Keteladanan Para Sahabat Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam (Manusia-Manusia Istimewa seri 100, Khulafa’ur Rasyidin Seri 6)
Pembahasan lanjutan mengenai salah seorang Khulafa’ur Rasyidin yaitu Hadhrat ‘Ali bin Abi Thalib ( ُّي ِل َع ي ِبأ َ نُ بْ
ب ِلاطَ ) radhiyAllahu ta’ala ‘anhu.
Penjelasan Hadhrat Khalifatul Masih II (ra) mengenai bagaimana latar belakang pembunuhan (pensyahidan) Hadhrat ‘Ali bin Abi Thalib oleh Khawarij (kaum Radikal). Nubuatan Baginda Nabi Muhammad (saw) tentang Kemartiran (kesyahidan) Hadhrat Ali (ra).
Rapat tiga Khawarij (Abdurrahman bin Muljam dari kalangan Jabalah dari Kindah, al-Burak bin Abdullah at-Tamimi dan ‘Amru bin Bukair at-Tamimi) di Makkah dengan hasilnya ialah demi pembebasan kaum Muslim harus melakukan pembunuhan para pimpinan umat Muslim di tanggal yang sama dan pembagian tugas kepada tiga orang. Perjalanan ketiga calon pembunuh ke kota tempat sasaran yang akan mereka bunuh: ke tempat ‘Amru bin al-‘Ash (Fusthaat, Mesir), ke tempat Mu’awiyah (Damaskus di Syam atau Suriah) dan ke tempat Hadhrat ‘Ali di Kufah, Iraq. Kegagalan calon pembunuh di Mesir dan di Syam. Eksekusi mati terhadap mereka.
Berbagai motif bertemu dalam rencana dan upaya Ibnu Muljam membunuh Hadhrat ‘Ali (ra): pemahaman keagamaan kaku dan ekstrim, menyenangkan wanita yang dinikahinya, dendam dirinya dan orang-orang dekatnya yang mana kerabat dan teman mereka terbunuh dalam kebijakan Hadhrat ‘Ali (ra) menangani kerusuhan kaum Khawarij serta merasa mendapat backing orang kuat dan banyak pengikut. Al-‘Asy’ats bin Qais al-Kindi (Amir daerah Azerbaijan zaman Khalifah ‘Umar dan Khalifah ‘Utsman dan salah seorang panglima perang Hadhrat ‘Ali) berbincang-bincang secara berbisik dengan Ibnu Muljam di malam menjelang pensyahidan Hadhrat ‘Ali (ra). Ia juga menyediakan tempat menginap kepada Ibnu Muljam dan Syabib yang di waktu Shubuh menyerang Khalifah ‘Ali (ra).
Detik-detik pensyahidan Hadhrat ‘Ali (ra) dalam narasi (penceritaan) oleh Hadhrat Imam Hasan bin ‘Ali (ra). Upaya Hadhrat ‘Ali (ra) dalam menarbiyati keluarga agar shalat malam dan Shubuh. Ru-ya Hadhrat ‘Ali (ra) berjumpa Rasulullah (saw). Doa Hadhrat ‘Ali (ra).
Perbedaan riwayat mengenai tanggal terjadinya pensyahidan: 17 atau 27 Ramadhan. Yang jelas semua sepakat di bulan Ramadhan tahun 40 Hijriyyah. Nasihat Hadhrat Ali (ra) dalam Wasiat menjelang kewafatannya. Kewafatan Hadhrat Ali (ra) dan shalat jenazah beliau. Perbedaan riwayat mengenai umur dan makam beliau. Istri-istri dan putra-putri Hadhrat Ali (ra), anak keturunan yang berlanjut dan sebagainya; Berkat-berkat Tuhan atas diri Hadhrat Ali (ra).
Penjelasan Hadhrat Khalifatul Masih II (ra) mengenai berbagai keistimewaan Hadhrat ‘Ali (ra). Penjelasan Hadhrat Masih Mau’ud (as) mengenai keistimewaan Hadhrat ‘Ali (ra), khususnya terkait motivasi berperang beliau sema-mata karena Allah bukan emosi pribadi. Beliau tidak bermusuh karena masalah pribadi. Pembahasan mengenai Hadhrat ‘Ali (ra) masih berlanjut di kesempatan mendatang. Pesan Penting Tahun Baru di hari pertama dan Jumat pertama tahun 2021; ancaman perang dunia; cara orang-orang duniawi menerapkan solusi setelah dampak wabah pandemi; jawaban beberapa kepala negara atas surat-surat dari Hadhrat Khalifatul Masih V (atba). Doa-doa untuk para Ahmadi di Aljazair dan di Pakistan.
Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 01 Januari 2021 (Sulh 1400 Hijriyah Syamsiyah/17
Jumadil Awwal 1442 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Tilford, UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya)
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah
ُ هلو ُس َر َو ُ هُدْبُ ع َ اد َّمً ح ُم َ نأ َّ دُهَشأو ، ْ هُ ل كيِرَ ش لا َ هُدَح َو ْ هُ للا َّ لا ِإ هلإ لا َّ نأ ْ دُهَشأْ . .ميجرلا ناطيشلا نم هللاب ذوعأف دعب امأ * نيمَ لا َعَ لا ْ ب َر هلل ِّ د ْمُ حَ لا * ميح َّرلا ن َمْ ح َّرلا هللا ِمْ ْسب َ كايإ َو َّ دُب ْعُ ن َ كاَ يإ * نيَّ دلا م ْوِّ ي كلا َم * ميح َّرلا ن َمَ ح َّرلاْ لا لا َو ْمهْيلَع بوَ ضُ غ َمْ لا رْيْ غ ْم ِهَ ْيَل َع َت ْم َعنْأ َ ني ِذَ لا طا َر ِص * َّ َميقَت ْس ُمْلا َطاَر ِّصلا اندَ ها * ْ نيعُ ت ْسَ نَ اض )نيمآ( .نيَ لِّ
Saya masih melanjutkan penyampaian mengenai riwayat Hadhrat ‘Ali (ra). Berkenaan dengan latar belakang pensyahidan Hadhrat Ali, Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) bersabda, “Ketika permasalahan masih belum terkendali sepenuhnya, sekelompok kaum Khawarij mengusulkan [dalam rapat di kalangan mereka sendiri] bahwa untuk menghentikan kekisruhan ini adalah dengan cara membunuh para tokoh terkemuka umat Muslim. Setelah itu, beberapa orang keras kepala dan pemberani dari antara mereka membuat perencanaan dan tekad kuat bahwa setiap salah seorang dari mereka akan membunuh Hadhrat Ali, Hadhrat Mu’awiyah dan Hadhrat ‘Amru bin al-‘Ash serempak dalam satu hari.
Seorang yang pergi untuk membunuh Hadhrat Mu’awiyah, menyerang Hadhrat Mu’awiyah namun pedangnya tidak mengenai beliau dengan benar sehingga Hadhrat Mu’awiyah hanya terluka ringan. Orang itu pun tertangkap dan setelah itu dihukum mati. Sedangkan yang pergi untuk membunuh Hadhrat Amar bin al-‘Ash, dia pun tidak berhasil karena saat itu Hadhrat Amru Bin al-‘Ash tidak datang untuk shalat karena sakit sehingga digantikan oleh orang lain untuk mengimami shalat dan orang itulah yang dibunuh. Namun, orang yang berencana menyerang Hadhrat Amru bin al-‘Ash tertangkap dan kemudian dihukum mati. Sedangkan orang yang pergi untuk membunuh Hadhrat Ali, ketika Hadhrat ‘Ali mulai berdiri untuk mengimami shalat subuh, orang itu langsung menyerang beliau (ra) sehingga beliau (ra) terluka parah. Ketika orang itu menyerang Hadhrat ‘Ali (ra), orang itu mengucapkan kalimat, ‘Wahai Ali, kamu tidak berhak untuk ditaati, hanya Allah-lah yang berhak.’”
Hadhrat Rasulullah (saw) menubuatkan berkenaan dengan syahidnya Hadhrat Ali, Hadhrat Ubaidullah (ra) meriwayatkan, ي ِل َع ِل َلا : ق مَ ل َسو هيَّ لَع هللا ىَ ل َص َّي ِبَّ نلا َّ نَّ أَ “Rasulullah (saw) bersabda kepada Hadhrat ‘Ali (ra), ؟ َني ِر ِخلآاَو َنيِل َّولأا ىَ قَشْ أ َ ن َم ، ُّي ِلْ ع اَ يَ‘Wahai Ali! Apakah kamu tahu, siapakah yang bernasib paling buruk dari antara awwalin (orang-orang terdahulu) dan aakhiiriin (orang-orang kemudian)?’
Hadhrat ‘Ali menjawab, ُملَعْ أَ هُ لو ُس َر َو ُ هُ للاَّ ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’
Berkenaan dengan itu beliau (saw) bersabda, َكن َعُ طْ ي ي ِذَ لا َّ ني ِرَ خلآا ىَ قَشَ أ َو ، ِةَ قاَ نلا ُر ِقاَّ ع َ ني ِلَ َّولأا ىَ قَشْ أَ
ُ
ن َعطْ ي ُ ثْيُ ح ىَ لِإ َ َرا َشأ َو ُّي ِلَ ع اَ ي ‘Orang-orang terdahulu yang bernasib paling buruk adalah orang yang َ memotong betis unta betina Hadhrat Saleh; dan wahai Ali, orang yang bernasib paling buruk di antara
aakhiiriin adalah orang yang akan membunuhmu dengan menikammu.’ Kemudian Rasulullah (saw) menunjukkan ke suatu tempat dimana beliau (ra) akan disyahidkan dengan ditikam (ditebas).”1
( : ْتلاَ ق ، ي ِلَ ع ِةَ ي ِّر ُس ٍرَّ ف ْعَ ج ِّمَ أ ُ نْ ع) Seorang pembantu rumah tangga Hadhrat Ali, Ummu Ja’far َ meriwayatkan, : َلاقَف ، ِه ِفَ نْأ ىَ لِإ اَ ه َعَ ف َرَ ف ِهِتَ َي ْحِلِب ذَخَ أَف َ هُ َسأ َر َعْ ف َر َ ذ ِإ ، ْ َءا َملا ِهْ يْدَي ىَ لَع ُّب ُصَ لأ يَ نِإِّ “Ketika saya menuangkan air ke tangan Hadhrat Ali, beliau mengangkat kepala dan meninggikan jenggot beliau hingga hidung lalu berbicara kepada jenggot beliau, مدِبَ ن َبَّ ضَّ خَ تُل ، ِكَ ل اَ ها َوً ‘Wah! Hebat sekali engkau. Engkau pasti akan dilumuri darah.’ ِة َع ُم ُجلا َم ْوْ ي َبي ِصَ أُف Beliau pun disyahidkan pada hari Jumat.”َ 2
Peristiwa syahidnya Hadhrat ‘Ali (ra) diriwayatkan sebagai berikut bahwa suatu ketika Ibnu al-Hanafiyah ( ِةَّي ِفَن َحلاْ ِنباْ ) meriwayatkan, ِما َّمحَ لا ي ِف ٌسوْ لُج ُ ن ْي َسُ حُ لا َو ْ ن َسُ حَ لا َو اْ نَأ َو َما َّمَ حَ لا مْ جَ ل ُم ْ نُ با اْ ن ْيَ لَع َلَ خَ دَ :لااقَف ، َ هُ ن ِم اْ زَّأ َمَ شا ا َمْ هُنَّأَكَف ،َ “Suatu kali saya, Hadhrat Hasan dan Hadhrat Husain sedang duduk di Hamam (pemandian umum) lalu Ibnu Muljam datang mendekati kami. Ketika dia masuk, Hadhrat Hasan dan Hadhrat Husain seperti menampakkan rasa tidak suka kepadanya lalu berkata, ؟ ان ْيَ لَع َ كَ لَخَ دْأ ا َم َ كَ أ َرَ جْ أ ا َم َ ‘Berani sekali kau datang ke dekat kami seperti ini.’
Saya berkata kepada mereka berdua, اذَه َ ن ِم ْ ُم َس ْجلأ ا َمَ كِب ُ دي ِرُ ي ا َم ُ ن ِإ يِرَّ ْم َعَلف ا َمَ كُ نْع َ هاُ عَ د ‘Kalian َ janganlah meladeninya. Demi Tuhan, apa yang ingin dilakukannya terhadap kalian bahkan lebih menakutkan.’”3
َ
ناك ا َّمَ لَفَ
: ِةَّي ِفَن َحلا ْ نُ با َلاْ ق ، ا ًري ِسَ أ ِهِب َيِتَ أ ُم ْوُ يَ Pada saat Ibnu Muljam dibawa sebagai tahanan setelah menyerang Hadhrat Ali, Ibnu al-Hanafiyah mengatakan, ، َما َّم َحلا اْ ن ْيَ لَع َلَ خَ د َم ْوَ ي يَ ن ِم ِهِب ِّ ف َرَ عْ أِب َ َم ْوَيْلا اَنأ ا َمَ
َ
ع َلاقَفَ
: ٌّي ِل “Saat itu saya mengetahui dengan jelas ketika dia menghampiri kami di Hamam. Hadhrat ‘Ali
bersabda bekenaan dengan Ibnu Muljam, ، ت ْوُ فَع ْوَ أ َ تُ لْتَق َ تَي ِقْ ب ن ِإَ ف ، َ ها َوُ ث َم او ُم ِرْ كْأ َو َ هُ لَزُن اوُ ن ِسُ حْ أَف ٌري ِسَ أ َ هُ نِإَّ
ُّ
ت ُم نِإْ َو
َ
ني ِدت ْع ُمَ لا ُّب ِحْ ي لا ُ هَ للا َّ ن ِإ اوَّ دُت ْعَ ت لا َو يِتَ لَتْق َ هوُ لُتُقاْ فَ ‘Dia adalah tahanan. Khidmatilah dia sebaik-baiknya dan perlakukanlah dia dengan baik. Jika saya masih hidup, saya yang akan membunuhnya atau akan memaafkannya. Tapi, jika saya meninggal maka bunuhlah dia sebagai qishas dan janganlah melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.’”4
( : َلاق ٍساَ َّب َع ِنب ِلا ىْ ل ْو َم َمً ثَق ُ نْ ع) Diriwayatkan dari Qutsam, mantan budak Hadhrat Ibnu Abbas, َبَ تَكَ ِهِتي ِصَّ َو ي ِف ٌّيِلَع
: “Hadhrat ‘Ali menuliskan dalam wasiyyatnya, لَ َو ٍنَ طْب ي ِف ِهَ ْيَل َع ٍن ِعاط ُرْيَ غ ، ي ِدَ ل َو ِرَ َب ْكأ ىَ لِإَ
ٍجْرف ‘Kepada putra sulung saya, janganlah memukul bagian perut dan kemaluannya (Ibnu Muljam).’”َ 5
Orang-orang menjelaskan, ، َرَي ْم ِح ْن ِم َوه َو ُّي ِدا َر ُمُ لا مْ جَ ل ُم ِنْ ب ِنْ َم ْحَّرلا ُدْب َع : ِج ِراَو َخْلا َن ِم ٍرفَن َ ةُثَلََث َ ب ِدَ تُناْ ُ نب ْ ك َرُبُ لا َو , ْ ةَدَن ِك ْ ن ِم ْ ةَلَبَ ج يِنَ ب ُفي ِلَ ح َوَ ه َو دا َرُ ُم ي ِف ُه ُدا ِد ِع ِو او ُع َمتَجاْ ف , ُّي ِمي ِمَ تلا ٍرَّ ْي َكُب ُنْب و ُر ْم َع َو , ُّي ِمي ِمَّتلا ِهللا ِدْبَّ عَ َ نب ْ ةَي ِواَ َع ُم َو , ب ِلاط ي ِبَ أ َ نَ ب َّي ِلْ ع : َ ةَثَلََثلا ِءَّ لََؤُه َ نَّ لَتَق ُيْ ل اوَ دُقا َعَ ت َو اوَ دُها َعَ ت َو َ ةَك َمِبَّ , ِصاَعْلا َنْب و َر ْم َع َو , َناَي ْف ُس يِب َ أ َو
ْمهُن ِم ْ داَب ِعَ لا ْ نَّ حي ِرَ ي “Di antara para Khawarij, ada tiga laki-laki yang mereka calonkan untuk mengeksekusi ُ [membunuh Hadhrat ‘Ali (ra)] yaitu Abdurrahman bin Muljam al-Muradi dari kabilah Himyar dan termasuk
1 Ath-Thabaqaat al-Kubra karya Ibnu Sa’d, bab ‘Abdurrahman ibnu Muljam ( ِ يِداَرُمْلا ٍمَجْلُم ِنْب ِنَمْحَّرلا ِدْبَع ُرْكِذ), 2887. Tarikh al-Khamis fi ahwali anfusin nafis ( سيفنلا سفنأ لاوحأ يف سيمخلا خيرات 282 : ةحفص 2 : ءزجلا يركبلا رايد نيسح خيشلا : فلؤملا) menyebut senjata untuk membunuh beliau ialah khinjar (رجنخ yaitu belati, pedang pendek yang lurus yang bisa disembunyikan di balik baju). Khinjar juga bisa dipakai sebagai mata tombak. Abu Lu-luah pembunuh Khalifah ‘Umar (ra) juga memakai ini.
2 Ath-Thabaqaat al-Kubra karya Ibnu Sa’d, ( يلع نب نيسحلاو رفعج نب هللا دبع هلتق فيكو ملاسلا هيلع ايلع هلتقو رعشلاب هلثمتو هذه نم هذه نبضختل هلوقو هايا هدرو يلع ةعيبو يدارملا مجلم نب نمحرلا دبع ركذ ةيفنحلا نب دمحمو), 2757.
3 Ansabul Asyraf karya al-Baladzuri (يرذلابلل فارشلأا باسنأ), Perkara Ibnu Muljam (ملاسلا هيلع بلاط يبا نب يلع نينمؤملا ريما لتقمو هباحصا رماو مجلم نبا رما), nomor 1051. Ibnu al-Hanafiyah ialah Muhammad al-Hanafiyah bin ‘Ali bin Abi Thalib (dari istri beliau bernama Khaulah binti Ja’far bin Qais al-Hanafiyyah.
4 Tarikh Madinah Dimasyq (٥٥٥ ةحفصلا - ٢٤ ج - ركاسع نبا - قشمد ةنيدم خيرات). 5 Ath-Thabaqaat al-Kubra karya Ibnu Sa’d.
ke dalam kabilah Murad yang merupakan sekutu keluarga besar banu Jabalah dari Kindah; kedua, al-Burak bin Abdullah at-Tamimi dan ‘Amru bin Bukair at-Tamimi. Mereka bertiga berkumpul di Makkah dan mereka bertekad untuk membunuh tiga orang yaitu Hadhrat ‘Ali bin Abi Thalib, Hadhrat Mu’awiyah bin Abu Sufyan dan Hadhrat ‘Amru bin ‘Ash.”6
Sebagaimana yang telah saya jelaskan di awal, tiga nama pembunuh yang kisahnya disampaikan oleh Hadhrat Muslih Mau’ud (ra) di awal.
: مجَ ل ُم ْ نُ ب ِنْ َم ْح َّرلا ُدْب َع َلا َقف , ْمَ هُن ِم ْ داَب ِعَ لا ْ نَّ حي ِرَ ي َوُ َ ةي ِواَ َع ُمِب ْمُكَل انَأ َو : َ ك َرُبُ لا َلاْ ق َو , ب ِلاَ ط ي ِبَ أ ِنَ ب ِّي ِلْ َعِب ُمُكَل انَأَ َ ثا َوت َو اوَ دُقا َعَ ت َو َ ك ِلَ ذ ىَ لَع اوَ دُها َعَ تَف , ِصاَ َعْلا َنْب و َر ْم َع ْمُكي ِفْكأ اَ نَأ : ٍرَ ْي َكُب ُنْب و ُر ْم َع َلاق َو ,َ ْ نع ْمَ هُن ِم ْ ٌل ُج َر ُُ ُكْنَي َلَ او ُق َس ةَلْيَ ل ْمَ هُنَيْب اوَ د َعُ تاَّ ف , َ هُ نوَ د ُ تو ُمَ ي ْوَ أ َ هُ لَتُقْي ىَ تَّح ِهَ ْيَلِإ هُ ج َوَّ تَي َو ، ى َّم َس ي ِذَ لا ِهِب ِحاَّ َص َ ناض َم َر ِرَ هْش َ ن ِم ْ ة َرَ شْ ع َعْبَ
“Mereka bertekad akan membebaskan orang-orang dari tiga wujud suci ini. Abdurrahman bin Muljam mengatakan, ‘Akulah yang bertanggung jawab untuk membunuh ‘Ali bin Abu Thalib.’ Al-Burak mengatakan, ‘Aku yang bertanggung jawab membunuh Mu’awiyah.’ Sedangkan ‘Amru bin Bukair mengatakan, ‘Aku akan menyelamatkan kalian dari ‘Amru bin ‘Ash.’ Setelah itu mereka mengikrarkan janji setia dan saling meyakinkan bahwa mereka tidak akan mundur dari janji tersebut sebelum mereka berhasil membunuh targetnya atau terbunuh dalam tugas itu. Artinya, mereka tidak akan kembali dari tugas sebelum berhasil membunuh targetnya atau terbunuh. Mereka telah menetapkan waktu untuk mengeksekusi targetnya pada malam ke-17 (tujuh belas) bulan Ramadhan.
مجَ ل ُم ْ نُ ب ِنْ َم ْحَّرلا ُدْب َع َم ِدقَف ، َ ه ُب ِحاُ َص ِهي ِف ي ِذلا ِرَّ ْص ِملا ىْ ل ِإ َ ْم ُهْن ِم ل ُجَر ُّلك ُ هَ ج َوَّ ت َّمَ ثُ َ ن ِم هُ باَ ح ْصَ أ َي ِقَ لَف َ ةَفوَ كُلاْ ِباب َّرلا ِمَ ْيت َ ن ِم ا ًرْ فَن ا ًم ْوَ ي َراَ زَف ، َ هُ نو ُروَ زُي َو ْمَ ه ُروُ زُي َ ناَ ك َو , َ دي ِرُ ي ا َم ْمُ ه َمُ تاَ كَف ِجِراَ َو َخْلا ِماطَ ق : اَ هَل ُلاَ قَي ْمُ هُن ِم ْ ةًأ َر ْما ىَ أ َرَ ف ,َ ِر ِماع ِنَ ب ِّي ِدْ ع ِنَ ب ْ ةَنَجْ ش ُ تُ نِبْ َم ْوي اَ هاَ خَ أ َو اَ هاَ بَأ َلَ تَق ٌّي ِلَ ع َ ناَ ك َو , ِباَ ب َّرلا ِمَ ْيَت ِنب ِلْ هْ ذ ِنُ ب ِدْ ْع َس ِنب ْ ة َبَ ل ْعَ ث ِنَ ب ِفْ ْو َع ِنبْ ي ِنني ِلَ أ ْسَ ت َ لَ : َلاَ قَف ، ي ِل َيَ ِّم َسُت ىَّت َح َك ُج َّو َزتَأ َ لَ : َ تْ لاَ قَف ، اَ هَبَ طَ خَ ف َ هُ ت َبْ جَ عْ أَف ، َ نا َو َرَ هْنَ ْ يشَ : تْ لاَ قَف , ِكَ ت ْيُ طَ عْ أ َ لَِإ اَّ ئً ُلتْق َ لَِإ ِرَّ ْص ِملا اْ ذَه ىَ لِإ يِب َ َءا َج ا َم ِهللا َو : َلاَّ قَف , ب ِلاَ ط ي ِبَ أ ِنَ ب ِّي ِلْ ع ُلَ تْق َو , فَ لَآ َ ةُثَلََثَ ِكتُيْتآ َ دْق َو , ب ِلاَ ط ي ِبَ أ ِنَ ب ِّي ِلْ ع َ
ِتلْأ َس ا َم Kemudian mereka bergerak menuju kota di mana sasaran mereka tinggal. Abdurrahman bin َ
Muljam datang di Kufah dan bertemu dengan teman-teman Khawarijnya, namun dia tetap merahasiakan maksudnya. Dia pergi menemui kawan-kawannya. Beliau pun sebaliknya. Suatu hari dia melihat satu kelompok kabilah Taimur Rabbab yang di dalamnya ada seorang wanita yang bernama Qatham binti Syujnah bin ‘Adi. Hadhrat Ali-lah yang telah membunuh ayah dan saudara laki-lakinya pada perang Nahrawan. Ibnu Muljam menyukai wanita itu dan dia pun mengirim lamaran untuk menikah dengannya. Wanita itu mengatakan, ‘Aku tidak akan menikah denganmu kalau kau tidak berjanji kepadaku.’
Ibnu Muljam berkata, ‘Apa pun yang kau minta, akan kukabulkan.’
Wanita itu berkata, ‘Aku meminta tiga ribu (dirham) dan bunuhlah ‘Ali bin Abi Thalib.’
6 Ath-Thabaqaat al-Kubra karya Ibnu Sa’d, bab ( َب ِرَك يِدْعَم ِنْب ِتْلَّصلا ُنْب ُدْيَبُز), nomor 2624. Sunan Abi Daud, Kitab as-Sunnah (ةنسلا باتك), bab berperang dengan kaum Khawarij ( ِلاَتِق يِف باب ِج ِرا َوَخْلا): Zaid b. Wahb al-Juhani meriwayatkan, : ُلوُقَي ملَو هيلع هللا لص ِهَّللا َلوََُر ُتْعِمََ يِ نِِ ُُاَّنلا اََهيَأ : ُمَلاَّسلا ِهْيَلَع يِل َع َلاَقَف ِج ِرا َوَخْلا َلِِ اوُراََ َنيِذَّلا ُمَلاَّسلا ِهْيَلَع ٍ يِلَع َعَم اوُناَك َنيِذَّلا ِشْيَجْلا يِف َناَك ُهَّنَأIa pernah bergabung dengan pasukan ‘Ali radliallahu 'anhu yang menuju kaum Khawarij. ‘Ali lalu berkata, "Wahai manusia sekalian, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, َنِم َنوُقُرْمَي ْمََُيِقاَرَت ْمَُُتَلاَص ُزِواَجُت َلا ،ْمَِْيَلَع َوُه َو ْمََُل ُهَّنَأ َنوُبَسْحَي َنآ ْرُقْلا َنوُء َرْقَي ،اًئْيَش ْمَِِماَي ِص َلِِ ْمُكُماَي ِص َلا َو اًئْيَش ْمَِِتَلاَص َلِِ ْمُكُتَلاَص َلا َو اًئْيَش ْمَِِتَءا َرِق َلِِ ْمُكُتَءا َرِق ْتَسْيَل َنآ ْرُقْلا َنوُء َرْقَي يِتَّمُأ ْنِم ٌم ْوَق ُجُرْخَي ِةَّيِم َّرلا َنِم ُمََّْسلا ُقُرْمَي ا َمَك ِمَلاَِْلإا ‘Akan muncul suatu kaum dari umatku yang pandai membaca Al-Quran, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian tidak ada apa-apanya daripada shalat mereka. Juga puasa kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan puasa mereka. Mereka membaca Al-Qur’an dan mereka menyangka bahwa Al-Qur’an itu adalah (hujjah kebenaran) bagi mereka, namun ternyata Al-Qur’an itu adalah (pendakwa, bencana) atas mereka, yakni mereka mengira Al-Qur’an membenarkan mereka, padahal mereka bertentangan. Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah yang melesat dari sasaran buruannya...’”.
Dia (Ibnu Muljam) mengatakan, ‘Demi Allah, aku justru datang ke kota ini untuk membunuh ‘Ali bin Abi Thalib dan aku pasti akan memberikan apa yang kau minta.’
َّي ِعجَ شْ لأا َ ْ ة َرَ جَ ب َ نَ ب َبي ِبْ ش مَ جَ ل ُم ْ نُ ب ِنْ َم ْحَّرلا ُدْب َع َي ِقل َوَ ىل ِإ َ هُ باَ جَ أَف , َ ه َع َم ُ نوَ كُ ي َ نْ أ ىَ لِإ َ هاُ عَ د َو ، َ دي ِرُ ي ا َم ُ ه َمُ لَعْ أَفَ َ حي ِب َص ي ِف اًّيِلَع َلُتقْي َ نْ أ اَ هي ِف َ َمَز َع يِتلا ِةَّ لْيَ للا َّ كَ لِت مْ جَ ل ُم ْ نُ ب ِنْ َم ْح َّرلا ُدْب َع َتاَب َو , َك ِلذَ ٍسيْق َ نَ ب ْ ث َعَ شْ لأا ي ِجاَ ْ نَي اُ هِتَ ِدن ِكْ لاْ ْبع َماَ قَف , ْمَ قُف َ ح ْب ُّصلا ُ كَ حَ ضَ ف : َ ث َعُ شْ لأا َ ْ هُ ل َلاَ قَف , ُرَ جْ فَلا َعْ لُطْ ي َ نْ أ َ داَ ك ىَ تَّح ِه ِد ِجَ ْس َم ي ِف َّي مجَ ل ُم ْ نُ ب ِنْ َم ْحَّرلا ُد َّ لا ِةد ُّسلا َلِباَّ ق ُم ا َسَ لَج ىَ تَّح ا َءاَ ج َّمَ ث ا َمُ هُفاَي ْسَ أ اَ ذَخَ أَف َ ة َرَ جَ ب َ نُ ب ُبي ِبْ ش َو ،َ
ٌّي ِلع اَ هَن ِم ْ ج ُرُ خْ ي ي ِتَ Kemudian Ibnu Muljam
bertemu dengan Syabib bin Bajrah Asyja’i dan dia pun memberitahukan tujuannya dan meminta untuk tinggal bersamanya. Syabib pun menurutinya.
Pada malam hari Ibnu Muljam telah berencana untuk mensyahidkan Hadhrat Ali di pagi harinya, ia lalui dengan berbincang-bincang secara berbisik dengan Asy’ats bin Qais al-Kindi ( ٍسيْق َ نَ ب ْ ث َعَ شْ لأاَ ْ َّي ِدن ِكْ لا) di masjidnya (Masjid al-Kindi). Ketika hendak terbit fajar, Asy’ats mengatakan kepadanya, ْ ‘Bangunlah! Ini sudah pagi.’7
Abdurrahman bin Muljam dan Syabib bin Bajrah berdiri dan mengambil pedangnya kemudian datang dan duduk di depan gerbang yang darinya Hadhrat ‘Ali biasa keluar.”
Hadhrat Hasan bin ‘Ali ( ي ِل َع ُنْب ُن َس َحلا) mengatakan, ْ : َلاقَف ، ِهَ ْيَلِإ ت ْسُ لَجَ ف ا ًرَ ح َسَ هُ تُيْتَأ َوَ “Saya datang dan duduk di dekat beliau (ayah saya yaitu Hadhrat Ali) pada waktu sahur (menjelang Shubuh di pagi hari). Saat itu Hadhrat ‘Ali bersabda, ِهللا ُلو ُس َر ي ِل َّ حَ ن َسَ ف ٌس ِلاَ ج اَ نَأ َو ,َ َيان ْيَ ع ي ِنَ تْكَل َمَ ف ي ِلَ هْ أ َ ظ ِقوُ أ ُ ةَلْيَ للا َّ تِب يُّ نِإِّ
ْيلَع َ هَ للا َّ عُدا : ي ِل ْ َلا َقف , ِدَ دَللا َو ِدَّ َولأا َ ْ ن ِم َ ك ِتَ َّمأ ُ ن ِم ْ تي ِقُ ل ا َم ، ِهَ للا َلو ُس َر اَّ ي : َ تُ لْقُف ,َ
ُ
تلْقُف , ْم ِهَ
: ‘Sepanjang malam
saya terus membangunkan keluarga saya. Ketika duduk, saya pun mengantuk lalu dalam mimpi saya berjumpa dengan Rasulullah (saw). Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah (saw)! Saya sedang menghadapi kebengkokan dan perselisihan yang sengit dari umat Anda.’ Rasulullah (saw) bersabda, ‘Berdoalah kepada Allah Ta’aala dalam menghadapi mereka.’
Saya (Hadhrat ‘Ali) pun mengucapkan, ين ِم ِّ ْم ُهَل اًّر َش ْم ُهْل ِدْبأ َو ، ْمَ هُن ِم ي ِل ا ًرْ ْي َخ ْمِهِب ي ِنل ِدْ بْأ َّمَ هُللا ‘Allahumma َّ
abdilnii bihim khairan li minhum wa abdilhum syarral lahum minni.’ – ‘Ya Allah! Berikanlah kepada hamba
yang lebih baik dari mereka sebagai pengganti mereka dan berikanlah kepada mereka yang lebih buruk dari saya sebagai pengganti saya.’
ُ
ةلَ َّصلا : َلاَ قَف َ ك ِلَ ذ ىَ لَع َ نُ ذِّؤ ُمَ لا ِحاْ َّبَّنلا ُنْبا َل َخ َد َو Setelah itu Ibnu Nabbah, sang Mu’adzdzin (yang bertugas adzan) datang dan berkata, ‘Waktu shalat sudah tiba.’”
7 Ath-Thabaqaat al-Kubra karya Ibnu Sa’d, bab ( َب ِرَك يِدْعَم ِنْب ِتْلَّصلا ُنْب ُدْيَبُز), nomor 2624. Tarikh Yaqubi (.۱٥۳ص ٤ج : بهذلا جورم ؛ ٤۲۲ص ٤ج : يبوقعيلا خيرات ، ٤۲ص : ني فص ةعقو) menyebutkan dia diberhentikan dari jabatan Amir di Azerbaijan di zaman Khalifah ‘Ali (ra). Para penentang dan pengkritik Hadhrat ‘Ali (ra) yang berasal dari internal pasukan beliau (ra) ialah kalangan pemimpin kabilah (asyraf qabail) dan sebagian kalangan Qurra’ (Para Penghapal Qur’an). Sebagian dari mereka terdapat kalangan yang dulunya memberontak terhadap Khalifah ‘Utsman. Asy’ats bin Qais al-Kindi adalah pemimpin Kabilah. Asy’ats bin Qais al-Kindi masuk Islam pada akhir masa hidup Nabi (saw) dan murtad pada zaman Khalifah ‘Abu Bakr (ra). Setelah melakukan penentangan terhadap Amir tunjukan Khalifah, dia ditangkap dan dihadapkan ke Khalifah, ia dimaafkan. Pada zaman Khalifah ‘Umar (ra) ikut serta dalam perang Yarmuk dan peperangan melawan Persia dan mendapat tugas sebagai kepala distrik di Azerbaijan di bawah Amir Kufah. Pada zaman Khalifah ‘Utsman (ra), ia mendapat tugas sebagai Amir daerah Azerbaijan. Asy’ats bin Qais al-Kindi termasuk berani mengkritik Khalifah ‘Ali (ra). Ia tercatat beberapa kali menginterupsi pidato Khalifah dan mengkritikny a. Ia juga yang terdepan bersama para Asyraf dan para Hafizh dalam mengusulkan penerimaan Tahkim (perundingan) dari pihak Mu’awiyah setelah pasukan Mu’awiyah mengangkat al-Qur’an yang terikat pada tombak-tombak mereka. Ia juga terkadang tidak memanggil Amirul Mu-minin tapi dengan sebutan nama, “Wahai ‘Ali!” ‘Abdurrahman ibnu Muljam ialah seorang seorang Qari (paham cara baca al-Qur’an dan bagus melantunkannya serta Hafizh atau hapal Qur’an atau hapal banyak ayat Qur’an). Pada zaman Khalifah ‘Umar (ra), Ibnu Muljam mendapat tugas dari Khalifah sebagai Muqri’ (pengajar al-Qur’an) di Mesir. Dikatakan dia rajin beribadah malam dan gemar berpuasa. Kefanatikannya (kecintaan secara salah) terhadap al-Qur’an sedemikian rupa sehingga setelah menikam atau menebas Khalifah ‘Ali (ra), ia juga melantunkan ayat al-Qur’an (Surah al-Baqarah ayat 208). Bahkan, ketika akan dieksekusi setelah wafatnya Hadhrat ‘Ali (ra), Ibnu Muljam juga melantunkan dan menyelesaikan bacaan beberapa Surah al-Qur’an.
Hadhrat Hasan mengatakan, ن ِم َ ج َرَ خ ا َّمَ لَف ، َ هُ فَلْخ اَ نَأ َو ِهَ يْدَي َ ن ْيَ ب ِحاَ َّبَّنلا ُنْبا َو ,ي ِشْمَي َما َقف ِه ِدَ َيِب تُ ذْخَ أَفَ ىداَ ن ِباَ َبْلا َّ نلا اهَيُّأ :َ َ تعاْ ف ، َساَ نلا َّ ظ ِقوُ ي ُ هُ ت َّر ِد ُ ه َع َم َو ُ ج ُرُ خْ ي ، مَ ْوَي ِّلُك ي ِف ُل َعفْي َ ناَ ك َ ك ِلَ ذَك ، َ ةَلَ َّصلا َ ةَلَ َّصلا ُساَ ُ هض َرَ
: ُلوقُي َ لَِئاً ق َ ت ْع ِمُ َس َو , ِفْي َّسلا َقيِرَب ُتْيأ َرَ ف : َ ك ِلَ ذ َرَ ضَ ح َ ن َم ُض ْعْ ب َلاَ قَف ، ِنَ لََج َّرلا “Saya memegang tangan ُ beliau (ayah saya, yaitu Hadhrat ‘Ali) lalu beliau bangun dan pergi. Ibnu Nabbah di depan beliau dan saya di belakangnya. Ketika beliau keluar dari pintu, beliau berseru, ‘Wahai orang-orang! Shalat! Shalat!’ Beliau selalu melakukan seperti itu setiap hari. Ketika beliau keluar, di tangan beliau selalu ada cambuk dan memukulkannya pada pintu-pintu untuk membangunkan orang-orang. Pada saat itu, kedua penyerang itu muncul di hadapan beliau. Beberapa dari antara saksi mata mengatakan, ‘Saya melihat kilauan sebuah pedang dan mendengar penyerang itu berkata, َكل َ لَ , ُّي ِلَ ع اَ ي ُمَ كْحُ لا ِهْ ل ِل “Wahai Ali! َّ Memerintah adalah hak Allah bukan hak kamu.” ِنَم ْحَّرلا ِدْب َع ُفْي َس ا َّمأَف ، ا ًعي ِمَ ج اَ ب َرَ ضَ ف ، ا ًي ِناَ ث اَ ف ْي َس ً تُ يْأ َر َّمَ ثُ
َ
جل ُم ْ نُ بْ
ُ
ت ْع ِمَس َو , ِقا َّطلا ي ِف َعق َوَ ف بيِبَ ش ُف ْي َس ا َّمَ أ َو , ِه ِغاَ َم ِد ىلِإ َ َل َص َو َو ِهِنْرق ىَ لِإ َ هُ تَهْبَ ج َ با َصَ أَف مَ : ُلوقُي اًّي ِلَ عَ
Kemudian saya melihat pedang yang lain lalu keduanya bersamaan menyerang beliau. Pedang Abdurrahman bin Muljam mengenai kening Hadhrat ‘Ali sampai ke kepala sementara pedang Syabib mengenai kayu pintu.’ Saya mendengar Hadhrat ‘Ali bersabda, ُل ُج َّرلا ُمكُنَّتوَ فُي َ لَ ‘Jangan biarkan orang َ ini lolos dari kalian!’
، بِناج ِّلَ ك ُ ن ِم اْ َم ِهْيلَع ُساَ نلا َّ دَّش َوَ َلاقَف ي ِلَ ع ىَ لَع َل ِخَ دْأُف , مَ جَ ل ُم ْ نُ ب ِنْ َم ْحَّرلا ُدْب َع ذ ِخَ أ َو ، ُ تَ لَفْأَف ٌبي ِبَ ش ا َّمَ أَفَ
:
Orang-orang pun berpencar mengepung dari segala arah, namun Syabib berhasil lolos sementara Abdurrahman bin Muljam tertangkap dan dibawa ke hadapan Hadhrat Ali. Hadhrat ‘Ali bersabda, اوُبي ِطأَ
يِب هوُ ق ِحُ لْأَف َ ت ُمْ أ َ نِإْ َو ، ا ًصا َص ِق َو ا ًوفْع ِه ِمَ دِب ىَ ل ْوَ أ اَ نَأَف ْش ِعَ أ َ ن ِإْ ف , َ هُ شا َر ِف اوَ ني ِلُ أ َو َ ه َما َعُ طَ
َ
ني ِملا َعَ لا ْ ب َر ِّ دَن ِع ْ ه ُم ِصاُ خَ أُ
‘Berikanlah makanan yang layak untuknya dan berikanlah alas tidur yang lembut. Jika aku masih hidup maka akulah yang berhak memafkannya atau mengambil qishas darinya. Sedangkan jika aku meninggal maka bunuhlah dan pertemukanlah denganku. Aku akan mengadukannya ke hadapan Rabbul ‘Aalamiin, yakni kami akan menghadapkan persoalan ini di hadapan Allah Ta’ala.’”8
Ketika kewafatan Hadhrat ‘Ali sudah dekat maka beliau pun berwasiyyat. Wasiyyat beliau adalah sebagai berikut, نْ أ َ دُهَشْ ي َ هُ نَّأ ى َص ْوَ أ ،َ هُ نْع َ هللا َي ِضُ َر ب ِلاطَ ي ِبأ َ نُ ب ُّي ِلْ ع ِهِب ىَ َص ْوأ ا َم اَ ذَه ، ِمي ِحَ َّرلا ِنَم ْحَّرلا ِهللا ِم ْسِب ْ لا ِني ِدَو ى َد ُهْلاِب هُ ل َس ْرَ َ أ ،هُ لو ُس َر َو ُ هُدْبُ ع اَ د َّمً ح ُم َ نَّ أ َو ،َ هُ ل َ كيِرَ ش َ لَ َ هُدَح َو ْ هللا َ لَِإ َّ هَ لِإ َ لََ ْول َو ، ِهَ لِّك ِنيُ دلا ىِّ لَع َ ه َر ِهُ ظُي ِل ْ قِّ حَ َ
نوكِرُ ش ُمْ لا ْ ه ِرَ ك “Bismillahirahmaanirrahiim – Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha َ Penyayang. Ini adalah wasiyyat yang diberikan oleh ‘Ali bin Abi Thalib yang mana dia mewasiyatkan, ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan lain selain Allah. Dia adalah Esa. Dia tidak memiliki satu sekutu pun dan bahwa Muhammad (saw) adalah hamba dan rasul-Nya, Allah Ta’ala telah mengutusnya dengan hidayah dan agama yang benar, setelah menganugerahkan agama yang benar lalu mengutusnya agar memenangkan agama ini di atas seluruh agama, walaupun perkara ini tidak disukai oleh orang-orang Musyrik. َ نأ َو َ ت ْر ِمُ أ ُ ك ِلَ ذِبَ َو ،ُهَل َكيِرش َ لَ ،َ ني ِمَ لا َعَ لا ْ ب َر ِهِّ لل ي ِتاَّ َم َم َو َياَي ْح َم َو ي ِك ُسن َو ي ِتُ لَ َص َ ن ِإ َّ َّمثُ ا ن ِم اَ َ ني ِم ِل ْس ُمْل
Sesungguhnya shalatku, pengorbananku dan hidupku serta matiku semuanya untuk Allah Rabbul ‘Aalamiin. Tidak ada yang menyamai Dia dan untuk itu aku diperintahkan dan aku berada di antara orang-orang yang taat.’”
8 Ath-Thabaqaat al-Kubra karya Ibnu Sa’d (راصنلااو نيرجاَملا نم نيردبلا يف ثلاثلا دلجملا دعَ نبلا ىربكلا تاقبطلا توريب رداص راد). Jawaahir at-Taarikh karya Ali al-Kurai al-‘Amili (٢٧٢ ةحفصلا - ۳ ج - يلماعلا يناروكلا يلع خيشلا - خيراتلا رهاوج)
Setelah itu, beliau berkata, ْمتُنْأ َو َ لَِإ َّ نَّ تو ُمُ ت َ لَ َو ، ْمَ كُب َر ِهللا ىِّ َو ْقَتِب ي ِلهْ أَ َو ي ِدل َو َعي ِمَ ج َو ،َ ن َسُ ح اَ يَ كيص وأ َّمُ ثُ ْيلَع َ هللا ىُ ل َص ِم ِساَّ قَلا اْ بَأ َ ت ْع ِمُ َس يِّنِإف ،اوَ ق َّرُ فَت َ لَ َو ،ا ًعي ِمَ ج ِهللا ِلَ ْب َحِب اوُم ِصَت ْعا َو ، َنو ُمِل ْس ُم ُ قي َمَ ل َس َو ِهَّ : ُلو « َ حلَ َص َ ن ِإَّ ِماَي ِّصلا َو ِةلَ َّصلا ِةَ َّما َع ْن ِم ُمظَ عْ أ ِنَ ْيَبْلا ِتاذَ
» “Aku mewasiyyatkan kepada kamu, wahai Hasan dan seluruh
anak keturunanku serta seluruh keluargaku untuk tetap takut (bertakwa) kepada Allah, Tuhan kalian dan kalian harus meninggalkan dunia ini dalam keadaan berserah diri. Kalian bersatulah untuk tetap teguh memegang tali Allah dan janganlah bercerai-berai di antara kalian karena aku mendengar dari Abul Qasim bahwa memperbaiki hubungan satu sama lain adalah lebih baik dari shalat dan puasa.” 9
Maksudnya ialah shalat dan puasa yang nafal. Ini adalah poin yang sangat penting yaitu memperbaiki hubungan satu sama lain adalah lebih baik dan lebih tinggi nilainya dari shalat nafal dan puasa nafal. Hidup dengan tentram, menciptakan ishlah (perbaikan), mengishlah dan mengupayakan jalan ishlah (perbaikan) adalah suatu kebaikan yang besar.
Kemudian wasiat beliau, “با َس ِحلا ُمْ كْيُ لَع َ هللا ُ ن ِّوُ هَي ْمُ هو ِل ِصُ ف ْمَ ك ِماُ ح ْرَ أ ي ِوَ ذ ىَ لِإ اوَ ُر ُظنا Perhatikanlah ْ saudara-saudara kalian dan berlakulah baik dengan mereka, dengan begitu Allah Ta’ala akan menghisab kalian dengan mudah.
ي ِف هللا هَّ للاَّ ِماتَيْلأاَ ْ
َو ،مههاوفأ اونعت لاف ،
ْمك ِتُ َر ْض َحِب ن ُعي ِضَّ ي َ لََ Takutlah kepada Allah dalam
perkara-perkara anak-anak yatim, janganlah buat mereka terpaksa untuk memohon bantuan dari kalian dengan lisan mereka dan jangan sampai mereka sia-sia di hadapan kalian.
ي ِف هللا ِهَّ للا َوَّ ْمكِنا َري ِجُ ، ُ ة َّي ِصَو ْم ُهَّنِإفَ َمل َس َو ِهَّ ْيَل َع ُهللا ىَّل َص ْمُكِّيِبنَ هنأ اننظ ىتَّح ِهِب يصوي لاز اَ َم ، ُ هث ِّر َوُي َسُ
Berkenaan dengan tetangga, takutlah kamu sekalian kepada Allah karena wasiat dari Nabi kalian
shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana beliau (saw) begitu menekankan untuk memenuhi hak-hak para
tetangga sampai-sampai kami beranggapan jangan-jangan beliau (saw) menjadikan para tetangga pun sebagai ahli waris.
ي ِف هللا ِهَّ للا َوَّ ِنآْر ُقلاْ ، ْمكُ نَّقِبَ ْسَي َلَفَ ِهِب لمعلا ىلِإَ ْمك ُرْيُ غَ
، Di dalam hal-hal terkait Al-Quran, takutlah kalian
kepada Allah, jangan sampai orang lain mendahului (melebihi) kalian dalam hal mengamalkan ini. ِةلَ َّصلا ي ِف َ هللا َ هللا َوَ
،
ْمكِني ِد ُ دو ُمُ ع اَ هَن ِإَّ فَ Dalam hal-hal terkait shalat, takutlah kalian kepada Allah Ta’ala, karena ini adalah pilar agama kalian.
ي ِف هللا ِهَّ للا َوَّ ْمكُب َر ِتِّ يْبَ
،متيقب ا َم هولخت لاف ْمل َ كِرَ ت ُ ن ِإ ْ هُ ن ِإَّ فَ
،رظاني Mengenai rumah Tuhan kalian [masjid],
takutlah kalian kepada Allah Ta’ala dan di sepanjang hidup kalian janganlah kalian membiarkannya kosong karena apabila ia dibiarkan kosong, tidak ada rumah yang seperti itu yang akan kalian temui.
هللا ِهَّ للا َوَّ
ُ
فنْأ َو ْمَ ك ِلاُ َو ْمأِب ِهللا ِليِبَ َس ي ِف ِدا َه ِجلا ي ِفْ ْمك ِسُ
، Dalam hal-hal terkait jihad fi sabilillah, takutlah
kalian kepada Allah dan berjihadlah kalian dengan segenap jiwa dan harta-harta kalian. ،ةاكزلا ي ِف هللا ِهَّ للا َوَّ
ِّ
ب َّرلا َبضَ غ ُءي ِفَ طْ ت اُ هَن ِإَّ فَ
، Mengenai zakat, takutlah kalian kepada Allah karena hal
ini memadamkan kemurkaan Tuhan.
9 Tarikh ath-Thabari (يربطلا خيرات), peristiwa penting tahun 00 (نيعبرأ ةنَ), bahasan mengenai berita tentang pembunuhan beliau (هلتقمو هلتق ببَ نع ربخلا ركذ). Redaksi sedikit berbeda ditulis dalam Ath-Thabaqaat al-Kubra karya Ibnu Sa’d, bab ( َب ِرَك يِدْعَم ِنْب ِتْلَّصلا ُنْب ُدْيَبُز), nomor 2624: ْمُكِ ب َر ِهللا ى َوْقَتِب يِباَتِك ُهَغَلَب ْنَم َو ،يِدَل َو َو يِلْهَأ َعيِم َج َو ،ُنْيَسُح اَي َو ،ُنَسَح اَي اَمُكي ِصوُأ َّمُث yang artinya, “Aku mewasiyyatkan kepada kalian berdua, wahai Hasan dan wahai Husain, juga kepada seluruh keluargaku dan seluruh anak keturunanku serta mereka semua yang sampai membaca suratku ini untuk tetap takut (bertakwa) kepada Allah...”.
ي ِف هللا ِهَّ للا َوَّ ْمكِّي ِبُ ن ِةَ َّم ِذ
،
َ
ن ْيب َ ن ُمَّ لَظْ ي ُ لََفَ
،مكرهظأ Berkenaan dengan orang-orang yang
tanggungjawabnya dipercayakan oleh Nabi kalian kepada kalian, takutlah kalian kepada Allah dan janganlah seorang pun dari mereka mendapatkan perlakuan aniaya dari antara kalian.10
ي ِف هللا ِهَّ للا َوَّ ْمكِّي ِبُ ن ِباَ ح ْصَ أَ
،مهب ىصوأ ِهللا لو ُس َر نإف ،َّ Berkenaan dengan para sahabat Nabi kalian,
takutlah kalian kepada Allah, karena Rasulullah telah memberikan wasiat mengenai keutamaan mereka. هللا ِهَّ للا َوَّ
، ْمك ِشِياُ َع َم ي ِف ْم ُهوكِرُ شْ أَف ِني ِكاَ َس َمْلا َو ِءاَرقَفُلا ي ِفْ Berkenaan dengan orang-orang fakir dan miskin pun, takutlah kalian kepada Allah, dan ikut sertakanlah diri kalian dalam pemenuhan sarana-sarana penghidupan mereka.
مكناميأ تكلم ا َمي ِف هللا ِهَّ للا َوَّ Kemudian takutlah kalian kepada Allah berkenaan dengan hal ini, di mana tangan kanan kalian berkuasa atasnya, yakni terhadap tanggung jawab yang telah dibebankan diatas pundak kalian; berkaitan dengan perkara-perkara di dalamnya pun takutlah kalian kepada Allah.
َ
ةلَ َّصلا َ ةَلَ َّصلا Jagalah shalat kalian! Jagalah shalat kalian! َ ِهللا ي ِف نَّ فاُ خَ ت َ لََ ٍۢ مِئلا ٓ َ ة َم ْوَ لَ
، ِفكْ يَ مكي
ْمكْيُ لَع ىَ غَب َو ْمَ كُدا َرأ َ ن َمْ Beliau (ra) bersabda, “Demi meraih rida
Tuhan, janganlah kalian takut terhadap siapapun penghasut atau pencela.11 Hendaknya keridaan Tuhan
senantiasa diutamakan; ini adalah hal yang penting, karena Allah itu akan cukup bagi kalian, dalam menghadapi orang yang ingin menyakiti kalian dan ingin mengkhianati kalian.
،هللا ُمُ ك َر َمُ أ ا َمَ ك اَ ن ْسً ح ِساُ نل ِل اوَّ لوُ ق َو Katakanlah perkataan-perkataan baik kepada manusia ُ sebagaimana yang Allah Ta’ala telah perintahkan kepada kalian.
َ
ف نوَ عُ دْت َّمَ ث ، ْمُ ك َرا َر ِش ُ ْمُكَر ْمأ َيَ ل َو ُيِّ ف ، ِرَ كَن ُمْ لا ِنْ ع َيَ هْنلا َو ِفو ُرَّ ْع َمْلاِب َر ْملأا اوَ ْ ك ُرُ تْت َ لَ َوَ
ُ
باجَ ت ْسَ ي ُ لََ
، ْمكُ لَ Janganlah
kalian meninggalkan amr makruf nahi mungkar [menyuruh kepada yang baik dan melarang kepada yang keji], jika tidak, orang yang buruk dari antara kalian akan menjadi pemimpin kalian dan doa kalian tidak akan dikabulkan.”
Amr makruf dan nahi mungkar adalah hal yang sangat penting, yaitu menyeru kepada perbuatan-perbuatan baik dan mencegah dari perbuatan-perbuatan-perbuatan-perbuatan buruk; teguhlah senantiasa kalian dalam hal ini, dan janganlah sekalipun meninggalkannya; karena jika tidak maka seorang yang keji diantara kalian akan menjadi pemimpin kalian, meskipun kalian kelak memanjatkan doa namun doa-doa kalian tidak akan terkabul. Sebagaimana halnya keadaan negara-negara muslim dewasa ini.
Beliau (yaitu Hadhrat ‘Ali ra) bersabda, “ ،ق َّرَ فُتلا َو ، َرَّ باُ دَتلا َو ، َعَّ طاُ قَتلا َوَّ ْمكاُ يِإَّ َو ، ِلذاَبُ تلا َو ، ِلَّ ُصا َوَّتلاِب ْمكْيُ لَع َوَ ِدش َ هَ للا َّ ن ِإ َّ هَ للا اوَّ قُتا َو ، ِناوَّ د ُعْ لا َو ِمْ ث ِْلْا ىْ لَع اوَ ن َواعُ ت لا َو ،ىوَ قْتلا َو ِّرِبَّ لا ىْ لَع اوَ ن َواعُ ت َوَ
ِباق ِعلا ْ ديُ Jagalah persahabatan
dan hubungan satu sama lain; dan tanpa segan, jadilah kalian sebagai pribadi yang saling berguna satu sama lain. Ingatlah, janganlah kalian saling membenci satu sama lain, janganlah juga memutuskan hubungan, janganlah terpecah-belah, saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa, dan
10 Redaksi dalam Ath-Thabaqaat al-Kubra karya Ibnu Sa’d, bab ( َب ِرَك يِدْعَم ِنْب ِتْلَّصلا ُنْب ُدْيَبُز), nomor 2624 menyebutkan: ْمُكْيَناَرََْظ َنْيَب َّنُمَلْظُي َلاَف ،َمَّلََ َو ِهْي َلَع ُهللا َّلَص ْمُكِ يِبَن ِةَّمِذ ِلْهَأ يِف َهللا َهللا َو mengenai para Ahlu Dzimmah (orang-orang bukan Islam yang telah mengadakan perjanjian damai dan menjadi warga di negara yang dikuasai orang Muslim).
11 Surah Al-Maidah: 55: ُهّٰللا َو ۗ ُءۤاَشَّي ْنَم ِهْيِتْؤُي ِهّٰللا ُلْضَف َك ِللذۗ ٍممِٕۤ َلا َةَم ْوَل َن ْوُفاَخَي َلا َو ِهّٰللا ِلْيِبََ ْيِف َن ْوُدِهاَجُي َنْي ِرِف لكْلا َلَع ٍٍ َّزِعَا َنْيِنِمْؤُمْلا َل َع ٍةَّلِذَاۙ ٗٓ هَن ْوهب ِحُي َو ْمَُهب ِحهي ٍم ْوَقِب ُهّٰللا ِتْأَي َف ْوَسَف ٖهِنْيِد ْنَع ْمُكْنِم َّدَت ْرَّي ْنَم ا ْوُنَملا َنْيِذَّلا اََهيَاٗٓلي ﴾۴۵ : ٍدئاملا﴿ ٌمْيِلَع ٌعَِا َو Terjemahan Indonesia: “Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.”
janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran. Tempuhlah jalan ketakwaan kepada Tuhan; sesungguhnya Allah Ta’ala adalah pemberi hukuman yang keras.
ْسأ ، َمَ ل َس َو ِهَّ ْيَل َع ُهللا ىَّل َص ْمُكَّيِبن ْمَ كي ِف ُ ظ ِفَ ح َو ، تَ يْب ِلَ هْ أ َن ِم ْ هللا ُمُ كُظ ِفَ حَ َملَ َّسلا ُمَ كْيُ لَع َ أ َرُ قْأ َو َ هللا ُمَ كُع ِدُ ْوَت
حرو ةم
هللا “Wahai para anggota Ahli bait yang mulia, semoga Allah Ta’ala melindungi kalian dan semoga َّ
perlindungan [Tuhan] terhadap pribadi Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wasallam adalah melalui diri kalian”, Maksudnya, dengan perantaraan suri teladan baik kalian seolah-olah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam terus hidup untuk selamanya. “Saya menyerahkan kalian semua ke hadirat Allah dan saya
mengirimkan salam dan Rahmat Allah kepada engkau sekalian.”12
Abu Sinan menjelaskan bahwa tatkala Hadhrat ‘Ali (ra) terluka, maka ia pergi menjenguk beliau. Perawi menjelaskan, “Saya bertanya, ِه ِذه َ كا َوَ كْش ي ِف َ ني ِن ِمَ ؤ ُمْ لا َري ِمْ أ اَ ي َ ك ْيَ لَع اَ نَف َّوْ خَ ت َ دْقَل ‘Wahai Amirul َ Mukminin, keadaan Anda yang luka sekarang ini menjadikan kami terus khawatir.’ Kemudian Hadhrat ‘Ali bersabda, ق ِداَ َّصلا َمل َس َو ِهَّ ْيَل َع ُهَّللا ىَّل َص ِهللا َلو ُس َر َّ ت ْع ِمُ َس يِّنَ ِلأ ، هُ ن ِم ي ِسْ فْن ىَ لَع َ تُ ف َّوْ خَ ت ا َم ِهَ للا َو يَّ ن ِكِّ لَ : ُلوقُي ، َ قوَ د ْص َمُ لا ‘Tetapi saya bersumpah demi Tuhan bahwa saya tidak merasakan kekhawatiran sama ْ sekali, karena wujud Shadiq Mashduq [wujud yang benar dan dibenarkan] yakni Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam telah memberitahukan kepada saya, ىلِإ َ َرا َشأ َوَ - انَه اُ ه َ ةًب ْرَ ض َو اَ نَهُ اه َ ةًب ْرَ ض َ ب َرُ ضْ ت َس ُ كَ نِإَّ ِهْي َغ ْد ُص
ُمث ىَ قَشْ أ ِةَ قاَ نلا ُر ِقاَّ ع َ ناَ ك ا َمَ ك ، اَ هاَ قَشْ أ اَ هُب ِحاَ َص ُنوُكَي َو ، َكُتَي ْحِل َب ِضَتخْ ت ىَ تَّح اَ ه ُمَ د ُلي ِسَ يَفَ
َ
دو “Anda akan
luka di tempat ini – seraya beliau (ra) mengisyaratkan kepada bagian-bagian tubuhnya yang diperban – lalu kemudian darah akan mengucur darinya sehingga jenggot Anda akan menjadi berwarna, dan orang yang melakukan hal seperti ini akan menjadi orang yang paling celaka di umat ini, sebagaimana halnya orang-orang yang menyembelih unta dari kaum tsamud adalah orang yang paling celaka.”’”13
Ada sebuah riwayat dimana Hadhrat ‘Ali (ra) berkenaan dengan pembunuh beliau yaitu Ibnu Muljam bersabda, صاصقلا وأ وفعلا ي ِف يلإ رملأاف تمأ مل نإو ، ِهِب اولثمت لاو هولتقاف تم نإف ،هوسلجأ “Tahanlah dia. jika saya meninggal maka ia akan dibunuh, namun janganlah kalian memotong-motong tubuhnya. Tapi, apabila saya tetap hidup maka saya sendiri yang akan memutuskan apakah memaafkannya atau qishas (hukum pembalasan) untuknya.”14
Dalam menjelaskan hal ini, Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) bersabda, “Di dalam catatan-catatan sejarah tertulis bahwa seseorang telah menyerang Hadhrat ‘Ali radhiyallahu ‘anhu dengan Khinjar (رجنخ) (dagger = belati, pedang kecil). Penyerang itu melukai perut beliau hingga terbuka. Penyerang itu pun ditangkap setelahnya.”
Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) telah menulis bahwa penyerang itu telah melukai perut Hadhrat ‘Ali (ra) hingga terbuka. Mungkin kepala beliau pun terluka disamping perut beliau pun terluka atau memang inilah pendapat Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra) tentang hal ini atau mungkin beliau mengucapkannya
12 Tarikh ath-Thabari (يربطلا خيرات), peristiwa penting tahun 00 (نيعبرأ ةنَ), bahasan mengenai berita sebab, tempat dan waktu pembunuhan beliau (هلتقمو هلتق ببَ نع ربخلا ركذ). 13 Mustadrak ‘alash Shahihain (نيحيحصلا لع كردتسملا), Kitab Ma’rifatush Shahaabah radhiyallahu ‘anhum ( ْمَُْنَع ُهَّللا َي ِض َر ِةَباَحَّصلا ِةَف ِرْعَم ُباَتِك), bahasan mengenai Amirul Mu-minin ‘Aliyy radhiyallahu ‘anhu ( ُهْنَع ُهَّللا َي ِض َر ٍ يِلَع َنيِنِمْؤُمْلا ِريِمَأ ِم َلاَِِْ ُرْكِذ), 4569: : ُهَل ُتْلُقَف : َلاَق ، اَهاَكْشَأ ُهَل ى َو ْكَش يِف ُهْنَع ُهَّللا َي ِض َر اًّيِلَع َداَع ُهَّنَأ ، ُهَثَّدَح َّيِلَؤهدلا ٍناَنَِ اَبَأ َّنَأ ، َمَلََْأ ِنْب ِدْي َز ْنَع .
14 Al-Isti’aab (باحصلأا ةفرعم يف باعيتَلاا) karya Ibnu ‘Abdil Barr (يبطرقلا يرمنلا مصاع نب ربلا دبع نب دمحم نب هللا دبع نب فَوي رمع وبأ).Al-Waafi bil Waafiyaat ( دبع - دحلأا دبع - 88 ج - تايفولاب يفاولا زيزعلا); tercantum juga dalam ar-Riyaadh an-Nadhirah (3 ج - ٍرشعلا بقانم يف ٍرضنلا ضايرلا); tercantum juga dalam ar-Riyaadh al-Mustathabah (ةباطتسملا ضايرلا).
sebagai konotasi atau ungkapan saja. Walhasil, hal ini karena kebanyakan riwayat menyebutkan luka Hadhrat ‘Ali (ra) ialah di kepala.
Hadhrat Mushlih Mau’ud (ra), “Tatkala penyerang itu ditangkap, maka para sahabat bertanya kepada beliau (ra), ‘Apa yang seharusnya kita lakukan kepadanya?’
Beliau memanggil Hadhrat Imam Hasan dan berwasiyat, ‘Apabila saya meninggal, ambillah nyawanya sebagai ganti nyawa saya. Namun, apabila saya selamat dari kematian maka dia janganlah dibunuh.’”
( ر ُم ي ِذ و ٍر ْمع َ نْ ع) ‘Amru Dzi Murr menjelaskan, َ ه َسُ أ َر َب َصْ ع َ دْق َو ، ِهَ ْيَل َع ُتْل َخ َد ، ِةَب ْر َّضلاِب ٌّيِلَع َبي ِصأ ا َّمُ لَ : َلاق ،َ : َلاق ، ء ْيَ شِب َ َسْيل َو ٌشَ دْخ : َ تُ لْقُف ، اَ هَلَّحَ ف : َلاَ ق ، َ كَ تَب ْرَ ض يِنِرَ أ ، َ ني ِن ِمَ ؤ ُمْ لا َري ِمْ أ اَ ي : َ تُ لْقُ ، ْمكُقِراُ ف ُم يَ نِإِّ ى َرأ اَ ذا َم َ نِيَّ َرت ْوَ لَف ، ي ِتَ ك ْسا : اُ هَل َلاَ قَف ، ِباَ ج ِحَ لا ِءاْ َر َو ْن ِم موثُلْك ُّمُ أ ُ تْ كَبَ فَ َ ني ِن ِمؤ ُمْ لا َري ِمْ أ اَ ي : َ تُ لْقُف : َلاَ ق ، ِتَ ْي َكَب ا َّمَل َ ي َمل َس َو ِهَّ ْيَل َع ُهَّللا ىَّل َص ٌد َّم َح ُم اذَه َو ، َ نو ُّي ِبَ نلا َو ، َّ دوٌ ف ُو ُ ةُكِئلاَ َمْلا ِه ِذ َه : َلاق ؟ ى َرَ ت ا َم ،َ
: ُلوقُ “Tatkala Hadhrat ‘Ali
terluka karena tebasan pedang, saya datang ke hadapan beliau (ra). Kepala beliau telah dibalut kain. Saya bertanya kepada beliau, ‘Wahai Amirul Mukminin, perlihatkanlah luka Anda kepada saya.’
Beliau membuka balutan kain dan memperlihatkan luka beliau. Saya menyentuhnya dan lukanya tidak terlalu dalam dan [tampak] tidak parah.
Beliau bersabda, ‘Saya akan berpisah dengan Anda sekalian.’
Saat itu putri beliau bernama Ummu Kultsum terdengar tengah menangis terisak di balik tabir. Beliau bersabda, ‘Berhentilah ‘nak, andai engkau kelak melihat apa yang tengah saya lihat, pasti tidak akan menangis.’
Saya (yaitu perawi bernama ‘Amru Dzi Murr) bertanya, ‘Wahai Amirul Mukminin, apa yang sedang Anda lihat?’
Beliau bersabda, ‘Saya melihat di depan saya adalah kafilah (rombongan) para Malaikat dan para Nabi, dan juga Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang tengah bersabda – maksudnya, beliau [Hadhrat ‘Ali] tengah melihat satu pemandangan kasyaf kafilah para malaikat dan para Nabi” – di mana Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun ada di dalam kafilah itu dan bersabda, ‘Wahai Ali’, yakni beliau Yang Mulia shallallahu ‘alaihi wasallam tengah bersabda, ُري ِصت ا َمَ ف ، ْر ِشَ بْأ ، ُّي ِلَ ع اَ يَ ِهي ِف تَ نْأ ا َّم ِم ٌرْي َخ ِهْيَ لِإ ‘Wahai Ali, bersukacitalah, karena tempat engkau tengah tuju adalah lebih baik َ daripada tempat engkau sekarang berada.’”15
Di dalam satu riwayat tertera, :لاق ِهِتَّي ِص َو ن ِم ٌّي ِلْ ع َ غَرَ ف ا َّمَ لَ“Tatkala Hadhrat ‘Ali telah selesai menyampaikan wasiatnya, beliau bersabda, هُ تاُ ك َرَ ب َو ِهَ للا َّ ة َمُ ح َر َو ْمْ كْيُ لَع ُملا َّسلاَ أ َرُ قْأَ ‘Saya menyampaikan
assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh [semoga keselamatan, rahmat Allah, dan
keberkatan-Nya tercurah atas kalian] kepada engkau sekalian”. ة َمُ ح َر َو ،ْ هُ للا َّ هُ ض َبَ ق ىَ تَّح ،َ هُ للا لا ِإ َّ هَ لَ ِإ لا :ـِب لاِإ ْمَّلَكَتَي ْمَل َّمثُ ِهْيَل َع ُهنا َوُ ض ِرْ َو ِهللا Setelah itu beliau tidak mengatakan apapun kecuali kalimat syahadat laa ilaaha illallaah َّ [Tidak ada Tuhan selain Allah] yang beliau ucapkan hingga ruh beranjak dari jasad beliau.”16
15 Usdul Ghaabah karya Ibnu al-Atsir asy-Syafi’i, hadits 8859. Tarikh al-Khamis fi ahwali anfusin nafis (282 : ةحفص 2 : ءزجلا يركبلا رايد نيسح خيشلا : فلؤملا سيفنلا سفنأ لاوحأ يف سيمخلا خيرات). Ummu Kultsum binti ‘Ali bin Abi Thalib adalah putri beliau dengan Hadhrat Fathimah (ra). Ia menikah dengan (dinikahkan dengan) Hadhrat ‘Umar bin Khaththab (ra). Setelah Hadhrat ‘Umar (ra) wafat, tidak ada riwayat beliau menikah lagi.
Tatkala Hadhrat ‘Ali bin Abu Talib wafat, Hadhrat Hasan Bin ‘Ali pun naik ke mimbar dan bersabda, َ ناك َ دْق ، َ نو ُر ِخَ لآا ْ هُ كِرُ دْي ُ لَ َو ، َ نوَ ل َّوُ لأا َ ْ هُ قِبْ ْسَي ْمَل ٌل ُج َر ةَلْيَ للا َضِبَّ ق ُ دْق ، ُساَ نلا اَّ هَيُّأَ ِهللا ُلو ُس َرَّ َمل َس َو ِهَّ ْيَل َع ُهَّللا ىَّل َص َ حتَفْي ىَ تَّح ي ِنَ ثَنْي َ لََف ، ِه ِلاَ َم ِش ْن َع ُليِئاكي ِمَ َو ِهِني ِمَي ْن َع ُليِرْب ِج ُهف ِنُ تَكَيْ ف َ ث َعْب َمَ لا ْ هُ ث َعْبُ يَ ِمَعْب َس َّلَِإ ك َرَ ت ا َم َو ، َ هُ ل َ هُ للاَّ ِةئاَ ا ًم ِداخ اَ هِب َ َيِرتَشْ ي َ نْ أ َ دا َرَ أ مَ ه ْر ِدَ ْ ن ِم نيِرَ ش ِعْ َو ٍعْب َس ِةلْيَ ل َمَ ي ْر َم ِنَ با ى َسي ِع ِحوْ ُرِب اهي ِف َ ج ِرَ ع ي ِتُ لا ِةَّ لْيَ للا ي ِف َضِبَّ ق ُ دْقَل َو ,َ َ
ناض َم َر “Wahai manusia, sungguh pada malam ini telah wafat seseorang yang mana tidak ada seorang َ
pun sebelumnya yang sanggup mendahuluinya dan tidak pula orang yang datang setelahnya akan dapat meraih derajat seperti beliau. Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh beliau untuk suatu pekerjaan penting maka malaikat Jibril ada di sebelah kanan beliau dan malaikat Mikail ada di sebelah kiri beliau, dan beliau tidaklah kembali selama Allah Ta’ala tidak menganugerahkan kemenangan melalui tangannya. Beliau hanya meninggalkan harta sebanyak tujuh ratus dirham. Beliau pernah berkehendak supaya beliau memerdekakan hamba sahaya dengan jumlah uang tersebut, dan ruh beliau telah terangkat di malam tatkala dahulu ruh Hadhrat Isa (as) terangkat naik yakni pada malam hari ke-27 (dua puluh tujuh) bulan Ramadhan yang penuh berkat.”17
Di dalam salah satu riwayat dijelaskan bahwa tanggal pensyahidan Hadhrat ‘Ali adalah pada malam hari tanggal ketujuh belas (17) bulan Ramadan di tahun empat puluh; [yang dimaksud] di sini adalah tahun empat puluh Hijriah dan masa kekhalifahan beliau adalah empat tahun delapan bulan setengah.18
Hadhrat Mushlih Mau’ud berkenaan dengan peristiwa ini menjelaskan, “Di dalam buku ath-Thabaqat Ibnu Sa’d jilid ketiga berkenaan dengan keadaan-keadaan pada peristiwa kewafatan Hadhrat ‘Ali
karramallahu wajhah, diriwayatkan dari Hadhrat Imam Hasan bahwa beliau [Imam Hasan] bersabda,
‘Wahai manusia, pada hari ini suatu sosok telah wafat. Beberapa hal-hal darinya tidaklah orang-orang sebelum beliau mencapainya dan tidaklah orang-orang yang datang kemudian pun akan mencapainya. [satu peristiwa] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengirim beliau untuk berperang, malaikat Jibril berada di sebelah kanan beliau dan malaikat Mikail berada di sebelah kiri beliau. Walhasil, beliau tidak kembali tanpa meraih kemenangan. Beliau tidak kembali tanpa meraih kemenangan. Beliau hanya meninggalkan wasiat beliau sebanyak tujuh ratus dirham yang mana beliau berkehendak supaya uang itu beliau gunakan untuk memerdekakan seorang hamba sahaya. Beliau wafat di malam di mana ruh Hadhrat Isa Ibnu Maryam diangkat menuju langit, pada hari ke-27 (dua puluh tujuh) bulan Ramadhan.”
ا ًعب ْرَ أ ِهْيَل َع َرَّبَكَو ، ُهُنْبا ُن َس َحْلا ِهْيَ لَع ىَ ل َص َو ، ٍرَّ ف ْعَ ج َ نُ ب ِهْ للا َّ دْبُ ع َو ،َ هاُ نَبا ْ هُ ل َّسَ غ َو Kedua putra beliau (Hasan dan َ Husain) dan Hadhrat Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib memandikan jenazah beliau, kemudian putra beliau Hadhrat Hasan (ra) memimpin shalat jenazah beliau, dan di shalat jenazah beliau [Hadhrat Hasan] mengucapkan empat takbir. ِرح َّسلا ي ِف َ ن ِفَ د َو ، ٌُي ِمُ ق اَ هي ِف َسَ يْل باَ َوثْأ ِثلاَ ث ي ِف َ نَ فِّك َو Beliau ditutup dengan ُ tiga lembar kain kafan yang tidak ada baju yang beliau kenakan. Beliau dikuburkan pada waktu sahur [sebelum subuh].19
Disebutkan, ِهِب طنحي نأ ىصوأ َمل َس َو ِهَّ ْيَل َع ُهَّللا ىَّل َص هَّللا لو ُس َر ،طونح نم لضف كسم هدنع َناَك اًيلع نإ “Hadhrat ‘Ali memiliki beberapa tabarruk berupa wewangian yang tersisa dari yang telah dibalurkan pada jasad beberkat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Hadhrat ‘Ali berwasiyat supaya wewangian tersebut diusapkan di jenazah beliau.”20
17 Ath-Thabaqaat al-Kubra karya Ibnu Sa’d. 18 Al-Ishabah (ةباصلإا).
19 Usdul Ghaabah. 20 Usdul Ghaabah.