• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Usaha Kerbau pada Petani Sawah.Lalita Dhaniarthi KONTRIBUSI USAHA KERBAU PADA PETANI SAWAH DI KECAMATAN CISEWU KABUPATEN GARUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kontribusi Usaha Kerbau pada Petani Sawah.Lalita Dhaniarthi KONTRIBUSI USAHA KERBAU PADA PETANI SAWAH DI KECAMATAN CISEWU KABUPATEN GARUT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI USAHA KERBAU PADA PETANI SAWAH DI KECAMATAN CISEWU KABUPATEN GARUT

Lalita Dhaniarthi*, Dadi Suryadi, Linda Herlina Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 E-mail: lalitadhaniarthi@gmail.com

ABSTRAK

Kerbau sudah sejak lama merupakan sumber tenaga pengolah tanah dan penarik gerobak (pedati) dalam lingkungan kehidupan petani di pedesaan. Kecamatan Cisewu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Garut dimana daerah tersebut terdapat kombinasi usaha kerbau dengan usaha tani sawah. Keberadaan kombinasi usaha kerbau dengan usaha tani sawah di Kecamatan tersebut disebabkan karena, petani sawah di kecamatan ini memelihara kerbau sebagai ternak kerja untuk membantu petani membajak sawah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 di Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut, dan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi usaha kerbau terhadap total pendapatan usahatani-ternak sawah-kerbau. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei pada 33 peternak kerbau yang memiliki sawah. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Multistage Random Sampling. Data yang dihimpun terdiri dari data primer yang diperoleh dari hasil wawancara yang berpedoman pada kuisioner, dan data sekunder yang diperoleh dari Dinas terkait, serta Kantor Kecamatan. Hasil analisis menunjukan bahwa pendapatan usaha kerbau sebesar Rp. 1.163.849, sedangkan pendapatan usahatani sawah sebesar Rp. 10.313.954. Efisiensi usaha kerbau yaitu 1,18. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kontribusi usaha kerbau terhadap total pendapatan usahatani-ternak sawah-kerbau sebesar 10,14%.

Kata Kunci : Pendapatan, Efisiensi, Kontribusi Usaha

BUFFALO BUSINESS CONTRIBUTION ON RICE FARMER AT DISTRICT CISEWU GARUT REGENCY

ABSTRACT

Buffalo have already been a source of soil processing power and towing carts within the life of the farmers in the countryside. District Cisewu is one of the district in Garut which have a combination of business between buffalo with a rice farmer. The existence of the buffalo business combination with rice farmer in that district due to rice farmers kept buffalo as a worker to help farmers tilling rice paddies. This research was held at April 2015 in District Cisewu Garut Regency, and it aims to find out how large buffalo business contribution to the total income of farming-livestock rice-buffalo. This research was conducted with survey methods on 33 buffalo ranchers which has rice fields. The sample was selected by Multistage Random Sampling. Data collected consisted of primary data obtained from the results of the interview are based on a detailed questionnaire. Secondary data obtained from related service and office

(2)

regency. The results of the analysis show that buffalo revenue was Rp. 1.163.849,00, and rice farming revenue was Rp. 10.313.954,00. Buffalo business efficiency is 1,18. Based on the results of the analysis, it can be concluded that the buffalo business contribution to the total income of farming-livestock rice-buffalo is 10,14%.

Keyword : Revenue, Efficiency, Business Contribution

1. PENDAHULUAN

Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang beberapa puluh tahun terakhir populasinya menurun dan tergantikan oleh sapi. Kerbau merupakan salah satu ternak penghasil daging yang sifatnya jinak dan kuat tetapi produktivitasnya lebih rendah dibanding sapi. Kerbau sudah sejak lama merupakan sumber tenaga pengolah tanah dan penarik gerobak (pedati) dalam lingkungan kehidupan petani di pedesaan. Status kerbau ditunjukkan pada peran ternak tersebut dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Kecamatan Cisewu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Garut dimana daerah tersebut terdapat kombinasi usaha kerbau dengan usaha tani sawah. Populasi kerbau di Kecamatan Cisewu pada tahun 2012 sebanyak 887 ekor dan 942 ekor pada tahun 2013 (Disnakanla,2014). Populasi kerbau yang banyak disebabkan oleh petani sawah di kecamatan ini memelihara kerbau sebagai ternak kerja untuk membantu petani membajak sawah.

Keberadaan usaha kerbau tersebut berkontribusi terhadap pendapatan yang diperoleh para petani sawah, karena pendapatan dari usaha tani sawah yang tidak menentu mendorong para petani untuk meningkatkan pendapatan mereka melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan tersebut adalah usaha yang secara umum memiliki kelebihan seperti; sebagai tambahan sumber pendapatan, pemanfaatan hasil limbah, sebagai penghasil daging dan susu, dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik. Bahkan kadang dianggap sebagai tabungan keluarga, karena dapat dijual setiap saat, khususnya ditengah kebutuhan ekonomi yang mendesak, oleh karena itu dilakukan penelitian Kontribusi Usaha Kerbau pada Petani Sawah di Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut.

2. OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kontribusi usaha kerbau pada petani sawah di Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei pada 33 peternak kerbau yang memiliki sawah. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Multistage Random Sampling. Data yang dihimpun terdiri dari data primer yang diperoleh dari hasil wawancara yang berpedoman pada kuisioner, dan data sekunder yang diperoleh dari Dinas terkait, serta Kantor Kecamatan.

Variabel yang Diteliti

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu usaha kerbau dan usahatani sawah.

(3)

Metode Analisis

1. Penghitungan Net Farm Income

Ukuran yang dipakai dalam mengukur nilai kemampuan usaha dalam menghasilkan keuntungan dari keseluruhan kegiatan usaha dihitung dari selisih antara penerimaan usaha dan pengeluaran total usaha (Soekartawi,1986), penghitungan pendapatan usaha kerbau dan usaha tani sawah dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝜋₁ = 𝑇𝑅₁ − 𝑇𝐶₁ 𝜋₂ = 𝑇𝑅₂ − 𝑇𝐶₂

2. Penghitungan Total Pendapatan Usaha tani-ternak Sawah-Kerbau

Berdasarkan penghitungan pendapatan usaha kerbau dan penghitungan usaha kerbau yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dihitung total pendapatan usaha tani-ternak sawah-kerbau secara matematis sebagai berikut :

𝑇𝑃 = 𝜋₁ + 𝜋₂ 3. Penghitungan Efisiensi Usaha Kerbau

Salah satu cara untuk menghitung efisiensi usaha dapat digunakan rumus berdasarkan perbandingan antara penerimaan dengan pengeluaran menurut Mubyarto (1989) :

𝐸 = 𝑇𝑅 𝑇𝐶

4. Penghitungan Kontribusi Pendapatan Usaha kerbau

Model kontribusi pendapatan usaha kerbau terhadap total pendapatan usaha tani-ternak merupakan presentase pendapatan usaha kerbau terhadap total pendapatan usaha tani-ternak, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut (Wibowo dkk, 2013) :

𝐴 = 𝜋₁

𝑇𝑝 × 100% 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Usaha Kerbau

a. Biaya Produksi Usaha Kerbau

Tabel 1. Struktur Biaya Produksi Usaha Kerbau di Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut

No. Uraian Jumlah

…Rp… …%...

A Biaya Tetap

1 Penyusutan Kandang 319.192 4,94

2 Sewa Lahan 1.005 0,01

Total Biaya Tetap 320.197 4,95

B Biaya Variabel

1 Pakan 4.078.558 63,1

2 Peralatan Kandang 200.303 3,1

3 Tenaga Kerja 1.863.618 28,83

4 Obat-obatan - -

Total Biaya Variabel 6.142.478 95,05

C Biaya Total 6.462.675 100,00

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa yang termasuk biaya tetap usaha kerbau adalah biaya penyusutan kandang yaitu sebesar Rp. 319.192,00. Biaya tersebut merupakan perhitungan biaya pembuatan kandang dibagi dengan umur ekonomis kandang yaitu selama 5 tahun. Kandang yang dibangun oleh

(4)

peternak sangat sederhana hanya menggunakan kayu, dengan atap genteng serta beralaskan tanah saja dan rata-rata tanpa menggunakan lampu atau penerangan apapun. Biaya sewa lahan juga merupakan komponen biaya tetap. Rata-rata biaya sewa lahan yang berlaku untuk bangunan kandang yaitu sebesar Rp. 1.005,00. Biaya tersebut merupakan hasil perhitungan dari luas kandang dikalikan dengan dengan biaya sewa lahan yang berlaku di lokasi penelitian.

Biaya yang termasuk dalam biaya variabel pada usaha kerbau di daerah penelitian adalah biaya pakan, peralatan kandang, tenaga kerja, dan obat – obatan. Tabel 1. menunjukan bahwa biaya terbesar pada usaha kerbau yaitu sebesar 95,05% adalah biaya variabel, sedangkan biaya tetap sebesar 4,95%. Biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam biaya variabel yaitu sebesar 63,1% dengan rata-rata biaya sebesar Rp. 4.363.985,00. Hal ini sesuai dengan pendapat Saputro, dkk (2002) yang menyatakan bahwa dari unsur biaya variabel, biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam usaha ternak. Biaya pakan dihitung berdasarkan lamanya tenaga kerja untuk mengambil hijauan dikalikan dengan upah tenaga kerja yang berlaku di lokasi penelitian. Rata-rata lamanya jam kerja untuk mengambil pakan yaitu selama 2,5 jam.

Tenaga kerja yang digunakan pada usaha kerbau ini yaitu tenaga kerja keluarga, oleh karena itu pembayaran biaya tenaga kerja tidak dilakukan secara langsung. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja umumnya berupa aktivitas fisik seperti memberi pakan, membersihkan tempat makan, tempat minum, memotong rumput dll yang dilakukan setiap hari. Biaya Tenaga Kerja yang dikeluarkan peternak yaitu sebesar Rp. 1.863.618,00.

Perhitungan tenaga kerja untuk aktivitas usaha kerbau bila mengacu kepada pendapat Adiwilaga (1982) bahwa konsep tenaga kerja setara pria dewasa(HKP), yaitu 1 pria dewasa setara dengan 1 hari kerja pria dewasa (8 jam per hari), dan seorang wanita dewasa setara dengan 0,75 hari kerja pria dewasa. Berdasarkan acuan tersebut diperoleh upah tenaga kerja yang terdapat di daerah penelitian sebesar Rp. 33.333,00/hari dengan rata-rata 2 jam kerja per hari.

Rata-rata biaya peralatan kandang usaha kerbau pada daerah penelitian ini berjumlah Rp. 200.303,00. Angka tersebut dapat dikatakan cukup kecil dalam biaya peralatan kandang, karena peralatan yang digunakan dalam usaha kerbau ini sangat sederhana dan dapat dibeli dengan harga yang cukup terjangkau seperti arit, ember, serokan, tali tambang, dan sepatu boots.

Biaya obat–obatan usaha kerbau di Kecamatan Cisewu ini tidak ada, karena obat-obatan tersebut sudah disediakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Garut melalui mantri hewan. Peternak hanya mengeluarkan biaya untuk jasa mantri hewan dengan sukarela, walaupun mantri hewan di Kecamatan Cisewu ini tidak mengharapkan imbalan dari para peternak.

Biaya total merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh peternak dalam proses usahanya. Rata-rata biaya total yang dikeluarkan oleh usaha kerbau di Kecamatan Cisewu sebesar Rp. 6.462.675,00.

(5)

b. Penerimaan Usaha Kerbau

Tabel 2. Penerimaan Rata-rata Usaha Kerbau 1 Tahun Produksi di Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut

No. Uraian Jumlah

….Rp….. ….%....

1. Membajak Sawah 1.478.100 6,90

2. Penyewaan Kerbau 2.464.588 30,23

3. Penjualan Kerbau 4.878.788 62,87

Rata-rata Total Penerimaan 7.626.524 100,00 Tabel 2. menunjukan bahwa penerimaan yang terbesar merupakan penjualan kerbau, namun penjualan kerbau ini tidak semua responden melakukannya. Menurut pernyataan responden, kebanyakan mereka hanya menjual ternaknya apabila dibutuhkan dalam keadaan mendesak saja, atau bila ternak tersebut sudah afkir. Harga penjualan kerbau di lokasi penelitian diukur bukan berdasarkan umur, tetapi didasarkan pada taksiran bobot tubuh hidup ternak yang dilakukan melalui metode palpasi. Semakin besar kisaran bobot hidupnya, maka semakin besar pula harganya. Penjualan kerbau di lokasi penelitian biasanya dijual di sekitar lingkungan peternak kerbau atau kepada petani sawah yang memerlukan kerbau, selain itu bisa juga kepada bandar karena di lokasi penelitian tidak terdapat pasar hewan. Harga yang biasa didapatkan peternak untuk penjualan kerbau yaitu Rp. 10.000.000,00 untuk kerbau dengan taksiran bobot tubuh diatas 1 kuintal.

Penerimaan dari jasa membajak sawah yang dimiliki oleh masing-masing responden juga cukup besar nilainya, namun karena pemilik kerbau dan pemilik lahan sawah adalah sama jadi penerimaan ini tidak diterima secara langsung. Penerimaan rata-rata dari jasa membajak sawah yaitu Rp. 1.478.100,00. Angka tersebut didapatkan dari lamanya mengolah tanah sawah yaitu 10 hari untuk membajak sawah dan 4,3 hari untuk menggaru tanah seluas 1 Hektar dikalikan dengan harga sewa jasa kerbau yang berlaku di daerah penelitian yaitu Rp. 60.000,00 per setengah hari, atau yang biasa disebut responden dengan istilah “sabedug”. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soeharjo dan Patong (1973) yang menyatakan bahwa penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga per satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat usaha tani atau harga jual petani.

Berbeda dengan Penyewaan Kerbau yang tidak semua responden melakukan penyewaan, peternak menyewakan kerbau untuk membajak sawah di lahan pertanian milik petani lain yang tidak memiliki kerbau namun tetap berada pada daerah penelitian. Penerimaan rata-rata untuk penyewaan kerbau sebesar Rp. 2.464.588,00.

c. Pendapatan Usaha Kerbau

Tabel 3. Pendapatan Usaha Kerbau di Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut

No. Uraian Jumlah (Rp)

1 Total Penerimaan Usaha Kerbau 7.626.524 2 Total Biaya Usaha Kerbau 6.462.675 Pendapatan Usaha Kerbau 1.163.849

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa pendapatan usaha kerbau yang diperoleh peternak di lokasi penelitian sebesar Rp. 1.163.849,00 per tahun. Pendapatan usaha kerbau lebih kecil dibanding dengan pendapatan usahatani

(6)

sawah, karena dalam usaha kerbau penerimaan hanya didapat dari jasa sewa kerbau dengan harga yang rendah serta penjualan ternak yang tidak rutin dilakukan. Penjualan ternak hanya dilakukan apabila responden membutuhkan uang untuk memenuhi keperluan rumah tangganya, atau bila ternak tersebut sudah termasuk ternak afkir. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (2003), bahwa besarnya penerimaan tergantung pada dua variabel, yaitu harga jual dan jumlah produk yang dijual.

Usahatani Sawah

a. Biaya Produksi Usahatani Sawah

Tabel 4. Struktur Biaya Produksi Usahatani Sawah di Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut

No. Uraian Jumlah

…Rp… …%...

A Biaya Tetap

1 Sewa Lahan 494.133 8,55

2 Pajak Bumi dan Bangunan 9.825 0,17

3 Membajak Sawah 1.478.100 25,58

4 Penyusutan Gudang 165.657 2,87

Total Biaya Tetap 2.147.715 37,17

B Biaya Variabel

1 Benih Padi 30.548 0,53

2 Tenaga Kerja 3.287.479 56,91

3 Insektisida 34.545 0,60

4 Peralatan Tani 276.667 4,79

Total Biaya Variabel 3.629.239 62,83

C Biaya Total 5.776.954 100,00

Tabel 4 menunjukan bahwa biaya terbesar dalam biaya tetap usahatani sawah yaitu biaya untuk membajak sawah (25,58%). Biaya membajak sawah tersebut diperoleh dari hasil kali luas lahan dengan harga sewa jasa kerbau, dikalikan musim tanam di lokasi penelitian yaitu 3 kali. Responden memilih kerbau sebagai tenaga kerja untuk membajak sawah karena selain petani tersebut belum memiliki traktor, juga kondisi lingkungan sawah di lokasi pertanian yang lebih memungkinkan dengan menggunakan kerbau untuk membajak sawah. Hal ini sesuai dengan pandapat Sosroamidjojo (1991) yang menyatakan bahwa, kerbau sebagai ternak untuk tenaga di daerah pertanian guna menarik bajak dan luku, sangat cocok untuk daerah–daerah yang mempunyai tanah rendah, lembah– lembah, sungai, rawa–rawa, hutan–hutan, di mana bagian yang tersubur dipergunakan untuk pertanian (sawah). Tempat–tempat yang demikian sebelum ada sistem pengaliran yang baik, mengandung air sangat banyak dan selalu dikerjakan dalam keadaan tergenang air serta pada umumnya berlumpur dalam. Daerah–daerah demikian banyak terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah, juga beberapa daerah di luar pulau Jawa.

Biaya sewa lahan sebesar Rp. 494.133,00. Biaya tersebut diperoleh dari hasil kali luas lahan dengan harga sewa lahan yang berlaku di lokasi penelitian yaitu sebesar Rp. 850.000,00/Ha.

Biaya penyusutan gudang diperoleh dari hasil kali luas gudang dengan harga pembuatan gudang dibagi dengan umur ekonomis gudang. Berdasarkan

(7)

hasil penelitian, luas gudang gabah petani di Kecamatan Cisewu ini tidak terlalu beragam, untuk luas lahan sawah sebesar 7500 m2 – 1 Ha luas gudang gabah sebesar 12 m2 dan untuk sawah dengan luas 7500 m2 kebawah gudang yang dimiliki sebesar 6 m2. Biaya pembuatan gudang yang berlaku menurut responden yaitu Rp. 2.000.000,00 untuk luasan sebesar 18 m2.

Besarnya biaya pajak bumi dan pembangunan di lokasi penelitian inilah yang cukup menarik, karena biayanya hanya sebesar Rp. 17.110,00/Ha/tahun. Berdasarkan informasi dari pihak kantor Kecamatan Cisewu, biaya PBB ini masih belum efektif mengingat besaran biayanya yang dapat dikatakan cukup murah belum dapat membantu biaya pembangunan infrastruktur Kecamatan tersebut.

Biaya yang termasuk dalam biaya variabel pada usahatani sawah di lokasi penelitian adalah biaya benih, peralatan tani, tenaga kerja, dan biaya penyemprotan insektisida. Biaya variabel usahatani sawah merupakan biaya yang paling besar (62,83%), dan biaya tenaga kerja merupakan komponen biaya variabel yang terbesar (56,91%).

Biaya benih padi merupakan biaya yang tidak besar proporsinya dalam biaya variabel, biaya pembelian benih padi yaitu sebesar Rp. 11.400,00 per Kg. Menurut pernyataan responden, setiap 1 Kg benih padi yang ditanam dapat menghasilkan produksi padi sebanyak 1 Ton. Biaya terbesar dalam pembelian benih padi yaitu sebesar Rp. 68.400,00 dengan kepemilikan lahan sebesar 1 Ha.

Peralatan tani yang digunakan umur ekonomisnya kurang dari 1 tahun, oleh karena itu biaya yang dihitung merupakan biaya pembeliannya. Peralatan tani yang digunakan di lokasi penelitian yaitu sekop, selang, cangkul, dan garpu. Peralatan tersebut dapat dibeli responden dengan harga yang cukup terjangkau dan tersedia di lokasi penelitian.

Biaya penyemprotan insektisida pada sawah di lokasi penelitian yaitu Rp. 34.545,00. Biaya penyemprotan insektisida masing-masing memiliki nilai sama yaitu Rp. 6.000,00 untuk setiap satu kali penyemprotan. Rata–rata setiap satu kali musim panen petani melakukan penyemprotan anti hama atau gulma pada sawahnya sebanyak satu kali. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa bahwa biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan bertalian dengan produksi yang dijalankan, dengan demikian semakin tinggi skala usaha maka biaya variabel yang dikeluarkan akan semakin besar pula.

Biaya total merupakan jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani dari persiapan lahan hingga hasil panen dijual. Rata-rata biaya total yang dikeluarkan oleh usahatani sawah di Kecamatan Cisewu sebesar Rp. 5.776.954,00. Biaya tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya usaha kerbau yang juga dilakukan oleh responden penelitian.

b. Penerimaan Usahatani Sawah

Penerimaan Usahatani Sawah di Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut berasal dari penjualan gabah. Total Penerimaan yang diperoleh dari petani sawah yang memiliki kerbau ini yaitu sebesar Rp. 16.090.909,00 per tahun. Harga gabah yang berlaku di lokasi penelitian sebesar Rp. 6.000,00 per kg. Rata-rata produksi gabah per hektar di lokasi penelitian yaitu 1667 kg per panen atau 5000 kg per tahun (3 kali musim panen). Kualitas padi di lokasi penelitian apabila dilihat dari harga jual gabah per kilogram dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik, karena berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2012, harga pembelian pemerintah(HPP)

(8)

gabah dengan kualitas air maksimum 25% dan kadar hampa kotoran maksimum 10% adalah Rp. 3.300,00/kg, sedangkan di lokasi penelitian harga pembelian gabah sebesar Rp. 6000,00/kg. Hal tersebut menunjukan bahwa harga pembelian di tingkat petani pada lokasi penelitian sudah lebih besar dibandingkan dengan harga pembelian pemerintah. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (2015) yang menyatakan bahwa, harga gabah tertinggi di Jawa Barat sebesar Rp. 6.600,00/kg dengan rata-rata harga sebesar Rp. 5.357,00/kg.

Responden lebih mendapatkan banyak penerimaan dari usahatani sawahnya apabila dibandingkan dengan penerimaan usaha Kerbau yang dapat dilihat pada Tabel 2. Hal tersebut didukung oleh seluruh pernyataan responden yang menyebutkan bahwa usaha sawahnya lebih menguntungkan daripada usaha kerbau.

c. Pendapatan Usahatani Sawah

Tabel 5. Pendapatan Usahatani Sawah di Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut

No. Uraian Jumlah (Rp)

1 Total Penerimaan Usahatani Sawah 16.090.909

2 Total Biaya Usahatani Sawah 5.776.954

Pendapatan Usahatani Sawah 10.313.954

Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat bahwa penerimaan usahatani Sawah dapat menutupi seluruh biaya yang diperlukan pada usahatani sawah dengan rata-rata pendapatan Rp. 10.313.954,00. Hal tersebut dapat terjadi karena petani melakukan penjualan gabah yang rutin dilakukan setiap empat bulan sekali dengan jumlah dan harga yang cukup tinggi, oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa banyak responden yang menyatakan usahatani yang dimilikinya lebih menguntungkan dibandingkan dengan usaha kerbau. Pernyataan tersebut didukung dengan pendapat Sukirno (2007), yang menyatakan bahwa jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya, maka secara ekonomi usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan.

Efisiensi Usaha Kerbau

Efisiensi usaha dalam penelitian ini adalah rasio antara penerimaan dengan pengeluaran (R/C-ratio). Semakin besar nilainya menunjukan semakin efisien usaha tersebut. Besarnya efisiensi usaha kerbau dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Efisiensi Usaha Kerbau di Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut

No Uraian Jumlah

1 Penerimaan Rp. 7.626.524

2 Total Biaya Produksi Rp. 6.462.675

3 Efisiensi Usaha 1,18

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai efisiensi dari usaha kerbau lebih dari satu yaitu sebesar 1,18 dan dapat dikatakan usaha tersebut sudah efisien. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soekartawi (1995) yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan efisien apabila nilai R/C rasionya lebih besar dari satu. Nilai efisiensi usaha sebesar 1,18 memiliki arti bahwa dari setiap pengeluaran biaya produksi sebesar Rp. 100,00 akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 118,00 serta keuntungan sebesar Rp. 18,00.

(9)

Kontribusi Usaha Kerbau Terhadap Total Pendapatan Usahatani-ternak Sawah-Kerbau

Tabel 7. Kontribusi Usaha Kerbau

No Uraian Jumlah Kontribusi

…Rp… …%...

1 Pendapatan Usaha Kerbau 1.163.849 10,14

2 Pendapatan Usahatani Sawah 10.313.954 89,86

3 Total Pendapatan Usahatani-ternak Sawah-Kerbau

11.477.803 100,00

Tabel tersebut menunjukan bahwa kontribusi usaha terhadap total pendapatan usaha tani-ternak sawah-kerbau yang diperoleh sebesar 10,14%. Hal ini menunjukan bahwa usaha kerbau di lokasi penelitian masih belum dijadikan sumber penghasilan utama oleh peternak.

Menurut pendapat responden, usaha kerbau ini hanya untuk membantu usahatani sawah mereka dengan memanfaatkan tenaga kerja ternak sebagai pembajak sawah, dan menyewakan jasa tersebut kepada petani lain yang tidak memiliki kerbau, oleh karena itu tujuan pemeliharaan kerbau adalah untuk mencukupi kebutuhan sendiri. Hal tersebut ditegaskan oleh pendapat Sodiq dan Abadin (2002), bahwa usahaternak tergolong usaha sambilan jika tingkat pendapatan peternak dan usahanya tidak lebih tinggi dari 30 % dari total pendapatannya.

4. KESIMPULAN

Pendapatan usaha kerbau sebesar Rp. 1.163.849,00 per tahun dengan rata-rata kepemilikan 2 ekor dewasa jauh lebih kecil, bila dibandingkan dengan pendapatan usahatani sawah yaitu Rp. 10.313.954,00 per tahun dengan rata-rata produksi 2682 Kg. Usaha kerbau sudah cukup efisien dengan angka R/C radio sebesar 1,18. Kontribusi usaha kerbau terhadap total pendapatan usahatani-ternak sawah-kerbau yaitu 10,14%. 5. DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usaha Tani. Alumni. Bandung.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. 2015. Analisis Harga Gabah Februari 2015.

Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut (Disnakanla). 2014. Populasi Ternak Garut.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Cetakan ke-3. LP3ES. Jakarta.

Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rasyaf, 2003. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Saputro, K. C, T. Ekowati dan E. Rianto. 2002. Analisis Break Event Point Usaha Ternak Kerbau pada Anggota Kelompok Tani Ternak di Kabupaten Pemalang. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. J.trop.Anim Dev.27(4) Desember 2002.

Sodiq, A dan Abidin, Z. 2002. Penggemukkan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta. Soeharjo dan D. Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Limu Usaha Tani. Departemen

(10)

Soekartawi, Soeharjo.A, Dillon J.L. 1986. Ilmu Usaha Tani. Cetakan ketiga. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

_________ . 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Sosroamidjojo, M. Samad. 1991. Ternak Potong dan Kerja. CV Yasaguna Anggota Ikapi. Jakarta.

Sukirno. 2007. Ekonomi Pembangunan. Kencana Prenada Group. Jakarta.

Wibowo, Denny., Muatip, Krismiwati., Aunurohman, Hudri. 2013. Analisis Efisiensi Usaha dan Kontribusi Pendapatan Peternak Kelinci di Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah Peternakan. 821-826.

Gambar

Tabel  4.  Struktur  Biaya  Produksi  Usahatani  Sawah  di  Kecamatan  Cisewu  Kabupaten Garut

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat sekitar hutan larangan adat Desa Rumbio terhadap sebaran

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk..

ICZM (Integrated Coastal Zone Management) merupakan suatu pendekatan yang komprehensif yang dikenal dalam pengelolaan wilayah pesisir, berupa kebijakan yang terdiri

Berdasarkan pada batasan masalah tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana kemampuan anak tunagrahita tipe sedang dalam pembelajaran keterampilan

pengembangan peraturan ini, untuk memperkuat otoritas pemerintah lokal dalam bertindak dan mengalokasikan pendanaan lokal sebagai upaya menghapus bentuk-bentuk pekerjaan

Fungsi Layanan Konseling Individu dalam Menuntaskan Masalah Pribadi Peserta Didik di MAN Sibreh Aceh Besar adalah berfungsi untuk mengatasi masalah yang dihadapi

Dengan demikian, semakin tinggi nilai CAR semakin besar kemampuan modal yang dimiliki oleh bank untuk menanggung risiko dari setiap kredit yang berisiko dan mampu membiayai

Pengujian serentak dalam model regresi logistik multinomial dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel prediktor memiliki pengaruh yang signifikan