• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Menimbang : a. bahwa Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang

memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan;

b. bahwa Pedoman Pengorganisasian merupakan kumpulan

ketentuan dasar dari perspektif organisasi yang berkaitan dengan aspek filosofis, organisatoris, tata hubungan kerja, Standar Ketenagaan, Tata Laksana, Penacatatan dan Pelaporan, Monitoring dan Evaluasi;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

huruf a dan huruf b dan guna penyesuaian dari aspek regulasi sektoral maupun internal maka Peraturan Direktur Nomor 188/471.2/02/2015 tanggal 02 Februari 2015 tentang Pedoman Komite Etik Rumah Sakit perlu ditinjau kembali.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek

Kedokteran;

2. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan;

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan

Jiwa;

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah;

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga

Kesehatan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

R

R

U

U

M

M

A

A

H

H

S

S

A

A

K

K

I

I

T

T

J

J

I

I

W

W

A

A

D

D

A

A

E

E

R

R

A

A

H

H

S

S

U

U

R

R

A

A

K

K

A

A

R

R

T

T

A

A

Jl. Ki Hajar Dewantoro 80 Jebres Kotak Pos 187 Surakarta 57126 Telp. (0271) 641442 Fax. (0271)648920 E-mail : rsjsurakarta@jatengprov.go.id Website : http://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

NOMOR : 188 / 4062.1 / 05 / 2018 TENTANG

PEDOMAN KOMITE ETIK DAN HUKUM PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PROVINSI JAWA TENGAH

DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

(2)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008

tentang Organisasi Dan Tatakerja Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah;

10. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 97 Tahun 2008

tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta;

11. Peraturan Gubernur Jawa Tengah 39 Tahun 2014 tentang

Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws);

12. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 33 Tahun 2016

tentang Kode Etik ASN Pemerintah Provinsi Jawa Tengah;

13. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 821.2/086/2015

tanggal 30 Januari 2015 tentang Pengangkatan / Penunjukan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

SURAKARTA TENTANG PEDOMAN KOMITE ETIK DAN HUKUM PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH.

Pasal 1

Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit (KERS) RSJD Surakarta adalah badan yang secara resmi beranggotakan dari berbagai disiplin pelayanan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai masalah etika yang timbul di RSJD Surakarta.

Pasal 2

Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab, Dan Kewajiban Komite Etik Dan Hukum Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Adalah

1. Tugas Komite Etik dan Hukum secara umum yaitu membantu Direktur dalam menerapkan Kode Etik dan Hukum baik diminta maupun tidak diminta.

2. Secara khusus Komite Etik dan Hukum memiliki tugas,

wewenang dan tanggung jawab:

a. Melakukan pembinaan pegawai secara komprehensif dan

berkesinambungan, agar setiap individu menghayati dan mengamalkan etik sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing di RS. Jiwa Daerah Surakarta.

(3)

b. Komite Etik dan hukum dalam pembinaan melakukan upaya preventif, persuasif, edukatif,dan korektif terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan atau pelanggaran kode etik dan hukum.

c. Komite Etik dan Hukum dalam melaksanakan pembinaan

dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, diskusi kasus dan seminar.

d. Komite Etik dan Hukum memberi nasehat, saran, dan

pertimbangan terhadap setiap kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh Direktur.

e. Membuat pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan yang terkait dengan etika Rumah Sakit.

f. Menangani masalah etik dan hukum yang muncul di RS. Jiwa Daerah Surakarta.

g. Memberi nasehat, saran dan pertimbangan etik dan hokum

kepada pihak yang membutuhkan di RS. Jiwa Daerah Surakarta.

h.Membantu menyelesaikan perselisihan atau sengketa medik

yang terjadi di lingkungan RS. Jiwa Daerah Surakarta.

3. Dalam melaksanakan tugasnya komite Etik dan Hukum wajib menerapkan prinsip kerjasama, koordinasi, dan sinkronisasi dengan Komite Medik serta struktur organisasi lain di RS. Jiwa Daerah Surakarta sesuai dengan tugas masing-masing bagian. 4. Komite Etik dan Hukum wajib mematuhi peraturan RS. Jiwa

Daerah Surakarta dan bertanggung jawab kepada Direktur RS. Jiwa Daerah Surakarta serta menyampaikan laporan berkala pada waktunya.

5. Komite Etik dan Hukum dapat meminta saran, pendapat, dan nasehat kepada organisasi atau ahli yang berkompeten dibidangnya.

Pasal 3

Pedoman Komite Etik dan Hukum Pada RS. Jiwa Daerah Surakarta sebagaimana dimaksud pada pasal 1 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.

Pasal 4 Pada saat Peraturan Direktur ini berlaku:

Peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Nomor 188/471.2/02/2015 tanggal 02 Februari 2015 tentang Pedoman Komite Etik dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(4)

Pasal 5

Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan Di : Surakarta

Pada Tanggal : 21 Mei 2018

---DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

(5)

-1-PEDOMAN KOMITE ETIK DAN HUKUM

PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional, dan diterima pasien merupakan tujuan utama pelayanan rumah sakit. Namun hal ini tidak mudah dilakukan dewasa ini. Meskipun rumah sakit telah dilengkapi dengan tenaga medis, perawat, dan sarana penunjang lengkap, masih sering terdengar ketidakpuasan pasien akan pelayanan kesehatan yang mereka terima.

Pelayanan kesehatan dewasa ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan beberapa dasawarsa sebelumnya. Beberapa faktor yang mendorong kompleksitas pelayanan kesehatan pada masa kini antara lain: 1. Semakin kuat tuntutan pasien/masyarakat akan pelayanan kesehatan bermutu, efektif, dan efisien, 2. Standar pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, 3. Latar belakang pasien amat beragam (tingkat pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya), dan 4. Pelayanan kesehatan melibatkan berbagai disiplin dan institusi.

Situasi pelayanan kesehatan yang kompleks ini seringkali menyulitkan komunikasi antara pasien dan pihak penyedia layanan kesehatan. Komunikasi yang baik amat membantu menyelesaikan berbagai masalah sedangkan komunikasi yang buruk akan menambah masalah dalam pelayanan kesehatan. Di samping komunikasi yang baik, pelayanan kesehatan harus memenuhi kaidah-kaidah profesionalisme dan etis. Untuk menangkal hal-hal yang berpotensi merugikan berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka perlu ditingkatkan kemampuan tenaga kesehatan menyelesaikan masalah-masalah medis dan non-medis di rumah sakit dan tercipta struktur yang mendukung pelayanan kesehatan secara

Lampiran Peraturan Direktur

RS.Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah

Nomor : 188 / 4062.1 / 05 / 2018

Tanggal : 21 Mei 2018

(6)

-2-profesional dan berkualitas. Salah satu upaya mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di rumah sakit adalah dengan memenuhi kaidah-kaidah yang tercantum dalam Kode Etik Rumah Sakit di Indonesia (KODERSI).

Kode Etik Rumah Sakit Indonesia memuat rangkaian nilai-nilai dan norma-norma moral perumahsakitan Indonesia untuk dijadikan pedoman dan pegangan bagi setiap insan perumahsakitan yang terlibat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit di Indonesia. KODERSI merupakan kewajiban moral yang harus ditaati oleh setiap rumah sakit di Indonesia agar tercapai pelayanan rumah sakit yang baik, bermutu, profesional dan sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur profesi kedokteran.

Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta sebagai pusat pelayanan kesehatan jiwa memberikan jenis pelayanan yang beragam meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan yang beragam tersebut melibatkan bermabagai macam jenis profesi baik profesi kesehatan maupun non kesehatan. Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang berpotensi merugikan berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan dan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan seperti di atas maka Direktur RSJD Surakarta membentuk Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit RSJD Surakarta, sebagai badan yang secara resmi beranggotakan dari berbagai disiplin pelayanan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai masalah etik yang timbul di RSJD Surakarta. Dalam rangka optimalisasi tugas-tugasnya, maka perlu disusun Pedoman Kerja Komite Etik dan Hukum yang berfungsi sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas agar berjalan dengan terarah dan lancar.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum.

Sebagai acuan tatalaksana pembentukan dan tata kerja Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit agar terselenggara etika di seluruh lingkup kerja RSJD Surakarta.

2. Tujuan Khusus.

a. Terbinanya seluruh jajaran di RSJD Surakarta dalam menjunjung tinggi etika profesi dalam pelayanan medik, pelayanan keperawatan, pelayanan penunjang, rekam medik dan administrasi.

b. Terlaksananya pemecahan berbagai masalah etika yang mungkin timbul di

(7)

-3-C. Ruang Lingkup.

1. Komite Etik dan Hukum RSJD Surakarta menangani segala permasalahan etika

yang terjadi di RSJD Surakarta yang dilaporkan oleh pihak terkait atau yang direkomendasikan oleh Direktur.

2. Masalah etika meliputi :

a. Etika dalam bernegara. b. Etika dalam berorganisasi. c. Etika dalam bermasyarakat. d. Etika terhadap diri sendiri. e. Etika terhadap sesama pegawai.

D. Batasan Operasional.

1. Etik berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti ”yang baik, yang layak”. Etik merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi terentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.

2. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan diatur oleh peraturan perundang undangan Negara Republik Indonesia. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan merupakan unit sosial ekonomi, harus mengutamakan tugas kemanusiaan dan mendahulukan fungsi sosialnya.

3. Insan perumahsakitan adalah mereka yang terlibat dalam kegiatan

penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit.

4. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia adalah rangkuman norma-norma moral yang

telah dikodifikasi oleh PERSI sebagai organisasi profesi bidang perumahsakitan di Indonesia.

5. Komite Etik Rumah Sakit (KERS) adalah suatu perangkat organisasi non struktural yang dibentuk dalam rumah sakit untuk membantu pimpinan rumah sakit dalam melaksanakan KODERSI

(8)

-4-BAB II

STRUKTUR ORGANISASI

Keterangan :

 Ketua Komite Etik dan Hukum bertanggung jawab langsung kepada Direktur.

 Sekretaris bertanggung jawab langsung kepada ketua dalam hal administrasi dan dokumentasi panitia.

 Bidang bertanggung jawab langsung kepada Ketua Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit. SEKRETARIS BIDANG PENDIDIKAN ETIKA KETUA

PELAYANAN

IGD

BIDANG PELAPORAN BIDANG PEMBAHASAN KASUS DIREKTUR

(9)

-5-BAB III URAIAN TUGAS

A. Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab, Dan Kewajiban Komite Etik Dan Hukum

1. Tugas Komite Etik dan Hukum secara umum yaitu membantu Direktur dalam menerapkan Kode Etik dan Hukum baik diminta maupun tidak diminta.

2. Secara khusus Komite Etik dan Hukum memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab:

a. Melakukan pembinaan pegawai secara komprehensif dan berkesinambungan,

agar setiap individu menghayati dan mengamalkan etik sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing di RS. Jiwa Daerah Surakarta.

b. Komite Etik dan hukum dalam pembinaan melakukan upaya preventif,

persuasif, edukatif,dan korektif terhadap kemungkinan terjadinya

penyimpangan atau pelanggaran kode etik dan hukum.

c. Komite Etik dan Hukum dalam melaksanakan pembinaan dapat dilakukan

melalui pendidikan, pelatihan, diskusi kasus dan seminar.

d. Komite Etik dan Hukum memberi nasehat, saran, dan pertimbangan terhadap

setiap kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh Direktur.

e. Membuat pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan yang terkait dengan

etika Rumah Sakit.

f. Menangani masalah etik dan hukum yang muncul di RS. Jiwa Daerah Surakarta.

g. Memberi nasehat, saran dan pertimbangan etik dan hokum kepada pihak yang

membutuhkan di RS. Jiwa Daerah Surakarta.

h. Membantu menyelesaikan perselisihan atau sengketa medik yang terjadi di lingkungan RS. Jiwa Daerah Surakarta.

3. Dalam melaksanakan tugasnya komite Etik dan Hukum wajib menerapkan prinsip

kerjasama, koordinasi, dan sinkronisasi dengan Komite Medik serta struktur organisasi lain di RS. Jiwa Daerah Surakarta sesuai dengan tugas masing-masing bagian.

4. Komite Etik dan Hukum wajib mematuhi peraturan RS. Jiwa Daerah Surakarta dan

bertanggung jawab kepada Direktur RS. Jiwa Daerah Surakarta serta menyampaikan laporan berkala pada waktunya.

5. Komite Etik dan Hukum dapat meminta saran, pendapat, dan nasehat kepada organisasi atau ahli yang berkompeten dibidangnya.

(10)

-6-B. Uraian Tugas Jabatan

1. Ketua.

a. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi tugas-tugas Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.

b. Menyusun regulasi pelaksanaan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit

berdasarkan masukan dari anggota.

c. Menyusun perencanaan program kerja Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit bersama dengan anggota Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.

d. Menggerakkan pelaksanaan/program Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.

e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasional Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit secara efektif , efisien dan bermutu.

f. Memimpin pertemuan rutin setiap bulan dengan anggota Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit untuk membahas dan menginformasikan hal – hal penting yang berkaitan dengan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.

g. Menghadiri pertemuan manajemen, bila dibutuhkan.

h. Menjalin kerjasama antar unit terkait. 2. Sekretaris :

a. Menyelenggarakan administrasi Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.

b. Mengatur jadwal dan membuat undangan rapat Komite Etik dan Hukum

Rumah Sakit.

c. Menyiapkan ruang rapat dan perlengkapan yang diperlukan.

d. Membuat notulensi pada rapat Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.

e. Memberikan pertimbangan/masukan kepada ketua Komite Etik dan Hukum

Rumah Sakit dalam penyusunan regulasi, perencanaan dan pengembangan program.

3. Bidang Pendidikan Etika.

a. Merencanakan dan melaksanakan pendidikan etika bagi seluruh pegawai agar

memahami masalah etika.

b. Memberikan pertimbangan/masukan kepada ketua KERS dalam penyusunan

regulasi, perencanaan dan pengembangan program.

4. Bidang Pembahasan Kasus.

a. Merencanakan dan melaksanakan pendidikan etika bagi seluruh pegawai agar

memahami masalah etika.

b. Menyelenggarakan berbagai kegiatan lain yang dipandang dapat membantu terwujudnya kode etik rumah sakit.

(11)

-7-c. Memberikan pertimbangan/masukan kepada ketua Komite Etik dan Hukum

Rumah Sakit dalam penyusunan regulasi, perencanaan dan pengembangan program.

5. Bidang Pelaporan.

a. Melakukan rekapitulasi laporan kegiatan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit

dalam periode tertentu.

b. Menyiapkan materi laporan kegiatan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit yang

(12)

-8-BAB IV

TATA HUBUNGAN KERJA

Keterangan :

1. Dalam melaksanakan tugasnya Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit wajib

menerapkan prinsip kerjasama, koordinasi, dan sinkronisasi dengan Komite Medik serta struktur lain di rumah sakit sesuai dengan tugas masing-masing.

2. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit menerima laporan kasus dalam bentuk

tembusan dari laporan kepada Direktur terhadap kasus etika yang terjadi. Sub Komite Etik

Medik

PELAYANAN

IGD

Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit

Sub Komite Etik Profesi Lain Sub Komite Etik

(13)

-9-BAB V

STANDART KETENAGAAN

1. Ketua dan Anggota Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit dipilih dan diangkat oleh

Direktur/Pimpinan Rumah Sakit, untuk selama masa bakti tertentu. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit sekurang-kurangnya harus terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan Anggota.

2. Keanggotaan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit harus mewakili berbagai profesi

di dalam rumah sakit.

3. Bila dipandang perlu anggota Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit dapat berasal dari individu di luar rumah sakit

4. Syarat untuk dapat dipilih menjadi anggota Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit: berjiwa Pancasila, memiliki integritas, kredibilitas sosial, dan profesional. Ia juga memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap masalah sosial, lingkungan, dan kemanusiaan.

5. Keanggotaan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit diupayakan tidak dirangkap

(14)

-10-BAB VI TATA LAKSANA

A. Tata Laksana Bidang Pendidikan Etika.

1. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit membuat perencanaan pelatihan untuk

semua anggota tentang pengelolaan Komite Etik dan Humum di RS bagi anggota dalam bentuk proposal.

2. Proposal diajukan kepada Direktur untuk mendapatkan persetujuan.

3. Melaporkan hasil pelatihan kepada Direktur.

4. Melakukan sosialisasi dengan sasaran ke pejabat srtuktural, Kepala Instalasi, Kepala ruang/koordinator unit kerja.

5. Melakukan evaluasi implementasi etika RS.

B. Tata Laksana Pembahasan Kasus.

1. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit menerima tembusan laporan kasus etika

RS yang di laporkan oleh komite etik profesi.

2. Direktur membuat disposisi agar Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit

menindaklanjuti untuk menyelesaikan kasus yang telah dilaporkan.

3. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit melakukan telaah kasus.

4. Melakukan konfirmasi kepada pihak terkait yang terhadap kasus yang

ditangani.

5. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit membuat laporan hasil pembahasan

kasus yang ditujukan kepada Direktur.

C. Tata Laksana Pelaporan.

1. Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit melakukan pelaporan setiap 6 (enam) bulan yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit meliputi pendidikan etika dan pembahasan kasus yang pernah dikerjakan.

2. Laporan diserahkan kepada Direktur melalui Tata Usaha.

3. Direktur membuat tindak lanjut dari laporan yang telah diserahkan oleh Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit.

(15)

-11-BAB VII

PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. Semua hasil rapat dinotulenkan dan dimasukkan dalam arsip

2. Hasil temuan masalah etika dilaporkan ke direktur sebagai atasan langsung 3. Pelaporan kegiatan dilakukan minimal tiap 6 bulan sekali

(16)

-12-BAB VIII

MONITORING DAN EVALUASI

1. Monitoring dan evaluasi dilakukan tiap 3 bulan sekali oleh semua anggota komite.

2. Keanggotaan komite dibatasi dengan waktu dengan masa kerja selam3 tahun tiap

(17)

-13-BAB IX PENUTUP

Pedoman Kerja Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit ini disusun sebagai acuan dalam tatalaksana pembentukan dan tata kerja Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit agar terselenggara etika di seluruh lingkup kerja RSJD Surakarta.

DIREKTUR RS. JIWA DAERAH SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

Referensi

Dokumen terkait

Halaman 13 Tabel di atas menunjukkan bahwa hanya variabel inflasi dan jumlah uang beredar yang terbukti berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah per US

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah memodifikasi dan merencanakan pembangunan Apartemen De Papilio Tamansari Surabaya dengan menggunakan Sistem Ganda dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai dari usabilitas situs web pemerintah Kabupaten Mojokerto dan kesenjangan seperti apa yang terjadi pada situs web

Progress on Numerical Model Development of ID Debris Flow using Lagrangian Galerkin Method

Tinggi Negara atau penerima pensiun meninggal dunia sedangkan ia tidak mempunyai isteri/suami yang berhak menerima pensiun janda/duda atau apabila janda/duda yang bersangkutan

• Pendidik memberikan tugas lanjutan bagi Peserta didik yang telah mampu Menjelaskan pengertian hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan

Berangkat dari pemikiran tersebut, dikaitkan dengan kondisi rill sementara Aparat Desa Tempang III, Kecamatan Langowan Utara, Kabupaten Minahasa sebagai tempat penelitian

Fixed asset turn over yang pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 memperoleh nilai rata-rata sebesar 14 kali, namun apabila dibandingkan dengan standar industri