BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI
Universitas Gadjah Mada
Editor
Djati Mardiatno
Dyah R. Hizbaron
Estuning T.W. Mei
Fiyya K. Shafarani
Faizal Rachman
Yanuar Sulistiyaningrum
Widiyana Riasasi
Seminar Nasional ke-2
Pengelolaan Pesisir
dan Daerah Aliran Sungai
PROSIDING
Ikatan Geograf Indonesia MPPDAS Fakultas Geografi UGM Badan Informasi GeospasialDiselenggarakan oleh
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2
Pengelolaan P
esisir dan Daerah Aliran Sungai
i
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR
DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2
Editor:
Djati Mardiatno
Dyah R. Hizbaron
Estuning T. W. Mei
Fiyya K. Shafarani
Faizal Rachman
Yanuar Sulistiyaningrum
Widiyana Riasasi
BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA, YOGYAKARTA
ii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR DAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2
ISBN: 978-979-8786-61-7
© 2016 Badan Penerbit Fakultas Geografi
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun
mekanis tanpa izin tertulis dari editor. Permohonan perbanyakan dan pencetakan
ulang dapat menghubungi Dyah R. Hizbaron, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 atau melalui email ke
semnas-mppdas@geo.ugm.ac.id
Hak kekayaan intelektual tiap makalah dalam prosiding ini merupakan milik para
penulis yang tercantum pada tiap makalahnya.
Tanggal terbit:
20 Juli 2016
Dipublikasikan oleh:
Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara, Jalan Kaliurang, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Telp:+62 274 649 2340, +62 274 589 595
Email: geografi@geo.ugm.ac.id
Website: www.geo.ugm.ac.id
Desain sampul:
iii
KATA PENGANTAR
Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai ke-2 dilaksanakan di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tanggal 12 Mei 2016. Seminar ini diselenggarakan oleh Program Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) yang merupakan minat dari Program Studi S2 Geografi. Salah satu tujuan utama seminar ini adalah untuk mendiskusikan perkembangan dan tren penelitian pengelolaan di wilayah pesisir dan daerah aliran sungai. Sebanyak 70 makalah yang telah direview dari tim editor ditampilkan dalam prosiding ini. Tema dari prosiding ini dibagi menjadi tiga, antara lain
1. Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran sungai
2. Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
3. Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
Hasil dari seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai kepadu-padanan pengelolaan pesisir dan DAS yang meliputi aspek fisik, lingkungan, regulasi, tata ruang, pemanfaatan ruang dan sumber daya. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat untuk acuan peneliti maupun praktisi pada bidang yang terkait.
Terima Kasih
Ketua Panitia Kegiatan
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii DAFTAR ISI ... iv
Pembicara Utama
PERAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL DALAM PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ... 1 PERAN DAN FUNGSI EKOSISTEM BENTANGLAHAN KEPESISIRAN DALAM PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ... 11 TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ... 18 HOLOCENE SEA-LEVEL VARIABILITY IN INDONESIA ... 51
Tema 1: Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran sungai
PEMANFAATAN METODE GALDIT DALAM PENENTUAN KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR KOTA CILACAP ... 58 IDENTIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN PURWARUPA ARDUINO UNTUK MONITORING SAMPEL AIR OTOMATIS ... 68 PENDUGAAN KEBERADAAN AIRTANAH ASIN DI SEBAGIAN KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH ... 79 ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DENGAN AIRTANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI KAYANGAN KABUPATEN KULONPROGO ... 86 UJI AKURASI APLIKASI ELECTROMAGNETIC VERY LOW FREQUENCY (EM VLF) UNTUK ANALISIS POTENSI AIRTANAH DI PULAU SANGAT KECIL ... 96 KAJIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI BEBERAPA SUB DAS DENGAN FORMASI GEOLOGI PEGUNUNGAN SELATAN(Studi di Sub DAS Keduang, Temon, Wuryantoro, dan Alang) ... 106 RESPON HIDROLOGI SEBAGAI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI KAWASAN DANAU KASKADE MAHAKAM... 117 EMBUNG SEBAGAI SARANA PENYEDIAAN AIR BAKU DI PESISIR TARAKAN TIMUR .... 129 ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL B-VALUE SEBAGAI IDENTIFIKASI POTENSI GEMPABUMI TSUNAMI DI PULAU JAWA ... 140 ANCAMAN BAHAYA PENGUATAN REFRAKSI GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT JEBAKAN STRUKTUR GEOMETRI TELUK SUNGAI SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK DESA RAWA MAKMUR KOTA BENGKULU ... 148 BAHAYA PENGUATAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT CEKUNGAN TELUK SUNGAI SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK KELURAHAN PASAR BENGKULU DAN PONDOK BESI, KOTA BENGKULU ... 159 FENOMENA BANJIR BANDANG DAN PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH ... 167 KONSEP TATA RUANG UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN PARIWISATA TERPADU DI WILAYAH PESISIR PULAU BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH ... 177 ANALISIS MULTI KRITERIA UNTUK ARAHAN FUNGSI KAWASAN DI KABUPATEN MALANG BAGIAN SELATAN ... 187 ZONASI EKOSISTEM ZONA NERITIK UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN BERKELANJUTAN DI PULAU KECIL STUDI KASUS PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU 199
v
EFEKTIVITAS CEMARA LAUT DALAM RANGKA PENCEGAHAN EROSI ANGIN DI PANTAI KEBUMEN ... 204 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI DI RESERVAT BATU BUMBUN DAS MAHAKAM ... 212 INDIKATOR KEANEKARAGAMAN HAYATI DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN DAS BERKELANJUTAN (Studi Kasus Daya Dukung Lingkungan Pemanfaatan Alur Sungai Kedang Kepala untuk Transportasi Tongkang Batubara) ... 223 ANALISIS KETERKAITAN EKOSISTEM DI SUNGAI CODE PENGGAL JETISHARJO, YOGYAKARTA ... 233 PERAMALAN LUAS HUTAN PENUTUP LAHAN PADA KAWASAN HUTAN KONSERVASI DI INDONESIA TAHUN 2015 ... 242 INVESTASI DAERAH DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK KETANGGUHAN (Tingkat Kesiapan Pembangunan Sosial di Wilayah Pesisir Kulonprogo) ... 251 PEMETAAN GEOMORFOLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BLUKAR, JAWA TENGAH ... 263 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG BERBASIS UPAYA PENCEGAHAN BENCANA KEKERINGAN DI KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BINANGA LUMBUA KABUPATEN JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN ... 270 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KEPULAUAN TANAH KEKE KECAMATAN MAPAKASUNGGU KABUPATEN TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN ... 280 PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA BANJIR UNTUK PENENTUAN LOKASI PERMUKIMAN DI KECAMATAN PANDAWAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN ... 290 EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN LIMPASAN DI SUB DAS NGALE ... 299 ANALISIS POLA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN NILAI KOEFISIEN LIMPASAN DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PEMULIHAN DAS MENTAYA, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ... 309 MONITORING PERUBAHAN MORFOLOGI HULU SUNGAI SENOWO TAHUN 2012-2014 DENGAN PEMANFAATAN DATA LiDAR DAN UAV ... 323 KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA PINGGIR SUNGAI/PARIT DI KECAMATAN TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ... 330
Tema 2: Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
VARIASI BULANAN DAERAH PREDIKSI PENANGKAPAN IKAN DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN RI 711 ... 338 STRATEGI PEMETAAN DAERAH PASANG SURUT DENGAN CITRA SATELIT YANG DIREKAM PADA PASUT EKSTRIM ... 347 ANALISIS LINGKUNGAN GIANT SEA WALL DI TELUK JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN SPASIAL ... 355 KAJIAN ANALISA PENGARUH PERUBAHAN LAHAN TERHADAP LUAS DAN KEDALAMAN GENANGAN DI SUB DAS BANG MALANG DENGAN PEMODELAN HEC GEORAS ... 367 PEMANFAATAN TEKNOLOGI SINGLEBEAM ECHOSOUNDER (SBES) DAN SIDE SCAN SONAR (SSS) UNTUK PEMETAAN KEDALAMAN PERAIRAN ... 380 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH KAWASAN SAGARA ANAKAN, KABUPATEN CILACAP BERDASARKAN PENDEKATAN ANALISIS LANDSKAP ... 386
vi
PENGELOLAAN KAWASAN KARST MELALUI PENDEKATAN KARAKTER BIOFISIK (Studi di Sub DAS Alang Kabupaten Wonogiri) ... 397 ANALISIS KEMAMPUANLAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PENTUNG, KECAMATANPATUK, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ... 408 MITIGASI BENCANA GERAKAN TANAH PADA DAS SERAYU HULU, BANJARNEGARA . 421 PENYUSUNAN BASIS DATA PETA DESA UNTUK OPTIMALISASI PERKEMBANGAN WILAYAH KEPESISIRAN: STUDI KASUS DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL ... 433 ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA ... 444 DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP LINGKUNGAN ATMOSFER DAN PANTAI DI WILAYAH PESISIR PAMEUNGPEUK GARUT ... 454
Tema 3: Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (Kasus di Bantaran Sungai Code) 464 URGENSI KONSERVASI PASIR VULKAN DI PESISIR SELATAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ... 476 LUBUK LARANGAN UJUNG TANJUNG DESA GUGUK: UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN SUMBERDAYA PERIKANAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TIPE
TRANSPORTING SYSTEM ... 487
KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS CIMANDIRI, JAWA BARAT ... 497 PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL DALAM PEMASANGAN TETENGER ZONA INTI SEBAGAI UPAYA RESTORASI GUMUK PASIR BARKHAN ... 507 KLASIFIKASI LIMBAH HASIL BUDIDAYA PEMANFAATAN LAHAN PESISIR DI DESA PATUTREJO PURWOREJO ... 519 KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR BESI SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI SUMBER DAYA ALAM TERBARUKAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENGELOLAAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO ... 528 WTP UNTUK KONSERVASI AIR DI KAWASAN RESAPAN SLEMAN, YOGYAKARTA ... 534 PEMANFAATAN DELTA BARITO SEBAGAI LAHAN PERTANIAN RAWA POTENSIAL DENGAN SISTEM BANJAR ... 547 ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR PULAU GILI KETAPANG DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SWOT ... 557 PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA, MALUKU ... 564 OPTIMALISASI PELESTARIAN EKOWISATA MANGROVE BERBASIS LOCAL WISDOM DI BEDUL BANYUWANGI ... 582 PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PANTAI DITINJAU DARI PENDEKATAN KELINGKUNGAN DI KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR ... 592 STRATEGI PENGHIDUPAN NELAYAN DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI PANTAI DEPOK ... 603 PERAN PARIWISATA UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT WILAYAH KEPESISIRAN TANJUNGSARI DAN TEPUS, KABUPATEN GUNUNGKIDUL ... 610
vii
DAS SEBAGAI BASIS PENILAIAN MANFAAT LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG SUMBERDAYA HUTAN ... 618 ASPEK MORFOMETRI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI STUDI KASUS DAS CITANDUY ... 629 PELUANG DAN TANTANGAN REVITALISASI DAS LIMBOTO, SEBUAH PENDEKATAN HASIL PROSES ... 638
KONFLIK SPASIAL PEMANFAATAN LAHAN DALAM MANAGEMENT DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU PROVINSI BANTEN ... 652
KONDISI PEMBANGUNAN DESA-DESA PESISIR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .... 661 KONFLIK KEPENTINGAN DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN PESISIR CANGGU, BALI ... 672 PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UTARA JAWA (Studi Kasus: Kota Semarang dan Kota Tegal) ... 689 EFEKTIFITAS TRANSPORTASI AIR ANTAR PULAU DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI ... 703 KEHARMONISAN PEMANFAATAN RUANG PESISIR BERDASARKAN SUDUT PANDANG LINGKUNGAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI DESA PUTUTREJO, KECAMATAN GRABAG, KABUPATEN PURWOREJO ... 716 PENGELOLAAN PESISIR SELATAN SEBAGIAN KULON PROGO DAN PURWOREJO BERDASARKAN KONDISI BANGUNAN FISIK ... 725 STRATEGI PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERKELANJUTAN BERBASIS ANALISIS
SWOT PASKA KEGIATAN TAMBANG PASIR BESI KABUPATEN PURWOREJO, JAWA
TENGAH... 735 PELAJARAN BERHARGA DARI KEGIATAN TAMBANG PASIR PANTAI DI DESA SELOK AWAR-AWAR KECAMATAN PASIRIAN - LUMAJANG... 746 KAJIAN KOMPARATIF FAKTOR PENYEBAB PERKAWINAN ANAK DI PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI KABUPATEN GROBOGAN (Analisis Survei Pernikahan Dini Tahun 2011) ... 756 KECENDERUNGAN AKSEPTOR MEMAKAI NON METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ... 765
433
PENYUSUNAN BASIS DATA PETA DESA UNTUK
OPTIMALISASI PERKEMBANGAN WILAYAH KEPESISIRAN:
STUDI KASUS DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK
KABUPATEN BANTUL
Edwin Maulana
a,c, Priyadi Kardono
b, Mone Iye Cornelia Marschiavelli
baMagister Manajemen Bencana, Universitas Gadjah Mada, edwinmaulana35@yahoo.com bBadan Informasi Geospasial, monewonka@gmail.com
cParangtritis Geomaritime Science Park, Badan Informasi Geospasial
ABSTRAK
Badan Informasi Geospasial (BIG) bekerjasama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi berkomitmen untuk menyusun peta desa pada tingkat nasional. Peta desa dapat dimanfaatkan untuk perencanaan dan percepatan pembangunan kawasan perdesaan. Salah satu komponen penting yang tertuang dalam peta desa adalah basis data peta desa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun basis data peta desa untuk optimalisasi pengembangan wilayah kepesisiran. Metode yang digunakan adalah studi literatur, survei lapangan dan analisis spasial serta disajikan dalam bentuk deskriptif eksploratif.Hasil studi literatur menunjukkan terdapat beberapa variabel yang dapat digunakan untuk perencanaan dan percepatan pengembangan kawasan perdesaan, yaitu aspek Demografi, Kesehatan, Sosial Ekonomi, Infrastruktur, Aset, Peternakan, Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan. Pemetaan desa yang dilakukan pada skala 1:5.000 membutuhkan informasi yang detil, sehingga survei lapangan pada skala rumah tangga dilakukan untuk menyusun basis data peta desa.Penyusunan basis data Parangtritis menunjukkan beberapa potensi desa di bidang pertanian, perikanan, kelautan dan pariwisata.
Kata kunci: Basis Data Peta Desa; Perkembangan Wilayah Kepesisiran; Parangtritis
PENDAHULUAN
Desa didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki wilayahnya
sendiri dan berwenang untuk menjalankan kepemerintahannya sendiri (Peraturan Menteri
Desa, Pembanguann daerah tertinggal, dan transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015). Definisi desa
lainnya juga dapat ditinjau berdasarkan kegiatan perekonomian yang dominan. Desa
umumnya digambarkan sebagai entitas wilayah yang didominasi oleh kegiatan pertanian
(Marwasta dan Priyono, 2007). Hal ini tentu berbeda dari kota yang digambarkan sebagai
wilayah yang kegiatan ekonomi yang lebih banyak bertumpu pada bidang jasa.
Beberapa tantangan dalam pembangunan desa dihadapi di sebagian besar wilayah di
Indonesia. Desa merupakan area dengan keterbatasan sarana dan infrastruktur pembangunan
di beberapa lokasi. Perekonomian desa yang bertumpu pada sektor pertanian membuat
perkembangan sarana dan infrastruktur menjadi terhambat. Faktor lain yang menyebabkan
lambatnya pembangunan pada kawasan perdesaan adalah kondisi sumber daya manusia yang
didominasi oleh penduduk usia lanjut yang membuat pembangunan sulit berkembang.
434
Permasalahan ekonomi dan lingkungan merupakan permasalahan umum yang terjadi pada
wilayah pedesaan (Gambar 1). Banyak tenaga kerja yang potensial lebih dulu terserap di
wilayah kota. Pada akhirnya, semua akan terakumulasi dan mempengaruhi kehidupan
ekonomi masyarakat desa (Marwasta dan Priyono, 2007). Lebih lanjut, desa memiliki potensi
sumberdaya alam dan kebudayaan yang melimpah yang tidak dimiliki oleh kota. Salah satu
contoh potensi yang dimiliki desa dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan kondisi
tantangan dan potensi, paradigma umum yang berkembang adalah desa berperan sebagai
penyokong kota. Padahal secara teori hal tersebut bertolak belakang karena desa dapat
dikembangkan menjadi wilayah mandiri, tidak harus menjadi penyokong kehidupan kota.
Gambar 1. Potret permasalahan pada kawasan perdesaan.
Sumber: Maulana, 2016
Pembangunan di desa dapat diawali dengan pembuatan peta desa yang mencakup
potensi dan tantangan yang ada di desa. Peta desa merupakan peta tematik bersifat dasar yang
berisi unsur dan informasi batas wilayah, infrastruktur transportasi, toponim, perairan, sarana
prasarana, penutup lahan dan penggunaan lahan yang disajikan dalam peta citra, peta sarana
dan prasarana, serta peta penutup lahan dan penggunaan lahan.
Pengetahuan tentang potensi tantangan diperlukan untuk menghasilkan kebijakan
yang tepat sasaran. Diharapkan, peta desa mampu menjadi alat yang mempercepat penyediaan
informasi (mencakup potensi dan tantangan yang ada di desa). Melalui peta desa, posisi dan
tantangan di suatu desa dapat dikaitkan dengan potensi dan tantangan di desa lainnya
sehingga diharapkan mampu menjalin sinergisme dalam pembangunan (Muta’ali, 1997).
Selanjutnya, setelah peta dibuat, peran serta masyarakat bersama-sama dengan pemerintah
menjadi kunci keberhasilan pembangunan dalam pemanfaatan dan proses pemutakhirannya.
Diharapkan, peta desa dapat menjadi stimulus pembangunan bottom-up sehingga
pembangunan menjadi lebih efektif dan efisien.
Gambar 2. Potret potensi pada kawasan perdesaan. Sumber: Maulana, 2016
435
Penyusunan peta desa akan lebih bermanfaat apabila data yang terkandung di dalam
peta desa dapat dimanfaatkan secara langsung khususnya aparat pemerintahan pada tingkat
desa.Pemanfaatan peta desa akan lebih dapat dirasakan masyarakat dan pemerintah ketika
peta desa memiliki basis data yang baik. Basis data peta merupakan representasi grafis yang
berisi informasi dasar yang dapat dijadikan sebuah kerangka kerja untuk tujuan tertentu
(American Society of Photogrammetry, 1980). Data detil yang terdapat pada skala desa dapat
digunakan sebagai perencanaan pengembangan kawasan perdesaan. Berdasarkan latar
belakang tersebut di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penyusunan basis data peta
desa. Lokasi yang digunakan sebagai uji prototipe penyusunan basis data peta desa adalah
Desa Parangtritis yang terletak di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
METODE
Deskripsi Wilayah
Parangtritis merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kretek, Kabupaten
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Parangtritis terletak 33 km dari arah selatan pusat
Kota Yogyakarta (Gambar 3). Desa Parangtritis terdiri dari sebelas dusun dan setiap dusun
terdiri dari dua hingga empat RT (Rukun Tetangga). Wilayah Parangtritis yang berbatasan
dengan Samudera Hindia didominasi oleh dataran rendah. Topografi wilayah didominasi oleh
bentuk datar dan sebagian kecil berbukit di sebelah timur.
Parangtritis memiliki tanah yang sangat subur sehingga penduduk di wilayah
Parangtritis memiliki mata pencaharian utama sebagai petani.Komoditas utama petani yang
ada di Parangtritis adalah bawang merah, padi dan lombok. Sebagian kecil penduduk
Parangtritis bekerja sebagai penyedia jasa di bidang pariwisata, peternakan dan nelayan.
Terkait dengan pariwisata, Parangtritis memiliki banyak tujuan pariwisata seperti wisata
pantai, religi, dan wisata alam. Setidaknya terdapat sembilan destinasi wisata yang terletak di
Desa Parangtritis.
436
Data dan Metode
Pemilihan data dalam melakukan proses pemetaan sangat bergantung pada standar
ketelitian informasi yang diinginkan (Aydin, 2010). Data yang digunakan untuk melakukan
penyusunan basis data peta desa adalah data foto udara dengan resolusi tinggi karena
informasi yang dibutuhkan untuk pemetaan desa adalah informasi detail. Data foto udara
dianalisis dengan deteksi manual dan interpretasi visual sehingga menghasilkan data penutup
lahan, penggunaan lahan, sarana dan prasarana desa. Tahapan penelitian selanjutnya adalah
mempersiapkan instrumen untuk pengisian basis data. Penyusunan instrumen dilakukan
berdasarkan kajian literatur sehingga data-data yang dikumpulkan memiliki manfaat yang
maksimal untuk percepatan pembangunan pedesaan. Uji instrumen dilakukan kepada lima
belas kepala keluarga di Dusun Depok. Terdapat beberapa revisi yang harus dilakukan
sehingga instrumen lebih bermanfaat dan lebih mudah diaplikasikan di lapangan.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara. Penajaman informasi untuk
menyajikan buku deskripsi peta desa dilakukan dengan wawancara mendalam kepada dukuh,
kepala desa dan tokoh setempat. Hasil pemetaan dan penyusunan basis data peta desa
dianalisis secara spasial dan disajikan dalam 3 bentuk, yaitu Buku Album Peta Desa, Buku
Kartu Data Peta Desa, dan Buku Deskripsi Peta Desa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyusunan Peta Desa
Peta desa merupakan salah satu instrumen penting dalam pembangunan kawasan
pedesaan. Informasi yang terkandung dalam peta pada skala desa dapat dimanfaatkan oleh
pemerintah dari level desa, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga level nasional. Fungsi
yang dapat diperoleh dalam peta desa adalah untuk penetapan dan penegasan batas
administrasi yang bersifat buttom-up, perencanaan kawasan pedesaan, identifikasi potensi
desa, dan masih banyak fungsi tematik lainnya.
Peran aktif pemerintah daerah, akademisi dan lembaga swudaya masyarakat dalam
pembuatan peta desa terlihat dari sudah banyaknya peta desa yang beredar di masyarakat.
Jenis dan tampilan peta desa yang sudah beredar sangat beragam, sehingga Badan Informasi
Geospasial (BIG) bekerjasama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi berinisiasi untuk menstandarkan peta desa yang ada di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang tersebut, BIG menyusun Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
sehingga peta desa yang dibuat di Indonesia dapat seragam, aplikatif dan bermanfaat bagi
level pusat hingga level daerah. Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa wajib diacu dalam
pembuatan peta desa di Indonesia.
Salah satu lokasi prototype pembuatan peta desa dilakukan di Desa Parangtritis,
Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Parangtritis dipilih
karena wilayah ini memiliki kompleksitas dari aspek fisik, sosial, budaya danekonomi.
Penyusunan Peta Desa Parangtritis dimulai dari penyediaan data dasar untuk peta desa. Data
yang digunakan untuk Peta Desa Parangtritis adalah data foto udara yang diperoleh dengan
Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Pemotretan dengan UAV dilakukan selama dua minggu
untuk memperoleh data foto udara format kecil (FUFK) Desa Parangtritis seluas kurang lebih
1600 hektar. Pengukuran GCP (Ground Control Point) dilakukan selama dua hari. Proses
mozaik dan koreksi UAV dilakukan selama tiga minggu untuk menghasilkan ortophoto Desa
Parangtritis. Hasil foto udara dengan UAV menghasilkan resolusi spasial 8 cm. Salah satu
437
Gambar 4.Contoh foto udara Desa Parangtritis. Sumber: Rosaji, dkk, 2015
Interpretasi visual dan deteksi manual data foto udara Desa Parangtritis dilakukan
untuk mendapatkan informasi penggunaan lahan, penutup lahan, sarana dan prasarana desa.
Interpretasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.3 dengan skala
pemetaan 1:5.000. Interpretasi dilakukan oleh empat orang dengan jangka waktu 10 hari
kerja. Data hasil interpretasi dikoreksi topologi untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan
pada saat melakukan digitasi. Kesalahan-kesalahan umum yang biasa muncul adalah dangles,
intersect, gap, dan overlap.Data hasil interpretasi dicek di lapangan untuk memperoleh
informasi nama jalan, fasilitas umum, dan toponimi lainnya.
Hasil interpretasi disajikan ke dalam tiga bentuk peta yaitu Peta Citra Desa, Peta
Penggunaan dan Penutup Lahan Desa, serta Peta Sarana dan Prasarana Desa. Peta citra
merupakan peta yang menampilkan sebagian unsur rupabumi Indonesia pada citra tegak yang
meliputi foto udara atau citra satelit resolusi tinggi. Peta Sarana dan Prasarana merupakan
peta yang menampilkan sebagian unsur rupabumi Indonesia dalam bentuk peta garis dengan
menonjolkan unsur sarana dan prasarana termasuk bangunan.Peta Penutup Lahan dan
Penggunaan Lahan merupakan peta yang menampilkan sebagian unsur rupabumi Indonesia
dalam bentuk peta garis dengan mengutamakan unsur penutup lahan dan penggunaan lahan.
Detil unsur dari masing-masing peta desa dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan tampilan peta
desa dapat dilihat pada Gambar 5, Gambar 6, dan Gambar 7.
Tabel 1. Unsur-unsur peta desa
Sumber: Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa, 2016
Jenis Peta Unsur
Peta Citra
Toponim
Batas Wilayah Administrasi Jaringan/Infrastruktur Transportasi
Perairan (sungai, saluran air, irigasi, dan lainnya) Sarana dan prasarana (fasilitas umum dan fasilitas sosial)
Peta Sarana dan Prasarana
Toponim
Batas Wilayah Administrasi Jaringan/Infrastruktur Transportasi
Perairan (sungai, saluran air, irigasi, dan lainnya) Sarana dan prasarana (fasilitas umum dan fasilitas sosial)
Peta Penutup dan Penggunaan Lahan
Toponim
Batas Wilayah Administrasi Jaringan/Infrastruktur Transportasi
Perairan (sungai, saluran air, irigasi, dan lainnya) Penutup lahan dan penggunaan lahan
438
Gambar 5.Peta Citra Desa Parangtritis. Sumber: BIG, 2016
439
Gambar 7.Peta Sarana dan Prasarana Desa Parangtritis. Sumber: BIG, 2016
Penyusunan Basis Data Peta Desa
Basis data peta merupakan salah satu elemen penting dalam penyusunan sebuah peta.
Peta yang tidak memiliki informasi pada atributnya akan menjadi kurang bermanfaat karena
hanya informasi lokasi dan gambaran umum wilayahnya saja yang dapat diekstraksi dari
sebuah peta tanpa atribut. Penyusunan atribut/basis data peta sangat diperlukan agar peta
memiliki informasi penting yang dapat digunakan oleh pengguna. Penyusunan basis data peta
dilakukan berdasarkan tujuan pembuatan peta. Peta desa yang tergolong dalam peta tematik
dengan skala besar (1:5.000) harus memiliki informasi yang sangat detail. Informasi yang
terkandung dalam peta desa disesuaikan dengan kebutuhan dari level desa hingga level
nasional sehingga aspek kemanfaatannya dapat dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah.
Kajian terhadap unsur dan indikator yang termuat dalam informasi basis data peta
desa dilakukan berdasarkan kajian literatur. Beberapa unsur dan indikator mengacu pada
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan desa dan kesejahteraan
masyarakat, karena tujuan utama dari penyusunan basis data peta desa adalah untuk
perencanaan pembangunan kawasan pedesaan. Beberapa unsur dan indikator tambahan lain
mengacu pada panduan pengukuran Damage and Loss Assessment (DaLA) untuk
mengakomodasi tujuan tematik dari pemanfaatan basis data peta desa. Aspek lain yang
dipertimbangkan dalam penyusunan unsur dan indikator basis data peta desa adalah
kemudahan perolehan data, waktu pengumpulan data, dan user friendly.
Berdasarkan analisis diperoleh sebelas parameter yang akan digunakan untuk
penyusunan basis data peta desa. Sebelas parameter tersebut terdiri dari unsur demografi,
kesehatan, sosial ekonomi, infrastruktur, aset, peternakan, pertanian, perkebunan, perikanan,
kehutanan dan kelautan. Deskripsi detail terkait unsur dan indikator yang digunakan untuk
penyusunan basis data peta desa dapat dilihat pada Tabel 2.
440
Tabel 2. Parameter penyusunan basis data peta desa
Unsur Utama Indikator
Demografi Nama; NIK; Umur; Jenis Kelamin; Pendidikan; Agama, Alamat Kesehatan Sehat; Memiliki Penyakit Menular; Cacat Mental; Cacat Fisik
Sosial Ekonomi Pekerjaan Utama; Pekerjaan Lain; Penghasilan Per Bulan; Pengeluaran Per Bulan
Infrastruktur
Kepemilikan; Status Lahan; Luas Tanah; Luas Bangunan; Jenis Dinding; Jumlah Lantai; Jenis Lantai; Jenis Atap; Tahun Pembangunan; Sanitasi; Daya Listrik; Telepon/HP; Koneksi Internet; Televisi; Radio
Aset Jenis Kendaraan; Unit; Status Kepemilikan; Tabungan; Asuransi Peternakan Luas Kandang; Kepemilikan Kandang; Jenis Hewan Ternak; Jumlah;
Status Kepemilikan; Harga Satuan Rata-rata
Pertanian Luas Lahan; Status Kepemilikan; Jenis Tanaman; Periode Tanam/Tahun; Modal; Pendapatan Rata-rata; Hasil Panen
Perkebunan Luas Lahan; Status Kepemilikan; Jenis Tanaman; Periode Tanam/Tahun; Modal; Pendapatan Rata-rata; Hasil Panen
Perikanan Luas Kolam; Status Kepemilikan; Jenis Ikan; Periode/Tahun; Modal; Pendapatan Rata-rata; Hasil Panen
Kehutanan Luas Lahan; Status Kepemilikan; Jenis Tanaman; Periode Tanam; Modal; Pendapatan Rata-rata; Hasil Panen
Kelautan Modal; Rata-rata Pendapatan Harian; Hasil Panen; Jenis Ikan
Sumber: Maulana, 2016
Instrumen yang telah disusun pada awalnya menggunakan pertanyaan tertutup,
namun uji instrumen yang dilakukan kepada lima belas warga tidak berjalan lancar. Kesulitan
dialami oleh tim pewawancara dan masyarakat yang diwawancarai, sehingga jenis pertanyaan
dirubah menjadi pertanyaan jenis terbuka. Tantangan dan hambatan pada aplikasi instrument
yang telah disusun juga terdapat pada beberapa bagian yang penuh dengan ketidakpastian
seperti hasil panen, pendapatan bulanan maupun pengeluaran bulanan. Strategi yang
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menanyakan hasil maupun
pengeluaran selama satu tahun terakhir yang kemudian digeneralisasikan.
Pengumpulan basis data peta desa yang dilakukan di Desa Parangtritis dilakukan pada
setiap rumah, atau dengan kata lain tidak menggunakan sampel data melainkan populasi.
Proses persiapan pengumpulan basis data peta desa dimulai dengan membagi wilayah
administrasi desa menjadi blok-blok kecil. Hal ini dilakukan untuk memudahkan tim saat
melakukan survei lapangan dan rekapitulasi data. Satu Desa Parangtritis terdiri dari lima
puluh dua blok survei. Setiap blok diberi simbol berupa huruf, semisal Blok A, Blok B, dan
seterusnya. Kode angka diberikan di setiap rumah untuk memudahkan tim survei. Uji coba
pertama dilakukan dengan membagi wilayah survei per dusun, namun realita di lapangan
menunjukkan bahwa pembagian per dusun menyulitkan tim survei karena akan terlalu banyak
rumah yang disurvei dalam satu dusun. Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah dengan
memberikan kodefikasi pada tiap bangunan yang tampak pada foto udara (Gambar 8).Setiap
blok terdiri dari 70-100 bangunan. Kodefikasi ini diberikan sebagai patokan dalam pengisian
data atribut pada peta.
441
Gambar 8.Kode bangunan sebagai dasar pengumpulan basis data peta desa.
Sumber: Maulana, 2016
Tim survei setiap blok terdiri dari empat hingga enam orang yang diambil dari warga
lokal dengan asusmsi warga lokal sudah hafal dengan kondisi lingkungan sekitar. Sebelum
melakukan survei lapangan, tim survei diberikan pengantar mengenai teknik wawancara dan
panduan untuk mengisi instrumen. Uji coba tim survei juga dilakukan di lima rumah untuk
mengetahui kapabilitas tim survei, dan kemudian dilakukan evaluasi. Durasi wawancara di
setiap rumah rata-rata berlangsung antara 20-25 menit. Satu blok bisa diselesaikan kurang
lebih tiga sampai empat hari. Satu desa membutuhkan waktu untuk pengumpulan basis data
peta desa selama tiga hingga empat bulan. Salah satu gambaran wawancara untuk penyusunan
basis data peta desa dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9.Wawancara penyusunan basis data peta desa. Sumber: Maulana, 2016
Tahapan yang dilanjutkan setelah survei lapangan adalah rekapitulasi data. Tahapan
rekapitulasi data dilakukan berdasarkan kodefikasi yang sudah dilakukan di awal. Setelah
tahap rekapitulasi dilakukan, proses rekodefikasi dilakukan sehingga kode bangunan bisa
dilakukan dengan basis data dusun. Contoh hasil rekodefikasi adalah “Depok_1” yang berarti
Dusun Depok bangunan nomor 1, “Depok_2” yang berarti Dusun Depok bangunan nomor 2
dan seterusnya. Data rekapitulasi hasil wawancara ini akan dijadikan satu dalam Buku Kartu
Data Peta Desa Parangtritis. Buku ini hanya dapat digunakan oleh aparat desa atau pemerintah
terkait karena terdapat beberapa informasi rumah tangga yang tidak seharusnya
disebarluaskan ke publik. Hasil rekapitulasi menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
Parangtritis bekerja di bidang pertanian, perikanan, kelautan dan pariwisata.
Secara keseluruhan buku peta desa dibagi menjadi tiga, yaitu Buku Kartu Data Peta
Desaseperti tersebut di atas, Buku Album Peta Desa, dan Buku Deskripsi Peta Desa (Gambar
442
10). Album Peta Desa berisi kumpulan peta citra desa; peta penutup dan penggunaan lahan
desa; dan peta sarana dan prasarana pada level desa dan diperdetil hingga level dusun.Buku
Deskripsi Peta Desa berisi potensi desa dan potensi masing-masing dusun. Data potensi desa
dan potensi dusun diperoleh dari Buku Kartu Data Peta Desa yang sudah dianalisis. Data yang
bersumber dari Buku Kartu Data Peta Desa dikuatkan dengan wawancara mendalam dengan
kepala desa, dukuh dan tokoh yang dihormati pada setiap dukuh sehingga diperoleh jawaban
yang komprehensif.
Gambar 10.Buku peta desa. Sumber: Maulana, 2016
Hasil akhir dari pemetaan desa dan penyususnan basis data peta desa adalah
pengembangan sistem informasi desa. Sistem informasi desa merupakan penyebarluasan
informasi dan potensi berbasis web-GIS. Hingga saat penelitian ini berlangsung, sistem
informasi Desa Parangtritis sedang dikerjakan. Konten-konten yang dimuat dalam sistem
informasi desa berupa peta desa berbasis web-GIS, Buku Album Peta Desa, dan Buku
Deskripsi Peta Desa, struktur desa, dan informasi desa.
443
KESIMPULAN
Peta desa merupakan salah satu unsur penting dalam perencanan dan percepatan
kawasan perdesaan. Keberadaan peta desa yang bervariasi dan mengingat pentingnya peta
desa menjadi latar belakang bagi Badan Informasi Geospasial untuk meluncurkan Spesifikasi
Teknis Penyajian Peta Desa. Berdasarkan Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa, terdapat
tiga luaran yang diperoleh dari pemetaan desa yaitu peta citra, peta sarana dan prasarana, serta
peta penutup lahan dan penggunaan lahan.Peta desa yang sudah disusun akan lebih
bermanfaat ketika peta desa menyajikan informasi detil yang dapat dimanfaatkan oleh
pengguna dari level desa hingga level nasional. Penyusunan basis data dilakukan untuk
melengkapi atribut peta desa. Penyusunan basis data dilakukan berdasarkan beberapa
parameter yang terdiri dari unsur demografi, kesehatan, sosial ekonomi, infrastruktur, aset,
peternakan, pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan kelautan.Kegiatan survei
lapangan dilakukan berdasarkan kode blok survei peta desa. Survei dilakukan terhadap
seluruh bangunan yang ada di Desa Parangtritis, atau dengan kata lain survei terhadap
populasi. Tingkat kedetilan yang tinggi dibutuhkan mengingat skala informasi yang
dibutuhkan adalah skala detil (1:5.000). Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk
Parangtritis
bekerja
di
bidang
pertanian,
perikanan,
kelautan
dan
pariwisata.Tahapan selanjutnya adalah dengan melakukan penyusunan Buku Kartu Data Peta
Desa, Buku Album Peta Desa, dan Buku Deskripsi Peta Desa. Buku Kartu Data berisi
informasi di setiap bangunan, Buku Album Peta berisi potensi di desa dan setiap dusun,
sedangkan Buku Deskripsi Peta Desa menyajikan potensi detil di level desa dan dusun. Hasil
akhir dari proses pemetaan desa adalah dengan pengembangan sistem informasi desa berbasis
Web-GIS.
UCAPAN TERIMAKASIH (acknowledgement)
Ucapan terima kasih dihaturkan kepada Badan Informasi Geospasial dan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang sudah bersusah payah menyusun
Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya juga
dihaturkan kepada Parangtritis Geomaritime Science Park yang membantu dalam penyusunan
basis data Peta Desa Parangtritis.
REFERENSI
American Society of Photogrammetry, (1980) Manual of photogrammetry, 4th edn. Falls Church, VA Aydin, A., (2010), Comparing the performance of base map scales in GIS-based avalanche simulation:
a case study from Palando ¨ken, Turkey. Environ Earth Sci (2010) 61:1467–1472
Hartono., Utomo, D., Mulyanto, E.,(2010), Electric Government Pemberdayaan Pemerintaham dan Potensi Desa Berbasis Web. Jurnal Teknologi Informasi Volume 6 Nomor 1 April 2010. Marwasta, D., Priyono, K.D.,(2007), Analisis Karakteristik Permukiman Desa Pesisir di Kabupaten
Kulonprogo. Jurnal Forum Geografi Volume 21 Nomor 1 Juli 2007.
Muta’ali, L.,(1997), Pendekatan Integrasi Spasial dalam Pembangunan Wilayah. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.