• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspektasi Kinerja Konselor Pada Jalur Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ekspektasi Kinerja Konselor Pada Jalur Pendidikan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

8

Ekspektasi Kinerja Konselor

Pada Jalur Pendidikan

Suhendri

Email : Hendri_kdi@yahoo.co.id

Abstrak

Konselor sebagai pendidik dapat berperan semaksimal mungkin kepada siswa sehing-ga mereka dapat berkembang pada tisehing-ga ranah tersebut di atas. Fenomena di lapansehing-gan ialah ma-sih terdapat konselor yang yang belom profesional hal ini di sebabkan yang menjadi konselor sekolah adalah bukan dari disiplin ilmu bimbingan dan konseling, melainkan dari disiplin ilmu lain seperti agama, PKN dan bahasa indonesia.

Ekspektasi kinerja konselor ; 1) tidak menggunakan materi pembelajaran sebagai kon-teks layanan bimbingan dan koseling yang memandirikan, 2) Menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksa-naan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya, 3) Penyusunan program bimbingan dan konseling adalah mem-buat rencana pelayanan bimbingan dan koseling dalam bidang pembiayaan pribadi/bimbin-gan sosial, bimbinpribadi/bimbin-gan belajar dan bimbinpribadi/bimbin-gan kerier. Sedangkan espektasi kinerja guru mata pelajaran ; 1) Menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks layanan Pembelajaran yang mendidik, 2) Menyusun program pengajaran, menyajikan program pengajaran, evaluasi be-lajar serta menyusun program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawab.

Pendahuluan

Seiring dengan perkembangan zaman maka pendidik di tuntut lebih profesional. Seb-agaimana yang telah di jelaskan dalam undang-undang pendidikan bahwa setiap pendidikan di harapkan lebih berkompetensi sehingga lebih profesional dalam menjalankan tugas pendidik. Kompetensi-kompetensi tersebut adalah sebagai berikut ; kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, keprofesionalan. Perkembanagan zaman tersebut sangat mengharapkan kepada setiap pendidik untuk menguasai kompetensi-kompetensi tersebut dengan tujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih maksimal.

(2)

Setiap pendidik akan di beri rambu-rambu dalam menjalankan tugasnya. Rambu-rambu tersebut harapannnya adalah pendidik dapat memahaminya berdasarkan disiplin ilmu masing-masing. Perkembangan pendidikan, tudak hanya menuntut pada peserta didik untuk lebih berkompeten pada sisi kognitifnya melainkan siswa dapat berkembang dalam tiga ranah; ranah kognitif, apektif dan psikomotorik.

Konselor sebagai pendidik dapat berperan semaksimal mungkin kepada siswa sehing-ga mereka dapat berkembang pada tisehing-ga ranah tersebut di atas. Fenomena di lapansehing-gan ialah ma-sih terdapat konselor yang yang belom profesional hal ini di sebabkan yang menjadi konselor sekolah adalah bukan dari disiplin ilmu bimbingan dan konseling, melainkan dari disiplin ilmu lain seperti agama, PKN dan bahasa indonesia.

Realita di lapangan (sekolah) masih terdapat para pendidik dalam hal ini guru belum profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Salah satu penyebab ketidak pro-fesionalan pendidik ialah di sebabkan ketidaktahuan atau ketidakjelasan dari pada tugas ma-sing-masing pendidik, maka salah satu pembahasan dalam makalah ini ialah perbedaan tugas dan wilayah kinerja antara guru mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling (konselor) di sekolah.

Pembahasan

1. Ekspektasi Kinerja Konselor

Ekspektasi kinerja konselor dalam Departemen Pendidikan Nasional 2008(Departe-men Pendidikan Nasional “Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbin-gan dan Konseling Dalam jalur Pendidikan Formal” halaman 33), Ekspektasi kinerja lulusan program pendidikan professional termasuk lulusan Program Pendidikan Konselor Pra–Ja-batan, lazim diejawantahkan dalam bingkai profesionalisasi.

Dengan kata lain, profesionalisasi suatu bidang layanan ahli termasuk layanan ahli di bidang bimbingan dan konseling menandakannya adanya ;

a. Pengakuan dari masyarakat dan pemerintah bahwa kegiatannya merupakan lay-anan unik.

b. Didasarkan atas keahlian yang perlu dipelajari secara sistematis dan sungguh – sungguh serta memakan waktu yang cukup panjang, sehingga

c. Pengampunya diberikan penghargaan yang layak, dan

d. Untuk melindungi kemaslahatan pemakai layanan, otoritas publik dan organisasi profesi, dengan dibantu oleh masyarakat khususnya pemakai layanan, wajib men-jaga agar hanya pengampu layanan ahli yang kompeten dengan mengedepankan kemaslahatan pemakai layanan, yang diizinkan menyelenggarakan layanan ahli kepada masyarakat.

(3)

Pada gilirannya ini berarti bahwa, secara konseptual terapan layanan ahli termasuk layanan ahli bimbingan dan konseling itu selalu merupakan pengejawantahan seni yang ber-pijak pada landasan akademik yang kokoh (Gage, 1078). Penggunaan kerangka pikir seni yang berbasis penguasaan akademik yang kokoh atau seni yang berbasis saintifik ini penting digarisbawahi karena dalam penyelenggaraan layanan ahli disetiap bidang perbantuan atau pemfasilitasian (the helping professions). Seorang pengampu layanan ahli, tidak terkecuali konselor, selalu berfikir dan bertindak dalam bingkai filosofik yang khas dibangunnya sendiri dengan mengintegrasikan apa yang diketahui dari hasil penelitian dan pendapat ahli dalam ka-wasan keahliannya itu dengan apa yang dikehendaki oleh dirinya yang bisa sejalan akan tetapi juga bisa tidak sejalan dengan dikehendaki oleh masyarakat (pilihan nilai).

2. Konselor di Lingkup Pendidikan

Program bimbingan dan konseling di sekolah–sekolah merupakan sebuah perkem-bangan mengejutkan di dalam sejarah pendidikan Amerika Serikat abad XX, bahkan sampai tahun–tahun belakangan masih menjadi monument unik system pendididkan Amerika Serikat dan Kanada. Hal yang sama juga bias dirasakan kalau kita menengok kepada program pela-tihan bagi konslor, khususnya sejak tahun–tahun awal disahkannya National Defence

Edu-cation Act 1958 – 1960, jumlah maupun ukuran program pelatihan konselor tumbuh sangat

cepat. Ditahun (1964:372 ) lembaga pendidikan tinggi mendukung program – program peny-iapan konselor lewat 706 fakultas mereka. Clawson dkk., (2004, hlm. 38-39 ) diedisi ke -11 buku mereka, Counselor Preparation, mengidentifikasikan kalau diawal abad XXI ini 484 departemen akademik menawarkan pelatihan konselor dengan 1.611 fakultas.

Prespektif yang benar mengenai hubungan antara tingkat pelatihan, pengalaman dan ketrampilanyang dibutuhkan dengan tanggungjawab yang diizinkan untuk mengomunikasi-kan bimbingan dan konseling, lihat pada table 1 berikut ini.

Tabel 1.1

Tingkat – tingkat Pelatihan dan Tanggung Jawabnya

Tingkat Pelatihan Tanggung Jawab

Pertama Memberikan pendidikan jenjang kesarjanaan dan/atau latar be-lakang pengalamanan kerja kuliah yang tepat

Memberi nasihat; member infor-masi

Kedua Gelar master dalam bimbingan dan

konseling Konseling perkembangan atau penyesuaian diri untuk pribadi yang normal

Ketiga Pendidikan doktor bimbingan dan konseling, kesehatan mental klinis atau psikologi konseling, atau M.D. dengan spesialisasi psikiatri

Konseling untuk gangguan ke-pribadian serius

(4)

Program pelatihan tingkat pertama karena umumnya mereka dipercaya menjadi pe-nasihat untuk banyak hal dan mereka memang berperan penting untuk keberhasilan program bimbingan siswa di sekolah. Di tingkat kedua, pelatihan khusus yang setara dengan jenjang master dibutuhkan. Pelatihan ini menyediakan bagi konselor sekolah keahlian istimewa seb-agaikonselor yang sesungguhnya sehingga menjadikannya professional lain. Mereka memiliki kualifikasi unik dan otoritatif untuk bereaksi dengan siswa, pendidik dan orang tua, menghad-iri pertemuan rutin, merancang dan pengambilan keputusan. Tingkat tiga mencerminkan taraf tertinggi pelatihan professional ini paling sering digunakan sebagai sumber daya profesional-isasi untuk pertunjukan dan konsultasi.

Kebanyakan program pendidikan konselor tersebut dibimbing oleh delapan wilayah inti yang memadatkan Council for Accreditation of Conseling and Related Educational

Pro-grams (CACREP ) berikut ini :

a. Identitas Profesional (Profesional Orientation and Ethical Practice, saat buku ini ditulis sedang dipersiapkan versi 2009-nya )

b. Keragaman Sosial dan Budaya

c. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia d. Pengembangan Karier

e. Hubungan – hubungan Perbantuan f. Kerja Kelompok

g. Asesmen

h. Riset dan Evaluasi Program

3. Ekpektasi Kinerja Konselor Tidak Sama dengan Guru

Ekspektasi kinerja konselor yang tidak sama dengan kinerja guru, yang keduanya merupakan pendidik yang diperjelas dengan pengertian pendidik berdasarkan dalam Pasal 1 Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003, yang menyatakan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konsel-or, pamong belajar, widyaiswara, tutkonsel-or, instruktur, fasilitatkonsel-or, dan sebutan lain yang sesuai den-gan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Terkait denden-gan penjelasan diatas maka, SK Mendikbud No. 25/O/1995 yang merujuk kepada SK Menpan No. 84/1993 menegaskan adanya empat jenis guru, yaitu:

a. Guru kelas adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam proses belajar mengajar seluruh mata pelajaran di kelas tertentu di TK, SD, SDLB dan SLB tingkat dasar, kecuali mata pelajaran pendidi-kan jasmani dan kesehatan serta agama.

(5)

we-wenang dan hak secara penuh dalam proses belajar mengajar pada satu mata pe-lajaran tertentu di sekolah.

c. Guru praktik adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam proses belajar mengajar pada kegiatan praktek di sekolah kejuruan atau balai latihan pendidikan teknik.

d. Guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, we-wenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik.

Sebutan guru pembimbing ini diganti dengan “guru bimbingan dan konseling atau konselor” yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, dan diperkuat dengan Permendiknas No. 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Berdasarkan uraian di atas maka, penulis dapat membuat perbe-daan antara ekspektasi kinerja Konselor dan Ekspektasi Kinerja Guru pada umumnya yang terdapat pada tabel 1.2 di bawah ini.

SUMBER EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR EKSPEKTASI KINERJA GURU ABKIN, Krisis Identitas Profesi Kon-selor

• Tidak menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks layanan bimbingan dan kosel-ing yang memandirikan.

• Menggunakan materi pembela-jaran sebagai konteks layanan Pembelajaran yang mendidik. Sk menpan no. 84/1993. Ten-tang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya

• Menyusun program bimbin-gan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksa-naan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.

• Menyusun program pengajaran, menyajikan program pengaja-ran, evaluasi belajar serta me-nyusun program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawab Pasal 1 Keputusan bersama men-dikbud dan bakn Nomor 0433/p/1993 Nomor 25 tahun 1993 Tentang JuklakJabatan Fungsional Guru Dan Angka Kredit-nya

• Penyusunan program bimb-ingan dan konseling adalah membuat rencana pelayanan bimbingan dan koseling dalam bidang pembiayaan pribadi/ bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan kerier. • Pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah melakukan fungsi pelayanan pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan perbaikan dan pengembangan dalam bi-dang bimbingan pribadi/bimb-ingan sosial, bimbpribadi/bimb-ingan belajar dan bimbingan karier.

• Penyusunan program pen-gajaran atau praktek adalah perencanaan kegiatan belajar mengajar yang meliputi peren-canaan tahunan perenperen-canaan catur wulan, dan perencanaan yang dituangkan dalam bentuk persiapan mengajar atau per-siapan praktik.

• Penyajian program pengajaran atau praktek adalah pelaksa-naan kegiatan belajar men-gajar atau kegiatan praktek berdasarkan rencana yang tertuang dalam persiapan men-gajar atau persiapan praktek.

(6)

• Evaluasi pelaksanaan bimb-ingan dan konseling adalah menilai keberhasilan layanan bimbingan dan konseling dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier. • Analisis hasil evaluasi

pelaksa-naan bimbingan dan konseling adalah menelaah hasil evalu-asi pelaksanaan bimbingan dan konseling yang mencakup layanan, orientasi, penempa-tan dan penyaluran, konseling perorangan, bimbingan kelom-pok, konseling kelompok dan bimbingan pembelajaran, serta kegiatan pendukungnya. • Tindak lanjut pelaksanaan

bimb-ingan dan konseling adalah kegiatan menindak lanjuti hasil analisis evaluasi tentang layanan orientasi, penempa-tan, dan penyaluran, konseling perorangan, bimbingan kelom-pok, konseling kelompok dan bimbingan pembelajaran serta kegiatan pendukungnya.

• Evaluasi belajar atau praktek adalah penilaian proses dan hasil belajar dalam rangka memperoleh informasi proses dan hasil belajar.

• Analisis hasil evaluasi belajar atau praktek adalah kegiatan mengolah dan menafsirkan informasi proses dan hasil be-lajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

• Penyusunan dan pelaksa-naan program perbaikan dan pengayaan adalah upaya yang dilakukan guru untuk memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik yang belum mencapai tingkat pengua-saan yang ditetapkan dan bagi peserta didik yang sudah mencapai tingkat penguasaan yang ditetapkan, diberi kesem-patan untuk mendalami materi pengajaran tertentu.

ABKIN, Alur pikir pen-didikan profe-sional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal.

• Melayani konseli normal dan sehat, menggunakan ruju-kan “layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan”, sesuai dengan tuntutan real-isasi diri (self realization) konseli melalui fasilitasi perkembangan kapasitasnya secara maksimal (capacity development). • Meliputi kondisi pribadi klien

misalnya penyesuaian diri, sikap, dan kebiasaan belajar, infor-masi dan pilihan karier, dsb

• Menggunakan mata pelaja-ran sebagai konteks terapan layanannya, menggunakan rujukan normatif “pembelajaran yang mendidik” yang terfokus pada layanan pendidikan ses-uai dengan bakat, minat, dan kebutuhan peserta didik dalam proses pembudayaan sepan-jang hayat dalam suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, dialogis, dan dinamis menuju pencapaian tujuan utuh pendidikan. • Meliputi memberikan mata

pelajaran bidang studi seperti mata pelajaran IPA, kimia, dll Ditjen PMPTK, 2007. Rambu-Rambu Penyelengga-raan Bimbin-gan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal (Nas-kah Akdemik). Jakarta

• Ukuran keberhasilan: Ke-mandirian dalam kehidupan dan Lebih bersifat kualitatif yang unsur-unsurnya saling ter-kait ipsatif (karakter individu) • Pendekatan Umum adalah

pengenalan diri dan lingkungan oleh Konseli dalam rangka pen-gatasan masalah pribadi, sosial, belajar dan karier.

• Perencanaan tindak intervensi: Kebutuhan pengembangan diri ditetapkan dalam proses trans-aksional konseli yang difasilitasi konselor.

• Ukuran keberhasilan: Pencapa-ian Standar Kompetensi Lulusan Lebih bersifat kuantitatif

• Pendekatan umum yang digu-nakan adalah pemanfaatan Instructional Effects &Nurturant Effects melalui pembelajaran. • Perencanaan tindak intervensi:

Kebutuhan belajar ditetapkan dulu untuk ditawarkan pada peserta didik.

(7)

4. Ekspektasi Kinerja Konselor diKaitkan dengan Jenjang Pendidikan

Berikut ini digambarkan secara umum perbedaan ciri khas ekspektasi kinerja konselor di tiap jenjang pendidikan.

a. Jenjang Taman Kanak-kanak (TK)

Di jenjang Taman Kanak – kanak di tanah air tidak ditemukan posisi struk-tural bagi konselor. Pada jenjang ini fungsi bimbingan dan konseling lebih bersifat

preventif dan developmental. Secara pragmatik, komponen kurikulum

pelaksa-naan dalam bimbingan konseling yang perlu dikembangkan oleh konselor jenjang Taman Kanak-kanak membutuhkan alokasi waktu yang lebih besar dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kegiatan konselor di jenjang Taman Kanak-kanak dalam komponen responsive

services, dilaksanakan terutama untuk memberikan layanan konsultasi kepada

guru dan orang tua dalam mengatasi perilaku-perilaku mengganggu (disruptive) siswa Taman Kanak-kanak.

b. Jenjang Sekolah Dasar (SD)

Sampai saat ini, di jenjang Sekolah Dasar-pun juga tidak ditemukan posisi struktural untuk konselor. Namun demikian sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik usia sekolah dasar, kebutuhan akan pelayanannya bukannya tidak ada meskipun tentu saja berbeda dari ekspektasi kinerja konselor di jenjang seko-lah menengah dan jenjang perguruan tinggi. Dengan kata lain, konselor juga dapat berperan serta secara produktif di jenjang sekolah dasar, bukan dengan mempo-sisikan diri sebagai fasilitator pengembangan diri peserta didik yang tidak jelas posisinya, melainkan dengan memposisikan diri sebagai Konselor Kunjung yang membantu guru sekolah dasar mengatasi perilaku menganggu (disruptive

behav-ior), antara lain dengan pendekatan directive behavioral consultation.

c. Jenjang Sekolah Menengah (SMP dan SMA)

Secara hukum, posisi konselor (penyelenggara profesi pelayanan bimbingan dan konseling) di tingkat sekolah menengah telah ada sejak tahun 1975, yaitu se-jak diberlakukannya kurikulum bimbingan dan konseling. Dalam sistem pendidi-kan Indonesia, konselor di sekolah menengah mendapat peran dan posisi/ tempat yang jelas. Peran konselor, sebagai salah satu komponen student support services, adalah men-suport perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial, karier, dan aka-demik peserta didik, melalui pengembangan program bimbingan dan konseling pembantuan kepada peserta didik dalam individual student planning, pemberian pelayanan responsive, dan pengembangan system support. Pada jenjang ini, kon-selor menjalankan semua fungsi bimbingan dan konseling. Setiap sekolah

(8)

menen-gah idealnya diangkat konselor dengan perbandingan 1 : 100. d. Jenjang Perguruan Tinggi

Meskipun secara struktural posisi konselor Perguruan Tinggi belum tercan-tum dalam sistem pendidikan di tanah air, namun bimbingan dan konseling dalam rangka men-support perkembangan personal, sosial akademik, dan karier maha-siswa dibutuhkan. Sama dengan konselor pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah untuk mengembangkan dan mengim-plementasikan kurikulum pelayanan dasar bimbingan dan konseling, individual

student planning, responsive services, serta system support. Namun, alokasi

wak-tu konselor perguruan tinggi lebih banyak pada pemberian banwak-tuan individual swak-tu-

stu-dent career planning dan penyelenggaraan responsive services. Setiap perguruan

tinggi menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling melalui suatu unit yang ditetapkan pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan.

Konselor sekolah di semua tingkat membantu siswa untuk memahami dan menan-gani masalah-masalah sosial, perilaku, dan pribadi. Ini konselor menekankan pencegahan dan pengembangan untuk meningkatkan pertumbuhan pribadi, sosial, dan akademis siswa serta untuk melengkapi siswa dengan kecakapan hidup yang diperlukan untuk menangani masalah. Konselor menyediakan layanan khusus, termasuk program pencegahan alkohol dan obat – obatan dan resolusi konflik. Konselor juga mencoba untuk mengidentifikasi kasus-kasus ke-kerasan rumah tangga dan masalah keluarga lainnya yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa.

Konselor berinteraksi dengan siswa secara individu, dalam kelompok kecil, atau seb-agai seluruh kelas. Mereka berkonsultasi dan bekerja sama dengan orang tua, guru, adminis-trator sekolah, psikolog sekolah, profesional medis, dan pekerja sosial untuk mengembangkan dan menerapkan strategi untuk membantu siswa berhasil.

Penutup

Ekspektasi kinerja konselor tidak sama dengan kinerja guru, walaupun keduanya merupakan pendidik yang terdapat dalam Pasal 1 Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003. Perbedaan yang paling krusial adalah dimana Konselor tidak menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks layanan bimbingan dan koseling yang memandirikan, sedangkan Guru menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks layanan Pembelajaran yang mendidik.

Ekspektasi kinerja konselor juga dibedakan atas jenjang pendidikan yang dilayani pada pendidikan formal, mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah

(9)

Menen-gah, sampai pada Perguruan Tinggi yang masing-masing memiliki kebutuhannya tersendiri. Ekspektasi kinerja konselor juga dapat dibedakan dengan helping profession yang lain seperti: psikiater, psikolog, pekerja sosial, dan psikoterapis yang masing-masing mempunyai ekspet-kasi kinerja yang berbeda. Namun demikian konselor pun terbagi atas berbagai macam jenis konselor, yaitu konselor sekolah, konselor kejuruan, konselor rehabilitasi, konselor kesehatan mental, konselor penyalahgunaan zat dan gangguan perilaku serta konselor perkawinan dan keluarga.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan

Konseling Dalam jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasi-onal

Merianne H. Mitchell, Robert L. Gibson.2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pusta-ka Belajar

Supriatna, Mamad. 2010. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta: Rajawali Pers

Anxiety Disorders Association of Ontario. 2010. Helping Professionals. (http://www.anxiety-disordersontario.ca/professionals.html#2f), Online (diakses September 2010)

ABKIN. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan

Kon-seling dalam Jalur Pendidikan Formal (Naskah Akademik). Bandung: ABKIN.

ABKIN. 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur

Pen-didikan Formal (Naskah Akademik). Bandung: ABKIN.

ABKIN. 2008. Krisis Identitas Profesi Bimbingan dan Konseling. Bandung.

Bureau of Labor Statistics. 2010. Occupational Outlook Handbook. (http://www.bls.gov/oco/ ocos067.htm), Online (diakses September 2010)

Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Dengan Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 0433/P/1993 Nomor 25 Tahun 1993 Pasal 1. Tentang

Juklak Jabatan Fungsional Guru Dan Angka Kreditnya. Jakarta

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. 1993. Surat Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 84/1993. Tentang Jabatan Fungsional Guru Dan Angka

Kredit-nya. Jakarta: Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan. 1995. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebu-dayaan No. 25. Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka

Kreditnya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Menteri Pendidikan Nasional. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Jakarta: De-partemen Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Na-sional.

Prayitno. 2008. Mengatasi Krisis Identitas Profesi Konselor. Padang: Tidak diterbitkan. Rizki. 2009. Jenis-jenis Tes Psikologi.

(http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/jenis-jenis-test-psikologi),Online (diakses Oktober 2010)Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Ten-tang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis

Menimbang, bahwa atas dasar apa yang dipertimbangkan dan disebutkan sebagai pendapat Pengadilan Agama dalam putusannya mengenai permohonan izin untuk menjatuhkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlindungan hukum terhadap prinsip iktikad baik bagi merek terdaftar di Indonesia : pemberian sanksi administratif yaitu dengan melakukan

Karya ilmiah ini membahas tentang perbandingan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan student teams achievement divisions (STAD) terhadap hasil belajar matematika

Menurut Pratomo (2004), ada tiga metode pengukuran reksa dana dengan memasukkan unsur risiko ke dalamnya, yaitu: 1) Metode Sharpe merupakan jenis metode

di lingkungannya, akan mampu berpikir secara positif, terbuka terhadap lingkungan sekitar, mampu melihat kelebihan-kelebihan yang ada didalam dirinya sendiri dan

This rule may look overwhelming with the functions but it is easy to learn if you can repeat these words: The derivative of a quotient is the bottom times the derivative of the top

Yleisten, myös erikoistumiskoulutuksen opiskelijoiden arvioiden mukaan, opiskelijamak- sun nykytaso on ollut kohtuullinen, mutta sen nousun arvellaan vähentävän