ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SISTITIS
TUTOR 3
Alif Maskur Setiyanto 220110090038 Debbie Mutia Putri 220110090041 Nesti Ridha Husni 220110090026
Nilawati 220110090021 Osepnitta Menresday 220110090028 Reni Julianita 220110090029 Risma Rusmiatin 220110090025 Sherly 220110090030 Sinta Wijayanti 220110090024 Weni Rakhmawati 220110090022 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJAJARAN JATINANGOR 2012
KASUS 1
Ny. W 25 tahun, status: menikah; 1 minggu yang lalu dating ke Rumah Sakit X dengan keluhan sakit pada saat berkemih, berkemih keluar sedikit-sedikit disertai rasa nyeri. Saat dikaji lebih lanjut oleh perawat dari hasil wawancara didapatkan: Klien mengeluh urgency, frequency, dysuria, dan diare.
TTV: TD : 120/80 mmHg P : 90 x/ menit R : 24 x/ menit S : 39°C
Setelah melakukan pemeriksaan fisik didapatkan dari hasil palpasi area suprapubik teraba tegang, ―tenderness‖. Perawat menganjurkan kepada Ny. W supaya banyak minum minimal 3L/ hari.
Hasil pemeriksaan urine: Warna keruh, WBC (+++), cultur +bakteri, pyuria, eritrosit (+) Ny. W mendapatkan terapi:
- Bachtrim 3x 1tab. 400 mg PO - Phenazopyridine 3x 1tab. PO STEP 1
1. Bachtrim = antibiotic untuk bacteri
2. Urgency = keinginan kuat untuk berkemih karena bakteri dan bahkan sampai tidak tertahankan.
3. Frequency = frekuensi berkemihnya sedikit, berkemih terjadi berkali-kali dengan jumlah yang sedikit.
4. Phenazopyridine = antibiotic
5. Dysuria = Sakit saat berkemih karena kelainan patologis 6. Tenderness = tonjolan
7. WBC (+++) = tes lab yang manandakan adanya leukosit yang berhubungan juga dengan pyuria
8. Supra pubik = bagian luar organ kewanitaan 9. PO = peroral
STEP 2
1. Adakah hubungan penyakit yang diderita klien dengan statusnya yan baru saja menikah? 2. Diagnosis medis ?
3. Etiologi dan factor resiko? 4. Kenapa terdapat tenderness?
5. Kenapa urin yang dikeluarkan sedikit tapi justru diare? 6. Anatomi fisiologi urinary?
7. Penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis? 8. Masalah keperawatan?
9. Komplikasi?
10. Jenis bakteri yang menginfeksi? 11. Pemeriksaan diagnostic? 12. Epidemiologi?
13. Pendidikan kesehatan? 14. Prognosis?
15. Karakteristik nyeri?
16. Apakah nyeri yang dirasakan klien saat berkemih saja atau saat beraktivitas juga? 17. Manifestasi klinis?
18. Normalnya berkemih?
19. Infeksinya sistemik atau local? 20. Anfis patologi?
Step 3
1. Tidak, karena penyakit ini juga menyerang anak kecil, tergantung pada alat kontrasepsi 2. Infeksi saluran perkemihan, karena WBC (+++) dan terapi antibiotic yang diberikan 3. Bakteri, kurang minum tapi penyebab ini tidak terlalu signifikan, E. Coli, konsumsi
jengkol , air yang dimasak kurang matang, kelainan prostat dan ginjal, dan alat kontrasepsi
4. Karena cairan menumpuk, tidak keluar
5. Bentuk kompensasi tubuh, jadi cairan yang menumpuk di tubuh dikeluarkan melalui diare dan ini juga disebabkan karena adanya bakteri E. Coli itu.
6. Sistem urinaria adalah suatu sistem pengeluaran zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Terdiri atas ginjal yang akan menyerap darah menjadi zat sisa lalu disalurkan ke ureter, kadung kemih, dan selanjutnya uretra
7. Tujuannya untuk mendorong agar bakteri keluar dari tubuh, terbasmi. Antibiotic untuk membunuh bakteri harus tuntas jika tidak bisa menimbulkan kekambuhanjuga bisa mencapai organ dalam
8. Gangguan eleminasi urin, nyeri 9. Gagal ginjal
10. bakteri E. Coli
11. MRI, infus urinary, KUB
12. Jumlah laki-laki dan perempuan resiko terserangnya sama tetapi perempuan lebih rentan karena saluran kemihnya lebih pendek, KB, dan bakteri E. Coli dari cara membasuh setelah buang air kecil yang tidak benar
13. cara membasuh setelah buang air kecil dengan benar dari depan ke belakang, dikeringkan terlebih dahulu, pilih pakaian yang sesuai-tidak ketat
14. Baik, tapi sering terjadi kekambuhan 15. Tumpul
16. Saat berkemih saja dan setelahnya
17. Nyeri diarea suprapubik, urgency, surgency, frequency, dysuria 18. 1-2l/hari, tergantung kebutuhancairan dan input cairan
19. Local
20. Terjadi infeksi di saluran kemih sampai kandung kemih Step 4 21. 22. 23. 24. 25. 26. Asuhan Keperawatan : - Pengkajian - Analisa Data - Diagnosa - Rencana Askep Penatalaksanaan : - Farmakologi - Nonfarmakologi Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih Anfis Sistem Perkemihan Pemeriksaan diagnostik Konsep : - Definisi - Klasifikasi - Etiologi - Faktor Resiko - Manklin - Pencegahan - Komplikasi
1. ANATOMI dan FISIOLOGIS A. Pengertian Sistem Urinaria
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan penyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria : 1. Ginjal
Secara makroskopis, kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Secara mikroskapis, satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler
peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a. Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler– kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap lomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes).
Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal:
Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna). Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa
Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh c. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior. Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
2. Ureter
Ureter terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) b. Lapisan tengah otot polos
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah,saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
3. Vesika urinaria ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah
kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm. Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pada laki – laki terdiri dari :
a. Uretra Prostaria b. Uretra membranosa c. Uretra kavernosa
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
C. Urine (Air Kemih) 1. Sifat – sifat air kemih
Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya. Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak. Berat jenis 1.015 – 1.020.
Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
2. Komposisi air kemih
Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat Pigmen (bilirubin, urobilin)
Toksin Hormon
3. Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
4. Tahap – tahap Pembentukan Urine a. Proses filtrasi
Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi plasma di glomerulus, seperti tubuh kapiler, kapiler adalah relatif kedap glumerulus protein plasma besar dan cukup air dan permabel solusi yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisanya nitrogen . Aliran darah ginjal (RBF = ginjal Darah Flow) adalah sekitar 25% dari cardiac output, atau sekitar 1200 ml / menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml / menit mengalir melalui glomerulus ke kapsula Bowman. Hal ini dikenal sebagai laju filtrasi glomerulus (GFR = glomerular Filtration Rate). Gerakan ke kapsula Bowman disebut filtrat. Penyaringan tekanan
dari perbedaan tekanan ada antara kapiler glomerulus dan kapsula Bowman, tekanan hidrostatik darah kapiler glomerular filtrasi dan kemudahan kekuatan ini ditentang oleh filtrat tekanan hidrostatik dalam kapsul Bowman dan tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerular tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan koloid di atas, tetapi juga oleh permeabilitas dinding kapiler.
b. Proses Reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
d. Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine. Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
5. Ciri – Ciri Urine Normal
Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.
2. DEFINISI SISTITIS
Cystitis adalah istilah medis untuk peradangan pada kandung kemih. Peradangan sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi kandung kemih ini dapat menjadi masalah serius jika infeksi tersebut menyebar pada ginjal.
Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih ( refluks urtrovesikal ), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.(Suzane, C. Smelzer. Keperawatan medikal bedah vol. 2. hal.1432)
Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang menyerang pada pasien wanita, dimana terjadi infeksi oleh Escherichia Coli.(Lewis.Medical Surgikal Nersing. Hal 1262)
3. KLASIFIKASI
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
1. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
2. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
Ada beberapa jenis sistitis:
Sistitis Trauma mungkin adalah bentuk paling umum dari sistitis pada wanita, dan karena memar kandung kemih, biasanya melalui hubungan seksual. Hal ini sering diikuti oleh bakteri sistitis, sering oleh bakteri coliform yang ditransfer dari usus melalui uretra ke dalam kandung kemih.
Sistitis Interstisial (IC) dianggap lebih cedera pada kandung kemih mengakibatkan iritasi konstan dan jarang melibatkan adanya infeksi. IC pasien sering salah didiagnosis dengan ISK / sistitis selama bertahun-tahun sebelum mereka diberitahu bahwa kultur urin mereka negatif. Antibiotik tidak digunakan dalam pengobatan IC. Penyebab dari IC tidak diketahui, meskipun beberapa menduga mungkin autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang kandung kemih. Beberapa terapi sekarang tersedia.
Eosinofilik Sistitis adalah bentuk yang jarang dari sistitis yang didiagnosa melalui biopsi. Dalam kasus ini, dinding kandung kemih adalah menyusup dengan tingginya jumlah eosinofil. Penyebab Komisi Eropa juga tidak diketahui meskipun telah dipicu
pada anak dengan obat-obatan tertentu. Beberapa menganggapnya sebagai bentuk sistitis interstisial.
Sistitis Radiasi sering terjadi pada pasien yang menjalani terapi radiasi untuk pengobatan kanker.
Sistitis Hemoragik, dapat terjadi sebagai efek samping dari terapi siklofosfamid, dan sering dicegah dengan pemberian mesna.
4. ETIOLOGI
Sistem saluran kencing melibatkan sejumlah organ dalam tubuh yakni ginjal, ureter, kandung kandung kemih dan uretra. Semua ini berperan dalam proses pengeluaran sampah dari dalam tubuh. Ginjal — sepasang organ berbentuk kacang yang terletak di sisi belakang bagian perut atas — berfungsi menyaring sampah dari darah dan mengatur konsentrasi cairan. Ureter berfungsi mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih, di mana urin untuk sementara disimpan sampai saatnya nanti dikeluarkan melalui uretra.
- Bacterial cystitis
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri masuk ke dalam saluran kemih melalui uretra dan melipatgandakan diri. Infeksi pada kandung kemih dapat terjadi karena hubungan seksual. Pad saat melakukan aktivitas seksual, bakteri masuk ke dalam kandung kemih melalui uretra.
Banyak kasus cystitis disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (E. coli) yang merupakan bakteri yang biasa ditemukan pada area kelamin.
Tipe utama infeksi
Dua tipe utama infeksi kandung kemih akibat bakteri adalah: • Community-acquired bladder infections.
Infeksi ini terjadi ketika orang yang mengalami infeksi kandung kemih tidak menjalani perawatan medis apapun.
• Hospital-acquired, or nosocomial, bladder infections.
Infeksi ini terjadi pada orang yang menjalani perawatan medis baik itu di rumah sakit maupun rawat jalan di rumah. Hal ini sering terjadi pada mereka dengan kateter urinary dipasang melalui uretra dan menuju kandung kemih untuk mengambil urin. Sebuah prosedur yang dilakukan sebelum beberapa prosedur operasi dilakukan.
- Noninfectious cystitis
Meskipun infeksi bakteri adalah penyebab paling banyak pada kasus cystitis, beberapa faktor non infeksi lain juga dapat menyebabkan kandung kemih meradang.
5. FAKTOR RISIKO
Wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih karena wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki. Wanita akan memiliki risiko yang lebih besar jika :
• Aktif secara seksual. Hubungan seksual dapat menyebabkan bakteri terdorong masuk ke uretra
• Menggunakan jenis kontrasepsi tertentu. Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam vagina lebih rentan mengalami infeksi
• Hamil. Perubahan hormon pada saat hamil dapat meningkatkan risiko infeksi kandung kemih
Faktor risiko lain yang ada pada laki-laki dan wanita adalah :
• Gangguan pada aliran urin. Batu di dalam kandung kemih dan pembesaran prostat pada laki-laki dapat memicu infeksi
• Berubahnya sistem imun. Infeksi ini dapat terjadi pada orang yang memiliki kondisi seperti diabetes, infeksi HIV dan pengobatan kanker.
• Panggunaan kateter yang lama. Penggunaan kateter mungkin diperlukan pada orang yang memiliki penyakit kronis lain. Tetapi penggunaannya dalam waktu yang lama dapat meningkatkan peluang infeksi bakteri dan berakibat kerusakan jaringan kandung kemih.
6. MANIFESTASI KLINIS
Gejala – gejala dari cystitis sering meliputi:
· Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih · Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
· Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria) · Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
· Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin · Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
· Rasa sakit pada daerah di atas pubis
· Perasaan tertekan pada perut bagian bawah · Demam
· Anak – anak yang berusia di bawah lima tahun menunjukkan gejala yang nyata, seperti lemah, susah makan, muntah, dan adanya rasa sakit pada saat berkemih.
· Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu kelelahan, hilangnya kekuatan, demam
· Sering berkemih pada malam hari
Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi saluran kemih. Gejala- gejala dari cystitis di atas disebabkan karena beberapa kondisi:
· Penyakit seksual menular, misalnya gonorrhoea dan chlamydia · Terinfeksi bakteri, seperti E-coli
· Jamur (Candida)
· Terjadinya inflamasi pada uretra (uretritis)
· Wanita atau gadis yang tidak menjaga kebersihan bagian kewanitaannya · Wanita hamil
· Inflamasi pada kelerjar prostat, tau dikenal dengan prostatitis · Seseorang yang menggunakan cateter
· Anak muda yang melakukan hubungan seks bebas.
Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga ginjal. Gejala – gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala pada cystitis, yaitu demam, kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi ginjal termasuk dalam infeksi saluran kemih.
Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda – tanda dan gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:
· Desakan yang kuat untuk berkemih · Rasa terbakar pada saat berkemih
· Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria) · Adanya darah pada urin (hematuria)
Setiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tanda – tanda dan gejala yang spesifik, tergantung bagian saluran kemih yang terkena infeksi:
1. Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa salit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.
2. Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
3. Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi. Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.
Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi: 1. Diarrhea
2. Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu (misalnya: pemberian makan, dan menggendong)
3. Kehilangan nafsu makan 4. Demam
5. Mual dan muntah
Untuk anak – anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
1. rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada ginjal) 2. seringnya berkemih
3. ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata lain, urin berjumlah sedikit (oliguria)
4. tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut 5. rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7. urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
Gejala pada infeksi saluran kemih ringan (misalnya: cystitis, uretritis) pada orang dewasa, meliputi:
1. rasa sakit pada punggung
2. adanya darah pada urin (hematuria) 3. adanya protein pada urin (proteinuria) 4. urin yang keruh
5. ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar 6. demam
7. dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia) 8. tidak nafsu makan
9. lemah dan lesu (malaise)
10. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
12. rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya: pyelonephritis) pada orang dewasa, meliputi:
1. kedinginan
2. demam tinggi dan gemetar 3. mual
4. muntah (emesis)
5. rasa sakit di bawah rusuk
6. rasa sakit pada daerah sekitar abdomen.
Merokok, ansietas, minum kopi terlalu banyak, alergi makanan atau sindrom pramenstruasi bisa menyebabkan gejala mirip infeksi saluran kemih. Gejala infeksi saluran kemih pada bayi dan anak kecil. Infeksi saluran kemih pada bayi dan anak usia belum sekolah memilki kecendrungan lebih serius dibandingkan apabila terjadi pada wanita muda, hal ini disebabkan karena memiliki ginjal dan saluran kemih yang lebih rentan terhadap infeksi.
Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:
1. Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya, khususnya jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan sakit, misalnya: letih dan lesu. 2. Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak dapat
mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan mencium urin bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan medis diperlukan).
3. Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan penyakit, walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi tersebut bebas dari Infeksi saluran kemih).
4. rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung. 5. muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
6. jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi, khususnya bayi yang berusia setelah delapan hari.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis Mikroskopis Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi
5. Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
6. Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
8. PENATALAKSANAAN A. Farmakologi:
Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain : - pengobatan dosis tunggal
- pengobatan jangka pendek (10-14 hari) - pengobatan jangka panjang (4-6 minggu) - pengobatan profilaksis dosis rendah - pengobatan supresif
1. Sulfonamide :
Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram negatif. Secara struktur analog dengan asam p-amino benzoat (PABA). Biasanya diberikan per oral, dapat dikombinasi dengan Trimethoprim, metabolisme terjadi di hati dan di ekskresi di ginjal. Sulfonamide digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih dan bisa terjadi resisten karena hasil mutasi yang menyebabkan produksi PABA berlebihan.
Efek samping yang ditimbulkan hipersensitivitas (demam, rash, fotosensitivitas), gangguan pencernaan (nausea, vomiting, diare), Hematotoxicity (granulositopenia, (thrombositopenia, aplastik anemia) dan lain-lain. Mempunyai 3 jenis berdasarkan waktu paruhnya :
- Short acting
- Intermediate acting - Long acting 2. Trimethoprim :
Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat enzim dihydrofolate reductase yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam bentuk aktif dari folic acid. Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan baik dari usus dan ekskresi dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali Pseudomonas spp. Biasanya untuk pengobatan utama infeksi saluran kemih. Trimethoprim dapat diberikan tunggal (100 mg setiap 12 jam) pada infeksi saluran kemih akut.
Efek samping : megaloblastik anemia, leukopenia, granulocytopenia. 3. Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX):
Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis folat, mencegah resistensi, dan bekerja secara sinergis. Sangat bagus untuk mengobati infeksi pada saluran kemih, pernafasan, telinga dan infeksi sinus yang disebabkan oleh Haemophilus influenza dan Moraxella catarrhalis.Karena Trimethoprim lebih bersifat larut dalam lipid daripada Sulfamethoxazole, maka Trimethoprim memiliki volume distribusi yang lebih besar dibandingkan dengan Sulfamethoxazole. Dua tablet ukuran biasa (Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400 mg) yang diberikan setiap 12 jam dapat efektif pada infeksi berulang pada saluran kemih bagian atas atau bawah. Dua tablet per hari mungkin cukup untuk menekan dalam waktu lama infeksi saluran kemih yang kronik, dan separuh tablet biasa diberikan 3 kali
seminggu untuk berbulan-bulan sebagai pencegahan infeksi saluran kemih yang berulang-ulang pada beberapa wanita.
Efek samping : pada pasien AIDS yang diberi TMP-SMX dapat menyebabkan demam, kemerahan, leukopenia dan diare.
4. Fluoroquinolones
Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan menghambat topoisomerase II (DNA gyrase) topoisomerase IV. Penghambatan DNA gyrase mencegah relaksasi supercoiled DNA yang diperlukan dalam transkripsi dan replikasi normal. Fluoroquinolon menghambat bakteri batang gram negatif termasuk enterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria. Setelah pemberian per oral, Fluoroquinolon diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan jaringan, walaupun dalam kadar yang berbeda-beda. Fluoroquinolon terutama diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan dengan filtrasi glomerulus. Pada insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat.
Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan diare. Fluoroquinolon dapat merusak kartilago yang sedang tumbuh dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien di bawah umur 18 tahun.
- Norfloxacin :
Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat baik untuk infeksi saluran kemih.
- Ciprofloxacin :
Merupakan generasi kedua dari fluoroquinolones, mempunyai efek yang bagus dalam melawan bakteri gram negatif dan juga melawan gonococcus, mykobacteria, termasuk Mycoplasma pneumonia.
- Levofloxacin
Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolones. Hampir sama baiknya dengan generasi kedua tetapi lebih baik untuk bakteri gram positif.
5. Nitrofurantoin
Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram positif dan gram negatif. Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat di metabolisasi dan diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri sistemik. Obat ini diekskresikan di dalam ginjal. Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada orang dewasa adalah 50 sampai 100 mg, 4 kali sehari dalam 7 hari setelah makan.
Efek samping : anoreksia, mual, muntah merupakan efek samping utama. Neuropati dan anemia hemolitik terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.
9. PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
Menjaga daerah genital bersih dan mengingat untuk menghapus dari depan ke belakang dapat mengurangi peluang memperkenalkan bakteri dari daerah dubur ke uretra.
Meningkatkan asupan cairan mungkin mengizinkan sering buang air kecil untuk menyiram bakteri dari kandung kemih. Buang air kecil segera setelah melakukan hubungan seksual dapat menghilangkan bakteri yang mungkin telah diperkenalkan selama hubungan seksual.
Menahan diri dari buang air kecil untuk waktu yang lama memungkinkan bakteri waktu untuk berkembang biak, begitu sering buang air kecil dapt mengurangi risiko sistitis pada mereka yang rentan terhadap infeksi saluran kemih
Minum jus cranberry mencegah jenis tertentu dari bakteri yang melekat pada dinding kandung kemih dan dapat mengurangi kemungkinan infeksi.
Tablet ekstrak cranberry juga telah ditemukan efektif dalam mencegah sistitis dan merupakan alternatif yang mungkin tidak suka rasa jus cranberry
Cauterization pada lapisan kandung kemih melalui sistoscopy memberikan bantuan jangka panjang (kadang-kadang beberapa tahun) dari kondisi ini.
Hindari minum teh dan kopi karena dapat mengiritasi saluran kemih dan uretra. Ganti baju bersih segera setelah olahraga / berenang. Sehingga bakteri yang
menempel di baju tersebut tidak merayap kea rah vagina.
Kenakan pakaian dalam yang menyerap air dan memudahkan sirkulasi udara yaitu berbahan sutra dana katun
10. KOMPLIKASI
pembentukan abses ginjal atau perirenal gagal ginjal
13. ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN Data Demografi Nama : Ny.W Usia : 25 tahun Pekerjaan : --- Agama : ---
Status marital : menikah (1 minggu yang lalu)
Diagnosa medis : infeksi saluran kemih bagian bawah ( sistitis )
Anamnesa
Keluhan utama : Klien mengeluh sakit pada saat berkemih. Berkemih keluar sedikit-sedikit disertai nyeri. Riwayat saat ini : Klien merasakan nyeri pada saat berkemih dan
mengeluh sering mengalami keinginan untuk berkemih. Perawat perlu mengkaji apa yang dilakukan klien untuk mengatasi nyeri pada saat berkemih, karakteristik nyeri yang dirasakan, dan skala dari nyeri.
Riwayat masa lalu : Kaji apakah klien memiliki riwayat penyakit ginjal seperti batu ginjal atau gagal ginjal, riwayat penyakit sistemik seperti DM atau hipertensi, riwayat alergi, riwayat bedah.
Riwayat keluarga : Kaji apakah diantara anggota keluarga klien ada yang pernah mengalami kondisi yang sama. Riwayat obat-obatan : Kaji riwayat penggunaan kontrasepsi dan
obat-obatan analgetik golongan sulfat.
Riwayat aktivitas : Kaji hobi, pekerjaan, dan kebiasaan BAK klien. Pola nutrisi : Kaji kebiasaan makan klien.
Pola eliminasi : Kaji frekuensi, konsistensi, warna, dan bau feses. Kaji pula frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine.
Pola aktivitas sexual : Kaji pola sexualitas klien.
Riwayat psikososial : Kaji pandangan klien terhadap kondisi sakitnya, tanda-tanda anxietas, mekanisme koping yang dilakukan klien dalam menghadapi kondisi sakitnya.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kaji status mental klien. Penumpukan ureum dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan persepsi.
TTV : TD = 120/80 mmHg ( N=120/80 mmHg) HR = 90 x / menit ( N=80-100 x/menit) RR = 24 x / menit ( N=12-20 x/menit) T = 39°C ( N=36,5 – 37,5 °C) Sistem kardiovaskuler : Kaji tanda-tanda aritmia atau dysritmia. Sistem respiratory : Kaji frekuensi dan pola nafas.
Sistem musculoskeletal : Kaji tanda-tanda weakness.
Sistem integumen : Kaji mukosa, warna, kelembaban, dan turgor kulit
Sistem GIT : Kaji bising usus, tanda-tanda anoreksia, nausea, vomittus.
Sistem urinaria : Saat dipalpasi area suprapubik terasa tegang dan tenderness.
Sistem urogenital : Kaji area meatus dan perineal klien apakah terdapat bengkak, lesi, atau ulkus.
Pemeriksaan Diagnostik
Hasil urinalisa : WBC (+++), pyuria, eritrocyt (+), cultur (+) bakteri.
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1. Ds :
- Klien mengeluh sakit
saat berkemih. Saat berkemih urine keluar sedikit-sedikit disertai nyeri. Do : - HR = 90 x/mnt - RR = 24 x/mnt - T = 39°C - WBC (+++) - Pyuria - Eritrocyt (+) - Kultur (+) bakteri - Warna urine keruh - Terapi Bactrim
- Terapi Phenazonydine
2.
Ds :
- Klien mengeluh sering berkemih
- Klien mengeluh sering merasakan keinginan untuk berkemih. Do :
- Saat palpasi area suprapubik terasa tegang - Tenderness Frequency, urgency Perubahan pola berkemih 3. Ds :
- Klien mengeluh sakit saat berkemih. Saat berkemih urine keluar sedikit-sedikit disertai nyeri.
- Klien mengeluh sering
Kurang pengetahuan tentang faktor predisposi infeksi dan kekambuhan Resiko tinggi penyebaran infeksi
berkemih
- Klien mengeluh sering merasakan keinginan untuk berkemih. Do : - HR = 90 x/mnt - RR = 24 x/mnt - T = 39°C - WBC (+++) - Pyuria - Eritrocyt (+) - Kultur (+) bakteri - Warna urine keruh - Terapi Bactrim - Terapi Phenazonydine
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses infeksi pada saluran kemih.
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan frequency, urgency.
3. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang faktor predisposisi infeksi dan kekambuhan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N o Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional 1 . Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran kemih, ditandai dengan klien mengeluh sakit saat berkemih, berkemih sedikit-sedikit disertai nyeri. Tupan : Klien melaporkan nyeri hilang Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien merasa nyaman dan nyeri ↓, dengan kriteria hasil : 1. Klien mengatakan tidak merasakan nyeri saat berkemih 2. Kandung kemih tidak tegang 3. Pasien tampak rileks 4. Ekspresi wajah tampak tenang 5. Mampu tidur/istirahat dengan nyaman Mandiri
a. Berikan tindakan dan suasana yang nyaman seperti masase punggung dan lingkungan yang tenang.
b. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat ditoleran.
c. Anjurkan klien melakukan
pemanasan perineum.
d. Kaji ulang tingkat kenyamanan (nyeri kepala) dengan menggunakan skala penilaian 1-10
Skala keterangan: 10 = sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol oleh klien
9, 8,7 = sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien
a. ↑ relaksasi, ↓ reaksi terhadap stimulasi dari luar.
b. Meningkatkan koping dan dapat merilekskan otot-otot. c. Membantu mengurangi ketidaknyamanan dan spasme. d. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan intervensi
dengan aktivitas yang bisa dilakukan
6 = nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk
5 = nyeri seperti tertekan
4 = nyeri seperti kram atau kaku
3 = nyeri seperti perih atau mules
2 = nyeri seperti melilit atau terpukul 1 = nyeri seperti gatal atau nyut-nyutan 0 = tidak ada nyeri
Tipe nyeri:
10 = tipe nyeri sangat berat
7-9 = tipe nyeri berat 4-6 = tipe nyeri sedang 1-3 = tipe nyeri ringan
Kolaboratif a. Berikan obat analgetik Phenazopyridine 3x1 tablet PO b. Berikan Agens antispasmodic, contoh a. Analgetik memblok lintasan nyeri b. Membantu dalam mengurangi
flavoksat (Uripas), Oksibutin (Ditropan). iritabilitas kandung kemih dan nyeri 2 . Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna, ditandai dengan : DS : klien mengeluh urgency, frequency, disuria DO : Warna urine keruh, WBC (+++), kultur + bakteri, puria, eritrosit + Tupan : Pola eliminasi klien kembali normal Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat, dengan kriteria hasil : 1. Klien dapat berkemih setiap 3 jam 2. Klien tidak kesulitan saat berkemih 3. Haluaran urin adekuat (>30 ml/jam) 4. Urin yang keluar jernih dan tidak Mandiri
a. Ukur dan catat urine setiap berkemih serta perhatikan
karakteristik urine.
b. Anjurkan klien minum air putih min 3L/hr.
c. Anjurkan klien menghindari minum teh, kopi, cola, dan alcohol. d. Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam. a. Mengetahui kadar output/input cairan dan memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya infeksi.
b. Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan debris dari traktus urinarius.
c. Jenis minuman itu dapat mengiritasi kandung kemih. d. Efektif dalam mengosongkan kandung kemih sehingga signifikan menurunkan jumlah bakteri dalam urin,
berbau
5. Nilai kultur urine negatif
e. Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
f. Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensitivitas untuk menentukan respon terapi. Kolaborasi a. Berikan antibiotik Bachtrim 3x1 tablet 400mg PO. mengurangi statis urin, dan mencegah kekambuhan infeksi. e. Menjaga daerah perineal tetap bersih dan menghindari bakteri menginfeksi uretra. f. Mengetahui
seberapa jauh efek pengobatan dan intervensi keperawatan terhadap keadaan penderita. a. Antibiotik dapat membunuh mikroorganisme penyebab infeksi dan mencegah terjadinya infeksi ulangan. 3 . Resiko tinggi penyebaran infeksi Tujuan:
Tidak ada tanda dan gejala yang
Mandiri:
a. Berikan informasi yang adekuat
a. Dengan bertambahnya
berhubungan dengan kurang informasi mengindikasikan terjadinya penyebaran infeksi mengenai sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran atau kekambuhan, terapi antibiotic yang diberikan (nama, tujuan, dosis, jadwal, indikasi, dan efek samping), pemeriksaan diagnostik dan perawatan sesudah pemeriksaan. b. Instruksikan klien untuk menggunakan seluruh antibiotic yang diresepkan. c. Instruksikan klien untuk menjaga hygiene terutama di daerah kemaluan. pengetahuan diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik sehingga akan ↓ resiko penyebaran infeksi. b. Seringkali klien menghentikan penggunaan obat setelah tanda dan gejala mereda. c. Mencegah kekambuhan penyakit ataupun penyebaran ke vagina.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medical Bedah Volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : ECG
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Volume 2. Jakarta: EGC
Nursalam & Fransisca. 2009. Asuhan Keperawatan pada sistem perkemihan . Jakarta : Salemba Medika.
Engram, Barbara. 1999. Rencana asuhan keperawatan medical bedah volume I . Jakarta : EGC.