• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUKNIS RKA 09 BARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JUKNIS RKA 09 BARU"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran I Surat Edaran Bupati Kutai Timur Nomor :

Tanggal :

I. Struktur APBD

Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari : 1. Pedapatan Daerah;

2. Belanja Daerah; 3. Pembiayaan Daerah;

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan Deerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah mulai kekayaan bersih. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pandapatan daerah dirinci menurut urusan pemerintahan, organisasi, kelompok, jenis, obyek, dan rincian obyek pendapatan.

Struktur Pendapatan

Pendapatan Asli Daerah : Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, Lain-lain PAD yang sah

Dana Perimbangan : Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah : Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Dana Penyesuaian dan dana OTSUS, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya

2. Belanja Daerah

Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak diperoleh pembayarannya kembali ke daerah.

Belanja daerah menurut urusan pemerintah disusun berdasarkan penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.

Klasifikasi belanja menurut urusan wajib mencakup : a. Pendidikan b. Kesehatan c. Pekerjaan umum d. Perumahan rakyat e. Penataan ruang f.Perencanaan pembangunan g. Perhubungan h. Lingkungan hidup i. Pertanahan

(2)

j.Kependudukan dan catatan sipil k. Pemberdayaan perempuan

l. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera m. Sosial

n. Tenaga kerja

o. Koperasi dan usaha kecil dan menengah p. Penanaman modal

q. Kebudayaan r.Pemuda dan olah raga

s. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri t.Pemerintahan umum

u. Kepegawaian

v. Pemberdayaan masyarakat dan desa w. Statistik

x. Arsip dan

y. Komunikasi dan informatika

Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Pilihan a. Pertanian

b. Kehutanan

c. Energi dan sumber daya mineral d. Pariwisata

e. Kelautan dan perikanan f.Perdagangan

g. Perindustrian dan h. Transmigrasi

Klasifikasi Belanja Menurut Fungsi : a. Pelayanan umum

b. Ketertiban dan ketentraman c. Ekonomi

d. Lingkungan hidup

e. Perumahan dan fasilitas umum f.Kesehatan

g. Pariwisata dan budaya h. Pendidikan

i. Perlindungan sosial

Belanja daerah disusun dengan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan oleh karena itu dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2010 agar diupayakan untuk menetapkan target capaian, baik dalam kontek daerah, satuan kerja dan kegiatan sejalan dengan urusan yang menjadi kewenangannya.

Alokasi Belanja Langsung secara prosentase diupayakan mendapat porsi alokasi yang lebih besar dari Belanja Tidak Langsung, pada Belanja Langsung alokasi Belanja Modal mendapat porsi alokasi yang lebih besar dari Belanja Pegawai dan Belanja Barang Barang/Jasa.

(3)

Dalam rangka memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja menurut kelompok belanja terdiri dari :

a. Belanja Tidak Langsung

Merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

b. Belanja Langsung

Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Ketentuan pengalokasian anggaran pada Belanja Daerah diatus secara detail sebagai berikut :

A. Kelompok Belanja Tidak Langsung

1) Pengalokasian Belanja Tidak Langsung dituangkan dalam dokumen RKA yang terdiri dari RKA SKPD dan RKA PPKD.

a)

RKA SKPD adalah dokumen perencanaan anggaran yang digunakan oleh setiap SKPD untuk mengalokasikan belanja.

b)

RKA PPKD adalah dokumen perencanaan anggaran yang digunakan untuk mengalokasikan belanja hanya pada PPKD atau Bagian Keuangan selaku PPKD.

2)

Belanja Tidak Langsung yang dituangkan dalam RKA SKPD memuat alokasi belanja untuk :

a)

Belanja Pegawai adalah belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

b) Acress belanja pegawai ditambahkan pada rincian obyek gaji pokok PNS dalam obyek belanja gaji dan tunjangan.

c) Uang representasi, tunjangan keluarga, tunjangan beras, uang paket, tunjangan jabatan, tunjangan panitia musyawarah, tunjangan komisi, tunjangan panitia anggaran, tunjangan badan kehormatan, tunjangan alat kelangkapan lainnya, tunjangan khusus PPh pasal 21, tunjangan perumahan, uang duka tewas wafat serta pengurusan jenazah, uang jasa pengabdian dan tunjangan komunikasi insentif bagi pimpinan dan anggota DPRD dianggarkan dalam pos DPRD.

d) Gaji dan tunjangan serta dan biaya penunjang opersional Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah dianggarkan pada belanja Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah.

e) Biaya pungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan biaya pemungutan Pajak Daerah dianggarkan pada belanja Dinas Pendapatan Daerah.

3)

Belanja Tidak Langsung yang dituangkan dalam RKA PPKD memuat alokasi belanja untuk :

a)

Belanja Bunga

b)

Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial Termasuk Bantuan untuk Partai Politik

c)

Belanja Bagi Hasil

(4)

e) Belanja Tidak Terduga.

B. Kelompok Belanja Langsung

1)

Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan dan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Input belanja yang digunakan untuk menganggarkan belanja dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan terdiri dari jenis belanja pegawai dalam bentuk honorarium/upah kerja, belanja barang dan jasa serta belanja modal.

2)

Penyediaan anggaran yang harus dibayar dalam mengikuti kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis dialokasikan rincian belanja Biaya Kepesertaan pada rincian obyek belanja:

a)

Blanja Kursus-Kursus Singkat/ Pelatihan b) Belanja Sosialisasi

c)

Belanja Bimbingan Teknis

3)

Sedangkan untuk kegiatan menghadiri undangan, kosultasi dan koordinasi dengan instansi terkait dapat dianggarkan pada SKPD dalam bentuk konsultasi dan koordinasi yang dikumpulkan pada Kegiatan Administrasi Perkantoran.

4)

Dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyusunan anggaran dalam pencapaian prestasi kerja, maka setiap program/kegiatan yang didanai dari APBD wajib dicantumkan lokasi program/kegiatan tersebut dilaksanakan. Dalam kaitan itu, ditambahkan baris yang memberikan lokasi pelaksanaan program/kegiatan dimaksud pada formulir SKPD 2.2.1 sebagaimana tercantum contoh formulir RKA-SKPD 2.2.1. Lokasi program/ kegiatan harus dicantumkan secara spesifik, dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Kegiatan yang bersifat administratif lokasi dicantumkan SKPD bersangkutan.

b)

Kegiatan yang bersifat koordinasi dan konsultasi lokasi dicantumkan lokasi tujuan, apabila tujuan tersebar dituliskan semua.

c) Kegiatan yang bersifat menjalankan tupoksi lokasi dicantumkan tempat pelaksanaan kegiatan (Desa/ Kecamatan).

d) Kegiatan yang bersifat pembangunan lokasi dicantumkan tempat pelaksanaan kegiatan (Jalan/ Desa/ Kecamatan)

5)

Belanja modal dianggarkan dalam jenis belanja modal pada program dan kegiatan sebesar harga beli/bangun asset tetap. Untuk belanja honorarium panitia pengadaan untuk memperoleh setiap asset tetap tersebut dianggarkan dalam jenis belanja pegawai dan /atau jenis belanja barang dan jasa untuk program dan kegiatan berkenaan.

6) Seluruh item belanja yang tersedia pada sistem penganggaran merupakan hasil pengolahan atau pemilihan harga terhadap item tertentu oleh TAPD dari SHSD yang di miliki oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur sebagai patokan untuk pengalokasian anggaran.

(5)

3. Pembiayaan Daerah

Adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.

Penerimaan pembiayaan mencakup :

a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SILPA)

b. pencairan dana cadangan

c. hasil penjualan kekayaan daerah dipisahkan d. penerimaan pinjaman daerah

e. penerimaan kembali pemberian pinjaman f. penerimaan piutang daerah

Pengeluaran pembiayaan mencakup :

a. pembentukan dana cadangan

b. penyertaan modal pemerintah daerah c. pembayaran pokok utang

d. pemberian pinjaman daerah

Pembiayaan netto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan netto harus dapat menutup defisit anggaran.

(6)

II.

Kode Rekening Penganggaran

Kode Rekening Penganggaran merupakan kode akun yang menampung keseluruhan program, kegiatan serta penerimaan dan pengeluaran.

1. Kode Program dan Kegiatan

Program dan Kegiatan pengaturan kode rekening mengikuti ketentuan sebagai berikut:

Kolom 1 Kode Urusan Wajib/Pilihan

Kolom 2 Kode Urusan

Kolom 3 Kode Organisasi

Kolom 4 Kode Program

Kolom 5 Kode

Kegiatan

Daftar program dan kegiatan dibagi menjadi 2 pengelompokan kode sebagai berikut :

a. Program yang diberi kode 1 – 14 untuk menampung program-program yang bersifat umum dan terdapat di setiap SKPD.

b. Program yang diberi kode 15 – dst untuk menampung program-program yang bersifat spesifik untuk setiap urusan.

Cara penulisan Kode Urusan, Kode SKPD, Kode Program dan Kode Kegiatan Contoh 1 SKPD Menjalankan Program yang diberi Kode 1 - 14 :

Dinas Pekerjaan Umum merencanakan program Pelayanan Administrasi Perkantoran dan kegiatan Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik sebagai kegiatan pertama di program tersebut. Maka, penomoran kode rekening dilakukan sebagai berikut :

PROGRAM :

X XX XX 01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran KEGIATAN :

X XX XX 01 01 Kegiatan Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

Cara Penulisan :

Kolom 1 dan kolom 2 disi dengan urusan utama SKPD berkenaan misal Dinas Pekerjaan Umum (1.03.01) maka penulisannya pada program dan kegiatan adalah sebagi berikut :

PROGRAM :

1 03 1.03.0100 01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran KEGIATAN :

(7)

daya air dan listrik

Contoh 2 SKPD Menjalankan Program yang diberi Kode 15 – dst pada Urusan SKPD berkenaan :

Dinas Pekerjaan umum merencanakan program Wajib Pembangunan Jalan dan Jembatan sebagai program pertama di Urusan Pekerjaan Umum. Dalam program tersebut, direncanakan kegiatan Kegiatan Pembangunan Jembatan sebagai kegiatan pertama. Maka, penomoran kode rekening dilakukan sebagai berikut :

PROGRAM :

1 03 XX 15 Program Wajib Pembangunan Jalan dan Jembatan

KEGIATAN :

1 03 XX 15 01 Kegiatan Pembangunan Jembatan

Cara Penulisan :

Apabila program dan kegiatan yang dijalankan merupakan urusan utama dari SKPD berkenaan maka penulusan pada kolom 3 (kode SKPD) ditulis dari kode urusan ditambah nomor urut SKPD berkenaan. Sebagai contoh Dinas Pekerjaan Umum dengan kode dinas (01.03.0100), 01.03 merupakan urusan utama Dinas Pekerjaan Umum sedangkan 0100 merupakan nomor urut, maka penulisan kode program dan kegiatan pada urusan utama Dinas Pekerjaan Umum sebagai berikut :

PROGRAM :

1 03 1.03.0100 15 Program Wajib Pembangunan Jalan dan Jembatan atau

1.03.1030100.15 Program Wajib Pembangunan Jalan dan Jembatan KEGIATAN :

1 03 1.03.0100 15 01 Kegiatan Pembangunan Jembatan atau

1.03.1030100.15.01 Kegiatan Pembangunan Jembatan

Contoh 2 SKPD Menjalankan Program yang diberi Kode 15 – dst pada Urusan Lainnya :

Dinas Pekerjaan umum merencanakan program Wajib Program Pengembangan Perumahan sebagai program pertama di Urusan Perumahan. Dalam program tersebut, direncanakan kegiatan Penetapan Kebijakan, Strategi dan Program Perumahan sebagai kegiatan pertama. Maka, penomoran kode rekening dilakukan sebagai berikut :

PROGRAM :

1 04 XX 15 Program Wajib Pengembangan Perumahan KEGIATAN :

(8)

1 04 XX 15 01 Kegiatan Penetapan Kebijakan, Strategi dan Program Perumahan Cara Penulisan :

Apabila program dan kegiatan yang dijalankan merupakan bukan urusan utama dari SKPD berkenaan maka penulusan pada kolom 3 (kode SKPD) ditulis dari kode urusan ditambah nomor urut SKPD berkenaan. Sebagai contoh Dinas Pekerjaan Umum dengan kode dinas (01.03.0100), 01.03 merupakan urusan utama Dinas Pekerjaan Umum sedangkan 0100 merupakan nomor urut, maka penulisan kode program dan kegiatan pada urusan utama Dinas Pekerjaan Umum sebagai berikut :

PROGRAM :

1 04 01.03.0100 15 Program Wajib Pengembangan Perumahan Atau

1.04.01030100.15 Program Wajib Pengembangan Perumahan KEGIATAN :

1 04 01.03.0100 15 01Kegiatan Penetapan Kebijakan, Strategi dan Program Perumahan Atau

1.04.01030100.15.01 Kegiatan Penetapan Kebijakan, Strategi dan Program Perumahan

2.

Kode Pendapatan Daerah dan Kode Belanja Daerah

(9)

III. PENILAIAN KEWAJARAN DAN CAPAIAN KINERJA SKPD

Untuk mempermudah penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, anggaran belanja setiap SKPD terlebih dahulu diklasifikasikan berdasarkan kelompok belanja, yaitu : Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Pengelompokan belanja tersebut selain untuk mempermudah penilaian kewajaran biaya suatu program dan kegiatan, juga untuk menilai capaian kinerja setiap SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang penganggarannya tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya usulan program atau kegiatan. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan setiap bulan dalam satu tahun anggaran sebagai konsekuensi dari kewajiban pemerintah daerah secara periodik kepada pegawai yang bersifat tetap (pembayaran gaji dan tunjangan) dan/atau kewajiban untuk pengeluaran belanja lainnya yang umumnya diperlukan secara periodik. Untuk mempermudahkan pemahaman, belanja tidak langsung dapat dinamakan dengan Belanja Periodik atau belanja non aktifitas.

Karakteristik Belanja Tidak Langsung antara lain sebagai berikut :

1.

Dianggarkan untuk setiap bulan dalam satu tahun (bukan untuk setiap program atau kegiatan) oleh masing-masing SKPD.

2. Jumlah anggaran belanja tidak langsung sulit diukur atau sulit dibandingkan secara langsung dengan output program atau kegiatan tertentu.

3. Variabilitas jumlah setiap jenis belanja tidak dipengaruhi langsung oleh target kinerja atau tingkat pencapaian yang diharapkan dari program atau kegiatan tertentu.

Berdasarkan karakteristiknya, belanja tidak langsung merupakan tipe belanja yang sulit dinilai kewajarannya berdasarkan aktifitas atau terkait dengan tingkat pencapaian yang diharapkan dari suatu usulan program atau kegiatan.

Belanja Langsung adalah belanja penganggarannya dipengaruhi secara langsung oleh adanya usulan program atau kegiatan. Belanja langsung merupakan kegiatan yang dianggarkan sebagai konsekuensi adanya usulan program atau kegiatan. Untuk memudahkan pemahaman, belanja langsung dapat dinamakan dengan Belanja Aktifitas atau Belanja Kegiatan.

Jenis belanja yang dianggarkan dalam program atau kegiatan dapat belanja barang dan jasa serta belanja modal sesuai dengan program atau kegiatan yang diusulkan oleh masing-masing SKPD.

Karakteristik belanja langsung adalah sebagai berikut :

1. Dianggarkan untuk setiap program atau kegiatan yang diusulkan oleh SKPD.

2. Jumlah anggaran belanja langsung suatu program atau kegiatan dapat diukur atau dibandingkan secara langsung dengan output program atau kegiatan yang bersangkutan

3. Variabelitas jumlah setiap jenis belanja langsung dipengaruhi langsung oleh target kinerja atau tingkat pencapaian yang diharapkan dari program atau kegiatan yang bersangkutan.

(10)

Berdasarkan karakteristiknya, belanja langsung merupakan tipe belanja yang dapat dinilai kewajarannya secara rasional dengan tingkat pencapaian yang diharapkan dari suatu usulan program atau kegiatan.

Guna memberikan gambaran yang jelas maka setiap SKPD harus mencantumkan indikator kinerja dan target kinerja yang jelas.

Indikator & Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung

Indikator Tolok Ukur Kinerja Target Kinerja Capaian Program

Masukan Keluaran Hasil

Kelompok Sasaran Kegiatan : ………

1. Kolom tolok ukur kinerja diisi dengan tolok ukur kinerja dari setiap masukan dapat berupa jumlah dana, jumlah SDM, jumlah jam kerja, jumlah peralatan/teknologi yang dibutuhkan untuk menghasilkan keluaran dalam tahun anggaran yang direncanakan. Tolok ukur kinerja dari setiap keluaran diisi dengan jumlah keluaran yang akan dihasilkan dalam tahun anggaran yang direncanakan. Tolok ukur kinerja hasil diisi dengan manfaat yang akan diterima pada masa yang akan datang.

2.

Kolom target kinerja diisi dengan tingkat prestasi kerja yang dapat diukur pencapaiannya atas capaian program, masukan, keluaran dan hasil yang ditetapkan dalam kolom tolok ukur kinerja.

(11)

IV. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SKPD Berdasarkan nota kesepakatan KUA dan PPA, TAPD menyiapkan rancangan surat edaran Kepala Daerah tentang pedoman penyusunan RKA – SKPD sebagai acuan Kepala SKPD dalam menyusun RKA – SKPD.

Secara rinci dalam rangka penyusunan RKA – SKPD rancangan surat edaran Kepala Daerah tentang pedoman penyusunan RKA – SKPD mencakup :

a. Prioritas Plafon Anggaran (PPA) yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana pendapatan dan pembiayaan.

b. Sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan.

c. Batas waktu penyampaian RKA – SKPD kepada PPKD.

d. Hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas, transfaransi dan akuntanbilitas penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja.

e. Dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, Kode Rekening APBD, Format RKA-SKPD, analisis Standar Belanja dan Standar Satuan Harga. Untuk terlaksananya penyusunan RKA-SKPD Kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan. Evaluasi bertujuan menilai program dan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dan atau belum terselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1 (satu) tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan. Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun terakhir untuk pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, kebutuhan dananya harus dianggarkan pada tahun yang direncanakan.

RKA-SKPD memuat rencana pendapatan, rencana belanja masing-masing program dan kegiatan, serta rencana pembiayaan untuk tahun yang direncanakan dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya RKA-SKPD juga memuat informasi tentang urusan pemerintahan daerah, organisasi, standar biaya, prestasi kerja yang akan dicapai dari program dan kegiatan.

Rencana pendapatan memuat kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan daerah yang dipungut/dikelola/diterima oleh SKPD sesuai dengan tugas pokok dan dan fungsinya, ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang terdiri atas peraturan daerah, peraturan pemerintah atau undang-undang.

Rencana belanja memuat kelompok belanja tidak langsung dan belanja langsung yang masing-masing diuraikan menurut jenis, obyek dan rincian obyek belanja.

Rencana pembiayaan memuat kelompok penerimaan pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup defisit APBD dan pengeluaran pembiayaan yang digunakan untuk memanfaatkan surplus APBD yang masing-masing diuraikan menurut jenis, obyek dan rincian obyek pembiayaan.

Usulan program, kegiatan dan anggaran setiap SKPD dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD).

(12)

RKA-SKPD merupakan dokumen yang digunakan untuk penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD yang antara lain memuat rencana program dan kegiatan, serta anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan SKPD.

(13)

V. PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RKA-SKPD

1) Penganggaran belanja tidak langsung pada SKPD dan SKPKD (1) Belanja tidak langsung yang dianggarkan dalam SKPD meliputi :

a. Belanja pegawai dalam bentuk gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan sesuai dengan perundang-undangan dianggarkan setiap SKPD.

b. Khusus pada SKPD sekretariat DPRD selain dalam bentuk gaji dan tunjangan dianggarkan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2007 jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2007.

(2) Belanja tidak langsung yang dianggarkan dalam RKA Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) meliputi :

a. Belanja bunga; b. Belanja subsidi; c. Belanja hibah;

d. Belanja bantuan sosial termasuk bantuan kepada partai politik; e. Belanja bagi hasil;

f. Belanja bantuan keuangan; dan g. Belanja tidak terduga

2) Penilaian kewajaran beban kerja dengan mempertimbangkan kaitan logis antara program dan kegiatan yang diusulkan dengan tugas pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan dan kemampuan satuan kerja untuk melaksanakan program dan kegiatan pada tingkat pencapian yang diinginkan dalam jangka waktu satu tahun anggaran.

Penilaian kewajaran biaya harus mempertimbangkan kaitan antara biaya yang dianggarkan dengan target pencapaian kinerja dengan sumber dana.

3) Penyusunan RKA-SKPD

Penyusunan RKA-SKPD dilaksanakan dengan menggunakan fasilitas sistem penganggaran (Sistem e-Budgeting), yang pelaksanaan input data dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

4) Pembahasan RKA-SKPD

RKA-SKPD yang telah disusun oleh masing-masing organisasi satuan kerja perangkat daerah disampaikan kepada PPKD untuk dibahas oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Pembahasan tersebut dilakukan umtuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan KUA, PPA dan dokumen perencanaan lainnya. Selain itu penelaahan RKA-SKPD ditekankan pada capaian kinerja indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan serta sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD.

Bagan alir pengerjaan RKA-SKPD dan format RKA-SKPD sebagaimana dimaksud tercantum dalam Lampiran II surat edaran ini.

(14)

VI. TATA CARA PERHITUNGAN ALOKASI ANGGARAN A. BELANJA TIDAK LANGSUNG

1. BELANJA PEGAWAI

Dasar perhitungan Gaji Pokok beserta tunjangan pada SKPD adalah Gaji Pokok Bulan Oktober 2009 dengan uraian sebagai berikut :

a. 01.01 Gaji Pokok PNS

b. 01.02 Tunjangan Keluarga

c. 01.02 Tunjangan Jabatan

d. 01.04 Tunjangan Fungsional

e. 01.05 Tunjangan Fungsional Umum

f. 01.06 Tunjangan Beras

g. 01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus

h. 01.08 Pembulatan Gaji

i. 01.09 Uang Duka Wafat / Tewas

j. 01.10 Gaji Ke 13

TATA CARA PERHITUNGAN

a. Gaji Pokok dan Tunjangan

Untuk Gaji Pokok PNS, Tunjangan Keluarga, Jabatan, Fungsional, Beras dinaikan 15% dari Alokasi Belanja Gaji bulan Oktober 2009. Perhitungan sebagai berikut :

∑Gaji Setahun = { (∑ Gaji Okt 2009 x 0,15) + (∑ Gaji Okt 2009 x 12 Bln)}

Tunjangan PPh/ Tunjangan Khusus dialokasikan untuk membantu Pembayaran PPh Gaji PNS, yang dihitung.

∑ Tunjangan PPh = PPh. PS.21 x Gaji Pokok x 12 Bulan

Acress GAji diperhitungakan untuk mengantisipasi Kenaikan Gaji berkala, tunjangan jabatan dan tunjangan keluarga, Perhitungannya adalah sebagai berikut :

∑ Acress Gaji = {∑ Gaji Pokok Tunjangan / x 2,5% setahun }

Pembulatan gaji diperhitungkan untuk membulatkan Gaji sampai dengan kelipatan Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)

Misalnya :

Gaji Setelah = Rp. 210.785.600,- / Bulan Pembulatan Gaji = Rp. 210.800.000,-

(15)

Pemberian Uang Duka Wafat, dapat diberikan berdasarkan peraturan kepegawaian bahwa PNS yang gugur/wafat dalam menjalankan tugas diberikan uang duka/wafat sebesar 3 x Gaji pokok/bln, oleh karena itu dapat dialokasi dengan perhitungan sebagai berikut :

Uang Duka Wafat = { Gaji Pokok Terbesar/bulan x 3 }

Pemberian gaji ketiga belas, dapat dialokasikan sebesar 1 (satu) bulan gaji pokok beserta tunjangannya yang melekat pada gaji pokok tersebut.

b.

Iuran Asuransi Kesehatan

Diberikan dalam bentuk Asuransi Kesehatan (ASKES) sesuai dengan PP. No. 28/2003 tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah dalam penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi PNS dan Penerimaan Pensiun serta Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 616.A/Menkes/SKB/VI/2004 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT. Askes (persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas dan di RSUD.

Iuran Asuransi Kesehatan untuk seluruh PNS lingkup Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dialokasikan anggaran pada SKPD Sekretariat Kabupaten Kutai Timur.

c.

Penganggaran DPRD

Penganggaran penghasilan dan penerimaan pimpinan dan Anggota DPRD serta belanja penunjang kegiatan lingkup Sekretariat DPRD, dialokasikan sebagai berikut :

 Agar memperhitungkan jumlah anggota DPRD sebanyak 30 orang.

Mendasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007; dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah, Penganggaran dan Pertanggungjawaban Penggunaan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD serta Tata Cara Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional.

d.

Penganggaran Belanja Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Penganggaran belanja ini berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

(16)

e.

Penganggaran Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil (TPP PNS)

Tambahan penghasilan kepada Pegawai Negeri Sipil diberikan dalam rangka peningkatan kinerja dan kesejahteraan pegawai, yang didasarkan pada beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan/atau pertimbangan objektif lainnya.

Perhitungan Alokasi Anggaran Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil, sebagai berikut :

1) Dialokasikan pada Belanja Tidak Langsung masing – masing SKPD 2) Dasar Pehitungan Jumlah PNS dan CPNS adalah kondisi pada

Bulan Oktober 2009 serta mengikuti Struktur Organisasi baru sesuai dengan PERDA Nomor 02/2009, PERDA Nomor 03/2009 dan PERDA Nomor 04/2009.

3)

Tambahan Penghasilan PNS dan CPNS dengan pertimbangan objektif lainnya adalah pemberian tambahan penghasilan dalam bentuk uang makan, sehingga tidak diperkenankan lagi menganggarkan penyediaan makanan dan minuman harian PNS dan CPNS dalam bentuk kegiatan di Belanja Langsung.

4)

Besaran TPP PNS, bentuk, tatacara perhitungan dan pertanggungjawabannya akan diatur tersendiri dalam Peraturan Bupati Kutai Timur.

2.

BELANJA BUNGA

Penganggaran belanja bunga digunakan untuk mengganggarkan pembayaran belanja bunga atas pinjaman dan atau penerbitan obligasi daerah. Penganggaran belanja bunga hanya dapat dilakukan melalui RKA PPKD.

3. BELANJA SUBSIDI

Belanja Subsidi hanya diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga produksinya terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya terbatas. Produk yang diberi subsidi merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang banyak serta terlebih dahulu dilakukan pengkajian agar tepat sasaran dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

4. BELANJA HIBAH dan BANTUAN SOSIAL

Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada Pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya.

Belanja hibah dapat diberikan dalam bentuk uang atau barang/jasa dan diberikan secara selektif dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah, rasionalitas serta ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah.

(17)

Belanja Bantuan Sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok/anggota masyarakat dan partsi politik.

Pemberian bantuan sosial diberikan secara selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat serta memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dan ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah.

Berkaitan dengan penganggaran bantuan sosial dan hibah Tahun Anggaran 2010, agar memperhatikan ketentuan sebagai berikut :

a. Penganggaran Belanja Bantuan Sosial dan hibah hanya pada RKA Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (RKA PPKD)

b.

Dalam menjalankan fungsi Pemerintah Daerah dibidang kemasyarakatan dan guna memelihara kesejahteraan masyarakat dalam skala tertentu, pemberian bantuan sosial kepada kelompok/anggota masyarakat, yang dilakukan secara selektif, tidak mengikat dan diupayakan dalam penetapan besaran bantuannya sejalan dengan jiwa Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta perubahannya dalam arti jumlahnya dibatasi tidak melebihi batas toleransi untuk penunjukan langsung.

c. Pemberian bantuan sosial harus didasarkan kriteria yang jelas dengan memperhatikan asas keadilan, transparan dan memprioritaskan kepentingan masyarakat luas;

d. Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pengelolaan anggaran daerah diupayakan agar jumlah alokasi anggaran belanja hibah dan bantuan sosial agar dibatasi dan diperjelas format pertanggungjawabannya.

e.

Bagi SKPD yang menerima usulan masyarakat untuk dialokasikan pada belanja hibah dan bantuan sosial agar tidak menganggarkan dalam belanja langsung tetapi mengusulkan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah untuk dapat dialokasikan dalam RKA PPKD sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

f.

Untuk penganggaran bantuan kepada Partai Politik harus mengacu pada ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24/2009 tentang Tatacara perhitungan, Penganggaraan dalam APBD serta Pertanggungjawaban Bantuan Kepada Partai Politik.

5. BELANJA BAGI HASIL

Belanja Bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagihasil yang bersumber dari pendapatan Propinsi kepada Kabupaten/Kota atau pendapatan Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Desa atau pendapatan Pemerintah daerah tertentu kepada Pemerintah Daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Dalam proses penganggaran Belanja Bagi Hasil mengikuti ketentuan sebagai berikut :

a. Belanja Bagi Hasil diformulasikan dalam RKA pejabat pengelola Keuangan Daerah (RKA PPKD)

(18)

b. Belanja Bagi Hasil Kabupaten Kutai Timur merupakan Alokasi Dana Desa (ADD)

c. Proporsi ADD ditetapkan dengan menggunakan perhitungan ADD minimal dan ADD proporsional sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

d. Penetapan besaran ADD untuk setiap Desa sebagaimana perhitungan dalam huruf (c) ditetapkan dengan Peraturan Bupati Kutai Timur.

6. BELANJA BANTUAN KEUANGAN

Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah Iainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah Iainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.

Dalam proses penganggaran Belanja Bantuan Keuangan mengikuti ketentuan sebagai berikut :

a. Belanja Bantuan Keuangan diformulasikan dalam RKA Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (RKA PPKD)

b. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa serta Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 142/3367/SJ Tanggal 15 September 2009, Perihal Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa, maka bantuan keuangan salah satunya dapat menganggarkan untuk penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa.

c. Peruntukan dan penetapan bantuan keuangan termasuk hal – hal yang termaktub dalam point (b) ditetapkan dengan Peraturan Bupati Kutai Timur

7. BELANJA TIDAK TERDUGA

Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahuntahun sebelumnya yang telah ditutup.

Dalam proses penganggaran Belanja Tidak Terduga mengikuti ketentuan sebagai berikut :

a. Belanja Bantuan Tidak Terduga diformulasikan dalam RKA Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (RKA PPKD)

b. Ketentuan dan penggunaan Belanja Tidak Terduga ditetapkan dengan Peraturan Bupati Kutai Timur.

B.

BELANJA LANGSUNG

1. Penganggaran belanja langsung mengikuti ketentuan umum sebagai berikut :

a. Dalam merencanakan alokasi belanja untuk setiap kegiatan harus dilakukan analisa beban kerja dengan kewajaran biaya yang dikaitkan

(19)

dengan output yang dihasilkan dari suatu kegiatan untuk menghindari pemborosan

b. Terhadap kegiatan pembangunan yang bersifat fisik maka proporsi belanja modal harus lebih besar dibandingkan dengan belanja pegawai dan belanja barang/jasa.

c.

Nama Program dan Kegiatan harus mengikuti nama program dan kegiatan serta kode kegiatan yang telah di sepakati dalam KUA dan PPA APBD 2010, oleh karena itu tidak diperkenankan untuk menambah nama program dan kegiatan yang telah ditetapkan.

2.

Pembagian antara program dan kegiatan pada setiap SKPD dengan Program Kerja (belanja Publik) adalah sebagai berikut : a. Anggaran s/d Rp. 1.000.000.000,- pembagian 15% : 85%

b.

Anggaran Rp. 1.000.000.000, s/d Rp. 5.000.000.000,- pembagian 12 % :88%

c.

Anggaran Rp. 5.000.000.000,- s/d Rp. 10.000.000.000, - pembagian 10% : 90%

d.

Anggaran di atas Rp. Rp. 10.000.000.000,- pembagian 8% : 92%

3.

Khusus untuk program dan kegiatan pada Setiap SKPD (program dengan kode rekening 01 – 14) dalam rangka penghematan anggaran dan kesinambungan program kerja, maka dibatasi untuk kegiatan sebagai berikut :

a.

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran :

a.1.) x xx xx 01 01 Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumberdaya Air dan Listrik

a.2.) x xx xx 01 06 Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perijinan kendaraaan dinas operasional

a.3.) x xx xx 01 07 Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan a.4.) x xx xx 01 08 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor

a.5.) x xx xx 01 09 Penyediaan Jasa Perbaikan Peralatan Kantor a.6.) x xx xx 01 12 Penyediaan Komponen Instalasi listrik/

Penerangan Bangunan Kantor

a.7) x xx xx 01 15 Penyediaan bahan Bacaan dan Peraturan perundangan

a.8 ) x xx xx 01 18 Rapat – Rapat koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah

a.9.) x xx xx 01 23 Monitoring dan Evaluasi Kinerja SKPD

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

b.1.) x xx xx 02 04 Pengadaan Mobil Jabatan

b.2.) x xx xx 02 05 Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional b.3.) x xx xx 02 07 Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor b.4.) x xx xx 02 09 Pengadaan Peralatan Gedung Kantor

(20)

b.5.) x xx xx 02 10 Pengadaan Mebelair Kantor

b.6.) x xx xx 02 20 Pemeliharaan Rutin/berkala rumah jabatan b.7.) x xx xx 02 22 Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor b.8.) x xx xx 02 23 Pemeliharaan Rutin/berkala mobil Jabatan

b.9.) x xx xx 02 24 Pemeliharaan Rutin/berkala Kendaraan dinas/ operasional

b.10.) x xx xx 02 26 Pemeliharaan Rutin/berkala peralatan gedung kantor

b.11.) x xx xx 02 27 Pemeliharaan Rutin berkala peralatan rumah jabatan/dinas

b.12.)x xx xx 02 28 Pemeliharan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor

b.13.)x.xx.xx.02 29 Pemeliharaan rutin/berkala mebelair b.14.)x xx xx 02 40 Rehabilitasi sedang/berat rumah jabatan b.15.)x xx xx 02 41 Rehabilitasi sedang/berat rumah dinas b.16)x.xx.xx.02 42 Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor b.17)x.xx.xx.02 43 Rehab sedang/berat mobil jabatan

c. 18)x.xx.xx.02.44 Rehab sedang/ berat kendaraan dinas/ operasional

c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

c.1.)x xx xx 03 02 Pengadaan Pakaian Dinas dan Perlengkapannya c.2.)x xx xx 03 03 Pengadaan Pakaian Kerja Lapangan

c.3.)x xx xx 03 04 Pengadaan Pakaian KORPRI

c.4.)x xx xx 03 05 Pengadaan Pakaian Khusus/hari-hari tertentu

d. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

d.1.)x xx xx 05 01 Pendidikan dan Pelatihan Formal

d.2.)x xx xx 05 03 Bimbingan Tekhnis Implementasi Peraturan Perundang-undangan

e. Program Peningkatan dan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

e.1.)x xx xx 06 01 Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja dan Keuangan SKPD (LAKIP, Lap. Semester Keu)

e.2.)x xx xx 06 04 Penyusunan Pelaporan Keuangan SKPD Akhir Tahun

4.

Berkaitan dengan penganggaran alokasi objek belanja langsung, berikut ini dijabarkan ketentuan khusus sebagai berikut :

a. Prosentasi pembagian alokasi antara belanja Pegawai, Barang/jasa dan Modal diatur sebagai berikut :

1) Pekerjaan atau kegiatan konstruksi, komposisinya :

Belanja Pegawai 1,5%

(21)

(termasuk biaya Perencanaan dan Pengawasan)

Belanja Modal 95%.

2) Pekerjaan atau kegiatan non kostruksi, komposisinya :

• Belanja Pegawai 20%

• Belanja Barang/Jasa 60%

• Belanja Modal 20%

(termasuk belanja modal penunjang kegiatan)

b.

Belanja Pegawai

1) Belanja Pegawai dialokasikan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah, yang dibatasi sesuai dengan tingkat kewajaran dan beban tugas.

2) Bentuk dan pertanggungjawaban serta besarnya belanja pegawai mengikuti diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati Kutai Timur

3)

Perhitungan belanja pegawai dihitung berdasarkan orang per bulan (O/B) dikalikan masa pelaksanaan anggaran, untuk honorarium PNS/Non PNS yang mengerjakan tugas – tugas rutin. Misal : KPA selaku Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan (PPTK).

4)

Perhitungan belanja pegawai dihitung berdasarkan orang per kegiatan (O/K) untuk kegiatan belanja honor atas satu kegiatan insidental misalnya honor Panitia Seminar, Panitia Pelaksana Lomba Cerdas cermat dll.

5)

Penganggaran honorarium NON PNSD (PTT/TK2D, SP2AB dan tenaga teknis lainnya) hanya dapat disediakan kepada yang bersangkutan yang telah benar-benar memiliki peranan dan kontribusi serta yang terkait langsung dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan di masing-masing SKPD. Pemberian honor dan Pembayaran honor NON PNSD, menggunakan perikatan berdasarkan :

• SK Bupati untuk untuk Pegawai PTT dan TK2D yang telah masuk dalam database pegawai,

• Perikatan (Kontrak Kerja Perorangan) antara PA atau Kepala SKPD dengan Pegawai atau Personil yang akan dipekerjakan.

• Pengalokasian anggaran uang lembur PNS dan Non PNS mengikuti ketentuan dalam Peraturan Bupati Kutai Timur

c. Belanja Barang dan Jasa,

1) Belanja Barang dan jasa, dapat di alokasikan untuk rincian objek belanja, Sebagai terlampir dalam lampiran Surat Edaran ini.

2)

Penganggaran upah tenaga kerja dan tenaga lainnya yang terkait dengan jasa pemeliharaan atau jasa konsultasi baik

(22)

yang dilakukan secara swakelola maupun dengan pihak III agar dianggarkan pada belanja barang dan jasa;

3) Tidak diperkenankan menganggarkan belanja makan minum pegawai karena sudah termasuk komponen Belanja Tidak Langsung (BTL) pada pos Tambahan Penghasilan PNS

4) Alokasi biaya pemeliharaan dialokasikan pada kode rekening jenis belanja barang/ jasa, yang berupa :

a) Pemeliharaan Mesin

b) Pemeliharaan Kendaraan ringan dan sedang c) Pemeliharaan Gedung ringan dan sedang d) Pemeliharaan jalan/ overlay

e) Pemeliharaan jaringan irigasi

f) Pelaksanaan kegiatan yang lokasi kegiatannya bukan milik pemerintah daerah

5)

Belanja sewa baik gedung, perlengkapan kantor maupun kendaraan dibatasi penganggarannya pada kegiatan yang benar-benar memerlukannya, dan diupayakan menggunakan sarana dan prasarana pemerintahan yang sudah tersedia, termasuk didalamnya kendaraan operasional.

6)

Penganggaran belanja pakaian dinas dan pakaian dengan corak tertentu, hanya dapat dialokasikan anggarannya jika dalam waktu 2 tahun anggaran berturut-turut belum atau tidak melaksanakan belanja tersebut. Belanja Pakaian dinas mengikuti ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60/2007 tentang Pakaian Dinas Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Untuk belanja pakaian dengan corak tertentu, hanya dibatasi pada pakaian KORPRI dan Pakaian Batik Nasional

7)

Penganggaran belanja perjalanan dinas daerah, baik perjalanan dinas luar negeri maupun perjalanan dinas dalam negeri agar dilakukan secara selektif, frekwensi dan jumlah harinya dibatasi. Jumlah hari agar memperhitungkan hari kerja selama tahun 2010, dengan batas kewajaran maksimal 50% dari jumlah hari kerja selama tahun 2010.

8)

Khusus Perjalanan Dinas pada program Pelayanan Administrasi Perkantoran kegiatan Rapat – rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah (rekening x xx xx 01 18) dapat dianggarkan secara Paket yang terbatas dalam rangka antisipasi tugas yang mendadak dan bersifat temporer (mengenai tata cara dan pertanggung jawaban perjalanan dinas ini akan diatur lebih lanjut melalui keputusan Bupati Kutai Timur)

9) Biaya Perjalanan dinas pada point 8. pengalokasiannya dilakukan secara kumulatif per personil untuk satu kegiatan berdasarkan tujuan kepulauan tertentu.

10)

Untuk perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding dibatasi frekwensi dan jumlah pesertanya serta dilakukan sesuai dengan substansi kebijakan yang sedang dirumuskan yang hasilnya dilaporkan secara transparan dan akuntabel

(23)

11) Standar perjalanan dinas, baik satuan dan volume serta pertanggungjawaban tetap mengikuti ketentuan Peraturan Bupati Kutai Timur Nomor 9/02.188.3/HK/II/2009 tanggal 23 Februari 2009 tentang Biaya Perjalanan Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur.

12)

Belanja Bea Siswa Pendidikan PNS adalah belanja yang diberikan kepada PNS yang beri tugas belajar oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, dan hanya dianggarkan pada Belanja SKPD Badan Kepegawaian Daerah, sedangkan khusus untuk PNS Guru di anggarkan pada Dinas Pendidikan Nasional Kutai Timur.

13) Penganggaran untuk penyelenggaraan rapat-rapat yang dilaksanakan di luar kantor atau wilayah Kabupaten Kutai Timur , workshop, seminar dan lokarya dibatasi, dalam pengertian keikutsertaan diselaraskan dengan masalah aktual yang ada.

14) Penganggaran untuk menghadiri pelatihan terkait dengan peningkatan SDM hanya diperkenankan untuk pelatihan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah atau lembaga non Pemerintah yang bekerjasama dan telah mendapat akreditasi dari instansi Pembina (Lembaga Administrasi Negara), sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil;

15) Besarnya rincian objek belanja barang/jasa (volume dan satuan) mengikuti standar belanja yang telah ditetapkan melalui Keputusan Bupati Kutai Timur

d. Belanja Modal

Belanja modal merupakan pengeluaran yang dianggarkan untuk pembelian pengadaan aset tetap dan aset lainnya untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan yang memiliki kriteria sebagai berikut :

1) Masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan. 2) Merupakan objek pemeliharaan.

3)

Jumlah penilaian rupiah material sesuai dengan kebijakan akuntansi.

Dalam proses pengalokasian anggaran belanja modal mengikuti ketentuan sebagai berikut :

1) Rincian objek belanja modal beserta kode rekening terlampir.

2) Besarnya harga satuan pengadaan belanja modal ditetapkan dalam Keputusan Bupati Kutai Timur.

3) Penyusunan anggaran untuk pengadaan barang inventaris agar dilakukan secara selektif sesuai kebutuhan masing – masing SKPD, oleh karena itu Kepala SKPD wajib melakukan evaluasi dan pengkajian terhadap barang – barang inventaris yang tersedia baik dari segi kondisi maupun umur ekonomisnya. Umur ekonomis barang inventaris terkecuali kendaraan roda empat, maksimal 2 tahun.

4) Dalam merencanakan kebutuhan barang, pemerintah daerah supaya menggunakan daftar investasi barang milik pemerintah daerah dan standar penggunaan barang sebagai dasar

(24)

perencanaan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 7 tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah.

5) Untuk belanja Modal Kendaraan Roda Empat, harus mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah.

6)

Dalam ketentuan sebagaimana hurif (e) di atas, tidak ada perbedaan antara kendaraan roda empat dinas jabatan dengan kendaraan dinas roda empat operasional, sehingga pengadaannya untuk pejabat setingkat eselon II dan eselon III, tidak diperkenankan atas kedua peruntukkan tersebut.

7)

Pengadaan kendaraan dinas roda dua, dibatasi hanya untujk keperluan penyelenggaraan administrasi kantor seperti caraka, petugas kebersihan maupun petugas pengaman kantor. Pembatasan ini dikecualikan untuk keperluan sarana pendidikan, sarana kesehatan dan penyuluhan pertanian dalam arti luas serta lainnya sesuai dengan kebijakan Bupati Kutai Timur.

8) Pengadaan belanja Komputer baik Personal Computer dan atau Komputer Jinjing (laptop) pada setiap SKPD dibatasi maksimal untuk Personal Computer sebanyak - banyak 5 unit dan komputer jinjing (Laptop) sebanyak – banyak 2 unit, pengadaan ini dikecualikan pada kebutuhan Sekretariat DPRD dan Sekretariat Kabupaten .

(25)

VII. HAL-HAL KHUSUS

Dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2010, Kepala SKPD selain memperhatikan kebijakan dan teknis penyusunan APBD, juga memperhatikan hal-hal khusus, antara lain sebagai berikut :

a. Dalam rangka mengantisipasi dampak krisis keuangan global, Pemerintah menetapkan tujuh kebijakan prioritas, yaitu: (1) mencegah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK), (2) memberikan insentif dan kebijakan dalam rangka menjaga keberlanjutan sektor riil melalui penambahan dana penjaminan untuk Kredit Usaha Rakyat (UKR), (3) menekan inflasi pada angka tertentu, (4) meningkatkan daya beli masyarakat, (5) perlindungan bagi rakyat miskin, (6) kepastian ketersediaan pangan dan energi dan (7) keterjangkauan harga.

b.

Untuk mendukung kebijakan Pemerintah tersebut, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur menghimbau kepada setiap SKPD pada tahun anggaran 2010 agar melakukan langkah-langkah, antara lain :

1) Mempertajam alokasi anggaran secara efisien dan seefektif mungkin 2) Mengembangkan kebijakan yang inovatif yang dapat mendorong

pertumbuhan dunia usaha, mengendalikan tingkat konsumsi dan meningkatkan investasi;

3) Melakukan penataan kembali program dan kegiatan yang bersifat multiyears yang kurang bermanfaat langsung bagi kepentingan masyarakat dengan memberikan perhatian khusus terhadap program dan kegiatan yang dapat memberdayakan masyarakat, termasuk upaya penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan;

4) Mempercepat daya serap anggaran, sehingga dapat memperkecil SILPA

5) Untuk terciptanya pengelolaan keuangan daerah yang baik, agar Kepala SKPD melakukan upaya peningkatan kapasitas pengelolaan administrasi keuangan daerah, balk pada tataran perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan maupun pertanggungjawaban melalui perbaikan regulasi, penyiapan instrumen operasional, pelatihan, monitoring dan evaluasi secara lebih akuntabel dan transparan.

6) Berdasarkan Pasal 155 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 ditegaskan bahwa untuk penyelenggaraan urusan Pemerintah yang

(26)

ada di daerah didanai dari APBN, sedangkan untuk penyelenggaraan urusan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah didanai dari APBD.

Sangatta, Oktober 2009 Bupati Kutai Timur,

H. Isran Noor

II LAMPIRAN – LAMPIRAN

BAGAN ALIR PENGERJAAN RKA-SKPD

RKA-SKPD

2.2.1

RKA-SKPD 1

RKA-SKPD 2.1

RKA-SKPD 2.2

RKA-SKPD 3.1

RKA-SKPD 3.2

RKA-SKPD

(27)

FORMAT RKA

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *)………..

RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

(RKA-SKPD) TAHUN ANGGARAN …………. Urusan Pemerintahan : X.XX ……….. Organisasi : X.XX.XX ……….. Pengguna Anggaran : a. Nama : b. NIP : c. Jabatan :

KODE NAMA FORMULIR

RKA-SKPD Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Pembiayaan Satuan Kerja Perangkat Daerah

RKA-SKPD 1 Rincian Anggaran Pendapatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

RKA-SKPD 2.1 Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah

RKA-SKPD 2.2

Rekapitulasi Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

RKA-SKPD 2.2.1 Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Perkegiatan Satuan Kerja Perangkat

LOGO

DAERAH

(28)

Daerah

RKA-SKPD 3.1 Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah RKA-SKPD 3.2 Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah

*) Coret yang tidak perlu

Cara Pengisihan Formulir RKA-SKPD

Formulir RKA-SKPD merupakan formulir ringkasan satuan kerja perangkat daerah yang sumber dananya berasal dari peringkasan jumlah pendapatan menurut kelompok dan jenis yang diisi dalam formulir RKA-SKPD 1, jumlah belanja tidak langsung menurut kelompok dan jenis belanja yang diisi dalam formulir RKA-SKPD

A. FORMULIR RKA-SKPD HALAMAN ………

: : Jumlah (Rp.) 3 x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx Pembiayaan Netto Surplus/(Depisit) Satuan Kerja Perangkat Daerah

Kode Rekening

1 2

Uraian

Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Tahun Anggaran

Formulir RKA-SKPD

Urusan Pemerintahan Organisasi

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Provinsi/Kabupaten/Kota Sengata, Tgl/Bln/Thn Kepala SKPD Tanda Tangan (Nama Lengkap) NIP.

(29)

2.1 dan penggabungan dari seluruh jumlah kelompok dan jenis belanja langsung yang diisi dalam setiap formulir RKA-SKPD 2.2.1.

Khusus formulir RKA-SKPD Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah setelah baris surplus dan defisit anggaran diuraikan kembali penerimaan dan pengeluaran pembiayaan sebagaimana tercantum dalam formulir RKA-SKPD 3.1 dan formulir RKA-SKPD 3.2.

 Provinsi/Kabupaten/Kota

diisi dengan nama Provinsi/Kabupaten/Kota.

 Tahun anggaran diisi

dengan tahun anggaran yang direncanakan.

 Urusan Pemerintahan

dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan perangkat SKPD.

 Organisasi diisi dengan

nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah.

 Kolom 1 (satu) diisi

dengan nomor kode rekening pendapatan/nomor kode rekening pengisian kode rekening dimaksud secara berurutan dimulai dari kode rekening akun pendapatan/belanja/pembiayaan, diikuti dengan masing-masing kode rekening kelompok pendapatan.belanja/pembiayaan dan diakhiri dengan kode rekening jenis pendapatan/belanja/pembiayaan.

 Kolom 2 (dua), diisi

dengan uraian pendapatan/belanja/pembiayaan.

 Pencantuman pendapatan diawali dengan uraian pendapatan, selanjutnya diikuti dengan uraian kelompok dan setiap uraian kelompok diikuti dengan uraian jenis pendapatan yang sah dipungut atau diterima oleh satuan kerja perangkat daerah sebagaimana dianggarkan dalam formulir RKA-SKPD

 Untuk belanja diawali dengan pencantuman uraian belanja, selanjutnya uraian belanja dikelompokan kedalam Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung.  Dalam kelompok Belanja Tidak Langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai

dengan yang tercantum dalam formulir RKA-SKPD 2.1.

 Dalam kelompok Belanja Langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai dengan yang tercantum dalam formulir RKA-SKPD 2.2.1.

 Untuk pembiayaan diawali dengan pencantuman uraian pembiayaan selanjutnya uraian pembiayaan dikelompokkan kedalam penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.

 Dalam kelompok penerimaan pembiayaan diuraikan jenis-jenis penerimaan sesuai dengan yang tercantum dalam formulir RKA-SKPD 3.1.

 Dalam kelompok pengeluaran pembiayaan diuraikan jenis-jenis pengeluaran sesuai dengan yang tercantum dalam formulir RKA-SKPD 3.2.

 Kolom, 3 (tiga) diisi dengan jumlah menurut kelompok, menurut jenis pendapatan menurut jenis belanja. Jumlah dimaksud merupakan penjumlahan dari jumlah yang tercantum dari formulir RKA-SKPD 1, formulir 2.1, seluruh yang tercantum dari formulir RKA-SKPD 2.2.1.

 Surplus diisi apabila jumlah anggaran pendapatan perkiraan lebih besar dari jumlah anggaran belanja.

(30)

 Defisit diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih besar dari jumlah anggaran belanja dan ditulis dalam tanda kurung.

 khusus formulir RKA-SKPD Sekretariat Daerah atau Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah sebagaimana diterangkan diatas, kolom 3 diisi dengan jumlah menurut kelompok, menurut jenis penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Selanjutnya pada kolom 2 diisi dengan pembiayaan netto untuk menerangkan selisih antara jumlah penerimaan pembiayaan dengan jumlah pengeluaran pembiayaan yang tercantum dalam kolom 3.

 Pencantuman mengenai ringkasan pembiayaan pada formulir RKA-SKPD pada pronsipnya sama dengan yang diuraikan dalam formulir RKA-SKPD 3.1 dan formulir RKA-SKPD 3.2.

 Nama Ibukota, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan formulir RKA-SKPD, dengan mencantumkan nama jabatan Kepala SKPD.

 Formulir RKA-SKPD ditanda tangani oleh Kepala SKPD dengan mencantumkan nama lengkap dan nomor induk pegawai.

 formulir RKA-SKPD dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan ( 3 eksemplar).

 apablia formulir RKA-SKPD labih dari satu halaman, maka pada halaman-halaman berikutnya cukup diisi mulai dari ringkasan anggaran pendapatan belanja dan pembiayaan satuan kerja perangkat daerah serta pengisian nama, ibukota, bulan, tahun, nama jabatan, tanda tangan Kepala SKPD ditempatkan pada halaman terakhir dan setiap halaman diberi nomor urut halaman.

(31)

B. FORM ULIR RKA-SKPD 1 HALAM AN … … … … …

: x .x x : x .x x .x x

volum e sa tua n ta rif/ha rga Jum la h (Rp.)

3 4 5 6=(3x 5) x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx : : :

No NIP Ta nda ta nga n

Sa tua n Ke rja P e ra ngka t Da e ra h

1 2

K eteranngan

Kode Re ke ning Ura ia n Rincia n Pe rhitunga n

Jum la h

Form ulir RKA-SKPD 1

Urusan Pemerintahan Organisasi

Ringka sa n Angga ra n P e nda pa ta n, Be la nja da n Pe m bia ya a n

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

SAT UAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Provinsi/Ka bupa te n/Kota

Ta hun Angga ra n

Tanggal Pembahasan Catatan hasil pem bahasan

Ja ba ta n Tim Angga ra n Pe m e rinta h

Na m a S engata, Tgl/Bln/Thn Ke pa la SKPD Tanda Tangan (Na m a Le ngka p) NIP.

(32)

Cara Pengisian Formulir RKA-SKPD 1

Formulir RKA-SKPD 1 sebagai formulir untuk menyusun rancana pendapatan atau penerimaan satuan kerja perangkat daerah dalam tahun anggaran yang direncanakan. Oleh karena itu nomor kode rekening dan uraian nama kelompok, jenis obyek pendapatan yang dicantumkan dalam formulir RKA-SKPD 1 disesuaikan dengan pendapatan tertentu yang akan dipungut atau penerimaan tertentu dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah sebagaimana ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pengisian formulir RKA-SKPD 1 supaya mempedomani ketentuan pasal Pasal 25 peraturan ini. Untuk memenuhi azas transfaransi dan prinsip anggaran berdasarkan rencana anggaran berdasarkan rencana pendapatan yang dianggarkan, pengisian rincian perhitungan tidak diperkenankan mencantumkan satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, PM, UP, Lumpsum.

2. Provinsi/Kabupaten/Kota diisi dengan nama Provinsi/Kabupaten/Kota. 3. Tahun Anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

4. Urusan Pemerintahan diisi dengan dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.

5. Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah.

6. Kolom 1 (kode rekening), diisi dengan kode rekening akun, kelompok, jenis obyek, rincian obyek pendapatan satuan kerja perangkat daerah.

7. Kolom 2 (uraian), diisi dengan uraian nama akun, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan.

8. Kolom 3 (volume), diisi dengan jumlah target dari rincian obyek pendapatan yang direncanakan. Seperti jumlah kendaraan bermotor, kumlah liter bahan baker kendaraan bermotor, jumlah tingkat hunian hotel, jumlah pengunjung restoran, jumlah kepala keluarga, jumlah pasien, jumlah pengunjung, jumlah kendaraan

yang memanfaatkan lahan parker, jumlah bibit

perikanan/pertanian/peternakan/kehutanan/perkebunan, jumlah limbah yang diuji, jumlah kios/ios/kaki lima, jumlah pemakaian unit barang bekas milik pemerintah daerah yang dijual, jumlah uang yang ditempatkan pada bank tertentu dalam bentuk tabungan atau giro, jumlah modal yang disertakan atau diinvestasikan.

9. Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncanakan seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran bera, ukuran luas ukuran isi dan sebagainya.

10. Kolom 5 (tarif/harga) diisi dengan tarif pajak/retribusi atau harga/nilai satuan lainnya dapat berupa besarnya tingkat suku bunga, persentase bagian laba, atau harga atas harga penjualan barang milik daerah yang tidak dapat dipisahkan.

11. Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah pendapatan yang direncanakan menurut kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan. Jumlah pendapatan dari setiap rincian obyek yang dianggarkan merupakan hasil perkalian kolom 3 dan kolom 5.

(33)

13. Nama Ibukota, bu’an, tahun diisi berdasarkan pembuatan formulir RKA-SKPD, dengan mencantumkan nama jabatan kepala SKPD.

14. Formulir RKA-SKPD 1 ditandatangani oleh kepala SKPD dengan mencamtumkan nama lengkap dan nomor induk pegawai.

15. Keterangan diisi dengan tanggal pmbahasan formulir RKA-SKPD 1 oleh tim anggaran pemerintah daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim anggaran pemerintah daerah untuk mendapatkan perhatian kepala SKPD dicantumkan dalam bisnis catatan hasil pembahasan.

16. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir RKA-SKPD 1 yang telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP dan jabatan. 17. Formulir RKA-SKPD 1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.

18. Apabila formuluir RKA-SKPD 1 lebih dari satu halaman, maka pada halaman-halaman berikutnya cukup diisi mulai dari rincian anggaran pendapatan satuan kerja perangkat daerah serta pengisian nama ibukota, bulan, tahun nama jabatan, tanda tangan kepala SKPD ditrempatkan pada halaman terakhir dan setiap halaman diberi nomor urut halaman.

Paraf ……. ……… ……..

B . F O R M U L I R R K A -S K P D 2 .1 H A L A M A N … … … … … : x .x x : x .x x .x x v o lu m e sa tu a n ta ri f/h a rg a J u m la h (R p .) 3 4 5 6 = (3 x 5 ) 7 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x : : : 1 . 2 . D st. T im A n g g a ra n P e m e rin ta h

R E N C A N A K E R J A D A N A N G G A R A N

S A T U A N K E R J A P E R A N G K A T D A E R A H

P ro v in si/K a b u p a te n / K o ta T a h u n A n g g a ra n T a h u n n T a h u n n J u m la h S a tu a n K e rj a P e ra n g k a t D a e ra h K e t e ra n n g a n Ta n g g a l P e m ba h a s a n C a t a ta n h a s il p e m b a h a s a n K o d e R e k e n in g U ra ia n 1 2 F o rm u lir R K A -S K P D 2 .1 U ru s a n P e m e rin ta h a n O rg a n is a s i R in g k a sa n A n g g a ra n P e n d a p a ta n , B e la n ja d a n P e m b ia y a a n S e n g a ta , Tg l/B ln /Th n K e p a la S K P D Ta n d a Ta n g a n (N a m a L e n g k a p ) N IP .

(34)

Cara Pengisian Formulir RKA-SKPD 2.1

Formulir RKA-SKPD 2.1 merupakan formulir untuk menyusun rencana kebutuhan belanja Tidak Langsung satuan kerja perangkat daerah dalam tahun anggaran yang direncanakan. Pengisian jenis Belanja Tidak Langsung supaya mempedomani ketentuan pasal 37 peraturan ini. Untuk memenuhi azas transportasi dan prinsip anggaran berdasarkan prestasi kerja, pengisian rincian perhitungan tidak diperkenankan mencantumkan satuan ukur yang tidak terukur, seperti paket, PM, UP, Lunsump :

1. Provinsi/Kabupaten/Kota diisi dengan nama Provinsi/Kabupaten/Kota. 2. Tahun Anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan.

3. Urusan Pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.

4. Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah.

5. Kolom 1 (kode rekening), diisi dengan kode rekening akun, kelompok, jenis obyek, rincian obyek Belanja Tidak Langsung.

6. Kolom 2 (uraian), diisi dengan uraian nama akun, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek Belanja Tidak Langsung.

7. Kolom 3 (volume), diiisi dengan jumlah satuan dapat berupa jumlah orang/pegawai.

8. Kolom 4 (satuan), diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncanakan seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya.

9. Kolom 5 (tarif/harga), diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif, harga, tingkat suku bunga, nilai kurs.

10. Kolom 6 (jumlah tahun n) diisi dengan jumlah perkalian antara jumlah volume dengan jumlah harga satuan. Setiap jumlah rincian obyek pada masing-masing obyek belanja selanjutnya dijumlahkan menjadi obyek belanja berkenaan. Setiap obyek belanja pada masing-masing jenis belanja kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja.

11. Kolom 7 (jumlah tahun n+1) diisi dengan jumlah menurut jenis belanja untuk satu tahun berikutnya.

12. Baris jumlah pada kolom 7 merupakan penjumlah dari seluruh jenis Belanja Tidak Langsung yang tercantum dalam kolom 7.

13. Formulir RKA-SKPD 2.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.

14. Apabila formulir RKA-SKPD 2.1 lebih dari satu halaman, maka pada halaman-halaman berikutnya cukup diisi mulai dari rincian Belanja Tidak Langsung satuan kerja perangkat daerah dan setiap halaman diberi nomor urut halaman.

15. Tanggal, bulan, tahun, diisi berdasarkan pembuatan RKA-SKPD 2.1.

16. Formulir RKA-SKPD 2.1 ditanda tangani oleh Kepala SKPD dengan mancantumkan nama lengkap dan nomor induk pegawai yang bersangkutan. 17. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir RKA-SKPD 2.1 oleh Tim

Asistensi. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh Tim Asistensi untuk mendapatkan perhatian Kepala SKPD dicantumkan dalam baris catatan hasil pembahasan.

18. Seluruh anggota Tim Asistensi menandatangani formulir RKA-SKPD 2.1 yang telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP dan Jabatan.

(35)

19. Apabila formulir RKA-SKPD 2.1 lebih dari satu halaman, maka tanggal, bulan, dan tahun pembuatan, kolom tanda tangan dan nama kepala SKPD, serta keterangan, tanggal pembahasan, nama NIP, jabatan dan tandan tangan Tim Anggaran Pemerintah Daerah ditempatkan pada halaman terakhir.

20. Formulir SKPD 2.1 merupakan Input data untuk menyusun formulir RKA-SKPD.

Referensi

Dokumen terkait

Renja OPD digunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) Perangkat Daerah untuk penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

Pada pukul 12.45 WIB, pesaing yang dihadapi Insert Siang adalah FTV Mencoba mengambil jadwal yang berbeda dari program infotainment pesaing lain, program Insert

menyentuh realitas sejarah, hal tersebut dikarenakan dalam melihat dan menilai kehidupan dan sifat perawi merupakan hal yang sangat kompleks dan kontekstual,

RKPD digunakan sebagai pedoman dalam proses penyusunan rancangan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2020. Berdasarkan

[r]

Renja Dinas Pendidikan Kabupaten Takalar digunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) perangkat daerah untuk penyusunan Anggaran Pendapatan dan

Diagram jenjang aplikasi antrian pelayanan pada Kecamatan Sukolilo dijelaskan pada gambar 4.5 diagram jenjang tersebut menjelaskan proses-proses utama dan sub-proses

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis burung yang potensial dijadikan objek wisata birdwatching dan membandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan