PERBEDAAN PENGGUNAAN BASA WALIKAN PADA MASA PERANG MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA DAN MASA KINI DI
MALANG
Erika Oktavia 160222603030
Apakah yang kira kira orang yang berasal dari luar wilayah Malang Raya rasakan saat mendengar salah satu kosakata Basa Walikan diucapkan? Mungkin kaget adalah salah satunya, mengingat Basa Walikan hanya digunakan di wilayah Malang Raya saja. Mengenal Basa Walikan lebih jauh, asal usul Basa Walikan tentu menjadi pengetahuan yang wajib diketahui oleh penutur Basa Walikan itu sendiri.
Bagaimana dengan penggunaan Basa Walikan pada masa kini? Perkembangan zaman yang semakin modern tidak lantas memudarkan ingatan penutur Basa Walikan akan ciri khas daerah penutur itu sendiri, yakni Malang Raya. Basa Walikan kini telah berusia lebih dari setengah abad lamanya.
Dalam konteks perubahan Basa Walikan, akan diulas mengenai perubahan penggunaan Basa Walikan pada zaman perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang merupakan awal penciptaan Basa Walikan itu sendiri, hingga kondisi aktual di masa ini.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Basa Walikan pada masa perang kemerdekaan Indonesia adalah sebagai alat komunikasi yang bersifat rahasia untuk menghindari kecurigaan Belanda akan pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia khususnya di wilayah Malang Raya.
Lalu, bagaimana dengan penggunaan Basa Walikan pada masa kini? Dimana perang kemerdekaan Indonesia telah lama berakhir dan kini sudah tidak perlu lagi menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sebagai kode rahasia, Basa Walikan telah mengalami perubahan dalam aspek penggunaannya sejak pertama diciptakan oleh salah satu pejuang dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Di tahun 2016 kini, Basa Walikan lebih dianggap sebagai bahasa gaul, bahasa gaul dalam konteks ini berarti penutur Basa Walikan dianggap lebih ‘keren’ daripada yang bukan penutur. Hal ini banyak terjadi terutama dalam kalangan muda, beberapa faktor mengapa penutur Basa Walikan masa kini dianggap lebih ‘keren’ dari yang bukan penutur antara lain :
1. Jumlah penutur Basa Walikan dan yang bukan penutur sangat bertolak belakang.
2. Banyaknya kalangan muda yang berasal dari luar Malang Raya dan merantau di Malang masih awam dengan Basa Walikan.
3. Basa Walikan mulai jarang digunakan.
Dalam penyampaian Basa Walikan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu memakai Basa Walikan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung berarti penutur mengucapkan kosakata Basa Walikan. Dan secara tidak langsung berarti melalui media yang menjadi wadah untuk menjalankan peran sebagai penutur Basa Walikan secara tidak langsung. Contohnya seperti memakai Basa Walikan sebagai pesan singkat, teks, maupun gambar, hal ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.
Penggunaan Basa Walikan pada masa kini lebih terorientasi ke penggunaan dalam dunia maya dan dianggap sebagai bahasa yang gaul (keren), walaupun masih banyak penutur Basa Walikan yang menggunakan Basa Walikan sebagai bahasa sehari-hari. Ini merupakan kesempatan untuk lebih dikenalnya Basa Walikan di wilayah luar Malang Raya. Sehingga, melalui Basa Walikan orang yang awam mengenai Basa Walikan akan setidaknya mengetahui eksistensi dari Basa Walikan. Mengingat dunia maya adalah dunia dalam genggaman, yang dapat diartikan sebagai media promosi paling berpengaruh di dunia.
Penutup
Menimbang pendapat bahwa bahasa sebagaisistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan
mengidentifikasi diri (Chaer, 1994), dalam konteks Basa Walikan sendiri sejak diciptakannya Basa Walikan pada periode perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia digunakan oleh sekelompok pejuang untuk berinteraksi satu sama lain sebagai salah satu strategi untuk mengelabui musuh sekaligus sebagai pengidentifikasian bahwa yang menggunakan Basa Walikan pada saat itu terbatas hanya pada pejuang tersebut.
Sedangkan pada masa kini, Basa Walikan digunakan sekelompok anggota masyarakat yaitu warga Malang Raya sebagai penutur Basa Walikan itu sendiri, dan digunakan untuk berinteraksi terutama untuk mengidentifikasi diri bahwa penutur Basa Walikan adalah warga Malang Raya.
Perbandingan penggunaan Basa Walikan pada masa perang mempertahankan kemerdekaan dan masa kini membuktikan bahwa penggunaan sebuah bahasa akan berubah seiring zaman seiring zaman itu bergulir dan berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Andryani, Kristina. (2015). Budaya, Identitas dan Media Lokal. Jurnal Komunikasi PROFETIK. 8(2),(Online), (
http://ejournal.uin-suka.ac.id/isoshum/profetik/article/viewFile/1083/987). Diakses tanggal 6 Desember 2016.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta :Rineka Cipta
Deandré, A. (2013). “Bahasa walikan malangan and the building of indo-javanese urban spaces”. Planum, The Journal of Urbanism. 2(27),(Online),
(http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/46861743/07_NUL_Confer ence_Proceedings_by_Planum_n.27_22013_Espree-Conaway_Session_4_1.pdf). Diakses tanggal 26 November 2016.
http://google.com/search Diakses tanggal 6 Desember 2016.
Marsoedi I.L. (1966). “Adat Perulangan dalam Bahasa Indonesia”. Skripsi untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Madiun : FKSS-IKIP Malang Cabang Madiun.
Nurrohmah, Firda. et al. (2015). Belajar Bahasa Jawa dialek Malang secepat kilat. Malang : Universitas Negeri Malang.
Rahmawaty, Iin. (2012). Lawikan Kera Ngalam di Tengah Arus Globalisasi. Jurnal Lakon. 1(1),(Online), (