• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGKA KEJADIAN DROP OUT PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUTOREJO KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANGKA KEJADIAN DROP OUT PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUTOREJO KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANGKA KEJADIAN DROP OUT PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS KUTOREJO

KABUPATEN MOJOKERTO

TAHUN 2013

ANISAH YULITAMA

NIM.11002094

Subject :

Drop Out, KB , akseptor KB Drop Out

Description:

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa tingkat berhentinya atau drop out peserta KB dalam menggunakan alat kontrasepsi masih cukup tinggi. Secara umum sekitar 27 % pemakai kontrasepsi berhenti memakai alat kontrasepsinya setelah satu tahun pakai. Terdapat beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya drop out KB, Pertama, pola pembinaan pasca pelayanan. Secara teoritis, setiap alat/obat kontrasepsi hampir 100% bisa dikatakan efektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian Drop Out pada akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kutorejo Kabupaten Mojokerto.

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus (case study). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh akseptor KB yang KB (suntik, IUD, Pil, Implant) yang dropout di Wilayah Kerja Puskesmas Kutorejo Kabupaten Mojokerto yang tercatat pada tahun 2013 berjumlah 205 akseptor. Sampel berjumlah 205 data yang diambil melalui teknik total sampling. Sumber data menggunakan data sekunder drop out KB tahun 2013 dan dikumpulkan melalui lembar check list. Analisa data menggunakan teknik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar yang melakukan dropout kontrasepsi adalah dari KB suntik yaitu sebanyak 133 orang (64,9%), tertinggi kedua adalah KB pil yaitu sebanyak 52 orang (25,4%) tertinggi ketiga adalah implant yaitu sebanyak 13 responden (6,3%), dan tertinggi ke empat adalah IUD yaitu sebanyak 7 orang (3,4%).

Berdasarkan data penelitian didapatkan beberapa alasan dropout KB, tingkat teratas adalah keinginan untuk hamil yaitu sebanyak 91 orang (44,4%), menopause sebanyak 55 orang (26,8%), meninggal dunia sebanyak 22 orang (10,7%), pindah kontrasepsi sebanyak 18 orang (8,58%), cerai sebanyak 14 orang (6,8%), komplikasi medis 5 orang (2,4%).

Petugas kesehatan harus melaksanakan fungsi edukasi secara maksimal tentang program KB pada masyarakat baik itu kekurangan maupun kelebihan masing-masing alat kontrasepsi. Selain itu tenaga kesehatan harus meningkatkan pelayanan KB supaya menarik minat ibu untuk melakukan KB.

ABSTRACT

Population and Family Planning National Agency (BKKBN) stated that the cessation or dropout rate of family planning (KB) participants in the use of contraceptives is still quite high.

(2)

2 Some reasons to drop out such as fear of side effects from the use of family planning programs, desire for pregnancy. The purpose of this study was to determine the incidence of drop out on family planning acceptors in the Work Area of Puskesmas Kutorejo, Mojokerto.

This research used descriptive method with case study approach. Population in this study was all the family planning (KB) acceptors (injections, IUDs, pills, implants) who dropped out in the Work Area of Puskesmas Kutorejo Mojokerto recorded in 2013 amounted to 4987 acceptors. Number of sample was 4987 datas taken through total sampling technique. Source of data used secondary data of drop out KB in 2013 and collected through the check list sheet. Data analyzed using descriptive techniques and presented in the form of a frequency distribution table.

The results showed that the incidence of drop out on family planning acceptors in the Work Area of Puskesmas Kutorejo Mojokerto in 2013 obtained the largest percentage drop out occurred in KB Pills (11.06%), implants (10.92%), injection (3.28%) and IUDs (2.05%).

Based on research data obtained some reasons of drop out KB, the top level was the desire for pregnancy, menopause, died, changed contraception method, divorce and medical complications.

Health workers should carry out educational functions optimally about family planning programs in the community both the deficiency and excess of each contraceptive device. Besides health workers must improve family planning services in order to attract the mother to do the planning.

Keywords: Drop Out, Family Planning (KB)

Contributor

: 1.Ferilia Adiesti , S.ST

2.Laily Dhamayanti,S.ST.,S.K.M

Date

: 7 Juni 2014

Type Material

: Laporan Penelitian

Edentifier : -

Right

: Open Document

Summary

LATAR BELAKANG

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa tingkat berhentinya atau drop out peserta KB dalam menggunakan alat kontrasepsi masih cukup tinggi. 'Tingkat putus pakai peserta KB di indonesia masih cukup tinggi. Secara umum sekitar 27 % pemakai kontrasepsi berhenti memakai alat kontrasepsinya setelah satu tahun pakai (Ciputra, 2014). Tingkat Pemakai Alat Kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di Indonesia dari tahun 2007 ke tahun 2012 cenderung menurun. Sebagai suatu kebutuhan, kontrasepsi terkait dengan kebutuhan fisik dan sosial. Fakta yang patut mendapat perhatian kita semua adalah pola kecenderungan pemakaian kontrasepsi di Indonesia. Pemakaian metode kontrasepsi suntik memperlihatkan kecenderungan peningkatan pada beberapa kurun waktu terakhir ini. Sebaliknya pemakaian metode kontrasepsi pil dan IUD cenderung menurun dari waktu kewaktu (Her/Ijs, 2013).

(3)

3 Kepala BKKBN, dr.Sugiri Syarief, MPA mengatakan saat ini pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik sebesar 31,6 %, pil sebesar 13,2 %, IUD sebesar 4,8 %, implant 2,8 %, kondom sebesar 1,3 %, kontap wanita (Medis Operasi Wanita - MOW) sebesar 3,1 % dan kontap pria (Medis Operasi Pria - MOP) sebesar 0,2 %, pantang berkala 1,5 %, senggama terputus 2,2 % dan metode lainnya 0,4 % (Her/Ijs, 2013).

Tingkat putus peserta KB di indonesia masih cukup tinggi. Tingkat putus pakai tertinggi adalah pil 41%, kondom 31%, dan suntik 25% (Sudibyo, 2013). Pada tingkat Provinsi Jawa Timur angka drop out KB mulai dari tahun 2008 sebesar 3,37%, tahun 2009 sebesar 4,64%, tahun 2010 sebesar 2,74% dan tahun 2011 sebesar 6,33%. Sedangkan di Mojokerto Peserta KB Drop Out sebanyak 2.621 peserta.

Berdasarkan studi pendahuluan data yang di peroleh dari studi dokumentasi di Wilayah Kerja Puskesmas Kutorejo Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 tingkat drop out tertinggi adalah Suntik %.

Terdapat beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya drop out KB, Pertama, pola pembinaan pasca pelayanan. Secara teoritis, setiap alat/obat kontrasepsi hampir 100% bisa dikatakan efektif. Namun perilaku pemakai dan terkadang pemberi pelayanan menyebabkan alat/obat kontrasepsi tersebut menjadi kurang efektif. Kedua, sebanyak 40% pemakai menyatakan tidak berniat lagi memakai kontrasepsi karena alasan fertilitas, yaitu berhubungan dengan menopause, abstinen, merasa tidak subur, dan pasangan menginginkan punya anak lagi. Ketiga, masih cukup banyak pasangan usia subur yang tidak ber-KB karena berhubungan dengan alat kontrasepsi. Sekitar 23% mereka menyatakan karena alasan kesehatan, efek samping, kurang akses dan biaya mahal. Kampanye yang intensif khususnya interpersonal nampaknya sangat diperlukan dilaksanakaan secara komprehensif (Sudibyo, 2013).

Untuk mencegah terjadinya drop out KB yang berlebihan maka harus meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan maupun pemakaian alat kontrasepsi yang mandiri. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan pengayoman kepada masyarakat melalui pengembangan dan pemantapan jaringan pelayanan serta rujukan, tersedianya pelayanan kontrasepsi seperti puskesmas bidan praktek atau klinik kesehatan. Membina jaringan pelayanan alat kontrasepsi sampai ke pos KB kelompok KB dan Mengembangkan memantapkan pola pemakain kontrasepsi rasional yaitu yang di arahkan kepada cara cara kontrasepsi yang sesuai usia PUS dan keingin an PUS (BKKBN, 2012).

Banyak hal yang harus dibenahi jika melihat potret pemakai kontrasepsi di Indonesia.

METODE PENELITIAN

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu survei yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010 : 36-37). Pada penelitian peneliti mendeskripsikan tentang angka kejadian Drop Out pada akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Kutorejo Kabupaten Mojokerto.

(4)

4

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah respondenberusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 2459 orang (49,3%),berdasarkan pendidikan ibu sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMA) yaitu sebanyak 2698 orang (54,1%), berdasarkan pekerjaan ibu sebagian besar responden adalah ibu tidak bekerja atau ibu rumah tangga yaitu sebanyak 2842orang (57%), berdasarkan paritas sebagian besar responden adalah ibu multipara (2-4 anak) yaitu sebanyak 3067orang (61,5%), berdasarkan drop out kontrasepsi didapatkan data bahwa dari 4056 akseptor suntik didapatkan 133 akseptor (3,28%) melakukan drop out , berdasarkan alasan drop out hampir setengah data menyebutkan alasan drop out adalah pindah kontrasepsi yaitu sebanyak18 orang (8,8%).

Hasil penelitian menununjukkan bahwa dari 4056 akseptor suntik didapatkan 133 akseptor (3,28%) melakukan drop out. Berdasarkan data penelitian didapatkan beberapa alasan drop out KB, tingkat teratas adalah keinginan untuk hamil yaitu sebanyak 91 orang (44,4%), menopause sebanyak 55 orang (26,8%), meninggal dunia sebanyak 22 orang (10,7%), pindah kontrasepsi sebanyak 18 orang (8,58%), cerai sebanyak 14 orang (6,8%), komplikasi medis 5 orang (2,4%).

Menurut BKKBN terdapat beberapa alasan drop out dan alasan-alasan tersebut antara lain takut efek samping dari program KB yang digunakan, menginginkan kehamilan, biaya yang mahal, rasa tidak nyaman dari alat kontrasepsi yang digunakan, perceraian, Frekuensi hubungan seksual yang jarang dan kegagalan alat kontrasepsi yang digunakan (KKKBN, 2012). Drop out kontrasepsi adalah akseptor yang keluar dari sistem penggunaan kontrasepsi (Eli, 2012). Akseptor drop out adalah: Akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).

Tabulasi silang antara usia dengan kejadian drop out didapatkan bahwa kejadian drop out KB yaitu usia 20-35 tahun sebesar 101 orang (2,0% ), yang tidak drop out sebanyak 2358 orang ( 47,3% ), dengan total 2459 orang (49,3%).

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam pemakaian alat kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berumur muda. Menurut BKKBN kesehatan pasangan usia subur sangat mempengaruhi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga waktu melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak yang dimiliki dan jarak anak tiap kelahiran . (Menurut Rainy, 2012 ) usia menentukan pemakaian alat kontrasepsi ibu karena pada dasarnya usia membatasi seseorang untuk hamil kembali. Menurut (Manuaba 2007) usia yang beresiko menjalani kehamilan adalah kurang dari 20 tahun, di atas usia yang beresiko menjalani kehamilan adalah kurang dari 20 tahun, di atas5 tahun dan perkawinan di atas 35 tahun. Oleh karena itu responden yang paling banyak melakukan drop out adalah rresponden yang berusia kurang dari 20 tahun dan di atas 3% tahuin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berusia antara 20-35 tahun melakukan drop out KB adalah usia 2-35 tahun.

Tabulasi silang menurut pendidikan didapatkan bahwa kejadian drop out KB yaitu berpendidikan menengah sebanyak 111 orang (2,2%) yang tidak drop out sebanyak 2587 orang ( 51,9% ) dengan total 2698 orang ( 54,1% ).

(5)

5 Menurut BKKBN pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menenytukanpengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB, Hal ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih muda menerima ide dan tata cara kehidupan baru (Rainy,2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan responden yang melakukan drop out KB adalah pendidikan menengah,, hal tersebut dikarenakan daribackground pendidikan mereka, mereka tidak mengetahui banyak tebtang KB sehingga ketika mengalami komplikasi medis mereka langsung menghentikan program KB tersebut.

Tabulasi silang menurut pekerjaan yaitu didapatkan bahwa kejadian drop out yang terbanyak yaitu pada ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 116 (2,3%), sedangkan yang tidak drop out sebanyak 2726 orang (54,7%), dengan total 2842 orang (57,0%).

Wanita yang bekerja akan lebih menyadari kegunaa dan manfaat KB yang lebih mengetahui berbagai metode kontrasepsi dari wanita yang tidak bekerja (Rainy, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak bekerja banyak yang melakukan drop out KB, hal tersebut dikarenakan mereka kurang menyadari kegunaan dan manfaat KB.

Tabulasi silang menurut paritas dengan kejadian drop out didapatkan bahwa akseptor drop out yaitu akseptor multipara126 orang (2,5%), yang tidak drop out 2941 orang (59.0%) dengan total 3067 orang (61,5%).

Menurut BKKBN umur dan jumlah anak yang pernah dilahirkan seseorang wanita akan mempengaruhi tingkat pemakaian kontrasepsi (Rainy, 2012). Wanita dengan umur tinggi yang pada umumnya ,mempunyai anak lebih banyak akan cenderung memakai kontrasepsi, terutama untuk membatasi kelahiran, sebaliknya anak atau yang baru mempunyai anak dalam jumlah sedikit cenderung untuk menjarangkandan atau menunda kehamilan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak yang melakukan drop out adalah paritasmultipara.

Tabulasi penelitian antara kontrasepsi dengan kejadian drop outadalah KB suntik yaitu 133 orang (2,7%) orang dan yang tidak drop out sebanyak 2923 orang ( 78,7%) dengan total 4056 orang (81,3%).

Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah bokong) (Depkes RI, 2006 ).Kontrasepsi suntikan adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kegagalan pada pemakai KB suntik hanya sekitar 0.3 kehamilan dan 100 pemakai pada tahun pertama pernakalan (1 dan 333 pemakai masih bisa hamil). Metode suntik dilakukan dalam jangka waktu 1 hingga 3 bulan. Suntikan ini akan melindungi dari kehamilan hingga tiba waktunya disuntik lagi. Metode ini sepenuhnya dapat dikendalikan oleh perempuan (Mar’atul, 2010 : 90).

Hasil penelitian menijukkan bahwa dari 4056 orang ( 81,3%) Akspetor suntik didapatkan yang drop out sebanyak 1333 orang (2,7%) dan yang tidak drop out sebanyak 3923 orang (78,7%)

(6)

6 Tabulasi silang antara alasan drop out dengan kejadian drop out yaitu sebagian besar yang melakukan drop out KB dengan alasan ingin hamil 91 orang (1,8%) dengan jumlah total keseluruhan 205 orang.

Menurut BKKBN terdapat beberapa alasan drop out dan alasan-alasan tersebut antara lain: Takut efek samping dari program yang digunakan , menginginkan kehamilan, biaya mahal, rasa tidak nyaman dari alat kontrasepsi yang digunakan, perceraian, frekuensi hubungan seksual yang jarang, kegagalan alat kontrasepsi yang digunakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan terbesar yang melakukan drop out adalah dengan alasan ingin hamil, hal tersebut menunjukka karena banyak orang yang melakukan drop out karena ingin hamil.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Angka kejadian Drop out pada akseptor KB di Wilayah Kerja PuskesmasKutorejo Kabupaten Mojokerto tanggal 26-28 Mei 2014menurut data 2013 didapatkan kesimpulan bahwa angka kejadian drop out terjadi pada KB Pil (133), Implan (52), suntik (13) dan IUD (7).

REKOMENDASI 1. Bagi Masyarakat

Masyarakat khususnya ibu calon akseptor harus merencanakan pemakaian KB baik itu waktunya maupun metodenya dengan selalu mencari informasi dari tenaga kesehatan tentang KB yang cocok bagi ibu

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Petugas kesehatan harus melaksanakan fungsi edukasi secara maksimal tentang program KB pada masyarakat baik itu kekurangan maupun kelebihan masing-masing alat kontrasepsi. Selain itu tenaga kesehatan harus meningkatkan pelayanan KB supaya menarik minat ibu untuk melakukan KB

3. Peneliti selanjutnya

Dalam penelitian ini masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih lanjut meneliti tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan drop out kontrasepsi mengingat penelitian ini tidak meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi drop out.

4. Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan harus melaksanakan fungsi komunitas secara maksimal pada masyarakat dengan memberikan edukasi tentang KB secara berkala.

(7)

7

Alamat Korespondensi :

Alamat Rumah : Dusun Krajan Desa Kedawung RT 06 RW 01 Kec.Padang Kab.Lumajang Email : anisah_yulitama92@gmail.com

Referensi

Dokumen terkait

Apabila sektor memiliki indek keterkaitan kebelakang lebih dari satu dan indek keterkaitan ke depan kurang dari satu, maka sektor ini akan masuk pada kuadran sektor dengan

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Ahkir Skripsi yang berjudul Hak dan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan kemampuan menemukan unsur-unsur intrinsik cerpen “kisah di kantor pos” karya Muhammad Ali oleh

Pengenalan Media Pembelajaran Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia Berbasis Metode Montessori Media pembelajaran sistem pencernaan hewan ruminansia terdiri dari empat komponen yaitu

Biasanya untuk menyelesaikan permasalahan subyek dan istrinya tidak membutuhkan waktu yang sangat lama, menurutnya ketika sedang mengalami masalah dengan istri paling lama dua hari

Melalui peningkatan efisiensi usaha peternakan maka diharapkan akan dapat terwujud peningkatan produksi susu nasional dan menurunnya ketergantungan terhadap susu impor. Selain

Penggunaan media baru untuk komunikasi politik yang lebih tren saat ini adalah e-government, kampanye lewat internet, komunikasi politik online warga, serta relasi

Kemudian secara parsial dari hasil analisis data pada periode 2013 sampai 2017 menyatakan bahwa variabel pembiayaan qardh berpengaruh signifikan dan positif terhadap Bank