• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan umum pembangunan nasional adalah mempercepat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kebijakan umum pembangunan nasional adalah mempercepat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Salah satu sasaran utama yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional 2015-1019 serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi Indonesia ke depan, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai Proporsionalitas pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi masal perkotaan, yang kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta.1

Seiring dengan itu, pemerintah juga melakukan terobosan dalam peningkatan pelayanan melalui pengadaan prasarana dan sarana transportasi yang mempuni dan mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam semua tingkatan pelayanan. Masyarakat tinggal memilih jenis moda yang diinginkan untuk menuju suatu destinasi atau suatu tempat. Salah satunya adalah dengan

1Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), 2015, Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia No 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, Buku I tentang Agenda Pembangunan Nasional, Bab IV Kerangka Ekonomi Makro, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Jakarta,

(2)

dihadirkannya Kereta Api Cepat (Hight Speed Train) Indonesia-Cina (KCIC). Dasar pertimbangan adanya kereta api cepat adalah untuk meingkatkan pelayanan transportasi guna mendukung pembangunan di wilayah Jakarta-Bandung. Hal lain yang mendasari diadakannya kereta api cepat ini adalah kereta cepat bakal menjadi alternatif trasportasi lain karena padatnya rute jalan tol serta kereta regular. Kereta ini untuk memenuhi kebutuhan kereta jangka panjang selama jangka waktu 50 tahun. Hal ini dapat dilihat dengan kecenderungan pertumbuhan penumpang yang meningkat setiap tahun.

Pemerintah menugaskan kepada PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk sebagai leading consortium dari tiga badan usaha milik Negara lainnya yaitu PT. Kereta Api Indonesia (Persero), PT. Jasa Marga (Persero) dan PT. Perkebunan Nusantara VIII. Konsorsium ini yang kemudian bekerjasama dengan badan usaha lain yaitu China Railway Corporation untuk membentuk perusahaan patungan (Joint Venture Company) dengan nama PT. Kereta Api Cepat Indonesia-Cina (KCIC).

Pola pembiayaan kereta api cepat ini bersifat non APBN jadi murni Pembiayaan dari badan usaha itu sendiri dengan konsep Business to Business (B to B) dan tidak menggunakan Jaminan pemerintah. Konsep pembangunan prasarana kereta api cepat ini menggabungkan tranportasi dengan penyedia fasilitas penunjang lain seperti pusat belanja dan penginapan.2

Proyek kereta cepat Jakarta Bandung diselenggarakan konsorsium BUMN berdasarkan peraturan presiden Nomor 107 tahun 2015.

2 Yennesi Rosita, “Cerita Tentang Kereta Api Cepat Indonesia-Cina”, Majalah Translaw. edisi 1 /2016, hlm. 10-11.

(3)

Artinya pembangunan kereta cepat tidak menggunakan APBN dan tidak mendapat jaminan pemerintah, payung hukum tersebut bertentangan dengan petaturan yang lebih tinggi, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang pendirian, pengurusan, pengawasan, dan pembubaran BUMN yang menyatakan, setiap risiko kerugian finansial ataupun selisih margin dari yang diharapkan pada proyek penugasan BUMN, maka pemerintah harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan. Artinya apabila proyek ini mengalami kerugian, setiap risiko kerugian finansial ataupun selisih margin dari yang diharapkan pada proyek penugasan BUMN, maka pemerintah harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan.3

Mengingat untuk pertama kalinya pemerintah memberikan konsesi pada badan usaha patungan asing dan Indonesia di bidang perkeretaapian dan Pemerintah tidak mengeluarkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sama sekali dan jaminan apapun.4 Terhadap pelaksanaan penyediaan infrastruktur Kereta Cepat dengan bentuk Kerjasama Pemerintah dan Swasta dengan skema Business to Business (B to B), maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Potensi Keuntungan Bagi Kepentingan Pemerintah dan Swasta dalam Penyelenggaraan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan penerapan prinsip Business to Business (B to B) dalam Perjanjian Penyelenggaraan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Oleh karena itu, Penulis melakukan penulisan

3 Luthfi Muhammad Iqbal, “Kontraversi Kereta Cepat Jakarta – Bandung“,

http://beritapatroli.id/terbaru/kontraversi-kereta-cepat-jakarta-bandung/, diakses tanggal 10 September 2017.

4 Ignasiun Jonan, ”Kereta Cepat Jakarta-Bandung Masa Konsesi 50 Tahun”, Majalah Transindo, edisi No. 117/TH IX/1-30 April 2016, hlm 16.

(4)

hukum dalam bentuk tesis dengan judul “Perjanjian Penyelenggaraan

Pembangunan Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung Antara Pemerintah Dan Swasta”.

2. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana potensi keuntungan bagi kepentingan pemerintah dan swasta dalam penyelenggaraan kereta cepat Jakarta-Bandung?

2. Bagaimana penerapan prinsip business to business dalam perjanjian penyelenggaraan kereta cepat Jakarta-Bandung?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis potensi keuntungan bagi kepentingan pemerintah dan swasta dalam penyelenggaraan kereta cepat Jakarta-Bandung.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan prinsip business to

business dalam perjanjian penyelenggaraan kereta cepat

(5)

4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan agar dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan hukum perusahaan pada khususnya.

2. Kegunaan Praktis

a Memberikan masukan bagi lembaga pemerintah yang berkaitan dengan perjanjian penyelenggaraan pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung antara pemerintah dan swasta.

b Memberikan pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya dan pemerintah dan swasta pada khususnya ketika mengalami kasus hukum, dan membutuhkan kepastian hukum dalam rangka mempertahankan hak yang dimiliki.

5. Keaslian Penelitian

Kerjasama Pemerintah Swasta bukanlah suatu topik penelitian baru. Sejauh pengetahuan dan penelusuran yang dilakukan oleh penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan melalui situs perpustakaan di beberapa Universitas di Indonesia, belum terdapat penelitian yang mengangkat Kerjasama Pemerintah Swasta dengan skema/pola Business

(6)

prasarana perkeretaapian. Akan tetapi, telah ada beberapa penelitian dengan topik seputar Kerjasama Pemerintah Swasta yaitu:5

1. Tesis yang ditulis oleh Raditya M. Kusumaningprang (2014), mahasiswa S2 Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada yang berjudul “Implementasi Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dalam Penyediaan Infrastruktur di Indonesia: Studi Kasus Pembangunan Jalan Tol Bali Mandara”. Penulisan ini membahas mengenai Pendanaan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur. Salah satu pendekatan alternatif yang diambil adalah melalui keterlibatan swasta. Meskipun Pemerintah telah menyusun berbagai aturan, namun Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) belum diimplementasikan secara luas. Penelitian fokus pada lingkup pembangunan jalan tol, khususnya pengalaman yang dipetik dari pembangunan Jalan Tol Bali Mandara. Secara khusus penelitian ini meneliti kesuksesan implementasi KPS dalam pembangunan jalan tol, khususnya Jalan Tol Bali Mandara. Pada penulisan hukum ini, diambil kesimpulan bahwa perjanjian KPS telah sesuai dengan prinsip dan kriteria Kerjasama Pemerintah Swasta sebagaimana tertera dalam Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 yakni belum termasuk dalam rencana induk sektor, terintegrasikan secara teknis dengan rencana induk sektor, layak secara ekonomi dan finansial serta tidak memerlukan dukungan pemerintah dalam bentuk kontribusi fiskal.

5Raditya M. Kusumaningprang, ”Implementasi Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dalam Penyediaan Infrastruktur di Indonesia: Studi Kasus Pembangunan Jalan Tol Bali Mandara”, Tesis, S2 Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada, hlm. 16.

(7)

2. Tesis yang ditulis oleh Yelys Ari Kurnia Wardani (2014), mahasiswa S2 Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada yang berjudul “Analisis yuridis perjanjian pengusahaan jalan tol (ppjt) Sebagai suatu kerjasama pemerintah dan swasta dalam Proyek infrastruktur (studi kasus terhadap perjanjian pengusahaan jalan tol Ruas kanci-pejagan)”. Penulisan ini membahas mengenai Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol Ruas Kanci – Pejagan merupakan perjanjian antara Pemerintah dengan PT. Semesta Marga Raya dengan masa konsesi selama 35 (tiga puluh lima) tahun terhitung sejak 29 Mei 2006. Penelitian ini meneliti penerapan prinsip Transparansi telah dilakukan dengan adanya kewajiban bagi kedua pihak untuk menyampaikan laporan kepada satu sama lain sesuai ketentuan dalam PPJT. diambil kesimpulan bahwa PPJT dimaksud telah mengimplementasikan asas Proporsionalitas yang terlihat dari pembagian hak dan kewajiban antara para pihak dan kesesuaiannya dengan Peraturan Presiden Tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (PerPres Nomor 67 Tahun 2005 dan perubahannya). Mengenai fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan PPJT dimaksud dilakukan oleh BPJT sebagai wakil dari Pemerintah.

3. Tesis yang ditulis oleh Irvan Amirullah (2009), mahasiswa S2 Magister Perencanaan Kota dan Daerah Universitas Gadjah Mada yang berjudul “Penyediaan Infrastruktur Perkotaan Melalui Kerjasama Pemerintah dan Swasta Pada Terminal Tipe A Giwangan Yogyakarta”. Penulisan ini membahas mengenai pentingnya pemerintah daerah untuk menyediakan

(8)

sarana infrastruktur perkotaan untuk mendorong pembangunan daerah yang berkelanjutan. Secara khusus, penelitian ini meneliti proyek kerjasama pemerintah dan swasta pada Terminal Giawangan di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada penulisan hukum ini, diambil kesimpulan bahwa perjanjian KPS Giwangan tidak berhasil mencapai

value-for-money karena resiko dialokasikan secara kurang mantap dan

beberapa jenis resiko disadari saat proyek berjalan.

4. Tesis yang ditulis oleh Dini Suci Fatimah (2011), mahasiswa S2 Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada yang berjudul “Pinjaman Daerah Dan Public Private Partnership sebagai Alternatif Pembiayaan Pembangunan Bandar Udara Perintis di Kabupaten Labuhanbatu.” Penulisan ini menganalisis kemampuan keuangan Pemerintah Daerah dalam melakukan pinjaman daerah dan menghitung batas maksimum pijaman sebagai alternatif pembiayaan pembangunan badar udara perintis Kabupaten Labuhanbatu. Penelitian ini juga bertujuan menganalisis penerapan PPP sebagai alternatif pembiayaan dalam pembangunan bandar udara perintis Kabupaten Labuhanbatu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtut waktu

(time series) berupa laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Kabupaten Labuhanbatu dari 2005-2009 yang terdiri dari PAD, BHP/BHBP, DAU dan belanja wajib yang terdiri dari gaji pegawai dan gaji DPRD, data PDRB Kabupaten Labuhanbatu, serta data studi kelayakan bandar udara Kabupaten Labuhanbatu.

(9)

Dari beberapa penelitian yang ditemukan, penulis beranggapan bahwa penulisan hukum yang dibuat Penulis memiliki perbedaan dengan penulisan hukum yang telah ada sebelumnya. Adapun perbedaan tersebut terletak pada:

1. Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, Penulis berencana untuk melakukan penelitian di Jakarta diamana lokasi subyek penelitian berada, yaitu di lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.

2. Isi/Objek Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada Potensi Keuntungan Bagi Kepentingan Pemerintah dan Swasta dalam Penyelenggaraan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dan penerapan skema/pola Business to Business dalam perjanjian kerjasama Penyelenggaraan Prasarana Perkeretaapian dalam Penyediaan Infrastruktur Kereta Api.

Berdasarkan hal tersebut, penulis beranggapan bahwa tesis ini dilakukan dengan itikad baik tanpa adanya maksud atau niat untuk melakukan tindakan plagiarism. Apabila terdapat penelitian yang serupa, maka diharapkan penelitian ini dapat menambah serta memperkaya khasanah penulisan hukum yang bersifat akademis.

Referensi

Dokumen terkait

Indocement yang mempengaruhi dalam proses pelaksanaan CSR-nya adalah cara pandang perusahaan yang memandang CSR as a commitment, visi dan misi CSR yang fokus pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi guru bahasa daerah Kaili dilakukan berdasarkan 3 tahapan sebagai komunikator, yaitu yang pertama ethos pada guru bahasa

Untuk koefisien regresi variabel orientasi pembelian impulsif sebesar 0,022, variabel orientasi merek sebesar 0,070, variabel orientasi kualitas sebesar 0,174,

4.1 Tahap Perencanaan Audit Internal terhadap Persediaan pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtawening Kota Bandung

Alasan yang mendukung penulis dalam penulisan ini adalah perlunya metode yang tepat dan efisien dalam perencanaan jalan agar di peroleh hasil yang terbaik dan

Setelah diketahui bahwa lingkar tubuh juga merupakan cara yang mantap untuk mengetahui proporsi bagian tubuh wanita dan ketebalan lemak, maka dapat

pada akarnya. Di dalam nodul tersebut terdapat bakteri tersebut terdapat bakteri Rhizobium Rhizobium.. yang dapat mengikat nitrogen bebas dari. yang dapat mengikat nitrogen bebas dari

Sedangkan, penyimpanan tenaga pada kapasitor elektrokimia dua lapisan (KEDL) hampir menyerupai kapasitor tradisional yaitu melalui pemisahan muatan. Supercapasitor dapat menyimpan