• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN TEKNOLOGI PEMBATIKAN PADA TENUN SABUT KELAPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENELITIAN TEKNOLOGI PEMBATIKAN PADA TENUN SABUT KELAPA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

A-88

PENELITIAN TEKNOLOGI PEMBATIKAN PADA TENUN SABUT KELAPA Lies Susilaning Sri Hastuti

Peneliti pada Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl.Kusumanegara No 7 Yogyakarta

E-Mail :hastuti2121@gmail.com ABSTRAK

Tanaman kelapa banyak terdapat di seluruh pelosok Indonesia. Tanaman ini dikenal dengan tanaman yang serbaguna, karena dari ujung daun sampai ujung akarnya dapat dimanfaatkan. Salah satunya adalah sabut yang ada pada buah kelapa. Sudah banyak produk dibuat dari sabut kelapa misalnya sapu, keset, sikat, tali dan lain – lain. Pada penelitian ini dilakukan dengan menerapkan teknologi pembatikan pada sabut kelapa yang telah ditenun. Sebagai bahan lusi digunakan benang dari nilon maupun katun, sedang untuk pakan digunakan sabut. Teknologi pembatikan yang diterapkan adalah batik tulis dengan motif kontemporer, hal ini karena untuk motif tradisional sulit diterapkan pada bahan ini karena permukaannya yang tidak rata sehingga akan membuat motifnya tidak bagus. Zat warna yang digunakan adalah zat warna basis dan pelorodan menggunakan cara panas. Hasil yang diperoleh adalah untuk tenun yang menggunakan benang nilon warna yang ditimbulkan tidak merata karena nilon kurang sempurna menyerapzat warna, sedang yang menggunakan benang katun warnanya cukup rata. Pada saat pelorodan zat warna banyak ikut terlarut sehingga hasil pewarnaannya kurang sempurna. Dari hasil kuesioner untuk mengetahui seberapa jauh dari harapan keberterimaan produk di masyarakat diperoleh nilai 63 atau 63% dari nilai tertinggi 100 atau 100%. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa tenun sabut dapat diproses batik namun cara pelorodannya yang perlu dicoba dengan cara lain agar dapat ditemukan cara pelorodan yang paling tepat dan zat warna yang digunakan perlu dicari yang lebih sesuai. Dari penilaian yang masih rendah maka hasil yang diperoleh perlu penyempurnaan lebih lanjut.

Kata kunci : Sabut kelapa, tenun, batik PENDAHULUAN

Barang kerajinan pada saat ini banyak digemari oleh konsumen karena sifatnya yang alami dan harganya yang terjangkau. Selain itu bahan baku dari produk kerajinan ini banyak dan mudah ditemui diseluruh wilayah di Indonesia. Salah satunya adalah sabut kelapa yang berasal dari kulit buah kelapa. Seperti telah diketahui bahwa tanaman / pohon kelapa merupakan pohon yang serbaguna karena hamper semua bagian pohonnya dapat dimanfaatkan. Jika kita lihat dari daunnya dapat dimanfaatkan untuk atap, pembungkus ketupat dan lidinya dapat dibuat sapu atau kerajinan lidi seperti piring, tempat buah. Bunganya dapat dimasak menjadi gudeg, pelepahnya dapat digunakan untuk kayu bakar. Buahnya digunakan untuk membuat makanan,minyak goreng, tempurungnya dapat untuk bahan bakar,kerajinan. Air buahnya dapat diolah menjadi Nata de Coco, sabutnya dapat dijadikan kerajinan seperti sapu, sikat, keset, atau tali, Batangnya dapat digunakan untuk bahan bangunan atau mebel atau bahkan produk kerajinan lain yang berfungsi. Bahkan akarnyapun dapat dimanfaatkan untuk kayu bakar atau kerajinan. Dari manfaat pohon kelapa yang banyak tersebut maka pada penelitian ini difokuskan hanya disabut kelapa saja. Masalah yang ada sampai pada saat ini di insutri sabut kelapa adalah bahwa produk yang dihasilkan adalah produk dengan desain yang kurang menarik dan pada umumnya berupa alat rumah tangga saja. Inipun saat ini sudah tidak banyak digemari oleh konsumen karena jika digunakan dan kena air maka sabut kelapa akan mengeluarkan wara sehingga membuat kotor lingkungan di sekitarnya. Produk sabut kelapa yang sudah agak maju adalah untuk bahan pembantu pengisi jok mobil atau pengisi kasur busa atau yang lebih dikenal dengan kasur springbed. Berangkat dari masalah tersebut maka penelitian ini dilakukan. Untuk mengetahui seberapa jauh produk hasil dari penelitian ini diminati oleh konsumen , maka dilakukan pengujian melalui survey dengan memberikan kuesioner kepada beberapa orang koresponden. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan sabut kelapa agar dapat memiliki nilai tambah yang

(2)

A-89

lebih tinggi dengan menjadikannya produk kerajinan yang lebih menarik. Adapun manfaatnya adalah mengembangkan industry sabut kelapa sehingga mampu bertahan dan bersaing dengan industry kerajinan lain. Metode penelitian yang dipakai adalah dengan melakukan ujicoba pembuatan produk di laboratorium anyam – anyaman Balai Besar Kerajinan dan Batik ( BBKB )Yogyakarta dan kemudian hasilnya diikutkan pada pameran yang dilakukan oleh BBKB sehingga memperoleh masukan untuk penyempurnaannya.

Sabut kelapa adalah bagian dari buah kelapa yang dapat dimanfaatkan. Sabut buah yang tua, disakal, direndam dan setelah itu dikeringkan lagi baik dipilin untuk semacam tali, yang tahan lama dalam air masin, tetapi cepat busuk di dalam air tawar. Tali itu dipakai juga untuk memakai perahu yang mengambang dalam air. Dalam perkembangannya tali sabut ini dibuat dalam berbagai diameter sehingga dapat dipakai sebagai bahan baku kerajinan anyaman dari sbaut kelapa seperti keset, keranjang sampah, tempat paying dan lain – lain. Sementara sabut yang tidak dianyam dapat digunakan juga untuk membuat sapu. Untuk dapat membuat kerajinan sabut menjadi produk kerajinan yang lebih menarik, maka pada penelitian ini sabut kelapa tersebut ditenun terlebih dahulu, Benang nilon dan katun yang digunakan untuk lusi sementara pakannya digunakan sabut yang ukurannya agak panjang. Tenun yang digunakan adalah tenun ATBM. Tenun sabut ini telah diproduksi di perajin di wilayah Yogyakarta namun masih dalam bentuk polos belum diberi 89ember89t apapun.

Proses batik secara garis besar hanya melalui beberapa tahap yaitu pemolaan, pemberian/ pelekatan lilin dengan menggunakan canting, pewarnaan dan terakhir pelorodan. Pemolaan adalah membuat pola motif pada kain mori. Desain motif ada yang tradisonal namun ada juga yang lebih modern atau lebih dikenal dengan kontemporer. Setelah proses pemolaan selesai maka selanjutnya adalah pemberian / pelekatan lilin. Pelekatan lilin menggunakan lilin batik, pelekatan liln ini sesuai dengan motif yang telah dibuat dan lilin yang digunakan adalah lilin batik. Ada beberapa cara pelekatan lilin batik ini, yaitu dengan ditulis menggunakan canting tulis, dengan dicap menggunakan canting cap atau dilukiskan dengan menggunakan kuwas atau jegul. Fungsi dari lilin batik ini adalah untuk menolak terhadap warna yang diberikan pada kain pada pengerjaan berikutnya. Yang dimaksud dengan lilin batik adalah campuran dari 89ember – unsure lilin batik, pada umumnya terdiri dari gondorukem, mata kucing, paraffin atau microwax, lemak atau minyak nabati kadang – kadang ditambah dengan lilin dari tawon atau dari lancing. Pewarnaan batik, pekerjaan ini dapat berupa mencelup, dapat secra coletan atau lukisan. Pewarnaan dilakukan secara dingin (tanpa pemanasan) dan zat warna yang dipakai tidak hilang warnanya pada saat pengerjaan menghilangkan lilin atau tahan terhadap tutupan lilin. Pewarna yang digunakan adalah pewarna tekstil, namun tidak semua zat warna tekstil dapat digunakan, hal ini karena :

1.Pada pewarnaan batik dikerjakan tanpa pemanasan karena batik memakai lilin batik 2.Lilin batik pada umumnya tidak tahan terhadap alkali yang kuat.

3.Pada proses terakhir dari pembatikan menggunakan air panas dan tidak semua zat warna tahan terhadap air panas tersebut.

Pada penelitian ini zat adalah basis, zat warna ini mengandung gabungan amino basisi, sehingga larutan zat warna ini bersifat basis, dalam perdagangan umumnya yang ada adalah garam chloride atau garam mulfatnya. Zat warna ini mempunyai warna yang brilliant dan dapat 89ember warna bahan dari binatang secara langsung misalnya sutera atau wol. Untuk 89ember warna pada katun harus memakai obat pemnatu sebagai beitsa. Obat yang dapat dipakai untuk beitsa adalah 1. TRO, 2. Tannine , 3. Tawas dan sedikit soda abu, 4. Katanol. Zat Warna basis sudah sejak dulu dipakai pada pembatikan, tetapi karena ketahanannya kurang kuat maka ter desak oleh zat warna lain yang lebih kuat. Namun demikian akhir – akhir ini masih digunakan karena untuk member warna pada bakal baju batik dan kain batik kasar. Pelorodan adalah proses menghilangkan lilin yang telah melekat pada permukaan kain secara keseluruhan atau hanya pada tempat – tempat tertentu dengan mengerok ( ngerik ). Pelorodan ini dilakukan dengan mencelupakan kain pada air mendidih sehingga lilin batik yang melekat pada kain akan melebur dan lepas dari kainnya.

METODE

Dalam mencari data untuk mengetahui seberapa jauh minat konsumen terhadap produk yang dihasilkan, populasi yang digunakan adalah para pengunjung pameran yang usianya telah dewasa

(3)

A-90

sehingga dapat memberikan masukan pada hasil penelitian. Populasi yang diambil adalah sekitar 50 orang, dari table 5.1 Penentuan Jumlah Sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1,5 dan 10 % dari buku Metode Penelitian Bisnis ( Prof. Dr. Sugiyono ).dan dengan memilih tingkat kesalahan 5 % maka diperoleh banyaknya sampel yang dibutuhkan adalah 44 orang. Untuk pengukuran digunakan Skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian fenomena social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebgai variable penelitian. Dengan skala Likert maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variable. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebgai titik tolak untuk menyusun item – item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative, yang dapat berupa kata – kata antara lain :

1 Sangat setuju 2 Setuju 3 Ragu – ragu 4 Tidak setuju 5 Sangat tidak setuju

1 Setuju 2 Sering

3 Kadang – kadang 4 Hampir tidak pernah 5 Tidak pernah 1 Sangat positif 2 Positif 3 Netral 4 Negatif 5 Sangat negatif 1 Baik sekali 2 Cukup baik 3 Kurang baik 4 Sangat tidak baik

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya :

1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5

2. Setuju/sering/positif diberi skor 4

3. Ragu - ragu/kadang – kadang/ netral diberi skor 3

4. Tidak setuju/hamper tidak pernah/negative diberi skor 2

5. Sangat tidak setuju/tidak pernaha/sangat negative diberi skor 1

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Teknik analisa data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam Statistik yang digunakan untuk analisis data pada penelitian, yaitu statistik deskriptif, dan statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi stattistik parametris dan statistik nonparametris. Statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas), adalah teknik statistik yang digunakan ntuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populas yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random. Statistik ini disebut statistik probabilitas, karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersifat peluag ( probability

Tabel 1 Kuesioner Produk yang dibuat

No Aspek yang dinilai Skor nilai

4 3 2 1

1 Keserasian sabut kelapa untuk produk yang dibuat 2 Desain produk sabut kelapa

3 Motif batik yang dibuat

4 Kerataan warna yang ditimbulkan 5 Kualitas produk sabut yang dibuat 6 Kombinasi warna yang digunakan 7 Harga produk yang dibuat

8 Kekuatan Konstruksi produk yang dibuat

9 Kesesuaian bahan pembantu yang dipakai untuk kombinasi desain produk

10 Kualitas tenunan sabut kelapa secara fisik Keterangan Skor :

4 = Baik sekali; 3 = Baik

(4)

A-91

Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan yang akan diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalm bentuk prosentase. Bila peluang kesalahan 5%, maka taraf kepercayaan 95%, bila peluang kesalahan 1%, maka taraf kepercayaannya 99%. Pada statistik inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris. Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Teknik pengumpulan data digunakan dalam penelitian adalah kuesioner dan pengamatan. Kuesioner yang digunakan adalah sebagai pada Tabel 1.

Dari butir – butir yang dicantumkan dalam kuesioner diharapkan masyarakat memberi penilaian yang baik sehingga produk sabut yang dibuat tersebut dapat diterima dan besar kemungkinan untuk dapat dipasarkan. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perajin sabut kelapa agar terbuka wawasannya bahwa sabut kelapa dapat dibuat produk yang menarik dan laku untuk dijual.

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan ujicoba pembuatan produk di laboratorium anyaman Balai Besar Kerajinan dan Batik ( BBKB ) Yogyakarta dan kemudian dipamerkan pada pameran yang diikuti oleh BBKB untuk mendapatkan masukan pendapat dari para pengunjung yang datang.

PEMBAHASAN

Populasi yang diambil disini adalah para pengunjung pameran yang usianya antara 25 – 60 tahun, karena asumsinya adalah pada usia tersebut responden mampu memberikan penilaian secara baik dan mampu pula memberikan masukan untuk penyempurnaan produk yang dibuat. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 50 lembar untuk 50 orang yang dipakai sebagai sampel. Dari tabel 5.1Penentuan Jumlah Sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1,5 dan 10 % dari buku Metode Penelitian Bisnis ( Prof. Dr. Sugiyono ) dan memilih tingkat kesalahan 5 %, maka sampel yang harus diperoleh adalah 44.

Produk yang dibuat adalah sketsel / penyekat ruangan dengan bingkai dari kayu kelapa dan untuk menjaga agar tenunan sabut dapat tegang pada saat dipasang digunakan bambu cendani. Finishing untuk kayu kelapa menggunakan vernis. Pada proses pewarnaan disini digunakan cara colet, menggunakan zat warna basis meskipun sesungguhnya telah diketahui bahwa ketahanan luntur dari zat warna ini sangat tinggi tetapi hanya zat warna ini yang paling bagus untuk diterapkan pada serat alam non tekstil yang antara lain adalah sabut kelapa. Untuk cara pelorodan atau penghilangan warnanya kurang tepat karena dengan menggunakan air panas maka warna yang digunakan akan mudah luntur.Motif batik ayng digunakan adalah motif yang modern meskipun masih ada unsur batiknya sebab jika menggunakan murni motif tradisonal menemui kesulitan pada saat pencantingan karena permukaan yang tidak merata. Namun demikian mendapatkan masukkan bahwa motif batik tradisonal akan lebih baik jika dapat diterapkan.

(5)

A-92

Dari kuesioner yang dibagikan maka hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 2. Data rata- rata produk yang dibuat

No Skor untuk butir No : Jml

Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 28 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 23 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 25 4 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 26 5 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 22 6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 7 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 22 8 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 26 9 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 26 10 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 22 11 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 25 12 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 26 13 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 22 14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 15 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 22 16 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 26 17 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 26 18 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 25 19 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 22 20 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 26 21 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 28 22 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 22 23 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 23 24 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 25 25 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 26 26 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 28 27 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 26 28 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 26 29 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 22 30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 31 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 22 32 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 26 33 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 26 34 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 25 35 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 26 36 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 26 37 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 26 38 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 21 39 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 26 40 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 27 41 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 26 42 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 22 43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 44 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 22 Jml 110 108 114 102 106 112 112 118 104 121 1107

(6)

A-93

Jumlah skor yang diperoleh = 1107. Jumlah skor ideal ( bila semua responden menjawab skor tertinggi pada setiap butir ) = 4 x 10 x 44 = 1760 ( 4 = skor tertinggi, 10 = jumlah butir instrumen, 44 =ukuran sampel ).

Pendapat masyarakat tentang produk sabut yang dibuat = 1107 : 1760 = 0,63 ( dari hasil pembulatan ). Artinya 63 % dari kriteria yang diharapkan atau mendapat nilai 63 untuk skor tertinggi 100.

KESIMPULAN

Dari hasil yang diperoleh bahwa masyarakat memberikan penilaian sebesar 63 atau 63% dari nilai 100 atau 100% pengharapan bahwa produk diterima, maka dapat disimpulkan bahwa produk tersebut masih belum dapat memenuhi harapan sehingga masih perlu dilakukan penyempurnaan lagi terutama dari sisi pewarnaan agar dapat dicari zat warna yang lebih tepat dan cara pelorodan yang lebih sesuai sehingga tidak membuat luntur warna batiknya. Dan yang terpenting bahwa sabut kelapa ternyata dapat dibatik.

DAFTAR PUSTKA

K. Heyne, 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid 1, Cetakan kesatu, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.

Gambar

Tabel 1 Kuesioner  Produk yang dibuat
Gambar 1. Produk yang dibuat

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap analisis efektivitas biaya antara pasien demam tifoid anak yang menggunakan antibiotika kloramfenikol dengan

Berdasarkan pembandingan tabel hasil pengujian akurasi yang menggunakan algoritma Smith-Waterman dengan bantuan proses tambahan pre-processing antara pengubahan struktur kata

“Reward” berarti suatu produk, hadiah, jasa, voucher atau hak yang tersedia bagi Pemegang Kartu berdasarkan Program Reward, sebagaimana dapat diterbitkan dalam Katalog Reward

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, serta karunia-Nya,karena atas Ridho-Nya penulis telah menyelesaikan

Bagian barat negara itu men+akup dua dataran &ang luas, &aitu ataran Rusia (atau Eropa) dan ataran iberia Barat.. ataran Rusia dipisahkan dari ataran iberia

Pada gambar 5.20 garis yang dihasilkan jauh dari bentuk garis horizontal mendekati kanan atas yang artinya tingkat precision dari dokumen yang didapat dan kata kunci tersebut

[r]