Menimbang : a. bahwa Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang
memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan;
b. bahwa Pedoman Pengorganisasian merupakan kumpulan
ketentuan dasar dari perspektif organisasi yang berkaitan dengan aspek filosofis, organisatoris, tata hubungan kerja, Standar Ketenagaan, Tata Laksana, Penacatatan dan Pelaporan, Monitoring dan Evaluasi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b dan guna penyesuaian dari aspek regulasi sektoral maupun internal maka Peraturan Direktur Nomor 188/471.2/02/2015 tanggal 02 Februari 2015 tentang Pedoman Komite Etik Rumah Sakit perlu ditinjau kembali.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;
2. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan;
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa;
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
R
R
U
U
M
M
A
A
H
H
S
S
A
A
K
K
I
I
T
T
J
J
I
I
W
W
A
A
D
D
A
A
E
E
R
R
A
A
H
H
S
S
U
U
R
R
A
A
K
K
A
A
R
R
T
T
A
A
Jl. Ki Hajar Dewantoro 80 Jebres Kotak Pos 187 Surakarta 57126 Telp. (0271) 641442 Fax. (0271)648920 E-mail : rsjsurakarta@jatengprov.go.id Website : http://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH
NOMOR : 188 / 4062.1 / 05 / 2018 TENTANG
PEDOMAN KOMITE ETIK DAN HUKUM PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH
DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH
8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Organisasi Dan Tatakerja Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah;
10. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 97 Tahun 2008
tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta;
11. Peraturan Gubernur Jawa Tengah 39 Tahun 2014 tentang
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws);
12. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 33 Tahun 2016
tentang Kode Etik ASN Pemerintah Provinsi Jawa Tengah;
13. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 821.2/086/2015
tanggal 30 Januari 2015 tentang Pengangkatan / Penunjukan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA TENTANG PEDOMAN KOMITE ETIK DAN HUKUM PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH.
Pasal 1
Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit (KERS) RSJD Surakarta adalah badan yang secara resmi beranggotakan dari berbagai disiplin pelayanan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai masalah etika yang timbul di RSJD Surakarta.
Pasal 2
Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab, Dan Kewajiban Komite Etik Dan Hukum Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Adalah
1. Tugas Komite Etik dan Hukum secara umum yaitu membantu Direktur dalam menerapkan Kode Etik dan Hukum baik diminta maupun tidak diminta.
2. Secara khusus Komite Etik dan Hukum memiliki tugas,
wewenang dan tanggung jawab:
a. Melakukan pembinaan pegawai secara komprehensif dan
berkesinambungan, agar setiap individu menghayati dan mengamalkan etik sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing di RS. Jiwa Daerah Surakarta.
b. Komite Etik dan hukum dalam pembinaan melakukan upaya preventif, persuasif, edukatif,dan korektif terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan atau pelanggaran kode etik dan hukum.
c. Komite Etik dan Hukum dalam melaksanakan pembinaan
dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, diskusi kasus dan seminar.
d. Komite Etik dan Hukum memberi nasehat, saran, dan
pertimbangan terhadap setiap kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh Direktur.
e. Membuat pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan yang terkait dengan etika Rumah Sakit.
f. Menangani masalah etik dan hukum yang muncul di RS. Jiwa Daerah Surakarta.
g. Memberi nasehat, saran dan pertimbangan etik dan hokum
kepada pihak yang membutuhkan di RS. Jiwa Daerah Surakarta.
h.Membantu menyelesaikan perselisihan atau sengketa medik
yang terjadi di lingkungan RS. Jiwa Daerah Surakarta.
3. Dalam melaksanakan tugasnya komite Etik dan Hukum wajib menerapkan prinsip kerjasama, koordinasi, dan sinkronisasi dengan Komite Medik serta struktur organisasi lain di RS. Jiwa Daerah Surakarta sesuai dengan tugas masing-masing bagian. 4. Komite Etik dan Hukum wajib mematuhi peraturan RS. Jiwa
Daerah Surakarta dan bertanggung jawab kepada Direktur RS. Jiwa Daerah Surakarta serta menyampaikan laporan berkala pada waktunya.
5. Komite Etik dan Hukum dapat meminta saran, pendapat, dan nasehat kepada organisasi atau ahli yang berkompeten dibidangnya.
Pasal 3
Pedoman Komite Etik dan Hukum Pada RS. Jiwa Daerah Surakarta sebagaimana dimaksud pada pasal 1 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
Pasal 4 Pada saat Peraturan Direktur ini berlaku:
Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Nomor 188/471.2/02/2015 tanggal 02 Februari 2015 tentang Pedoman Komite Etik dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan Di : Surakarta
Pada Tanggal : 21 Mei 2018
---DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH
-1-PEDOMAN KOMITE ETIK DAN HUKUM
PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional, dan diterima pasien merupakan tujuan utama pelayanan rumah sakit. Namun hal ini tidak mudah dilakukan dewasa ini. Meskipun rumah sakit telah dilengkapi dengan tenaga medis, perawat, dan sarana penunjang lengkap, masih sering terdengar ketidakpuasan pasien akan pelayanan kesehatan yang mereka terima.
Pelayanan kesehatan dewasa ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan beberapa dasawarsa sebelumnya. Beberapa faktor yang mendorong kompleksitas pelayanan kesehatan pada masa kini antara lain: 1. Semakin kuat tuntutan pasien/masyarakat akan pelayanan kesehatan bermutu, efektif, dan efisien, 2. Standar pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, 3. Latar belakang pasien amat beragam (tingkat pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya), dan 4. Pelayanan kesehatan melibatkan berbagai disiplin dan institusi.
Situasi pelayanan kesehatan yang kompleks ini seringkali menyulitkan komunikasi antara pasien dan pihak penyedia layanan kesehatan. Komunikasi yang baik amat membantu menyelesaikan berbagai masalah sedangkan komunikasi yang buruk akan menambah masalah dalam pelayanan kesehatan. Di samping komunikasi yang baik, pelayanan kesehatan harus memenuhi kaidah-kaidah profesionalisme dan etis. Untuk menangkal hal-hal yang berpotensi merugikan berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka perlu ditingkatkan kemampuan tenaga kesehatan menyelesaikan masalah-masalah medis dan non-medis di rumah sakit dan tercipta struktur yang mendukung pelayanan kesehatan secara
Lampiran Peraturan Direktur
RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah
Nomor : 188 / 4062.1 / 05 / 2018
Tanggal : 21 Mei 2018
-2-profesional dan berkualitas. Salah satu upaya mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di rumah sakit adalah dengan memenuhi kaidah-kaidah yang tercantum dalam Kode Etik Rumah Sakit di Indonesia (KODERSI).
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia memuat rangkaian nilai-nilai dan norma-norma moral perumahsakitan Indonesia untuk dijadikan pedoman dan pegangan bagi setiap insan perumahsakitan yang terlibat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit di Indonesia. KODERSI merupakan kewajiban moral yang harus ditaati oleh setiap rumah sakit di Indonesia agar tercapai pelayanan rumah sakit yang baik, bermutu, profesional dan sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur profesi kedokteran.
Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta sebagai pusat pelayanan kesehatan jiwa memberikan jenis pelayanan yang beragam meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan yang beragam tersebut melibatkan bermabagai macam jenis profesi baik profesi kesehatan maupun non kesehatan. Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang berpotensi merugikan berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan dan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan seperti di atas maka Direktur RSJD Surakarta membentuk Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit RSJD Surakarta, sebagai badan yang secara resmi beranggotakan dari berbagai disiplin pelayanan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai masalah etik yang timbul di RSJD Surakarta. Dalam rangka optimalisasi tugas-tugasnya, maka perlu disusun Pedoman Kerja Komite Etik dan Hukum yang berfungsi sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas agar berjalan dengan terarah dan lancar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum.
Sebagai acuan tatalaksana pembentukan dan tata kerja Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit agar terselenggara etika di seluruh lingkup kerja RSJD Surakarta.
2. Tujuan Khusus.
a. Terbinanya seluruh jajaran di RSJD Surakarta dalam menjunjung tinggi etika profesi dalam pelayanan medik, pelayanan keperawatan, pelayanan penunjang, rekam medik dan administrasi.
b. Terlaksananya pemecahan berbagai masalah etika yang mungkin timbul di
-3-C. Ruang Lingkup.
1. Komite Etik dan Hukum RSJD Surakarta menangani segala permasalahan etika
yang terjadi di RSJD Surakarta yang dilaporkan oleh pihak terkait atau yang direkomendasikan oleh Direktur.
2. Masalah etika meliputi :
a. Etika dalam bernegara. b. Etika dalam berorganisasi. c. Etika dalam bermasyarakat. d. Etika terhadap diri sendiri. e. Etika terhadap sesama pegawai.
D. Batasan Operasional.
1. Etik berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti ”yang baik, yang layak”. Etik merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi terentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.
2. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan diatur oleh peraturan perundang undangan Negara Republik Indonesia. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan merupakan unit sosial ekonomi, harus mengutamakan tugas kemanusiaan dan mendahulukan fungsi sosialnya.
3. Insan perumahsakitan adalah mereka yang terlibat dalam kegiatan
penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit.
4. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia adalah rangkuman norma-norma moral yang
telah dikodifikasi oleh PERSI sebagai organisasi profesi bidang perumahsakitan di Indonesia.
5. Komite Etik Rumah Sakit (KERS) adalah suatu perangkat organisasi non struktural yang dibentuk dalam rumah sakit untuk membantu pimpinan rumah sakit dalam melaksanakan KODERSI
-4-BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
Keterangan :
Ketua Komite Etik dan Hukum bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
Sekretaris bertanggung jawab langsung kepada ketua dalam hal administrasi dan dokumentasi panitia.
Bidang bertanggung jawab langsung kepada Ketua Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit. SEKRETARIS BIDANG PENDIDIKAN ETIKA KETUA
PELAYANAN
IGD
BIDANG PELAPORAN BIDANG PEMBAHASAN KASUS DIREKTUR
-5-BAB III URAIAN TUGAS
A. Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab, Dan Kewajiban Komite Etik Dan Hukum
1. Tugas Komite Etik dan Hukum secara umum yaitu membantu Direktur dalam menerapkan Kode Etik dan Hukum baik diminta maupun tidak diminta.
2. Secara khusus Komite Etik dan Hukum memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab:
a. Melakukan pembinaan pegawai secara komprehensif dan berkesinambungan,
agar setiap individu menghayati dan mengamalkan etik sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing di RS. Jiwa Daerah Surakarta.
b. Komite Etik dan hukum dalam pembinaan melakukan upaya preventif,
persuasif, edukatif,dan korektif terhadap kemungkinan terjadinya
penyimpangan atau pelanggaran kode etik dan hukum.
c. Komite Etik dan Hukum dalam melaksanakan pembinaan dapat dilakukan
melalui pendidikan, pelatihan, diskusi kasus dan seminar.
d. Komite Etik dan Hukum memberi nasehat, saran, dan pertimbangan terhadap
setiap kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh Direktur.
e. Membuat pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan yang terkait dengan
etika Rumah Sakit.
f. Menangani masalah etik dan hukum yang muncul di RS. Jiwa Daerah Surakarta.
g. Memberi nasehat, saran dan pertimbangan etik dan hokum kepada pihak yang
membutuhkan di RS. Jiwa Daerah Surakarta.
h. Membantu menyelesaikan perselisihan atau sengketa medik yang terjadi di lingkungan RS. Jiwa Daerah Surakarta.
3. Dalam melaksanakan tugasnya komite Etik dan Hukum wajib menerapkan prinsip
kerjasama, koordinasi, dan sinkronisasi dengan Komite Medik serta struktur organisasi lain di RS. Jiwa Daerah Surakarta sesuai dengan tugas masing-masing bagian.
4. Komite Etik dan Hukum wajib mematuhi peraturan RS. Jiwa Daerah Surakarta dan
bertanggung jawab kepada Direktur RS. Jiwa Daerah Surakarta serta menyampaikan laporan berkala pada waktunya.
5. Komite Etik dan Hukum dapat meminta saran, pendapat, dan nasehat kepada organisasi atau ahli yang berkompeten dibidangnya.
-6-B. Uraian Tugas Jabatan
1. Ketua.
a. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi tugas-tugas Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
b. Menyusun regulasi pelaksanaan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit
berdasarkan masukan dari anggota.
c. Menyusun perencanaan program kerja Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit bersama dengan anggota Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.
d. Menggerakkan pelaksanaan/program Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.
e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasional Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit secara efektif , efisien dan bermutu.
f. Memimpin pertemuan rutin setiap bulan dengan anggota Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit untuk membahas dan menginformasikan hal – hal penting yang berkaitan dengan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.
g. Menghadiri pertemuan manajemen, bila dibutuhkan.
h. Menjalin kerjasama antar unit terkait. 2. Sekretaris :
a. Menyelenggarakan administrasi Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.
b. Mengatur jadwal dan membuat undangan rapat Komite Etik dan Hukum
Rumah Sakit.
c. Menyiapkan ruang rapat dan perlengkapan yang diperlukan.
d. Membuat notulensi pada rapat Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.
e. Memberikan pertimbangan/masukan kepada ketua Komite Etik dan Hukum
Rumah Sakit dalam penyusunan regulasi, perencanaan dan pengembangan program.
3. Bidang Pendidikan Etika.
a. Merencanakan dan melaksanakan pendidikan etika bagi seluruh pegawai agar
memahami masalah etika.
b. Memberikan pertimbangan/masukan kepada ketua KERS dalam penyusunan
regulasi, perencanaan dan pengembangan program.
4. Bidang Pembahasan Kasus.
a. Merencanakan dan melaksanakan pendidikan etika bagi seluruh pegawai agar
memahami masalah etika.
b. Menyelenggarakan berbagai kegiatan lain yang dipandang dapat membantu terwujudnya kode etik rumah sakit.
-7-c. Memberikan pertimbangan/masukan kepada ketua Komite Etik dan Hukum
Rumah Sakit dalam penyusunan regulasi, perencanaan dan pengembangan program.
5. Bidang Pelaporan.
a. Melakukan rekapitulasi laporan kegiatan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit
dalam periode tertentu.
b. Menyiapkan materi laporan kegiatan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit yang
-8-BAB IV
TATA HUBUNGAN KERJA
Keterangan :
1. Dalam melaksanakan tugasnya Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit wajib
menerapkan prinsip kerjasama, koordinasi, dan sinkronisasi dengan Komite Medik serta struktur lain di rumah sakit sesuai dengan tugas masing-masing.
2. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit menerima laporan kasus dalam bentuk
tembusan dari laporan kepada Direktur terhadap kasus etika yang terjadi. Sub Komite Etik
Medik
PELAYANAN
IGD
Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit
Sub Komite Etik Profesi Lain Sub Komite Etik
-9-BAB V
STANDART KETENAGAAN
1. Ketua dan Anggota Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit dipilih dan diangkat oleh
Direktur/Pimpinan Rumah Sakit, untuk selama masa bakti tertentu. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit sekurang-kurangnya harus terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan Anggota.
2. Keanggotaan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit harus mewakili berbagai profesi
di dalam rumah sakit.
3. Bila dipandang perlu anggota Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit dapat berasal dari individu di luar rumah sakit
4. Syarat untuk dapat dipilih menjadi anggota Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit: berjiwa Pancasila, memiliki integritas, kredibilitas sosial, dan profesional. Ia juga memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap masalah sosial, lingkungan, dan kemanusiaan.
5. Keanggotaan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit diupayakan tidak dirangkap
-10-BAB VI TATA LAKSANA
A. Tata Laksana Bidang Pendidikan Etika.
1. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit membuat perencanaan pelatihan untuk
semua anggota tentang pengelolaan Komite Etik dan Humum di RS bagi anggota dalam bentuk proposal.
2. Proposal diajukan kepada Direktur untuk mendapatkan persetujuan.
3. Melaporkan hasil pelatihan kepada Direktur.
4. Melakukan sosialisasi dengan sasaran ke pejabat srtuktural, Kepala Instalasi, Kepala ruang/koordinator unit kerja.
5. Melakukan evaluasi implementasi etika RS.
B. Tata Laksana Pembahasan Kasus.
1. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit menerima tembusan laporan kasus etika
RS yang di laporkan oleh komite etik profesi.
2. Direktur membuat disposisi agar Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit
menindaklanjuti untuk menyelesaikan kasus yang telah dilaporkan.
3. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit melakukan telaah kasus.
4. Melakukan konfirmasi kepada pihak terkait yang terhadap kasus yang
ditangani.
5. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit membuat laporan hasil pembahasan
kasus yang ditujukan kepada Direktur.
C. Tata Laksana Pelaporan.
1. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit melakukan pelaporan setiap 6 (enam) bulan yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit meliputi pendidikan etika dan pembahasan kasus yang pernah dikerjakan.
2. Laporan diserahkan kepada Direktur melalui Tata Usaha.
3. Direktur membuat tindak lanjut dari laporan yang telah diserahkan oleh Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.
-11-BAB VII
PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Semua hasil rapat dinotulenkan dan dimasukkan dalam arsip
2. Hasil temuan masalah etika dilaporkan ke direktur sebagai atasan langsung 3. Pelaporan kegiatan dilakukan minimal tiap 6 bulan sekali
-12-BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI
1. Monitoring dan evaluasi dilakukan tiap 3 bulan sekali oleh semua anggota komite.
2. Keanggotaan komite dibatasi dengan waktu dengan masa kerja selam3 tahun tiap
-13-BAB IX PENUTUP
Pedoman Kerja Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit ini disusun sebagai acuan dalam tatalaksana pembentukan dan tata kerja Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit agar terselenggara etika di seluruh lingkup kerja RSJD Surakarta.
DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH