44) (Ditjen POM, 1995). 2.6.1 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Pengujian ketokonazol dapat dilakukan dengan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Perpormance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan suatu teknis analisis obat yang paling cepat berkembang. Metode ini baik untuk analisis sediaan obat karena sederhana dan kepekaannya tinggi. KCKT biasanya dilakukan pada suhu kamar, sehingga dapat ditangani dengan mudah. Peralatan KCKT memiliki kepekaan yang sangat tinggi sehingga menghasilkan data yang akurat. Cepatnya perkembangan KCKT didukung oleh perkembangan peralatan yang handal dan kolom yang efisien (Munson, 1991).

(12)

2.6.2 Sejarah Kromatografi cair kinerja Tinggi

Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Cromathography) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel dalam sejumlah bidang, antara lain: farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan. Beberapa perkembangn KCKT terbaru antara lain: miniaturisasi sistem KCKT, penggunaan KCKT untuk analisis asam-asam nukleat, analisis protein, analisis karbohidrat, dan anlisis senyawa-senyawa kiral (Rohman, 2007).

Kegunaan KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian (impurities), analisis senyawa-senyawa yang tidak menguap (non-volatil), penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwiter ion, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama (Rohman, 2007).

2.6.3 Peralatan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Alat utama KCKT pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa, tempat penyuntikan sampel, pipa, kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak, dan suatu computer atau integrator atau perekam (Munson, 1991).

1. Wadah fase gerak dan fase gerak

(13)

keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil dan adanya gas dalam fase gerak (Munson, 1991).

2. Pipa

Sifat pipa penyambung seluruh bagian sistem harus diperhatikan. Garis tengah dalam pipa sebelum penyuntikan tidak berpengaruh, harus tahan tekanan serta mampu dilewati pelarut dengan volume yang memadai (Munson, 1991).

3. Pompa

Pompa untuk HPLC harus mampu menghasilkan tekanan sampai 5000 psi pada kecepatan sampai 3 ml/menit. Pompa yang digunakan untuk skala preparatif perlu kecepatan alir sampai 20 ml/menit (Munson, 1991).

4. Suntik

Penyuntikan ke dalam kolom merupakan suatu masalah karena tekanan tinggi dari HPLC. Teknik penyuntikan harus tiner ulang untuk mencapai keseksamaan maksimum analisis kualitatif (Munson, 1991).

5. Kolom

Dianjurkan untuk memasang penyaring 2 μm dijalur antara penyuntik dan

(14)

6. Detektor HPLC

Detektor HPLC hendaknya mempunyai beberapa sifat, dapat memberi tanggapan kepada terokan, kepekaan tinggi, hasilnya tiner ulang dan tanggapannya dapat diramalkan (Munson, 1991).

7. Perekam

Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi merekam atau menunjukkan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa peak (puncak).Dari daftar tersebut, secara kualitatif kita dapat mengetahui senyawa apa yang diperiksa (Munson,1991).

Hampir semua jenis campuran solut dapat dipisahkan dengan KCKT karena banyaknya fase diam yang tersedia dan selektifitas. Pemisahan dapat dilakukan dengan fase normal dan fase terbalik tergantung pada polaritas relatif fase diam dan fase gerak (Munson, 1991).

Pada kromatografi cair, susunan pelarut atau fase gerak merupakan salah satu perubahan yang mempengaruhi pemisahan. Berbagai macam pelarut dapat digunakan dalam metode KCKT tetapi harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini :

1. Murni tanpa cemaran

2. Tidak bereaksi dengan kemasan 3. Sesuai dengan detektor

4. Dapat melarutkan cuplikan 5. Mempunyai viskositas rendah

(15)

2.6.4 Cara Kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan dan sumbangan yang ada/ tiada kaitan bidang kepakaran di luar tugas rasmi yang berfaedah kepada organisasi/ komuniti/ negara pada tahun yang dinilai

It can be seen that: highly cited paper analysis and word frequency analysis is complementary on subject progress analysis; in data acquisition phase, research focus is new

Surat ini adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh DIRJEN PENDIS KEMENAG RI, http://simpatika.kemenag.go.id. ALUR

In this paper, a new fast image segmentation algorithm for high resolution remote sensing imagery is proposed, which is based on graph theory and fractal net

Then match reference point was extracted for homologous image blocks with Harris feature detection operator and ITPs were obtained with pyramid matching based on

Sasaran : Memastikan 20 daripada 30 murid tingkatan 2 Alamanda mendapat gred A dalam matapelajaran Sains pada. peperiksaan

“ Strategi Ustadzah dalam Meningkatkan Baca Al- Qur’an Santri di TPQ Al -Falah Tanggung Campurdarat Tulungagung, Skripsi ” Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan Bagi Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang meningkatan pelayanan dan penyuluhan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan