• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan ini dimulai dengan jenis penelitian, teknik pengumpulan data, alat bantu penelitian, subjek penelitian, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.

3.1 Jenis Peneltian

Menurut Robert K. Yin (1997 : 28), tujuan pokok desain adalah membantu peneliti menghindari data yang tak mengarah ke pertanyaan-pertanyaan awal penelitian, sehingga memudahkan pengumpulan dan penganalisaan data selanjutnya.

Jenis penelitian dibagi menjadi dua, yaitu penelitian Kuantitatif dan penelitian Kualitatif. Penelitian kuantitatif menampilkan data dalam bentuk angka-angka. Sementara itu penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkip, wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya (Poerwandari, 2011).

Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong 2005) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

(2)

40

Berkaitan dengan jenis penelitian yang telah peneliti paparkan, maka metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Bungin (2007) format deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, sifat, model, tanda, karakter, atau gambaran tentang situasi, kondisi ataupun fenomena.

Penggunaan format deskriptif kualitatif ini, karena ingin menggambarkan dan memaparkan secara terperinci mengenai gambaran dinamika kepribadian pasangan gay dewasa awal berdasarkan teori Karen Horney dalam menjalin hubungan pacaran.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti memperoleh atau mengumpulkan data. Data bisa diperoleh melalui teknik wawanacara, pengamatan, kuesioner dan dokumentasi. (Hamidi, 2007)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

3.2.1 Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2005).

(3)

41

Menurut Banister (dalam Poerwandari, 2011), menyatakan bahwa wawancara kualitatif dilakukan jika peneliti bermaksud untuk pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud untuk melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan dengan pendekatan lain.

Metode wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman umum. Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Pedoman wawancara umum ini dapat berbentuk wawancara terfokus, yakni wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada hal-hal/ aspek-aspek tertentu dari kehidupan/ pengalaman subjek. Tetapi wawancara juga dapat berbentuk wawancara mendalam dimana peneliti mengajukan pertanyaan mengenai berbagai segi kehidupan subjek, secara utuh dan mendalam (Patton dalam Poerwandari, 2011).

(4)

42

3.2.2 Observasi

Observasi adalah kegiatan memperhatikan secara akuat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena (Poerwandari, 2011).

Patton (dalam Poerwandari, 2011) menegaskan observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang menandai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.

Selain itu tujuan observasi adalah untuk mendapat data tentang suatu masalah sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. (Koentjoro, 2007).

Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk melengkapi data yang telah diperoleh melalui wawancara yang telah dilakukan. Observasi ini juga dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.

3.3 Alat Bantu Penelitian

Dalam penelitian ini, alat bantu yang digunakan adalah: 1) Pedoman wawancara, 2) Catatan observasi, 3) informed consent, 4) recorder untuk merekam

(5)

43

proses wawancara apabila diizinkan oleh subjek. Alat-alat tersebut diharapkan dapat membantu peneliti dalam memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat dan relevan.

1) Pedoman wawancara : merupakan pertanyaan-pertanyaan yang

mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas (Poerwandari, 2011).

2) Catatan lapangan : catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka penggumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2005). Sedangkan menurut Guba dan Lincoln (Moleong, 2005) catatan lapangan adalah alat yang umum digunakan oleh para pengamat dalam situasi pengamatan tak berperanserta.

3) Informed consent : persetujuan dari orang yang akan menjalani proses

dibidang psikologi yang meliputi penelitian pendidikan/pelatihan/assessmen dan intervensi psikologi. Persetujuan dinyatakan dalam bentuk tertulis dan ditandatangai oleh orang yang menjalani pemeriksaan/ yang menjadi subjek penelitian dan saksi (Istiqomah, 2012)

4) Recorder : atau alat perekam yang berfungsi untuk merekam semua

percakapan antara peneliti dan subjek selama wawancara berlangsung agar informasi-informasi penting tidak hilang.

(6)

44

3.4 Subjek Penelitian

Pemilihan jumlah subjek didasarkan pada penelitian kualitatif yang berfokus pada kedalaman dan proses, serta cenderung dilakukan dengan jumlah kasus sedikit (Poerwandari, 2009).

Suatu kasus tunggal pun dapat dipakai, bila secara potensial memang sangat sulit bagi peneliti memperoleh kasus lebih banyak, dan bila kasus tunggal tersebut memang perlu diperlukan sekaligus dapat diungkap informasi yang sangat mendalam (Banister dkk, dalam Poewandari, 2009).

Subjek dalam penelitian ini adalah pasangan gay pada masa dewasa awal. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 5 orang gay. Pengambilan sampel ditentukan dengan kriteria tertentu yang sesuai dengan teori yang ada. Penelitian ini juga menggunakan metode pengambilan sempel bola salju atau berantai. Karakteristik subjek penelitian ini antara lain:

1. Laki-laki yang memiliki orientasi seksual gay.

2. Memiliki gaya hidup homoseksual dengan : open-couple , close-couple dan functional.

3. Berusia antara 18 sampai 40 tahun, berdasarkan teori Hurlock yang menandakan pada masa dewasa awal.

4. Berdomisili di Jakarta karena untuk memudahkan dalam pengambilan data penelitian.

(7)

45

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2005).

Menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2005), analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasian data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencapai dan menemukan pola, menentukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan.

Berikut ini adalah uraian dari analisa data seperti yang dikemukakan Seiddel (dalam Moleong, 2005) sebagai berikut:

(1) Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal tersebut diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

Yaitu mencatat semua hasil data yang diperoleh. Data yang diperoleh bersumber dari hasil wawancara kepada narasumber serta pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti, dan juga berdasarkan data kepustakaan yang berhubungan dengan masalah penelitian.

(2) Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikam, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.

Yaitu setelah data terkumpul dari berbagai sumber, maka data tersebut dikumpulkan, dipilah-pilah dan diklasifikasikan sesuai dengan fokus penelitian. Tujuannya agar dapat memudahkan dalam menganalisis data.

(8)

46

(3) Berpikir dengan cara membuat kategori agar data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum.

Yaitu membuat kesimpulan mengenai penelitian, dengan cara mempelajari semua data yang diperoleh serta menentukan pola yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian peneliti melakukan persiapan sebelum proses penelitian dilakukan, seperti :

(1) Mencari teori yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.

(2) Menyusun pedoman wawancara berdasarkan teori yang dibahas dalam bab II.

(3) Mencari subjek

(4) Menghubungi subjek dan membuat janji untuk menjadwalkan pertemuan peneliti dengan subjek.

3.6.2 Pelaksanaan Penelitan

Pada tahap ini hal pertama yang dilakukan yaitu mencari subjek penelitian sesuai dengan karakteristik yang sudah ditentukan sebelumnya. Awal mulanya

(9)

47

perkenalan peneliti dengan subjek A pertama pada tanggal 29 Oktober 2012. Sebelumnya peneliti kenal dengan A dan pasanganya dari saudara subjek yang merupakan teman kerja dari A. peneliti juga beberapa kali pernah melihat A dibeberapa kesempatan ketika ada acara dikeluarga peneliti. Pertemuan peneliti dengan A dilakukan di tempat kerja A, saat itu peneliti dan teman peneliti yang saat itu ingin mengambil tema yang sama dengan peneliti bertemu dengan saudara peneliti. Setelah bertemu, akhirnya peneliti dan teman peneliti diajak dengan saudara peneliti uantuk bertemu dengan A yang sedang berada diruang kerja dari A. Awal mula ketika peneliti bertemu A, peneliti merasa takut dan canggung karena sebelumnya peneliti belum pernah berbicara sebelumnya, namun karena A orang yang cukup supel dan welcome inilah yang membuat peneliti mulai merasa nyaman dan hilang rasa takutnya. Pertemuan peneliti dengan subjek dari sekitar jam 11:00-16:00. Dipertemuan pertama itu peneliti cukup banyak berbincang-bincang, saat itu peneliti, subjek dan teman subjek bertukar pin blackberry massenger untuk memudahkan komunikasi selanjutnya.

Pertemuan peneliti selanjutnya dengan A pada tanggal 11 november 2013 saat itu. Peneliti masih bersama dengan teman peneliti main ketempat kos A, sebelumnya peneliti sudah janjian dengan A untuk bertemu dan setelah itu A ingin mengajak peneliti dan teman peneliti untuk ketempat berkumpul kelompok gay yang ada di daerah Jakarta Pusat. Peneliti dan teman peneliti dijemput oleh A didepan gang dari tempat kos A dengan menggunakan motor. Setibanya di kamar kos A ternyata didalamnya ada pasangan A yang merupakan subjek B. ini merupakan pertemuan

(10)

48

pertaman peneliti dengan subjek B. Karena saat itu masih sore kira-kira jam 20:00 , sedangkan tempat berkumpul kelompok gay yang ada didekat sebuah terminal bus itu baru ada jam 23:00 maka, kami berempat bersiap-siap sambil berbincang-bincang terlebih dahulu. Peneliti berbincang dengan B walaupun pertama kali peneliti merasa takut karena B orang yang diam dan tidak terlalu banyak bicara apalagi dengan orang yang baru B kenal. Dan sekitar jam 23:00 kami berempat yaitu peneliti, teman peneliti, subjek A dan B pergi ketempat itu yang lebih dikenal LG (nama telah disamarkan). Untuk pergi ke LG kami hanya jalan kaki karena jarak cukup dekat dari tempat kos subjek. Sesampainya disana peneliti dan subjek sudah disambut dengan para gay yang sedang berdiri didepan mobil atau motornya yang diparkiran. Disana bermacam-macam sekali para gay yang pebeliti lihat dari penampilannya, sampai gayanya. Penampilannya ada yang rapih-rapih dengan wangi yang sangat semerbak. Ada juga yang hanya pakai celana pendek dengan kaos oblong, ini penampilan dari pasangan subjek A. dan ada juga yang dengan dandan heboh bak seperti ratu dengan pakaian gaun serta rambut yang disanggul. Menurut informasi, gay dengan tampilan yang rapih dan wangi itu biasanya ia sedang mencari pasangan. Kalau yang dengan tampilan biasa yang hanya celana pendek dan kaos oblong ini menurutnya gay yang telah punya pasangan dan tidak ingin gaya, dan biasanya gay dengan tampilan ini pasti datang dengan pasangannya. Dan gay dengan berpenampilan yang rapih dengan memakai gaun serta sanggul itu biasanya ia ingin menonjolkan diri, yang menjadi pusat perhatian di seluruh LG. Didalam LG gay dengan usia muda sampai yang tua pun ada. Semuanya menyatu disana. Kegiatan di LG lebih kepada senang dengan

(11)

49

alunan musik dangdut yang langsung. Banyak yang peniliti liahat disana, dari gay yang sebagai Bottom maupun Top. Dari yang hanya duduk saja dipinggiran sampai yang turun ketengah untuk bergoyang, dan ada juga dari gay yang bertato dengan badan yang besar ternyata ketika berbicaranya sangat melambai sekali. Sampai kejadian yang membuat peneliti diam dan kaget yaitu ketika peneliti melihat pasangan gay yang sedang bersentuh-sentuhan sampai berciuman disebuah pojokan. Jam 1 pagi tengah malam peneliti pulang dan meninggalkan LG.

Selanjutnya pertemuan peneliti dengan subjek A dan B di monas yang sedang ada acara peringatan hari AIDS sedunia, pada tanggal 9 Desember 2012 dari jam 08:00-12:00. Acara di monas itu terdapat acara dengan gerakan 1000 tangan yang ternyata sebagian dari penarinya yaitu gay. Disana juga terdapat banyak LPA (Lembaga Peduli Aids) yang memberikan penyuluhan tentang AIDS, mulai dari apa itu AIDS dan HIV, bahaya AIDS dan HIV, pencegahan dll. Subjek mengajak peneliti untuk mendatangin stand LPA Karya Bakti yang menangani khusus kelompok gay. Di acara itu ternyata banyak juga peneliti melihat gay, lesbian, dan waria. Peneliti juga sempat berkenalan dengan salah satu lesbi dan ibu dari kaum waria (ibunya waria). Dari acara LPA Karya Bakti ini peneliti diperkenalkan oleh pengurus dari Lembaga tersebut dan diajak untuk mengikuti pelatihan tentang HIV dan AIDS. Dengan masuk kedalam lembaga ini merupakan salah satu cara peneliti untuk mendapatkan informasi tentang gay dan selain itu berharap bisa mendapatkan subjek. Pada tanggal Tanggal 22-23 desember 2012 ini peneliti mengikuti sebuah pelatiahan HIV dan AIDS dari LPA Karya Bhakti yang lebih konsen menangaini

(12)

50

kelompok gay didaerah Jakarta timur dan Jakarta utara. Kegiatan ini dilakukan 2 hari, dari jam 9-17. Kegiatan yang sangat menarik. Peserta dari pelatihan itu rata-rata seorang gay, mahasiswa yang salah satunya peneliti yang menjadi peserta dalam kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menjadi “community leader”. kegiatan ini dimaksuskan untuk dapat memberikan informasi kepada teman-teman, saudara, atau siapa saja tentang HIV/AIDS, IMS tersebut. diacara ini peniliti mendapatkan banyak pelajaaran tentang gay dan disitu peneliti juga bertemu dengan banyak gay yang rata-rata masih menutup diri, jadi hanya teman-teman dari lembaga itu saja yang tahu.

Pada tanggal 8 februari 2013 peneliti menghadiri sebuah acara yang diadakan oleh LPA Karya Bakti, ini merupakan acara kontes menyanyi. Sebagai pembuka ada penampilan dua orang waria yang melakukan joget dan nyanyi lapsing. Saat acara selesai A memperkenalkan peneliti dengan calon subjek untuk peneliti. Saat itu calon subjek itu sangat malu dan bahkan menjaga jarak dengan subjek karena ia merasa tidak ada yang boleh mengetahui orientasi seksual darinya sebab ia seorang Mc yang cukup dikenal. Dengan bujukan dari A akhirnya calon subjek itu mau membantu namun ketika berjalannya waktu tiba-tiba menghilang dari peneliti maupun dari A dan akhirnya ia tidak jadi menjadi subjek dalam penelitian ini.

Antara peneliti, subjek A dan subjek B cukup intens melakukan komunikasi melakui blackberry massenger. A dan B selalu membantu mencarikan subjek yang sesuai dengan kriteria ini namun kesulitannya yaitu pasangan dan terkadang salah satunya mau namun satunya lagi menolak untuk dijadikan subjek penelitian. Sampai

(13)

51

akhirnya pada tanggal 6 Maret 2013 peneliti dikenali oleh subjek C dengan teman peneliti. Saat awal pertemuan peneliti hanya berkenalan lewat blackberry massenger, peneliti mencoba mambuat rapport dengan C melalui blackberry massenger sampai akhirnya rapport itu terjalin bagus C sangat welcome dengan peneliti, peneliti dan subjek juga selalu berkomunikasi cukup sering melalui blackberry massenger sampai akhirnya melakukan pertemuan pada 14 April pada pertemuan pertama. Karena sebelumnya peneliti dan subjek sering berkomunikasi maka pada saat bertemu kami sudah tidak canggung lagi.

Setelah itu C memberikan peneliti nomor telepon pasangannya untuk melakukan komunikasi dengan peneliti sebelumnya, sejak diberikan nomor itu peneliti mulai berkomunikasi dengan pasangan C yang merupakan subjek D. Awal mulanya peneliti dengan D berkomunikasi dengan pesan singkat namun dengan berjalannya waktu dan kedekatan antara D sudah terjalin makanya akhirnya kami bertukar pin blackberry massenger dan komunikasi kami selalu dilakukan dengan baik dan dibangun dengan baik pula dari awal perkenalan hinggal melakukan wawancara. Karena jarak tempat tinggal D yang cukup jauh yaitu diluar kota ini yang menjadi kendala untuk peneliti membuat janji dengan D yang juga sedang sibuk dengan pekerjaannya itu. Jadi pertemuan pertama peneliti dan subjek yaitu pada tanggal 13 Mei 2013 yang langsung dilakukan wawancara pertama juga.

Sebelum pertemuan peneliti dengan subjek C dan D. Pada tanggal 12 maret 2013 peneliti dan subjek A pergi ke sebuah diskotik didaerah Jakarta Barat, diskotik yang dikhususkan untuk komunitas LGBT. Saat peneliti dan A datang ke diskotik

(14)

52

tersebut ternyata sedang ada acara dengan tema parlente atau laki-laki yang suka berdandan, selain itu juga ada penggalangan dana untuk artis Tata Dado yang sedang sakit. Sekitar jam 23:30 peneliti dan subjek masuk kedalam diskotik tersebut, didalam diskotik tersebut tidak ada seorang wanita hanya peneliti dan penjaga tiket dari diskotik itu, selebihnya laki-laki sekalipun ada wanita namun bukan wanita asli melainkan seorang waria. Ketika A membeli tiket masuk untuk A dan peneliti ada teman A yang bertanya tentang jenis kelamin peneliti “itu pewong atau lekong?” A menjawab “lekong, waria sukses noh lu liat aja ude operasi semua”. Di tempat tersebut peneliti banyak menemui banyak gay yang sedang berpacaran, sendiri, yang joget-joget bahkan ada pula yang sedang melakukan perilaku seksual seperti ciuman, pelukan bahkan ada yang petting. Acara yang disajikan yaitu acara joget dan nyanyi lapsing yang tampilakan oleh gay maupun waria. Peneliti jua dikenalkan beberapa orang gay dengan A, selain itu A juga mengenalkan peneliti dengan teman-teman warianya. Peneliti dan A bercerita-cerita dengan beberapa teman A yang seorang gay ataupun waria, topik pembicaraanpun tidak lepas dari pembicaraan masalah pasangan dari mereka. Acara terakhir yang disajikan yaitu adanya striptease dancers yang merupakan seorang gay, namun peneliti dan A memutuskan untuk pulang sebelum acara itu berakhir. Tapi sebelumnya peneliti mendapatkan cerita salah satu penari tersebut dari teman A. Jam 01:30 peneliti dan A pulang karena sudah larut malam.

Pada tanggal 28 Maret 2013, peneliti mengikuti acara Seminar tentang Edutainment yang diadakan oleh LPA Karya Bakti. Acara tersebut adalah acara seminar yang membahas tentang hak-hak yang terkait dengan komunitas LGBT serta

(15)

53

menceritakan tentang diskriminasi yang terjadi pada komunitas LGBT yang menjadi pembicara saat itu yaitu Sekjen dari komunitas LGBT Arus Pelangi, komunitas yang menangani advokasi dari komunitas LGBT. Selain itu juga ada acara pertunjukan dari kelompok gay, lesbian dan waria. Disaat itu peneliti dan teman peneliti berkenalan dengan Sekjen dari komunitas LGBT. Setelah acara berakhir peneliti menemui salah satu panitia dari acara tersebut sebut saja namanya Zaid (bukan nama sebenarnya) yang sebelumnya sudah peneliti kenal dan selalu berkomunikasi lewat blackberry

massenger untuk minta tolong dicarikan subjek penelitian. Dan saat itu Zaid

memperkenalkan peneliti dengan calon subjek peneliti yang ternyata merupakan pengurus dari LPA Karya Bakti dan peneliti kenal dengan calon subjek itu, namun peneliti belum kenal dengan pasangannya. Setelah berkenalan dan beberapa kali peneliti dan calon subjek itu berkomunikasi melalui pesan singkat, namun dipertengahan jalan calon subjek itu nyatakan keberatan untuk dijadiakan subjek penelitian dengan alasan takut identitasnya terbongkar, padahal sebelumnya Zaid dan peneliti pun sudah berbicara untuk minta kesediaan calon subjek tersebut mejadi subjek penelitian dan awalnya ia bersedia, namun hal itu berubah dan peneliti tidak dapat menolak atau memaksa.

Dengan berjalannya waktu peneliti terus mencari-cari subjek untuk penelitian ini yang sesuai dengan karakteristik. Sambil mencari-cari, peneliti meminta bantuan kepada subjek A, B, C ataupun D. Sekitar bulan April penelitin calon subjek yang baru, peneliti dan calon subjek itu sebutnya dengan nama Anan (bukan nama sebenarnya). Peneliti berkenalan dengan Anan dan sejak awal perkenalan itu peneliti

(16)

54

mulai menjalin rapport yang cukup baik dengan Anan, Anan pun bersedia untuk menjadi subjek penelitian. Setalah cukup dekat dan selalu berkomunikasi lewat pesan singkat maka kedekatan kami tambah dekat sampai akhirnya kami memutuskan untuk bertemu namun hal itu gagal karena satu alasan dari Anan, kurang lebih 2 minggu peneliti janjian bertemu dengan Anan namun gagal lagi karena tiba-tiba Anan mengalami musibah sakit, sampai janjian yang ketiga kali dan hal itu juga gagl dilakukan. Setelah kali gagal bertemu peneliti dan Anan masih cukup sering melakukan komunikasi lewat pesan singkat, namun akhir bulan Mei Anan tidak ada kabar lagi, nomor nya tidak aktif, sampai berkali-kali peneliti hubungi tidak bisa dan hingga kini Anan tidak ada kabar lagi.

Ketika peneliti melakukan pendekatan dengan Anan, Peneliti juga melakukan wawancara pertama dengan subjek C pada tanggal 4 Mei 2013, wawancara pertama dengan subjek A pada tanggal 8 Mei 2013 dan wawancara pertama dengan subjek B pada tanggal 19 Mei 2013. Di awal bulan Juni sekitar tanggal 4 peneliti mencoba untuk mencari-cari lembaga atau komunitas yang menaungi kelompok gay, sampai akhirnya peneliti memutuskan untuk menghubungi komunitas Arus Pelangi melalui nomor telepon yang peneliti dapat dari bulletin GAYa Nusantara. Setelah menelepon ke Arus Pelangi dan pada tanggal 17 Juni peneliti membuat surat izin dari fakultas untuk komunitas LGBT Arus Pelangi. Dan tanggal 18 Juni peneliti ditemani oleh teman peneliti datang ke Arus Pelangi untuk meminta bantuan untuk dicarikan subjek, namun sebelumnya peneliti harus mengikuti peraturan yang berlaku di komunitas tersebut.

(17)

55

Pada tanggal 22 Juni 2013 peneliti diundang oleh Arus pelangi dalam pemutaran film tentang LGBT adaada tiga film pendek yang ditangkan salah satunya film pendek yang berjudul closed cerita tentang pasangan gay yang harus berpisah karena salah satu dari gay tersebut harus menikah dengan wanita. Disini juga awal mula pertemuan peneliti dengan subjek E, saat itu E sebagai pembawa acara dalam acara tersebut. Pada saat itu peneliti dan E hanya berkenal biasa saja belum bercerita. Namun karena peneliti sering datang ke kantor Arus pelangi dan beberapa kali bertemu E makanya peneliti menjadi cukup dekat dengan E.

Pada tanggal 1 Juli 2013 wawancara kedua pada subjek A dan B dilakukan. Wawancara keduapun dilakukan dengan subjek D pada tanggal 6 Juli 2013, wawancara pertama dengan subjek E pada tanggal 15 Juli 2013, wawancara kedua dengan subjek C pada tanggal 17 Juli 2013 dan terakhir wawancara kedua yang dilakukan pada tanggal 29 Juli dengan subjek E. Dari semua subjek dilakukan wawancara sebanyak dua kali, selain melakukan wawancara peneliti juga selalu berkomunikasi dengan semua subjek malalui handphone.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian yang utama dalam pengumpulan data, metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Poerwandari (1998,

46 dengan teknik pengumpulan data dalam metode penelitian kualitatif, baik dari wawancara, observasi maupun dokumentasi Data yang diperoleh meliputi tema seni

Pendekatan dasar untuk memperoleh data kualitatif melalui wawancara dalam penelitian ini merujuk pada pembagian menurut Patton yang dikutip oleh Poerwandari (1998 ; 71

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 cara yang dianggap sesuai untuk dijadikan metode pengumpulan data, yaitu pengumpulan data dengan wawancara,

Dalam hal ini, peneliti menggunakan design penelitian metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dan menggunakan tekhnik wawancara, observasi dokumentasi, analisis

Sesuai dengan sumber data, maka penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara: 3.5.1 Pengamatan Observasi Pengamatan observasi merupakan suatu metode penelitian untuk

Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau metode pengumpulan data, maka metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:4 3.5.1 Observasi Observasi lebih

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode pendekatan deskriptif kualitatif dengan data kuantitatif, karena penelitin ini ingin