• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1 Kreativitas

2.1.1 Pengertian Kreativitas

Kreativitas menurut Talajan (2012:11) secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencirikan hasil artistik, penemuan ilmiah dan penciptaan secara mekanik. Kreativitas meliputi hasil sesuatu yang baru, baik sama sekali baru bagi dunia ilmiah atau budaya maupun secara relatif baru bagi individunya sendiri walaupun mungkin orang lain telah menemukan atau memproduksi sebelumnya.

Kreativitas menurut Al-Uqshari (2005:13-15) adalah daya intelektual dan optimalisasi penggunaanya untuk mengembangkan kepribadian dan mencapai kesuksesan ketika berinteraksi dengan orang lain. Namun, dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa kreativitas adalah milik semua orang, tidak terbatas pada satu kelompok orang tertentu yang kemudian dikatakan sebagai kelompok orang yang beruntung. Pemikiran tidak identik dengan kecerdasan. Pemikiran kreatif tidak didominasi oleh para cadekiawan, bahkan kadang kreativitas muncul dari kalagan orang yang sama sekali bukan cendekiawan. Kreativitas berpikir mampu menghancurkan mitos-mitos umum seputar pemikiran diantaranya adalah mitos bahwa pemikiran adalah sebuah informasi yang tersimpan. Akan tetapi bagaimanapun dan pada level mana pun serta betapa pun berkualitasnya kreativitas, sesungguhnya

(2)

inovasi ide merupakan bukti ilmiah atas kemajuan pemikiran dan kemampuannya untuk mengembangkan kepribadian manusia.

Menurut Yatim Riyanto (2012:225) kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga aspek esensial kecerdasan analitis, kreatif dan praktis.

2.1.2 Strategi 4P dalam Pengembangan Kreativitas

Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatifdan kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif dalam bidang dan kadar yang berbeda – beda. Yang penting dalam pendidikan adalah bahwa bakat kreatif dapat dan perlu ditingkatkan dan dikembangkan.

Pengembangan kreatifitas dengan pendekatan 4 P adalah sebagai berikut: 1. Pribadi

Kreativitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide – ide baru dan produk – produk yang inovatif.

2. Pendorong

Untuk mewujudkan bakat kreatif siswa diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan yang tidak mendukung. Banyak orang tua yang kurang menghargai kegiatan kreatif anak

(3)

mereka dan lebih memprioritaskan pencapaian prestasi akademik yang tinggi dan memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya. Demikian pula guru meskipun menyadari pentingnya perkembangan kreatifitas tetapi dengan kurikulum yang ketat dan kelas dengan jumlah murid yang banyak maka tidak ada waktu bagi pengembangan kreativitas.

3. Proses

Untuk mengembangkan kreativitas siswa, ia perlu diberi kesempatan secara aktif. Pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Untuk itu yang penting adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. Pertama – tama yang perlu adalah proses bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut dihasilkan produk kreatif yang bermakna.

4. Produk

Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan , kegiatan) kreatif. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pendidik menghargai produk kreatifitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Ini akan lebih menggugah minat anak untuk berkreasi.

(4)

2.1.3 Ciri-Ciri Kreativitas

Menurut Munandar dan Semiawan (1984:9) ciri-ciri kreativitas adalah sebagai berikut:

1. Dorongan ingin tahu besar.

2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik.

3. Memberi banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah. 4. Bebas dalam menyatakan pendapat.

5. Menonjol dalam salah satu bidang seni.

6. Mempunyai pendapat sendiri dan mengungkapkannya. 7. Tidak mudah terpengaruh orang lain.

8. Daya imajinasi kuat.

9. Orisinalitas tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan karangan dan sebagainya serta menggunakan cara-cara orisinal dalam pemecahan masalah).

10.Dapat bekerja sendiri dan senang mencoba hal-hal yang baru.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kreatifitas siswa antara lain :

1. Motivasi/kesempatan sendiri merupakan kesempatan untuk mengembangkan imajinasi anak yang perlu dibiarkan sendiri tanpa adanya tekanan sosial.

2. Dorongan dan sarana merupakan pemilihan sarana yang baik akan mempengaruhi pengembangan kreativitas.

3. Keahlian dan keterbukaan merupakan tahapan menerima dan mengemukakan hal baru yang diperoleh dari apa yang didapatkannya.

(5)

4. Lingkungan yang merangsang merupakan suatu kondisi dimana siswa yang kreatif akan meningkatkan kreativitasnya dengan berada pada lingkungan yang kondusif untuk menciptakan dan mengemukakan pendapatnya.

5. Proses merupakan tahapan dimana siswa mampu melahirkan ide-ide kreatif yang didapatkannya dari apa yang diterimnya.

2.1.4Konsep Kreativitas

Istilah kreativitas mempunyai banyak penegertian, tergantung pada cara pandang seseorang yang mengkajinya. Setiap pemahaman tentang kreativitas disesuaikan dengan latar belakang pengkajian kreativitas itu sendiri. Pada intinya, kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelum nya.

Menurut Susanto (2013 : 99) ada dua pandangan tentang kreativitas, yaitu kreativitas genius dan kreativitas hasil penelitian terbaru. Pertama, pandangan yang disebut kreativitas genius. Menurut pandangan ini, tindakan kreatif di pandang sebagai ciri-ciri mental yang langka, yang dihsilkan oleh individu luar biasa berbakat melalui penggunaan proses pemikiran yang luar biasa, cepat, dan spontan. Kedua, pandangan ini menyatakan bahwa kreativitas berkaitan erat dengan pemahaman yang mendalam, fleksibel dan sikap, sehingga dapat dikaitakn dengan kerja dalam priode panjang yang disertai perenungan. Jadi, kreativitas bukan hanya merupakan gagasan yang cepat dan luar biasa. Menurut pandangan ini, kreativitas dapat ditanamkan pada kegiatan pembelajaran dan lingkungan sekitar.

(6)

2.1.5Langkah-Langkah dalam Mengembangkan Kreativitas

Sekolah dapat menolong siswa mengembangkan keterampilan memecahkan masalah-masalah dan sekaligus mengmbangkan kreativitas melalui langkah-langkah sebagai berikut (Munandar dan Conny Semiawan, 1984:9).

1. Mendorong siswa untuk mengenal masalah-masalah untuk dipecahkan.

2. Mendorong siswa untuk menemukan informasi, pengertian, asas-asas, dan metode-metode yang perlu untuk memecahkan masalah.

3. Mendorong siswa untuk merumuskan dan membatasi masalah-masalah.

4. Mendorong siswa untuk mengolah dan kemudian menerapkan informasi, pengertian, asas-asas dan metode-metode itu pada masalah tersebut untuk memperoleh kemungkinan-kemungkinan pemecahan.

5. Mendorong siswa untuk merumuskan dan menguji hipotesis-hipotesis itu untuk memperoleh pemecahan masalah.

6. Mendorong siswa untuk mengadakan penemuan dan penilaian sendiri secara bebas.

2.1.6 Pedoman Pengajaran untuk Mengembangkan Kreativitas

Mengingat hasil belajar di bidang kognitif kreativitas itu berada pada tingkat akhir, maka untuk mencapainya harus dimulai dari pengajaran pada tingkat-tingkat sebelumnya, dengan kata lain pengajaran harus menyeluruh untuk semua tingkat. a. Mengajarkan Informasi atau Pengetahuan

Menurut Daryanto (2010:117-118) tahapan-tahapan dalam mengajarkan informasi atau pengetahuan adalah sebagai berikut:

(7)

1. Meneruskan tujuan dalam bentuk informasi fakta yang seharusnya diketahui oleh siswa sesudah pengajaran selesai.

2. Menilai kesiapan siswa untuk memperoleh informasi fakta. Dari hasil-hasil pre-test akan diketahui tingkat pengetahuan siswa sekarang.

3. Menentukan mata pelajaran tertentu yang harus dipelajari siswa serta bahan-bahan pelajaran yang berhubungan. Dalam beberapa situasi, guru akan mengambil inisiatif untuk menemukan bahan pengajaran.

4. Mengatur(organisasi)kegiatan guru dan siswa untuk meningkatkan belajar.

5. Mengatur penggunaan waktu, ruang dan perlengkapan. Seperti laboratorium dan pusat sumber pengajaran, digunakan oleh banyak siswa untuk memperoleh informasi selama dan diluar jam pelajaran biasa.

6. Menilai achievement siswa sepanjang jam pelajaran dan sesudah selesai pengajaran.

7. Memberi feed back kepada siswa-siswa supaya mereka dapat mengetahui kemajuan dan dapat mengatasi kesukaran-kesukaran yang dialaminya.

2.1.7 Kreativitas dan Pemecahan Masalah

Banyak pakar yang mendiskusikan kreativitas sebagai berpikir kreatif atau pemecahan masalah. Hamalik (2008:180) misalnya, mendefenisikan berpikir kreatif sebagai proses penyadaran (sensing) adanya gap, gangguan atau unsur-unsur yang keliru, pembentukan gagasan-gagasan atau hipotesis atau perbaikan hipotesis. Pakar lain (Cagne) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan suatu bentuk pemecahan masalah yang melibatkan intuitiv leaps, atau suatu kombinasi gagasan-gagasan yang

(8)

bersumber dari berbagai bidang pengetahuan yang terpisah secara luas. Kedua pandangan tersebut pada dasarnya sependapat bahwa kreativitas merupakan suatu bentuk dan proses pemecahan masalah.

2.1.8 Fase-Fase Kreativitas 1. Fase Persiapan

Fase persiapan adalah ketika individu mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan suatu masalah. Ia mencoba memikirkan berbagai kemungkinan pemecahan terhadap masalah yang dihadapinya. Fase ini merupakan fase jangka panjang dan jangka pendek. Pada fase jangka panjang, persiapan melibatkan banyak hal, misalnya penyelidikan, penelitian terhadap sikap, pengamatan terhadap gejala alam disekitar kita, pengetahuan tentang disiplin. Pada fase jangka pendek, persiapan ini dapat meliputi ide bacaan, pengamatan dan karya lain mengenai topik atau permasalahan khusus ditambah dengan usaha bermakna dalam menghasilkan sesuatu. 2. Fase Inkubasi

Fase inkubasi ini dapat berlangsung lama (berhari-hari atau bahkan bertahun-tahun) atau sebentar (beberapa menit atau beberapa jam), sampai timbul inspirasi atau gagasan untuk pemecahan masalah. Fase ini disebut iluminasi, yaitu pada gagasan muncul untuk memecahkan masalah.

3. Fase Inspirasi

Inspirasi merupakan ide atau citra yang memberikan model untuk produk kreatif. Bagi seorang penulis, ilmuan atau ahli falsafah, inspirasi merupakan kunci ide yang memberikan struktur karya sejarah, sanjak atau teori yang dihasilkannya.

(9)

4. Fase Verifikasi

Sesuatu bagian integral dari fase ini ialah proses evaluasi terhadap apa yang dihasilkan, revisi dibuat, bagian disusun kembali, dan ditemukan cara baru yang lebih baik dan relevan untuk mengekspresikan model (Talajan, 2012:35-38).

2.2 Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Pembelajaran

Menurut Jihad (2013:11) pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu, belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar beriontasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Dua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa di saat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antara peserta didik dalam rangka perubahan sikap.

Menurut Suprihatiningrum Jamil (2012:75) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa tempat ketika pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga metode, media, dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi. Pembelajaran merupakan upaya yang dilakuan pendidik untuk membantu memudahkan pencapaian tujuan pemebelajaran.

(10)

Kegiatan pembelajaran melibatkan komponen-komponen yang satu dengan yang lainnya saling terkait dan menunjang dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam program pembelajaran. Komponen – komponen dalam pembelajaran tersebut seperti guru, siswa, metode, lingkungan, media dan sarana prasarana. Agar kegiatan pembelajaran mencapai hasil yang maksimal perlu diusahakan faktor penunjang seperti kondisi pelajar yang baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung serta proses belajar yang tepat (Suprihatiningrum Jamil, 2012:77).

Pembelajaran meliputi tiga persoalan pokok, sebagai berikut:

1. Persoalan input adalah persoalan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran.

2. Persoalan proses adalah persoalan mengenai bagian pembelajaran itu berlangsung dan prinsip-prinsip apa yang mempengaruhi proses belajar.

3. Persoalan output adalah persoalan hasil pembelajaran dan berkaitan dengan tujuan.

Menurut Krisna (2009:1) kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen sebagai berikut:

1. Siswa adalah seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

(11)

3. Tujuan merupakan pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

4. Isi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5. Metode adalah cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

6. Media adalah bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.

7. Evaluasi merupakan cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.

2.2.2 Konsep Dasar Pembelajaran

Untuk memudahkan cara pengelolaan pembelajaran, perlu mengetahui konsep dasar pembelajaran itu sendiri, yaitu tentang penegertian dan komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran.

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran tidak diartikan sebagai sesuatu yang statis, melainkan suatu konsep yang bisa berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian, pengertian pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah ialah kemampuan dalam mengelola secara operasionaldan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan

(12)

pembelajaran, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau standar yang berlaku”. Adapun komponen yang berkaitan dengan sekolah dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran, antara lain adalah pembelajaran, peserta didik, pembina sekolah, sarana atau prasarana dan proses pembelajaran.

2. Komponen-komponen yang mempengaruhi kualitas pembelajaran

Dalam peningkatan kualitas pembelajaran, maka kita harus memperhatikan beberapa komponen yang mempengaruhi pemebelajaran, komponen-komponen tersebut, adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik, meliputi lingkungan sosial ekonomi, budaya dan geografis, intelegensi, kepribadian, bakat dan minat.

b. Pembelajaran, meliputi latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, beban mengajar, kondisi ekonomi, motivasi kerja, komitmen terhadap tugas, disiplin dan kreatif.

c. Kurikulum.

d. Sarana dan prasarana pendidikan, meliputi alat peraga/alat praktik, laboratorium, perpustakaan, ruang keterampilan, ruang bimbingan, ruang UKS dan ruang serba guna.

e. Pengelolaan sekolah, meliputi pengelolaan kelas, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan peserta didik, sarana dan prasarana, peningkatan tatatertib/disiplin, dan kepemimpinan.

(13)

f. Pengelolaan proses pembelajaran, meliputi penampilan pembelajaran, penguasaan materi/kurikulum, penggunaan metode/strategi pembelajran, dan pemanfaatan fasilitas pembelajaran.

g. Pengelolaan dana, meliputi perencanaan anggaran (RAPBS), sumber dana, penggunaan dana, laporan dan pengawasan.

h. Monitoring dan evluasi, meliputi kepala sekolah sebagai supervisor di sekolahnya, pengawasan sekolah dan komite sekolah sebagai supervisor.

i. Kemitraan, meliputi hubungan sekolah dengan instansi pemerintah, hubungan dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat, dan lembaga pendidikan lainnya (Yamin, 2011:69-72).

Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the

learning) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran mengandung arti setiap

kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasar, motivasi, latar belakang akademis, latar belakang sosial ekonomi. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama menyampaikan bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran (Syaiful Sagala, 2011 : 61).

(14)

2.3 Kreativitas Dalam Pembelajaran

Peran guru sebagai brain power menjadi motor penggerak untuk melahirkan karya-karya kreatif anak bangsa. Kini sudah saatnya guru menjadi pelopor dan pengembang kreativitas siswa melalui penyelenggaraan proses pembelajaran yang menumbuhkembangkan kemampuan kreatif.

Kreativitas tidak akan muncul secara instan, melainkan berproses dalam sebuah alur berpikir. Berpikir kreatif awalnya dirangsang oleh munculnya berbagai keingintahuan (curioucity), atau didorong oleh kebutuhan untuk memecahkan masalah yang rumit.

Bagaimanapun luasnya pengetahuan dan tingginya skill yang dimiliki guru, apabila tidak disertai kemampuan transformasi secara baik, maka akan sulit bagi siswa untuk memahami penjelasan gurunya. Sehubungan dengan hal itu, kemampuan menjadi sangat penting bagi seorang guru.

Pengembangan kreativitas dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Menyadari adanya masalah yang menarik perhatian dan penting untuk segera dicari pemecahannya, atau menghadapi kebutuhan yang urgent, atau memiliki sebuah imajinasi yang ingin diwujudkan untuk kemaslahatan umat.

2. Mengidentifikasi akar masalah, fokus kebutuhan, serta target produk imajinasi. 3. Mencari berbagai rujukan yang dapat memberi inspirasi bagi lahirnya ide-ide baru

(15)

4. Merumuskan berbagai alternatif solusi atau produk yang belum pernah atau jarang dilakukan orang lain.

5. Menilai setiap alternatif solusi melalui diskusi secara transparan agar dapat menemukan alternatif terbaik.

6. Mengembangkan alternatif terpilih menjadi sebuah karya inovatif.

Dengan bergulirnya reformasi pendidikan telah memberi angin segar bagi perubahan paradigma pembelajaran. Kegiatan belajar tidak hanya dimaknai sebagai proses transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan, melainkan berkembang menuju proses pendewasaan dan kematangan intelektual, emosional, dan sosial. Pendidikan lebih diarahkan sebagai investasi sumberdaya manusia, melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.Dengan demikian, dalam proses pembelajaran mengandung dua aktivitas penting, yaitu belajar dan mengajar.

Hasil pembelajaran tidaklah bersifat instan, melainkan berproses secara sistematis untuk membentuk makna bagi kedua belah pihak, baik siswa sebagai

learner maupun guru sebagai teacher. Keharmonisan interaksi di antara keduanya

akan membangun suasana belajar yang menyenangkan, sehingga pada saatnya akan menumbuh-suburkan semangat untuk berkarya secara kreatif. Kehadiran guru professional yang kreatif akan memicu lahirnya inovasi proses dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi (Nurfitri, 2011 : 3).

(16)

2.4 Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian dari Annisa Rahmatika pada tahun 2009 melakukan penelitian berjudul “Meningkatkan Kreativitas dan Efektivitas dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Konstruktivis di Kelas VIII Mts Al-Ma'had An-Nur Bantul”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan efektivitas dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivis pada siswa kelas VIII di MTs Al-Ma'had An-Nur Bantul dengan jumlah 24 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui beberapa tahapan yaitu reduksi data, triangulasi dan display data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pembelajaran matematika konstruktivis dengan metode penemuan yang melibatkan siswa secara aktif, mendorong siswa untuk mengajukan banyak pertanyaan, menghargai pendapat temannya, menemukan dan menerapkan konsep, mengkonstruksi pengetahuan yang telah dimilikinya dapat meningkatkan kreativitas siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Hilmansyah dengan judul “pengaruh metode pembelajaran fisika terhadap kreativitas siswa di sekolah menengah umum” dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran kreativitas siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) mata diklat program produktif di SMK Negeri 1 Petang adalah (1) Keterlambatan dana pelaksanaan

Pemeriksaan operasional dilakukan untuk menemukan permasalahan yang terjadi pada perusahaan serta faktor yang menyebabkan permasalahan tersebut sehingga peneliti

Dari dua tipe habitat hutan Rawa Saembawalati yang berbeda, masing-masing memiliki nilai indeks keanekaragaman yaitu zona vegetasi rumput sebesar 3.00 dan terdapat

Exertainment Indonesia ialah untuk membantu strategi bisnis agar lebih menuju kepada visi dan misi yang dimiliki perusahaan, dengan menggunakan teknologi informasi yang

Rencana tindakan untuk peningkatan aspek kelembagaan juga dapat dilakukan dengan program pelatihan yang dilakukan oleh PU Bidang Cipta Karya, untuk peningkatan

Bab 4, akan menjelaskan mengenai proses pengambilan kebijakan luar negeri Yunani yang menghasilkan penolakan terhadap bantuan dari Uni Eropa dalam menghadapi krisis

Metode Penelitian: Jenis penelitian kuantitatif dengan adalah rancangan penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional yang merupakan penelitian

No Klasifikasi Buku Ajar B. Ahmad Saehuddin, M.Ag. Halid al Kaf, M.Ag. Herdiansyah Ahmad, Lc. Ahmad Ta’yudin, Lc.. Buku ajar untuk Madrasah Intida’iyyah kelas I yang