• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN UMUM APBD KABUPATEN LOMBOK UTARA TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEBIJAKAN UMUM APBD KABUPATEN LOMBOK UTARA TAHUN 2020"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN UMUM APBD KABUPATEN LOMBOK UTARA

TAHUN 2020

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA 2019

LOMBOK UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, hanya karena Ijin dan Rahmat-Nya, Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) untuk Tahun 2020 ini dapat diselesaikan.

Kebijakan Umum APBD Tahun 2020 ini merupakan penjabaran dari Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2016-2021 dan rencana pembangunan tahunan dalam rangka mencapai “Terwujudnya Lombok Utara yang Religius, Berbudaya, Adil dan Sejahtera”, sesuai visi RPJMD Tahun 2016-2021 dan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana Gempa Bumi Kabupaten Lombok Utara Tahun 2018-2019.

Pada waktunya Kebijakan Umum APBD Tahun 2020 ini dibahas dan disepakati bersama antara Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai pedoman penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2020.

Atas bantuan dan kerjasama semua pihak diucapkan terimakasih.

Tanjung, 31 Oktober 2019 BUPATI LOMBOK UTARA,

Dr. H. NAJMUL AKHYAR, SH, MH

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ... 3

1.3. Landasan Penyusunan ... 3

1.4. Sistematika Penyusunan... 5

BAB II. KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH……….. 6

2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah……. 6

2.2. Prospek Ekonomi Tahun 2019……….. 16

BAB III. ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RAPBD TAHUN 2019 ……….... 19 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN….……... 19

3.2. Pertumbuhan PDRB.……….. 19

3.3. Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana ………..………… 20

BAB IV. KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH……….………. 21 4.1. Pendapatan Daerah…….………... 21

4.2. Kebijakan Belanja Daerah..…….……….. 27

4.3. Kebijakan Pembiayaan Daerah.……… 36

4.4. Proyeksi APBD Tahun 2020……….. 37

BAB V. PENUTUP ... 39

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman

1. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lombok Utara Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan

Usaha Tahun 2014-2018……….. 7

2. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lombok Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha Tahun 2014-2018……….. 10

3. Penduduk Miskin Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014-2018……. 13 4. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan

Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lombok Utara, 2017……... 14 5. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lombok Utara, 2017……… 15 6. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu

yang Lalu di Kabupaten Lombok Utara, 2017……… 16 7. Asumsi Ekonomi Makro Kabupaten Lombok Utara Tahun 2020…… 20 8. Target Pendapatan Daerah Tahun 2020……… 24 9 Proyeksi Belanja Langsung RAPBD Tahun 2020 Berdasarkan

Urusan Pemerintah Daerah……….. 32 10 Proyeksi Belanja Langsung RAPBD Tahun 2020 Berdasarkan

OPD……….. 33

11 Proyeksi RAPBD Tahun 2020……….. 37

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar : Halaman

1. Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lombok Utara

Tahun 2014-2018………... 8

2. Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lombok Utara

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2018……….. 8 3 Grafik Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Lombok Atas Dasar Harga Berlaku Pada Sektor Utama

Tahun 2014-2018………... 11

4 Grafik Persentase dan jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten

Lombok Utara Tahun 2013-2018………. 12

(6)

Lampiran : Nota Kesepakatan Antara Pemerintah Kabupaten Lombok Utara Dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Utara

Nomor : 910/531/KLU/2019

910/223/Kep/DPRD-KLU/2019 Tanggal : 31 Oktober 2019

Tentang : Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2020, disebutkan bahwa tema Pembangunan Nasional adalah "Peningkatan kualitas sumberdaya manusia untuk pertumbuhan berkualitas” dengan prinsip penguatan kualitas alokasi pendanaan pada prioritas untuk pencapaian sasaran prioritas sesuai dengan tema dan prioritas nasional RKP 2020 dengan melalui pendekatan money follow program serta dengan pendekatan Tematik, Holistik, Integratif dan Spasial (THIS).

Prioritas Pembangunan Nasional pada Tahun 2020 meliputi 5 Prioritas yakni : 1. Pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan;

2. Infrastruktur dan pemerataan wilayah; 3. Nilai tambah sektor riil, industrialisasi dan kesempatan kerja; 4. Ketahanan pangan, air, energi dan lingkungan hidup; 5. Stabilitas pertahanan dan keamanan.

RKP Tahun 2020 dimaksudkan sebagai pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) Tahun 2020 dan merupakan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RKPD digunakan sebagai pedoman dalam proses penyusunan rancangan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2020.

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota harus mendukung tercapainya prioritas pembangunan

(7)

nasional tersebut sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing daerah, mengingat keberhasilan pencapaian prioritas pembangunan nasional dimaksud sangat tergantung pada sinkronisasi kebijakan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah dan antara pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah dan pemerintah provinsi yang dituangkan dalam RKPD.

Dukungan pencapaian prioritas pembangunan nasional oleh pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan pemerintah Kabupaten Lombok Utara yang tertuang dalam RKPD masing-masing. Adapun prioritas pembangunan Provinsi NTB tahun 2020 yaitu 1) Mitigasi Bencana, Pemerataan Infrastruktur dan konektivitas wilayah, 2) Pembangunan Manusia, Ketahanan Keluarga dan Penanggulangan Kemiskinan, 3) Investasi, Pariwisata, Industri Olahan dan Permesinan berbasis pertanian, 4) Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup, Ketahanan Pangan dan Energi, 5) Stabilitas Pertahanan dan Keamanan. Sedangkan RKPD Kabupaten Lombok Utara tahun 2020 dengan tema “Lombok Utara Bangun Kembali’ dengan prioritas pembangunan yaitu: 1) Pemulihan Pasca Bencana dan Peningkatan Upaya Mitigasi Berwawasan Lingkungan, 2) Mempertahankan Daerah Teraman melalui Nilai-Nilai Keagamaan dan Kebudayaan, 3) Pembangunan kualitas hidup masyarakat pasca bencana, 4) Peningkatan Reformasi Aparatur Berbasis Kinerja, dan 5) Pemenuhan infrastruktur dasar.

Sinkronisasi kebijakan Pemerintah Daerah dan pemerintah lebih lanjut dituangkan dalam rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai dasar dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2020.

(8)

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penyusunan Kebijakan Umum APBD adalah sebagai acuan perencanaan operasional anggaran yang dituangkan dan dijabarkan dalam Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara. Sedangkan tujuannya adalah:

1. Memberikan arah bagi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan pada tahun 2020 agar berdayaguna dan berhasilguna dalam pencapaian target tujuan dan sasaran pembangunan daerah;

2. Mengoptimalkan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

3. Meningkatkan koordinasi antara eksekutif dan legislatif dalam memantapkan penyusunan perencanaan anggaran yang transparan dan akuntabel.

4. Menjadi pedoman penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD Tahun 2020.

5. Menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD Tahun 2020).

1.3. LANDASAN PENYUSUNAN

Landasan penyusunan Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2020 adalah sebagai berikut:

1. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

2. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

3. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

4. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

(9)

5. Undang –Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2000 tentang Retribusi Daerah.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah.

11. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyart Daerah;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019.

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 31 Tahun 2019 tentang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2020.

(10)

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020.

17. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Utara Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lombok Utara Tahun Tahun 2016-2021

18. Keputusan Bupati Lombok Utara Nomor 420/71/BPBD/2018 tentang Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana Gempa Bumi di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2018- 2019.

1.4. SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Kebijakan Umum APBD Kabupaten Lombok Utara Tahun 2020 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I : PENDAHULUAN, memuat uraian mengenai latar belakang penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA), tujuan penyusunan KUA dan dasar hukum penyusunan KUA.

Bab II : KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH, memuat kondisi perekonomian dan prospek ekonomi tahun 2020.

Bab III : ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD), memuat pertumbuhan ekonomi, laju inflasi dan PDRB.

Bab IV : KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH, memuat pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

Bab V : PENUTUP

(11)

BAB II

KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

2.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH

Penyelenggaraan pembangunan pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat daengan kata lain pembangunan daerah yang dilaksanakan harus menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yakni pertumbuhan ekonomi yang secara nyata menurunkan kemiskinan, mengurangi pengangguran dan menciptakan lapangan kerja (Pro Growth, Pro Poor, Pro Job) dengan tetap mempertahankan keberlanjutan sumberdaya dan kelestarian lingkungan hidup (Pro Environment). Mengingat permasalahan yang cukup kompleks dengan kemampuan keuangan daerah yang relatif terbatas, penyelenggaraan pembangunan Kabupaten Lombok Utara harus dilaksanakan dengan efektif dan efisien sesuai dengan prioritas kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya.

Dampak bencana gempa bumi yang melanda pulau Lombok dan sebagian Sumbawa pada tahun 2018 memberikan dampak sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data Kabupaten Dalam Angka Tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Utara Tahun 2018 (angka sangat sementara) menurun hingga -0,86%, merupakan pertumbuhan ekonomi yang paling rendah sejak terbentuknya Kabupaten Lombok Utara. Laju pertumbuhan dari 17 kriteria/sektor pembangunan ekonomi, 58,8% kriteria/sektor diantaranya terkoreksi dengan mengalami pertumbuhan negatif. Penurunan kriteria/sektor Penyedia Akomodasi dan Makan Minum mengalami koreksi paling tinggi hingga -14,6% ini merupakan dampak menurunnya akupasi hotel dan restoran pasca bencana, kemudian diikuti oleh sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang turun hingga -9,48%, sektor jasa perusahaan turun -9,14%, sektor Jasa

(12)

Lainnya -5,89% dan beberapa sektor lainnya menjadi faktor utama turunnya rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Utara menjadi negatif.

Namun selain adanya penurunan juga terdapat kriteria/ sektor pembangun pertumbuhan ekonomi yang mengalami pertumbuhan positif seperti sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial tumbuh paling tinggi dengan pertumbuhan sebesar 8,91 %, diikuti sektor informasi dan komunikasi sebesar 4,72 % dan penyediaan jasa keuangan dan asuransi yang tumbuh sebesar 3,35%.

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lombok Utara Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2018

No Lapangan Usaha

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

2010 (Persen)

2014 2015 2016 2017* 2018**

1 Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 2.40 3.10 2.96 5.39 0.98

2 Pertambangan dan Penggalian 7.17 6.67 7.24 6.31 -1.04

3 Industri Pengolahan 3.38 5.20 4.94 6.29 -3.2

4 Pengadaan Listrik dan Gas 39.46 4.43 9.84 4.61 0.26 5 Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 7.51 6.23 5.03 5.01 -9.48

6 Konstruksi 6.15 7.12 7.31 6.88 -1.99

7 Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.63 5.61 7.70 7.38 -0.63 8 Transportasi dan Pergudangan 6.26 5.28 5.07 7.75 -2.59 9 Penyedia Akomodasi dan Makan

Minum 7.42 6.05 9.44 7.53 -14.6

10 Informasi dan Komunikasi 5.12 6.18 7.35 7.03 4.72 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 5.17 5.57 4.95 6.99 3.35

12 Real Estate 5.42 6.01 5.88 6.37 -5.22

13 Jasa Perusahaan 6.62 5.14 5.98 5.01 -9.13

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

4.49 4.21 3.23 3.26 1.00

15 Jasa Pendidikan 5.71 6.23 4.82 5.04 3.29

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 5.41 5.68 6.93 5.23 8.91

17 Jasa Lainnya 6.53 6.25 5.77 7.75 -5.89

Produk Domestik Regional Bruto 4.59 4.87 5.22 6.14 -0.86 Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Utara, 2019

*) : Angka Sementara

**) : Angka Sangat Sementara

(13)

Gambar 1. Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014-2018

Gambar 2. Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lombok Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2018

Sampai dengan tahun 2018, struktur ekonomi Kabupaten Lombok Utara masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 35,09 % meskipun terdapat fluktuasi kenaikan dan penurunan kontribusi dalam 5 (lima) tahun terakhir. Sektor terbesar kedua adalah sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang kontribusinya sebesar 14,21 %, diikuti sektor konstruksi dengan

(14)

kontribusi sebesar 8,78 %, serta penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 6,38 %. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, sektor Konstruksi, sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, sektor Informasi dan Komunikasi, sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib, sektor Jasa Pendidikan dan sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial menunjukkan kecenderungan peningkatan kontribusinya dalam struktur ekonomi, peningkatan terbesar pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan 0,85% dari tahun 2017. Fenomena kecenderungan penurunan kontribusi terbesar pada penyediaan akomodasi dan makan minum yang menggambarkan penurunan aktifitas perhotelan dan restoran sebagai dampak bencana gempa bumi. Meskipun demikian, sektor pertanian masih mendominasi struktur ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan sangat ditentukan oleh pertumbuhan sektor pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Pertumbuhan sektor pertanian masih dapat didorong dengan meningkatkan produktivitas pertanian melalui optimalisasi irigasi dilahan kering, untuk sub sektor kehutanan dengan meningkatkan produksi hasil hutan bukan kayu melalui pengembangan madu trigona dan untuk sub sektor perikanan melalui peningkatan produktivitas hasil perikanan tangkap melalui penyediaan kapal, alat tangkap dan alat bnatu pennagkapan ikan sedangkan peningkatan produksi peprikanan budidaya melalui pengembangan udang vanamei sekaligus sebagai upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah pesisir Kabupaten Lombok utara.

(15)

Tabel 2. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lombok Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2018

No Lapangan Usaha

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) 2014 2015 2016 2017 2018 1 Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

35.10 34.67 35.09 34.24 35.09 2 Pertambangan dan Penggalian 3.65 3.64 3.72 3.73 3.72

3 Industri Pengolahan 1.35 1.34 1.30 1.34 1.30

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0.08 0.09 0.12 0.12 0.12 5 Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

0.14 0.14 0.12 0.14 0.12

6 Konstruksi 8.46 8.67 8.78 8.75 8.78

7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

13.57 13.52 14.21 13.96 14.21 8 Transportasi dan Pergudangan 5.30 5.29 5.24 5.32 5.24 9 Penyedia Akomodasi dan Makan

Minum

7.04 7.27 6.38 7.65 6.38

10 Informasi dan Komunikasi 1.85 1.75 1.81 1.75 1.81 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 2.45 2.58 2.70 2.63 2.70

12 Real Estate 4.43 4.39 4.09 4.27 4.09

13 Jasa Perusahaan 0.26 0.25 0.23 0.25 0.23

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

6.93 6.97 6.64 6.49 6.64

15 Jasa Pendidikan 5.58 5.62 5.71 5.55 5.71

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.65 1.63 1.76 1.59 1.76

17 Jasa Lainnya 2.17 2.19 2.10 2.23 2.10

Produk Domestik Regional Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Utara, 2019

*) : Angka Sementara

**) : Angka Sangat Sementara

(16)

Gambar 3. Grafik Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lombok Atas Dasar Harga Berlaku Pada Sektor Utama Tahun 2014-2018

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh persetase jumlah penduduk miskin, makin kecil jumlah penduduk miskin maka daya beli masyarakat makin meningkat, dengan meingkatnya daya beli masyarakat maka laju pertumbuhan ekonomi akan bergerak naik.

Berdasarkan data Kabupaten Lombok Utara Dalam Angka Tahun 2019 persentase penduduk miskin Kabupaten Lombok Utara tahun 2018 sebesar 28,83% atau turun sebesar 3,23% dari tahun 2017 merupakan penurunan tertinggi dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Penurunan yang cukup tinggi terjadi pada tahun 2018 dikarenakan pemerintah mampu mengendalikan laju inflasi sehingga harga-harga kebutuhan pokok tidak melonjak tinggi. Namun angka kemiskinan tahun 2018 tersebut belum mengambarkan data pasca terjadinya bencana gempa bumi, dikarenakan data tersebut merupakan hasil survey yang dilakukan oleh BPS pada periode maret 2018 atau sebelum terjadinya bencana gempa bumi, Hingga disusunnya Kebijakan Umum Anggaran ini, angka kemiskinan pasca terjadinya bencana gempa bumi belum dirilis oleh BPS Lombok Utara.

(17)

Garis kemiskinan Kabupaten Lombok Utara selama kurun waktu 2014-2018 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2014 garis kemiskinan tercatat 347.150 rupiah per kapita per bulan dan kemudian meningkat sebesar 16.21 rupiah pada tahun 2015 menjadi 363.367 rupiah per kapita per bulan. Peningkatan ini disebabkan karena adanya inflasi sehingga harga komoditi meningkat. Pada tahun 2016, garis kemiskinan meningkat cukup tinggi sebesar 23.898 rupiah per kapita per bulan (dari 363.367 rupiah per kapita per bulan pada tahun 2015 menjadi 387.265 rupiah per kapita per bulan pada tahun 2016). Selanjutnya pada tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 11.437 rupiah, dan pada tahun 2018 meningkat sebesar 18.003 rupiah (dari 398.702 rupiah per kapita per bulan pada tahun 2017 menjadi 416.705 rupiah per kapita per bulan pada tahun 2018).

Gambar 4. Grafik Persentase dan jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2013-2018

Nilai indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Lombok Utara sepanjang tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 terlihat cukup berfluktuatif. Pada tahun 2014 indeks kedalaman kemiskinan tercatat 7,28. Pada tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 7,50 dan mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 7,06. Tahun 2017

(18)

mengalami kenaikan kembali menjadi 7,63 dan pada tahun 2018 mengalami penurunan kembali menjadi 6,98. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tahun 2018 baik pada jumlah penduduk miskin maupun persentase penduduk miskin mengalami penurunan. Hal ini sejalan dengan indeks kedalaman kemiskinan yang ternyata semakin menurun pada tahun 2018, yang artinya rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekat dari garis kemiskinan.

Tabel 3. Penduduk Miskin Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014-2018

Tahun

Penduduk Miskin

Garis Kemiskinan

(Rp/kapita/

bulan)

Indeks Kedalaman Kemiskinan

(P1)

Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Jumlah

(Ribu Orang)

Persentase

2014 72,19 34,27 347,150 7,28 2,26

2015 72,28 34,13 363,367 7,50 2,61

2016 71,02 33,21 387,265 7,06 2,22

2017 69,24 32,06 398,702 7,63 2,57

2018 62,86 28,83 416,705 6,98 2,56

Sumber data : BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2019

Berdasarkan nilai indeks keparahan kemiskinan memiliki pola yang sama dengan indeks kedalaman kemiskinan. Pada tahun 2014 indeks kedalaman kemiskinan mencapai 2,26. Pada tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 2,61 dan mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 2,22. Sedangkan pada tahun 2017 mengalami kenaikan menjadi 2,57 dan pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 2,56. Angka-angka ini menunjukkan bahwa masih ada ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin di Kabupaten Lombok Utara

Untuk mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan pendapatan, kuncinya adalah pekerjaan, sehingga penciptaan kerja merupakan pengubah ekonomi yang sangat krusial. kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan dan kebanyakan mereka adalah tergolong orang yang tidak memiliki pekerjaan, ataupun

(19)

jika bekerja namun tidak pada pekerjaan yang layak atau memadai.

Sumber penghasilan utama rumah tangga menjadi salah satu indikator tingkat kesejahteraan yang diharapkan dapat mencerminkan kondisi sosial ekonomi suatu rumah tangga.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lombok Utara, 2017

Uraian Laki-laki Perempuan Total

Angkatan Kerja 61,993 45,927 107,920

Bekerja 60,310 45,733 106,043

Pengangguran Terbuka 1683 194 1,877

Bukan Angkatan Kerja 12306 31991 44297

Sekolah 5901 3998 9,899

Mengurus Rumah Tangga 1965 26810 28,775

Lainnya 4,440 1,183 5,623

Jumlah 74,299 77,918 152,217

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 81.17 58.69 69.67

Tingkat Pengangguran 2.71 0.42 1.74

Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Utara, 2019

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak bekerja (pengangguran) hanya sebesar 1,74% dari jumlah angkatan kerja yang ada pada tahun 2017, namun demikian persentase penduduk miskin masih tinggi jadi kemiskinan ini tinggi bukan karena tidak bekerja namun pekerjaannya kurang memberikan hasil yang layak.

Karakteristik ketenagakerjaan yang dapat menggambarkan adanya perbedaan antara rumah tangga miskin dan tidak miskin adalah lapangan usaha atau sektor sumber penghasilan utama rumah tangga dan status pekerjaan. Profil orang miskin seringkali melekat dengan mereka yang bekerja di sektor pertanian, seperti petani gurem, nelayan, buruh tani dan perkebunan, serta pencari kayu dan madu di hutan.

Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dibawah ini bahwa sebesar 48,74%

penduduk berkerja disektor pertanian Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan, bekerja disektor 20,37% bekerja pada sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi, sehingga dapat dikatakan bahwa penyumbang terbesar kemiskinan di Lombok Utara

(20)

berasal dari sektor pertanian Perkebunan, Kehutanan, Perburuan &

Perikanan dan sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi sehingga pemerintah Kabupaten Lombok Utara akan memprioritaskan program kegiatan untuk dukungan penaggulangan kemiskinan pada tahun anggaran 2020.

Namun demikian lapangan pekerjaan non pertanian sangat berpeluang untuk dikembangan sehingga program padat karya untuk membuka lapangan pekerjaan di perdesaan sangat diharapkan dapat mengungkit perekonomian warga miskin perdesaan. Sektor non pertanian yang dapat dikembangkan dan selain sektor pertanian adalah sektor konstruksi, industri, jasa transportasi, industri dan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lombok Utara, 2017

Lapangan Pekerjaan Utama Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Jumlah % Pertanian, Perkebunan,

Kehutanan, Perburuan &

Perikanan

28,919 22,771 51,690 48.74%

Pertambangan dan Penggalian 192 296 488 0.46%

Industri 3,412 2,442 5,854 5.52%

listrik, Gas dan Air Minum 121 - 121 0.11%

Konstruksi 7,441 - 7,441 7.02%

Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi

7,620 13,982 21,602 20.37%

Transportasi, Pergundangan dan komunikasi

4,387 - 4,387 4.14%

Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan &

Jasa Perusahaan

677 149 826 0.78%

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

7,541 6,093 13,634 12.86%

Jumlah 60,310 45,733 106,043 100.00%

Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Utara, 2019

(21)

Jika ditinjau dari pendidikan angkatan kerja Kabupaten Lombok Utara, seperti pada Tabel 6, sebesar 57,78% hanya berpendidikan sekolah dasar dan hanya 5,33% saja yang mengenyam pendidikan hingga universitas. Untuk pengangguran terbuka terbesar pada lulusan pendidikan sekolah menengah atas yaitu sebesar 0,82%, kemudian disusul lulusan sekolah dasar sebesar 0,53% sedangkan sekolah menengah kejuruan menyumbang pengangguran hanya sebesar 0,12%.

Untuk jenjang lulusan pendidikan diploma dan universitas (strata satu) tidak ada yang menganggur. Sehingga kebijakan di sektor pendidikan dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Lombok Utara dalam upaya penanggulangan kemiskinan sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah 2020 dan sasaran dalam RPJMD Kabupaten Lombok Utara 2016-2021.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Lombok Utara, 2017

Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan

Angkatan kerja Bekerja Pengangguran

Terbuka Jumlah Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Sekolah Dasar 61,787 57.25% 568 0.53% 62,355 57.78%

Sekolah Menengah Pertama

19,134 17.73% 298 0.28% 19,432 18.01%

Sekolah Menengah Atas 15,283 14.16% 881 0.82% 16,164 14.98%

Sekolah Menengah Atas Kejuruan

1,565 1.45% 130 0.12% 1,695 1.57%

Diploma I/II/III Akademi 2,519 2.33% - 0.00% 2,519 2.33%

Universitas 5,755 5.33% - 0.00% 5,755 5.33%

Jumlah Total 106,043 98.26% 1,877 1.74% 107,920 100.00%

Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Utara, 2019

2.2. PROSPEK EKONOMI TAHUN 2020

Momentum positif kinerja perekonomian nasional dalam beberapa tahun terakhir akan menjadi modal positif untuk melanjutkan tren peningkatan kinerja perekonomian nasional ke depan. Namun demikian, beberapa faktor eksternal seperti peningkatan tensi perang dagang, kebijakan moneter Amerika Serikat, serta faktor geopolitik yang dapat

(22)

berdampak negatif terhadap perekonomian domestik tetap perlu terus diantisipasi. Berdasarkan kondisi perekonomian terkini yang masih menghadapi tantangan ketidakpastian perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan akan tetap tumbuh lebih baik. Pemerintah akan berupaya menjaga daya beli masyarakat dan mendorong perbaikan kinerja investasi serta ekspor untuk mendukung target pencapaian pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah juga bertekad memberikan manfaat perekonomian Indonesia sebesar-besarnya kepada masyarakat secara lebih merata antara lain ditunjukkan pada perbaikan target indicator kesejahteraan rakyat sekaligus mencerminkan upaya Pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada tahun 2020, pemerintah optimis tingkat kemiskinan secara nasional dapat diturunkan menjadi sekitar 8,5 persen -9,0 persen dan tingkat menjadi 4,8 persen - 5,1 persen.

Sementara itu, ketimpangan yang ditunjukkan dengan Indeks Rasio Gini akan ditekan menjadi 0,375 – 0,380 dan Indeks Pembangunan Manusia akan ditingkatkan menjadi 72,51.

Pasca bencana, perekonomian daerah di tahun 2020 diperkirakan akan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2019 dengan telah berjalannya proses Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Utara di tahun 2020 diperkirakan dapat tumbuh positif dengan harapan meningkatnya pertumbuhan sektor utama yakni pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, konstruksi dan perdagangan besar dan eceran, didukung oleh sektor-sektor lainnya termasuk penyediaan akomodasi dan makan minum, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih. Percepatan pertumbuhan sektor pertanian diharapkan merupakan hasil dari upaya-upaya peningkatan produktivitas sektor ini pada berbagai sub sektor baik tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, perikanan budidaya dan kehutanan (hasil hutan bukan kayu).

Optimalisasi produktivitas pertanian lahan kesing memegang perananan sangat penting mengingat lahan kering kering mendominasi luas lahan pertanian di Kabupaten Lombok Utara, didukung dengan

(23)

penyediaan infrastruktur irigasi yang tidak konvensional melalui jaringan irigasi perpipaan, revitalisasi embung maupun eksplorasi air tanah/sumur bor dll. Disisi lain penguasaan teknologi budidaya melalui transfer teknologi, diversifikasi produk budidaya terutama pada tanaman bahan makanan, optimalisasi sumberdaya yang tersedia dan fasilitasi pemasaran terhadap peluang aktifitas pariwisata diperkirakan mendorong percepatan pertumbuhan sektor pertanian, artinya upaya pembangunan pertanian tidak dapat dilepaskan dari peluang kebutuhan pada sektor pariwisata. Komoditi yang menjadi kebutuhan aktivitas pariwisata adalah komoditi hortikultura, sehingga peningkatan secara signifikan produksi komoditas ini merupakan prioritas strategi pembangunan sektor pertanian di Tahun 2020. Peningkatan produksi hortikultura yang dibutuhkan pariwisata juga secara signifikan akan meningkatkan pendapatan petani karena hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya hortikultura dapat meningkatkan pendapatan petani sampai 40 %, seiring dengan mulai pulihnya sektor-sektor yang terkait dengan aktivitas pariwisata.

(24)

BAB III

ASUMSI-ASUMSI DASAR

DALAM PENYUSUNAN RAPBD TAHUN 2019

3.1. ASUMSI DASAR YANG DIGUNAKAN DALAM APBN

Asumsi dasar yang digunakan dalam nota keuangan Tahun 2020 antara lain :

a. Pertumbuhan ekonomi nasional 5,5 % b. Inflasisebesar 3,1%,

c. Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 5,4%, d. nilai tukar rupiah Rp 14.400/US$,

e. Harga minyak mentah indonesi 65 US$/barel, f. Lifting Minyak Mentah sebesar 734 ribu barel/hari

g. Lifting Gas sebesar 1.191 ribu barel setara minyak per hari

3.2. PERTUMBUHAN PDRB

Berdasarkan proyeksi kontraksi pertumbuhan PDRB Kabupaten Lombok Utara dampak bencana, diproyeksikan PDRB atas harga berlaku pada tahun 2020 mencapai 4.700.320,28 juta rupiah dan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 mencapai 3.459.327,49 juta rupiah. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan yang diperhitungkan sebagai pertumbuhan ekonomi diproyeksikan dapat mencapai angka 3,25 %. Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,98%, penduduk pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 222.856 jiwa, dengan demikian PDRB per kapita atas dasar harga berlaku diperkirakan mencapai 21,50 juta rupiah sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2010 mencapai 15,82 juta rupiah.

(25)

Tabel 7. Asumsi Ekonomi Makro Kabupaten Lombok Utara Tahun 2020

No. Indikator Asumsi 2020*

1 PDRB Adh Berlaku (juta Rp.) 4,700,320.28

2 PDRB Adh Konstan (juta Rp.) 3,459,327.49

3 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 3.25

4 Pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku (juta Rp.)

21,508.52

5 Pendapatan per kapita atas dasar harga konstan (juta Rp.)

15,829.77

6 Laju Inflasi (%) 5

Ket : * Angka proyeksi berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi 3,25 %, dan Laju pertumbuhan penduduk 0,98 %.

3.3. PELAKSANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA

Sesuai dengan hasil analisis kerusakan dan kerugian pada dokumen Rehabilitasi dan Rekonstruksi, pemulihan dan pembangunan kembali pada berbagai sektor di Kabupaten Lombok Utara membutuhkan pendanaan mencapai 5,59 trilyun rupiah lebih, terdiri dari 3,18 trilyun rupiah untuk sektor pemukiman (perumahan dan prasarana lingkungan), 471,55 milyar rupiah untuk sektor infrastruktur (transportasi darat, transportasi laut, energi, sumberdaya air, pos dan telekomonukasi serta air bersih dan sanitasi), 1,056 trilyun rupiah untuk sektor sosial (pendidikan, kesehatan, keagaman, seni budaya cagar budaya dan bangunan bersejarah), 499,52 milyar rupiah lebih untuk sektor ekonomi (pertanian,peternakan, perkebunan; perikanan; perdagangan; koperasi;

pariwisata; UKM,UMKM,IKM,Warung,Kios,Bumdes).

Pelaksanaan Rehabilitasi Rekonstruksi tetap dilanjutkan secara bertahap dengan dana berasal dari berbagai sumber yakni APBD Kabupaten Lombok Utara, APBD Provinsi, Kementrian/Lembaga, Dana Siap Pakai (DSP), Hibah Rehabilitasi dan Rekontruksi, dan sumber lainnya (masyarakat dll). Untuk tahun 2020 direncanakan dimulainya pelaksanaan rehabilitasi rekonstruksi pusat pemerintahan Kabupaten Lombok Utara yang diawali pembangunan kantor bupati dan dan gedung DPRD Kab. Lombok Utara sesuai kemapuan keuangan daerah.

(26)

BAB IV

KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

4.1. PENDAPATAN DAERAH

4.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah terdiri dari : a. Pendapatan Asli Daerah meliputi :

1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah

3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan lainnya

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah b. Dana Perimbangan terdiri dari:

1. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 2. Dana Alokasi Umum

3. Dana Alokasi Khusus

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah terdiri dari : 1. Pendapatan hibah

2. Dana darurat

3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

4. Dana penyesuaian dan otonomi khusus

(27)

5. Bantuan keuangan dari pemerintah provinsi atau pemerintah daerah lainnya.

6. Pendapatan lainnya yang berupa pendapatan dana desa dan dana insentif daerah

Dalam kebijakan perencanaan pendapatan daerah pemerintah daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

b. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto, mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.

c. Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

d. Dalam merencanakan target pendapatan daerah dari kelompok Pendapatan Asli Daerah ditetapkan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan tahun lalu, potensi dan asumsi pertumbuhan ekonomi yang dapat mempengaruhi terhadap masing-masing jenis penerimaan, obyek penerimaan serta rincian obyek penerimaan.

e. Dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah, pemerintah daerah tidak menetapkan kebijakan yang memberatkan dunia usaha dan masyarakat.

f. Regulasi peraturan daerah tentang pendapatan daerah yang tidak bertentangan dengan kebijakan investasi (Pro Investasi).

(28)

4.1.2 Target Pendapatan Daerah

Dampak bencana yang menimbulkan kerugian pada sektor ekonomi termasuk pada bidang pariwisata yang menjadi penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah, penerimaan pendapatan asli daerah diproyeksikan lebih lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2019 atau kembali pada target sebelum terjadinya bencana. Kebutuhan pendanaan makin besar dalam upaya rehabilitasi dan rekonstruksi namun disisi lain dukungan pendanaan pada masa Rehabilitasi dan Rekonstruksi melalui Hibah Rehabilitasi dan Rekonstruksi belum mendapat kejelasan dari pemerintah pusat, serta adanya proyeksi penurunan perolehan dana perimbangan terutama dana alokasi khusus. Penggunaan anggaran secara efektif dan efisien dilakukan untuk pembiayaan proses Rehabilitasi dan Rekonstruksi maupun upaya pembangunan yang telah direncanakan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Sampai dengan penyusunan dokumen rancangan KUA PPAS, penetapan tentang pemberian Hibah Rehabilitasi dan Rekonstruksi dari pemerintah pusat berupa SPPH/Surat Penetapan Pemberian Hibah belum terbit, sehinggga asumsi jumlah penerimaan pendapatan daerah dari Hibah Rehabilitasi dan Rekonstruksi belum dituangkan di dalam rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2020.

Selanjutnya total pendapatan daerah tahun 2020 diproyeksikan mencapai 1,034 trilyun rupiah lebih atau mengalami penurunan sebesar 69,34 milyar rupiah lebih dibandingkan dengan pendapatan daerah perubahan tahun 2019 atau turun sebesar 6,28 %. Pendapatan daerah tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah sebesar 210 milyar rupiah lebih, Dana Perimbangan 641,03 milyar rupiah lebih dan Lain-lain, Pendapatan Daerah yang Sah mencapai 183,58 milyar rupiah lebih.

Pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 210 milyar rupiah lebih, diproyeksikan naik sebesar 12,96 % dibandingkan dengan PAD tahun 2019 yang besarnya 185,92 milyar rupiah lebih. PAD tersebut terdiri dari hasil pajak daerah mencapai 131,40 milyar rupiah lebih, hasil retribusi daerah 19,17 milyar rupiah lebih, hasil pengelolaan kekayaan daerah

(29)

yang dipisahkan 4,5 milyar rupiah lebih dan lain-ain PAD yang sah 54,93 milyar rupiah lebih. Lain-lain PAD yang sah ini berupa pendapatan dana kapitasi dan BLUD serta penerimaan jasa giro, bunga deposito dan lain- lain.

Pendapatan daerah dari dana perimbangan diproyeksikan mencapai 641,03 milyar rupiah lebih atau turun sebesar 15,12% dari tahun 2019, terdiri dari bagi hasil pajak/bukan pajak sebesar 32,62 milyar rupiah lebih, dana alokasi umum sebesar 421,27 milyar rupiah lebih Sementara itu penerimaan dana alokasi khusus (DAK) diproyeksikan sebesar 187,14 milyar rupiah lebih terdiri dari DAK Fisik sebesar 137,19 milyar rupiah lebih dan DAK non fisik sebesar 49,94 milyar rupiah lebih.

Alokasi DAK fisik mengalami penurunan sebesar 47,27%, sedang DAK Non Fisik turun 1,83% dari tahun 2019. Penurunan proyeksi penerimaan DAK Fisik ini lah menjadi salah satu penyebab turunnya pendapatan Kabupaten Lombok Utara.

Sementara itu, pada komponen pendapatan daerah berupa lain- lain pendapatan daerah yang sah direncanakan mencapai 183,58 milyar rupiah lebih, meningkat sebesar 20,75 milyar rupiah lebih atau 12,75%

dari tahun 2019, terdiri dari Pendapatan Hibah sebesar 28,80 milyar rupiah lebih merupakan Hibah Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Selanjutnya Dana Bagi Hasil dan Pemerintah Provinsi direncanakan sebesar 51,19 milyar rupiah lebih, serta Pendapatan Lainnya sebesar 103,58 milyar rupiah lebih terdiri dari Dana Desa 71,44 milyar rupiah lebih dan Dana Insentif Daerah sebesar 32,13 milyar rupiah lebih.

Tabel 8. Target Pendapatan Daerah Tahun 2020

URAIAN APBD-P 2019 PROYEKSI APBD

MURNI 2020

BERTAMBAH/

(BERKURANG) % PENDAPATAN DAERAH 1.103.991.897.437,67 1.034.647.083.038,18 (69.344.814.399,49) (6,28) 1 Pendapatan Asli Daerah 185.928.554.796,67 210.025.441.077,18 24.096.886.280,51 12,96 1 Hasil Pajak Daerah 115.955.582.300,07 131.405.486.504,92 15.449.904.204,85 13,32 2 Hasil Retribusi Daerah 9.931.788.000,00 19.171.400.000,00 9.239.612.000,00 93,03 3 Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

4.508.732.049,44 4.508.732.049,44 - -

4 Lain-lain PAD yang Sah 55.532.452.447,16 54.939.822.522,82 (592.629.924,34) (1,07)

(30)

URAIAN APBD-P 2019 PROYEKSI APBD MURNI 2020

BERTAMBAH/

(BERKURANG) % 2 Dana Perimbangan 755.234.951.569,00 641.037.890.000,00 (114.197.061.569,00) (15,12) 1 Bagi Hasil Pajak/Bukan

Pajak (Termasuk DBHCHT)

37.249.970.000,00 32.621.552.000,00 (4.628.418.000,00) (12,43)

2 Dana Alokasi Umum 408.751.699.000,00 421.275.927.000,00 12.524.228.000,00 3,06 3 Dana Alokasi Khusus 309.233.282.569,00 187.140.411.000,00 (122.092.871.569,00) (39,48) DAK Fisik 260.186.826.000,00 137.195.654.000,00 (122.991.172.000,00) (47,27) DAK Non Fisik 49.046.456.569,00 49.944.757.000,00 898.300.431,00 1,83 3 Lain-lain Pendapatan Daerah

yang Sah

162.828.391.072,00 183.583.751.961,00 20.755.360.889,00 12,75

1 Pendapatan Hibah 27.234.000.000,00 28.806.000.000,00 - -

BOS 27.234.000.000,00 28.806.000.000,00 1.572.000.000,00 5,77 2 Dana Bagi Hasil Pajak

dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

41.468.565.072,00 51.195.485.961,00 9.726.920.889,00 23,46

4 Bantuan Keuangan dari Provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya

0,00 0,00 - -

5 Pendapatan Lainnya 94.125.826.000,00 103.582.266.000,00 9.456.440.000,00

Dana Desa 64.347.204.000,00 71.444.645.000,00 7.097.441.000,00 11,03 Dana Insentif Daerah 29.778.622.000,00 32.137.621.000,00 2.358.999.000,00 7,92 Jumlah Pendapatan 1.103.991.897.437,67 1.034.647.083.038,18 (69.344.814.399,49) (6,28)

4.1.3. Upaya-Upaya Pemerintah Dalam Mencapai Target

Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten Lombok Utara setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, diarahkan untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan diiringi dengan peningkatan pelayanan pada unit pengelola dan pelayanan publik secara umum serta penyempurnaan sistem dan prosedur pengelolaan pendapatan daerah.

(31)

Upaya mengoptimalkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah dilakukan Pasca Bencana dilakukan dengan cara:

a. Rehabilitasi infrastruktur pendukung pariwisata dan pusat-pusat kegiatan ekonomi masyarakat menjadi prioritas pengajuan Hibah Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

b. Membenahi manajemen data penerimaan PAD.

c. Optimalisasi pelaksanaan Perda yang berkaitan dengan retribusi yang penerimaannya dikelola oleh masing-masing SKPD lingkup kabupaten dan meningkatkan koordinasi secara sinergis dengan SKPD Penghasil.

d. Pemantapan kelembagaan dan sistem operasional pemungutan pendapatan daerah.

e. Peningkatan pendapatan daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi.

f. Mendorong tumbuhnya Badan Usaha Milik Daerah untuk memberikan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah.

g. Meningkatkan kualitas pengelolaan aset dan keuangan daerah

h. Meningkatkan ketersediaan sarana pendukung penagihan pajak daerah dan retribusi daerah.

i. Melakukan penyempurnaan system aplikasi Pajak Daerah dari manual ke system online.

j. Pemberian reward dan punisment bagi petugas dan wajib pajak daerah dan retribusi daerah.

k. Melakukan penyempurnaan data base obyek Pajak Daerah.

l. Meningkatkan pelayanan publik sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah.

(32)

Sementara itu Kebijakan yang akan ditempuh dalam upaya peningkatan pendapatan daerah dari Dana Perimbangan adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan akurasi data sebagai dasar perhitungan pembagian dana perimbangan.

b. Memenuhi persyaratan data dukung usulan untuk mempeoleh dana perimbangan

b. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi.

4.2. KEBIJAKAN BELANJA DAERAH

4.2.1. Kebijakan Perencanaan Belanja Daerah Sejalan Dengan Kebijakan Pembangunan Daerah dan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Kebijakan Belanja Daerah sejalan dengan Kebijakan dan Strategi Rehabilitasi dan Rekontruksi, walaupun direncanakan pelaksanaanya dalam 2 (dua) tahun anggaran, yakni dari 2018 sampai dengan 2019, namun tetap dilanjutkan pada tahun 2020 sejalan dengan tema RKPD Kab. Lombok Utara “Lombok Utara Bangun Kembali”, adapun kebijakan belanja daerah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pemulihan sektor permukiman tetap dilanjutkan,

2. Pemulihan sektor infrastruktur dilaksanakan secara bertahap dengan mengutamakan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana prasarana infrastruktur untuk pelayanan transportasi, air minum, sumberdaya air dan irigasi serta kegiatan pengurangan risiko bencana,

3. Pemulihan sektor ekonomi produktif dilaksanakan secara bertahap bersamaan dengan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana sektor ekonomi produktif, dilakukan kegiatan penguatan kapasitas dalam rangka pengurangan risiko bencana pelaku ekonomi produktif untuk mencegah timbul kerugian yang besar ketika terjadi bencana;

(33)

4. Pemulihan sektor sosial diprioritaskan pada tahun anggaran 2018- 2019; bersamaan dengan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana sektor sosial, dilakukan kegiatan penguatan kapasitas dalam rangka pengurangan risiko bencana; dan

5. Pemulihan lintas sektor diprioritaskan dalam rangka mengembalikan fungsi pelayanan kepada masyarakat melalui pembangunan pusat pemerintahan Kabupaten Lombok Utara.

Selain kebijakan belanja dalam rangka pemulihan pasca bencana, juga dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional, pembangunan provinsi dan berdasarkan dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah daerah tahun 2016-2021, maupun perencanaan jangka pendek, dengan demikian prioritas pembangunan yang tercermin pada prioritas belanja pada tahun 2020 sebagai berikut:

1. Percepatan Pembangunan Ketangguhan Terhadap Bencana dan Mempertahankan Daya Dukung Lingkungan (sesuai dengan Prioritas Nasional 4 dan Prioritas NTB 1)

2. Percepatan Perwujudan Masyarakat Lombok Utara yang Beriman Bertaqwa dan Berbudaya (Sesuai dengan Prioritas Nasional 1 dan Prioritas NTB 2)

3. Percepatan Pemulihan dan Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Pasca Bencana (sesuai dengan Prioritas Nasional 1, Prioritas Nasional 3 dan Prioritas NTB 3)

4. Percepatan Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Pasca Bencana (sesuai dengan Prioritas Nasional 5 dan Prioritas NTB 5)

5. Percepatan Pemerataan Pembangunan Infrastruktur dan Konektifitas Antar Wilayah Pasca Bencana (sesuai dengan Prioritas Nasional 2, Prioritas NTB 1 dan Prioritas NTB 4)

(34)

4.2.2. Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga

Kebijakan yang menyangkut belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga yang dialokasikan dalam kompenen belanja tidak langsung diuraikan sebagai berikut :

a. Belanja Pegawai

1. Besarnya penyediaan gaji pokok/tunjangan Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) mempedomani ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.

2. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan produktivitas PNSD baik yang merupakan pejabat struktural maupun fungsional dan staf diberikan tunjangan kinerja sesuai, prestasi beban kerja dan peraturan yang berlaku.

3. Dalam merencanakan belanja pegawai diperhitungkan

“accres” gaji yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan penambahan jumlah pegawai akibat adanya mutasi dan pengangkatan pegawai baru.

4. Pemberian honorarium bagi PNSD dibatasi dengan mempertimbangkan asas efisiensi, kepatutan dan kewajaran serta pemerataan penerimaan penghasilan yang besarannya ditetapkan dalam keputusan kepala daerah.

b. Belanja Hibah

1. Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian uang, barang dan atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak

(35)

mengikat serta tidak terus menerus. Uang dan barang yang diberikan dalam bentuk hibah harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah.

2. Hibah dalam bentuk uang, barang dan atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya dapat diberikan dalam rangka menunjang peningkatan penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah dan layanan dasar umum sepanjang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

3. Hibah diberikan kepada badan/ lembaga/ organisasi swasta dan atau kelompok masyarakat/ perorangan sepanjang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan daerah.

4. Pemberian hibah dalam bentuk barang dilakukan apabila barang tersebut tidak dimanfaatkan oleh pemerintah daerah tetapi dibutuhkan oleh kelompok masyarakat/ perorangan.

c. Belanja Bantuan Sosial

1. Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemberian bantuan sosial tersebut tidak secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memilki kejelasan peruntukan penggunaannya.

2. Bantuan sosial isedentil dapat diberikanan sesuai pertauranperundang-undangan yang berlaku

3. Untuk optimalisasi fungsi APBD sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 16 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, pengalokasian bantuan sosial tahun demi tahun diupayakan semakin berkurang agar APBD berfungsi sebagai instrumen pemerataan dan keadilan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengurangan jumlah bantuan sosial bertujuan agar dana APBD dapat dialokasikan mendanai program dan kegiatan pemerintah

(36)

daerah yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, menciptakan lapangan kerja/ mengurangi pengangguran dan mengurangi pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian. Dengan demikian dapat dihindari adanya diskriminasi pengalokasian dana APBD yang hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu saja.

d. Belanja Bantuan Keuangan

1. Belanja bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum dan khusus dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa atau pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan atau peningkatan kemampuan desa penerima bantuan.

2. Bantuan keuangan yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah/ pemerintah desa penerima bantuan, sedangkan bantuan keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ ditetapkan oleh pemerintah/

pemerintah daerah pemberi bantuan.

3. Dalam rangka menghindari duplikasi penganggaran, dalam APBD kabupaten, urusan pemerintahan daerah yang bukan merupakan kewenangan kabupaten tidak dapat dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan SKPD Kabupaten, namun dapat dianggarkan pada Belanja Bantuan Keuangan baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus. Bantuan keuangan tersebut disalurkan ke kas daerah/desa yang bersangkutan.

e. Belanja Tidak Terduga

Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa/tanggap darurat dalam rangka pencegahan dan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan dan ketertiban di daerah dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk

(37)

pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang didukung dengan bukti-bukti yang sah.

4.2.3. Kebijakan Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah (Urusan Wajib dan Pilihan).

Sesuai dengan kebijakan umum pembangunan Kabupaten Lombok Utara yang ditindaklanjuti dengan perencanaan belanja daerah tahun 2020 sebagaimana telah diuraikan, maka kebijakan tersebut tercermin pada rencana alokasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan daerah dan SKPD sesuai dengan rancangan perubahan kelembagaaan sebagaiamana dijabarkan pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 9. Proyeksi Belanja Langsung RAPBD Tahun 2020 Berdasarkan Urusan Pemerintah Daerah

KODE URUSAN PROYEKSI APBD

MURNI 2020

BELANJA LANGSUNG 628.191.314.997,00

1 Urusan Wajib Pelayanan Dasar 376.158.892.488

1 01 Pendidikan 112.079.736.695

1 02 Kesehatan 112.097.140.593

1 03 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 105.153.437.000

1 04 Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman 8.470.000.000

1 05 Kesatuan Bangsa dan Politik 2.441.431.300

1 06 Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan

Masyarakat 26.457.025.400

1 07 Sosial 9.460.121.500

2 Urusan Wajib Bukan Pelayanan Dasar 95.587.654.653

2 01 Tenaga Kerja 3.080.551.000

2 02 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2.776.341.500

2 03 Pangan 4.730.222.150

2 04 Pertanahan 8.732.139.000

2 05 Lingkungan Hidup 11.039.215.000

2 06 Kependudukan dan Catatan Sipil 5.065.807.000

2 07 Pemberdayaan Masyarakat Desa 2.911.563.550

2 08 Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana 5.802.817.650

2 09 Perhubungan 11.529.790.000

2 10 Komunikasi dan Informatika 3.692.573.500

2 11 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 4.939.453.603

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pada kesempatan ini akan diteliti salah satu geguritan yang berjudul "Geguritan Nyepi" .Beberapa kekhasan dalam teks Geguritan Nyepi membuat

Di dalam IAI (PSAK No.2 Par.10:10 2009) juga disebutkan bahwa perusahaan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dengan cara yang

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Bab kedua merupakan landasan teori yang membahas tentang teori dasar yang menunjang pembahasan tentang model klaim frekuensi dan severitas dengan nilai klaim bivariat, antara

Menurut Elandt-Jhonson (1971), misalkan terdapat s parameter atau dalam bentuk vektor ( ) dan terdapat logaritma fungsi kemungkinan maka informasi yang

Rahman

Bahwa dalam rangka mencetak generasi yang berkualitas khususnya bagi anak-anak dhuafa yang memiliki prestasi serta semangat yang tinggi dalam pendidikan, maka SMK

Pengujian akuifer atau lebih dikenal dengan metode long-term Constant rate test dimaksudkan untuk pengukuran parameter yang Arahnya horizontal terhadap sumur uji,