STUDI PENDAHULUAN PENGARUH EKSTRAK AIR DAUN
MINDI (Melia azedarach Linn) TERHADAP LARVA LALAT
Chrysomya bezziana SECARA IN VITRO
(Preliminary Study of the Effects of Water Extract of Melia Azedarach Linn
on the Larvae of Myasis Fly (Chrysomya bezziana) in in vitro
SRI MUHARSINI,APRIL H.WARDHANA danYULVIAN SANI Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114
ABSTRACT
Indonesia is an endemic area of myiasis flies caused by Chrysomya bezziana. There have been control method for myiasis such as using insecticide, sterile insect technique (SIT), and recombinant vaccine. However, the three control methods have disadvantages such as residue for insecticides, very expensive funding and facility for SIT, and there was no protective immunity after vaccination. Therefore, alternate control method using herbal insecticide which environment friendly is needed. The aim of this experiment is to describe the effects of water extract of Melia azedarach Linn (concentration of 0.25%, 0.5% and 0.75%) on the instar larvae I (L1), II (L2) and III (L3) of Chrysomya bezziana in in vitro. The results showed that the water extract of Melia azedarach L decreased the weight of L1 and the pupae of L2 (P<0.05) compare to the control, however, there was no different statistically among those three concentrations. There was no different statistically for weight pupae of L3 (P>0.05). This is a preliminary study of water extract of Melia azedarach L, therefore further extraction using non polar reagent and in vivo trial are needed.
Key words: Chrysomya bezziana, Melia azedarach, herbal insecticide, in vitro
ABSTRAK
Indonesia merupakan daerah endemik myasis atau belatungan yang disebabkan oleh larva lalat
Chrysomya bezziana. Usaha pengendalian myasis dapat dilakukan dengan insektisida, lalat jantan steril (SIT),
dan dengan vaksin rekombinan. Namun ke tiga cara pengendalian tersebut mempunyai kelemahan yaitu adanya residu dari insektisida, biaya yang mahal dengan cara SIT dan tidak adanya tanggap kebal yang protektif dengan vaksinasi. Untuk itu perlu dicarikan alternatif pengendalian myasis dengan insektisida botanis yang ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh ekstrak air daun mindi (Melia azedarach Linn) (konsentrasi 0,25%, 0,50% dan 0,75%) terhadap larva lalat C. bezziana secara in
vitro pada stadium larva I (L1), II (L2) dan III (L3). Uji terhadap L1 dan L2 untuk mengetahui efek cerna
ekstrak air daun mindi, sedangkan uji terhadap L3 untuk mengetahui efek kontak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air daun mindi mampu menurunkan bobot larva dan bobot pupa pada perlakuan terhadap L1 dan L2 (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol, namun tidak berbeda di antara ketiga konsentrasi ekstrak air daun mindi tersebut. Tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap bobot pupa pada perlakuan terhadap L3 (P>0,05 ). Penelitian ini merupakan studi pendahuluan yang perlu dilanjutkan dengan menggunakan ekstrak lain yang bersifat non polar, kemudian dilanjutkan dengan uji secara in vivo.
Kata kunci: Chrysomya bezziana, Melia azedarach, insektisida botanis, in vitro
PENDAHULUAN
Myasis atau belatungan adalah penyakit parasit obligat yang menyerang semua mahluk berdarah panas termasuk manusia. Penyakit ini disebabkan oleh larva lalat Chrysomya
bezziana atau the Old Word Screwworm fly
merupakan penyebab utama terjadinya penyakit myasis yang tersebar di kawasan Afrika bagian tropis dan subtropis, subkontinen India, Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Papua New Guinea (NORRIS dan MURRAY,
1964; SPRADBERY danVANNIASINGHAM, 1980;
dan KIRK, 1992). Kasus myasis di Indonesia
telah banyak dilaporkan yaitu di daerah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara terutama pada ternak yang dipelihara secara semi intensif atau secara ekstensif (SIGIT dan
PARTOUTOMO, 1981; SUKARSIH et al, 1989;
SEMBIRING,1991;SUNARYA,1998).
Selama ini upaya pengendalian myiasis yang sudah dilakukan antara lain dengan pembuatan lalat jantan steril (SPRADBERY et
al., 1983), penggunaan insektisida asuntol dan
rotenon (MUCHLIS dan PARTOUTOMO, 1973;
SAVITRI danSJAMSULHADI, 1998), obat-obatan
tradisional seperti air tembakau, minyak tanah, dan oli bekas (SUKARSIH et al., 1989; EDIWAN, 1998) bahkan dengan vaksin rekombinan (MUHARSINI danVUOCOLO, 2000; SUKARSIH et
al., 2000a). Namun beberapa data yang
dilaporkan menunjukkan hasil yang belum memuaskan. Oleh karena itu, perlu dilakukan alternatif pengendalian myasis dengan menggunakan insektisida botanis diantaranya dengan daun mindi (Melia azedarach Linn).
Mindi termasuk jenis tanaman Meliaceae, merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Beberapa tanaman Meliaceae memiliki aktifitas penghambat makan (antifeedant), anti moulting maupun penghambat perkembangan (HASHEM et al,
1991; CABRAL et al, 1996; NARDO et al, 1997).
Penelitian efikasi tanaman mindi sebagai insektisida tanaman sudah dilakukan, namun belum pernah diteliti efikasinya untuk pengendalian parasit pada hewan. Dalam makalah ini dibahas pengaruh ekstrak air daun mindi terhadap larva lalat C. bezziana secara in
vitro. Penelitian ini merupakan studi awal
penelitian pengendalian myasis dengan insektisida botanis.
MATERI DAN METODE Pembuatan ekstrak daun mindi
Daun mindi diperoleh dari berbagai daerah di Jawa Barat. Daun tanaman dipisahkan dari tangkainya, dicuci bersih dengan menggunakan air dan disimpan sampai digunakan. Sebanyak 100 g serbuk daun mindi (berat basah) ditambahkan dengan 500 ml aquadest dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama 24
jam (suhu kamar). Ekstrak disaring dengan kain kasa yang halus, kemudian cairan ekstrak hasil saringan diuapkan di atas penangas air pada suhu maksimum 100oC, hingga mengendap seperti gel.
Larva dan lalat dewasa C. bezziana
Larva dan lalat dewasa C. bezziana dipelihara di laboratorium Parasitologi Balitvet. Uji in vitro dilakukan terhadap larva instar I (L1), larva instar II (L2) dan larva instar III (L3). Uji terhadap L1 dan L2 untuk mengetahui efek cerna, sedangkan uji terhadap L3 untuk mengetahui efek kontak.
Uji terhadap L1, L2 dan L3
Konsentrasi ekstrak daun mindi yang digunakan adalah 0,25% (P1), 0,5% (P2) dan 0,75% (P3). Sebagai kontrol negatif dan positif masing-masing digunakan air (P0) dan asuntol 0,1% (P4). Masing-masing perlakuan menggunakan 5 ulangan, setiap ulangan menggunakan 10 larva untuk uji L1 dan 25 larva untuk uji L2 dan L3.
Uji pengaruh ekstrak daun mindi terhadap L1 menggunakan metode yang dikerjakan untuk menguji vaksin terhadap lalat C.
bezziana (SUKARSIH et al., 2000b) dengan modifikasi. Media dibuat dengan cara mendidihkan 50 ml air suling kemudian ditambah 4% agar Nobel (Difco) sambil diaduk, setelah itu didinginkan sampai 50oC dan ditambah dengan 8% ekstrak yeast. Selanjutnya, medium disimpan dalam penangas dengan suhu 40oC. Sebanyak 5 ml serum domba, dipanaskan dalam penangas ini dengan suhu yang sama dengan suhu pada medium kemudian sebanyak 1,65 ml medium yang sedang dipanaskan dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung serum sambil terus diaduk sampai homogen. Ekstrak air daun mindi dicampurkan ke dalam medium. Setiap pot obat diisi 1 ml campuran media dan ekstrak air daun mindi dan ditunggu sampai media membeku. Sebelum larva dimasukkan, maka media digores dengan skalpel. Pada masing-masing pot obat ditumbuhkan 10 larva yang baru menetas dengan cara meletakkan larva diatas potongan spons kecil dan tipis yang dibasahi air. Permukaan spons yang ada
larvanya ditempelkan ke medium sehingga memungkinkan larva untuk kontak langsung dengan media. Pot obat ditutup dengan kain kassa dan disimpan dalam inkubator dengan suhu 37oC dan kelembaban 80% RH selama 30 jam. Setelah inkubasi, larva dihitung dan beratnya ditimbang.
Uji terhadap L2 dilakukan di dalam kontainer plastik yang diisi dengan ekstrak air daun mindi yang dicampurkan ke dalam Larval
Rearing Media (LRM). LRM merupakan
media normal yang digunakan untuk menumbuhkan larva lalat C. bezziana. Masing-masing perlakuan menggunakan 5 kali ulangan. Larva ditumbuhkan hingga menjadi pupa. Jumlah larva yang menjadi pupa dihitung dan bobotnya ditimbang.
Uji terhadap L3 menggunakan metode yang dikerjakan oleh SPRADBERY et al. (1989). Percobaan dilakukan di dalam pot obat plastik yang diisi dengan ekstrak daun mindi. L3 dicelupkan ke dalam ekstrak daun mindi selama 10 detik, kemudian larva dikeringkan dengan kertas saring dan selanjutnya dipindahkan ke vermikulit sampai menjadi pupa. Jumlah pupa dihitung dan bobotnya ditimbang, kemudian diamati sampai menetas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tanaman mindi sebagai insektisida botanis telah banyak dilaporkan, namun belum pernah dicoba pada lalat C.
bezziana. Menurut PRIJONO (1994), pengujian awal untuk insektisida botanis dapat dilakukan pada konsentrasi 0,5%. Konsentrasi ini merupakan batas kelayakan dalam penggunaan ekstrak di lapang. Ekstrak yang tidak efektif pada konsentrasi tersebut, tidak perlu diteliti lebih lanjut. Apabila pada konsetrasi tersebut menunjukkan hasil yang efektif, maka perlu diteliti lebih lanjut pada konsentrasi yang lebih rendah sampai batas yang tidak menunjukkan pengaruh nyata. Asuntol digunakan sebagai kontrol positif, karena insektisida ini sering dipakai untuk dipping pada hewan dan mudah diperoleh dipasaran. Asuntol mengandung zat aktif coumaphos yang tergolong ke dalam organophosphat.
Uji pengaruh ekstrak air daun mindi terhadap L1 dilakukan di dalam pot plastik yang masing-masing diisi dengan 10 larva.
Setelah 30 jam inkubasi, kemudian larva dicuci, lalu dihitung dan ditimbang bobotnya. Terdapat penurunan bobot larva sebesar 66−83% pada perlakuan terhadap ekstrak daun mindi dibandingkan dengan kontrol. Hasil analisa secara statistik dengan menggunakan ANOVA, menunjukkan perbedaan yang nyata dari bobot larva antara kontrol (P0) dengan perlakuan terhadap mindi 0,25% (P1), 0,5% (P2) dan 0,75% (P3)(P<0,05). Namun tidak terdapat perbedaan bobot larva antara perlakuan P1, P2 dan P3 (Tabel 1). Pada perlakuan terhadap asuntol 0,1% (P4) semua larva mati.
Setelah larva ditimbang dan dihitung, kemudian larva yang masih hidup dipindahkan ke media LRM normal untuk mengetahui perkembangan selanjutnya sampai menjadi pupa. Percobaan ini juga untuk mngetahui apakah residu ekstrak air daun mindi masih aktif atau dapat terbuang dalam sistem pencernaan larva. Tidak terdapat perbedaan bobot pupa antara perlakuan P1, P2 dan P3 terhadap kontrol (P0) (P>0,05%), (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa larva yang terpapar ekstrak air daun mindi selama 30 jam, kemudian dikembalikan ke medium normal, tidak berpengaruh terhadap bobot pupa, walaupun bobot pupa mengecil secara nyata. Berdasarkan penelitian terdahulu, rata-rata bobot normal pupa tanpa perlakuan adalah 36 mg (WARDHANA dan MUHARSINI, 2004). Bobot pupa ini tidak akan menetas menjadi lalat dewasa, karena berat minimal pupa tanpa perlakuan yang bisa menetas adalah 23,5 mg (WARDHANA danMUHARSINI, 2004).
Tabel 1. Nilai rata-rata dan simpangan kesalahan
bobot larva (L1) dan pupa pada beberapa perlakuan
Bobot (mg) ± standard error (SE) Perlakuan Larva instar 1 (L1) Pupa P0 8,18 ± 2,20a 23,51 ± 2,27ab P1 1,37 ± 0,38b 19,06 ± 1,94b P2 2,79 ± 0,32b 27,33 ± 1,16a P3 1,96 ± 0,16b 24,67 ± 2,11a P4 Mati Mati
Uji terhadap L2 dilakukan dalam kontainer plastik dengan menggunakan media LRM yang sudah dicampur dengan ekstrak air daun mindi sesuai dengan konsentrasi yang diperlukan. L2 ditumbuhkan hingga menjadi pupa. Selanjutnya pupa dihitung dan bobotnya ditimbang. Terdapat penurunan bobot pupa antara 8−12% pada larva yang diberi perlakuan ekstrak daun mindi dibandingkan dengan kontrol (Tabel 2). Hasil analisa statistik menunjukkan perbedaan yang nyata dari berat antara kontrol (P0) dengan perlakuan mindi 0,25% (P1), 0,5% (P2) dan 0,75% (P3) (P<0,05). Namun tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan P1, P2 dan P3, sedangkan pada kontrol yang menggunakan asuntol 0,1% (P4) semua larva mati dan gagal menjadi pupa.
Tabel 2. Nilai rata-rata dan simpangan kesalahan
(SE) bobot pupa pada beberapa perlakuan Perlakuan Bobot pupa (mgr) ± SE
P0 30,12 ± 0,66a
P1 26,50 ± 0.90b
P2 27,70 ± 0,74b
P3 27,64 ± 0,35b
P4 Mati Notasi a dan b menunjukkan perbedaan yang nyata
Dari uji ekstrak air daun mindi terhadap L1 dan L2 membuktikan bahwa daun mindi mempunyai efek cerna yang menyebabkan penyerapan makanan kurang optimal, sehingga terjadi penurunan bobot larva pada uji terhadap L1 dan penurunan bobot pupa terhadap L2 yang pada media makanannya ditambahkan ekstrak air daun mindi. Senyawa aktif yang terdapat dalam tumbuhan famili Meliacea yang berperan dalam menghambat perkembangan larva adalah senyawa limonoid atau terpenoid misalnya azadirachtin (PRIJONO, 1994).
Uji in vitro ekstrak air daun mindi terhadap L3 dilakukan dalam pot obat. Uji ini untuk mengetahui efek kontak daun mindi terhadap permukaan kulit larva, termasuk untuk mengetahui apakah ada pengaruh terhadap daya tetas pupa. Setelah L3 direndam dalam ekstrak air daun mindi selama 10 detik, maka L3 dipindahkan ke vermikulit dan ditumbuhkan hingga menjadi pupa. Jumlah pupa dihitung dan bobotnya ditimbang
sebelum ditetaskan menjadi lalat dewasa. Terdapat penurunan bobot pupa antara 1−8% pada perlakuan dengan esktrak air daun mindi dibandingkan dengan kontrol yang menggunakan air, namun secara statistik penurunan bobot pupa ini tidak berbeda nyata. Pada perlakuan L3 yang dicelup dengan asuntol 0,1%, bobot pupanya mengalami penurunan sebesar 17% (Tabel 3). Analisa statistik dengan ANOVA menunjukkan bahwa penurunan bobot pupa yang L3 nya dicelup dengan asuntol 0,1% berbeda nyata dibandingkan dengan bobot pupa yang L3 nya dicelup dengan air sebagai kontrol (P<0,05%). Tabel 3. Nilai rata-rata dan simpangan kesalahan
(SE) bobot pupa pada beberapa perlakuan Perlakuan Bobot pupa (mgr) ± SE
P0 35,85 ± 0,47a
P1 32,88 ± 0,21b
P2 34,35 ± 0,51ab
P3 35,41 ± 0,91a
P4 29,69 ± 0,33c
Notasia,b,ab dan c menunjukkan perbedaan yang nyata
Pupa yang telah ditimbang, kemudian ditetaskan hingga menjadi dewasa. Pupa yang L3nya direndam dalam mindi ternyata pupanya masih mampu menetas. Bobot pupa pasca perendaman dalam ekstrak air daun mindi pada penelitian ini antara 32−36 mgr. Setelah L3 nya direndam dalam ekstrak air daun mindi masih memungkinkan untuk menetas. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak air daun mindi tidak mempunyai efek kontak dan tidak mempengaruhi daya tetas lalat apabila dibandingkan dengan asuntol 0,1%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Uji in vitro pengaruh ekstrak air daun mindi terhadap L1, L2 dan L3 C. bezziana membuktikan bahwa daun mindi mempunyai efek cerna terhadap lalat myasis, namun tidak terbukti mempunyai efek kontak dan tidak mempengaruhi daya tetas pupa, walaupun pupa menjadi kecil. Dari tiga konsentrasi ekstrak air daun mindi yang dipilih (0,25%; 0,5% dan 0,75%), maka konsentrasi yang efektif adalah
0,25%. Namun perlu diteliti lebih lanjut konsentrasi yang lebih rendah sampai tidak berpengaruh lagi untuk mengetahui konsentrasi yang paling efektif secara in vitro. Penelitian perlu dilanjutkan dengan menggunakan bahan ekstrak yang bersifat non polar. Hasilnya dapat dibandingkan dengan ekstrak air yang sudah dikerjakan sebagai studi awal. Uji selanjutnya dapat dilakukan secara in vivo, apabila sudah terbukti bahan ekstrak yang terbaik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini mendapatkan dana dari APBN tahun 2003. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Eko Prasetyo, Reny Setyowati, Endang Widyastuti dan Teguh A. yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
CABRAL,M.M.O.,E.S.GARCIA,H.REMBOLD,S.G. DE SIMONE and A. KELECOM. 1996.
Anti-moulting activity in Brazilian Melia
azredarach. Mem. Inst. Oswaldo Cruz, 91(1):
117−118.
HASHEM,H.O.,M.H.SWITFAN and A.A. FETYLNI. 1991. Disrupting biological effects on methanolic leaves and fruit extracts of chinaberry tree Melia azedarach L. on the development of the cotton leafworm
Spodoptera littoralis (Boisduval). J. Egypt. Ger. Soc. Zool. 4: 47−64.
MUCHLIS, A. and S. PARTOUTOMO. 1973. A short
report on the use of Asuntol Ointment in the treatment of cascado and hoof myiasis. Vet.
Med. Review. 2: 134−135.
MUHARSINI,S.andT.VUOCOLO. 2000. Expression
in yeast (Pichia pastoris) of recombinant Cb-Peritrophin-42 and Cb-Peritrophin-48 isolated from Chrysomya bezziana (the Old World Screwworm fly). JITV. Spec. Ed. 5(3): 177−184.
NARDO,E.A.B.,A.S.COSTA and LOURENCAO,A.L.
1997. Melia azedarach extract as an antifeedant to Bemesia tabaci (Homoptera: Aleyroidea). Florida entomologist 80(1): 92−94.
NORRIS,K.R.andM.D.MURRAY. 1964. Notes on the
Screwworm fly Chrysomya bezziana (Diptera: Calliphoridae) as a pest of cattle in New Guinea, Division of Entomology Technical
Paper No. 6. Commonwealth Scientific and
Industrial Research Organisation, Australia. PRIJONO, D.1994. Teknik pemanfaatan insektisida
botanis (Pedoman praktikum). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 39 hlm. SAVITRI, D. dan D. SJAMSULHADI. 1998. Kasus
Myasis di Kabupaten Garut. Laporan Dinas Peternakan Tingkat II Kabupaten Garut, Jawa Barat.
SEMBIRING,D.K. 1991. Kasus myiasis (screwworm) yang berhasil diamati di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Laporan Dinas Peternakan Tingkat II Wajo. Sulawesi Selatan.
SIGIT,S.H.and S, PARTOUTOMO. 1981. Myasis in
Indonesia. Bull. Off. Int.Epiz. 93 ; 173-178. SPRADBERRY, J.P.andJ.KIRK. 1992. Incidence of
Old World Screwworm fly in the United Arab Emirates. Vet. Record .127: 33.
SPRADBERY, J.P. and J.A. VANNIASINGHAM. 1980.
Incidence of screwworm fly Chrysomya
bezziana, at the zoo Negara, Malaysia. Malays. Vet. J. 7(1): 28−32.
SUKARSIH,S.PARTOUTOMO,E.SATRIA,G.WIJFFELS,
G.RIDING,C.EISEMANN andP. WILLADSEN. 2000b. Vaccination against the Old World Screwworm fly (Chrysomya bezziana).
Parasite Immunol. 22: 545−552.
SUKARSIH, S. PARTOUTOMO, G. WEIJFFEL and P. WILLADSEN.2000a. Vaccination trials in sheep
againts Chrysomya bezziana larvae using the recombinant peritrophin Antigens Cb 15, Cb 42, and C 48. JITV. Spec. Ed. 5(3): 192–196. SUNARYA, M.I.G.M. 1998. Penyakit Myasis di
Propinsi NTB. Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Bantuan EIVSP Pemerintah Australia. Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I NTB. Mataram.
WARDHANA,A.H.dan S. MUHARSINI. 2004. Studi pupa lalat penyebab myasis di Indonesia,
Chrysomya bezziana. Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Ciawi, 4−5 Agustus 2004.