• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA DI SMP NEGERI 22 KABUPATEN TEBO SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA DI SMP NEGERI 22 KABUPATEN TEBO SKRIPSI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA DI SMP NEGERI 22 KABUPATEN TEBO

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Ekstensi

Bimbingan Konseling FKIP Universitas Jambi

OLEH :

INDAH SRI RAHAYU RRA1E113017

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

(2)

ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA DI SMP NEGERI 22 KABUPATEN TEBO

OLEH :

INDAH SRI RAHAYU RRA1E113017

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

2018

ABSTRAK

Judul Skripsi : “Hubungan Interaksi Sosial Dengan Komunikasi Interpersonal Siswa di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo “.

Nama : INDAH SRI RAHAYU

NIM : RRAIE113017

Pembimbing Skripsi I : Drs. H. Rasimin, M.Pd Pembimbing Skripsi II : Drs. Nelyahardi Gutji, M.Pd

Kata kunci : Interaksi Sosial, Komunikasi Interpersonal, Siswa

Interaksi sosial yang baik ditandai dengan adanya komunikasi yang lancar dan adanya kesamaan makna antara komunikan dan komunikator. Fenomena berkaitan dengan interaksi sosial siswa di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo. Ada siswa yang diabaikan oleh teman-temannya, disebabkan karena siswa tersebut pendiam dan tidak mau bermain bersama teman-temannya. Saat diajak berbicara, siswa tersebut merasa malu dan tidak yakin dengan apa yang diucapkan, Berdasarkan uraian diatas maka judul dalam penelitian ini mengenai hubungan interaksi sosial dengan komunikasi interpersonal siswa di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain: Untuk mengungkap hubungan interaksi sosial dengan komunikasi interpersonal siswa di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo khususnya pada kelas VII. Penelitian adalah korelasi karena di dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menemukan ada tidaknya hubungan interaksi sosial dengan komunikasi interpersonal siswa di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo dengan jumlah sampel 96 siswa.

(3)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Terdapat terdapat korelasi antar interaksi sosial (X) dengan variabel komunikasi interpersonal (Y) siswa kelas VII di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo. Dengan perhitungan koefisien rxy hitung sebesar 0,591 lebih besar dari r tabel sebesar 0,2006. rhitung >rtabel (0,591 > 0,2006). Dilihat dari uji analisis pada taraf signifikansi 5% menunjukkan nilai

thitung>ttabel(7.105 > 1.9855).

Kesimpulan dari hasil penelitian maka ditemukan menunjukkan bahwa peningkatan dan penurunan interaksi sosial berhubungan dengan komunikasi interpersonal siswa.

I. PENDAHULUAN

Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu. Tugas perkembangan berkaitan dengan sikap, perilaku, dan keterampilan yang sebaiknya dimiliki oleh setiap individu sesuai dengan fase atau usia perkembangannya. William Kay (dalam Yusuf, 2013:72) menjelaskan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan belajar berinteraksi dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun berkelompok. Keterampilan komunikasi interpersonal merupakan kemampuan yang perlu dimiliki oleh setiap remaja agar mereka mampu dalam berinteraksi dengan teman sebayanya.

Karena komunikasi interpersonal adalah hubungan interaksi diantara dua orang atau lebih, dalam komunikasi ini yang terjadi adalah komunikasi timbal balik atau dua arah. Selain itu dalam komunikasi kita dengan orang lain yang dapat disampaikan tidak hanya isi pesan saja, tetapi yang terjadi juga dapat menentukan keadaan dan kedalaman suatu hubungan. Didalam kehidupan kita masing-masing kita pasti melakukan komunikasi, baik komunikasi kita dengan Orang tua, saudara, atau dengan sahabat, pastinya setiap komunikasi itu memiliki makna dan kedalaman masing-masing. Terlebih lagi dalam lingkungan sekolah, khususnya dengan teman-teman yang berada dalam lingkungan sekolah tersebut. Sebagai makhluk sosial, siswa senantiasa melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Interaksi sosial menjadi faktor utama dalam komunikasi interpersonal antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi. Seiring dengan perkembangan lingkungan sosial seseorang, interaksi sosial meliputi lingkungan sosial yang luas, seperti sekolah dengan teman-teman.

Siswa yang memiliki interaksi sosial yang baik maka akan mempermudah dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Interaksi sosial yang baik ditandai dengan adanya komunikasi yang lancar dan adanya kesamaan makna antara komunikan dan komunikator. Komunikasi antar individu tersebut dapat disebut sebagai komunikasi interpersonal. Dalam interaksi sosial, komunikasi sebagai sarana penyampai pesan kepada orang lain. Jika komunikasi interpersonal dapat berlangsung dengan lancar dan terjadi pemahaman oleh penerima pesan dari pembicara, maka akan menimbulkan kesan yang baik sebagai bentuk interaksi yang terarah. Hal

(4)

tersebut menunjukkan bahwa kemampuan seseorang dalam berkomunikasi menjadi penting untuk menentukan interaksi sosialnya.

Komunikasi interpersonal penting dimiliki bagi setiap orang, terutama siswa. Menurut Lutte (Monks & Knoers, 2002: 187), komunikasi interpersonal bagi siswa penting untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, dan meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial. Kemampuan berkomunikasi siswa akan menentukan perkembangan sosial pada tahap selanjutnya. Siswa yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik akan mempermudah dalam hubungan pertemanan. Hubungan pertemanan tersebut akan semakin baik jika komunikasi yang dilakukan dengan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti oleh lawan bicara.

Hasil observasi dan fenomena yang terjadi dilapangan yang peneliti lihat pada tanggal 19 Oktober 2017 diSMP Negeri 22 Kabupaten Tebo, ditemukan beberapa permasalahan. Fenomena tersebut berkaitan dengan interaksi sosial siswa. Ada siswa yang diabaikan oleh teman-temannya, disebabkan karena siswa tersebut pendiam dan tidak mau bermain bersama teman-temannya. Saat diajak berbicara, siswa tersebut merasa malu dan tidak yakin dengan apa yang diucapkan. Masalah lain yaitu ada siswa yang dijauhi oleh teman sebaya karena dianggap siswa yang suka berbicara kasar. Saat berbicara dengan teman tak jarang menggunakan bahasa yang kasar dan terkesan mengejek. Saat memanggil teman tidak menggunakan nama yang sebenarnya, melainkan dengan nama-nama yang kurang baik. Pada saat kegiatan berkelompok, siswa tersebut tidak dipilih ke dalam kelompok, karena dianggap tidak bisa bekerjasama dengan baik. Pada waktu pembelajaran berlangsung di dalam kelas ada siswa yang berbicara dengan teman. Pembicaraan yang dilakukan tidak terkait dengan pelajaran. Siswa tersebut tidak memperhatikan penjelasan guru dan hanya terfokus pada pembicaraan dengan temannya. Guru sempat menegur namun siswa kembali mengulanginya Ada kecenderungan siswa lebih mendengarkan pendapat teman sebaya dari pada orang lain yang lebih dewasa.

Fenomena lain yang ditemukan di sekolah yaitu siswa yang kurang peka terhadap masalah sosial yang dialami temannya. Saat bermain ada siswa yang terjatuh, bukan menolongnya tapi justru menertawakan dan mengejek. Siswa tersebut kurang peduli dengan keadaan yang dialami temannya. Saat melakukan permainan, ada siswa yang mengeluarkan kata-kata ejekan. Ada yang menggangu teman ketika melakukan permainan, kebanyakan siswa laki-laki mengganggu siswa perempuan. Fakta yang ditemukan di lapangan mencerminkan bahwa siswa kurang baik dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman.

Dari observasi lapangan, menunjukkan kurangnya kemampuan komunikasi interpersonal yang dimiliki siswa. Kurangnya kemampuan komunikasi interpersonal dilihat dari perilaku VII di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo yaitu menunjukkan sekitar 10% dari 96 siswa yang cenderung diam ketika diberikan kesempatan untuk bertanya dan mengemukakan pendapat, siswa bersikap tidak peduli ketika melihat temannya diejek karena kekurangannya, siswa cenderung tidak mendengarkan temannya ketika sedang berbicara di depan kelas. Selain itu

(5)

masih banyak siswa yang kurang terbuka dalam mengungkapkan masalahnya kepada guru bimbingan dan konseling karena merasa malu, sungkan, dan takut.

Dari permasalahan tersebut mempunyai dampak yang cukup besar, dalam komunikasi interpersonal siswa dikarenakan siswa kurang menyadari pentingnya berkomunikasi yang baik untuk berinteraksi dengan teman. Dampak yang terjadi apabila komunikasi interpersonal antar siswa tetap dibiarkan kurang baik, maka kondisi belajar di kelas menjadi acuh tak acuh antar siswa, tidak harmonis, tidak kondusif, dan adanya ketidaknyamanan antar siswa disekolah, dan siswa tidak bisa berekspresi di kelas dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, karena siswa sudah merasa bahwa tidak ada komunikasi interpersonal yang baik lagi. Mengingat betapa pentingnya komunikasi interpersonal bagi siswa dalam kehidupannya dan mengingat tujuan khusus dari layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah membantu siswa agar mampu memahami tentang siapa sebenarnya dirinya dan tahu akan potensinya, serta siswa mampu memecahkan berbagai kesulitan yang dihadapi secara mandiri, hidup tergantung atau menggantung kepada orang lain, konselor sekolah harus memahami besarnya pengaruh dalam menjalin komunikasi interpersonal terhadap perkembangan pada diri siswa.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, fenomena yang terjadi diatas pada siswa kelas VII, terkait dengan kemampuan komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut: (1) siswa kurang bersikap terbuka terhadap orang lain, cenderung tertutup; (2) siswa kurang memperhatikan ketika berkomunikasi dengan orang lain; (3) siswa merasa malu/canggung ketika maju di depan kelas; (4) siswa kurang mampu menjalin kerjasama saat kegiatan kelompok;(5) siswa kurang bisa menyampaikan isi hatinya ketika berkomunikasi.

Berdasarkan uraian diatas maka judul dalam penelitian ini mengenai hubungan interaksi sosial dengan komunikasi interpersonal siswa di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Interaksi Sosial

Homans ( dalam Ali, 2013: 87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya.

Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.

Sedangkan menurut Soerjono soekanto (2013:61), interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada juga

(6)

dikemukan oleh Bimo Walgito (2013:57) interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Sedangkan menurut Abu Ahmadi (2013:100) mengatakan bahwa interaksi sosial adalah pengaruh timbal balik antara individu dengan golongan dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya dan didalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya. Atau dengan kata lain proses dua arah dimana setiap individu/group menstimulir yang lain dan mengubah tingkah laku dari pada partisipan.

Menurut Bonner ( dalam Ali, 2013) interaksi merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.

Pengertian Interakasi sosial menurut beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.

B. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaian informasi antara dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yang vital dalam organisasi karena komunikasi diperlukan bagi efektifitas kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan, manajemen konflik, serta proses-proses organisasi lainnya. Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan sebagai komunikasi utama dan menggambarkan peserta yang saling bergantungan satu sama lain dan memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat melibatkan suatu percakapan atau individu berinteraksi dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini membantu kita memahami bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan berkomunikasi dengan cara yang berbeda untuk membangun dan menegosiasikan realitas sosial . Sementara komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai area studi sendiri, itu juga terjadi dalam konteks lain seperti kelompok dan organisasi (Sarwono, 2013).

Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal, dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak komunikatif (Sarwono, 2013). Mulyana (2005) menyatakan“komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal”.

(7)

Individu juga berkomunikasi pada tingkat interpersonal berbeda tergantung pada siapa mereka terlibat dalam komunikasi. Sebagai contoh, jika seseorang berkomunikasi dengan anggota keluarga, komunikasi mungkin akan berbeda dari jenis komunikasi yang digunakan ketika terlibat dalam tindakan komunikatif dengan teman atau penting lainnya.

Komunikasi interpersonal menurut Agus M. Hardjana (2003: 85)adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menanggapi secara langsung pula. Dalam komunikasi interpersonal interaksiyang terjadi minimal melibatkan dua orang dan dilakukan secara langsung.

Jika hanya terdapat satu orang dalam komunikasi, maka itu tidak dapat dianggap sebagai komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal dilakukan secara langsung oleh penyampai pesan kepada penerima pesan yang ditanggapi secara langsung sehingga reaksi yang ditimbulkan oleh komunikan akan terlihat jelas. Pendapat tersebut diperkuat oleh Roger (Susanto, dkk, 2013:2), menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Komunikasi antar pribadi merupakan prosessosial dimana individu-individu di dalamnya saling mempengaruhi.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Ruffner & Burgoon (DewiRakhmawati, 2012:135), komunikasi interpersonal adalah komunikasi antarseorang komunikator dengan seorang komunikan. Seseorang yang mengemukakan pendapat (komunikator) dan orang yang diajak bicara (komunikan) merupakan aspek dari komunikasi yang penting dan tidak dapat dipisahkan. Jika keduanya dipisahkan maka tidak akan terjadi komunikasi.

Komunikasi interpersonal biasanya dikaitkan dengan pertemuan antara dua orang atau lebih yang terjadi secara spontan dan terstruktur. Hal yang penting dalam komunikasi interpersonal adalah adanya sikap keterbukaan diantara individu yang terlibat dalam komunikasi. Suciati(2015: 1) mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal lebih bersifat pribadi dan memerlukan adanya keterbukaan, kemampuan memahami dan mendengarkan dengan penuh empati, mampu mengungkapkan pernyataan serta mampu mengungkapkan umpan balik. Selain adanya sikap keterbukaan, penting adanya sikap empati untuk merasakan apa yang dirasakan lawan bicara sehingga akan mampu untuk melakukan umpan balik secara tepat kepada orang lain.

De Vito (2013: 2) berpendapat bahwa komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang berlangsung secara langsung. Komunikasi dapat dikatakan komunikasi interpersonal yang baik jika komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan dari orang yang diajak berkomunikasi sehingga meminimalkan terjadinya persepsi yang berbeda.

(8)

Pendapat selanjutnya disampaikan oleh Herdiyan Maulana &Gumgum Gumelar (2013:75), komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan, komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal. Menurut Agus M.Hardjana (2003:86), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk verbal dan nonverbal.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal verbal digunakan untuk menyampaikan pesan secara lisan kepada orang lain secara tatap muka. Kejelasan informasi pesan tergantung pada kemampuan pengirim dan penerima pesan memaknai bahasa verbal tersebut.

C. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Hamalik (2007:30) memberikan pengertian tentang prestasi belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.Sementara, menurut Dimyanti dan Mudjiono (2006:3), prestasi belajar merupakan prestasi dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi prestasi belajar. Dari sisi siswa, prestasi belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah mengalami tindak belajar dan tindak mengajar oleh guru yang akan diaplikasikan ke dalam bentuk angka.

D. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif guna menemukan apakah ada hubungan interaksi sosial dengan komunikasi interpersonal siswa di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian korelasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2013:4), penelitian korelasi adalah penelitian untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan, atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Penelitian korelasi ditujukan untuk menguji hubungan antar variabel. Hubungan antara satu dengan beberapa variabel lain dinyatakan dengan bersarnya koefisien korelasi dan keberartian secara statistik (Nana Syaodih, 2010: 56). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII sebanyak 96 siswa. jumlah sampel adalah 96 orang siswa, mengingat angket penelitian ini disebarkan pada siswa maka sampel penelitian ini adalah dengan jumlah sampel seperti terlihat pada tabel di atas ini.

(9)

Penulis memilih kelas VII sebagai subjek penelitian karena siswa kelas VII merupakan angkatan yang paling baru dibanding siswa kelas VIII dan IX sehingga dibutuhkan komunikasi interpersonal yang baik untuk saling berinteraksi dan beradaptasi dari berbagai latar belakang sekolah yang berbeda, daerah yang berbeda dan lingkungan pergaulan yang berbeda pula. E. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan interaksi sosial dengan komunikasi interpersonal siswa di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo.

Berdasarkan pengolahan dan analisis data di atas, dan sesuai tujuan penelitian skripsi ini, maka penelitian ini memberikan hasil sebagai berikut: interaksi sosial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap variable komunikasi interpersonal siswa kelas VII di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo dengan koefisien korelasi sebesar 0,591 dan tingkat signifikansi 0,001 < 0,05. Sebab dari perhitungan koefisien rxy hitung sebesar 0,591 lebih besar dari r tabel sebesar 0.2006. rhitung >rtabel (0,591>0.2006). Terhadap demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak. Berarti ada korelasi yang positif antara interaksi sosial (X) terhadap variable komunikasi interpersonal (Y) siswa kelas VII di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo.

Secara teori, komunikasi interpersonal erat hubungannya dengan interaksi sosial. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suranto Aw (2011: 2), semakin sering seseorang melakukan interaksi dengan orang lain, maka komunikasinya juga akan semakin meningkat, dan begitu juga sebaliknya.

Komunikasi interpersonal yang tinggi akan diikuti oleh kenaikan interaksi sosial yang semakin baik. Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Bimo Walgito (2013:35), komunikasi dan interaksi erat hubungannya, keduanya bersifat saling mempengaruhi. Antara komunikasi dan interaksi keduanya memiliki hubungan yang erat. Salah satu faktor yang menentukan interaksi adalah motif sosial. Menurut Barkowitz (Abu Ahmadi, 2013: 192), motif sosial adalah motif yang mendasari aktivitas individu dalam mereaksi terhadap orang lain.

Hal itu bisa diartikan interaksi sosial terlibat dan erat hubungannya dengan komunikasi. Secara teori, komunikasi dan interaksi merupakan hal yang saling berkaitan dan keduanya bersifat saling mempengaruhi. Dengan demikian, paparan teori tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian sesuai dengan teori yang dikemukakan.

F. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada terdapat korelasi antar interaksi sosial (X) dengan variable komunikasi interpersonal (Y) siswa kelas VII di SMP Negeri 22 Kabupaten Tebo. Dengan perhitungan koefisien rxy hitung sebesar 0,591 lebih besar dari r tabel sebesar 0,2006. rhitung >rtabel (0,591 >

(10)

0,2006). Dilihat dari uji analisis pada taraf signifikansi 5% menunjukkan nilai thitung>ttabel(7.105> 1.9855).

Berdasarkan kriteria penafsiran ditemukan hasil penelitian korelasi cukup maka semakin tinggi komunikasi interpersonal siswa, maka interaksi sosialnya juga akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah komunikasi interpersonal siswa, maka akan semakin rendah pula interaksi sosialnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2012. Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Abu Ahmadi. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Ali, Hapza. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali. 2013. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.

Bimo Walgito. 2013. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: AndiOffset.

Bratagus Mustakin. 2013. Dampak Pola Asuh Keluarga Terhadap Perkembangan Sosial Pada Siswa SMA Negeri 6 Kota Jambi.

Burhan Bungin. 2013. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Group

Canggara. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada. Media Group.

De Vito. 2013. Komunikasi Antar Manusia. Eds. 5. Jakarta: Professional Book. Dewi Rakhmawati. 2012. Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dengan

Kemampuan Sosialisasi pada Siswa Kelas VI SD N Kotagede 1.DIDAKTIKA Jurnal Ilmu Pembelajaran Ke-SD-an. Volume 1 nomor 3.Halaman 128-144.

Dobert. 2004. A Correlation of Self-Assessed Leadership Skills and Interpersonal Communication Competencies of Public School Super intendentsin Illinois. Doctoral dissertation. Northern Illinois University.2004. ProQuest Dissertations. 3132420.

Gerungan. 2013. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Hardjana. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Herdiyan Maulana & Gumgum Gumelar. 2013. Psikologi Komunikasi danPeruasi. Jakarta: Indeks.

(11)

Liliweri. 2003. Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Mohammad Efendi. 2013. Problem, Bicara, Bahasa, dan Pembinaannya. Malang: IKIP Malang.

Monk dkk,. 2009. Psikologi Perkembangan. Alfa. Monks & Knoers. 2002. Psikologi Perkembangan. Alfa.

Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana.

Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Rakhmat. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Riduwan. 2011. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

RTS. Mawarni. 2017. Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga Dengan Rasa Percaya Diri Pada Siswa SMP Negeri 3 Kota Jambi.

Sarwono. 2013. Psikologi Remaja. Edisi enam. Jakarta: raja grafindopersada. Soerjono Soekanto. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Suciati. 2015. Komunikasi Interpersonal Buku letera.

Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supratiknya. 2013. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius.

Suranto Aw. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Susanto, dkk. 2013. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Sutja, dkk. 2017. Penulisan Skripsi untuk Prodi Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Wahana Resolusi.

Yusuf. 2013. Psikologi perkembangan anak dan remaja, Jakarta: Rosda Karya. Zanden. 2013. The Social Experience An Introduction to Sociology. New York:

Referensi

Dokumen terkait

Perairan Aceh sangat cocok dijadikan daerah untuk penangkapan ikan pada bulan November dan Desember dikarenakan pada bulan November dan Desember perairan Aceh jaya memiliki kandungan

Kemiskinan merupakan potret buram dari realitas sosial yang sampai saat ini masih membelenggu ruang gerak kemajuan rakyat untuk hidup “merdeka”. Memahami

Melalui penelitian tersebut telah ditemuan bahwa pada dasarnya para pelaksana kebijakan telah memiliki pemahaman yang baik terhadap kebijakan; kebijakan

Natrium lignosulfonat (NLS) yang dihasilkan melalui proses sulfonasi lignin isolat TKKS, memiliki katrakteristik sesuai sebagai bahan pendispersi pada pasta gipsum. Uji kinerja

the writer current study, not always referred to exactly the same type of experience. The differences of the previous study with this study are the place of

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/wali- kota sesuai dengan kewenang-annya wajib melakukan pengawasan ter- hadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas keten- tuan

c. Pasukan B menangkap bola selepas bola melantun sekali. Lambungkan bola dengan tinggi dan membuat hantaran atas kepala ke pihak lawan. Mata diperoleh jika

Berikut adalah diagram alir pengerjaan Studi yang ditunjukkan pada Gambar 3. Kemudian dibuat layout awal dari masing-masing variasi tersebut, sehingga di dapatkan