• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG (GLOBODERA SPP.) ASAL KABUPATEN BANJARNEGARA DAN WONOSOBO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG (GLOBODERA SPP.) ASAL KABUPATEN BANJARNEGARA DAN WONOSOBO"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG

(

GLOBODERA

SPP.) ASAL KABUPATEN BANJARNEGARA DAN

WONOSOBO

SKRIPSI

OLEH

ABDI HUDAYYA

05/186156/PN/10404

PROGRAM STUDI ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2009

 

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Identifikasi Spesies Nematoda Sista Kentang ( GLOBODERA SPP.) Asal Kabupaten Banjarnegara dan

Wonosobo” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh derajat kesarjanaan S1 pada Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan dari semua pihak. Penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada:

1. Ayah dan Ibuku (Ansyarullah, S.Pi dan Siti Sarifah) tersayang. Terima kasih yang tidak terhingga.

2. Prof. Ir. Triwibowo Yuwono, PhD. Selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

3. Prof. Dr. Ir. Y. Andi Trisyono, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,

4. Ir. Siwi Indarti, M.P. selaku dosen pembimbing akademik dan Pembimbing Utama Skripsi. Terima kasih atas segala kesabaran dan motivasi selama penelitian hingga penulisan skripsi.

5. Ir. Bellarminus Triman, S.U. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang memberikan saran, bimbingan, dan motivasi selama penelitian hingga penulisan skripsi.

6. Suputa, S.P., M.P. selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran, masukan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

7. Prof. Dr. Ir. Siti Subandiyah, M.Agr.Sc. Terima kasih atas tambahan pengetahuan dan sarannya sehingga menambah pengetahuan penulis.

8. Dr. Tri Joko, S.P., M.Sc. Terima kasih atas saran dan motivasi yang sangat berharga. 9. Adik-adikku (Arfan Hadi dan Auliya Hafiz). Terima kasih atas kasih sayang dan

motivasi dalam mempersembahkan yang terbaik kepada orang tua.

10. Bapak Sugiyo Wahono dan keluarga. Terima kasih atas segala kebaikan selama menempuh pendidikan di Yogyakarta

(4)

iv 

11. Rahma, Salman, Wawan, Kholis, Najmu, Sakti, Gilang, Riki, Atu, Windha, Putri, dan teman-teman HPT’05 atas kebersamaan dalam meraih cita-cita

12. Asnul, Ario, Dipo, Yery, Albert, Sewan, Rizki. Terima kasih atas segala canda tawa dan kebersamaan.

13. Mbak Isti, Mas Yanuar, Mas Ade, Pak Ahmad, dan Pak Andri. Terima kasih atas segala pengalaman dan pengetahuan yang telah diberikan kepada saya selama menjalankan penelitian di Laboratorium.

14. Pak Sutardi dan keluarga beserta teman-teman KKN SubUnit Garung, Wonosobo (Linggar, Freddy, Ilham, Bayu, Totok, Yerika, Niken dan Nita). Terima kasih atas pengalaman yang sangat luar biasa.

15. Bapak Slamet Hadi dan Ibu Mukhaeni di Dieng. Terima kasih atas segala kebaikan selama pengambilan sampel.

16. Semua Dosen, Karyawan, dan Laboran, serta rekan-rekan mahasiswa Hama dan Penyakit tumbuhan serta semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk doa, dorongan semangat, bantuan dan saran kritiknya.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi kemajuan dunia pertanian.

Yogyakarta, Oktober 2009 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x INTISARI ... xi ABSTRACT ... xii I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan ... 2 C. Kegunaan ... 2

II. TINJAUAN RUJUKAN ... 3

A. Kentang ... 3

B. Nematoda Sista Kentang (Globodera spp.) ... 4

C. Identifikasi Spesies Nematoda Sista Kentang ... 6

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 8

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 8

B. Penentuan Sampel ... 8

C. Ekstraksi-isolasi sista ... 10

D. Identifikasi Morfologi ... 11

E. Identifikasi molekuler ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

A. Identifikasi Morfologi ... 19

B. Identifikasi Molekuler ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(6)

vi 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Ukuran bagian-bagian tubuh nematoda L2 NSK ... 15

Tabel 3.2 Ukuran bagian-bagian sista NSK ... 15

Tabel 4.1 Data identifikasi L2 yang berasal dari Batur ... 19

Tabel 4.2 Data identifikasi L2 yang berasal dari Pasurenan ... 21

Tabel 4.3 Data identifikasi L2 yang berasal dari Karang Tengah ... 23

Tabel 4.4 Data identifikasi L2 yang berasal dari Patak Banteng ... 24

Tabel 4.5 Data identifikasi L2 yang berasal dari Kejajar ... 26

Tabel 4.6 Data identifikasi L2 yang berasal dari Dieng Wetan ... 27

Tabel 4.7 Data identifikasi L2 yang berasal dari Telaga Merdada ... 28

Tabel 4.8 Data identifikasi L2 yang berasal dari Pejawaran ... 29

Tabel 4.9 Data identifikasi L2 yang berasal dari Pekasiran ... 30

Tabel 4.10 Data perhitungan Formula de Man dari masing-masing lokasi ... 31

Tabel 4.11 Populasi sista per 20 g tanah dari masing-masing lokasi ... 32

Tabel 4.12 Data Identifikasi sista yang berasal dari Batur ... 33

Tabel 4.13 Data identifikasi sista yang berasal dari Pasurenan ... 34

Tabel 4.14 Data identifikasi sista yang berasal dari Karang Tengah ... 36

Tabel 4.15 Data identifikasi sista yang berasal dari Patak Banteng ... 37

Tabel 4.16 Data identifikasi sista yang berasal dari Kejajar ... 39

Tabel 4.17 Data identifikasi sista yang berasal dari Dieng Wetan ... 40

(7)

Tabel 4.19 Data Identifikasi sista yang berasal dari Pejawaran ... 43 Tabel 4.20 Data Identifikasi sista yang berasal dari Pekasiran ... 45 Tabel 4.21 Hasil identifikasi spesies NSK di Banjarnegara dan Wonosobo ... 49

(8)

viii 

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Perbedaan stylet G. rostochiensis dan G. pallida ... 7

Gambar 3.1 Areal pertanaman yang menunjukkan gejala serangan NSK ... 8

Gambar 3.2 Peralatan Peralatan ekstraksi-isolasi sista NSK dari sampel tanah ... 10

Gambar 3.3 Peralatan pemindahan nematoda ke gliserin murni ... 12

Gambar 3.4 Peralatan pembuatan preparat ... 13

Gambar 3.5 Peralatan pengukuran tubuh nematoda stadium ... 14

Gambar 4.1 Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Batur ... 20

Gambar 4.2 Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Pasurenan ... 21

Gambar 4.3 Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Karang Tengah ... 23

Gambar 4.4 Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Patak Banteng ... 24

Gambar 4.5 Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Kejajar ... 26

Gambar 4.6 Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Dieng Wetan ... 27

Gambar 4.7 Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Telaga Merdada ... 28

Gambar 4.8 Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Pejawaran ... 29

Gambar 4.9 Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Pekasiran ... 30

Gambar 4.10 Sista dari Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo ... 32

Gambar 4.11 Perrenial pattern sista yang berasal dari Batur ... 33

Gambar 4.12 Perrenial pattern sista yang berasal dari Pasurenan ... 35

Gambar 4.13 Perrenial pattern sista yang berasal dari Karang Tengah ... 36

Gambar 4.14 Perrenial pattern sista yang berasal dari Patak Banteng ... 38

Gambar 4.15 Perrenial pattern sista yang berasal dari Kejajar ... 39

Gambar 4.16 Perrenial pattern sista yang berasal dari Dieng Wetan ... 41

(9)

Gambar 4.18 Perrenial pattern sista yang berasal dari Pejawaran ... 44 Gambar 4.19 Perrenial pattern sista yang berasal dari Pekasiran ... 45 Gambar 4.20 Pita DNA hasil identifikasi berdasar DNA menggunakan

mesin PCR ... 48

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Identifikasi L2 dan Sista dari Batur ... 53

Lampiran 2. Data Identifikasi L2 dan Sista dari Pasurenan ... 55

Lampiran 3. Data Identifikasi L2 dan Sista dari Karang Tengah ... 57

Lampiran 4. Data Identifikasi L2 dan Sista dari Patak Banteng ... 59

Lampiran 5. Data Identifikasi L2 dan Sista dari Kejajar ... 61

Lampiran 6. Data Identifikasi L2 dan Sista dari Dieng Wetan ... 63

Lampiran 7. Data Identifikasi L2 dan Sista dari Telaga Merdada ... 65

Lampiran 8. Data Identifikasi L2 dan Sista dari Pejawaran ... 67

(11)

Intisari

IDENTIFIKASI SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG

(

GLOBODERA

SPP.) ASAL KABUPATEN BANJARNEGARA

DAN WONOSOBO

ABDI HUDAYYA 05/186156/PN/10404

Nematoda Sista Kentang (Globodera spp.) adalah nematoda yang dapat menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi pada tanaman kentang (50-75%). Identifikasi yang cepat dan tepat terhadap Globodera spp. merupakan elemen kunci dalam pengelolaan NSK serta memberikan peranan dalam menentukan metode pengendalian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies NSK yang menyerang Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Sampel tanah diambil dari 9 lokasi pertanaman berbeda yang terdapat pada 3 kecamatan berbeda. Pengamatan dikhususkan kepada larva stadium 2 dan sista. Beberapa karakter morfologi yang digunakan: panjang tubuh total, lebar tubuh maksimum, panjang stylet, diameter vulva, jarak antara anus dan vulva, Granek rasio, dan jumlah paralel ridges antara anus dan vulva. Berdasarkan pengamatan pada larva stadium 2 dan sista, menunjukkan spesies yang menyerang adalah Globodera rostochiensis dengan beberapa ciri khas yaitu: panjang tubuh total 520-554µ, tipe knob stylet membulat dan terdapat bagian tubuh hialin pada ekor bagian posterior, nilai Granek rasio lebih dari 3 (>3), jumlah paralel ridges antara anus dan vulva terdapat sebanyak lebih dari 14. Identifikasi berdasarkan DNA, Patak Banteng merupakan lokasi terserang Globodera rostochiensis dengan pita DNA 434 bp.

(12)

xii 

Abstract

IDENTIFICATION SPECIES OF POTATO CYST NEMATODE

(

GLOBODERA

SPP.) FROM BANJARNEGARA AND

WONOSOBO

ABDI HUDAYYA 05/186156/PN/10404

Potato Cyst Nematodes (Globodera spp.) are nematodes which can cause a major yield loss in potato crops (50-75%). The fast identification and diagnosis of Globodera spp. on potato is the key element for the management of this nematode and for the application of reasonable control methods. The aim of this research was to determine species of Globodera spp. which attack in Banjarnegara and Wonosobo potato plantation. Soil sampel were collected from 9 different potato fields in 3 different sub-district. Observation focused on second stage larvae vermiform and cyst character. Several morphological characters used are; in larvae stage 2: total body lenght, maximum body length, stylet length; in cyst: vulva diameter, distance from anus to vulva, granek ratio and number paralel ridges between anus to vulva. Based on morphological observation on second stage larvae and cyst, the nematode was identified as Globodera rostochiensis with several special characters: total body length 520-554µ with stylet knobs rounded and posterior tail hyaline. Observation on cyst, Granek ratio’s value more than 3 (>3), between anus and vulva have more than 14 paralel ridges. Identification based DNA, Patak Banteng is area which Globodera rostochiensis that shows positive result with DNA band 434 bp.

(13)

I.

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Salah satu faktor risiko dalam usahatani kentang sejak di lapangan sampai di penyimpanan adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). OPT penting yang meresahkan petani kentang pada saat ini adalah Nematoda Sista Kentang (NSK). Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan NSK dapat mencapai 50-75 %, dan mengakibatkan penurunan produksi kentang. Sebagai contoh, potensi produksi pada lahan seluas 1,5 ha yang biasanya mencapai 24 ton menjadi 12 ton bahkan tinggal 8 ton (Deptan, 2005).

Nematoda Sista Kentang dilaporkan pertama kali ditemukan di Indonesia di dusun Sumber Brantas, Desa Tulung Rejo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu Malang, Jawa Timur (Mulyadi et al., 2003).

Nematoda sista kentang termasuk nematoda yang sangat berbahaya untuk tanaman kentang. Sista dapat bertahan di dalam tanah selama 10 tahun, sehingga pertanaman kentang yang terserang NSK tidak menghasilkan produksi yang optimal. Nematoda jenis ini tersebar di daerah subtropik dan tropik yang berhawa sejuk, sebagaimana di daerah beriklim sedang di dunia. Nematoda sista kentang (Globodera spp.) merupakan nematoda terpenting pada pertanaman kentang dan memperoleh perhatian terbesar dari semua komponen pelaksana kegiatan pertanian, baik petani hingga peneliti, sehingga penelitian secara mendalam mengenai karakteristik terhadap nematoda tersebut memberikan tantangan tersendiri. (Jensen et al., 1979 cit Luc et al., 1995). Identifikasi yang tepat terhadap keberadaan spesies nematoda yang menyerang suatu pertanaman sangat menentukan keberhasilan peningkatan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas (Mulyadi, 1996).

Ketepatan identifikasi merupakan syarat dalam mengetahui spesies nematoda sebagai parasit tanaman. Identifikasi pada level genus dan spesies masing-masing mempunyai masalah dan kesulitan tersendiri. Identifikasi nematoda, meskipun hanya

(14)

dibatasi level genus dapat sulit dilakukan karena belum secara keseluruhan dikuasasi para nematologist (Fortuner, 1989).

Identifikasi dan diagnosis yang cepat dan tepat (akurat) terhadap Globodera spp. pada pertanaman kentang merupakan elemen kunci dalam pengelolaan nematoda parasit tanaman tersebut serta memberikan peranan dalam menentukan metode aplikasi pengendalian (Hlaoua, 2008).

Kajian tentang identifikasi spesies Globodera yang menginfeksi dan menyebar pada pertanaman kentang di Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara perlu dilakukan. Identifikasi secara cepat dan akurat akan membantu dalam memahami spesies yang dominan dan telah establish.

B.Tujuan

Mengetahui spesies nematoda sista kentang (Globodera spp.) yang menyerang pertanaman kentang di beberapa lokasi sentra pertanaman di Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara.

C.Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai penyebaran spesies nematoda sista kentang di Indonesia khususnya di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo.

(15)

II.

TINJAUAN RUJUKAN

A. Kentang

Di Indonesia, kentang merupakan salah satu jenis sayuran yang mendapat prioritas penelitian dan pengembangan. Pengembangan agribisnis kentang sangat strategis, karena dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, menunjang program penganekaragaman (diversifikasi) pangan, meningkatkan komoditas ekspor non migas dan bahan baku industri pangan, serta mempunyai potensi nilai ekonomi yang tinggi (Rukmana, 2002).

Kentang adalah tanaman di daerah iklim sedang atau subtropika dan di daerah tropika pada ketinggian 1000-3000 m dpl (Williams, 1986).

Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari negara beriklim dingin (Belanda, Jerman). Meskipun kentang bukan berasal dari Indonesia, akan tetapi konsumennya cenderung meningkat dari tahun ke tahun karena jumlah penduduk makin bertambah, taraf hidup masyarakat semakin meningkat, dan wisatawan aing atau orang asing yang tinggal di Indonesia meningkat. Serangan hama, penyakitdan parasit pada tanaman kentang merupakan salah satu faktor pembatas produksi kentang. Penurunan produktivitas kentang dipengaruhi oleh pathogen yang ada pada bibit. Oleh karena itu, pengelolaan tanaman kentang, pengendalian hama, penyakit dan parasit harus dilaksanakan secara terpadu dan terkontrol (Soelarso, 1997).

Globodera spp. adalah salah satu genera dari nematoda parasit yang dapat merugikan pada pertanaman kentang. Pada keadaan serangan berat, keadaan akar menjadi rusak dan tidak berfungsi secara normal dalam menyerap air dan hara, pertumbuhan tanaman terganggu, klorosis dan cenderung layu pada kelembaban yang relatif kering (Widjaja, 1989).

(16)

B. Nematoda Sista Kentang (Globodera spp.)

1. Morfologi dan daur hidup

G. rostochiensis dalam perkembangannya melalui tahapan stadium telur, larva, dan dewasa. Siklus hidup dari telur sampai dewasa berlangsung selama 38 - 48 hari. NSK betina berbentuk bulat (globose), sessile, dan motile (bergerak). Sedangkan NSK jantan berbentuk seperti cacing (vermiform). Globodera memiliki stylet dengan tipe stomatostylet di mana stylet terdiri atas 3 bagian, yaitu: konus, tabung dan knob. Globodera tidak memiliki bursa pada ekor. Ekor memiliki 70 % bagian hyalin. Pada sista tidak ditemukan adanya vulval cone (vulva terlihat menonjol seperti kerucut), vulval basin hilang dan membentuk single circular fenestra, sedang pada Heterodera membentuk bifenestra. Daur hidup antara 5-7 minggu tergantung kondisi lingkungan. Produksi telur 200-500 butir. Kemampuan bertahan hidup pada kondisi lingkungan kurang menguntungkan (tidak ada inang, suhu sangat rendah, suhu tinggi, dan kekeringan) membentuk sista. Nematoda aktif kembali setelah kondisi lingkungan sesuai, terutama adanya eksudat akar tanaman inang. Sista dapat bertahan lebih dari 10 tahun (Deptan, 2005). Telur tersimpan di dalam sista, akan tetapi tidak terdapat massa telur yang dihasilkan. Ukuran telur memiliki panjang 101-104 µm, dan lebar 46-48 µm. Telur menetas di dalam sista. Larva stadium 2 dicirikan dengan bentuk kepala membulat dan memiliki ekor dengan dua pertiga bagiannya merupakan bagian hialin. G. pallida memiliki morfologi yang relatif sama dengan G. rostochiensis. Pada juvenil stadium 2, G. pallida memiliki ukuran yang sedikit lebih besar (CABI, 2000).

2. Biologi

Nematoda Sista Kentang termasuk jenis nematoda yang tergolong dalam famili Heteroderidae dan berasal dari genus Globodera. Pada tanaman kentang ada 2 (dua) spesies, yaitu: Globodera rostochiensis atau yang dikenal sebagai Nematoda Sista Kuning (NSK, Golden Cyst Nematode) dan Globodera pallida (White Potato Cyst Nematode)(CABI, 2000).

(17)

Pada nematoda betina dewasa tubuhnya membengkak, sebagian besar tubuhnya keluar dari jaringan akar tetapi kepala tetap berada di dalam jaringan akar. Nematoda betina yang telah dibuahi tubuhnya menjadi besar dan berbentuk seperti bola dan secara bertahap warnanya berubah sebelum mati dan akhirnya menjadi sista. Nematoda sista kentang pada umumnya dapat menyelesaikan satu generasinya selama musim tanam (Luc et al., 1995).

3. Gejala Kerusakan dan Perkembangan Penyakit

Tidak terdapat gejala spesifik yang mempunyai nilai diagnostik pada bagian tanaman di atas permukaan tanah yang berasosiasi dengan infeksi nematoda sista kentang. Walaupun demikian, kerusakan akar menyebabkan stress dan berkurangnya penyerapan air dan hara sehingga tanaman menjadi kerdil, berwarna kekuningan dan perubahan warna yang lain, serta daun-daun layu apabila keadaan kering. Masak awal dan tumbuhnya akar samping yang banyak sering erat hubungannya dengan infeksi nematoda. Nematoda betina yang berwarna putih dan kuning dapat diamati pada permukaan akar tanaman kentang yang sedang berbunga. Nematoda betina dari rostochiensis akan menjadi stadium yang berwarna kuning, sedang pallida betina tetap berwarna putih sampai mati. Nematoda betina dapat diamati juga pada permukaan umbi kentang, tetapi hal tersebut jarang terjadi. Apabila nematoda betina mati akan menjadi sista, kutikulanya akan berwarna coklat atau berwarna seperti kulit dan berisi telur sebanyak kurang lebih 500 butir (Deptan, 2005).

Larva stadium dua yang infektif menginfeksi secara langsung pada akar primer muda atau bagian ujung meristem dari akar sekunder. Selanjutnya masuk ke dalam cortex secara intraseluler dan menyebabkan kerusakan dan kematian sel. Larva kerap kali melewati cortex dan menusukkan stiletnya ke dalam sel endodermis atau pericycle. Selama dua hari melakukan penetrasi, kemudian larva beristirahat dan makan pada sel cortex dan jaringan stele, sehingga menyebabkan pembengkakan sel. Kelompok sel yang membengkak tersebut dinamakan syncytia, yang dikelilingi oleh satu lapisan sel hiperplastik. Dalam perkembangan larva menjadi stadium tiga, sel cortex di sekeliling larva terpecahkan oleh semakin

(18)

membesarnya tubuh larva nematoda, terutama bagi perkembangan nematoda betina. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah adalah faktor biotik (tanaman inang dan organisme lain) dan faktor abiotik (tanah, suhu, kelembaban, senyawa kimia) (Deptan, 2008).

C. Identifikasi Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera spp.)

Identifikasi merupakan kegiatan yang harus dilakukan, sebelum seseorang mempelajari lebih jauh tentang nematoda. Identifikasi secara benar tentang suatu spesies yang ditemukan di lapangan, dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan strategi pengendalian. Agar kegiatan ini dapat dilakukan dengan baik, diperlukan pengetahuan mengenai istilah-istilah yang berhubungan dengan deskripsi nematoda (Deptan, 2008).

Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi spesies nematoda sista kentang adalah identifikasi berdasarkan morfologi (morfometri), yaitu identifikasi berdasarkan ukuran-ukuran bagian tubuh. Beberapa karakter yang dapat digunakan dalam identifikasi nematoda secara umum adalah tipe kepala (tingkat sklerotisasi pada rangka kepala), tipe stilet (stomatostylet dan odontostylet), bentuk knob stylet, tipe esofaghus, posisi intestinum terhadap esofagus, tipe vulva, dan tipe ekor (ada tidaknya bursa). Sedangkan teknik identifikasi lainnya, yaitu berdasarkan titik isoelektrik protein dan identifikasi DNA menggunakan PCR (Fleming, 1998).

Identifikasi spesies nematoda sista kentang dapat dilakukan dengan dengan membandingkan karakteristik morfologi, akan tetapi identifikasi menggunakan metode ini membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga dibutuhkan metode tambahan metode lain seperti metode identifikasi berdasarkan DNA. Untuk identifikasi spesies NSK berdasarkan DNA menggunakan PCR, teridentifikasi sebagai G. rostochiensis pita DNA berada pada 434 pasangan basa (base pare) apabila menggunakan primer PITSr3, sedangkan pita DNA yang teridentifikasi sebagai G. pallida berada pada 256 bp apabila menggunakan primer PITSp4. Metode ini dapat dilakukan dengan cepat dan akurat. Perpaduan identifikasi baik secara morfologi maupun molekuler akan

(19)

memberikan keuntungan berupa hasil identifikasi yang bersifat lebih kompleks dan dapat dipercaya (Quader, 2008).

Identifikasi berdasarkan karakter morfologi secara umum dalam membedakan antar spesies nematoda dapat dilihat dari berbagai karakter seperti: bentuk tubuh, tipe stylet dan bentuk knob, tipe esofagus, kutikula berdasarkan anulasi serta berbagai parameter pendukung seperti warna dan ukuran tubuh (Dropkin, 1991).

Identifikasi spesies pada genus Globodera sebagian besar berdasarkan karakter morfologi pada nematoda betina, yaitu pada sista juvenil (larva) stadium dua (Siddiqi, 1986).

Perbedaan utama kedua spesies Globodera terletak pada warna sista dewasa betina dan stiletnya. Betina dewasa G. rostochiensis berwarna putih kemudian menjadi kuning keemasan, sedangkan G. pallida dewasa betinanya berwarna putih tetapi pada beberapa populasi ada yang berubah menjadi krem. Stilet G. rostochiensis memiliki pangkal (knob) membulat ke arah posterior, sedangkan G. pallida meruncing ke arah anterior, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1. (Deptan, 2005).

Sumber : www. fadil.gov.au

Gambar 2. 1. Perbedaan knobstyletGlobodera rostochiensis dan Globodera pallida.

Beberapa karakter morfologi yang dapat digunakan dalam membedakan spesies Globodera diantaranya: jumlah anulasi antara anus dan vulva, panjang dan tipe knob stilet (Hlaoua, 2008).

(20)

III.

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2009 sampai dengan Juni 2009 bertempat di Laboratorium Nematologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

B. Penentuan Sampel

Sampel diambil dengan menggunakan kombinasi metode Acak berkelompok (Cluster random sampling) dan metode Purposive Sampling. Obyek pengamatan dilakukan pengelompokan atas satu atau lebih petak alami pada beberapa lokasi pertanaman dengan batasan kelurahan pada satu kecamatan. Selanjutnya pada petak alami dilakukan pengambilan sampel secara acak pada masing-masing lokasi. Sampel tanah diambil dari areal pertanaman yang menunjukkan gejala terserang Nematoda Sista Kentang. Gejala tersebut berupa adanya tanaman menguning yang bersifat spot-spot dan tidak menyeluruh, seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Areal pertanaman (Batur) yang menunjukkan gejala terserang NSK.

(21)

Lokasi yang merupakan tempat pengambilan sampel antara lain:

1. Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara (1437-2212 mdpl) 2. Pasurenan, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara (1587-2150 mdpl) 3. Karang Tengah , Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara

(1887-2300 mdpl)

4. Patak Banteng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo (1962-2575 mdpl) 5. Kejajar, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo (1300-2112 mdpl)

6. Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo (1300-2575 mdpl) 7. Telaga Merdada, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara

(1437-2212 mdpl)

8. Pejawaran, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara (1050-1437 mdpl)

(22)

10  C. Ekstraksi-Isolasi Sista

Untuk mendapatkan sista yang akan digunakan pada identifikasi morfologi atau molekuler, terlebih dahulu dilakukan ekstraksi-isolasi sista dari sampel tanah dengan alat-alat dan bahan seperti pada Gambar 3.2. Tanah yang akan diekstrak dituang ke dalam saringan 250 µ untuk kemudian disaring. Tanah yang telah disaring ditiriskan di atas piring yang dilapisi tisu. Selanjutnya diambil sista menggunakan pinset. Untuk identifikasi morfologi dari masing-masing lokasi diambil 5 (lima) sista yang berkualitas baik, sedangkan untuk identifikasi molekuler dari masing-masing lokasi diambil sebanyak 80 sista.

Gambar 3.2. Peralatan ekstraksi-isolasi sista NSK dari sampel tanah: (a) saringan 1mm, (b) saringan 250µm, (c) tisu, (d) piring kecil, (e) pinset, (f) botol semprot.

(23)

D. Identifikasi Morfologi

Stadium yang digunakan dalam identifikasi morfologi pada penelitian ini adalah larva stadium 2 dan stadium sista.

1. Pemindahan nematoda ke gliserin murni

Sebanyak 5 sista yang telah diambil dari masing-masing lokasi dipecah untuk kemudian diambil nematoda L2 sebanyak 5 ekor dari masing-masing sista. Nematoda L2 yang telah didapat selanjutnya difiksasi dengan larutan FAA untuk pengawetan sementara. Setelah itu dilakukan pemindahan nematoda ke gliserin murni. Pemindahan nematoda ke gliserin murni berfungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada tubuh nematoda yang akan digunakan dalam pembuatan preparat awetan. Nematoda yang telah difiksasi dipindahkan ke dalam gelas sirakus (Gambar 3.3.a) yang sebelumnya telah diisi dengan larutan fiksatif sebanyak 2 ml. Tutup sebagian permukaan gelas sirakus dengan lempeng kaca. Gelas sirakus yang telah berisi nematoda dimasukkan ke dalam desikator yang berisi alkohol 95% (Gambar 3.3.b). Desikator dimasukkan ke dalam oven (Gambar 3.3.c)dan panaskan pada suhu 40°C selama 12 jam. Setelah 12 jam desikator dikeluarkan dari oven. Gelas sirakus yang ada dikeluarkan dan dibuka tutupnya kemudian ditambahkan larutan Seinhorst I (95 cc alkohol + 5 cc gliserin) sebanyak 2 – 3 ml. Kemudian sirakus dimasukkan ke dalam oven dan dipanaskan pada suhu 40°C selama 3 jam. Setelah 3 jam gelas sirakus dikeluarkan dari oven kemudian ditambahkan 2-3 ml larutan Seinhorst II (50 ml alkohol + 50 ml gliserin) dan dipanaskan pada suhu 40°C di dalam oven selama 3 jam. Gelas sirakus yang berisi nematoda dalam gliserin murni dikeluarkan dari oven. Simpan di dalam esikator yang berisi CaCO3. CaCO3

bersifat absorben yang berfungsi untuk menyerap uap air dalam desikator.

a

(24)

12 

a

b

c

Gambar 3.3.Peralatan pemindahan nematoda L2 NSK ke gliserin murni: (a) gelas sirakus, (b) desikator, (c) oven.

2. Pembuatan preparat awetan L2

Preparat L2 berfungsi sebagai objek dalam melakukan pengukuran dimensi tubuh namatoda. Disiapkan gelas benda berukuran 7,2 cm x 2,7 cm (Gambar 3.4.f) dan gelas penutup berukuran 24 mm x 24 mm. Dibuat lingkaran parafin di atas gelas benda dengan pencetak cincin parafin yang dipanaskan. Gelas benda yang telah dicetak cincin parafin (Gambar 3.4.d) di atasnya diberi satu tetes gliserin di tengah-tengah cincin parafin. Kait dua ekor nematoda L2 (yang telah diproses ke dalam gliserin murni). Ambil sebatang potongan glass wool (Gambar 3.4.e). Diameter glass wool lebih besar dari pada nematoda yang akan dibuat preparat dan potong menjadi 3 bagian. Letakkan ketiga bagian potongan glass wool tersebut di dekat gliserin dan atur radier 3 arah menempel pada cincin parafin (di luar nematoda yang akan ditempatkan). Tutup nematoda dengan meletakkan gelas penutup secara hati-hati di atas cincin parafin pada gelas benda tersebut. Kemudian dilakukan pemanasan gelas benda beserta nematoda di atas lempeng pemanas (Gambar 3.4.a) sampai cincin parafin leleh dan rata pada gelas penutup. Angkat dan dinginkan beberapa saat, selanjutnya olesi sepanjang tepi gelas penutup dengan cat kuku.

(25)

Gambar 3.4. Peralatan untuk pembuatan preparat: (a) lempeng pemanas, (b) lampu bunsen, (c) parafin, (d) pencetak cincin parafin, (f) glass wool, (g) objek glass.

3. Pembuatan preparat perrenial pattern

Pembuatan preparat perrineal pattern berfungsi untuk mengetahui jumlah paralel ridges antara anus dan vulva serta dapat digunakan untuk mendapatkan Granek ratio, yaitu suatu formula yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies dari genus Globodera. Granek ratio didapatkan dengan membandingkan nilai dari jarak anus hingga diameter terluar vulva dan nilai diameter vulva.

Parameter yang digunakan untuk identifikasi terhadap sista dalam penelitian ini adalah: panjang tubuh tidak termasuk leher, panjang kepala, lebar tubuh, jarak dari anus ke tepi terdekat fenestra, diameter vulva, paralel ridges dari anus-vulva, dan Granek ratio.

4. Pengukuran bagian-bagian tubuh nematoda L2 untuk memperoleh nilai- nilai menurut formula J.G. de Man (Hooper, 1986)

Formula J.G.de Man merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam mengukur dimensi nematode vermiform. Dimensi nematoda vermiform berperan dalam identifikasi nematoda secara proporsional.

(26)

14 

Pengukuran ukuran tubuh nematoda L2 nematoda dilakukan dengan menggunakan pita skala dan kurvimeter (alat untuk mengukur panjang garis lengkung). Pita skala digunakan untuk pengukuran secara langsung, sedangkan kurvimeter digunakan untuk pengukuran secara tidak langsung. Pada pengukuran langsung menggunakan pita skala (Gambar 3.5.b). Gambar nematoda yang telah dibuat secara skematis, diukur meggunakan pita skala berdasarkan pengamatan micrometer menggunakan berbagai macam perbesaran. Pada pengukuran tidak langsung,

terlebih dahulu dibuat daftar yang menyatakan hubungan antara jumlah skala pada kurvimeter (Gambar 3.5.a) dan ukuran panjang pada micrometer (µ) (Gambar 3.5.c) pada perbesaran tertentu.

c

a

b

Gambar 3.5. Peralatan pengukuran tubuh nematoda: (a) kurvimeter, (b) pita skala

dengan berbagai perbesaran, (c) micrometer.

Di bawah ini adalah Formula de Man (Hooper, 1986) yang digunakan dalam penentuan rasio bagian-bagian tubuh nematoda:

a =

b =

b’ = c =

(27)

Parameter yang digunakan untuk identifikasi terhadap larva stadium 2 dalam penelitian ini adalah: panjang tubuh total, lebar tubuh maksimum, panjang stylet, panjang esophagus dari ujung anterior sampai perbatasan esophagus dengan usus, panjang esophagus dari ujung anterior sampai

esophagus yang overlaping dengan usus, panjang ekor, dan panjang ekor hialin

.

Tabel di bawah ini adalah perbedaan beberapa karakter ukuran tubuh antara G.rostochiensis dan G. pallida (CABI, 2000). Data-data di bawah ini juga digunakan sebagai dasar identifikasi morfometri pada penelitian ini.

Tabel 3.1. Ukuran bagian-bagian tubuh nematoda L2 NSK

Spesies Panjang tubuh Panjang stylet Panjang ekor hialin Bentuk knob sylet G. rostochiensis 468±100µ 22±0.7µ 26.5±12 µ Membulat G. pallida 486±2.8µ 23±1µ 26.6±4.1µ Meruncing Sumber : CABI, 2000

Tabel 3.2. Ukuran bagian-bagian sista NSK

Sumber: CABI, 2000 SPESIES Panjang sista Panjang leher Lebar sista Jarak anus-vulva Diameter vulva Granek ratio Anulasi anus-vulva G. rostochiensis 445±50µ 104±19µ 382±60µ 66.5±10.3µ 19±2µ 3.6±0.8µ 12-31(>14) G. pallida 579±70µ 188±20µ 534±66µ 50±13.4µ 24.5±5µ 2.2±1 µ 8-20 (<14)

(28)

16 

E. Identifikasi Molekuler

1. Ekstraksi DNA Nematoda Sista Kentang menggunakan metode CTAB (Zhou et al, 2007)

Sebanyak 10-100 sista, dimasukkan ke dalam tabung eppendorf 1,5 ml, tambahkan larutan Buffer DNA CTAB sebanyak 50-100 µl (CTAB 2 %, NaCl 1,4 M, EDTA 100 mM, Tris-Cl 50 mM pH 8, mercaptoethanol 1 %). Kemudian sista digerus menggunakan spatula plastic untuk memecah sista dan melisiskan sel. Selanjutnya tambahkan larutan 250-400 µl CTAB dan campur dengan baik. Kemudian sampel diinkubasi pada suhu 65°C selama 30 menit dengan dikocok setiap 10 menit. Tambahkan CIAA (Chloroform Isoamylic Alcohol 24 : 1) dengan volume yang sama, kemudian tabung divortex atau dikocok agar tercampur dengan sempurna selama 1 menit. Sampel terus disentrifus pada kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit. Kemudian supernatan diambil dan dimasukkan ke dalam tabung yang baru, tinggalkan kotoran yang ada. Tambahkan etanol absolut dingin (2 kali volume) sehingga tercampur dengan baik. Inkubasikan sampel selama beberapa jam atau biarkan semalam pada suhu -20 °C. Seterusnya sampel disentrifus pada kecepatan 12.000 rpm selama 15 menit, buang supernatannya dengan cara dituang kemudian kumpulkan pellet DNA yang sudah ada. Pellet dikeringkan dengan menambahkan 500-1000 µl etanol dingin 70 % kemudian disentrifus pada kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit. Supernatannya dibuang, pellet DNA nya dikering anginkan atau menggunakan pompa vacuum. Pellet sampel DNA selanjutnya dilarutkan ke dalam 20-30 µl buffer TE (Tris-Cl, mM, EDTA 1 mM pH 8 atau dilarutkan ke dalam aquabides).

(29)

2. Pengujian kualitas DNA menggunakan elektroforesis

Untuk memastikan apakah DNA yang digunakan pada proses PCR (Polymerase Chain Reaction) berkualitas baik, dapat diuji menggunakan elektroforesis, yaitu dengan mengambil 1µl DNA sampel ditambah dengan 5µl loading buffer. Selanjutnya dirunning pada agarose gel konsentrasi 1% menggunakan elektroforesis selama selama 45 menit dengan tegangan 75 volt. DNA yang berkualitas baik akan terlihat berpendar ketika diamati menggunakan Ultra Violet transilluminator. Pemisahan DNA dilakukan dengan menggunakan elektroforesis gel. Molekul DNA terpisah berdasarkan ukuran ketika dilewatkan pada matriks gel dengan aliran listrik. DNA memiliki muatan negatif, dan saat berada dalam aliran listrik, akan bermigrasi melalui gel menuju kutub positif. Molekul yang berukuran besar, memiliki kesulitan melewati pori-pori gel sehingga bermigrasi lebih lambat melalui gel dibandingkan DNA yang berukuran lebih kecil. Setelah elektroforesis selesai, molekul DNA divisualisasi dengan pewarna fluorescent seperti ethidium yang berikatan dengan DNA dan berada di antara basa-basa DNA.

3. PCR DNA sampel

Primer yang digunakan dalam identifikasi molekuler nematoda sista kentang menggunakan PCR yaitu: PITSr3 (AGCGCAGACATGCCGCAA) sebagai primer untuk rostochiensis, PITSp4 (ACAACAGCAATCGTCGAG)

untuk pallida dan ITS5 (GGAAGTAAAAGTCGTAACAAGG) untuk

nematoda secara universal. Bahan-bahan (komposisi) yang digunakan sebelum melakukan PCR adalah:

a. MMR (Mega Mix Royal) : 12,5 µl

b. Primer ITS 5 : 2 µl c. Primer PIT Sr 3 : 2 µl d. Primer Sp 4 : 2 µl e. DNA sampel : 2 µl f. Aquabides : 4,5 µl Jumlah : 25 µl

(30)

18 

PCR dilakukan dalam 35 siklus, dengan tahapan pemisahan utas DNA pada suhu 94°C selama 30 detik, penempelan primer pada DNA template pada suhu 55°C selama 30 detik, dan sintesis DNA pada suhu 72°C.

Selanjutnya dianalisis menggunakan elektroforesis. Menurut Quader (2008), Pita DNA hasil PCR yang teridentifikasi sebagai G. rostochiensis berada sekitar 434 bp, sedangkan G. pallida berada pada 256 bp.

(31)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Morfologi

1. Identifikasi Nematoda Larva Stadium 2

Parameter yang digunakan dalam identifikasi morfologi Nematoda Sista Kentang L2 adalah: panjang tubuh total, lebar tubuh maksimum, panjang stylet, panjang esophagus dari ujung anterior sampai perbatasan esophagus dengan usus, panjang esophagus dari ujung anterior sampai esophagus yang overlaping dengan usus, panjang ekor, dan panjang bagian tubuh posterior yang tampak hialin. Di bawah ini adalah hasil identifikasi L2 dari masing-masing lokasi pengambilan sampel.

a. Batur

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium 2 secara lengkap dari Batur terlampir pada lampiran 1. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium 2.

Tabel 4.1. Data identifikasi L2 NSK yang berasal dari Batur

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh total 520-560 541.3 12.8

Lebar tubuh maksimum 20-28 24 2.4

Panjang stylet 20-35 25.2 3.8

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai perbatasan esophagus dengan

usus

114-140 126.12 7.11

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai esophagus yang overlaping

dengan usus

126-160 143.8 11.4

Panjang ekor 52-65 56.2 2.5

(32)

20 

Gambar 4.1. Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Batur: (a) knob stylet

membulat ke arah posterior, (b) bagian tubuh posterior nematoda (ujung ekor yang tampak hialin) dan (c) anus.

Berdasarkan data pada Tabel 4.1, diperoleh nilai yang menunjukkan spesies Globodera rostochiensis, tetapi dari nilai tersebut juga terdapat nilai dengan kisaran yang dapat dimiliki oleh spesies Globodera pallida. NSK stadium 2 yang berasal dari desa Batur. Sebagai contoh pada panjang stylet NSK stadium 2 yang berasal dari Batur, berdasarkan pengukuran diperoleh panjang stylet sebesar 25,2 ± 3,8µ (Lampiran 1). Menurut Hooper (1973), G. rostochiensis memiliki panjang stylet 22,9 ± 1,2 µ, sedangkan G. pallida 27,1 ± 1,1 µ. Nilai yang diperoleh dari hasil identifikasi dimana berada di antara keduanya menyebabkan dibutuhkannya data tambahan untuk memastikan jenis spesies. Pada buku yang sama Hooper menjelaskan G. rostochiensis memiliki knob stylet dengan bentuk yang membulat ke arah posterior sedangkan pada G. pallida meruncing ke arah anterior. Seperti tertera pada Gambar 4.1, NSK stadium 2 yang menyerang pertanaman kentang di Batur adalah Globodera dengan bentuk knob stylet membulat ke arah posterior, sehingga dapat disimpulkan bahwa Globodera yang menyerang lokasi ini adalah spesies Globodera rostochiensis.

(33)

b. Pasurenan

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium 2 secara lengkap dari Pasurenan terlampir pada lampiran 2. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium 2.

Tabel 4.2. Data Identifikasi L2 NSK yang berasal dari Pasurenan

Gambar 4.2. Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Pasurenan: (a) knob stylet

membulat ke arah posterior, (b) bagian tubuh posterior nematoda (ujung ekor yang tampak hialin) dan (c) anus.

Di daerah Pasurenan, spesies Nematoda Sista Kentang yang menyerang lokasi ini diduga Globodera rostochiensis. Keadaan ini ditunjukkan dengan data-data yang didapat dari pengukuran berbagai macam parameter merujuk pada ciri-ciri yang dimiliki oleh G. rostochiensis (Tabel 4.2.). Dugaan ini diperkuat dengan pengamatan bentuk stylet dengan knob yang membulat ke arah posterior, sedangkan Globodera pallida memiliki knob stylet yang

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh total 532-560 546.68 8.2

Lebar tubuh maksimum 20-28 24.56 2.4

Panjang Stylet 20-30 25.2 3

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai perbatasan esophagus dengan

usus

114-140 129 6

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai esophagus yang overlaping

dengan usus

134-156 151.44 4.8

Panjang ekor 52-65 56.44 3.2

(34)

22 

meruncing ke arah anterior. Pasurenan merupakan lokasi dengan populasi sista terkecil, rata-rata hanya terdapat 2 sista per 20 g tanah. Keadaan ini disebabkan oleh keadaan areal pertanaman di mana selain terserang NSK, pada pertanaman yang sama juga terserang penyakit hawar daun yang disebabkan oleh jamur Phytophtora infestans (Semangun, 1996). Penyakit hawar daun kentang lebih dominan di daerah ini. Lebih dominannya serangan hawar daun disebabkan oleh perkembangan penyakit yang lebih cepat pada tanaman kentang ketika terserang Phytopthora infestans dibandingkan apabila terserang Nematoda Sista Kentang. Gejala penyakit apabila terserang hawar daun terlihat ketika k3ntang berumur 20 hari, sedangkan apabila terserang NSK, gejala terlihat ketika kentang berumur 50-60 hari.

(35)

c. Karang Tengah

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium 2 secara lengkap dari Karang Tengah terlampir pada lampiran 3. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium 2.

Tabel 4.3. Data Identifikasi L2 NSK yang berasal Karang Tengah

Gambar 4.3. Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Karang Tengah: (a) knob stylet membulat ke arah posterior, (b) bagian tubuh posterior nematoda (ujung ekor yang tampak hialin) dan (c) anus.

Kisaran nilai yang sangat relatif pada berbagai ukuran tubuh antara kedua spesies NSK menyebabkan pengamatan terhadap bentuk knob stylet mutlak dibutuhkan dalam identifikasi spesies Globodera. Sering ditemui keadaan di mana nilai yang diperoleh tidak terlalu dapat digunakan dalam menentukan spesies yang diidentifikasi. Keadaan ini disebabkan oleh kisaran nilai ukuran tubuh yang sangat berdekatan antara kedua spesies, terlebih nilai yang didapat dari hasil kegiatan identifikasi juga tidak mutlak atau berada pada

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh total 540-565 550,64 6.7

Lebar tubuh maksimum 20-26 23.9 1.7

Panjang Stylet 24-30 25.7 1.6

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai perbatasan esophagus dengan

usus

114-134 124.4 4.9

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai esophagus yang overlaping

dengan usus

132-150 141.56 5.1

Panjang ekor 50-60 55.5 3.3

(36)

24 

dua kisaran yang dimiliki kedua spesies. Oleh karena itu pengamatan terhadap bentuk stylet sangat dibutuhkan karena terdapat perbedaan yang jelas dari bentuk knob stylet dari masing-masing spesies. Untuk sampel yang berasal dari Karang Tengah, NSK yang menyerang juga memiliki knob stylet dengan bentuk yang membulat ke arah posterior.

d. Patak Banteng

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium 2 secara lengkap dari Patak Banteng terlampir pada lampiran 4. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium 2.

Tabel 4.4. Data Identifikasi L2 NSK yang berasal Patak Banteng

Gambar 4.4. Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Patak Banteng: (a) knob

stylet membulat ke arah posterior, (b) bagian tubuh posterior nematoda (ujung ekor yang tampak hialin) dan (c) anus.

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh total 540.56 552.3 5.6

Lebar tubuh maksimum 20-26 22.9 1.5

Panjang Stylet 20-32 26.3 2.5

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai perbatasan esophagus dengan

usus

130-150 137.4 5.6

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai esophagus yang overlaping

dengan usus

142-162 150 5.5

Panjang ekor 52-60 55 2

(37)

Ciri-ciri yang sama setelah dilakukan pengamatan parameter dalam pengidentifikasian spesies NSK yang menyerang lokasi pertanaman kentang di daerah Patak Banteng juga mengidentifikasikan bahwa spesies yang menyerang adalah G. rostochiensis.

(38)

26  e. Kejajar

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium 2 secara lengkap dari Kejajar terlampir pada lampiran 5. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium 2.

Tabel 4.5. Data Identifikasi L2 NSK yang berasal Kejajar

Gambar 4.5. Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Kejajar: (a) knob stylet membulat ke arah posterior, (b) bagian tubuh posterior nematoda (ujung ekor yang tampak hialin) dan (c) anus.

Berdasarkan data (Tabel 4.5), kemudian disesuaikan pustaka menurut Hooper (1973). Spesies nematoda sista kentang yang menyerang Kejajar adalah Globodera rostochiensis. Data-data yang ada juga didukung dengan pengamatan-pengamatan lain, seperti bentuk knob stylet.

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh total 554-564 551.8 5.1

Lebar tubuh maksimum 22-26 24.7 1

Panjang Stylet 24-30 26.9 1.9

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai perbatasan esophagus dengan

usus

130-150 141.6 6

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai esophagus yang overlaping

dengan usus

148-162 155.7 3.8

Panjang ekor 52-58 55.1 1.8

(39)

f. Dieng Wetan

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium 2 secara lengkap dari Dieng Wetan terlampir pada lampiran 6. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium 2.

Tabel 4.6. Data Identifikasi L2 NSK yang berasal Dieng Wetan

Gambar 4.6 Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Dieng Wetan: (a) knob

stylet membulat ke arah posterior, (b) bagian tubuh posterior nematoda (ujung ekor yang tampak hialin) dan (c) anus.

Globodera rostochiensis juga merupakan spesies yang menyerang pertanaman kentang di Dieng Wetan. Ciri-ciri dan karakter yang mengidentifikasikan ke arah G. rostochiensis didapat dari daerah ini (Tabel 4.6).

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh total 544-564 551.8 5.1

Lebar tubuh maksimum 22-26 24.72 0.9

Panjang Stylet 24-30 26.96 1.9

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai perbatasan esophagus dengan

usus

130-150 141.6 6

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai esophagus yang overlaping

dengan usus

148-162 155.72 3.8

Panjang ekor 52-58 55.16 1.8

(40)

28  g. Telaga Merdada

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium 2 secara lengkap dari Telaga Merdada terlampir pada lampiran 7. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium 2.

Tabel 4.7. Data Identifikasi L2 NSK yang berasal Telaga Merdada

Gambar 4.7. Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Telaga Merdada: (a) knob

stylet membulat ke arah posterior, (b) bagian tubuh posterior nematoda (ujung ekor yang tampak hialin) dan (c) anus.

Spesies yang menyerang di daerah ini juga merupakan Globodera rostochiensis. Ciri dan karakter dari rostochiensis juga ditemukan pada NSK yang berasal dari daerah ini.

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh total 546-562 552.6 5.5

Lebar tubuh maksimum 22-26 24 1.4

Panjang Stylet 24-30 25.8 2.3

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai perbatasan esophagus dengan

usus

134-148 141.7 3.9

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai esophagus yang overlaping

dengan usus

148-156 153.1 2.6

Panjang ekor 45-58 53.7 2.4

(41)

h. Pejawaran

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium 2 secara lengkap dari Pejawaran terlampir pada lampiran 8. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium 2.

Tabel 4.8. Data Identifikasi L2 NSK yang berasal Pejawaran

Gambar 4.8 Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Pejawaran: (a) knob stylet

membulat ke arah posterior, (b) bagian tubuh posterior nematoda (ujung ekor yang tampak hialin) dan (c) anus.

Untuk lokasi Pejawaran, dari hasil identifikasi L2 terhadap berbagai parameter. Disimpulkan spesies yang menyerang juga merupakan Globodera rostochiensis.

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh total 546-562 555.4 3.7

Lebar tubuh maksimum 22-26 23.8 1.4

Panjang Stylet 24-30 26.5 1.7

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai perbatasan esophagus dengan

usus

124-138 130 4

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai esophagus yang overlaping

dengan usus

138-156 148.7 5.3

Panjang ekor 54-62 58.2 2.2

(42)

30  i. Pekasiran

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium 2 secara lengkap dari Pekasiran terlampir pada lampiran 9. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium 2.

Tabel 4.9. Data Identifikasi L2 NSK yang berasal Pekasiran

Gambar 4.9. Larva NSK stadium 2 yang berasal dari Pekasiran: (a) knob stylet

membulat ke arah posterior, (b) bagian tubuh posterior nematoda (ujung ekor yang tampak hialin) dan (c) anus.

Globodera rostochiensis juga menyerang pertanaman kentang di daerah Pekasiran. Data yang didapat selama pengamatan paremeter-parameter yang ada mengarahkan kepada G. rostochiensis. Penetapan G. rostochiensis sebagai spesies NSK yang menyerang Pekasiran didukung dengan hasil pengamatan lain, seperti bentuk knob stylet dan gejala kerusakan serta bentuk sista. Keadaan ini sama seperti yang dilakukan di daerah lain dalam kegiatan identifikasinya.

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh total 552-560 556.2 2

Lebar tubuh maksimum 22-26 24.3 1.5

Panjang Stylet 24-28 26 1.3

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai perbatasan esophagus dengan

usus

124-144 132 5.2

Panjang esophagus dari ujung anterior sampai esophagus yang overlaping

dengan usus

136-156 147 5.8

Panjang ekor 56-62 58.4 1.9

(43)

Berikut hasil perhitungan beberapa formulasi dari Formula De Man dari masing-masing lokasi.

Tabel 4.10. Data penghitungan mengunakan Formula de Man dari tiap-tiap lokasi

Lokasi a b b' c Batur 22.55 4.29 3.76 9.63 Pasurenan 22.25 4.23 3.6 9.68 Karang Tengah 23.03 4.42 3.88 9.92 Patak Banteng 24.11 4.01 3.82 10.04 Kejajar 22.34 3.89 3.54 10.01 Dieng wetan 23.02 3.89 3.6 10.29 Telaga Merdada 23.27 4.27 3.83 9.73 Pejawaran 23.33 4.27 3.73 9.54 Pekasiran 22.8 4.21 3.78 9.52

Formula De Man merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui dimensi nematoda. Dimensi nematoda adalah suatu sistem pengukuran yang dipergunakan dalam identifikasi nematoda secara proporsional

(44)

32  2. Identifikasi Sista.

Pada penelitian ini parameter yang digunakan dalam identifikasi terhadap sista adalah : Panjang tubuh termasuk leher, panjang kepala, lebar tubuh, jarak dari anus ke tepi terdekat fenestra, diameter vulva, jumlah paralel ridges dari vulva, Granek ratio; yaitu perbandingan antara jarak anus-vulva dan diameter anus-vulva.

Gambar 4.10. Sista dari kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo.

Sista yang berasal dari Wonosobo dan Banjarnegara secara keseluruhan berwarna coklat kehitaman. Pada saat ketika di lahan dan belum berubah menjadi sista berwarna kuning keemasan. Populasi sista berbeda-beda untuk setiap lokasi pengambilan sampel. Dari hasil penghitungan populasi sista.Karang tengah dan Telaga Merdada merupakan dua lokasi dengan serangan terparah. Di bawah ini adalah populasi sista per 20 g tanah untuk masing-masing lokasi.

Tabel 4.11. Populasi sista per 20 g tanah dari masing-masing lokasi

Lokasi Ulangan Rata-rata

1 2 3 Batur 9 6 7 7 Pasurenan 2 3 0 1 Patak Banteng 1 8 7 5 Kejajar 3 4 2 3 Dieng Wetan 18 6 4 9 Karang Tengah 24 28 23 25 Telaga Merdada 40 21 26 29 Pejawaran 5 6 4 5 Pekasiran 17 10 11 13

(45)

Berikut hasil identifikasi karakter morfologi berdasarkan pengamatan pada sista dari masing-masing lokasi :

a. Batur

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium sista secara lengkap dari Batur terlampir pada lampiran 1. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium sista.

Tabel 4.12. Data identifikasi sista yang berasal dari Batur

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh tidak

termasuk leher 938-1002 974 25.6

Panjang Kepala 94-102 97.6 3.2

Lebar Tubuh 468-688 574 87.9

Jarak dari anus ke tepi

terdekat fenestra 48-68 60.2 8.7

Diameter Vulva 17-19 17.6 0.8

Paralel ridges dari

anus ke vulva 15-17 16.2 0.8

Granek ratio 2.8-4 3.4 0.5

Gambar 4.11 Perrenial pattern sista yang berasal dari Batur: (a) vulva, (b) anus, (c) paralel ridges antara anus dan vulva, (d) diameter vulva.

Berdasarkan data hasil identifikasi sista yang berasal dari Batur (Tabel 4.12), nilai-nilai yang diperoleh menunjukkan spesies NSK yang menyerang

(46)

34 

pertanaman kentang di Batur adalah Globodera rostochiensis. Nilai-nilai hasil identifikasi yang dibutuhkan dalam membedakan antara G. rostochiensis dan G. pallida juga dapat dilihat dari data hasil identifikasi. Pengukuran terhadap nilai Granek ratio misalnya, sista yang berasal dari pertanaman kentang di Batur memiliki Granek ratio dengan nilai lebih besar dari 3. Dari berbagai pustaka disebutkan bahwa antara rostochiensis dan pallida memiliki nilai Granek ratio yang berbeda. G. rostochiensis memiliki Granek ratio lebih dari 3, sedangkan G. Pallida kurang dari 3. Granek ratio adalah perbandingan antara jarak anus-vulva dan nilai diameter anus-vulva. Nilai Granek ratio dibutuhkan dalam membedakan G. rostochiensis dan G. pallida karena keduanya memiliki tipe vulva yang sama, yaitu tidak terdapat vulval cone (vulva tampak menonjol seperti kerucut). Vulval cone dimiliki nematoda sista yang berasal dari genus Heterodera.

b. Pasurenan

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium sista secara lengkap dari Pasurenan terlampir pada lampiran 2. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium sista.

Tabel 4.13. Data identifikasi sista yang berasal dari Pasurenan

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh tidak

termasuk leher 950-987 971.4 14.5

Panjang Kepala 96-100 97.2 1.7

Lebar Tubuh 458 -640 530.8 73.8

Jarak dari anus ke tepi

terdekat fenestra 58-70 64 4.4

Diameter Vulva 16-19 17 1.4

Paralel ridges dari anus

ke vulva 14-16 15 1

(47)

Gambar 4.12. Perrenial pattern sista yang berasal dari Pasurenan: (a) vulva, (b) anus, (c) paralel ridges antara anus dan vulva, (d) diameter vulva.

Berdasarkan data hasil identifikasi sista yang berasal dari Pasurenan (Tabel 4.13), nilai-nilai yang diperoleh menunjukkan spesies NSK yang menyerang pertanaman kentang di Pasurenan adalah Globodera rostochiensis. Selain nilai Granek ratio, pengukuran terhadap jumlah anulasi (paralel ridges) dari anus-vulva juga dapat digunakan untuk membedakan G. rostochiensis dan G. pallida. G. rostochiensis memiliki paralel ridges dari anus-vulva dengan nilai lebih dari 14, sedangkan G. pallida kurang dari 14. Dari tabel 4.13 dapat dilihat, NSK yang menyerang pertanaman kentang di Pasurenan memiliki paralel ridges dengan nilai rata-rata sebesar 15, sehingga dapat disimpulkan NSK yang menyerang pertanaman kentang di Pasurenan adalah G. rostochiensis.

(48)

36  c. Karang Tengah

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium sista secara lengkap dari Karang Tengah terlampir pada lampiran 3. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium sista. Tabel 4.14. Data identifikasi sista yang berasal dari Karang Tengah

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh tidak

termasuk leher 964-992 975.8 11.7

Panjang Kepala 95-104 98.6 3.2

Lebar Tubuh 464-655 609.2 82

Jarak dari anus ke tepi

terdekat fenestra 60-72 64.8 5.2

Diameter Vulva 17-19 17.6 0.9

Paralel ridges dari anus

ke vulva 14-16 14.8 1.1

Granek ratio 3.1-4 3.6 0.3

Gambar 4.13. Perrenial pattern sista yang berasal dari Karang Tengah: (a) vulva, (b)anus, (c) paralel ridges antara anus dan vulva, (d) diameter vulva. Berdasarkan data hasil identifikasi sista yang berasal dari Karang Tengah (Tabel 4.14), nilai-nilai yang diperoleh menunjukkan spesies NSK yang menyerang pertanaman kentang di Karang Tengah adalah Globodera rostochiensis. Sista yang berasal dari Karang Tengah memiliki nilai Granek

(49)

ratio lebih dari 3, jumlah paralel ridges dengan nilai rata-rata 14,8 memberikan kesimpulan bahwa spesies NSK di Karang Tengah adalah G. rostochiensis.

Seperti halnya identifikasi terhadap larva stadium 2, identifikasi berdasarkan sista juga dibutuhkan pengamatan terhadap beberapa parameter. Variasi parameter pengamatan yang lebih banyak akan memberikan hasil identifikasi yang lebih akurat. Dalam kegiatan identifikasi spesies berdasarkan ukuran-ukuran tubuh, sering dijumpai adanya nilai yang tidak dapat digunakan untuk menentukan spesies apabila hanya menggunakan satu parameter pengamatan, sehingga ragam parameter pengamatan dapat membantu mengatasi masalah tersebut.

d. Patak Banteng

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium sista secara lengkap dari Patak Banteng terlampir pada lampiran 4. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium sista. Tabel 4.15. Data identifikasi sista yang berasal dari Patak Banteng

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh tidak

termasuk leher 874-995 956.2 48.5

Panjang Kepala 95-100 97.4 1.9

Lebar Tubuh 486-632 578.2 66.8

Jarak dari anus ke tepi

terdekat fenestra 62-72 68.2 3.7

Diameter Vulva 16-17 16.2 0.4

Paralel ridges dari anus

ke vulva 14-17 15 1.2

(50)

38 

Gambar 4.14. Perrenial pattern sista yang berasal dari Patak Banteng: (a) vulva, (b) anus, (c) paralel ridges antara anus dan vulva, (d) diameter vulva.

Berdasarkan data hasil identifikasi sista yang berasal dari Patak Banteng (Tabel 4.15), nilai-nilai yang diperoleh menunjukkan spesies NSK yang menyerang pertanaman kentang di Karang Tengah adalah Globodera rostochiensis. Pengamatan terhadap nilai Granek ratio (lebih dari 3) dan jumlah paralel ridges dari anus-vulva (lebih dari 14), mempresentasikan ke arah G. rostochiensis. Pengukuran apabila hanya berdasarkan ukuran panjang dan lebar sista tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies NSK. G. rostochiensis dan G. pallida memiliki ukuran panjang dan lebar sista yang relatif sama, sehingga mutlak dibutuhkan pengamatan-pengamatan terhadap parameter lain.

(51)

e. Kejajar

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium sista secara lengkap dari Kejajar terlampir pada lampiran 5. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium sista.

Tabel 4.16. Data identifikasi sista yang berasal dari Kejajar

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh tidak

termasuk leher 886-984 952.2 40.2

Panjang Kepala 84-102 94.2 7.5

Lebar Tubuh 490-626 534.4 54.3

Jarak dari anus ke tepi

terdekat fenestra 68-76 70.8 3.3

Diameter Vulva 14-17 16 1.4

Paralel ridges dari anus ke

vulva 14-17 15.2 1.3

Granek ratio 4-5.4 4.4 0.5

Gambar 4.15. Perrenial pattern sista yang berasal dari Kejajar: (a) vulva,

(b) anus, (c) paralel ridges antara anus dan vulva, (d) diameter vulva.

Berdasarkan data hasil identifikasi sista yang berasal dari Kejajar (Tabel 4.16), nilai-nilai yang diperoleh menunjukkan spesies NSK yang menyerang pertanaman kentang di Kejajar adalah Globodera rostochiensis. Berdasarkan

(52)

40 

pengukuran pada nilai Granek ratio dan jumlah paralel ridges dari anus-vulva, sista yang berasal dari Kejajar memiliki Granek ratio sebesar 4,4 dan jumlah paralel ridges lebih dari 14, dengan nilai rata-rata 15,2. Nilai-nilai tersebut menerangkan NSK yang menyerang pertanaman kentang di Kejajar adalah G. rostochiensis. Dapat dikatakan nilai Granek ratio dan jumlah paralel ridges antara anus-vulva merupakan parameter kunci dalam melaksanakan identifikasi spesies NSK berdasarkan sista. Hampir seluruh pustaka terkait kegiatan identifikasi spesies NSK menjelaskan bahwa nilai Granek ratio untuk G. rostochiensis lebih dari 3 dan kurang dari 3 untuk G. pallida, sedangkan jumlah paralel ridges untuk G. rostochiensis sebesar lebih dari 14 dan G. pallida kurang dari 14. Nilai dengan kisaran yang tegas membantu peneliti dalam menentukan hasil identifikasi terhadap spesies NSK.

f. Dieng Wetan

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium sista secara lengkap dari Dieng Wetan terlampir pada lampiran 6. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium sista.

Tabel 4.17. Data identifikasi sista yang berasal dari Dieng Wetan Parameter Range (µ) Rata-rata SD Panjang tubuh tidak

termasuk leher 840-990 938 57.6

Panjang Kepala 82-96 88.6 6.7

Lebar Tubuh 468-520 492 19.8

Jarak dari anus ke tepi

terdekat fenestra 68-76 72.4 3.5

Diameter Vulva 15-17 15.6 0.8

Paralel ridges dari anus

ke vulva 14-16 15 0.7

(53)

Gambar 4.16. Perrenial pattern sista yang berasal dari Dieng Wetan: (a) vulva, (b) anus, (c) paralel ridges antara anus dan vulva, (d) diameter vulva.

Berdasarkan data hasil identifikasi sista yang berasal dari Dieng Wetan (Tabel 4.17), nilai-nilai yang diperoleh menunjukkan spesies NSK yang menyerang pertanaman kentang di Dieng Wetan adalah Globodera rostochiensis. Berdasarkan hasil pengukuran parameter yang ada dalam identifikasi berdasarkan sista, Dieng Wetan merupakan pertanaman kentang terserang NSK dari spesies G. rostochiensis. Granek ratio dengan nilai lebih dari 3 dan jumlah paralel ridges dengan nilai rata-rata 15 (di atas 14), merupakan nilai-nilai yang dimiliki G. rostochiensis.

(54)

42  g. Telaga Merdada

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium sista secara lengkap dari Telaga Merdada terlampir pada lampiran 7. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium sista. Tabel 4.18. Data identifikasi sista yang berasal dari Telaga Merdada

Parameter Range (µ) Rata-rata SD Panjang tubuh tidak

termasuk leher 924-994 952.4 29.23

Panjang Kepala 84-98 89.2 5.7

Lebar Tubuh 488-518 498.8 14.9

Jarak dari anus ke tepi

terdekat fenestra 66-75 70.6 3.5

Diameter Vulva 15-18 16.2 1

Paralel ridges dari

anus ke vulva 14-17 15 1.4

Granek ratio 4-4.6 4.2 0.2

Gambar 4.17. Perrenial pattern sista yang berasal dari Telaga Merdada: (a) vulva, (b) anus, (c) paralel ridges antara anus dan vulva, (d) diameter vulva.

Berdasarkan data hasil identifikasi sista yang berasal dari Telaga Merdada (Tabel 4.18), nilai-nilai yang diperoleh menunjukkan spesies NSK yang menyerang pertanaman kentang di Telaga Merdada adalah Globodera

(55)

rostochiensis. Berdasarkan pengukutan terhadap nilai Granek ratio dan jumlah paralel ridges anus-vulva, sista yang berasal dari Telaga Merdada memiliki Granek ratio lebih dari 4 (rata-rata 4,2) dan jumlah paralel ridges lebih dari 14 (rata-rata 15). Nilai Granek ratio dan jumlah paralel ridges yang diperoleh menunjukkan spesies NSK yang menyerang pertanaman kentang di Telaga Merdada adalah spesies G. rostochiensis.

h. Pejawaran

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium sista secara lengkap dari Pejawaran terlampir pada lampiran 8. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium sista.

Tabel 4.19. Data identifikasi sista yang berasal dari Pejawaran Parameter Range (µ) Rata-rata SD Panjang tubuh tidak

termasuk leher 878-996 909.4 48.8

Panjang Kepala 82-90 85.6 3

Lebar Tubuh 480-494 487.2 6.7

Jarak dari anus ke

tepi terdekat fenestra 68-74 70.8 2.2

Diameter Vulva 16-17 16.6 0.5

Paralel ridges dari

anus ke vulva 14-16 14.8 1

(56)

44 

Gambar 4.18. Perrenial pattern sista yang berasal dari Pejawaran: (a) vulva, (b) anus, (c) paralel ridges antara anus dan vulva, (d) diameter vulva.

Berdasarkan data hasil identifikasi sista yang berasal dari Pejawaran (Tabel 4.19), nilai-nilai yang diperoleh menunjukkan spesies NSK yang menyerang pertanaman kentang di Pejawaran adalah Globodera rostochiensis. Nilai yang diperoleh dari pengukuran terhadap parameter kunci (Granek ratio dan jumlah paralel ridges anus-vulva) mempresentasikan keberadaan G. rostochiensis dimana nilai Granek ratio sista yang berasal dari Pejawaran memiliki nilai lebih dari 4 dengan rata-rata 4,2 dan jumlah paralel ridges bernilai lebih 14 dengan rata-rata 14,8.

(57)

i. Pekasiran

Hasil pengamatan dan pengukuran bagian-bagian tubuh NSK stadium sista secara lengkap dari Pekasiran terlampir pada lampiran 9. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis bagian-bagian tubuh NSK stadium sista.

Tabel 4.20. Data identifikasi sista yang berasal dari Pekasiran

Parameter Range (µ) Rata-rata SD

Panjang tubuh tidak

termasuk leher 865-990 902.2 50.5

Panjang Kepala 80-102 89.2 8.7

Lebar Tubuh 480-496 489.4 8.5

Jarak dari anus ke tepi

terdekat fenestra 68-72 70.4 1.6

Diameter Vulva 16-18 16.6 0.8

Paralel ridges dari anus

ke vulva 14-17 14.6 1.3

Granek ratio 3.7-4.5 4.25 0.3

Gambar 4.19. Perrenial pattern sista yang berasal dari Pekasiran: (a) vulva, (b) anus, (c) paralel ridges antara anus dan vulva, (d) diameter vulva.

Berdasarkan data hasil identifikasi sista yang berasal dari Pekasiran (Tabel 4.20), nilai-nilai yang diperoleh menunjukkan spesies NSK yang menyerang pertanaman kentang di Pejawaran adalah Globodera rostochiensis. Nilai Granek ratio dan jumlah paralel ridges sista yang berasal dari pertanaman kentang di Pekasiran mempresentasikan spesies G. rostochiensis di mana nilai

Gambar

Gambar 2. 1. Perbedaan knob stylet Globodera rostochiensis dan Globodera pallida.
Gambar 3.1. Areal pertanaman (Batur) yang menunjukkan gejala  terserang  NSK.
Gambar 3.5. Peralatan pengukuran tubuh nematoda: (a) kurvimeter, (b) pita skala  dengan    berbagai     perbesaran,  (c) micrometer
Tabel 3.2. Ukuran bagian-bagian sista NSK
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamatan pada uji pendahuluan secara in vitro bahwa penambahan konsentrasi NaOCl menyebabkan kutikula sista, kulit telur dan dinding tubuh larva

Pengamatan dilakukan terhadap : (a) jumlah sista baru, yaitu sista yang terdapat di luar kantong kassa pada akhir pengamatan, (b) faktor reproduksi (Rf), yaitu perbandingan

Identifikasi karakter morfologi dan morfometri menggunakan pola perineal sista dan J2 dalam bentuk preparat dari tiga

Padatanggal 9 Februari 2015 penulis berhasilmenyelesaikanpendidikan Strata-2 di Universitas Sumatera Utara dengan judul tesis “Survei dan Identifikasi Nematoda Sista

[r]

Identifikasi karakter morfologi dan morfometri menggunakan pola perineal sista dan J2 dalam bentuk preparat dari tiga sista.... Preparat Pola

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan

Pengamatan dilakukan terhadap : (a) jumlah sista baru, yaitu sista yang terdapat di luar kantong kassa pada akhir pengamatan, (b) faktor reproduksi (Rf), yaitu perbandingan