• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Ilmu Politik, FISIP, Universitas Syiah Kuala. Kata Kunci: Strategi Politik, PDI-P, Pileg 2014, Bener Meriah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Studi Ilmu Politik, FISIP, Universitas Syiah Kuala. Kata Kunci: Strategi Politik, PDI-P, Pileg 2014, Bener Meriah."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Pemenangan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Di Kabupaten Bener Meriah

(Studi Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014) Raudhi, Radhi Darmansyah, M. Sc ([email protected], [email protected])

Program Studi Ilmu Politik, FISIP, Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) merupakan partai pemenang Pemilu Legislatif tahun 2014 di kabupaten Bener Meriah. Kemenangan PDI-P dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah merupakan sebuah pencapaian yang tidak biasa bagi PDI-P di Kabupaten Bener Meriah khususnya dan di Aceh secara umum. Hal ini mengingat pada Pemilu Legislatif tahun 2009 PDI-P hanya berhasil memperoleh 2 (dua) kursi, sedangkan pada Pemilu Legislatif tahun 2014 PDI-P berhasil memperoleh 4 (empat) kursi. Terlebih jika mengingat bahwa popularitas PDI-P di Aceh secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan, maka kemenangan PDI-P di Kabupaten Bener Meriah merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui strategi pemenangan PDI-P dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah. Selain itu, Skripsi ini juga bertujuan untuk meneliti faktor apa saja yang turut mempengaruhi kemenangan PDI-P dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriftif. Data diperoleh dari sumber data primer dengan melakukan wawancara dengan informan. Selain itu, data juga diperoleh dari sumber data sekunder dengan melakukan penelitian kepustakaan berupa buku-buku dan dokumen-dokumen terkait. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada lima strategi pemenangan yang dilakukan PDI-P dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah. Kelima strategi tersebut adalah rekrutmen Caleg dari tokoh masyarakat, memahami kondisi daerah pemilihan, perluasan basis partai, menjalin komunikasi langsung, sosialisasi program kerja partai dan money politic. Faktor yang mempengaruhi kemenangan PDI-P dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah adalah faktor figur Caleg, ketokohan Tagore Abu Bakar dan faktor Kabupaten Bener Meriah yang merupakan salah satu basis suara PDI-P di provinsi Aceh.

(2)

ABSTRACT

The Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P) is the party winning the legislative elections of 2014 in Bener Meriah district. The victory of the PDI-P in the 2014 legislative elections in Bener Meriah district is an unusual achievement for the PDI-P in Bener Meriah district in particular and in Aceh in general. This is considering the legislative elections in 2009 PDI-P only managed to get 2 (two) seats, while in the legislative elections in 2014 PDI-P managed to get 4 (four) seats. Especially considering that the popularity of PDI-P in Aceh as a whole tends to decrease, the victory of PDI-P in Bener Meriah regency is interesting to be studied more deeply. This thesis aims to determine the strategy of winning the PDI-P in legislative elections in 2014 in Bener Meriah regency. In addition, this thesis also aims to examine what factors affect the victory of the PDI-P in the legislative elections in 2014 in Bener Meriah regency. The research method used is qualitative method with descriptive approach. The data were obtained from the primary data source by interviewing the informants. In addition, data are also obtained from secondary data sources by conducting library research in the form of books and related documents. The results show that there are five winning strategies that PDI-P has made in the 2014 legislative elections in Bener Meriah district. The five strategies are recruitment of community leaders, understanding of electoral conditions, expanding party bases, establishing direct communication, and socializing the work program of the party. Factors affecting the PDI-P victory in the 2014 legislative elections in Bener Meriah district are the factors of candidate figures carried and the district of Bener Meriah which is one of the PDI-P bases in the province of Aceh.

Keywords: Political Strategy, PDI-P, Pileg 2014, Bener Meriah

PENDAHULUAN

Pemilihan umum (Pemilu) merupakan salah satu wujud pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam negara yang menganut demokrasi. Pemilu dilakukan sebagai suatu sarana untuk mendapatkan pemimpin atau wakil rakyat, yang dipilih langsung oleh rakyat guna untuk mewakili kepentingan rakyat. Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang dilaksanakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat (Budiardjo, 2008: 461).

(3)

Sejak berakhirnya era Orde Baru di Indonesia, Pemilu dilaksanakan secara langsung dalam kurun waktu lima tahun sekali untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden serta anggota Legislatif (DPD, DPR, dan DPRD). Untuk pemilihan umum anggota DPD digunakan sistem distrik tetapi dengan wakil banyak (4 kursi untuk setiap provinsi). Untuk pemilihan anggota DPR dan DPRD digunakan sistem proporsional dengan stelsel daftar terbuka, sehingga pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung kepada calon yang dipilih (Budiardjo, 2008: 487).

Pelaksanaan pemilihan umum tidak dapat terlepas dari kehadiran partai politik. Pasal 7 Undang-undang nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perrwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menegaskan bahwa peserta pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota adalah partai politik.

Demikian juga halnya dengan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden. Sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 8 Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden bahwa calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan dalam 1 (satu) pasangan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Lain halnya dengan pemilihan umum anggota DPD di mana calon anggota DPD adalah perseorangan yang tidak diusung oleh partai politik (Pasal 11 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012).

Pada 9 April 2014 dilaksanakan pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD dan DPRD (biasa disebut Pemilu Legislatif) secara serentak di seluruh Indonesia. Pemilu Legislatif ini diikuti oleh 15 (lima belas) partai politik yang terdiri dari 13 (tiga belas) partai nasional dan 3 (tiga) partai lokal Aceh. Partai politik peserta Pemilu tersebut adalah Partai Nasional Demokrasi (Nasdem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtra (PKS), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Damai Aceh (PDA), Partai Nasional Aceh (PNA), Partai Aceh (PA), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).

(4)

Pada tingkat lokal/daerah Kabupaten Bener Meriah provinsi Aceh, Pemilu Legislatif tahun 2014 dimenangkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan perolehan suara sebanyak 12.610 suara dari 92.030 Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Kabupaten Bener Meriah atau 17% dari total keseluruhan perolehan suara. Perolehan suara tersebut menempatkan PDI-P pada urutan pertama yang kemudian disusul oleh Golkar (10.018 suara) dan Hanura (7.914 suara) pada urutan ketiga. Kemudian disusul oleh Partai Aceh (6.725 suara) di urutan keempat (tabel 1.1).

Dari perolehan suara tersebut, PDI-P meraih 4 (empat) kursi, Golkar 3 kursi, Gerindra 3 kursi, Hanura 3 kursi, Nasdem 3 kursi, Partai Aceh 3 kursi, PDA 2 kursi, PNA 1 kursi, PKPI 1 kursi, Demokrat 1 Kursi, dan PAN 1 kursi (Lintasgayo.co, 2014). Bener Meriah terdiri dari tiga daerah pemilihan dengan jumlah kursi di DPRK Bener Meriah sebanyak 25 kursi.

Tabel 1

Perolehan Suara Hasil Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Bener Meriah

No Partai Politik Suara Sah BM 1 Suara Sah BM 2 Suara Sah BM 3 Jumlah Total Suara Sah Persentase Perolehan Suara 1 NASDEM 1.574 2.326 2.028 5.928 8% 2 PKB 434 419 234 1.087 1% 3 PKS 872 826 728 2.426 3% 4 PDIP 3.708 5.928 2.974 12.610 17% 5 GOLKAR 4.060 3.785 2.173 10.018 13% 6 GERINDRA 2.511 1.485 2.251 6.247 8% 7 DEMOKRAT 585 2.030 643 3.258 4% 8 PAN 1.915 700 1.593 4.208 6% 9 PPP 1.465 602 285 2.352 3% 10 HANURA 2.370 2.678 2.866 7.914 11% 11 PDA 1.771 1.486 1.064 4.321 6% 12 PNA 721 691 1.620 3.032 4% 13 PA 2.353 2.565 1.807 6.725 9% 14 PBB 352 575 267 1.194 2% 15 PKPI 380 2.189 1.379 3.948 5% JUMLAH 25.071 28.285 21.912 75.268 100%

(5)

Tabel 2

Rekapitulasi Perolehan Suara Caleg PDI-P DPRK Bener Meriah

No Nama Caleg Daerah Pemilihan (Dapil) Jumlah Suara

1 Drs. Zetmen Bener Meriah 1

Kec. Bukit dan Wih Pesam 865

2 Guntarayadi, SP Bener Meriah 2

Kec. Bandar, Bener Kelipah, Permata, Mesidah dan Syiah Utama 2.500

3 H. Misriady, MS Bener Meriah 2

Kec. Bandar, Bener Kelipah, Permata, Mesidah dan Syiah Utama 918

4 Riduansyah, SE Bener Meriah 3

Kec. Pintu Rime Gayo, Timang Gajah dan Gajah Putih 1.457 (Sumber: KIP Bener Meriah)

Data perolehan suara PDI-P pada Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah di atas menunjukan adanya peningkatan perolehan suara dibanding dengan perolehan suara PDI-P pada Pemilu Legislatif tahun 2009. Pada Pemilu Legislatif tahun 2009, perolehan suara PDI-P berada di urutan ke empat di bawah PA dan Demokrat dengan Golkar sebagai partai yang menempati urutan pertama perolehan suara terbanyak. Dengan hasil perolehan suara tersebut PDI-P hanya berhasil meraih 2 kursi dari 25 jumlah total kursi DPRK Bener Meriah periode 2009/2014 (Serambi Indonesia, 2009).

Penelitian ini akan mengkaji kemenangan PDI-P pada Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah, terutama terkait dengan strategi yang digunakan untuk memenagkan Pemilu tersebut. Ada beberapa hal menarik terkait kemenangan PDI-P pada Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah. Pertama, perolehan kursi PDI P di DPRK Bener Meriah pada Pemilu Legislatif tahun 2014 meningkat dua kali lipat dari perolehan kursi pada Pemilu Legislatif tahun 2009 hingga menempatkan partai tersebut pada urutan pertama dari sebelumnya menempati urutan keempat. Hal tersebut juga berarti bahwa perolehan suara PDI-P pada Pemilu Legislatif tahun 2014 mengalami peningkatan dibanding dengan Pemilu Legislatif tahun 2009 di Kabupaten Bener Meriah.

Kedua, PDI-P mampu menggantikan posisi partai Golkar pada Pemilu Legislatif tahun 2014 dimana partai Golkar merupakan partai pemenang pada Pemilu Legislatif tahun 2009 di Kabupaten Bener Meriah. Ketiga, PDI-P

(6)

merupakan partai pemenang Pemilu yang berhasil meraih suara terbanyak di tingkat nasional pada Pemilu Legislatif tahun 2014 dengan perolehan suara sebanyak 23.681.471 (18,95%). Menurut hemat penulis, kemenangan PDI-P secara nasional pada Pemilu Legislatif tahun 2014 menunjukan adanya kemungkinan bahwa PDI-P telah merancang strategi secara terorganisir mulai dari tingkat pusat hingga sampai ke tingkat daerah.

Terlepas dari keberhasilan PDI-P menjadi pemenang Pemilu Legislatif 2014 secara nasional, penulis melihat adanya hal menarik untuk dikaji jika berbicara kemengan PDI-P di Kabupaten Bener Meriah yang notabene-nya berada di provinsi Aceh. Bener Meriah merupakan satu-satunya Kabupaten tempat perolehan kursi terbanyak PDI-P, yaitu sebanyak 4 (empat) kursi. Sedangkan di Kabupaten lainnya PDI-P hanya berhasil memperoleh paling banyak 3 (tiga) kursi seperti di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh Tenggara, dan Aceh Tamiang (jpnn.com, 2014).

Keberhasilan PDI-P meraih kemenangan di daerah Aceh menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji. Hal tersebut mengingat bahwa selama ini popularitas PDI-P di Aceh cenderung menurun. Salah satu penyebabnya adalah karena posisi Megawati Sukarno Putri sebagai ketua umum. Sebagaimana diketahui ketika ia menjabat sebagai Presiden Indonesia, kebijakannya menetapkan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) pada saat konflik antara GAM dan RI masih berlangsung, dianggap sebagai kebijakan yang banyak merugikan rakyat Aceh. Sosok Megawati yang kurang mendapat tempat di hati rakyat Aceh kemudian berimbas pada menurunnya popularitas partai yang dipimpinnya tersebut. Kemenangan PDI-P di Kabupaten Bener Meriah di tengah popularitas partai yang menurun di Aceh secara keseluruhan menjadi daya tarik tersendiri untuk dikaji lebih dalam.

Beberapa fenomena tersebut mendorong penulis untuk meneliti permasalahan ini, terutama mengenai kaitannya dengan strategi politik yang digunakan PDI-P dalam mengahadapi Pemilu Legislatif tahun 2014, khususnya di Kabupaten Bener Meriah. Dengan posisi PDI-P yang dalam Pemilu Legislatif sebelumnya tidak terlalu sukses meraih suara, tentunya diperlukan strategi khusus

(7)

bagi PDI-P untuk dapat meraih kemenagan pada Pemilu Legislatif tahun 2014. Untuk mencapai kemenangan dalam Pemilu, tentunya partai politik harus memiliki setrategi yang tepat untuk dapat menjadi pemenang.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Strategi Pemenangan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Kabupaten Bener Meriah (Studi Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014)”.

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mengungkap permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori sebagai acuan dasar. Adapun teori yang digunakan adalah teori marketing politik dan konsep partai politik. Dari konteks aktivitas politik, marketing politik dimaksudkan adalah penyebarluasan informasi tentang kandidat, partai, dan program yang dilakukan oleh aktor politik (komunikator) melalui saluran-saluran komunikasi tertentu yang ditujuan kepada segmen (sasaran) tertentu dengan tujuan mengubah wawasan, pengetahuan, sikap dan perilaku para calon pemilih sesuai dengan keinginan pemberi informasi (Cangara, 2009: 277).

Dari definisi di atas terlihat jelas bahwa marketing politik memiliki peranan penting dalam aktivitas politik, khususnya dalam membangun pola komunikasi antara politisi atau institusi politik dengan konstituennya. Butler dan Collins (2001) dalam Arifin (2011: 146) menyebutkan bahwa marketing politik adalah konsep permanen yang harus dilakukan oleh sebuah partai politik atau kontestan dalam membangun kepercayaan dan citra publik.

David J. Rahman (1987) dalam Cangara (2009: 277) menyebutkan tujuan marketing politik tidak jauh berbeda dengan prinsip pemasaran komersial, yakni proses perencanaan dan penetapan harga, promosi dan penyebaran ide-ide, barang dan layanan jasa untuk menciptakan pertukaran guna memenuhi kepuasan individu dan tujuan organisasi.

Sebuah proses pemasaran harus digerakan oleh empat elemen utama, yakni sebagai berikut.

(8)

1. Product (produk) atau kemasan adalah barang yang diproduksi oleh suatu unit usaha yang ingin dipasarkan guna memenuhi kebutuhan pembeli. Jika konsep ini dikaitkan dengan politik, produk yang dipasarkan bisa diterima masyarakat adalah partai politik itu sendiri sebagai salah satu bentuk produk sosial. Selain partai politik, produk juga bisa dalam bentuk tanda gambar (logo), cita-cita (visi), program, dan para calon yang diajukan oleh partai politik, apakah itu untuk menduduki jabatan presiden, anggota legislatif maupun jabatan-jabatan lainnya yang ada kaitannya dengan kebijakan publik.

2. Place (tempat) dalam konteks pemasaran politik, tempat sering diasosiasikan dengan istilah ruang publik, misalnya media massa yang dapat digunakan untuk memasarkan partai beserta cita-cita dan programnya.

3. Price (harga) dalam konteks pemasaran politik, harga sebuah partai besar lebih sulit dimasuki oleh calon yang ingin menjadi kontestan, dibanding partai-partai kecil yang digolongkan sebagai partai gurem.

4. Promotion (promosi) sering kali dihubungkan dengan kampanye. Promosi atau kampanye memegang peranan sangat penting. Bukan saja dalam memasarkan partai politik beserta program dan visinya, tetapi juga dalam memasarkan kandidatnya (Cangara, 2009: 278).

Arifin (2011: 147-148) menambahkan satu lagi elemen dalam proses pemasaran politik, yakni segmentasi (pemetaan) sasaran. Pemetaan sasaran penting dilakukan mengingat lembaga politik diharapkan dapat selalu hadir secara fisik dalam berbagai karakteristik pemilih untuk menjawab permasalahan yang dihadapi masing-masing kelompok yang ada dalam masyarakat. Partai politik dituntut untuk bisa membuat program yang mampu memuaskan semua kelompok guna untuk memperoleh citra yang baik dan suara sebanyak mungkin dalam pemilihan umum. Dalam pelaksanaan proses promosi produk politik diperlukan juga segmentasi, karena tidak semua segmen pasar harus dimasuki dan dilayani. Segmen pasar yang perlu diperhatikan, tentu yang memiliki potensi, ukuran dan jumlah yang signifikan karena, biaya dan sumber daya lainnya terbatas. Dengan adanya segmen ini, maka diperoleh identifikasi karakter yang muncul disetiap kelompok. Dari sini dilakukan positioning sebagai upaya untuk menempatkan citra partai dan produk politik yang sesuai dengan masing-masing kelompok (Arifin, 2011: 149).

Kemuadian, dalam penelitian ini penulis juga menggunakan konsep partai politik. Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan

(9)

cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik-(biasanya) dengan cara konstitusional-untuk melaksanakan programnya (Budiardjo, 2008: 404).

Sigmund Neumann dalam buku karyanya, Modern Political Parties, menegemukakan definisi sebagai berikut: Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pemimpin partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil (Budiardjo, 2008: 404).

Dapat difahami partai politik merupakan suatu kelompok yang terorganisir secara rapi, stabil dan dipersatukan serta dimotivasi dengan ideologi tertentu, berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna melaksanakan kebijakan umum yang mereka susun. Alternatif kebijakan umum yang di susun ini merupakan hasil pemaduan berbagai kepentingan yang hidup dalam masyarakat, sedangkan cara mencari dan memanfaatkan kekuasaan guna melaksanakan kebijakan umum dapat melalui pemilihan umum (Surbakti, 2010: 148-149).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dapat dikonstruksikan sebagai suatu strategi penelitian yang biasanya menekankan kata-kata dari pada kuantifikasi dalam pengumpulan dan analisis data, menekankan pendekatan induktif untuk hubungan antara teori dengan penelitian, yang tekanannya pada penempatan penciptaan teori (generation of theory) (Silalahi, 2009: 77).

Untuk melengkapi informasi yang diperlukan, dilakukan juga wawancara dengan informan, informan yang penulis maksud disini ialah orang yang memberikan keterangan berdasarkan penegetahuannya. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini ialah:

(10)

1. Ketua DPD PDI-P Provinsi Aceh

2. Ketua DPC PDI-P Kabupaten Bener Meriah

3. Anggota Legislatif terpilih PDI-P di DPRK Bener Meriah 4. Pengamat Politik

5. Politisi di luar PDI-P

6. Ketua Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Bener Meriah 7. Ketua Panwaslu Pemilu Legislatif tahun 2014 Kabupaten Bener Meriah

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data. Adapun data yang digunakanadalah:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah suatu objek atau dokumen original–material mentah dari pelaku yang disebut “first-hand information”. Data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika peristiwa terjadi dinamakan data primer. Individu, kelompok fokus, dan satu kelompok responden secara khusus merupakan sumber data primer dalam penelitian.

2. Sumber primer

Sumber data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber lain yang tersedia dinamakan data sekunder. Sumber sekunder meliputi komentar, interprestasi, atau pembahasan tentang materi original.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara merupakan percakapan yang berlangsung secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara (interviewer) dengan sejumlah orang sebagai responden atau yang diwawancara (interviewee) untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti (Silalahi, 2009: 312). Adapaun dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006:231).

(11)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu sehingga seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan apakah dapat menarik kesimpulan atau perlu dianalisis lebih lanjut (Silalahi, 2009: 341). Sementara Penarikan kesimpulan sebenarnya hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfirmasi yang utuh.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Strategi Pemenangan PDI Perjaungan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa DPC PDI Perjuangan kabupaen Bener Meriah menggunakan beberapa strategi politik untuk memenangkan partainya dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah. Beberapa strategi pemenangan yang digunakan tersebut antara lain adalah rekrutmen tokoh masyarakat, memahami daerah pemilihan, melakukan perluasan basis partai, komunikasi politik, sosialisasi program kerja partai dan money politic.

Rekrutmen Caleg dari tokoh masyarakat adalah salah satu strategi pemenangan PDI-P dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah. Rekrutmen politik merupakan salah satu fungsi dari partai politik di negara demokrasi. Fungsi ini berkaitan erat dengan dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai mapun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri (Budiardjo, 2008: 408).

(12)

DPC PDI-P menyadari pentingnya memiliki kader-kader yang berkualitas untuk mengembangkan partainya. Dalam hal ini pengembangan partai yang dimaksud adalah peningkatan perolehan suara partai dalam Pemilu Legislatif tahun 2014. Untuk tujuan tersebut PDI-P memilih para tokoh-tokoh masyarakat sebagai kader partai yang akan maju menjadi calon anggota Legislatif dalam Pemilu. Hal ini sebagai salah satu strategi pemenagangan PDI-P yang terbukti berhasil meningkatkan suara partainya.

Strategi pemenangan DPC PDI-P Kabupaten Bener Meriah yang kedua adalah memahami kondisi daerah pemilihan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi sebenarnya di daerah pemilihan, seperti jumlah kecamatan, jumlah desa, jumlah penduduk, struktur dan kondisi sosial masyarakat setempat. Hal ini dilakukan PDI-P sebagai upaya untuk pemetaan pemilih. Dalam teori marketing politik dikenal adanya segmentasi pasar, yaitu proses pemetaan yang dilakukan untuk melakukan pemasaran politik. Dengan demikian, dalam hal memahami daerah pemilihan berarti PDI-P menerapkan strategi marketing politik. Tim Peneliti Fisip UMM (2006: 42) menyebutkan strategi marketing politik antara lain: Segmentasi, Targeting dan Positioning. Konsep yang sangat penting di dalam aktivitas pemasaran adalah segmentasi pasar. Segmentasi yaitu pengelompokan pemilih (voters) menurut karakteristik yang ada di masyarakat. Pengelompokan pemilih atau Segmentasi dapat diketahui dengan menggunakan beberapa pendekatan, diantaranya: Demografi, geografi, psikografi, perilaku, sosial-budaya dan sebab-akibat (Firmansyah, 2008: 186).

Segmentasi tahap pertama yang dilakukan oleh PDI-P meliputi aspek geografi dan demografi yaitu jumlah kecamatan, jumlah desa, jumlah pemilih, serta struktur sosial masyarakat di setiap daerah pemilihan. Setelah melakukan segmentasi di daerah pemilihan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah Targeting. Targeting adalah menyeleksi, memilih dan menjangkau masyarakat yang akan ditetapkan sebagai kalayak sasaran kegiatan pemasaran politik (Tim Peneliti Fisip UMM, 2006: 45). Dalam melakukan Targeting PDI-P memilih para

(13)

tokoh masyarakat sebagai sasaran untuk dijadikan Tim Pemenangan di masing-masing desa.

Strategi DPC PDI-P Kabupaten Bener Meriah selannjutnya adalah memperluas basis partai. Pada Pemilu Legislatif tahun 2009 di Kabupaten Bener Meriah PDI-P hanya berhasil mendapat 2 (dua) kursi di DPRK Bener Meriah. Kedua kursi tersebut diperoleh dari perolehan suara di Dapil 2 Bener Meriah. Artinya, pada Pemilu Legislatif tahun 2009 suara PDI-P hanya terpusat di satu Dapil saja yakni Dapil 2. Untuk tujuan memenagkan Pemilu Legislatif tahun 2014 DPC PDI-P Kabupaten Bener Meriah berusaha mendapatkan kursi di setiap Dapil dengan melakukan perluasan basis partai di setiap Dapil.

Dalam teori strategi politik dikenal dua jenis strategi yakni strategi offensive (menyerang) dan strategi defensive (bertahan). Strategi offensive dibagi menjadi dua, yaitu strategi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Sementara strategi defensive merupakan strategi untuk mempertahankan pasar, menutup, atau menyerahkan pasar (Schroder 2013: 166). Berdasarkan teori ini dapat dikatakan bahwa strategi perluasan basis partai PDI-P merupakan strategi offensive memperluas dan menembus pasar. Perluasan pasar yang dilakukan PDI-P dalam pelaksanaannya dilakukan di Dapil 1 dan 3 Bener Meriah.

Strategi ini bertujuan untuk menambah jumlah pemilih di daerah tertentu agar perolehan suara PDI-P dalam Pemilu Legislatif di Kabupaen Bener Meriah mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan tujuan dari strategi offensive yang dikemukakan oleh Schoder (2013: 2) bahwa strategi offensive biasanya digunakan jika partai ingin meningkatkan jumlah pemilihnya. Kampanye dapat berhasil jika ada lebih banyak orang yang memiliki pandangan positif terhadap partai dibandingkan sebelumnya. Strategi offensive yang diterapkan saat kampanye Pemilu menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara partai tertentu dengan berusaha menarik pendukung partai pesaingnya.

Penerapan strategi ofensif PDI-P dilakukan dengan cara menempatkan figur tokoh sebagai Caleg di Dapil yang di tuju. Hal ini memperngaruhi pandangan pemilih terhadap PDI-P karena PDI-P mampu menampilkan figur Caleg yang

(14)

dianggap sebagai tokoh masyarakat di Dapil tersebut. Strategi ini terbukti efektif jika dilihat dari hasil Pemilu Legislatif 2014 PDI-P berhasil mendapat kursi di setiap Dapil.

DPC PDI-P Kabupaten Bener Meriah juga menggunakan strategi komunikasi politik sebagai salah satu strategi pemenangannya dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah. Menurut Dahlan dalam Cangara (2009: 35) komunikasi politik ialah suatu bidang atau disiplin yang menelaah prilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap prilaku politik. Sedangkan menurut Cangara (2009: 35) komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik.

DPC PDI-P menyadari akan pentingnya melakukan komunikasi dengan masyarakat guna untuk memperoleh dukungan masyarakat dalam Pemilu Legislatif tahun 2014. Menurut Arifin (2011:176) komunikasi politik bertujuan membentuk dan membina citra dan opini publik, mendorong partisipasi politik, memenangi pemilihan, dan memengaruhi kebijakan politik negara atau kebijakan publik. Dalam hal ini komunikasi politik yang dilakukan PDI-P bertujuan untuk membina citra partai dan Caleg dengan membangun opini publik sehingga dapat mempengaruhi pemilih untuk memenangkan pemilu.

PDI-P melakukan komunikasi langsung kepada masyarakat tanpa melalui perantara media masa. Hal ini dimaksudkan agar komunikasi yang dilakukan dapat berjalan secara dua arah antara komunikator dengan masyarakat. Sander and Pace dalam Canggara (2009:382), bahwa media massa pada dasarnya hanya mampu berada pada tataran pembentukan citra (image), sementara yang berperan untuk mengajak orang mengubah pilihan adalah komunikasi antar pribadi. Dengan demikian, strategi komunikasi langsung yang digunakan PDI-P mampu mempengaruhi pilihan para pemilih yang terlibat dalam komunikasi politik yang dilakukan oleh para caleg.

(15)

Strategi pemenangan PDI-P selanjutnya adalah sosialisasi program kerja partai. Sosialisasi ini dilakukan oleh para Caleg dan tim pemenangan melalui kegiatan kampanye tertutup. Para caleg mensosialisasikan program kerja partai yang akan dijalankan olehnya jika ia terpilih nanti. Hal ini berarti selain untuk menawarkan program kerja partai, kegiatan ini juga sekaligus sebagai sosialisasi para Caleg kepada masyarakat.

Strategi sosialisasi program kerja partai ini sesuai dengan teori marketing politik yang dikemukakan oleh Cangara (2009: 277) yang menyebutkan marketing politik dimaksudkan adalah penyebarluasan informasi tentang kandidat, partai, dan program yang dilakukan oleh aktor politik (komunikator) melalui saluran-saluran komunikasi tertentu yang ditujuan kepada segmen (sasaran) tertentu dengan tujuan mengubah wawasan, pengetahuan, sikap dan perilaku para calon pemilih sesuai dengan keinginan pemberi informasi.

Sesuai dengan teori tersebut dapat diartikan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh PDI-P ditujukan untuk menyebarluaskan informasi tentang kandidat dan program kerja yang dilakukan oleh partainya kepada masyarakat dengan tujuan untuk mengubah sikap dan perilaku para calon pemilih untuk mendukung kandidat dari PDI-P dalam Pemilu Legislatif tahun 2014.

Cangara (2009: 278) menyebutkan sebuah proses pemasaran harus digerakan oleh empat elemen utama, yakni product (produk), place (tempat), price (harga), dan promotion (promosi). Sesuai dengan teori ini, produk yang dipasarkan oleh PDI-P adalah partai politik, kandidat, dan program kerja partai. Sedangkan place (tempat) yang diguanakan untuk pemasaran adalah ruang-ruang pertemuan langsung dengan masyarakat. Sedangkan harga yang ditawarkan adalah citra PDI-P sebagai salah satu partai besar yang memiliki kekuatan politik yang juga cukup besar. Sementara promotion (promosi) yang dilakukan adalah untuk mempromosikan partai dan kandidat yang diusung.

Caleg PDI-P juga menggunakan money politic (politik uang) sebagai strategi untuk mendapatkan dukungan dari pemilih. Money politik diperaktekan dengan dua cara, yaitu dengan memberikan uang tunai dan barang-barang tertentu

(16)

kepada masyarakat. Schffer & Schedler dalam (Sumarto, 2014: 31) money politic melibatkan “pasar dukungan politik” (electoral market) dengan “pembeli suara” (vote buyers) memberikan uang baik dalam bentuk utuh berdasarkan besaran nominalnya atau pun dalam bentuk barang dan jasa sesuai dengan apa yang diinginkan oleh “penjual suara” (vote sellers), dan penjual suara menyerahkan suaranya sebagai wujud imbalan atas uang atau barang dan jasa yang telah diterimanya.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa tujuan para caleg PDI-P menggunakan money politic adalah untuk mendapatkan suara pemilih dengan cara membeli suara mereka baik dengan uang tunai atau barang. Praktek money politic dewasa ini memang kerap dilakukan oleh para politisi dalam setiap Pemilu. Praktek ini sebenarnya jelas sangat bertentangan dengan aturan yang berlaku. Lemahnya penegakan hukum menyebabkan money politic semakin marak dan tidak terkendali. Demikian juga halnya dengan praktek money politic yang dilakukan oleh Caleg PDI-P. Jika dilihat berdasarkan data dari Panwaslu, sama sekali tidak ditemukan adanya pelanggran. Namun pada kenyataannya praktek money politic begitu marak di lapangan.

Faktor yang Mempengaruhi Kemenangan PDI-P

Salah satu faktor penyebab kemenangan PDI-P dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah adalah ketokohan figur calon Legislatif yang diusung. Menurut Suwardi (2014) faktor figur merupakan salah satu faktor penentu yang mempengaruhi sebuah keterpilihan dalam pemilihan umum yang diselenggarakan guna memilih wakil rakyat untuk berpartisipasi menjadi penyambung lidah masyarakat. DPC PDI-P Kabupaten Bener Meriah memiliki banyak calon Legislatif yang merupakan tokoh di masyarakat. Hal ini mempengaruhi pilihan para pemilih dalam Pemilu Legislatif tahun 2014.

Menurut Romli (2008) faktor figur sangat signifikan dalam Pemilu langsung. Popularitas figur memainkan peranan yang sangat penting dalam perolehan suara. Dalam hal ini Kehadiran figur tokoh-tokoh masyarakat dalam

(17)

PDI-P mampu mendongkrak suara partai sehingga menjadikan PDI-PDI-PDI-P sebagai partai pemenang di Kabupaten Bener Meriah.

Faktor figur sebagai salah satu penyebab kemenagan PDI-P di Kabupaten Bener Meriah sesuai dengan perilaku pemilih dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh KIP Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2014 dinyatakan bahwa faktor figur/citra dari calon sangat dominan mempengaruhi prilaku memilih dalam menentukan pilihannya pada Pemilu Legislatif yang lalu di Kabupaten Bener Meriah, yaitu sebanyak 29% dari seluruh jumlah respoden menyatakan menggunakan hak pilihnya.

Demikian juga dengan pengaruh ketokohan Tagore Abubakar. Tagore merupakan tokoh politik sepuh di Kabupaten Bener Meriah. Kredibilitas Tagore dalam dunia politik sudah tidak diragukan lagi adanya. Sejak dulu Tagore merupakan petinggi di partai Golkar. Pada saat itu Golkar menjadi partai penguasa di Bener Meriah. Namun, pada tahun 2013 Tagore mencalonkan diri sebagai calon anggota DPR RI dari PDI-P. Hasilnya pada Pemilu Legislatif tahun 2014 PDI-P mampu menggantikan posisi Golkar sebagai partai pemenang Pemilu di Kabupaten Bener Meriah. Hal tersebut membuktikan bahwa kehadiran Tagore dalam PDI-P mempengaruhi peningkatan perolehan suara partai tersebut di Kabupaten Bener Meriah.

Selanjutnya, faktor yang mempengaruhi kemenangan PDI-P dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah adalah faktor Bener Meriah sebagai basis massa PDI-P di Aceh. Sebagai daerah basis, PDI-P Bener Meriah memiliki banyak simpatisan yang pastinya akan mendukung partai tersebut dalam Pemilu Legislatif tahun 2014. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemenangan PDI-P dalam Pemilu Legislatif di Kabupaten Bener Meriah.

Faktor basis massa ini sesuai dengan teori partai politik. Menurut Haryanto (2005: 567) berdasarkan komposisi dan fungsi keanggotaannya partai politik secara umum dapat dibagi mejadi dua kategori, yaitu partai massa dan partai kader. Partai massa dengan ciri utamanya adalah jumlah anggota atau pendukung yang banyak. Meskipun demikian, parta jenis ini memiliki program walaupun program tersebut

(18)

agak kabur dan terlampau umum. Partai jenis ini cenderung menjadi lemah apabila golongan atau kelompok yang tergabung dalam partai tersebut mempunyai keinginan untuk melaksanakan kepentingan kelompoknya. Partai kader mengandalkan kader-kadernya untuk loyal. Pendukung partai ini tidak sebanyak partai massa karena memang tidak mementingkan jumlah, partai kader lebih mementingkan disiplin anggotanya dan ketaatan dalam berorganisasi.

Poetra (2013) menyatakan jika dilihat dari komposisi dan fungsinya PDI-P dapat di golongkan partai massa karena PDI-P merupakan partai yang mengandalkan kekuatan utamanya, yaitu jumlah anggota atau massa yang cukup banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Dengan mengembangkan diri sebagai pelindung bagi kelompok masyarakat, PDI-P menyatakan diri sebagai partai “Wong Cilik” atau partai pelindung bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai partai massa DPC PDI-P Kabupaten Bener Meriah memiliki basis massa yang jelas di Kabupaten Bener Meriah. Dukungan basis massa tersebut menjadi salah satu kekuatan PDI-P untuk memenangkan Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Strategi pemenangan yang digunakan PDI-P dalam Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bener Meriah adalah rekrutmen tokoh masyarakat, memahami kondisi daerah pemilihan, perluasan basis partai, menjalin komunikasi langsung dengan masyarakat, dan sosialisasi program kerja partai. Secara umum strategi yang digunakan oleh DPC PDI-P Kabupaten Bener Meriah berasal dari instruksi DPP PDI-P. Namun, strategi yang lebih rinci kemudian dirumuskan sendiri oleh DPC PDI-P Kabupaten Bener Meriah. Selanjutnya, strategi yang telah dirumuskan oleh DPC tersebut kemudian dikembangkan kembali oleh masing-masing Caleg dengan menyesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.

(19)

2. Adapun faktor yang mempengaruhi kemenangan PDI-P di Kabupaten Bener Meriah adalah karena faktor figur caleg yang diusung dan karena Kabupaten Bener Meriah merupakan basis PDI-P di Aceh.

Saran

Sebagai partai pemenang Pemilu tentunya PDI-P memiliki potensi yang begitu besar dalam memperngaruhi arah kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bener Meriah. Oleh karena itu, diharapkan PDI-P dapat menjadi partai politik yang selalu memastikan bahwa setiap kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bener Meriah merupakan kebijakan yang mengarah pada peningkatan kesejahtraan rakyat.

(20)

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku-buku

Anwar Arifin. 2011. Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Miriam Budiarjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hafied Cangara. 2009. Komunikasi Politik: konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ulber Silalahi. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Haryanto. 2005. Mengenal Teori-Teori Politik. Depok: Grasindo

Tim Peneliti Fisip UMM. 2006. Perilaku Partai Politik. Malang: UPT Penerbitan UMM

Firmanzah. 2008. Marketing Politik : Antara pemahaman dan realitas . Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Peter Schroder. 2013. Strategi Politik. Jakarta: Freiderich-Naumann-Stiftung fur die Freiheit.

2. Skripsi/Tesis/Jurnal

Lili Romli. 2008. Kecenderungan Pilihan Masyarakat Dalam Pilkada. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Jakarta: Universitas Nasional.

Sumarto, M 2014, Perlindungan Sosial Dan Klientelisme Makna Politik Bantuan Tunai Dalam Pemilihan Umum, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Kaswan Try Poetra. 2013. Perbandingan rekruitmen pdi-perjuangan dan partai

demokrat terhadap caleg dprd pemilu Tahun 2014 di kabupaten polewali mandar. Makassar: Universitas Hasanuddin.

3. Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, dalam hal merger dan akuisisi terjadi antar pelaku usaha dengan pasar bersangkutan yang berbeda namun bersifat komplemen atau terkait secara vertikal maka

Karena itu, dibutuhkan penggalian dan penulisan sejarah Islam secara utuh dengan tidak mengkategorikan sejarah Islam berdasarkan periode perpindahan kekuasaan

Sebagian individu jabon merah (su) berada dalam ordinat yang sama dengan populasi Sumatera Selatan, sebagian individu berada dalam ordinat yang sama dengan populasi Lombok

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kadar lemak gelatin dari bahan dasar tulang ikan tuna mempunyai nilai yang cukup tinggi sebesar 0,42 % dibandingkan dengan

Penelitian ini membahas tentang studi marketing politik dalam strategi pemenangan politik calon terpilih yang berlatar belakang pengusaha pada pemilihan legislatif tahun 2014

R, SP DITETAPKAN DI : TOBOALI PADA HARI/TANGGAL : SELASA, 02 APRIL 2019 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGKA SELATAN... Pindah

(2) Kemukiman Pemango Kute Derma Kecamatan Bandar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 7 (tujuh) Kampung, yaitu :b. Kampung Belang Pulo;dan