• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 1

ASPEK PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA

KARYA

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah.

Pembahasan mengenai aspek keuangan pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kota Ternate, yang meliputi:

1. Pembelanjaan untuk pengoperasiaan dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun;

2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada; 3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.

Pembahasan aspek ekonomi disini dilakukan dengan memperhatikan hasil total atau produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut.

Pembahasan mengenai aspek keuangan pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kota Ternate, yang meliputi:

(2)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 2 1. Pembelanjaan untuk pengoperasiaan dan pemeliharaan prasarana yang telah

terbangun;

2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada; 3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.

Pembahasan aspek ekonomi disini dilakukan dengan memperhatikan hasil total atau produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang

9.1. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. 4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga

(3)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 3 Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

 Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

 Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

(4)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 4

 cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2. Profil APBD Kabupaten/Kota 9.2.1. Penerimaan Pendapatan

Komponen Penerimaan Pendapatan adalah penerimaan yang merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambahan kekayaan bersih. Dimana komponen penerimaan daerah ini terdiri atas :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD). 2. Dana Perimbangan.

3. Pendapatan Lainnya.

9.2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD merupakan semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali, atau dalam pengertian lainnya adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan

(5)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 5 Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Secara keseluruhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari : 1. Pajak Daerah

Pajak-pajak Daerah diatur oleh UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, yang antara lain bersumber dari beberapa pajak sebagai berikut :

a. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Pajak Kendaraan di Atas Air; c. Pajak Bea Balik Nama; d. Pajak Bahan Bakar;

e. Pajak Pengambilan Air Tanah; f. Pajak Hotel;

g. Pajak Restoran; h. Pajak Hiburan; i. Pajak Reklame;

j. Pajak Penerangan Jalan; k. Pajak Galian Golongan C; l. Pajak Parkir; dan

m. Pajak lain-lain. 2. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah diatur oleh UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, yang antara lain bersumber dari beberapa retribusi sebagai berikut :

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan; b. Retribusi Pelayanan Persampahan; c. Retribusi Biaya Cetak Kartu;

d. Retribusi Pemakaman; e. Retribusi Parkir di Tepi Jalan; f. Retribusi Pasar;

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; h. Retribusi Pemadam Kebakaran; dan lain-lain.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain berupa hasil deviden BUMD.

4. Lain-lain PAD yang sah

Lain-lain pendapatan yang sah, antara lain terdiri dari pendapatan sebagai berikut : a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

b. Jasa giro;

c. Pendapatan bunga;

d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

Dalam struktur APBD, jenis pendapatan yang berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dirinci menjadi :

(6)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 6 a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. 2. Jenis Pajak Kabupaten/Kota, terdiri atas:

a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C; g. Pajak Parkir;

h. Retribusi, dirinci menjadi :

 Retribusi Jasa Umum

 Retribusi Jasa Usaha

 Retribusi Perijinan Tertentu

9.2.1.2. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan antar Pemerintah Daerah. Prinsip Kebijakan Perimbangan Keuangan, antara lain :

1. Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyeleng-garaan Desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

2. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pemberian sumber keuangan negara kepada Pemerintahan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dengan memper-hatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.

3. Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Ketiga komponen Dana Perimbangan merupakan sistem transfer dana dari Pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh.

Secara keseluruhan Dana Perimbangan terdiri atas 3 (tiga) jenis dana, yakni : 1. Dana Bagi Hasil

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai

(7)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 7 kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam, dimana dana bagi hasil secara rinci terbagi atas :

a. Bagi Hasil Pajak (BHP), terdiri dari :

 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); dan

 Pajak Penghasilan Badan maupun Pribadi, Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

b. Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) atau yang berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam, terdiri dari :

 Kehutanan;

 Pertambangan umum;

 Perikanan;

 Penambangan minyak bumi;

 Pertambangan gas bumi; dan

 Pertambangan panas bumi. 2. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan kepada daerah dengan tujuan untuk memeratakan kemampuan keuangan antar daerah dan penyediaan pelayanan publik antar pemerintah daerah di Indonesia. Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Netto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Keduanya adalah :

a. Celah Fiskal

Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah. Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Layanan dasar publik antara lain adalah penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan infrastruktur, dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Jumlah penduduk merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan publik di setiap daerah. Setiap kebutuhan pendanaan diukur secara berturut-turut dengan:

 jumlah penduduk

 luas wilayah

 Indeks Kemahalan Konstruksi

 Produk Domestik Regional Bruto per kapita

 Indeks Pembangunan Manusia.

Luas wilayah merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan atas penyediaan sarana dan prasarana per satuan wilayah. Indeks Kemahalan Konstruksi merupakan cerminan tingkat kesulitan geografis yang dinilai berdasarkan tingkat kemahalan harga prasarana fisik secara relatif antar-Daerah. Produk Domestik Regional Bruto merupakan cerminan potensi dan aktivitas perekonomian suatu Daerah yang dihitung berdasarkan total seluruh output produksi kotor dalam suatu wilayah. Indeks Pembangunan Manusia merupakan variabel yang mencerminkan

(8)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 8 tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk atas layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan

Kapasitas Fiskal Daerah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan Dana Bagi Hasil. Proporsi DAU antara daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota. Celah fiskal dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan fiskal Daerah dan kapasitas fiskal Daerah.

DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah provinsi dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah provinsi. Bobot daerah provinsi merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah provinsi. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah kota/ kabupaten dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah kabupaten/kota. Bobot daerah kabupaten/kota merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah kabupaten/kota. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan nol menerima DAU sebesar alokasi dasar. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah dikurangi nilai celah Fiskal. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima DAU. Data untuk menghitung kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal diperoleh dari lembaga statistik pemerintah dan/atau lembaga pemerintah yang berwenang menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan

b. Alokasi Dasar

Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah gaji pokok ditambah tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan sesuai dengan peraturan penggajian Pegawai Negeri Sipil. Pemerintah merumuskan formula dan penghitungan DAU dengan memperhatikan pertimbangan dewan yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan otonomi daerah. Hasil penghitungan DAU per provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12 (satu perdua belas) dari DAU Daerah yang bersangkutan. Penyaluran DAU dilaksanakan sebelum bulan bersangkutan

3. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus (DAK) diberikan untuk kegiatan khusus, misalnya: reboisasi, penambahan sarana pendidikan dan kesehatan, serta bencana alam. Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. DAK dialokasikan kepada Daerah tertentu yang memenuhi kriteria untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah. Kegiatan khusus sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN. Fungsi dalam rincian Belanja Negara antara lain terdiri atas layanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan

(9)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 9 hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan sosial.

a. Kemampuan Daerah (APBD)

Penilaian kemampuan daerah diperoleh dari pengurangan Penerimaan umum APBD dengan Belanja Pegawai. Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kekhususan suatu Daerah dan karakteristik Daerah. Karakteristik Daerah antara lain adalah daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah yang termasuk rawan banjir dan longsor, serta daerah yang termasuk daerah ketahanan pangan. Kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian Negara/departemen teknis. peraturan perundangundangan adalah Undang-Undang Kriteria teknis antara lain meliputi standar kualitas/kuantitas konstruksi, serta perkiraan manfaat lokal dan nasional yang menjadi indikator dalam perhitungan teknis.

b. Dana Pendamping

Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya 10 (sepuluh persen) dari alokasi DAK. Dana Pendamping dianggarkan dalam APBD. Namun Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak diwajibkan menyediakan Dana Pendamping

9.2.1.3. Lain-Lain Pendapatan.

Lain-lain Pendapatan bertujuan memberi peluang kepada daerah untuk memperoleh pendapatan selain pendapatan dari PAD, Dana perimbangan dan Pinjaman daerah. Lain-lain Pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan Dana Darurat. Pendapatan Hibah adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. Pendapatan hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat. Hibah kepada Daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui Pemerintah. Hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara Pemerintah Daerah dan pemberi hibah. Hibah digunakan sesuai dengan naskah perjanjian. Tata cara pemberian, penerimaan, dan penggunaan hibah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber APBD.

Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa ditetapkan oleh Presiden Pemerintah dapat mengalokasikan Dana Darurat pada daerah yang dinyatakan mengalami krisis solvabilitas. Krisis solvabilitas adalah krisis keuangan berkepan-jangan yang dialami Daerah selama 2 (dua) tahun anggaran dan tidak dapat diatasi melalui APBD. Daerah dinyatakan mengalami krisis solvabilitas berdasarkan evaluasi Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Krisis solvabilitas ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri atas :

(10)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 10 1. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi

swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat.

2. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam.

3. Dana Bagi Hasil Pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota.

4. Dana Penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah. 5. Bantuan Keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

9.2.2. Pinjaman Daerah

Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pinjaman Daerah bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah. Ketentuan dalam pinjaman daerah ini antara lain :

1. Batasan Pinjaman

Pemerintah menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan keadaan dan prakiraan perkembangan perekonomian nasional. Batas maksimal kumulatif pinjaman tidak melebihi 60 (enam puluh persen) dari Produk Domestik Bruto tahun bersangkutan. Menteri Keuangan menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah secara keseluruhan selambat-lambatnya bulan Agustus untuk tahun anggaran Berikutnya. Pengendalian batas maksimal kumulatif Pinjaman Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri. Pelanggaran terhadap ketentuan, dikenakan sanksi administratif berupa penundaan dan/atau pemotongan atas penyaluran Dana Perimbangan oleh Menteri Keuangan.

2. Sumber pinjaman

Pinjaman Daerah bersumber dari: a. Pemerintah;

b. Pemerintah Daerah lain; c. Lembaga keuangan bank; d. Lembaga keuangan bukan bank; e. Masyarakat.

Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah diberikan melalui Menteri Keuangan. Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat berupa Obligasi Daerah diterbitkan melalui pasar modal.

3. Jenis dan jangka waktu pinjaman Jenis Pinjaman terdiri atas, a. Pinjaman Jangka Pendek; b. Pinjaman Jangka Menengah; c. Pinjaman Jangka Panjang.

Pinjaman Jangka Pendek merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Pinjaman jangka pendek tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam jasa tidak dilakukan pada saat barang dan

(11)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 11 atau jasa dimaksud diterima. Pinjaman Jangka Menengah merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang bersangkutan. Pinjaman Jangka Panjang merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.

4. Penggunaan pinjaman

Pinjaman Jangka Pendek dipergunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas. Pinjaman Jangka Menengah dipergunakan untuk membiayai penyediaan layanan umum yang tidak menghasilkan penerimaan. Pinjaman Jangka Panjang dipergunakan untuk membiayai proyek investasi yang menghasilkan penerimaan. Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

5. Persyaratan pinjaman

Dalam melakukan pinjaman, Daerah wajib memenuhi persyaratan:

a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya.

b. Rasio kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan pinjaman ditetapkan oleh Pemerintah

c. Daerah tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari Pemerintah.

Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain. Pendapatan Daerah dan/atau barang milik Daerah tidak boleh dijadikan jaminan Pinjaman Daerah. Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik Daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah.

9.2.3. Pengeluaran Belanja

Komponen pengeluaran belanja secara menyeluruh terdiri dari 4 (empat) jenis pembelanjaan, keempat jenis pembelajaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Belanja Operasi

2. Belanja Modal

3. Tranfer ke Desa/kelurahan 4. Belanja tak Terduga.

Sub-komponen dari keempat Pengeluaran Belanja Daerah diatas meliputi: 1. Belanja Operasi a. Belanja Pegawai b. Belanja Barang c. Belanja Bunga d. Belanja Subsidi e. Belanja Hibah

f. Belanja Bantuan Sosial 2. Belanja Modal

a. Belanja Tanah

b. Belanja Peralatan dan mesin c. Belanja Gedung dan bangunan

(12)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 12 d. Belanja Jalan dan Jaringan

e. Belanja Aset Tetap Lainnya f. Belanja Aset Lainnya 3. Transfer ke Desa/Kelurahan

a. Bagi hasil Pajak b. Bagi Hasil Retribusi

c. Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 4. Belanja tak Terduga

Menurut Permendagri No.13 Tahun 2006, Belanja Daerah dibagi ke dalam dua kelompok, yakni :

1. Kelompok Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Tidak Langsung terdiri dari :

a. Belanja Pegawai; b. Belanja Bunga; c. Belanja Subsidi; d. Belanja Hibah;

e. Belanja Bantuan Sosial; f. Belanja Bagi Hasil;

g. Belanja Bantuan Keuangan; h. Belanja tak Terduga.

2. Kelompok Belanja Langsung

Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung terdiri dari :

a. Belanja Pegawai;

b. Belanja Barang dan Jasa; c. Belanja Modal.

9.2.4. Pembiayaan

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Dengan demikian, Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan. Selisih dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan disebut Pembiayaan Netto dan jumlahnya harus dapat menutup defisit anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Secara keseluruhan untuk Komponen Pembiayaan Daerah diatur dalam beberapa sub komponen sebagai berikut :

(13)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 13 a. Penggunaan SILPA atau Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran

Sebelumnya;

b. Pencairan dana Cadangan;

c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; d. Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat;

e. Pinjaman dalam Negeri-Pemda lain; f. Pinjaman dalam Negeri-Bank; g. Pinjaman dalam Negeri-Non bank; h. Pinjaman dalam Negeri-Obligasi; i. Pinjaman dalam Negeri-Lainnya;

j. Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara; k. Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan daerah; l. Penerimaan kembali pinjaman kepada Pemda Lainnya. 2. Pengeluaran Pembiayaan, terdiri dari :

a. Pembentukan dana cadangan;

b. Penanaman modal Pemerintah daerah;

c. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Pemerintah Pusat; d. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemda Lainnya; e. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Bank;

f. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Non Bank; g. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Obligasi; h. Pembayaran Pokok Pinjaman Lainnya;

i. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara; j. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah; k. Pemberian Pinjaman kepada Pemda Lainnya.

Gambaran umum keuangan Kabupaten Halmahera Selatan dalam beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(14)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 14 Tabel 9.1. Perkembangan Pendapatan Daerah Kab. Halmahera Selatan Tahun 2010-2014 ( Juta Rupiah)

Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. %

11,735.33 2.61 32,296.62 5.48 43,970.61 6.77 31,101.04 4.65 37,746.33 5.38

1 Pajak Daerah 1,223.58 0.27 2,333.99 0.40 3,373.02 0.52 3,310.62 0.50 6,800.00 0.97

2 Retribusi Daerah 1,534.53 0.34 2,194.37 0.37 2,815.45 0.43 4,828.05 0.72 7,998.47 1.14

3 Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan - - 197.83 0.03 - - - - - -

4 Lain-Lain PAD 8,977.22 1.99 27,570.43 4.68 37,782.14 5.82 22,962.37 3.44 22,947.86 3.27

1.2. Dana Perimbangan 425,362.40 94.48 476,828.32 80.92 584,519.57 90.00 611,891.82 91.58 637,904.20 91.00

5 Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan

Pajak 73,553.76 16.34 62,386.97 10.59 86,746.49 13.36 64,598.82 9.67 54,877.04 7.83

6 Dana Alokasi Umum 307,210.34 68.24 363,872.55 61.75 445,160.14 68.55 479,627.29 71.78 524,814.37 74.87

7 Dana Alokasi Khusus 44,598.30 9.91 50,568.80 8.58 52,612.94 8.10 67,665.71 10.13 58,212.79 8.30

13,094.04 2.91 80,135.44 13.60 20,949.13 3.23 25,158.87 3.77 25,320.30 3.61

8 Pendapatan Hibah 227.75 0.05 1,536.76 0.26 112.72 0.02 - - - -

9 Dana Darurat - - - - - - - - - -

10 DBH Pajak dari Pemda Lainnya 2,389.64 0.53 3,114.01 0.53 3,492.79 0.54 3,276.88 0.49 3,438.31 0.49

11 Dana Penyesuaian & Otonomi

Khusus 8,130.00 1.81 75,484.67 12.81 17,343.62 2.67 21,881.99 3.28 21,881.99 3.12

12 Bantuan Keuangan Provinsi/

Pemda Lain - - - - - - - - -

13 Pendapatan Lainnya 2,346.65 0.52 - - - - - - - -

450,191.77 100.00 589,260.38 100.00 649,439.31 100.00 668,151.73 100.00 700,970.83 100.00

Total Pendapatan

1.1. Pendapatan Asli Daerah

PENDAPATAN DAERAH

1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

(15)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 15 Tabel 9.2. Perkembangan Belanja Daerah Kab. Halmahera Selatan Tahun 2010-2014 ( Juta Rupiah)

Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. %

2.1. Belanja Tidak Langsung 229,651.81 60.64 263,294.50 47.35 281,522.32 41.92 300,456.64 45.62 344,254.82 42.05 1 Belanja Pegawai 148,252.95 39.14 221,290.55 39.80 238,921.02 35.58 243,488.73 36.97 288,976.82 35.30 2 Belanja Bunga 1,617.42 0.43 - - - - - - 2,500.00 0.31 3 Belanja Subsidi 828.00 0.22 642.00 0.12 1,593.90 0.24 5,585.00 0.85 9,000.00 1.10 4 Belanja Hibah 27,896.46 7.37 8,946.73 1.61 14,188.74 2.11 20,451.54 3.11 13,100.00 1.60 5 Belanja Bantuan Sosial 24,259.87 6.41 14,548.85 2.62 5,025.55 0.75 6,810.87 1.03 4,250.00 0.52

Belanja bagi hasil kepada

Prov/Kab/Desa 560.00 0.15 431.79 0.08 634.19 0.09 380.96 0.06 1,000.00 0.12 6 Belanja Bantuan Keuangan kepada

Prov/Kab/Desa 26,105.00 6.89 14,940.00 2.69 18,675.00 2.78 21,678.00 3.29 22,428.00 2.74 7 Belanja Tak Terduga 132.11 0.03 2,494.58 0.45 2,483.92 0.37 2,061.54 0.31 3,000.00 0.37

2.2. Belanja Langsung 149,084.07 39.36 292,710.64 52.65 390,066.64 58.08 358,156.30 54.38 474,455.04 57.95 1 Belanja Pegawai 43,251.20 11.42 53,235.00 9.57 77,220.32 11.50 93,916.26 14.26 67,134.13 8.20 2 Belanja Barang dan Jasa 50,580.16 13.35 115,482.41 20.77 155,140.04 23.10 134,873.49 20.48 149,224.29 18.23 3 Belanja Modal 55,252.71 14.59 123,993.23 22.30 157,706.28 23.48 129,366.55 19.64 258,096.62 31.52

378,735.88 100.00 556,005.14 100.00 671,588.96 100.00 658,612.94 100.00 818,709.86 100.00 Tahun 2014 *)

TOTAL BELANJA BELANJA DAERAH

(16)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 16 Tabel 9.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. %

3.1. Penerimaan Pembiayaan 56.69 3,182.46 29,771.40 (2,672.93) 121,800.00

1 Penggunaan SiLPA - - 3,125.17 98.20 29,536.42 99.21 (2,722.04) 101.84 44,000.00 36.12 2 Pencairan Dana Cadangan - - - - - - - - - - 3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah - - - - - - - - - - 4 Penerimaan Pinjaman dan Obligasi

Daerah - - - - - - - - 77,800.00 63.88 5 Penerimaan Kembali Pemberian

Pinjaman Daerah 56.69 100.00 57.29 1.80 234.98 0.79 49.11 (1.84) - - 6 Penerimaan Piutang Daerah - - - - - - - - - -

3.2. Pengeluaran Pembiayaan 68,387.20 5,208.24 8,923.15 11,657.67 4,000.00

1 Pembentukan Dana Cadangan - - - - - - - - - - 2 Penyertaan Modal (Investasi)

Pemda - - - - 3,500.00 39.22 - - 4,000.00 100.00 3 Pembayaran Pokok Pinjaman 68,387.20 100.00 5,208.24 100.00 259.15 2.90 11,657.67 100.00 - - 4 Pemberian Pinjaman Daerah - - - - 5,164.00 57.87 - - - -

(68,330.51) (2,025.78) 20,848.25 (14,330.60) 117,800.00 Tahun 2014 *)

PEMBIAYAAN NETTO BELANJA DAERAH

(17)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 17 Pendapatan Daerah Kabupaten Halmahera Selatan dari tahun ke tahun cenderung mengalami naik turun. Pada tahun 2010 total Pendapatan Daerah Kabupaten Halmahera Selatan Rp. 450.191,77, kemudian terjadi peningkatan sampai dengan 2014 menjadi Rp.

700.970,83, -. Komponen yang memiliki persentasi kontribusi terbanyak terhadap besarnya

PAD dalam 5 tahun terakhir adalah Dana Perimbangan (lihat tabel 9.1). Kondisi ini menunjukan bahwa dalam lima tahun terakhir penerimaan pendapatan Kabupaten Halmahera Selatan sangat tergantung pada pemerintah pusat dan/atau propinsi, yaitu mengandalkan dana perimbangan sebagai sumber terbesar penerimaan pendapatannya. Dana perimbangan terbesar berasal dari Dana Alokasi Umum, PAD terbesar bersumber dari penerimaan retribusi daerah.

Jumlah pendapatan total Kabupaten Halmahera Selatan memiliki peningkatan naik dari tahun 2010 hingga 2014.Hal ini seiring dengan peningkatan jumlah seluruh komponen. Namun demikian ada beberapa komponen yang hanya memberi kontribusi pendapatan daerah hanya pada tahun tertentu seperti hasil pengelolaan kekayan daerah yang dipisahkan, pendapatan hibah, dan pendapatan lainnya. Pada komponen dana darurat dan bantuan keuangan provinsi/pemda lainnya dari tahun 2010 sampai dengan 2014 tidak memberi pendapatan daarah. Perkembangan belanja daerah dalam 5 tahun terakhir lebih banyak dihabiskan untuk Belanja Langsung, yaitu belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal.

Komponen Belanja Kabupaten Halmahera Selatan meliputi belanja langsung dan belanja tak langsung. Seluruh komponen Belanja Langsung rutin ada dalam lima tahun terakhir bahkan terus terjadi peningkatan setiap tahunnya.

9.3. Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Proyeksi keuangan daerah Kabupaten Halmahera Selatan 5 tahun ke depan dapat dilihat pada tabel 9.4 dan tabel 9.5. Proyeksi APBD dilakukan dengan menghitung laju pertumbuhan dari masing – masing komponen pendapatan daerah dalam 3 tahun terakhir, yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain PAD yang Sah serta Belanja Daerah.

1. Laju persen pertumbuhan PAD adalah 0,04, artinya PAD Kabupaten Halmahera Selatan dalam lima tahun ke depan akan mengalami peningkatan 0,04. Dengan laju pertumbuhan tersebut diperoleh PAD lima tahun ke depan, pada 2015 meningkat menjadi 730,600 juta, hingga 2019 menjadi 849.117 juta.

2. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah laju persen pertumbuhannya 0,10. Dengan laju pertumbuhan tersebut secara berturut- turut perkiraan Lain-lain PAD yang sah adalah 27,946 juta pada tahun 2015, tahun 2016 meningkat menjadi 30,517 juta hingga 2019 perkiraannya mencapai 38,447 miliyar.

(18)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 18 Tabel 9.4. Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

2,012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

43,971 31,101 37,746 -0.04 36,255 34,764 33,272 31,781 30,290

Pajak Daerah 3,373 3,311 6,800 0.04 7,065 7,330 7,595 7,860 8,125

Retribusi Daerah 2,815 4,828 7,998 0.04 8,310 8,622 8,933 9,245 9,557

Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang dipisahkan - - - 0.04 - - - -

-Lain-Lain PAD 37,782 22,962 22,948 0.04 23,842 24,736 25,630 26,525 27,419

Dana Perimbangan 584,520 611,892 637,904 0.04 666,399 694,895 723,390 751,885 780,380

Dana Bagi Hasil Pajak 86,746 64,599 54,877 0.04 57,328 59,780 62,231 64,682 67,134

Dana Alokasi Umum 445,160 479,627 524,814 0.04 548,258 571,701 595,145 618,588 642,032

Dana Alokasi Khusus 52,613 67,666 58,213 0.04 60,481 62,749 65,018 67,286 69,554

- DAK Air Minum - - - 0.04 - - - - -- DAK Sanitasi - - - 0.04 - - - -

20,949 25,159 25,320 0.10 27,946 30,571 33,196 35,821 38,447

Pendapatan Hibah 112.720 - - -

-Dana Darurat - - - -

-DBH Pajak dari Pemda Lainnya 3,493 3,277 3,438 3,438 10,315

Dana Penyesuaian & Otonomi

Khusus 17,344 21,882 21,882 21,882 65,646

Bantuan Keuangan Provinsi/

Pemda Lain - - - -

-Pendapatan Lainnya - - - -

649,439 668,152 700,971 730,600 760,229 789,858 819,488 849,117 Total Pendapatan

Alokasi

PENDAPATAN DAERAH Proyeksi

% Pertumbuh

an*

Pendapatan asli daerah

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

(19)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 19 Tabel 9.5. Proyeksi Belanja Daerah 5 Tahun ke Depan

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Belanja Tidak

Langsung 280,888 300,076 343,255 0.11 379,675 416,095 452,515 488,935 525,355 Belanja Langsung 390,067 358,156 474,455 0.12 (19,999,467,921) (24,999,410,296) (29,999,352,672) (34,999,295,047) (39,999,237,423)

Belanja Pegawai 77,220 93,916 67,134

Belanja Barang & Jasa 155,140 134,873 149,224

Belanja Modal 157,706 129,367 258,097 Total Belanja 670,955 658,232 817,710 (19,999,088,246) (24,998,994,201) (29,998,900,157) (34,998,806,112) (39,998,712,068) % Pertumbuhan Realisasi Proyeksi BELANJA DAERAH

(20)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 20 Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR). Net Public

Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah

dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

Dengan dasar perhitungan tersebut dapat diketahui Tabungan Pemerintah Daerah atau kemampuan keuangannya.

Tabel 9.6 Public Saving Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah

Tahun Net Public Saving (Rp.)

2012 (21.515) 2013 9.920 2014 (116.739) Proyeksi 2015 19.999.818.846 2016 24.999.754.430 2017 29.999.690.015 2018 34.999.625.600 2019 39.999.561.184

Hasil NPS tersebut diatas diperoleh dengan memisahkan komponen belanja modal dari belanja wajib. Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa public saving pada tahun 2012 hingga 2014 mengalami suprlus. Namun proyeksi perlahan meningkat untuk perkiraan NPS lima tahun ke depan. Dengan demikian dana – dana tersebut.

9.4. Analisis Permasalahan Keuangan Daerah

Berdasarkan seluruh uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan pengelolaan keuangan Kabupaten Halmahera Selatan, setidaknya dalam lima tahun terakhir (2010 - 2014) :

1. Pendapatan daerah masih sangat tergantung dari dana perimbangan, baik pemerintah dari pusat ataupun propinsi;

2. Setidaknya dalam lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan penerimaan pendapatan lebih kecil daripada rata-rata pertumbuhan belanja. Jika hal ini dibiarkan terus, maka semakin lama kesenjangan antara belanja dan pendapatan semakin jauh. Implikasi selanjutnya, pemerintah akan memerlukan sumber pembiayaan yang lain untuk memenuhi kebutuhan belanja.

3. Penerimaan yang bersumber dari PAD masih sangat kecil rata-rata 6,4 % dari total APBD.

4. Proporsi belanja modal relatif kecil, sekitar 46,6 %. Bagaimana pun jenis belanja yang berpengaruh langsung pada peningkatan produktivitas daerah adalah belanja modal ini.

(21)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 21 Karenanya, semakin besar proporsi untuk belanja modal/pembangunan, maka peluang peningkatan produktivitas daerah pun membesar.

Di balik permasalahan pengelolaan APBD di atas, ada beberapa keunggulan yang harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan, antara lain :

1. Adanya kecenderungan PAD yang terus meningkat serta kecenderungan meningkatnya proporsi dan pertumbuhan belanja modal dari tahun ke tahun;

2. Ada komitmen pemerintah daerah untuk memperbaiki pengelolaan keuangan daerahnya secara lebih baik yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2010 - 2015.

9.5. Analisis Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Jika dilihat asumsi dan proyeksi anggaran belanja dan pendapatan tahun 2010 - 2014, adanya target dan harapan besar peningkatan pendapatan dan pengetatan pengeluaran. Peningkatan pendapatan yang dimaksud di sini terutama yang berasal dari target peningkatan sumber PAD pada tahun 2015 - 2019. Oleh sebab itu, RPJMD pun telah menggariskan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber PAD lain, antara lain melalui :

1. Peningkatan kinerja Retribusi Pasar Daerah;

2. Pajak Rumah Makan/Restoran, Pajak Hotel/Penginapan; 3. Pajak Reklame;

4. Pengembangan Perusahaan Daerah dan lain-lain;

Optimalisasi pajak dan retribusi daerah melalui langkah-langkah intensifikasi dan ekstensifikasi, yakni :

1. Intensifikasi pajak dan retribusi daerah, terutama ditujukan untuk meningkatkan kepatuhan (compliance) dan memperkuat basis pajak/retribusi yang ada.

Secara umum, proses ini meliputi :

a. Penyempurnaan landasan hukum serta law enforcement bagi pengenaan pajak dan retribusi;

b. Sosialisasi dan pemberian penyuluhan yang memadai kepada masyarakat mengenai ketentuan pajak dan retribusi daerah;

c. Peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan pendapatan daerah; d. Peningkatan koordinasi dan kerja sama antar unit satuan kerja terkait;

e. Peningkatan kualitas aparat pajak/retribusi daerah.

2. Ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah terutama ditujukan untuk memperluas basis pajak/retribusi.

Proses ini meliputi :

a. Updating data basis pajak daerah dan retribusi serta optimalisasi pemanfaatan data yang bersangkutan;

b. Pengkajian penerapan jenis retribusi baru;

c. Optimalisasi penyerapan penerimaan dari basis pajak PBB.

3. Menciptakan pendapatan daerah yang bersifat efisien (netral) dengan meminimalisir terjadinya efek distortif dari pengenaan pajak atau retribusi daerah terhadap investasi dan perekonomian keseluruhan.

(22)

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

IX - 22 Upaya ini dapat dilakukan melalui :

a. Pengkajian cost-benefit dari setiap jenis pungutan baru yang akan diterapkan;

b. Pengkajian ulang atau evaluasi berkala atas dampak ekonomi dari setiap pungutan yang ada;

c. Penghapusan beberapa jenis pungutan daerah yang bersifat distortif bagi perekonomian;

d. Mendesain ulang sistem tarif maupun administratif dari beberapa pungutan sehingga lebih efisien secara ekonomi dan efektif;

e. Meningkatkan kontribusi BUMD dengan upaya pengelolaan BUMD secara efisien dan efektif, melalui perbaikan manajemen, pembentukan subholding baru dan kemungkinan penciptaan Holding Company dan peningkatan profesionalisme BUMD, serta memperkuat permodalan.

Rencana lain yang dapat dilakukan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah adalah sebagai berikut :

1. Mencari dan membuka akses pada hibah-hibah yang seringkali tersedia, baik dari pemerintah pusat, daerah ataupun lembaga donor nasional maupun internasional. Meskipun umumnya dana hibah mengharuskan adanya dana sharing dari pemerintah daerah, namun hal tersebut adalah layak untuk mendapatkan dana yang lebih besar. Karenanya, kesediaan pemerintah daerah untuk menyiapkan dana sharing jika diperlukan merupakan keharusan.

2. Melakukan pinjaman kepada pihak luar, baik di dalam ataupun luar negeri, terutama untuk membiayai program/kegiatan produktif, bukan untuk konsumtif.

3. Khusus untuk pembiayaan pembangunan keciptakaryaan 2015-2019, perlu diupayakan dan digalakkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan. Jika ada dana lain yang bersumber dari masyarakat dan swasta, maka dana pembangunan yang diharapkan dipenuhi oleh pemerintah pusat maupun propinsi dapat berkurang yang berarti pula berkurangnya ketergantungan pemerintah daerah.

4. Pengembangan perusahaan daerah juga dapat merupakan upaya penting untuk meningkatkan pendapatan daerah. Perusahaan daerah dalam hal ini berkaitan dengan pelayanan air bersih dan pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah membutuhkan anggaran yang cukup besar, dan secara konvensional pada umumnya tidak ada pemasukan langsung dari pengolahannya. Paradigma pengelolan demikian sudah saatnya ditinggalkan, dimana sampah harus dipandang sebagai suatu komoditas yang menguntungkan dan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Sehingga pengelolaan sampah tidak lagi menjadi beban masyarakat dan bahkan Pemda, karena pengelolaan sampah telah dapat dibiayai oleh sampah itu sendiri.

Gambar

Tabel 9.6 Public Saving Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015:1) Aset tetap adalah aset yang dimiliki dan tidak untuk diperjualbelikan (baik dibuat sendiri maupun diperoleh dari

Tujuan penelitian ini adalah membuat alat pengering tipe Solar Dryer dengan media udara panas yang dihasilkan dari panas matahari yang ditangkap oleh kolektor termal..

Power Amplifier adalah alat yang berfungsi untuk mengubah sinyal input dengan. amplitude rendah menjadi output dengan amplitude yang lebih tinggi

Berdasarkan hasil analisis yaitu pada kondisi dimana iuran partai politik, calon Legislatif dan calon Eksekutif tidak bisa diharapkan lagi, maka untuk mendapatkan

Rasulullah SAW bersabda, “(Khadijah) beriman ketika orang-orang kafir kepadaku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dan dia membantuku dengan

Upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama kota Malang dalam meningkatkan penerimaan pajak penghasilan; 1) mengadakan pemetaan wilayah dimana pelaku usaha kecil

Kata yang dilantunkan oleh Pamaliatn (Dukun) menimbulkan syair-syair yang variatif sehingga terdengar estetis. Selain itu, Pamaliatn juga memperlihatkan kemampuan

Pola yang sama juga terjadi pada hasil pengukuran pada citra yang dihasilkan transduser dengan frekuensi 6,2 MHz dimana nilai FWHM dan FWTM memiliki kecenderungan