• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Dialog Karakter Utama Ibu Lela Dalam Naskah Film Pendek Antara Aku, Bapak Dan Papa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembangunan Dialog Karakter Utama Ibu Lela Dalam Naskah Film Pendek Antara Aku, Bapak Dan Papa"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP.

(2) PEMBANGUNAN DIALOG KARAKTER UTAMA IBU LELA DALAM NASKAH FILM PENDEK ANTARA AKU, BAPAK DAN PAPA Laporan Tugas Akhir Ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Desain (S.Ds.). Nama. : Evie Khusnul Khotimah. NIM. : 13120210096. Program Studi. : Desain Komunikasi Visual. Fakultas. : Seni & Desain. UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA TANGERANG 2017. Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(3) LEMBARPERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT. Saya yang bertanda tangan di bawah ini:. Nama. : Evie Khusnul Khotimah. NIM. : 13120210096. Program Studi : Desain Komunikasi Visual Fakultas. : Seni & Desain Universitas Multimedia Nusantara. Judul Tugas Akhir: PEMBANGUNAN DIALOG KARAKTER UTAMA IBU LELA DALAM NASKAH FILM PENDEK ANTARA AKU, BAPAK DAN PAPA dengan ini menyatakan bahwa, laporan dan karya Tugas Akhir ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana, baik di Universitas Multimedia Nusantara maupun di perguruan tinggi lainnya. Karya tulis ini bukan saduran/terjemahan, murni gagasan, rumusan dan pelaksanan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan nara sumber. Demikian surat Pernyataan Orisinalitas ini saya buat dengan sebenarnya, apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan serta ketidakbenaran dalam. Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(4) pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan. ii Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(5) iii Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(6) KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga-Nya, para sahabat-Nya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amin. Penulisan ini dilakukan berdasarkan sebagai salah satu syarat terpenuhinya untuk Tugas Akhir yang menjadi bagian besar dalam tahap perkuliahan Penulis di Universitas Multimedia Nusantara. Selain itu, Penulis akan menerapkan ilmu-ilmu yang sudah dipelajari selama menjalankan perkuliahan ke dalam Laporan Tugas Akhir ini. Laporan ini ditulis berdasarkan naskah yang dibuat untuk mengawali sebuah produksi film pendek Tugas Akhir. Bentuk Tugas Akhir yang Penulis kerjakan adalah sebuah naskah film pendek dengan topik budaya popular yang mengambil sudut pandang dari seorang penonton sinetron. Pengembangan naskah ini mengikuti maraknya fenomena masyarakat yang menikmati hiburan tayangan televisi sebagai salah satu kebutuhan mereka sehari-hari.Naskah ini menghasilkan sebuah alur cerita dengan penggambaran fenomena pengidolaan. yang. melanda masyarakat. secara. menyeluruh. Laporan Tugas Akhir ini juga tidak luput dengan kehadiran dari orangorang yang telah banyak mendukung penulis dalam menyelesaikan Laporan ini. Oleh sebab itu,Penulismengucapkan terima kasih kepada:. iv Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(7) 1. Yusup Sigit Martyastiadi, S.T., M.Inf.Tech. selaku Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Multimedia Nusantara atas dukungannya untuk mahasiswa. 2. Ina Listyani Riyanto, S.Pd., M.A. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, tenaga dan dukungan kepada Penulis selama penulisan Laporan Tugas Akhir. 3. Kemal Hasan, S.T., M.Sn. selaku Dosen Pembimbing Karya Tugas Akhir yang telah memberikan banyak kritik dan saran pada awal pengerjaan Tugas Akhir. 4. Yosep Anggi Noen, S.I.P. dan Perdana Kartawiyudha, M.Sn. selaku Dosen Mata Kuliah Scriptwriting II yang telah memberikan banyak kritik dan saran untuk penulisan naskah Tugas Akhir. 5. Dra. Setianingsih Purnomo, M.A. selaku Dosen Mata Kuliah Seminar yang telah memberikan banyak dukungan dan masukan selama masa perkuliahan semester ganjil 2016-2017 kepada Penulis. 6. Seluruh kru film pendek Antara Aku, Bapak dan Papa yang sudah menjadi bagian dari Tugas Akhir. 7. Keluarga besar Penulis, Muhammad Ersyad Riyadi, Zainab Salehuddin dan Ahmad Fitriyadi Ainulyakin yang telah memberikan dukungan, semangat dan do’a terbesar kepada Penulis. 8. Teman-teman Penulis, Dena Noor Apriliana, Donna Riyadi, Shara Asma Kinanthi, Elvia Juliana, Siti Rahma Yanti, Prisilia Thiong, Gita Dewi Rahmi Nastiti, Selia Kemala, Sella Rizky, Adithia Dandi Krisna,. v Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(8) vi Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(9) ABSTRAKSI Naskah Antara Aku, Bapak dan Papa mengambil sudut pandang seorang penikmat sinetron yang mengidolakan seorang artis sinetron. Penulis membuat pembangunan scene dan dialog sesuai dengan kebutuhan cerita yang dikemas dalam drama keluarga.Rumusan Masalah dalam Tugas Akhir ini adalah bagaimana karakter utama Ibu Lela berdialog dengan lawan mainnya di tiga sceneakhir yaitu scene 11, 12 dan 15. Pembentukan dialog pada naskah Antara Aku, Bapak dan Papa ini didasari oleh penggunaan elemen-elemen pembangunanscene agar dialog yang tercipta sesuai dengan kebutuhan cerita dan mewakili apa yang akan dilakukan oleh karakter-karakter yang terlibat. Elemenelemen pembangunanscene yang akan digunakan adalah goal, conflict, plan, twist dan endpoint. Kemudian ada pula dua elemen lainnya sebagai elemen pembentuk dialog yaitu value dan moral argument. Dalam Tugas Akhir ini, Penulis mendiskusikan proses penulisan naskah yang sesuai dengan teori-teori tersebut di atas. Selain itu, Penulis juga menganalisa kelemahan dan kelebihan yang ditemukan pada naskah.. Kata kunci : pembangunan, pembentuk, scene, dialog, elemen, karakter.. vii Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(10) ABSTRACT Antara Aku, Bapak dan Papa’s scenario adopting a fan of television’s series point of view. The author develops scenes and dialogues that fit the characters of the story. The problem is how Ibu Lela, as the main character, having dialogue with the opposite characters in the last three scenes; scene 11, 12 and 15. The development of Antara Aku, Bapak dan Papa’s scenario dialogue is based on the elements that build the scenes in order to create dialogues that suit the needs of the story. At the same time, they characterise the characters to fit the story. The elements of scenes development are goal, conflict, plan, twist and endpoint. On the other hand, the two other elements that construct the dialogue are value and moral argument. In this thesis, the author discusses the process of screenwriting in accordance to the above basic theories of dialogue. In addition, the author also discusses the strength and weaknesses of scenario.. Keywords: development, establish, scene, dialogue, element, character.. viii Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(11) DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ...................... I HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ............................................... III KATA PENGANTAR ......................................................................................... III ABSTRAKSI...................................................................................................... VII ABSTRACT ....................................................................................................... VIII DAFTAR ISI ........................................................................................................ IX DAFTAR TABEL .......................................................................................... XIIII DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. XIIIII BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1.. Latar Belakang ........................................................................................ 1. 1.2.. Rumusan Masalah ................................................................................... 2. 1.3.. Batasan Masalah...................................................................................... 2. 1.4.. Tujuan Tugas Akhir ................................................................................ 3. 1.5.. Manfaat Tugas Akhir .............................................................................. 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4 2.1.. Dialog ...................................................................................................... 4 2.1.1.. Dialog Cerita ............................................................................... 7. 2.1.2.. Goal ............................................................................................. 8. 2.1.3.. Conflict ........................................................................................ 9. ix Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(12) 2.2.. 2.1.4.. Plan ........................................................................................... 11. 2.1.5.. Twist .......................................................................................... 12. 2.1.6.. Endpoint .................................................................................... 12. 2.1.7.. Dialog Moral ............................................................................. 12. 2.1.8.. Value ......................................................................................... 13. 2.1.9.. Moral Argument ........................................................................ 14. Karakter ................................................................................................. 15 2.2.1.. Fisiologi .................................................................................... 17. 2.2.2.. Sosiologi.................................................................................... 18. 2.2.3.. Psikologi.................................................................................... 18. BAB III METODOLOGI .................................................................................. 20 3.1.. 3.2.. Gambaran Umum .................................................................................. 20 3.1.1.. Logline ...................................................................................... 20. 3.1.2.. Sinopsis ..................................................................................... 20. 3.1.3.. Posisi Penulis ............................................................................ 21. Tahapan Kerja ....................................................................................... 22 3.2.1.. Ide Cerita ................................................................................... 22. 3.2.2.. Development .............................................................................. 23. 3.2.3.. Sinopsis, Treatment, Scene Outline dan Karakter 3D ............... 23. 3.2.4.. Penulisan Naskah ...................................................................... 25. 3.2.5.. Penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa ...................... 26. 3.2.6.. Shooting Script .......................................................................... 26. BAB IV ANALISIS ............................................................................................. 27 x Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(13) 4.1.. Gambaran Umum .................................................................................. 27. 4.2.. Scene 11 – Saat Ibu Lela Akan Menghadiri Acara, Di Kamar ............. 27. 4.3.. 4.4.. 4.2.1.. Elemen-elemen Pembangunan Scene 11 ................................... 28. 4.2.2.. Value ......................................................................................... 33. 4.2.3.. Moral Argument ........................................................................ 36. Scene 12 – Saat Ibu Lela Akan Mengikuti Lomba, Di Lapangan ......... 38 4.3.1.. Elemen-elemen Pembangunan Scene 12 ................................... 38. 4.3.2.. Value ......................................................................................... 44. 4.3.3.. Moral Argument ........................................................................ 46. Scene 15 – Setelah Ibu Lela Mengikuti Lomba, Di Ruang Tamu ........ 48 4.4.1.. Elemen-elemen Pembangunan Scene 15 ................................... 48. 4.4.2.. Value ......................................................................................... 52. 4.4.3.. Moral Argument ........................................................................ 53. BAB V PENUTUP ............................................................................................... 55 5.1.. Kesimpulan ........................................................................................... 55. 5.2.. Saran ...................................................................................................... 57. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... XIV. xi Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(14) DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Fisiologi ............................................................................................... 24 Tabel 3.2. Psikologi .............................................................................................. 24 Tabel 3.3. Sosiologi .............................................................................................. 25 Tabel 3.4. Character Breakdown .......................................................................... 25. xii Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(15) DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A: KERTAS BIMBINGAN TUGAS AKHIR ......................... XIV LAMPIRAN B: NASKAH ANTARA AKU, BAPAK DAN PAPA................. XVI. xiii Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(16) BAB I PENDAHULUAN 1.1.. Latar Belakang. Naskah dan film adalah hal yang berbeda.Film adalah bentuk visual yang mendramatisasikan sebuah cerita.Terhubung dalam gambar ke gambar lainnya hingga. terbentuk. sebuah. film.Naskah. merupakan. bentuk. penceritaan. yangmenggabungkan dialog dan adegan sehingga tercipta cerita. Sebuah naskah tidak akan tercipta tanpa adanya seorang penulis. Seorang penulisakan memadukan unsur-unsur yang berupa ide, karakter dan alur menjadi sebuah naskah film. Tahapan perkerjaan ini meliputi pembentukan atau pembangunan di masa Pra-Produksi. Setelah itu hasil akhir naskahakan dilanjutkan pada masa Produksi oleh crew dan cast yang terlibat. Berangkat dari lingkungan sosial masyarakat, film Antara Aku, Bapak dan Papa memiliki ide awal yang mengangkat tentang sinetron yang sedang marak di masyarakat. Ide ini terus berkembang hingga akhirnya muncul seorang karakter ibu rumah tangga yang sangat menyukai seorang tokoh idola lewat sinetron.Pengidolaan ini merupakan bentuk dari pelarian diri dari dunia realita kehidupan karakter protagonis yang tidak sesuai dengan keinginannya. Penulis berperan sebagai penerjemah ide yang akan ditulis dengan struktur Penulisan yang akan mudah dimengerti oleh crew yang bekerja untuk mewujudkan film Antara Aku, Bapak dan Papa. 1 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(17) 1.2.. Rumusan Masalah. Bagaimana karakter utama,Ibu Lela, berdialogdengan lawan mainnya dalam naskah film pendek Antara Aku, Bapak dan Papa? 1.3.. Batasan Masalah. Batasan Masalah dalamTugas Akhir ini dibatasi pada dialog karakter utama, Ibu Lela, dengan lawan mainnya yaitu: a. Suami, b. Anak dan, c. Ibu Ina. Kemudian scene yang dibangun dibatasi pada scene: d. Scene 11 – Saat Ibu Lela Akan Menghadiri Acara, Di Kamar, e. Scene 12 – Saat Ibu Lela Akan Mengikuti Lomba, Di Lapangan dan, f. Scene 15 – Setelah Ibu Lela Mengikuti Lomba, Di Ruang Tamu. Selanjutnya penggunaan elemen-elemen pembangun scene dibatasi pada: g. Goal, h. Conflict, i. Plan, j. Twist dan, k. Endpoint. Dan kriteria fungsi dialog dibatasi pada elemen: l. Value dan, m. Moral Argument.. 2 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(18) 1.4.. Tujuan Tugas Akhir. Tujuan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui pembangunanscene dan pembentukan dialogmelalui elemen-elemen pembangun scenedan pembentuk dialog yang akan terlihat pada dialog karakter utama, Ibu Lela, terhadap lawan mainnya dalam naskah film pendek Antara Aku, Bapak dan Papa. 1.5.. Manfaat Tugas Akhir. Manfaat penelitian Tugas Akhir ini adalah untuk memberikan kesempatan bagi Penulis mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan selama masa perkuliahan S1 di Universitas Multimedia Nusantara, Program Studi Desain Komunikasi Visual, dalam Peminatan Digital Cinematography. Kemudian penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat membantu pembaca untuk memahami bagaimana dialog menjadi fungsi naratif cerita dalam naskah film pendek yang sesuai dengan pendekatan teori-teori penulisan naskah.Terakhir, harapan terbesar Penulis adalah agar penelitian Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi Universitas Multimedia Nusantara sebagai referensi di Universitas Multimedia Nusantara.. 3 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(19) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.. Dialog. MenurutTruby (2007), dialog adalah salah satu alat yang paling penting ketika penulis ingin membangun sebuah scene. Dialog adalah salah satu alat yang paling sering menimbulkan kesalahpahaman. Salah satu bentuk kesalahpahaman tersebut berkaitan dengan fungsi dialog yang digunakan dalam cerita.Banyak penulis yang terlalu mengandalkan dialog sebagai pengangkat struktur cerita, sehingga hasilnyadialogakan terdengar kaku, dipaksakandan palsu. Truby (2007) menambahkan dua poin penting dari sebuah dialog yaitu, pertama, dialog bukanlah percakapan nyata. Dialog adalah kumpulan pilihan kalimat yang terdengar nyata. Kedua, dialog yang baik adalah yang terdengarcerdas, pintar, bersifat metafora, dan berargumen lebih baik dari percakapan dunia realita.Ia juga mengatakan bahwa seorang karakter yang cerdas harus memiliki dialog yang sesuai dengan kecerdasannya. Ia melanjutkan, sama seperti simbol, dialog masuk ke jajaran teknik penulisan yang kecil. Ketika dialog dibandingkan dengan struktur, karakter, tema, simbol, plot, dan scene weave, dialog adalah alat yang paling tajam dan memiliki efek yang paling besar dari sebuah cerita. Dialog akan lebih baik jika dipahami kedalam bentuk musik. Seperti musik, dialog adalah bentuk komunikasi dari irama dan nada, dengan memadukan beberapa “track” sekaligus (hlm. 376).. 4 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(20) Masalah yang paling sering dimiliki oleh kebanyakanpenulisadalah penulisan dialog hanya dilakukan pada satu jalur track, yaitu melodi. Truby (2007) mengatakan bahwa dialog ini menjelaskan apa yang terjadi dalam cerita. Dialog satu track ini dinilai kurang baik. Dialog yang baik bukan hanya terdiri dari melodi saja melainkan berupa sebuah simfoni, yang dibuat pada tiga jalur track utama secara bersamaan. Ketiga track lagu ini adalah dialog cerita, dialog moral, dan kata kunci atau frase (hlm. 377). Didukung oleh Grove (2009), dialog merupakan langkah terakhir dalam proses penulisan naskah.Dalam penulisan dialog, seorangpenulis harus menunggu hingga outline cerita dan pembentukan karakter selesai.Dengan demikian penulis tidak akan mengalami kesulitan dalam menulis dialog karena penulis sudah mempelajari karakter yang akan berbicara dalam naskah (hlm. 101). Film adalah rangkaian gambar dan suara.Suara dalam film memiliki tiga elemen yaitu musik, efek dan dialog.Dialog dalam filmmemberi pengalaman yang berbeda kepada penontonnya. Walaupun tanpa adanya dialog, film akan tetap berjalan sebagaimana mestinya.Hal ini dikarenakan penonton lebih menyukai menonton cerita yang mudah dimengerti. Penonton tidak memerlukan rangkaian cerita yang sempurna, cukup yang mampu membuat penonton suka dan ada sesuatu hal yang dapat mereka pelajari dengan penyampaiannya yang secara harfiah. Berikut adalahbeberapa contoh dari paradox yang dihadapi oleh penulis ketika mulai menuliskan dialog (Grove, 2009, hlm. 101).. 5 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(21) Grove (2009) menambahkan ketika sedang mempersiapkan sebuah scene untuk menulis dialog, penulis harus mengikuti beberapa langkah berikut: 1. Pembangunan masing-masing karakter sudah ada di kepala penulis. Jika karakter tidak dapat berbicara kepada penulis di luar scene, atau jika penulis tidak bisa bertanya-jawab kepada karakternya sendiri, itu tandanya penulis tidak mengenal karakternya dengan baik. Penulis tidak bisa melanjutkan penulisan apapun sampai ia memahami karakternya. 2. Menguraikan tiap poin scene dengan jelas pada naskah. 3. Memiliki twist dalam scene. 4. Daftar karakter yang berada dalam scene (hlm. 102).. 6 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(22) 2.1.1. Dialog Cerita Truby (2007), mengatakan pembentukan dialog ceritasama seperti pembentukan melodi dalam musik, dengan mengungkapkan apa yang sedang terjadi melalui dialog. Walaupun kebanyakan dari kita cenderung berpikir bahwa tindakan lebih baik daripada dialog. Namun, bagi penulis dialog adalah bentuk dari tindakan itu sendiri. Dengan menggunakan dialog cerita, karakter bisa menceritakan apa yang dia lakukan dengan lebih ringkas dan jelas. Menulis dialog cerita sama seperti ketika penulis akan membangun sebuah scene, menggunakan rangkaian langkah seperti berikut: 1. Karakter 1, dalam scene yang belum tentu akan mengungkapkan keinginannya. 2. Karakter 2, karakter lain yang akan menentang keinginan tersebut. 3. Karakter 1, merespon dengan dialog secara langsung atau secara tidak langsung untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. 4. Dialog diantara kedua karakter akan semakin memuncak dan diakhiri dengan kata-kata amarah atau sebuah resolusi (hlm. 377). Penulis harus berusaha membuat dialog karakter menjadi natural. Sama seperti manusia yang baik juga akan mempunyai sisi yang jahat, begitu pula dengan manusia yang jahat pasti juga memiliki sisi yang baik. Dalam hal ini, penulis harus membuat dialog yang memasukkan pengalaman-pengalaman kehidupan sehari-hari agar penonton memahaminya dengan mudah(hlm. 378).. 7 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(23) Hal ini didukung oleh Grove (2009) yang mengatakan bahwa dialog cerita berisi dialog yang menceritakan apa yang sedang terjadi dalam sebuah scene. Saat membuat dialog cerita, penulis hanya perlu menulis dialog secara keseluruhan pada naskah, tanpa harus khawatir dengan bagaimana hasil akhirnya karena di akhir penulisan naskah, penulis masih punya kesempatan untuk mengubahnya menjadi dialog yang sesuai dengan kebutuhan cerita. Dalam menciptakan dialog cerita, ada beberapa elemen yang bisa digunakan, yaitu Goal, Conflict, Plan, Twist, dan Endpoint (hlm. 102-103). 2.1.2. Goal Tiap scene mempunyai goal. Dengangoalyang jelas, karakter tertentu akan bertindak untuk merealisasikan goal tersebut(Grove, 2009, hlm. 102-103). Kesalahan paling umum yang dilakukan oleh penulis adalah membuat katakter yang tidak memiliki tujuan jelas.Menurut Grove (2009), tujuan yang jelas sebuah karakter akan tampak bila dia mengalami sebuah pencapaian atau kegagalan. Banyak penulis baru yang membuat karakter utama memiliki tujuan dengan mengatakan ‘aku ingin hidup yang lebih baik’ atau ‘aku ingin pergi dari kota ini’ yang dimana dialog ini sangat umum. Sebuah cerita dengan tipe tujuan seperti ini akan melibatkan karakter dengan pikiran internal dan refleksi yang membuat cerita akan lebih terdengar seperti sebuah novel (hlm. 59). Grove (2009) juga menambahkan, sebagai gantinya dari ‘aku ingin pergi dari kota ini’, akan lebih menarik jika tujuan tersebut menjadi lebih spesifik.Lebih baik karakter mengatakan ‘aku harus pergi dari kota ini dalam waktu seminggu. 8 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(24) kedepan, bila tidak aku akan mengalami kejadian buruk.’ Dengan tujuan yang lebih jelas dan spesifik, penulis dapat mengukur seberapa berhasil karakter telah mencapai tujuannya. Dengan menggunakan taktik yang berbeda, penulis dapat menemukan hubungan yang lain dari satu karakter dengan karakter lainnya dalam alur cerita. Hubungan tersebut membuat penulis dapat menjelaskan alasan karakter harus pergi meninggalkan kota tersebut. Kesalahan lain yang umum adalah ketika penulis secara tiba-tiba melanggar alur cerita dengan mengubah tujuan di tengah-tengah naskah. Alur cerita bisa berbelok, tetapi struktur cerita tidak bisa berubah(hlm. 59). 2.1.3. Conflict Menurut Grove (2009) setelah menentukan goal dari karakter utama pada scene tersebut, maka selanjutnya adalah memberikan conflict dengan menghadirkan karakter lain yang menentang goal tersebut dalam scene. (hlm. 102-103). Mengacu pada Kempton (2004), penggunaan dialog dapat meningkatkan apa yang akan dipertaruhkan oleh karakter, seperti mengontrol karakter yang sedang dalam tekanan, selain itu hal ini juga berfungsi sebagai pendorong cerita.Setiap karakter memiliki tujuannya masing-masing. Dalam film ET(1982), terdapat satu baris dialog yang mengambarkan keadaan tekanan yang sedang dialami oleh karakter, “ET menelpon rumah.” Yang mengisyaratkan bahwa karakter ET sangat menginginkan untuk pulang ke rumah.Hal ini menunjukkan bahwa penulis mempunyai kuasa untuk membuat karakter terus mendapatkan hambatan atau tidak untuk menghalangi karakter mencapai tujuannya.. 9 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(25) Hambatan-hambatan ini bisa datang dari karakter atau dari luar. Contohnya seperti ada karakter lain yang datang mengganggu karakter utama. Kemudian karakter utama akan mulai menyingkirkan lawan mainnya. Inilah yang disebut sebagai conflict, dan conflict ini dapat diperlihatkan lewat dialog. Dengan dialog, penulis dapat memperlihatkan kepada penonton seberapa besar hambatan karakter utama dalam mencapai tujuannya. Conflict akan berlanjut dari satu adegan dialog ke adegan dialog lainnya.Conflictbisa muncul di adegan dialog di depan tetapi juga harus terbawa hingga adegan dialog selanjutnya. Situasi dalamcerita akan terus berkembang semakin buruk ketika karakter utama mulai berargumen dengan lawan mainnya.Dalam hal ini, protagonis akan berada di posisi yang sedang putus asa sedangkan antagonis akan berada dalam kemenangannya. Kemudian karakter pendukung yanglainakan bertugas untuk mengingatkan penonton apa tujuan dari protagonis. Inilah yang dimaksud dengan dialog yang bergerak menjalankan cerita pada setiap scene (hlm. 8). Kempton (2004) juga menambahkan bahwaconflict merupakan cerita yang sedang terjadi, dan dialog menjadi media penulis untuk mengekspresikan conflict tersebut. Tanpa conflict, tidak akan ada cerita dan begitu juga sebaliknya. Keberadaan situasi yang sedang panas akan terlihat dalam scene dialog karakter tersebut.Penulis dapat menghadirkan lebih dari satu conflict: conflict mental, verbal atau fisik secara bersamaan. Karakter-karakter dalam cerita dapat memainkan fikirannya dan saling menyerang dengan kebencian atau penyiksaan secara mental.Mereka juga dapat memberikan kata-kata tekanan secara verbal. 10 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(26) atau kekerasan secara fisik. Ketika conflict berada pada puncaknya, ketiga conflict ini dapat terjadi pada satu scene yang sama (hlm. 134). Didukung oleh Cooper dan Dancyger (2005), semakin kuat conflict karakter dalam menghambat tujuannya, maka akan semakin menarik pula plotnya. Jika karakter tidak memiliki conflict dalam mencapai tujuannya, maka tidak akan ada cerita. Hal ini merupakan sifat dasar dan posisi dari conflict dalam cerita, untuk menyediakan hambatan kepada karakter dan tujuannya.Satu sisi dari conflict. adalah. bagaimana. karakter. sangat. menginginkan. tujuannya. tercapai.Conflictakan menjadi pengukur dari seberapa besar keinginan, kemauan dan kebutuhan karakter untukmencapai tujuannya (hlm. 91). 2.1.4. Plan Grove (2009), mengatakan karakter yang memiliki goal harus juga memiliki plan yang mungkin akan ia gunakan secara langsung maupun tidak langsung dalam scene tersebut ketika terjadiconflict (hlm. 102-103). Grove (2009) menambahkan karakter harus memiliki tujuan yang jelas dan harus spesifik. Untuk menghindari kesalahan umum, penulis harus menciptakan karakter yang memiliki rencana yang jelas untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Rencana tersebut harus spesifik sehingga penonton dapat memahaminya dengan baik. Rencana yang diciptakan bisa berhasil atau gagal. Jika rencana tersebut gagal, maka drama dalam cerita akan muncul dari karakter yang akan berusaha untuk mencari jalan bagaimana agar ia bisa berhasil. Jika rencana itu tetap tidak berhasil maka sudah saatnya karakter akan ditantang untuk menemukan rencana 11 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(27) baru. Dalam proses ini karakter akan menyadari bahwa tujuannya lebih sulit untuk didapatkan dari apa yang ia bayangkan. Oleh sebab itu, ia harus memikirkan cara lain untuk mencapainya tujuan atau melupakannya. Jika karakter memutuskan untuk lanjut, maka karakter harus menemukan rencana yang lebih baik dari sebelumnya dan berani untuk mengambil resiko (hlm. 61-62). 2.1.5. Twist Menurut Truby (2007), penonton dan karakter dalam cerita harus mendapatkan kejutan (hlm. 375). Hal ini didukung oleh Grove (2009) yang menyatakanbahwa scene yang memiliki twist tidak terduga akan memberikan hasil yang baik dari yang tidak memiliki twist samasekali (102-103). 2.1.6. Endpoint Grove (2009) mengatakan endpoint merupakan sebuah statement, tindakan yang dinyatakan selesai (hlm. 102-103). Hal ini didukung oleh Truby (2007) yang mengatakan endpoint merupakan titik penyelesaian dari apa yang sedang terjadi pada scene tersebut. Endpoint ini adalah hasil yang diinginkan oleh penonton dan karakter yang memiliki goal pada scene tersebut sebelum berpindah pada scene berikutnya (hlm. 375). 2.1.7. Dialog Moral Menurut Truby (2007), dialog moral berisitindakan-tindakan karakter yang menurutnya benar dan salah, tentang nilai-nilai yang karakter yakini atau apa yang membuat hidupnyamenjadi berharga. Serupa dengan harmoni dalam musik. 12 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(28) yangmemiliki kedalaman, tekstur, dan ruang lingkup untuk membentuk garisgaris melodi. Tidak sama seperti dialog cerita, dialog moral lebih membicarakan tentang bagaimana sikap karakter terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita. Berikut adalah urutan-urutan yang digunakan dalam dialog moral: 1. Karakter 1 yang memiliki action utama. 2. Karakter 2 menentang tindakan tersebut dengan alasan bahwa hal itu akan menyakiti seseorang. 3. Scene tersebut akan terus berjalan dengan kedua karakter saling menyerang dan membela diri, dengan tiap karakter memberikan alasannya untuk memperkuat posisinya. Saat dialog moral ini berlangsung secara alamiah karakter akan mengungkapkan makna atau maksud dari tiap kata yang diucapkan, hal yang mereka sukai atau hal yang tidak disukai. Perlu diingat bahwa dialog moral bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pandangan tentang hidup menurut tiap karakter dalam cerita (hlm. 379-380). Grove (2009) juga menjelaskan apa yang berharga dalam hidup, apa yang salah, dan apa yang benar, dalam konteks moralitas yang penulis ciptakan untuk dunia dalam cerita (hlm. 104). 2.1.8. Value Menurut Grove (2009), dengan menggunakan value, karakterakan berbicara secara terbuka tentang nilai-nilai dan apa yang mereka sukai atau tidak mereka sukai (hlm. 104).Manusia hidup sesuai dengan nilainya masing-masing sama seperti ketika dalam penciptaan karakter utama dan lawan mainnya di dalam. 13 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(29) cerita. Grove (2009) menambahkan bahwa setiap tindakan karakter harus sesuai dengan apa yang mereka yakini. Penyesuaian ini harus selaras dengan bagaimana cerita akan dibentuk. Kenyakinan penulis dan masyarakatnya tidak bisa mempengaruhi keyakinan karakter dalam cerita.Nilai merupakan salah satu elemen yang baik dalam cerita ketika penulis berhasil menjelaskannya kepada penonton (hlm. 64). 2.1.9. Moral Argument Mengacu pada Truby (2007), penulis dapat mengunakan berbagai cara dalam hal membentuk visi moral mereka ke dalam cerita dan hal inibergantung pada bagaimana keinginan penulis dan bentuk ceritanya. Seperti contoh cerita drama, alegori, ironi, literatur, dan cerita religious.Cerita-cerita ini cenderung dibentuk dengan visi moral yang kompleks dan penempatannyapada dialog. Dengan dialog ini, kompleksitas dan kontradiksi dalam visi moral karakter akan terlihat pada situasi tertentu. Walaupun,sebenarnya tidak bergantung bagaimana bentuk cerita tersebut ditulis, karena penulis akan selalu menempatkan visi moral mereka melalui dialog agar lebih jelas moral yang disampaikan (hlm. 109). Truby (2007) menambahkan, dengan menempatkan visi moral secara perlahan dan rapi, karakter akan dapat mengontrol situasinya di dalam cerita.Visi moral dari penulis harus diterapkan dengan cara karakter mengejar tujuannya sembari berhadapan dengan lawan mainnya. Dengan mengalami hambatan karakter belajar tentang nilai-nilai moral. Intinya, penulis akan membuat karakter mendapatkan moral yang sesuai dengan tindakannya dalam plot (hlm. 109).. 14 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(30) Menurut Grove (2009),antagonis yang menarik mempunyai sisi yang jahat dan baik. Karakter jahat ini akanmengalahkankarakter lainnya dengan cara yang tidak manusiawi. Hal ini dijelaskan Grove (2009) bahwa cerita yang bagus adalah cerita dimana karakter dapat menyampaikan moral yang mereka yakini benar dengan melawan yang bertolak belakang dengan moral lawan mainnya (hlm. 64).Grove (2009) menambahkan bahwa dua karakter atau lebih yang memiliki conflictakan menjelaskan tentang apa yang benar dan apa yang salah dengan alasan bahwa tindakan tertentu akan menyakiti seseorang (hlm. 104). 2.2.. Karakter. Mengacu pada Grove (2009), naskah yang baik adalah naskah yang memiliki karakter yang berkembang. Struktur tanpa karakter yang sangat baik tidak akan bisa menjadi cerita yang menarik. Di awal film, biasanya terlihat karakter mempunyai tujuan tertentu dan mengalami kesulitan untuk mencapainya. Dengan berdasarkan pengalamannya ia membuat rencana. Rencana pertama akan gagal, dan biasanya karakter dipaksa untuk membuat rencana baru berdasarkan informasi baru dan pengalaman yang ia dapat (hlm. 51). Zeem, Ruth, dan Schilf, (2012)mengatakan protagonis adalah karakter utama dalam sebuah naskah. Biasanya protagonis adalah seorang karakter yang mengalami perubahan paling besar dan paling banyak dihalangi oleh masalah untuk mencapai goal (hlm. 122). Menurut Trottier (2010), protagonis dikenal memiliki sifat yang baik atau seorang hero. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa protagonis bisa juga jahat.Maka dibuat nama lain seperticentral. 15 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(31) characterdan opposition characteryang bisa menjadi nama lain dari protagonis. Nama central character dapat diposisikan pada karakter protagonis dan karakter antagonis (hlm. 13). Cooper danDancyger (2005) juga mengatakan bahwa banyak film yang sukses hanya dengan memiliki satu protagonis karenapenonton tidak memiliki banyak waktu untuk mengidentifikasi lebih dari satu protagonis. Cerita komedi dan parodi atau mocking akan menggunakan lebih dari satu protagonist sedangkan cerita drama hanya menggunakan satu protagonist (hlm. 51). Didukung oleh Field (2006) mengatakan bahwa keberadaan karakter dalam sebuah naskah akan membuat penonton ikut merasakan apa yang dirasakan oleh karakter tersebut. Ia juga menambahkan dalam menciptakan karakter yang baik, artinya penulis akan menciptakan sebuah tipe (hlm. 82). Hal-hal yang membuat karakter tercipta dengan baik adalah bagaimana penulis bisa mendeskripsikan keadaan, kebiasaan, keunikan dan suatu hal yang bisa dirasakan oleh penonton dalam kehidupan sehari-hari (hlm. 81). Ada empat hal yang membantu penulis untuk membentuk sebuah karakter. Pertama, karakter harus memiliki kebutuhan yang kuat dan dramatik. Kedua, karakter memiliki sudut pandangannya sendiri. Ketiga, karakter merefleksikan sebuah sikap. Keempat, karakter mampu melewati sebuah perubahan (hlm. 84). Mengacu pada Corbett (2013) mengatakan bahwa penulis dapat memilih karakter utama lewat mengembangkan karakter dalam segi fisiologi, psikologi dan sosiologi dengan seiring berjalannya plot. Menurutnya, dengan memperhatikan. 16 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(32) segi fisiologi, psikologi dan sosiologi akan membantu penulis dalam menciptakan conflict untuk karakter dalam cerita. Penulis juga dapat membuat pengalamanpengalaman yang akan dihadapi oleh karakter seperti karakter berinteraksi dengan conflict-nya, merasakan frustasi, meningkatkan usahanya, mengubah rencana, melawan batas moral, dan harus berhadapan langsung dengan lawan mainnya. Karakter akan mencapai pada posisi yang fatal ketika ia gagal melawan conflictnya (hlm. 17). 2.2.1. Fisiologi Menurut Egri (1960), dimensi pertamakarakteradalah fisiologi. Dengan dimensi ini dapat diketahui seperti apa penampilan fisik dari seorang karakter, apakah ia memiliki badan yang tinggi atau pendek, apakah ia memiliki kekurangan atau cacat fisik seperti buta atau tuli (hlm. 33). Berikut adalah poin-poin yang digunakan untuk menentukan fisiologi dari sebuah karakter, yaitu: 1. Umur, 2. Jenis Kelamin, 3. Tinggi dan Berat Badan, 4. Warna Mata, Kulit dan Rambut, 5. Postur Tubuh, 6. Penampilan: bagaimana seorang karakter berpenampilan sehari-hari, 7. Abnormal: cacat fisik, penyakit, tanda lahir.. 17 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(33) 2.2.2. Sosiologi Egri (1960) juga menambahkan dimensi kedua dari karakter adalah sosiologi. Dimensi ini membantu kita untuk mengenal seorang karakter darimana ia berasal, dimana ia tinggal, dimana ia bekerja atau ia berasal dari etnis apa (hlm. 33). Sosiologi juga memiliki poin-poin yang bisa digunakan untuk membentuk sebuah karakter, yaitu: 1. Kelas sosial: bawah, menengah, atas, 2. Pekerjaan: jenis pekerjaan, kondisi pekerjaan atau jabatan, 3. Pendidikan: status pendidikan terakhir, jenis sekolah, pelajaran yang disukai atau yang tidak disukai, bakat, 4. Lingkungan rumah: keluarga harmonis, kekuasaan, anggota keluarga lengkap atau yatim piatu, orang tua berpisah atau bercerai, status perkawinan, 5. Agama, 6. Etnis, kebangsaan, 7. Kesenangan, hobi: buku, koran, majalah. 2.2.3. Psikologi Mengacu pada Egri (1960), dimensi ketiga dari karakter adalah psikologi.Dimensi terakhir yang membantu kita dalam membentuk karakter lewat penentuan ambisi dari karakter. Selain itu dapat dilihat apakah karakter tersebut memiliki motivasi atau tidak, memiliki temperamen seperti apa dan sebagainya (hlm. 34). Psikologi memiliki poin-poin yang digunakan untuk membentuk karakter, yaitu: 1. Kehidupan seksual, moral, 18 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(34) 2. Ambisi, 3. Frustasi, 4. Watak: easygoing, pesimistis, optimistis, 5. Habit: perilaku yang biasa dikerjakan, 6. Kemampuan: bahasa, talenta, 7. Kualitas: imajinasi, penilaian, selera.. 19 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(35) BAB III METODOLOGI 3.1.. Gambaran Umum. Film pendek Tugas Akhir Antara Aku, Bapak dan Papa adalah sebuah karya yang mengambil sudut pandang dari seorang penikmat tayangan hiburan televisi soap opera atau yang lebih dikenal sebagai sinetron.Film pendek ini berdurasi 16 menit dengan genre drama dan bertema keluarga. Dalam pengerjaannya Tugas Akhir ini, penulis memiliki tim inti Tugas Akhir yang terdiri dari Sutradara Adithia Dandi Krisna, Produser Chintya Hana, DOP Leander Irvan, Penata Artistik Hakim Irsyad, dan Editor Videlis Ieminata Puika. Selanjutnyapenggunaan riset yang dilakukan oleh Penulis bersifat kualitatif dari berbagai sumber buku. Dengan hasil riset, Penulis membentuk sebuah cerita dimana sudut pandang seorang penikmat sinetron dalam kehidupan sehari-harinya, dengan tambahan pengidolaan terhadap pemain sinetron yang akan menjadi salah satu bagian dari Goalmilik karakter utama. 3.1.1. Logline Ibu Lela (35) yang tidak puas dengan keadaan rumah tangganya mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan idolanya dengan mengikuti sebuah lomba cuci piring yang berhadiah makan malam bersama idola kesayangannya. 3.1.2. Sinopsis Ibu Lela (35) seorang ibu rumah tangga yangmemiliki hubungan tidak harmonis dengan SUAMI (40) semenjak keberadaan SITI, seekor bebek yang mengalihkan 20 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(36) perhatian sang suami. Untuk melampiaskan rasa kesalnya, Ibu Lela menonton sinetron yang dibintangi oleh DIKY CHANDRA sebagai karakter RIAN setiap hari hingga akhirnya ia sangat mengidolakan Diky Chandra. Suatu hari, Ibu Lela mencuri Siti dari kandang dan menjualnya untuk membeli kaset VCD sinetron Diky Chandra yang baru menggantikan kasetnya yang lama. Ketahuan telah mencuri dan menjual Siti oleh anaknya, Ibu Lela meminta tolong kepada anaknya untuk tidak memberi tau Suaminya dengan cara mengajak anak untuk menonton kartun dari kaset VCD baru yang sengaja ia belikan untuk anaknya. Kemudian, Ibu Lela bersama anaknya yang sedang menonton dikagetkan dengan keributan yang terjadi di depan rumah mereka oleh warga kampung sekitar. Keributan tersebut berasal darisebuah acara lomba mencuci piring yang berhadiah makan malam bersama artis Diky Chandra di restoran berbintang lima. Ibu Lela bersama ibu-ibu lainnya antusias mengikuti lomba tersebut. Pada akhrinya Ibu Lela yang mengikuti lomba dinyatakan sebagai pemenang dan sangat senang hingga jatuh pingsan. Hal ini menyebabkan Ibu Lela gagal mendapatkan hadiah yang ia inginkan karena acara tersebut hanyalah rekayasa. 3.1.3. Posisi Penulis Posisi penulis dalam film pendek Tugas Akhir ini adalah sebagai penulisnaskah, dengan tugasyang berada pada tahap pra-produksi berlangsung.Selain itu penulis juga memiliki posisi sebagai asisten sutradara pada tahap produksi.. 21 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(37) 3.2.. Tahapan Kerja. Penulis naskah memiliki peran besar pada tahap pra-produksi.Naskahyang dikerjakan oleh penulis harus melalui tahapan-tahapan sehingga mencapai naskah akhir atau final. Adapun tahapan-tahapan yang dikerjakan oleh penulis seperti berikut: 3.2.1. Ide Cerita Ide cerita adalah tahapan pertama dalam menulis naskah.Penulisdiberikan kesempatan membuat minimal tiga ide cerita untuk diajukan saat pitchingTugas Akhir.Namun, pada akhirnya penulis hanya membuat satu ide cerita dan terpilih.Ide tersebut bertema mocking sinetron dan mengambil sudut pandang dari seorang aktor sinetron yang sedang bermain sinetron. Namun akhirnya sudut pandang aktor sinetron tidak dapat dikembangkan lebih lanjut karena tidak ditemukannya conflict yang sesuai dengan tema mocking sinetron.Kemudian sudut pandang ini dialihkan menjadi sudut pandang dari seorang penonton sinteron. Mengambil sudut pandang cerita seorang ibu rumah tangga bernama Ibu Lela yang sangat menyukai sinetron.Sinetron ini berfungsi sebagai kegiatan pengidolaanyang dilakukan Ibu Lela untuk meninggalkan dunia realitanya.Dunia realita yang dihadapi oleh Ibu Lela sangat tidak sesuai dengan harapannya dimana suami Ibu Lela tidak bisa memberikan perhatian kepadanya.. 22 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(38) 3.2.2. Development Masuk dalam tahap development yang merupakan tulang punggung dari sebuah proyek film. Tahap ini melibatkan Sutradara, Penulis dan Produser untuk membentuk ide cerita hingga final.Posisi penting seperti sutradara harus memiliki visi dari naskah yang sudah dikerjakan. Naskah Antara Aku, Bapak dan Papa ini dikembangkan oleh sutradara denganpenulis naskah. Kemudian posisi penting lainnya adalah produsermenjadi orang penengah dari sutradara dan penulis naskah untuk mencari jalan keluar selama proses development berlangsung. Namun, posisi produser ini tidak selalu berada dalam diskusi bagian kreatif, karena produser dalam tim inti merupakan manajer produksi. Kemudian penulis melakukan tahap penulisan logline dan synopsis dengan hasil riset dari pengamatan sudut pandang seorang penikmat sinetron. Kemudian akan dituangkan menjadi bentuk naskah. Penulis juga melakukan diskusi bersama sutradara mengenai cerita, karakter, setting, konsep, dan sebagainya hingga hasil akhirnya yang akan mewujudkan visi dari sutradara mengenai pengidolaan. Tahap ini dilakukan secara efektif hingga menghasilkan sebuah cerita yang dianggap final atau ideal, seperti development bagaimana karakter akan melakukan kegiatan pengidolaan untuk melarikan dirinya dari realita. 3.2.3. Sinopsis, Treatment, Scene Outline dan Karaker 3D Tahap selanjutnya adalah Penulis membuat sinopsis dan treatment secara rinci untuk didiskusikan dengan kelompok Tugas Akhir dan dosen pembimbing karya Digital Cinematography III, dan juga dosen Scriptwriting II. Setelah itu. 23 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(39) Penulismulai menciptakan karakter 3D untuk membantu crew dalam kelompok Tugas Akhir memahami siapa karakter utama dari naskah ini. Berikut merupakan karakter 3D yang telah dibuat oleh Penulis: 1. Fisiologi Tabel 3.1. Fisiologi. Umur. 35 tahun. Gender. Wanita. Tinggi. 165 cm. Berat Badan. 60 kg. Postur. gemuk, tegap. Kulit. sawo matang. Mata. Hitam. Rambut. bergelombang, panjang sebahu. 2. Psikologi Table 3.2. Psikologi. Ambisi. ingin mendapatkan perhatian lebih seperti yang dilakukan Rian kepada istrinya dalam sinetron.. Sifat. ceroboh, egois.. Emosi. sensitif (mood swing). Seksual. Straight. Habit. day-dreaming (menghayal), menonton TV, memandangi stiker Rian.. 24 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(40) 3. Sosiologi Table 3.3. Sosiologi. Etnis. Jawa. Kepercayaan. Islam. Pekerjaan. Ibu rumah tangga. 4. Character Breakdown Table 3.4.Character Breakdown. Want. bertemu dengan Rian (Diky Chandra).. Motive. Rian (Diky Chandra) adalah sesosok suami yang penuh kasih sayang terhadap istrinya.. Obstacle. bertemu dengan pesaing baru dalam lomba(Ibu Ina), bebek kesayangan suami, Siti.. Stake. tidak bisa bertemu dengan Rian (Diky Chandra).. Plan. memenangkan lomba cuci piring yang diadakan untuk bertemu dengan Rian – mencuri dan menjual bebek kesayangan suami, Siti.. Value. Rian bisa memberikan perhatian yang sama kepadanya seperti di dalam sinetron.. Need. perhatian dan kasih sayang dari suaminya.. 3.2.4. Penulisan Naskah Setelah sinopsis, treatment dan scene outline selesai, Penulis mulai menulis draft naskah pertama. Pada tahap ini ada proses revisi untuk setiap draft yang sudah dikembangkan sesuai dengan hasil review dari kelompok Tugas Akhir, dosen. 25 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(41) pembimbing karya, dan dosen Scriptwriting II. Setelah melalui proses revisi draft ini, akhirnya lahirdraft final atau shooting script dari kesepakatan kelompok Tugas Akhir, dosen Pembimbing Karya, dan dosen Scriptwriting II. 3.2.5. Penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa Naskah Antara Aku, Bapak dan Papa menggunakan Bahasa Indonesia dengan campuran logat Bahasa Jawa yang akan membantu aktor dalam menyampaikan dialog naskah saat proses syuting berlangsung. Keputusan ini disepakati oleh tim agar penulisan naskah tidak terhambat karena penulis tidak memahami secara utuh Bahasa Jawa melainkan hanya memahami logatnya saja. Ketika memasuki proses syuting, tim Tugas Akhir menyediakan bantuan berupa jasa seseorang yang mengerti Bahasa Jawa secara utuh untuk membantu aktor dalam berdialog dengan menggunakan Bahasa Jawa. 3.2.6. Shooting Script Hasil revisi naskah yang dikerjakan berjumlah 10 draft, hingga akhirnya menghasilkan sebuah naskah final yang digunakan sebagai shooting script. Hasil shooting script ini merupakan hasil dari diskusi bersama kelompok Tugas Akhir, seperti lokasi, keuangan, dan juga keahlihan serta kemampuan masing-masing anggota. Kemudian dilakukan tahap recce untuk meninjau kembali apa yang akan menjadi kendala sebelum proses shooting dilaksanakan dan disesuaikan dengan acting dan blocking aktor yang akan bermain dalam proyek film pendek ini.. 26 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(42) BAB IV ANALISIS 4.1.. Gambaran Umum. Bab ini akan mengkaji bagaimana pembangunan scene dan pembentukan dialog berdasarkan tiga scene akhir telah ditentukan. Scene 11, 12 dan 15 dipilih karena dianggap memiliki informasi dan emosi yang kuat dibandingkan dengan scenescene sebelumnya dan mewakili bagaimana setiap karakter dapat menyampaikan maksud dan tujuannya. Scene-sceneini akan menggambarkan bagaimana informasi dan emosi yang dimasukkan ke dalam dialog yang terbentuk. Bentuk pembangunan yang akan digunakan dalam Tugas Akhir ini dimulai dari penjelasan scene kemudian masuk ke penggunaan lima elemengoal, conlifct, plan, twist dan endpoint yang akan membangun scenetersebut, selanjutnya analisa dialog dengan menggunakan elemen value dan moral argument yang akan menjelaskan bagaimana karakter Ibu Lela menyampaikan nilai-nilai yang ia yakini benar dan menentang argumen lawan mainnya untuk mempertahankan tujuannya. Kemudian masuk ke penjelasan teori berdasarkan sumber-sumber yang sudah didapatkan lalu Penulis menjelaskan bagaimana analisa hasil Tugas Akhir yang sudah dibuat sesuai dengan teori-teori tersebut. 4.2.. Scene 11 – Saat Ibu Lela Akan Menghadiri Acara, Di Kamar. Scene 11 ini menceritakan bagaimana karakter utama Ibu Lela akan menghadiri acara yang diadakan oleh sebuah stasiun televisi dengan kedatangan seorang artis. 27 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(43) idola, Diky Chandra yang merupakan idola Ibu Lela. Dalam scene11 ini digambarkan bagaimana Ibu Lela ingin membanggakan dirinya yang akan segera bertemu dengan Diky Chandra terhadap Suaminya. Namun, Suami memberikan peringatan kepada Ibu Lela mengenai acara tersebut yang menurutnya hanya akan merugikan Ibu Lela. Hal ini diabaikan oleh Ibu Lela karena ia yakin bahwa dirinya akan dapat bertemu dengan idolanya tersebut. Menurut Truby (2007), penulisan dialog cerita sama seperti ketika penulis akan membangun sebuah scene dengan rangkaian dialog yang saling bergantian dari tiap karakter saat mereka menyatakan tujuannya masing-masing.Grove (2009), mengatakan dialog cerita berisi dialog yang menceritakan apa yang sedang terjadi dalam sebuah scene. Saat membuat dialog cerita, dalam penciptaannya, ada beberapa elemen yang bisa digunakan oleh penulis, yaitu Goal, Conflict, Plan, TwistdanEndpoint.Scene ini dibentuk berdasarkan lima elemen yang disebutkan oleh Grove (2009) sebagai elemen-elemen yang akan membantu penulis dalam menciptakan dialog. 4.2.1. Elemen-elemen PembangunanScene 11 Pada scene11 saat Ibu Lela akan menghadiri acara ini, terdapat lima elemen pembangun scene. Pertama adalah elemen goal yang terdapat pada karakter Ibu Lela.Ibu Lela yang ingin menghadiri sebuah acara dengan kedatangan artis sinetron, Diky Chandra. Elemen goal ini terdapat pada dialog Ibu Lela saat ia mengatakan, “Mau ketemu artis.”Menurut Grove (2009), goal harus disampaikan secara jelas dan spesifik (hlm. 59).Dalam dialog ini terlihat tujuan yang. 28 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(44) disampaikan secara singkat dan jelas bahwa ia akan bertemu dengan idolanya. Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Grove, pada naskah Antara Aku, Bapak dan Papa ini sudah membentuk elemen goal yang sudah sesuai dengan maksud dari teori tersebut. Dari dialog ini juga terlihat bagaimana Ibu Lela yang ingin membuat Suaminya merasacemburu. Goal ini juga bertujuan sebagai penggambaran karakter Ibu Lela yang sudah tidak memiliki rasa peduli dan patuh terhadap Suaminya dengan secara harafiah menyatakan bahwa ia akan segera bertemu dengan orang yang selama ini ia dambakan. IBU LELA Mau ketemu artis. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). Selanjutnya elemen kedua adalah conflict yang terdapat pada dialog karakter Suami saat ia mengatakan, “Halah, dibohongin aja mau Bu, Bu.” Conflict ini bermaksud sebagai penghalang bagi Ibu Lela yang ingin bertemu dengan Diky Chandra agar membatalkan niatnya tersebut.Seperti yang dikatakan oleh Kempton (2004), conflict bisa datang dari luar dan dari dalam. Contohnya seperti ketika hadirnya karakter lain yang menganggu karakter utama atau ketika karakter utama mengalami gejolak dari dalam dirinya(hlm. 8).Sesuai dengan teori tersebut, penulis menempatkan elemen conflict pada dialog yang diucapkan oleh karakter lain yaitu Suami. Pada dialog ini, karakter Suami menyampaikan maksudnya agar Ibu Lela tidak menaruh harapan secara berlebihan yang akan merugikan dirinya sendiri.Elemen conflict ini juga bertujuan sebagai penggambaran bagaimana karakter Suami yang masih memiliki rasa kepedulian terhadap Ibu Lela sebagai pasangan hidupnya.. 29 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(45) SUAMI Halah, dibohongin aja mau Bu, Bu. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). Elemen ketiga adalah plan yang terdapat pada dialog Ibu Lela saat ia mengatakan, “Yeee apasih, Pak, cemburu dipelihara.”Sama seperti goal, plan juga harus disampaikan secara jelas dan spesifik menurut Grove (2009). Karena dengan plan yang jelas akan terlihat seberapa besar keinginan karakter dalam mencapai goal-nya dan dalam hal ini penonton juga dapat merasakan pengalamannya(hlm. 61). Menunjukkan bagaimana respon Ibu Lela setelah mendapatkan conflict dari Suami yang ingin menggagalkan tujuannya. Pada dialog Ibu Lela, penulis menggambarkan bagaimana karakter Ibu Lela menyatakan kalimat sindiran untuk Suaminya.Sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Grove (2009), penulis menggunakan bahasa yang jelas dan harfiah agar rencana dari Ibu Lela dapat diketahui dengan mudah oleh penonton. Dialog ini mengandung makna sindirian yang ditujukan kepada karakter Suami setelah dirinya memberikan perhatian lebih terhadap seekor bebek yang bernama Siti dan bukannya lebih mengutamakan keluarganya sendiri.Plan ini juga bertujuan sebagai jalan keluar agar Ibu Lela tetap bisa mencapai tujuannya. Dari scene ini penonton dapat mengetahui informasi bahwa karakter Suami juga telah melakukan hal yang sama terhadap Ibu Lela sehingga kedua karakter memiliki kesetaraan yang kuat. IBU LELA Yeee apasih, Pak, cemburu dipelihara. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). 30 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(46) Kemudian elemen keempat yaitu twist hadir pada saat Ibu Lela yang akhirnya tetap bersikeras menghadiri acara tersebut untuk bertemu dengan Diky Chandra. Menurut Truby (2007), penonton dan karakter dalam cerita harus dibuat terkejut dengan hasil dari apa yang sedang terjadi padascene 11 saat Ibu Lela akan menghadiri acara(hlm. 375). Hal ini didukung oleh Grove (2009) bahwa scene yang memiliki twist tidak terduga akan memberikan hasil yang baik dari yang tidak memiliki twist samasekali(hlm. 102-103).Elemen twist ini terdapat pada adegan. yang. memperlihatkan. bagaimana. karakter. Ibu. Lela. sedang. mempersiapkan dirinya dengan berdandan dan mengenakan pakaian rapi agar dapat memberikan kesan yang baik terhadap idolanya. Twist ini juga menggambarkan bagaimana perbedaan sikap Ibu Lela terhadap Suami dan idolanya.Sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Truby (2007), pada elemen twist ini sudah jelas bagaimana bentuk kejutan dibuat oleh penulis pada bagian adegan tersebut. Ibu Lela menunjukkan penampilan yang rapi, dengan menggunakan baju semi-formal dan riasan wajah agar terlihat menarik yang tidak biasa ia lakukan ketika bersama Suaminya di rumah. Hal ini menunjukkan bagaimana Ibu Lela memiliki rasa keinginan untuk mendapatkan perhatian yang setara terhadap idolanya namun tidak pada Suaminya. Ibu Lela pun menghias dirinya dengan beberapa alat make-up yang ia punya, ia pun juga sudah mengganti bajunya dengan yang lebih rapi. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). Terakhir adalah elemen endpoint yang terdapat pada bagian adegan Ibu Lela yang akhirnya tetap pergi menghadiri acara tersebut dan meninggalkan Suaminya sendiri di rumah.Menurut Grove (2009),endpoint merupakan sebuah. 31 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(47) statement, tindakan yang dinyatakan selesai (hlm. 102-103). Hal ini didukung oleh Truby (2007), endpoint merupakan titik penyelesaian dari apa yang sedang terjadi pada scene tersebut. Endpoint ini bersifat sebagai hasil yang diinginkan oleh penonton dan karakter yang memiliki goal pada scene tersebut sebelum berpindah pada scene berikutnya (hlm. 375).Setelah sudah berhasil menggagalkan niat Suaminya yang ingin menghalanginya untuk bertemu dengan Diky Chandra.Elemenendpoint pada scene 11 saat Ibu Lela akan menghadiri acara ini juga memiliki informasi sebagai penyelesaian dari conflict yang dialami oleh Ibu Lela dengan menggambarkan bagaimana akhirnya Ibu Lela tetap memilih untuk memberontak dan bertemu dengan Diky Chandra tanpa memperdulikan perkataan Suaminya yang sudah menunjukkan maksud kepedulian dan perlindungannya. Ibu Lela pun langsung meninggalkan kamar dan Suaminya yang masih berbaring santai di kasur. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). Dari hasil pembangunanscene 11 saat Ibu Lela akan menghadiri acara yang menggunakan elemen-elemen pembangun scene, penulis menyimpulkan bahwa terdapat kelemahan pada dua elemen yaitu twist dan endpoint.Pada elemen twist, penulis seharusnya dapat membentuk bagian adegan Ibu Lela yang sedang merias dirinya dan mengganti pakaianrapi menjadi bentuk dialog yang dapat memperkuat kejutan dari scene 11 saat Ibu Lela akan menghadiri acara.Bentuk dari dialog untuk elemen twist dapat berupa dialog seperti, “Ya sudah, terserah Ibu aja. Nanti kalau ada apa-apa tanggung sendiri, Bapak gak akan bantu.” Yang mana dengan dialog ini akan memperlihatkan bagaimana akhirnya karakter Suami menyerah untuk menggagalkan tujuan Ibu Lela untuk datang ke acara tersebut.. 32 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(48) Dialog ini dapat menjelaskan bagaimana karakter Suami secara berulang memberikan peringatan kepada Ibu Lela akan hal-hal merugikan yang mungkin saja akan terjadi. Selanjutnya pada elemen endpoint terdapat bagian adegan yang menjelaskan bagaimana akhirnya Ibu Lela tetap pergi untuk menghadiri acara tersebut. Dalam elemen ini dapat dibentuk menjadi sebuah dialog untuk karakter Ibu Lela dengan mengatakan, “Iya, aku juga gak akan minta bantuan sama Bapak. Yang penting aku ketemu sama Mas Diky.” Ketika elemen tersebut dibentuk ke dalam sebuah dialog, maka endpoint dari scene 11 saat Ibu Lela akan menghadiri acara ini akan sangat jelas bagaimana keputusan yang diambil oleh karakter Ibu Lela dalam scene ini. Ibu Lela yang akhirnya tetap menunjukkan sikap memberontak dengan tetap pergi menghadiri acara untuk bertemu dengan Diky Chandra dan juga memberikan penjelasan bahwa ia juga tidak membutuhkan bantuan Suaminya jika terjadi suatu hal. 4.2.2. Value Pada scene 11 saat Ibu Lela akan menghadiri acara ini terdapat dua elemen value yang terdapat pada dua dialog dari dua karakter Suami dan Ibu Lela, dialog pertama adalah ketika Ibu Lela mengatakan, “Halah, dibohongin aja mau Bu, Bu.” Ketika sedang berseteru dengan Ibu Lela mengenai keikutsertaan Ibu Lela dalam acara yang akan diadakan di kampung mereka. SUAMI Halah, dibohongin aja mau Bu, Bu. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). 33 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(49) Kemudian dialog kedua adalah ketika Ibu Lela mengatakan, “Yeee apasih, Pak, cemburu dipelihara.” Sebagai statementpenutup dari scene 11 saat Ibu Lela akan menghadiri acara ini. IBU LELA Yeee apasih, Pak, cemburu dipelihara. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). Dalam hal ini, teori value yang dikatakan oleh Grove (2009) adalah manusia hidup sesuai dengan nilainya masing-masing sama seperti ketika dalam penciptaan karakter utama dan lawan mainnya di dalam cerita. Setiap tindakan karakter harus berdasarkan pada apa yang mereka yakini, penyesuaian ini harus selaras dengan bagaimana cerita akan dibentuk. Perkembangan karakter tidak akan mengacu pada keyakinan penulis naskah atau keyakinan masyarakat di lingkungan penulis. Nilai merupakan salah satu elemen yang sangat baik dalam cerita ketika penulis berhasil menjelaskannya kepada penonton (hlm. 64). Dari elemen value ini terlihat bagaimana kedua karakter menyatakan maksud dari nilai apa yang mereka yakini pada scene 11 saat Ibu Lela akan menghadiri acara ini. Value pertama yang terdapat pada dialog karakter Suami saat mengatakan, “Halah, dibohongin aja mau Bu, Bu.” Sesuai dengan teori yang dikatakan Grove (2009), karakter akan menyampaikan nilai keyakinan mereka yang selaras dengan tindakan mereka.Karakter Suami memiliki tujuan utama untuk memberikan peringatan kepada Ibu Lela agar tidak terlalu menaruh harapan kepada suatu hal yang tidak pasti. Nilai ini diyakini oleh karakter Suami karena ia percaya bahwa apa yang ada televisi tidak semuanya nyata atau hanya rekayasa belaka yang mana pada akhirnya karakter Suami percaya jika Ibu Lela menaruh. 34 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(50) harapan secara berlebihan, ia harus siap menerima segala bentuk kerugian atau kekecewaan yang akan ia hadapi.Pada scene 11 saat Ibu Lela akan menghadiri acara ini tindakan karakter Suami hanya sampai pada pemberian peringatan kepada Ibu Lela yang menurutnya sudah cukup untuk diketahui. Ibu Lela yang akan menentukan pilihan selanjutnya ketika suatu hal buruk terjadi menimpanya. Selanjutnya pada dialog kedua dari karakter Ibu Lela saat mengatakan, “Yeee apasih, Pak, cemburu dipelihara.” Memiliki tujuan utama sebagai statementagar karakter Suami tidak perlu menghalangi keinginannya hanya karena rasa cemburu yang ia rasakan.Mengacu kembali pada teori Grove (2009), karakter akan menyampaikan. nilai. keyakinanya. yang selaras. dengan tindakan.. Perkembangan karakter tidak akan mengacu pada keyakinan penulis naskah atau keyakinan masyarakat di lingkungan penulis.Sama halnya dengan karakter Suami yang yakin bahwa acara tersebut hanya rekayasa, karakter Ibu Lela memiliki keyakinan bahwa sebenarnya kedua karakter sama-sama memiliki rasa cemburu yang setara terhadap satu sama lain. Dalam hal ini, Ibu Lela sedang berada pada posisi dimana ia sangat ingin segera bertemu dengan seseorang yang ingin ia berikan kasih sayangnya seperti karakter Suami yang memberikan perhatiannya kepada Siti. Ibu Lela berada diposisi yang sudah sangat ingin membalas dari apa yang sudah ia terima selama ini dari Suaminya, sehingga ia tidak ingin dihalangi oleh Suaminya hanya karena ungkapan rasa cemburu tersebut. Kedua karakter tidak mendapatkan pengaruh dari keyakinan penulis naskah karena Ibu Lela dan Suami memiliki nilai keyakinannya masing-masing yang kuat.. 35 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(51) 4.2.3. Moral Argument Elemen moral argument yang ada pada scene 11 saat Ibu Lela akan menghadiri acara ini terlihat ketika dialog di antara kedua karakter Ibu Lela dan Suami saat keduanya saling memberikan respon terhadap satu sama lain mengenai keinginan Ibu Lela yang akan segara menghadiri acara dan bertemu dengan Diky Chandra. SUAMI Mau ngapain, Bu? IBU LELA Mau ketemu artis. SUAMI Hah? Artis?Artis sopo? IBU LELA Itu yang di sinetron itu, si Diky Chandra yang jadi Rian ituloh. SUAMI Halah, dibohongin aja mau Bu, Bu. IBU LELA Yeee apasih, Pak, cemburu dipelihara. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). Menurut Truby (2007), penulis dapat mengunakan berbagai cara dalam hal membentuk visi moral mereka ke dalam cerita dan hal ini bergantung pada bagaimana keinginan penulis dan bentuk ceritanya. Pada kebanyakan contoh cerita adalah cerita-cerita yang memiliki tema seperti drama, alegori, ironi, literatur yang berat, dan cerita religius.Cerita-cerita ini cenderung dibentuk dengan visi moral yang kompleks dan penempatannya ada pada dialog. Dengan dialog ini, kompleksitas dan kontradiksi dalam visi moral karakter akan terlihat pada situasi tertentu. Namun, sebenarnya tidak bergantung bagaimana bentuk cerita tersebut ditulis, karena penulis akan selalu menempatkan visi moral mereka. 36 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(52) melalui dialog. Sehingga moral yang ingin disampaikan akan lebih jelas (hlm. 109). Truby (2007) menambahkan dengan menempatkan visi moral secara perlahan dan rapi, terutama melalui struktur cerita dan bagaimana karakter mengontrol situasi mereka. Visi moral dari penulis harus diterapkan dengan bagaimana karakter mengejar tujuannya sembari berhadapan dengan lawan mainnya, melalui apa yang karakter pelajari dan yang ia dapatkan dari hambatannya. Secara garis besarnya, penulis membuat argumen moral disesuaikan dengan bagaimana tindakan karakter dalam plot (hlm. 109). Grove (2009), mengatakan cerita dengan karakter antagonis yang sangat jahat biasanya tidak akan semenarik dengan cerita karakter antagonis yang memiliki sisi kebaikan. Karena karakter yang terlalu jahat akan mengasingkan karakter lainnya dengan cara yang tidak manusiawi. Hal ini dijelaskan Grove (2009) bahwa cerita yang bagus adalah bagaimana karakter dapat menyampaikan apa yang mereka yakini berdasarkan moral dengan membantah moral lawan mainnya dan juga para penonton (hlm. 104). Elemen moral argument yang terdapat pada scene 11 saat Ibu Lela akan menghadiri acara ini dibentuk berdasarkan dukungan dari kelima elemen-elemen sebelumnya yang membantu pembentukkan dialog pada scene tersebut. Situasi yang sedang terjadi merupakan gambaran bagaimana Ibu Lela yang harus bertemu dengan hambatannya dalam mencapai tujuannya.Hambatan ini diwujudkan dengan hadirnya karakter Suami yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap. 37 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(53) keinginan Ibu Lela yang ingin bertemu dengan artis idolanya. Hal ini dijelaskan sesuai dengan elemen value yang dipercaya oleh karakter Suami karena Ibu Lela harus siap dengan segala bentuk kerugian atau kekecewaan yang akan ia hadapi saat hendak mencapai tujuannya tersebut. 4.3.. Scene 12 – Saat Ibu Lela Akan Mengikuti Lomba, Di Lapangan. Scene 12 ini menceritakan bagaimana karakter Ibu Lela akhirnya menghadiri acara dari stasiun televisi untuk bisa bertemu dengan idola kesayangannya, Diky Chandra. Pada scene12 saat Ibu Lela akan mengikuti lomba ini memperlihatkan bagaimana awal mula tindakan Ibu Lela untuk bertemu Diky Chandra dengan mengikuti lomba mencuci piring yang diadakan di kampung tempat ia tinggal, terhalang oleh Suami yang melarangnya untuk ikut serta dalam lomba tersebut sebagai hukuman dari tindakan Ibu Lela yang telah menjual Siti tanpa sepengetahuannya, dan akhirnya Ibu Lela tetap pada pendiriannya untuk mengikuti lomba cuci piring hingga memenangkan lomba tersebut dengan hadiah makan malam bersama Diky Chandra di sebuah restaurant. 4.3.1. Elemen-elemen Pembangunan Dialog Scene 12 Pada scene 12 saat Ibu Lela akan mengikuti lomba ini, elemen pertama yaitugoal terdapat pada karakter Ibu Lela yang ingin memenangkan lomba mencuci piring.Goal ini terdapat pada dialog Ibu Lela saat ia mengatakan, “Opo sih, Pak? Gak, gak mau.Aku mau ikut lomba. Aku mau ketemu sama Mas Diky pokoknya titik.” Pada dialog ini, kalimat yang diucapkan oleh Ibu Lela dibuat dengan bahasa yang harfiah agar tujuannya terlihat sangat kuat jika Ibu Lela sangat 38 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(54) menginginkannya.Goal ini juga menggambarkan bagaimana Ibu Lela yang sudah tidak peduli lagi dengan rasa bersalahnya terhadap Suaminya setelah menjual Siti secara diam-diam. Dalam goal Ibu Lela terlihat bagaimana ia sangat ingin dapat mencurahkan rasa kasih sayangnya yang sudah lama tidak ia berikan ke seseorang yang penting dalam hidupnya. Karena itu, jika goal ini tidak dapat ia capai maka Ibu Lela akan kehilangan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan yang ia rasakan sejak Suaminya mulai mengabaikannya. IBU LELA Opo sih, Pak?Gak, gak mau. Aku mau ikut lomba. Aku mau ketemu sama Mas Diky pokoknya titik. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). Elemen kedua adalah conflict yang dialami oleh Ibu Lela. Pada scene 12 saat Ibu Lela akan mengikuti lomba ini terdapat pada hadirnya karakter Ibu Ina yang juga ikut dalam lomba mencuci piring tersebut dengan maksud mendapatkan hadiah yang sama. Selain itu, karakter Ibu Ina juga melakukan tindakan kecurangan selama lomba berlangsung, yang mana hal ini merupakan salah satu halangan dalam mencapai tujuan Ibu Lela.Pada scene 12 saat Ibu Lela akan mengikuti lomba ini, conflict dari Ibu Lela terlihat ketika karakter Ibu Ina mengatakan, “Saya Ina, mbak.” Saat akan mengikuti lomba mencuci piring. HOST (CONT’D) Halo, Ibu-ibu ini namanya siapa aja? IBU LELA Lela, mbak. IBU INA Saya Ina, mbak. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). 39 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(55) Conflict ini menggambarkan kehadiran Ibu Ina yang berada di posisi yang setara dengan Ibu Lela dalam mengikuti lomba tersebut. Karena keduanya memiliki tujuan yang sama untuk memenangkan lomba dan mendapatkan hadiah yang sama. Dengan ini maka Ibu Lela berada dalam posisi yang berbahaya karena ia tidak akan tahu bagaimana hasil dari akhir lomba tersebut. Kemudian conflict lainnya kembali terjadi ketika lomba mencuci piring sedang berlangsung, Ibu Ina melakukan kecurangan kepada Ibu Lela dengan sengaja menaruh kotoran pada piring-piring cucian milik Ibu Lela secara diamdiam. Namun, akhirnya perbuatan Ibu Ina diketahui oleh Ibu Lela pada saat lomba berlangsung. Conflict ini terdapat pada bagian adegan dalam scene 12 saat Ibu Lela akan mengikuti lomba dan bukan pada bentuk dialog. Tujuan dari conflict kedua ini adalah bentuk dari rencana Ibu Ina yang sangat ingin mengalahkan Ibu Lela dalam lomba tersebut agar ia bisa mendapatkan hadiah yang sedang diperebutkan yaitu bertemu dengan Diky Chandra.Bentuk dari keberadaan kotoran yang digunakan oleh Ibu Ina sebagai simbol bahwa jika kotoran tersebut akan mengancam keberhasilan Ibu Lela dalam memenangkan lomba mencuci piring. Ketika kotoran ini berada pada tumpukan piring-piring milik Ibu Lela dan tidak dengan segera ia singkirkan maka kemungkinan besar dirinya akan kalah dalam lomba dan Ibu Ina akan memiliki kesempatan besar untuk memenangkan lomba tersebut. Keduanya mulai mengambil pirirng-piring kotor untuk dicuci.Ibu Lela dengan cepat langsung menggosok noda hitam dengan busa dan sabun cuci.Tak lama Host pun mulai memutarkan lagu dangdut di tengah-tengah perlombaan, dan mengajak seluruh penonton untuk bernyanyi. Ibu Lela dan Ibu Ina pun mulai terbawa suasana untuk bernyanyi sambal berjoget di. 40 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(56) tengah perlombaan, namun di saat-saat itulah Ibu Ina mulai mencuri-curi kesempatan untuk berbuat kecurangan. Ibu Ina mengambil tanah yang ada di lapangan dan melemparkannya ke piring-piring yang sudah dibersihkan oleh Ibu Lela. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). Selanjutnya adalah elemen ketiga yaitu plan, pada scene 12 saat Ibu Lela akan mengikuti lomba ini, plan yang dimiliki oleh Ibu Lela adalah membalas kecurangan yang dilakukan oleh Ibu Ina terhadapnya. Dalam hal ini, plan ini tujuannya sebagai jalan keluar setelah ia mendapatkan sebuah conflict.Ketika Ibu Lela mengetahui kecurangan yang dilakukan oleh Ibu Ina, Ibu Lela membalas kecurangan tersebut dengan cepat karena ia tahu bahwa hal itu akan mengancam keberhasilannya dalam memenangkan lomba tersebut.Dari elemen ini juga terlihat bagaimana sikap Ibu Lela yang memberontak dan melawan batas kewajaran dari apa yang sedang ia lakukan. Ibu Lela yang tujuannya juga sudah sangat kuat dan jelas tidak akanmembiarkan lawan mainnya untuk mengagalkan tujuannya tersebut sehingga ia akan rela untuk melakukan apapun demi kemenangannya. Melihat hal ini, Ibu Lela pun tidak mau kalah.Ia juga mengambil kototran yang sama dan melemparkannya ke piring-piring yang sedang di cuci oleh Ibu Ina. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). Kemudian elemen keempat yang merupakan twist dari scene 12 saat Ibu Lela akan mengikuti lomba ini, pada scene ini, elemen twistterdapat pada bagian saat Ibu Lela akhirnya berhasil memenangkan lomba mencuci piring tersebut dan mendapatkan hadiah untuk makan malam bersama Diky Chandra walaupun Ibu Lela juga telah berbuat kecurangan saat membalas kecurangan lawan mainnya,. 41 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(57) Ibu Ina. Elemen ini terdapat pada dialog yang dinyatakan oleh karakter Host saat mengumumkan pemenang dari lomba mencuci piring tersebut. HOST (CONT’D) Selamat ya Ibu Lela, akhirnya berhasil memenangkan game ini. Hadiahnya akan diserahkan kepada Ibu dan diproses berlanjut setelah acara selesai ya, Bu. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). 42 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

(58) Terakhir adalah elemen kelima yang merupakan endpoint dari scene 12 saat Ibu Lela akan mengikuti lomba.Pada scene ini, endpoint diakhiri dengan sebuah momen dimana Ibu Lela yang sudah berhasil mendapatkan goal-nya mengalami musibah jatuh pingsan saat mengetahui bahwa ia dinyatakan sebagai pemenang lomba tersebut dan mendapatkan hadiah yang berujung berubah menjadi kegagalan Ibu Lela dalam mencapai tujuannya. Ibu Lela yang hanya bingung dan terkejut puin akhirnya jatuh pingsan karena tidak percaya bahwa dirinya berhasil memenangkan acara ini. (Antara Aku, Bapak dan Papa, 2016, Evie Khusnul Khotimah). Dari hasil pembangunan scenedengan menggunakan elemen-elemen tersebut, penulis menyimpulkan bahwa terdapat kelemahan yang ada pada tiga elemen yaitu conflict, plan dan endpoint. Ketiga elemen ini menjadi lemah karena penulis menempatkannya pada bentuk adegan bukan ke dalam bentuk dialog. Hasil yang didapatkan akhirnya menunjukkan bagaimana lemahnya ketiga elemen tersebut dibanding elemen-elemen lainnya, karena ketika ketiga elemen ini dibentuk menjadi sebuah dialog makascene 12 saat Ibu Lela akan mengikuti lomba ini akan menjadi sangat kuat seperti scene sebelumnya. Penulis seharusnya melakukan pembentukkan elemen conflict kedua yang berbentuk adegan menjadi dialog seperti ketika Ibu Ina mengatakan, “Liat nih, tak taroin tanah biar tau rasa kamu ya. Biarin aja biar kalah.”,bentuk dari dialog yang bisa digunakan ini akan memperkuat bagaimana conflict yang dihadapi oleh Ibu Lela akan sangat mengancam posisinya untuk memenangkan lomba tersebut. Lewat dialog ini dapat terlihat bagaimana Ibu Ina memiliki posisi yang sama kuatnya seperti Ibu Lela yang akan sangat mengancam posisinya.. 43 Pembangunan Dialog Karakter..., Evie Khusnul Khotimah, FSD UMN, 2017.

Gambar

Table 3.2. Psikologi
Table 3.3. Sosiologi

Referensi

Dokumen terkait