• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANAK – ANAK KORBAN PERCERAIAN (Studi Deskripstif Tentang Perilaku Konformitas dan Devian Anak Korban Perceraian Di Surabaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANAK – ANAK KORBAN PERCERAIAN (Studi Deskripstif Tentang Perilaku Konformitas dan Devian Anak Korban Perceraian Di Surabaya)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)ANAK – ANAK KORBAN PERCERAIAN (Studi Deskripstif Tentang Perilaku Konformitas dan Devian Anak Korban Perceraian Di Surabaya). Disusun Oleh : JURICKE DYAH PERMATA WIBISONO 071411431023. DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA. Semester Gasal 2017/2018.

(2) ANAK – ANAK KORBAN PERCERAIAN (Studi Deskripstif Tentang Perilaku Konformitas dan Devian Anak Korban Perceraian Di Surabaya) Juricke Dyah Permata Wibisono NIM: 071411431023 Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Email: jurickewibisonooo@gmail.com Semester Gasal Tahun 2017/2018. ABSTRAK Fenomena seringnya terjadi perceraian di Surabaya dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Adapun adanya perceraian ini Anak korban dari perceraian kesehariannya diasuh oleh keluarga besar (extended family) di dalam keluarga tersebut tentu terdapat perubahan fungsi keluarga, salah satu dari fungsi keluarga yakni sosialisasi dan berdampak pada perilaku anak korban perceraian. Angka perceraian di Surabaya menduduki peringkat satu se Jawa Timur dengan jumlah cerai talak tahun 2016 terdapat 1580 kasus cerai talak dan 3358 cerai gugat sehingga jumlah keseluruhan kasus cerai yang diterima oleh Pengadilan Agama sebanyak 4398. Untuk menganalisa permasalahan tersebut maka digunakan Sosialisasi, kontrol sosial, looking glass theory. Dengan menggunakan teori tersebut dapat melihat peranan-peranan dan didukung oleh bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh keluarga sehingga membentuk perilaku anak pasca perceraian. Fungsi sosialisasi keluarga adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga terbentuk personality-nya. Anak-anak lahir tanpa bekal sosial, agar anak dapat berpartisipasi maka harus disosialisasi oleh orangtuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.. 1.

(3) Hasil penelitian ini berdasarkan bagaimana pemberian sosialisasi, kontrol sosial dan pola asuh yang diberikan keluarga besar dapat mempengaruhi bagaimana perilaku anak pasca perceraian. Perilaku anak setelah mendapat perlakuan sosialisasi dan pola asuh dapat berakibat menjadi perilaku yang konformitas ataupun perilaku devian.. Kata kunci : perceraian, dampak perceraian, perilaku konformitas dan devian. ABSTRACT The phenomenon often happens the divorce in Surabaya from year to year has increased steadily. As for the presence of these young victims of divorce divorce daily is taken care of by the extended family (extended family) in the family of course there is a change in the functions of the family, one of the functions of the family i.e. dissemination and impact the behavior of the child victim of divorce. The divorce rate in Surabaya was ranked one se of East Java with the number of divorced divorce years 2016 there are 1580 cases for divorce divorce and 3358 divorced plaintiff so that the total number of cases accepted by the Court for divorce Religion as much as 4398. To analyse these problems then use Socialization, social control, looking glass theory. By using the theory can see roles and supported by how parenting that is applied by the family forming behaviour of post divorce. The function of family socialization was to educate the children started from the beginning to the growth of the child up to his personality is formed. Children born without social provision, so that children can participate it must be disosialisasi by her parents about the values that exist in the community. The results of this research are based on how the granting of socialization, social control and parenting are given a large family can influence how children's behavior of post divorce. Child's behavior after receiving treatment and parenting socialization may result into conformity or behavior behaviour devian.. Keywords: divorce, divorce, the impact behavior of conformity and devian. 2.

(4) sifat. PENDAHULUAN. organis. perkembangan,. Keluarga adalah suatu lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga. lingkungan. atau. paling. pranata. sosial. lainnya. kita.. Pengaruh. ini. merupakan. hal. kemasyarakatan. awal. dari. yang. semua. bentuk. berkembang. Dimasyarakat mana pun. kehidupan yang lebih tinggi, termasuk. di. merupakan. manusia dan pengaruh perkembangan. kebutuhan manusia yang universal dan. yang paling besar dalam kesadaran. menjadi pusat terpenting dari kegiatan. hidup. dalam kehidupan individu. Bentuk –. sumbernya.. bentuk. yakni. keluarga merupakan kelompok yang. keluarga inti dan keluarga besar.. terbatas ukurannya, yang dibatasi oleh. Keluaraga. kondisi-kondisi biologis yang tidak. dunia,. keluarga. keluarga. inti. ada. dua,. (nuclear. family). yang. mana. Ukuran. merupakan keluarga yang jumlah kecil. dapat. lebih. atau sedikit, kadangkala keluarga inti. identitasnya.. yang. tanpa. Posisi. juga disebut keluarga somah yaitu. merupakan. inti. terbatas. kehilangan. dalam. struktur. kesatuan sosial yang terdiri dari suami. keluarga merupakan inti dari organisasi. istri dan anak-anaknya. Sedangkan. sosial lainnya. Tanggung jawab para. keluarga besar (extended family) atau. anggota, keluarga memiliki tuntutan-. luas, keluarga yang jumlahnya banyak,. tuntutan. terdiri dari suami istri dan anak-. berkelanjutan. anaknya ditambah juga dengan nenek,. dilakukan. paman, bibi, kemenakan, dan saudara-. lainnya.. saudara lainnya.. kesementaraannya. yang. lebih. daripada oleh. Sifat. besar yang. dan biasa. asosiasi-asosiasi kekekalan. dan. keluarga. sebagai. institusi, keluarga merupakan sesuatu ciri. Keluarga mempunyai beberapa. yang. khusus. universal,. dan. merupakan. organisasi. keluarga. yakni. merupakan. kebersamaan bentuk. yang. demikian. permanen sebagai. dan. asosiasi. yang paling. paling universal diantara bentuk-bentuk. bersifat sementara dan yang paling. sosial lainnya. Dasar-dasar emosional,. mudah berubah dari seluruh organisasi-. hal ini didasarkan pada suatu kompleks. organisasi. dorongan yang sangat mendalam dari. masyarakat.. 3. penting. lainnya. dalam.

(5) Burgess. dan. mengemukakan. Locke. juga. terdapatnya. Karena. keluarga. dianggap. 4. sangat penting dan menjadi pusat. karakteristik keluarga yang terdapat. perhatian kehidupan individu, maka. pada semua keluarga dan juga untuk. dalam kenyataannya fungsi keluarga. membedakan keluarga dari kelompok-. pada semua masyarakat adalah sama.. kelompok. yakni. Secara rinci, beberapa fungsi dari. Keluarga adalah susunan orang-orang. keluarga adalah fungsi pengaturan. yang. keturunan,. sosial. disatukan. perkawinan,. lainnya. oleh. darah. ikatan-ikatan. fungsi. sosialisasi. atau. atau. adopsi.. keluarga. ditandai. produksi,. dengan hidup bersama di bawah satu. proteksi,. atap dan merupakan susunan satu. fungsi pemeliharaan, dan fungsi afeksi.. Anggota-anggota. rumah. tangga. bertempat. atau. tinggal,. jika. mereka. rumah. tangga. pendidikan, fungsi ekonomi atau unit fungsi fungsi. Fungsi. pelindung penentuan. keluarga. atau status,. menurut. BKKBN (Badan Kependudukan dan. tersebut menjadi rumah mereka. Dan. Keluarga. keluarga. kesatuan dari. beberapa fungsi yakni; keagamaan,. orang-orang yang berinteraksi dan. sosial budaya cinta kasih, melindungi,. berkomunikasi. menciptakan. reproduksi, sosialisasi dan pendidikan,. peranan-peranan sosial bagi si suami. ekonomi, pembinaan lingkungan dan. dan istri, ayah dan ibu, putra dan putri,. fungsi keluarga menurut United Nation. saudara. meliputi pengukuhan ikatan suami istri,. merupakan. perempuan.. yang. laki-laki Serta. dan. saudara. keluarga. adalah. prokreasi. Nasional). dan. hubungan. dari. seksual,. pemelihara suatu kebudayaan bersama,. sosialisasi. yang diperoleh pada hakekatnya dari. pemberian nama dan status, perawatan. kebudayaan umum, tetapi dalam suatu. dasar. masyarakat yang kompleks masing-. perlindungan. masing keluarga mempunyai ciri-ciri. rekreasi. yang berlainan dengan. pertukaran barang dan jasa. Sedangkan. keluarga yang. lainnya.1. dan. terdiri. anak. dan. (. pendidikan. dan. lanjut. anggota perawatan. anak,. usia),. keluarga, emosi,. fungsi keluarga menurut Mattesich & Hill terdiri dari pemeliharaan fisik,. 1. sosialisasi dan pendidikan, akuisisi. Ibid. 4.

(6) anggota. keluarga. baru. melalui. yang. dipilih. berdasarkan. kriteria. prokreasi atau adopsi, kontrol perilaku. tertentu, yaitu mengalami perceraian. sosial dan seksual, pemeliharaan moral. orangtua dan berusia remaja dan empat. keluarga dan motivasi untuk berperan. orang. di dalam dan di luar keluarga. akuisisi. penelitiain ini menunjukkan bahwa. anggota. melalui. perceraian tidak mengakhiri family. seksual. conflict.. keluarga. pembentukan. dewasa. pasangan. melepaskan anggota keluarga dewasa. Dinamika Wellbeing. pada. Mengalami. Perceraian. melihat. conflict,. Orangtua. dapat. berbeda tiap dimensinya satu sama lain. Sedangkan satu partisipan yang lain, family. ditinjau dari family conflict yang. conflict. yang. mengakibatkan. dialami. Penelitian ini juga diperjelas. ada. psychological. wellbeing yang rendah pada dirinya.. dengan pertanyaan apakah perceraian. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan. mengakhiri family conflict atau tidak. psychological. mengakhiri family conflict pada remaja. wellbeing. partisipan. antara lain, peer support, kebutuhan. akhirnya. akan cinta dan kematangan menuju. psychological. dewasa.. wellbeing remaja. Family conflict ini didasari oleh dua macam. partisipan. yang tinggi meskipun dengan ciri-ciri. yang mengalami perceraian orangtua. mempengaruhi. ketiga. family. mencapai psychological well being. dinamika. bagaimana. partisipan,. partisipan tetap mengalami. yang. psychological wellbeing pada remaja. dan. keempat. Hasil. orangtua partisipan bercerai. Meskipun. Ditinjau dari Family Conflict yang Dialami2.. Pada. others.. family conflict tetap ada meskipun. Psychological Remaja. significant. Faktor. bentuk. konflik yaitu marital conflict dan konflik orangtua remaja. Penelitian ini. Mencapai. Resiliensi. Setelah. Perceraian. mengetahui. melibatkan empat orang partisipan. Protektif. faktor. untuk. pada. Remaja. Orangtua3.. protektif. untuk. mencapai resiliensi pada remaja setelah. 2. Dinamika Psychological Wellbeing pada Remaja yang Mengalami Perceraian Orangtua Ditinjau dari Family Conflict yang Dialami. Kartika Ayu Primasti (2013). 3. Faktor Protektif untuk Mencapai Resiliensi pada Remaja Setelah Perceraian Orangtua. Nadia Refilia Dewi (2014). 5.

(7) perceraian orangtua. Fokus penelitian. hanya disebabkan oleh kesepian saja,. adalah bagaimana gambaran faktor. tetapi bisa dari variabel lain yang. protektif yang dapat membantu remaja. mempengaruhi,. mencapai. berinteraksi. kondisi. resilien. setelah. perceraian orangtua. Faktor protektif merupakan. faktor. meningkatkan. yang. dapat. probabilitas. anak. memiliki pembahasan yang mendekati dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kemiripan tersebut adalah. menurunkan perilaku maladaptif dan. mengkaji anak dari keluarga yang. perilaku negatif. Hasil penelitian ini. mengalami perceraian. Penelitian ini. menunjukkan bahwa setiap subjek. berbeda dengan penelitian terdahulu. dalam penelitian ini berhasil mencapai. karena. kondisi resilien dengan faktor protektif subjek. dalam. faktor. membentuk. protektif. lebih. perilaku. anak. pasca. perceraian. RUMUSAN MASALAH. subjek mencapai kondisi resilien. antara. ini. dan fungsi sosialisasi keluarga dalam. saling berinteraksi untuk membantu. Hubungan. penelitian. memfokuskan pada pengalihan peran. mencapai. kondisi resilien yang berbeda pula. Komponen. meningkatkan. Dari beberapa penelitian di atas,. dalam penyesuaian diri serta dapat. membantu. sehingga. saling. resiko munculnya ide bunuh diri.. mencapai resiliensi dan transisi positif. yang. bahkan. kesepian. Berdasarkan uraian yang telah. dengan ide bunuh diri pada remaja. dijelaskan dalam latar beakang, maka. dengan orang tua bercerai4, dimana. diketahui berbagai fenomena yang. tidak ada hubungan yang signifikan. terjadi dalam perceraian, perubahan. antara kesepian dengan ide bunuh diri. fungsi sosialisasi anak pasca perceraian. pada remaja dengan orangtua yang. orangtuanya. khususnya pada extended. bercerai. Remaja dengan orangtua yang. family. bercerai yang merasa kesepian belum. yang. intensitas. untuk. memberikan sosialisasi terhadap anak. tentu mempunyai ide untuk bunuh diri.. korban. munculnya ide bunuh diri juga bukan. perceraian. tersebut.. serta. bagaiamana perceraian bisa terjadi di. 4. dalam hubungan keluarga. sehingga. Hubungan antara kesepian dengan ide bunuh diri pada remaja dengan orang tua bercerai Lita Arfandia (2014).. mempengaruhi 6. perkembangan.

(8) kepribadian dan perilaku anak. Maka. mengalami. dari. dengan prilaku anak.. penjelasan. di. atas,. terdapat. beberapa fokus penelitian yang ingin. Secara akademis penelitian ini. 1. Bagaimana peran dan fungsi dalam. diharapkan. memberikan. bercerai ? 2. Bagaimana gambaran perilaku yang. khususnya. sosiologi. berhubungan. dengan. . bercerai ?. yang sosiologi. Peran. dan. fungsi. keluarga. dalam memberikan sosialisasi pada. TUJUAN PENELITIAN. anak. dalam. keluarga. Perilaku. anak. yang. mendapatkan. sosialisasi. bercerai . Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji :. b. Manfaat Praktis. memberikan. sosialisasi pada anak dalam. Bagi. keluarga bercerai anak. dari. keluarga pasca bercerai. 1. Peran dan fungsi keluarga. 2. Perilaku. memberikan. keluarga. Untuk mengetahui;. mendapatkan. sosialisasi dari keluarga pasca. dalam. dapat. sumbangan pada ilmu pengetahuan. sosialisasi pada anak keluarga. anak. berkaitan. a. Manfaat Akademis. dijawab dalam penelitian ini, yaitu :. keluarga. perceraian. masyarkat. umum. penelitian ini diharapkan dapat yang. memberikan solusi bagi keluarga. mendapatkan sosialisasi dari. dan. keluarga pasca bercerai. informasi. menambah. fenomena. MANFAAT PENELITIAN. untuk yang. pengetahuan, mengetahui sudah. terlalu. banyak kejadian yang telah dialami Manfaat. yang dapat diambil dari. keluarga. penelitian penulis yaitu membantu memecahkan dihadapi. permasalahan. oleh. keluarga. perceraian.. yang yang. 7. yang. mengalami.

(9) Pengertian sosialisasi sendiri. KAJIAN TEORITIK. menurut Berger adalah “ a process by. Sosialisasi. wich a chid learns to be a participant Proses. yang. member of society” – proses melalui. tahu. mana seorang anak belajar menjadi. bagaimana ia mesti bertingkah laku di. seorang anggota yang berpartisipasi. tengah-tengah. dalam. membuat. sosialisasilah. seseorang. menjadi. masyarakat. lingkungan. budayanya.. dan. masyarakat.. Sosialisasi. ini. Proses. mempelajari peranan-peranan sehingga. sosialisasi membawa seseorang dari. teori sosialisasi yang dikemukakakan. keadaan tak atau belum tersosialisir. oleh. menjadi manusia masyarakat beradab.. merupakan teori mengenai peranan (. Melalui sosialisasi, seseorang secara. role theory ). Yang termasuk dalam. berangsur-angsur. mengenal. teori ini adalah teori cermin diri. persyaratan-persyaratan dan tuntutan-. (looking glass theory) dari Charles H.. tuntutan. Cooley. Menurut Peter L. Berger yang. hidup. di. lingkungan. budayanya.. sejumlah. tokoh. sosiologi. dimaksud pengendalian sosial adalah. Menurut. Vander. Zande. berbagai. cara. yang. digunakan. sosialisasi adalah proses interaksi sosial. masyarakat untuk menertibkan anggota. melalui mana kita mengenal cara-cara. yang membangkang. Sementara itu,. berpikir, berperasaan dan berperilaku. menurut Roucek pengendalian adalah. sehingga dapat berperan serta secara. suatu istilah kolektif yang mengacu. efektif dalam masyarakat, dan menurut. pada proses terencana atau tidak untuk. David A. Goslin, sosialisasi adalah. mengajar. proses belajar yang dialami seseorang. menyesuaikan diri dengan kebiasaan. untuk. dan nilai kelompok tempat mereka. memperoleh. pengetahuan. individu. agar. dapat. keterampilan, nilai-nilai dan norma-. tinggal.. norma agar ia dapat berpartisipasi. Soekanto yang dimaksud pengendalian. sebagai. sosial adalah suatu proses baik yang. anggota. masyarakatnya. dalam. kelompok. 5. Dan. menurut. Soerjono. direncanakan atau tidak direncanakan, yang. 5. Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta, 1993.. bertujuan. untuk. mengajak,. membimbing atau bahkan memaksa. 8.

(10) warga masyarakat agar mematuhi nilai-. macrosociological. nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku.. microsociological studies.. Salah. Pola Asuh. satu. faktor. yang. studies. maupun. mempertimbangkan alasan mengapa Setiap. warga perlu dikontrol atau diberi. keluarga. memiliki. rambu-rambu di dalam berperilaku. anggota serta peranan masing-masing,. sehari-hari. beberapa. ada. kaitannya. dengan. peranan. mengarahkan,. efektivitas tindakan proses sosialisasi.. orangtua. menjaga,. yakni. merawat,. memberi tau mana yang baik dan mana Teori. kontrol. social. lebih. yang buruk, serta diharapkan bisa. memfokuskan diri pada teknik-teknik dan strategi-strategi yang mengatur tingkah laku manusia dan membawanya kepada. mendidik. anak. mandiri.. Setiap. agar. dapat. kelurga. hidup. memiliki. penyesuaian atau ketaatan kepada aturan-. perbedaan anggota, perbedaan tradisi. aturan. akan. dan lain sebagainya. Salah satu hal. mengikuti hukum sebagai respon atas. yang selalu terdapat perbedaan didalam. kekuatan-kekuatan. tertentu. tiap keluarga yakni bagaimana pola. dalam kehidupan seseorang. Seseorang. asuh yang orangtua terapkan terhadap. menjadi kriminal ketika kekuatan-kekuatan. anak mereka, berikut adalah jenis-jenis. masyarakat.. Seseorang. pengontrol. yang mengontrol tersebut lemah atau. pola asuh orang tua;. hilang. Konsep kontrol sosial lahir pada.  Pola Asuh Otoriter. peralihan abad dua puluh dalam satu volume buku dari E.A. Ross, salah seorang Bapak Sosiologi Amerika. Menurut Ross,. Orangtua dengan pola asuh. sistem keyakinanlah (dibanding hukum-. otoriter cenderung menetapkan standar. hukum tertentu) yang membimbing apa. yang mutlak harus di turuti, biasanya. yang dilakukan orang-orang dan yang. bersamaan dengan ancaman-ancaman.. secara universal mengontrol tingkah laku,. Misalnya, kalau tidak mau makan maka. tidak peduli apa pun bentuk keyakinan. tidak akan di ajak bicara.. orangtua tipe. yang dipilih. Sejak saat itulah, konsep ini. ini. diambil dalam arti yang semakin meluas.. memerintah,. Kontrol sosial dapat dikaji dari dua perspektif. yaitu. juga. cenderung menghukum.. memaksa, Apabila. anak tidak mau melakukan apa yang di. perspektif. katakana orangtuanya, maka orangtua 9.

(11) tipe ini tidak segan menghukum anak.. dengan pola asuh ini bersikap rasional,. Orangtua tipe ini juga tidak mengenal. selalu mendasari tindakannya pada. kompromi. rasio. dan. dalam. komunikasi. atau. pemikiran-pemikiran.. biasanya bersifat satu arah. Orangtua. Orangtua tipe ini juga bersikap realistis. tipe ini tidak memerlukan umpan balik. terhadap. dari anaknya untuk mengerti mengenai. berharap. anaknya.. melampaui kemampuan anak. Orangtua tipe.  Pola Asuh Permissif.. permisif. lebih. longgar,. kesempatan. pada. ini. juga. tidak. berlebihan. yang. selalu. memberikan. dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat. melakukan. hangat.. pemanjaan yang biasa di berikan yang sangat. yang. anak,. kebebasan kepada anak untuk memilih. Orangta yang menerapkan pola asuh. kemampuan. memberikan anaknya. . Pola Asuh Penelantar.. untuk. melakukan sesuatu tanpa pengawasan. Orangtua tipe penelantar ini. yang cukup darinya. Mereka cenderung. pada umumnya memberikan waktu dan. tidak menegur atau memperingatkan. biaya yang sangat minim pada anak-. anak. anaknya. Waktu mereka banyak di. apabila. anak. sedang. dalam. bahaya, dan sangat sedikit bimbingan. gunakan. yang di berikan oleh mereka. Namun. untuk. orangtua tipe ini biasanya bersifat. Seperti bekerja, dan juga kadangkala. hangat, sehingga seringkali di sukai. biayapun di hemat-hemat untuk anak. oleh anak.. mereka. Termasuk dalam tipe ini. keperluan. pribadi. mereka.. adalah perilaku penelantar secara fisik  Pola Asuh Demokratis. Pola. asuh. orangtua. dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak. yang. mampu. menerapkan pola asuh demokratis yang memprioritaskan. kepentingan. akan. tidak. ragu-ragu. mereka.. Orangtua. tetapi. mengendalikan. memberikanperhatian. maupun psikis pada anak-anaknya.. anak,. 10. fisik.

(12) tinggal bersama orangtua kandung. PEMBAHASAN. data. Dari. penjelasan. dari. informan. berdasarkan maka. sebelum perceraian terjadi. Yang mana. dapat. pola asuh otoriter ditandai dengan. diketahui bahwa adanya perubahan. adanya ancaman-ancaman, komunikasi. peran orangtua pasca perceraian akan. satu arah, dan orangtua tidak segan. membuat anak beradaptasi muali awal. memberi sanksi pada anak dengan cara. dengan interaksi antara anak dan. memberikan hukuman fisik.. orangtua,. pola. asuh,. pemberian. sosialisasi. dan. berdampak. “ariek dari kecil sudah dikerasi sama bapaknya mbak, jadi yawes kalau ariek aneh-aneh bude ini ya gak mau marah yaa cuma tanya, kayak lapo tanganmu mulus-mulus mbok tatto le, wes gitu tok mbak, arek e yo njawab ambek drengesan.selagi gak njarak anak euwong terus gak tukaran yo gapopo mbak.” (informan N). pada. bagaimana perilaku anak. Interaksi Pasca Perceraian Interaksi. setelah. dibahas. disini. perceraian ialah. yang. bagaimana. interaksi anak dengan orangtua, antar orangtua, dan iteraksi antar anak dalam keluarga yang mengalami perceraian.. Dari cuplikan narasi di atas. “aku sama bapak dari dulu jarang ngobrol mbak, pas sebelum bapak cerai ambek pas bapak cerai. Paling ya aku disuruh-suruh antar arak, gitugitu aja mbak, ngomongin arakarak tok. Bapak emang gak pernah perhatian sama aku mbak, yo diumbar ngono lo mbak apelapo, tapi nek aku gak gelem antar arak yo mesti diancem gak dikasih uang jajan, tau dijiwit, malah tau sampe ditampar barang mbak.” (informan AR). menunjukan. bahwa,. adanya. adanya. pola. pengasuhan permisif saat AR tinggal dengan bibi N. Yang mana pola asuh permisif. ditandai. dengan. adanya. kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Perubahan pola pengasuhan yang dialami AR yakni dari pola pengasuhan otoriter saat tinggal. bersama. orangtua. sebelum. percerian terjadi, dan saaat AR tinggal. Dari cuplikan narasi di atas menunjukan. bahwa,. bersama bibi N pola asuh yang. pola. diterapkan adalah pola asuh permisif.. pengasuhan otoriter saat AR masih. 11.

(13) Pada antaranak. keluarga (P. dengan. L,. relasi. diri seseorang berkembang melalui. L). dapat. interaksi sosialnya dengan orang lain.. digambarkan dalam wawancara berikut. Pasca. ”baik, mas perhatian kok sama aku. Waktu masih kecil aku inget mas sering gendonggendong dan ndulang maem aku, sampe sekarangpun mas masih perhatian sama aku”. bercerai intensitas interaksinya jarang bertemu, hal tersebut di sampaikan oleh subyek informan AR yang menjelaskan komunikasi terjadi bersifat satu arah, kurangnya. dengan interaksi yang terjalin antara. dan. bahwa interaksi yang dibangun oleh. pada. anak dan orangtua kurang terjalin. orangtua yang mengasuhnya. Sebelum. dengan baik sehingga pola asuh lebih. bercerai kepribadian mereka bertumpu pada. kedua. orangtuanya. cenderung pola asuh otoriter. Tetapi. karena. dalam hal pendidikan salah satu subyek. keluarga masih dalam keadaan utuh.. informan. Ketika keluarga suda bercerai maka. segi. kepribadian dari orang yang mengasuh.. pendidikan,. merupakan. Ketika anak hidup dalam keluarga. dan. symbol. pengasuhan. normal (sebelum bercerai), maka anak. dan. L. orangtua. bahwa. keluarga. luas. dalam atau. extended family juga terdapat pola. percaya diri dalam bergaul dengan. asuh. lingkungan fisik dan sosialnya karena. demokratis. karena. tidak. emmeberikan kebebasan secara penuh. anak ini merasa status anatara mereka. tetapi. dengan teman-temanya sama. Hal ini cermin. P. anak yang bersifat hangat, hal tersebut. kepribadian dari saudara kandungnya.. teori. inisial. pengganti memiliki pendekatan pada. Bahkan juga akan dipengaruhi oleh. dengan. ber. menjelaskan adanya penekanan dalam. masing-masing anak akan mencontoh. sesuai. untuk. secara fisik. Hal terseut menunjukan. yang. meniru. bertemu. adanya hukuman atau pemberian sanksi. menerima transfer kepribadian atau. mengidentifikasi. waktu. menghabiskan waktu bersama, dan. anggota keluarga seperti di atas, anak. kepribadian. interaksi. anatara orang tua dan anak pasca. Dari data penelitian diatas,. menunjukan. perceraian. masih. terdapat. dalam segi pendidikan.. diri. (looking glass theory) dimana konsep. 12. pengawasan.

(14) Dalam keluarga mengalami. yang telah. percerian. lebih. 1. Berdasarkan. pada. yang. telah. menerapkan pola asuh demokratis yang. interpretasi. mana hal tersebut di nyatakan oleh. kandung. informan. sosialisasi. dalam. H,P,L,SI,MY. hal. ini. memprioritaskan akan. tetapi. Diamana. hasil. penelitian. dilakukan Peran. untuk. dan. orangtua. memberikan. ataupun. fungsi. orangtua. tetap. keluarga yang lain mengalami. kepentingan. anak,. perubahan. masih. saat. mengalami. memberikan. perceraian dan peran tersebut. kebebasan anak untuk memilih sesuatu.. digantikan oleh keluarga luas. Orangtua dengan pola asuh ini bersikap. atau extended family.. rasional, selalu mendasari tindakan. 2. Setelah. menjalani. proses. bersama. keluarga. pada rasio atau pemikiran-pemikiran.. sosialisasi. Orangtua tipe ini juga bersikap relistis. luas atau extended family yang. terhadap. kemampuan. anak,. tidak. mengasuh, anak menemukan. berlebihan. yang. ritme kehidupannya kembali.. melampaui kemampuan anak. Orangtua. Anak mulai belajar lagi untuk. tipe ini juga memberikan kebebasan. bersosialisasi dengan anggota. kepada. dan. keluarganya yang baru dimana. dan. dalam. berharap. yang. anak. melakukan. untuk suatu. memilih tindakan,. keluarga. baru. hilang. figur. pendekatannya kepada anak bersifat. tersebut. hangat. Hal ini menunjukan bahwa. orangtua kadung. Anak-anak ini. adanya. mulai berani membuka diri. bentuk. pemilihan. keseakatan. dalam. segi. ketika. pendidikan.. untuk. telah. yang. bergaul. dengan. Walaupun sekarang secara aturan tidak. lingkungan fisik dan sosialnya. terlihat, tetapi hal tersebut terlihat. lagi karena mulai memahami. ketika. bahwa statusnya sebagi anak. pemilihan. dalam. segi. pendidikan.. dari. keluarga. yang. telah. mengalami perceraian tidak di permasalahkan oleh lingkungan KESIMPULAN. fisik dan sosialnya.. 13.

(15) 3. Dalam. pola. asuh. keluarga. a. Perilaku. konvormitas. bercerai yang menerapkan pola. ditunjukan. asuh demokrasi yang mana. mengikuti. memberikan. menyelesaikan. kebebasan. seperti. agama,. pendidikan. dengan. adanya. menghasbiskan. hal. rutin. kajian. terhadap anak namun tetap pengawasan,. yang. prestasi. baik,. waktuluang. tersebut terlihat dari proses. dengan. pemilihan. yang. berfaedah,. tanpa. mematuhi aturan yang dibuat. disadari bahwa itu merupakan. oleh orangtua pengasuh atau. kontrol dari orangtua terhadap. orangtua. pengganti. yang. anak. Anak dengan pola asuh. mengasuh. selama. pasca. demokrasi cenderung bersikap. perceraian.. Dan. konvormitas.. kedekatan atau hubungan yang. masih. pendidikan disarankan,. kegiatan. yang. dan. selalu. memiliki. 4. Selain pola asuh demokratis. baik dengan pengasuh atau. terdapat pula pola asuh otoriter,. orangtua pengganti dan antar. permisif, penelantar. Anak yang. anggota keluarga lainnya.. mendapatkan polah asuh selain demokrasi. ini. akan. b.. lebih. Perilaku. devan. atau. menyimpang pada anak pasca. cenderung memiliki perilaku. perceraian. devian dan memiliki hubungan. minuman keras, menggunakan. kurang dekat atau bahkan tidak. tatto, Menyukai sesama jenis,. adanya. merokok, enggan melanjutkan. orangtua orangtua. kedekatan. dengan. kandung. maupun. pengasuh. pendidikan. atau. telinga.. orangtua pengganti.. menimbulkan. dampak. berupa. SMA,. tindik. Perilaku-perilaku. menyimpang. 5. Perubahan fungsi keluarga di atas. seperti minum-. diklasifikasikan. tersebut ke. dalam. beberapa. tindakan yang antisosial atau. perilaku. asosial yang mana tindakan. konvormitas dan devian.. tersebut melawan kebiasaan. 14.

(16) masyarakat atau kepentingan. penelitian. Selain itu di harapkan. umum.. penelitian. lainnya. dapat. melihat. masalah dengan tidak satu sisi, namun. SARAN Setelah. memperoleh. dapat dilihat dari berbagai sisi.. hasil. penelitian, maka ada beberapa saran. DAFTAR PUSTAKA. atau. Andreas. masukan. yang. diberikan. peneliti untuk berbagai pihak yakni: Para. orangtua. Soeroso,. Sosiologi. Yudhistira, 2008, Yogyakarta. yang. https://news.okezone.com/read/2015/08. mengalami perceraian diharapkan. /20/519/1199755/angka-perceraian-. dapat. dijawa-timur-capai-100-ribu-kasus. memberikan. 1,. informasi. mengenai kondisi keluarga yang sebenarnya mengerti. agar dan. anak bisa. http://www.aktual.com/angka-. dapat. perceraian-di-jatim-terus-meningkat-. menjalin. surabayanomor-satu/. komunikasi dengan baik kepada orang. tuanya.. pemberian. Ihromi, 1999. Bunga Rampai Sosiologi. sosialisasi, kontrol perilaku anak,. Keluarga. Yayasan Obor Indonesia.. pola asuh yang sesuai dengan. Jakarta. karakter anak perlunya kontrol. Joan B. Kelly, 1993. Current Research. sehingga. On Children’s Postdivorce Adjustment-. dapat. meminimalisir. adanya sikap-sikap negatif. Setelah. memperoleh. No Simple Answer. Oxford Unvirsity.. hasil. Kamanto Sunarto, 1993. Pengantar. penelitian, maka ada beberapa saran. Sosiologi,. atau masukan yang diberikan peneliti. Fakultas. Universitas. untuk berbagai pihak yakni:. Ekonomi. Indonesia, Jakarta. Khairuddin, 2008. Sosiologi Keluarga. Dengan adanya hasil penelitian,. Liberty. Yogyakarta. peneliti menyarankan pada peneliti Matthijs. lainnya yang ingin mengkaji topik yang. Kalmijn,. 2014.. Children. divorce and parent and child contact.. sama agar mengkombinasikan dengan. Oxford Unvirsity.. teori lain yang tidak digunakan dalam. 15.

(17) Meinou. H.C.. Theunissen,. 2017.. Emotional and behavioural problems in young. children with divorced. parents. Oxford Unvirsity. Narwoko, J.Dwi dan Suyanti, Bagong, 2004. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan.Prenada Media. Jakarta Paul B Horton, 1984. Sosiologi jilid 1, Erlangga, Jakarta Ritzer, G dan Goodman Douglas J. 2005.. Teori. Terjemahan. Sosiologi Alimandan.. Modern. Jakarta:. Prenada Media. Sanapiah S Faisal, Sosiologi,Pt Bina Ilmu, 1980. Surabaya. Surabayanews.co.id Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi,Jakarta:. Raja. Grafindo. Persada, 2013. 16.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Laporan metabolit sekunder dari spesies ini sejauh ini lebih banyak mengenai kandungan minyak atsirinya (Shibuya, et al ., 1999), sedangkan kandungan non-atsirinya

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat (1) bagi anak dengan menampilkan model dirinya akan melakukan pengamatan dan memahami melalui otaknya bagaimana

A GreenSeekerrel folytatott mérés eredményei alap ján megállapítható, hogy az eszköz gyorsan és pon tosan megismerhetjük a talajfelszínen elhelyezkedő

Dalam rangka penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 308 tahun 2005,

Pada observasi pada hari sabtu, tanggal 11 April 2016, dan pada hari senin, 13 April 2016, pukul:11.20-11.55 WIB, kegiatan Azizun Niswah, S.Ag dalam proses pembelajaran mata

Masalah yang terdapat pada siswa kelas IV MI Miftahul Huda Soga Desa Tenajar Kidul Kecamatan Kertasemaya Kabupaten Indramayu adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata

Desa atau Kelurahan yang memiliki luas lahan pasca tambang timah yang masih terbuka terluas di Kecamatan Toboali adalah Desa Gadung dengan luas 1,605.0 ha, Kecamatan Air

Hasil uji statistik dari ketiga variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor pengetahuan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual