PEMBELAJARAN
TEMATIK-INTEGRATIF:
Pendidikan
Agama
Islam
dengan
Sains
PEMBELAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF: Pendidikan Agama Islam dengan Sains
@ Dr. Sunhaji, M.Ag Penulis : Dr. Sunhaii,
M.Ag
Editor: Arif Hidayat Layouter :Dimas Indiana Senja Cover: Akhmad Rasyidin Diterbitkan Oleh: PUSTAKA SENJA pustakasenja@yahoo.com Yogyakarta, Indonesia (085747060425) Cetakan 2, Februari 20L6
Pengontor
Edilor
'' ,,Pendidikan
terus
mengalami pembaharuan dengan segenap kompetensidan indikator
yang adadi
dalamnya. Upaya menumbuhkanminat belajar dan
pencapaian hasilbelajar menjadi obsesi utama
di
kalangan pendidikan yangterus
digiatkan. Tolakukur
itu
semua mengacu pada ujian naSional yangdiliputi
wacanapro
dan kontradari
berbagai kalangan. Pembaharuandi
dunia
pendidikan bermula dari berbagai temuandi
lapangan [baca: dalam proses belajar mengajar), yang kemudian dirumuskan dalam kurikulum dandisesuaikan
dengan
perkembangandari
grand
narasi pendidikan sukses masakini.
Seolah-olah, ada usaha untukmeniru
sistem pendidikandi
negara antah barantah yangberhasil, kemudian diterapkan
pada
kalangan
sistempembelajara di seluruh Indonesia.
Indonesia sendiri terbentang dalam jarak geografis yang cukup luas, belum lagi perbedaan-perbedaan yang muncul di
dalamnya,
baik
dari
suku,
agama,ras,
maupun
tingkat intelektualitas. Dalam keberagaman yang semacam itu, suatu model pembelajaran ataupun suatu strategi pembelajaran biladiterapkan
di
sekolah adakalanya berhasildan
adakalanyatidak
berhasil.Selain keberagamantersebuf ada
elemen-lvPerpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KdT)
MBETAJARAN TEMATIK-INTEGRATIF
:ndidikan Agama Islam dengan Sains
r. Sunhaji, M. Ag.;Editor Arif Hidayat
et-2, Yogyakarta, Pustaka Senja, Februari 2016;
x t 150; l4x 2l cm
l. Pendidikan
I.Juduleleman yang
tak
muncul dalam kasat mata ternyata telahmempengaruhi kegagalan
atau
kesuksesandalam
belajar. Usaha menumbuhkanminat
belajar
dan
pencapaian hasilbelajar
di
Indonesiaitu
sendiri sebenarnya dapat dilakukan dengan model dan strategi apapun, yang bisa diterima dan mampu mengembangkan pengetahuan dan wawasan pesertadidik.
Yang terpenting adalah manakalaterjadi
komunikasi yang baik antara guru dan peserta didik serta ada perubahan yang lebih baik pada tingkat pengetahuan dan wawasan dari pesertadidik,
maka proses pembelajaranitu
mecapai hasil yang baik pula, yang kemudiandiukur
dengan standardisasi tertentu.Pembelajaran memang harus selalu dipenuhi dengan inovasi sesuai dengan kebutuhan zaman yang selalu berubah-ubah, walaupun kita juga tidak boleh terjebak oleh zaman itu
sendiri.
Globalisasi
dan
perkembanganteknologi
telahmenggeser
sederet
tatanan
di
dunia
pendidikan
untukmenemuka kebaruan bagi guru dalam mengajar, baik dari sisi metode, model, maupun strateginya. Belum lagi modernisasi
yang
kian
merambahdan
merubahpola
pikir
masyarakat membuat guru harus senantiasa lebih kreatif. Dalam konteksini,
tidak
ada
pengecualianbagi
mata
pelajaran apapun, termasuk dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang juga dituntut untuk menampilkan sisi kreatif dan inovatif.Praktik
dari
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah menengah seringkali hanya bertumpu pada moralfataupun akhlak), cara menjalankan
ritual
keagamaan, dan doa-doa penting dalam kehidupan sehari-hari. Halini
kadang membuat peserta didik merasa bosan,dan merasa telah pandai karena pengetahuan semacamitu
telah"didapat semasa kecilataupun
telah
ia
ketahui
dari
buku-bulqusaku
di
emper pertokoan. Metode klasik dan materi yang tak berubah itulah, yang membuat pendidikan terkesan monoton. Maka itu, benarbahwa kreasi
dan
invoasi dalam
pembalajaran harussenantiasa ditumbuhkan, dikembangkan, dan diciptakan. Satu
hal
yangperlu
untuk
disadarioleh
kita
semua bahwa dalam proses pembelajaran, kadangterjadi
dikotomi sehingga ada jarak yang jauh pada setiap mata pelajaran disekolah. Dikotomi
itu
harus dihilangkan dengan keterkaitanyang
melingkupinya.Bila
pembelajarandilakukan
secaradikotomih
maka pengetahuan menjadi terpisah-pisah danyang tumbuh hanya pada tingkat hafalan dengan pemahaman dan aplikasi pada kehidupan sehari-hari lemah. Hakikat ilmu pengetahuan
itu
sendiri sesungguhnya saling berkait antarayang
satu
denganlainnya, maka
kita
harus
jeli
melihat kesalingterkaitan pada setiap ilmu pengetahuan agar tercipta kreasi dan inovasi.Buku
ini
mengajakkita
semuauntuk
bisa cerdas danbermoral.
Buku
ini
mengungkap
tentang
mekanismepembelajaran integratif antara Pendidikan Agama Islam dan Sains. Dua yang dalam sudut pandang kita semua seolah-olah
bisa
diterobos. Konsep
semacamini
sebenarnya lebihterinspirasi
oleh
beberapailmuan-ilmuan ternama
yangternyata
ide
mereka berasaldari
al-Qur'andan
al-Hadis. Banyak peminik-pemikiran non-Muslim yang belajar pada duakitab
tersebut, kemudian mendapatkanide
cemerlang, yang temuannya dapat berguna bagiumat
manusia.Kita
pantasuntuk peka
terhadap
fenomena semacamitu.
Buku
ini
mengarhhkan pada
kita
semuauntuk
mengajarkan agamadengan
lentur
mengacupada
perkembangan zaman. Kita diarahkan untuk mengajarkan agama Islam kepada khalayakdengan
temuan-temuanmenarik
di
dunia
sains,
yang sesungguhnya telah ada pada al-Qur'an dan al-Hadis.Buku
ini
sangat tepat dibaca dan menjadi acuan bagiguru
Pendidikan Agama Islam, dan juga guru secara umumuntuk bisa meniru strategi pembelajaran yang terkandung di dalamnya, kemudian diaplikasikan dalam mata pelajaran lain. Selain itu, para dosen juga pantas untuk
turut
membaca buku ini sebagai referensi penting dalam mengejar secara kompleks. Bahkan, masyarakat secara umum, hendaknya memiliki bukuini
agarlebih
peka dalam melihat kesalingterkaitan antara perkembangan zaman dengan agama. Melalui pengantar yang sangat singkatini,
kami
ucapkan selamat membaca dengan penuh perhatian.Pengontor
Penulis
Pendidikan menjadi bagian penting dalam transformasi
sosial
untuk
mengubahwatak dan pola
pikir
masyarakat.Dapat
dipastikan
bahwa setiap orang dalam
hidupnyamenempuh pembelajaran,
baik
langsung maupun
tidaklangsung. Dalam sistem sosial, kemajuan suatu peradaban dapat ditandai dengan pola
pikir
dari suatu masyarakat dalamtata
cara
menjalin
komunikasi,bekerja, maupun
dalam infrastruktur. Elemen sosial semacam ltu menjadi berkembang sangat cepat dengan penemuan pengetahuan baru di kalangan masyarakat sehingga laju peradaban sendiri menjadi kian tak terbendung.Dalam tatanan zaman dan kebudayaa selalu dipenuhi dengan perubahan, inovasi,
dan
kebaruan dalam tuntutanterhadap setiap
manusia.
Kita
tidak bisa
sepenuhnyamenerapkan strategi pembelajaran yang telah dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Maka
itu,
yang haruskita
lakukan membacarealitas sosial
denganpeka
untuk
menemukan strategi pembelajaran yang tepat. Caraini
bukan berarti kita sepenuhnya harus menggeser cara belajar dengan sepenuhnya menggunakan teknologi. Perlu untuk diketahui bahwa dalam vlllEditor
perubahan dan masa
tertentu
ada sisibaik
dan sisi buruk. Adapun yang harus dilakukan adalah dengan cara menyaring,memilah,
dan
menimbang
strategi
terbaik
dalam mentransformasikan pengetahuan kepada setiap individu.Buku
ini
mengajakkita
semuauntuk
menggunakanstrategi
pembelajaranintegratif
antara. kandungan dalam Pendidikan Agama Islam dan Sains. Selamaini,
seolah ada juaran$ pemisah yang begitu jauh antara Pendidikan AgamaIslam dan Sains. Imbasnya, yang
terlalu
percaya pada Sainshidup
dalam lingkaran logika-teknologis,dan
yang terlalupercaya
pada
agama
hidup
dalam
kebertuhanan tanpamemandang
kekuatan manusia sebagai
bagian
daripengetahuan. Padahal,
bila
duahal
itu
dipertemukan, maka perubahan dan perkembangan zamanakan berada dalam jalur religiusitas. Kita tidak lagi hidup dalam berhala teknologi, juga tidak hidup dalam zona arkaik.Kehadiran buku
ini
sejalan dengan arahan pemerintahmengenai
pendidikan
karakter yang
ditanamkan kepada pesertadidik
di
sekolah menengah. Intelektualitas pesertadidik bila tidak
disisipinilai
religiusitas, akan masuk dalamgelamor modernisasi dan euforia dalam kehidupan
sehari-hari.
Upaya
pemberdayaan
peserta
didik
dengan intelektualitas memang harus diimbangi dengan nilai etika dan agama agar mereka memiliki moral dan akhlak yang terpuji. Benarlah bahwa upaya pendidikan dalam kegiatan yang secarasadar
mengubahpeserta
didik
tidak
hanya
dari
sisiinteletualitasnya, tetapi juga karakternya.
Dalam arus modernisasi dan glqbalisasi seperti masa ini,
tidak
dapat dipungkiri bahwa
kita
"iuga
membutuhkan teknologi sebagai bagian pentinguntuk
nlgmudahkan akses, jugakita
tetap membutuhkannilai-nilai
keberagamaan agarhati
nurani
dansisi
kemanusiaan berada dalamjalur
yangbenar. Menghadapi persoalan yang seperti
ini,
penulis rasabahwa
kita
perlu
mensinergikan pembelajaran
dalamPendidikan Agama Islam dengan Sains. Pada sisi ini, para guru dapat mengembangkan sayap pengetahuan pada agama dan sains secara kompleks agar pemahaman dan wawasan lebih lentur dalam mengajar.
Purwokerto,
fanuari 2016Doftor
lsi
Pengonlor
Edito r- v Penqonlor Penulis-
ix Doflor lsi-xii 1 Pengonlor -1 2 Hokikot Pembelojoron -25A.
Pembelajaran -25B.
Mengajar -29C.
Implikasi Paradigma Baru dalam Praktek Pembelajaran -35D.
Komponen-komponen Pembelajaran-391.
Tujuan Pembelajaran -402.
Peserta Didik -413.
Pendidik dan Tenaga Kependidikan -424.
Kurikulum -455.
Strategi Pembelajaran -476.
Media Pembelajaran -497.
Evaluasi Pembelajaran -50E.
Faktor-faktoryang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran-54F.
Tolak Ukur Keberhasilan Pembelajaran -56 xii3. Slrotegi, Pendekolon,
Melode
don Model Pembelojoron-59
4. Model Pembelojoron
Iemolik-lnlegrolif
-75A.
Pembelajaran Tematik-75
".i
B.
Model Pembelajaran Integratif-82
:;L.
Model-model Pembelajaran Integratif /Terpadu- 872.
Karakteristik Pembelajaran Integratif- 923.
Prinsip Dasar Pembelajaran Terpadu-954.
Pentingnya Pembelajaran Terpadu -985.
Langkah-langkah [Sintaks) Pembelajaran Integratif/ Terpadu -1006.
Evaluasi Pembelajaran Integratif/Terpadu- 104 5. lntegrosi PAI dengon Soins di Sekoloh-
107A,
Pendidikan Agama Islam -107B.
Mata Pelajaran PAI di Sekolah -125C.
Sains -132D.
Mata Pelajaran Sains di SMA -136E.
Pembelajaran Tematik Integratif PAI dengan Sains dan Sintaksnya -L396.
Aplikosi Model
Pembelojoron Temotik- tnlegrolif pAtdengon Soins di SMA- 149
A.
Tahap Pendahuluan -1_49L.
Permasalahan Kebutuhan Guru dan Peserta didik-1502.
Permasalahan Perencanaan Pembelajaran pAI yang EfektiF 1523.
Model yang Dikembangkan- 154B.
Pengembangan Produk-158C.
Pengujian Keefektifan Model -1607.
Temuon Mengenoi Pembelojoron PAI di Sekoloh -164A.
Pembelajaran PAI -1641.
Pengembangan Model -171?.
Pengujian Terbatas-t72
3.
Pengujian Luas-1744.
Pengujian Keefektifan Model -174B.
Pengembangan Lebih Lanjut-176B. Pedomon Pembelojoron Temotik-lntegrolif PAI dengon
Soins -180
A.
Konsep Pembelajaran Tematik Integratif -183B,
Prinsip Dasar Pembelajaran Temati Integratif-
185C.
Model Pembelajaran Tematik Integratif Jaring Laba-laba (Webbed Model) -186D.
Sintak Pembelajaran Tematik Integratif -1BB 9. PAI don Soins -194A.
Pendidikan Agama Islam- 194B.
Sains- 196C. Perlunya Integrasi PAI dengan Sains -L98
D. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik Integratif PAI
dengan Sains-201
1.
Perencanaan -2012.
Skenario Pembelajaran-21-.23.
Media /Sumber Belajar -2174.
Evaluasi Pembelajaran-218 10.Cololon
Singkot -223Doffor Pusloko-227 Biodolo Penulis -239
1 ",i
;
Pengonlqr
Kita
sekarang mengalami"krisis
moral" yang banyak diperbincangkandi
media massa, televisi, maupun internet.Krisis moral
itu
disinyalir berakar
dari
lemahnya duniapendidikan dalam usahanya
untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada para pelajar sebagai generasi penerus bangsa.Maka
itu,
tertujulah
perhatiank
kita
pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pesertadidih
khususnya bagi peserta didikyang menganut agama Islam
di
samping mata pelajaran lain,seperti Pendidikan Kewarganegaraan
dan
Pendidikan BudiPekerti.
Hal
tersebut sejalan
dengan
Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 Bab I ketentuan umum pasal 1 sebagaimana dijelaskan bahwa:"Pendidikan adalah usaha sadar
dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendaliandiri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyaraka! bangsa dan Negara". Pada bab V pasal
12
Undang-undang Sisdiknas Nomor20 Tahun 2003 ditegaskan pula
bahwa
setiap peserta didikpada
setiap
satuan pendidikan
berhak
mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama'yang dianutnya dandiajarlan
sesuai oleh pendidik yang seagama. Dalam tulisanini,
selanjutnyayang
dimaksud denganPAI
adalah matapelajaran
yang
diperuntukan
untuk
peserta
didik
yang beragama Islam. Acuanini
menjadi sangat nyata dalam usaha negara menjaga keimanan dan moraldari
generasi penerus melalui sistem pendidikan.Dalam buku
kurikulum
Pendidikan Agama Islam SMA(2004), dijelaskan pula bahwa Pendidikan Agama merupakan
usaha
untuk
memperkuatiman dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut olehpeserta
didik
yang
bersangkutan dengan memperhatikantuntutan
untuk
menghormati agamalain
dalam hubungankerukunan antarumat beragama
dalam
masyarakat untukmewujudkan persatuan
nasional
[Depdiknas,2004:
6].Berdasarkan penegasan Undang-Undang Sisdiknas maupun isi
kurikulum PAI tersebut
,
maka
dalam Negara KesatuanRepublik Indonesia INKRI) mata pelajaran PAI merupakan
mata pelajaran yang sangat urgen untuk mewujudkan cita-cita
2
bangsa Indonesia, yakni bangsa yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. PAI. sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah diharapkan memberikan sumbangan berharga dalam membentuk moral peserta.didik sebagaimana penjelasan Undang-Undang Sisdiknas
tersebut.
Hal tersebutjuga
digambarkan dalamfungsi
kurikulum
PAI. MenurutAbdul Madjid dan Dian
Andayani
(2004:
134-135), PAIberfungsi sebagai berikut.
1.
Fungsi pengembanganyaitu
meningkatkan keimanan'
dan ketaqwaan peserta
didik
kepadaAllah
SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.2.
Fungsi penanamannilai yaitu
sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidrip di dunia dan akherat.3.
Fungsi penyesuaianmental
yaitu
menyesuaikandiri
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial dan dapat merubah lingkungan sesuai ajaran Islam.
4.
Fungsi perbaikan yaitu untuk memperbaikikesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan
dan
kelemahan-kelemahan pesertadidik
dalam meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.5.
Fungsi
pencegahanyaitu
untuk
menangkal hal-halnegatif
dari
lingkungan
dan
budaya
lain
yangmembahayakan
dan
menghambat
perkembangan menuju manusia seutuhnya.6.
Fungsi pengajaranyaitu
menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional.7.
Fungsi penyaluranyaitu
menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar dapat berkembang secara optimal.Dengan memahami beberapa fungsi tersebut, maka PAI
di sekolah merupakan salah satu materi pelajaran yang dapat
dijadikan dasar
pengembangannilai,
pencegahan, dansekaligus sebagai pembentukan
moral
siswa khususnya di sekolah-sekolah yang peserta didiknya berusia remaja. Usia remaja adalah anak yang sedang berkembang dan mencari jati diri. Adapun mata pelajaran PAI merupakan salah satu matapelajaran
yang dapat
dijadikan pondasi pendidikan untuk mendasari serta membentengi dari hal-hal yang amoral bagi remaja yang sedang mencarijati
diri.
Dengan demikian, PAIdiharapkan memberikan kontribusi
bagi
terbentuknyamanusia Indonesia
yang
beriman,
bertaqwa, cerdas dan trampil agar dapat hidup di masyarakat, bangsa, dan negara.Dalam pelaksanaan, menurut Mochtar Buchori (L992: 12),PAl masih gagal. Kegagalan ini disebabkan karena praktek pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata,
4
rrrt,rrgirbail<an pembinaan
aspek
afektif dan
konatif-volitil
y.rkrri l<ernauandan
tekad
untuk
mengamalkan nilai-nilai,rl.u.,ur agama.
Akibatnya,
terjadi
kesenjangan
antara pr.rrgctahuan dan pengamalan, antaragnfri.
dan praxis dalam kr.lrirlupan nilai agama, Dalampraktill
PAI berubah menjadi prrrpl:rjaran agama sehingga tidak mampu membentukpribadi-prilrirtli
bermoral, padahalintisari dari
pendidikan agama .rrl;rlrrh pcndidikan moral fNasution, 1995: 15).Mcnurut
KomaruddinHidayat
(1999:
7),
PAI
lebihlrt'i'oriontasi
pada belajar tentang
agamaIslam
sehingga lr.rsilnya banyakorang yang
mengetahuinilai-nilai
ajaran .rg,una,tetapi
perilakunyatidak
relevan dengan nilai-nilai .rl.rr';rn agama yang diketahuinya. MenurutAmin
Abdullah,(l')()(r:
1BJ, pendidikan agama belakanganini
lebih
banyak Ir,r'l<onsentrasi pada persoalan-persoalanteoritis
keagamaan y.rng bcrsifat kognitif, dan kurang memfokuskan pengajaran lr.r'h;rtlap persoalan cara mengubah pengetahuan agama yang kogrritif menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan rl,rl;rrrr diri peserta didik lewat berbagai cara, media, dan forum. Mrrt'lrtar Buchori (1992:13J juga menyatakan bahwa kegiatanl'nl
yang
berlangsung selamaini
lebih
banyak
bersikap rrrr.nycndiri dan kurang berinteraksi dengan kegiatan-kegiatan lrr.ndidikan lainnya. Carakerja
semacamini
kurang efektiftrrrluk
keperluan penanamansuatu
perangkatnilai
yangkompleks. Seharusnya
para
guru/pendidik
agama bekerjasama
denganguru-guru
non-agamadalam
pembelajaran. Pernyataan senada telah dinyatakan oleh Soedjatmoko (7996:2) bahwa pendidikan agama harus berusaha berintegrasi dan
bersinkronisa5i dengan pendidikan non-agama. Pendidikan agama
tidak
boleh dantidak
dapat b6rjalan sendiri, tetapiharus sinergi
dengan program-programpendidikan
non-agama agar mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial
yang terjadi
di
masyarakat,tanpa sinergi
dengan matapelajaran
lain
seperti
Sains.Hal
itu
dimaksudkan agar pengetahuan pesertadidik tidak
hanya terbatas pada aspek nilai-nilai keagamaan saja.Di
lain
piha(
Rasdijanah(1995:
5)
mengemukakanbeberapa kelemahan PAI
di
sekolah, baik dalam pemahamanmateri
PAI maupun dalam pelaksanaannya,yaitu:
a)
dalambidang teologi, ada kecenderungan mengarah pada paham
fatalistik; bJ bidang akhlak berorientasi pada urusan sopan
santun
dan
belum
dipahami sebagai keseluruhan pribadimanusia beragama;
c)
bidang
ibadah diajarkan
sebagai kegiatanrutin
agama dan kurang ditekankan sebagai proses pembentukan kepribadian;d)
dalam bidanghukum
ffiqih)cenderung
dipelajari
sebagaitata
aturan
yangtidak
akan berubah sepanjang masa, dan kurang memahami dinamika danjiwa
hukum Islam;
e)
agamaIslam
cenderung diajarkan 6sebagai dogma dan kurang mengembangkan rasionalitas serta kecintaan pada kemajuan
ilmu
pengetahuan; danf)
orientasi mempelajari al-Qur'an masih cenderung pada kemampuan membaca teks, belum mengarah pada pemahamanarti,
dan penggalian makna.Thowaf dan
Siti
Malikhah (7996: BJ telah mengamati adanya kelemahan-kelemahan PAIdi
sekolah antara lain: a) pendekatan masih cenderungnormatil
dalamarti
pendidikanagama menyajikan norma-norma
yang
sering
kali
tanpailuitrasi
konteks sosial budaya sehingga pesefta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian;b)
kurikulum
PAI yang
dirancangdi
sekolah sebenarnyalebih
menawarkanminimum
kompetensi atauminimum
informasi,tetapi para
guru
masih banyak yangbelum
memahami sehingga semangatuntuk
memperkayakurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh; c) sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut, maka
guru
PAI kurang berupaya menggali berbagai metodelain
yang mungkin bisa dipakai
untuk
pendidikan agamasehingga pelaksanaan pembelajaran selama
ini
cenderungmonoton;
dan
d)
keterbatasan sarana/prasarana sehingga pengelolaan cenderung seadanya. Pendidikan agama yangdiklaim sebagai aspek yang penting sering kali kurang diberi prioritas dalam urusan fasilitas.
Dari pendapat Thowaf dan Siti Malikhah
di
atas dapat dipahami bahwa berbagaikritik
dan sekaligus yang menjadi kelemahan dari pelaksanaan PAI lebih banyak bermuara pada aspek metodologi pembelajaran PAI dan orientasinya yanglebih bersifat normatif, teoretis dan
kognitil
bahkan terlaludogmatis.
Di
sampingitu,
faktor
guru yang kurang mampumengaitkan
dengan mata pelajaran non-pendidikan agama (integrasi) juga menjadi sebab PAI kurang berkembang sejalan dengan perubahan zaman. Aspek lainnya yang banyak disoroti menyangkut aspek muatan kurikulum atau materi pendidikan,termasuk
di
dalamnyabuku-buku
dan
bahan-bahan ajar pendidikan agama.Fenomena
praktek
kependidikandi
atas berdampak pada fokus pendidikan yangtidak
berlangsung secara utuh, namun berlangsung pada aktivitas pembinaan secara parsial dan aspek penumbuhan sikap serta nilai instrinsik dari tujuan pendidikan yang seringkali terabaikan. Proses pembentukan manusia seutuhnya bukan hanya cerdas, melainkan sekaligusmemiliki kemampuan dan keterampilan yang secara integral
menyatu dengan kualitas
iman dan
kemampuan takwanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.Hal
demikian dapat diukurbukan hanya
kepribadiannyayang
mantap
dan
mandiri, melainkan juga oleh budi pekertinya yang luhur serta jasmani dan rohani yang tampak pada ketangguhanya melaksanakan8
t.rnggung
jawab
kemasyarakatan
dalam
kebangsaan( Faisal,1995: 51).
Pada
tataran
kebijakan, Depdikbgd sebenarnya telah rnemberikan perhatian yang cukup besar tefhadap pentingnya pcmbinaannilai-nilai
dan sikap melalui pendidikan agama. l']cndidikan agama danbutir
kebijakan tersebut bukan hanya rnengacu kepada PAI sebagai suatu mata pelajaran, melainkan l<epadaseluruh upaya
pembinaankualitas
keberagamaansiswa secara
terpadu
di
sekolah. Namun demikian, dalam tataran praktis [implikasi mata pelajaran PAIdi
sekolah) di atas, pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah masih cenderung dipandang sebagai salah satu tugas PAI sebagai suatu mata pelajaran. Implikasinya, p.roses dan keberhasilan pembinaan keimanan siswa lebih banyak mengandalkan guru agama sebagai pengampumata
pelajaranPAI
di
sekolah (Tafsir, 2007:23).Dalam kenyataan di lapangan, PAI masih belum menjadi mata pelajaran yang favorit bagi para siswa. Mata pelajaran PAI menjadi kurang menarik bagi siswa. PAI
di
sekolah tidakberdaya saing dan kurang menarik, Hal
ini
karena beberapa faktor sebagai berikut:1.
Mata pelajaran PAI tidak bersentuhan langsung dengan dunia kerja, dibandingkan dengan mata pelajaran lainseperti
Matematika, Bahasa Inggris,atau
Komputer. Dunia kerja sangat membutuhkan tenaga yang memiliki kompetensi handal dalam berbagai bidang, kompetensiyang dibutuhkan
untuk
memenuhi berbagai bidang tersebut biasanya lebih diutamakan kompetensi bidang Matematika, Komputer, atau Bahisa Inggris. Sementaraitu, kompetensi PAI tidak menjadi syarat utama dalam
memenuhi/mencari
pekerjaan.
Hal
inilah
yangmenjadikan mata pelajaran PAI tidak dirasakan penting di kalangan siswa.
Mata
pelajaran
PAI
merupakan
salah
satu
matapelajaran yang memiliki kedekatan dengan lingkungan keluarga
dan
masyarakat seperti pendidikan diniyah yang dilakukandi
masjid dan mushola. Hal demikianakan berpengaruh secara
tidak
langsungbagi
siswadalam
belajar
PAI
di
sekolah
karena
tema-temapembelajaran
di
tempat-tempat
tersebut
hampir merupakan pelajaran yang diajarkan di sekolah.Pendidikan Agama Islam bukan merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional (UN) sehingga hal
ini
menjadikan pesertadidik
tidak seriusdalam
belajar
PAI.
Peserta
didik
akan
lebih memfokuskandiri
pada mater pelajaran yang dijadikan ujian nasional.fam pelajaran PAI di sekolah pun sangat minim, hanya2 jam per minggu, dibandingkan.dengan mata pelajaran
lain seperti Matematika, IPA, dan,Bahasa Inggris yang rata-rata
4
jam per minggu. Halini
juga menjadi salah satu faktor PAI dianggap tidak begitu penting bagi siswa. Di samping itu, keterbatasan waktu juga menyebabkan para siswa menjadi tidak maksimal dalam belajar PAI.Secara umum, PAI merupakan
materi
pelajaran yangsering
diulang-ulang
di
sekolah sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Materi-materipokok
dalam pembelajaran PAIdi
sekolah memiliki tema-tema yangsama,
perbedaannya
hanya pada
keluasan pengembanganya sesuai denganlevel
sekolah. Akantetapi,
hal
ini
seringtidak
dipahamioleh
para guru agama di sekolah.Fasilitas belajar dan sarana-prasarana yang menunjang
pembelajaran
PAI
sangat minim,tidak
sebagaimanapelajaran
lain
yang
ditunjang laboratorium
dansejumlah alat-alat
praktikum.
Hal
ini
juga bisa
saja menjadi daya tarik sendiri bagi siswa untuk belajar PAI di sekolah.Materi PAI
cenderungindoktrinasi dan
hal-hal yangbersifat keakheratan. Agar pembelajaran
lebih
aktual 4. 5. 2. 6. 1-7.lt
t0serta
tidak
menjenuhkan, maka memerlukan elaborasi dengan dunia nyata, kekonkretan penyampaian materi pelajaran dengan kehidupan nyata para peserta didikakan merubah sikap peserta didik dalam belajar.
Merespon berbagai
hal
tentang'mata
pelajaran PAI terseput, maka dapat diidentifikasi bahwa rendahnya kualitas PAI di sekolah karena beberapafaktor,
antara lain;a)
faktormateri PAI
itu
sendiri yang lebih banyak berorientasi pada tafakuhf-din
sehingga cenderung bersifat indoktrinasi tidak seperti materi pelajaran lainnya yang langsung bersentuhan dengan dunia kerja;b)
metode pembelajaran PAI cenderung didominasi ceramah dan hafalan; c) PAI tidak diujikan dalam ujian nasional; d) keterbatasan sarana pembelajaran PAI; dan e) PAI merupakan salah satu materi pelajaran yang lebih dekat dengan kehidupan di keluarga dan masyarakat.Bertitik tolak
dari
pemikiran
di
atas
dan
didasarikebutuhan
untuk
memberikan penekanan yanglebih
kuat pada pendidikan yang dapat mengembangkan kualitas siswa, maka upaya pembinaan keimanan dan ketaqwaan siswa perlu dilakukan perluasan dan pengayaan,tidak
lagi cukup hanyadidekati secara monolitik melainkan integratif. Artinya, tidak lagi dipercayakan kepada PAI sebagai suatu mata pelajaran, melainkan dikembangkan strategi
lain
secara komplementer.t2
Bersamaan dengan itu, dikotomi yang selama ini terjadi antara
pendidikan agama dengan pendidikan
umum
mulai
perludijembatani. Pendidikan terpadu/integratif merupakan salah
satu model yang akan menghilangkan dikptomi pendidikan, antara lingkungan sosial peserta didik yang berbeda suku, ras
dan
agama,antara
norma-normaadat dan
norma
agama, termasuk persoalanpolitik
suatu bangsa. Pendidikan menjadipencerahan
bagi
manusia
dalam
melakukan
aktivitaskehidupanya
tanpa dibebani
oleh
berbagai
perbedaan-perbedaan suku, r4s, agama maupunpolitik
tertentu. Oleh karena itu, pendidikan integratif merupakan salah satu mediauntuk
mengembangkan
pendidikan
yang
humanis fMontgomery, et a1.,2003: 6; Baharuddin, et e1.,2011: vi; Amin Abdullah,et
al., 2003: 93).Pelaksanaan pembelajaran
PAI
selama
ini
masih menimbulkan permasalahan karena pembelajaran PAI masihmonolitik (menyendiri/bersifat tafoquh fi -din) bahkan sangat
jauh
dari
kedekatan dengan dunia nyata sehingga berakibat pada munculnya keterangsingan peserta didik pada dunia ilmu pengetahuan. Bila ditelusuri akar-akar epistimologi, baik mata pelajaran Fisika, Kimia maupun Biologi merupakan bukti nyata dari aplikasi PAI, bahkan teori-teori Fisika, Kimia dan Biologi atau yang dikenal dengan Sains sudah ada di dalam al-Qur'an,Proses
integrasi dalam
pembelajaranSains
dapatdilakukan
mulai
dari
rancanganskenario
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran hinggaevaluasi
pembelajaran.Sintaks pembelajaran
integrasi
diawali
dengan penentuan tema-tema yang mendukung antara Standar Kompetensi PAI dengan Standar Kompetensi mata pelajaran Sains. Misalnya, dalam PAI terdapat standar kompetensi tentang melestarikanlingkungan
hidup,
kemudian
dalam
mata
pelajaranFisika/Kimia
terdapat standar
kompetensi
tentang menganalisis keteraturan gerak tata surya dan gravitasi, dalamBiologi terdapat
pokok
bahasan tentang kehidupan hayati,biotik dan
abiotik.
Kemudian
dalam
mata
pelajaranFisika/Kimia juga terdapat pokok bahasan tentang besaran dan satuan. Ukuran dalam ilmu Fisika dapat dinyatakan dalam dua peran yakni pertama sebagai bilangan dengan sifat dan ketelitian yang terkandung di dalamnya, kedua sebagai hukum
dan
aturan. Ukuran
keduanya
tersusun
dalam
suatusistematika yang sangat rapi dengan keterkaitanya satu sama
lain. Dalam pembelajaran PAI terdapat pokok bahasan yang
memiliki keterkaitan, bahkan sinergi dengan materi pelajaran Fisika tersebut, misalnya tentang perlunya ukuran yang tepat dalam penimbangan zakat, ukuran nisob zakat dan sebagainya
sebagaimana
dalam
al-Qur'an
surat
al-Qomar
ayat
49 fsesungguhnyakami
menciptakan segala sesuatu menurut t4ul<uran),
dan
dalam
surat
al-Furqonayat
2
[Dia
telahrrrcnciptakan
segala sesuatu dan,
menetapkan
ukuran-rrl<urannya dengan serapi-rapinya). Demikian juga dalam ilmulliologi
tentang makhluk
hidup
dijelaskanuraian
tentangl)roses kejadian manusia, mulai
dari
proses bertemunya seltclur
(ovum) dengan spermatozon, kemudian menjadi darah, l<cmudian menjadi daging kemudian menjadi tulang sampai ianin. Demikian juga tentang binatang dan tumbuhan (florarlan
fauna). Dalam pembelajaran PAIjuga
terdapat pokok bahasantentang proses kejadian
manusia,binatang
dan tumbuhan, mulai dari janin sampai dewasa. Dalam al-Qur'an[surat al-Fathir ayat
27
dan 2B), tentang tumbuh-tumbuhandan
binatang
kemudian [Q.S. al-mu'minunayat
12
-L4),tentang proses kejadian manusia
dari
sejak
spermatozon sampai menjadijanin
[Q.S. al-Mu'minun ayatlB-22)
tentang perkembangan makhluk hidup.Dari
contohtersebu!
maka pengintegrasian Sains dalam pelaksanaan pembelajaran PAI,diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
yang
positifterutama pemahaman siswa terhadap PAI lebih integral serta diharapkan dapat meningkat perilaku keshalehannya.
Untuk
mengatasi segala kekurangandan
kelemahantersebut dalam
pembelajaran
PAI
diperlukan
model pembelajaran yang lebih efektif dan menarik bagi peserta didiksalah satu model pembelajaran tersebut adalah pembelajaran l5
tematik-integratif
PAI
dengan Sains. Model pembelajarantersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi peserta
didik dalam belajar sehingga dengan motivasi yang kuat akan
menopang
kesuksesan pembelajaran
PAI dan
dapatmenumbuhkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik. Model
pembelajaran
tematik-integratif
ini
sangat
membantumernfasilitasi
proses
pembelajaranpeserta
didik
karena masalah-masalahyang
dihadapi
di
dunia
nyata
tidakselamanya dapat dijelaskan secara terkotak-kotak
ke
dalam bidang studi atau mata pelajaran, melainkan terdapat salingkaitan antar bidang studi/mata pelajaran. Banyak
di
antara masalah-masalah tersebut justru memerlukan pengkajian dari berbagai sudut pandang dengan menggunakan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang berasal dari berbagai bidang studi atau mata pelajaran.Unsur
lain
yang
merupakan
aspek
pentingnya pembelajaran terpadu adalah mendorong peserta didik untuk bekerja sama dengan teman kelasnya dan peserta didik lebih diberdayakan sebagai pebelajar di samping lebih memberikan kesempatan bagi mereka untuk menyesuaikan kegiatan belajardengan
minatnya
masing-masingmaupun
untuk
lebihmelibatkan
diri
dalam pengkajiantopik-topik
yang dibahasdikelas.
Dari
hal
tersebut,
maka akan
memunculkankeuntungan
lain
juga yakni:a)
dapat mengarahkan peserta t6rlitlik dengan sebuah kerangka
pikir
untuk melakukan sendiri pr,rrgkajianatau
penyelidikanyang
sifatnya
mandiri;
blrrrcmbantu
peserta
didik
bagaimana
seharusnya rrrcrrgembangkan rencanauntuk
dapat "menemukan sendiriscsuatu dengan menggunakan
variasi
yang
luas
sumber-srrrnbernya; dancJ
mendorong pesertadidik untuk
saling lrcrbagi gagasan dan berbagi pengetahuan (foyoatmojo, 2011: 2'21).Model
pembelajarantematik integratif
diharapkanrrrciupakan salah satu solusi atas permasalahan pembelajaran
l'AI
selamaini.
PembelajaranPAI
yang terintegrasi dengan mata pelajaran Sains diharapkan dapat membantupersoalan-pcrsoalan
yang
selama
ini
menyelimuti
kekurangan-l<ekurangan pembelajaran PAI. Salah satu mata pelajaran yang sangat dekat dengan materi PAI adalah mata pelajaran Sains sehingga untuk mengatasi persoalan pembelajaran PAI dapat
dilakukan dengan mengintegrasikan
mata
pelajaran Sains. Pengintegrasian PAI dengan Sains memiliki beberapa alasan sebagaiberikut:
a)
agamaIslam
memerintahkan kepada penganutnya untuk banyak berfikir, denganberfikir
manusiadapat mengetahui kekuasaan Tuhan melalui ayat-ayat-Nya,
baik ayat
kauniyah maupunayat
kauliyah,tanpa
berfikirmanusia tidak dapat mengetahui alam ciptaan-Nya; b) materi
pelajaran Sains
fFisika,
Kimia dan
Biologi) adalah
mata I7pelajaran yang banyak menguraikan tentang kejadian alam
dan
kelestarian-Nya,baik
biotik
maupunabiotik
dan
c)keberhasilan
dan tolak
ukur
PAI
adalah
keimanan dan ketaqwaan peserta didik. Proses munculnya keimanan dalam agama, salah satunya diawali dengan bertafakur dan tadhabur tentang alam, bahwa alam adalah ciptlan-Nya kemudian dari keyakinannya munculahperilaku
keimanan. Salahsatu
ciri keimanan seseorang meningkat adalah selalu mengerjakanamal
shaleh.Amal
shalehyang
terus
menerus dilakukandisebut taqwa.
Perilaku-perilakuketaqwaan
dikatakansebagai akhlak mulia [Nasruddin Razah L99B:23).
Pembelajaran PAI lebih berorientasi pada terbentuknya keshalehan
baik
keshalehanindividual
maupun keshalehan sosial, dan pembelajaran PAI lebih mengutamakan pada aspekperilaku (amalus-salikhah)
dari
pada Islamologi. Pendidikan harus mempunyai kontribusi terhadap pembentukan karakter dan pelatihan-pelatihan sosial serta budaya. Oleh karena itu, pendidikan khususnya pembelajaran tidak hanya menciptakan apsek kognitif semata, tetapi yang lebih penting adalah afektif.Pendidikan
yang
hanya menciptakankognitif
hanya akan menjadikan manusia yangtidak
seutuhnya [Dukstra&
Rene Veenstra,2001: 183).Proses terwujudnya keshalehan sebagai bentuk kongkrit
dari
keimanan
dan
ketaqwaan
dapat dicapai
melaluil8
pembelajaran
yang
salah satunya denganmodel
integrasidengan Sains. Secara
lebih
spesifik, keterpaduan/integrasi antara PAI dengan Sains dikarenakan beberapa alasan penting antara lain:a)
Sains akan memberikanilpp"t
yang sangat besar bagi kesejahteraanhidup umat
manusiabila
disertai oleh asas iman dan taqwa kepada Tuhan, sebaliknya tanpa asas keimanan dan ketaqwaan, Sains dapat disalahgunakan padatujuan-tujuan
yang bersifat
destruktif
sehingga
dapatmengancam nilai-nilai kemanusiaan. Sains hanya merupakan metode ilmiah, tetapi
tidak
memiliki makna bagi kehidupan manusia;b)
Pada kenyataannya Sains yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan gayahidup
baru yang bersifat sekuleristik, materialistik dan hedonistik, jika tidakdiikuti
oleh nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dalam dirinya akan mengakibatkan kehidupan yang fatalistik; c) fikaterjadi kesenjangan keduanya, maka kehidupan akan menjadi pincang dan berat sebelah dan menyalahi hikmat kebijaksaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa
raga
lahir
batin, dunia akherat; dan dJ Sains akan menjadi landasanyang
kuat
dalam menggapai kebahagiaan dunia,tanpa
Sainsilmu-ilmu
duniawi
sulit
tercipta, akan
tetapi kemajuan apapuntanpa
iman dan mencari keridhoan Tuhan, hanya akan menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selainimpian palsu (Nordin, 2000: 104).
Dengandemikian, integrasi PAI dengan Sains harus diupayakan dalam
format yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kebahagiaan dan kebaikan dunia (hasanah
fi-dunya) serta kebaikan akherat (hasanah
fi
al-akherat).Rendahnya
proses
penumluhan keimanan
danketakwaan siswa di sekolah dewasa ini terjadi pada beberapa levdl, antara lain pada level tujuan, level proses, dan level isi
fmateri). Pada level tujuan
terjadi
desentralisasi pembinaan keimanan dan ketakwaan siswa yang merupakan indikatorkeagamaan dalam Pancasila, UUD 45, dan UU Sisdiknas. Pola-pola pembinaan tersebut diarahkan untuk membentuk pribadi
yang
bermoral
(berakhlak muliaJ,justru
diarahkan dalam pembinaan yang makin menyempityaitu
mengajarkan PAI untuk memenuhi kurikulum sekolah.Pada pelaksanaan pembelajaran PAI
lebih
didominasioleh
aspekkognitif
dan sedikit
pada
aspek psikomotor,walaupun orientasinya pada terbentuknya insan yang amalus-sulikhah,
tetapi
dalam prakteknya masih didominasi aspekkognitif. Pada level isi pelaksanaan PAI masih didominasi oleh aspek yang
kental
dengandunia
keakheratan serta modelpembelajarannya
masih
didominasi
oleh
paradigmabehavioristik belum kontruktivistik, dalam prakteknya tidak diimbangi dengan contoh
riil
di masyarakat.20
Dengan
kenyataan-kenyataantersebut, maka
guru sebagaiaktor perlu
segeramerubah
mind set
terhadappelaksanaan
pembelajaran
di
sekolah.
Pengintegrasianpembentukan
keimanan
dan
ketaqw#n
melalui
buktikongkrit
Sains merupakan aktualisasi pembentukan insanyang berilmu dan beriman sekaligus. Oleh karena
itu,
dalam pelaksanaan pendidikan dibutuhkan disainkurikulum
yangkonkrit
dengan
menggunakan pembelajaran
Tematik-Integratif Pendidikan Agama Islam dengan Sains. Perlu untukdigarisbawahi
bahwa
pembelajaran
Tematik-lntegratifPendidikan Agama Islam dengan Sains secara teoritis maupun
praktis mempunyai beberapa implikasi dalam prakteknya di lapangan.
Secara
teoritis,
model
pengembangan pembelajarantematik integratif
PAI dengan Sains merupakan salah satupengembangan
keilmuan
pembelajaran
PAI,
sekaligusdiharapkan semakin memperkuat argumentasi pentingnya
model
pembelajarantematik-integratif
PAI
dengan Sainsuntuk
meningkatkan kompetensi
peserta
didik,
Model pengembangan pembelajaran tematik-integratif PAI dengan Sains dapat memperkuat dan memperkaya landasan teoritikakan
pentingnya integrasi
antara
PAI
dengan
Sains, sebagaimana secaranormatif
konseptualtelah
ditegaskan dalam agama Islam bahwa al-din 'al-aql la'dina Ii manla''aql
lahu' (agama adalah akal tidak beragama bagi orang yang tidak
berakal). Produk dari model pembelajaran tematik integratif
PAI dengan Sains
ini
diharapkan dapat menjadi konsep baruuntuk
meningkatkan kompetensi pesertadidik
pada matapelajaran PAI, selain
itu
diharapkan agar dikotomi ilmu yang berkembang selamaini
sedikit-demi'sedikit
dapat dikikis. Model pembelajaran tematik integratif PAI dengan Sains inidapat
digunakan
sebagai
acuan
teoritik
dalam mengembangkan model pembelajaran tematik-integratif pada mata pelajaran lain.Secara
praktis,
pengembanganmodel
pembelajarantematik-integratif PAI dengan Sains dapat dijadikan pedoman bagi guru-guru PAI dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas
untuk
mengoptimalkan pembelajaran dengan merevitalisasi skenario pembelajarandari
konsep teacher centered menuju student centered. Model pembelajaran tematik-integratif PAIdengan Sains
dapat dijadikan
pedomanguru PAI
dalam melakukan penilaian secara komprehensil tidak hanya ranah kognitif, tetapi ranah psikomotorik dan ranah afektif. Hal inikarena
model
pembelajaran tematik-integratif
lebihmenekankan
aspek secara
holistik. Model
pembelajarantematik-integratif
PAI
dengan Sains merupakan salah satu model perbaikan kurikulum pembelajaran agar pembelajaranlebih
komprehensifdan
tidak
terpisah-pisahantara
mata22
pelajaran
satu
denganyang
lain,
sehingga peserta didik memperolehilmu
secaraintegral.
Bahansupervisi
untukmeningkatkan
kualitas
pembelajaran
PAI
di
sekolahkhususnya
terkait
dengan
upaya
mengatasi
problempembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Selain beberapa implikasi tersebut, model pembelajaran
tematik-integratif
Pendidikan AgamaIslam
dengan Sainsdikembangkan berdasarkan beberapa asumsi lain. Pertama, pengembangan model pembelajaran
tematik integratif
PAI dengan Sains merupakan salahsatu
dari
kreativitas guruuntuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
agar
hasil pembelajaran lebih berkualitas, karena dengan diintegrasikan dengan mata pelajaran sains, pesertadidik
akan mendapatilmu
secaralebih
bermakna. Kedua,guru-guru PAI
telahbanyak mengikuti
pelatihan-pelatihan
model-model pembelajaran PAIKEM sehingga telahmemiliki
kemampuan dalam mengelola pembelajaran agar lebih kreatif dan inovatif. Model pembelajaran tematik integratif merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Ketiga, sarana dan prasarana yangdimiliki
sekolah sekarangini
relatif memadai, dari laboratoriummulti
media, LCD, Laptop,internet dan
sebagainya dapat dimanfaatkanuntuk
mendukung
pembelajaranPAI
tematik
integratiftersebut. Keempat, model pembelajaran tematik integratif PAI
dengan Sains merupakan upaya
ilmu
syari'ah dengan ilmu-ilmurasionalistik dengan paradigma
output pendidikan yang terpadu psikomotorik.
mensinergikan antara
ilmu-aqliyah, antara paradigma
tauhid sehingga diharapkan antara kognitif, afektif dan
24
2
Hokikot
Pembelojoron
A.
PembelajaranMenurut Mayer [2008: 7), pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh
guru
dantujuan
pembelajaran dengan cara memajukan belajar pesertadidik.
Dalam pembelajarantersebut lebih lanjut dijelaskan bahwa termasuk di dalamnya
yaitu
guru/dosen, metode, strategi, permainan pendidikan, buku, proyek penelitian dan bahan presentasi berupa WEB. Menurut Gagne (1998: 72J, proses pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar sehingga situasi tersebut merupakan peristiwa belajar (event of learning), yaitu usahauntuk
terjadinya
perubahan
tingkah
laku dari
siswa. Perubahan tingkah laku dapat terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkunganya. Selanjutnya, Gagne (1998: 11.9-120) menjelaskan bahwa terjadinya perubahan tingkah laku tergantung padadua
faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar, Faktor dari dalam yang mempengaruhi belajarsiswa
adalah keadaan/kondisijasmani
dan rohani
siswa.Termasuk
faktor
jasmani/aspek
fisiologis seperti
tonus 25pembelajaran
akan lebih
aktif
dan
peserta
didik
diberi kebebasanuntuk
mengembangkanide-ide
dan
pikirannya sesuai dengan konsteks pembelajaran.Dengan
belajar
PAI
melalui
tema-tema
yangdiintegrasikan dengan
tema-temapelajaran
Sains, makapeserta
didik
akan
memperoleh pengetahuanyang
lebih komprehensif. Oleh karenaitu, jika
pembelajarantematik-integratif PAI
dengan Sains diterapkandi
sekolah, makakeimanan dan ketaqwaan peserta didik akan lebih mendalam dibandingkan dengan pembelajaran yang terpisah-pisah,
Doftor
Pustokq
Abdullah, Amin, et.al. [2003). Menyatukan Kembali llmu-Ilmu Agama dan Umum. Yogyakarta: UIN press.
Al-Syaibani,
Omar
Muhammad al-Toumy.(I979).
Filsafat Pendidikan Islam, "Terj" Hasan Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang.Amin, Ahmad. (1997). Kitab Akhlak Jakarta: Bulan Bintang.
Anglin, G.J. (1995). Instructional Tecnology. Englewood, Colo: Libraries Unlimited inc.
Anitah,
Sri.
[2003).
PembelajaranTerpadu
ImplementasiP a ra d i g ma Ko nstruktiv istik D a I a m Rang ka p e ng e mb ang an
Kecerdasqn Ganda. Surakarta: UNS press. Anshori, Dadang. S.. [2004). Pendekatan Integratif dalam
Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan di Sekolah.Tersedia p a da :
http://file.upi.edu/Direktori/FpBS/IUR. pEND. BHS. DA N SASTRA INDONESIA/197204031999031DADANG/pen dekatan_lntegratildalam_Pendidikan_pALpdf
Ardley, N. [2001), Percobaan llmu pengetahuan.(terj) Sutrisno. Semarang: PT Mandiri Jaya Abadi.
[2001). Percobaan
llmu
Pengetahuan.(terj) Sutrisno. Semarang: PT Mandiri Jaya Abadi.Arend, I. Richard. (2008). Learning To Teach (terj) Helly prayitno
Soetjipto
dan
Sri
Mulyantini
Soetjipto. yogyakarta: Pustaka Pelajar.Arifin, Zaenal (2010). Evaluasi Pembelajaran Prinsip Tehnik
P ro sedur. Bandung: Rosdakarya.
Arikunto,
Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.Asmaran.
(2002).
PengantarStudi Akhlak. fakarta:
PT. Rajagrafindo Persada.Asri
Budiningsih,C.
[2003). Belajar
dqn
Pembelajaran. Yogyakarta: FakultasIlmu
Keguruandan
Pendidikan UNY Yogyakarta.Ausubel, D. P, & Floyd. G. Robinson. (1969). School Learning. New York: Holt Rinehart and Winston, Inc.
Azhar Arsyad. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Azhar, Saifuddin.
(2005). Sikap
Manusia:
Teori
danP e ng uku ranny a. Y ogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azra,
Azyumardi.
(1,999). PendidikanIslam Tradisi
danModernisasi Menuju Millenium
Baru.
Jakarta: Logos Wacana llmu.Baharuddin, et.al. (2011). Dikotomi Pendidikan Islqm Historisasi dan Implikasi pada Masyarakat Is1am. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Barizi, Ahmad. (2011). Pendidikan Integratif
Akqr
Trqdisi & Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Malang: UIN Maliki Press.Barr, Robert. & Tagg, fohn. (1995J . From Teaching to Learning A
New Paradigm for Undergraduate Educqtion.
International Education Journal Vol.8 Tersedia pada: httn : / /ilte.ius.edu /odf/BarrTass.ndf.
Beane, A.James. [1995). Curruculum Planning and Development. Boston : Allyn and Bacon, Inc.
[2003). Integrated Curriculum
in
the
MiddleEric
Digest.[Oline),International
EducationJournal
vol3
Terediapada:http / /www.ericfacilitv.net/ericdigest/ed.3 5 1 09 5.ht
m.30 funi 2003.
Bell, Robert. [1995). Analisis Model Sosiolinguistik Sajian Tujuan, Pendekatan dan Problem.
Alih
bahasa:Abdul
Syukur Ibrahim. Surabaya: Usaha Nasional.Bogdan, Robert C.
&
Biklen, Knopp Sari. (1982). Qualitative Researchfor
Educcition:An
introductionto
Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.Borg, Walter R & Meredith. D. Gall. [1983). Educational Research:
An Introduction. New York: Longman.
Briggs, J.Leslie. (1978). Instructionql Design. New
york:
Holt Rinehart &Winston.Buchori, Mochtar. [1,994).llmu Pendidikan dqn Praktek pendidikan dalam Renungan. fakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press,
(1,992). Posisi dan Fungsi Pendidikan Agama Islam dqlam Kurikulum Perguruan Tinggi lJmum, paper pada Seminar Nasional di IKIP Malang [sekarang lJM,24 Februari 1992).
Bude Su. (2009). Effective Tecnology Integration: Old Topic, New Throughs. California State University Monterey Bay, 2009 International Journal of Education and Development Using Information and Communication Technology. Vol 5 Tersedia
pada: htt:
/
/
ii e dict. de c. uwi. e du /in clu d e/g etd o c. p hp ? id = 3 I 4 0 &article=796&mode.Buece, F.J. & f erde David. (19981. Principles of Physics. NewYork: Mc.Graw Hill Inc.
Chauhan, SS. [1979J. Innovation
in
Teaching Learning Processes.New Dehli: Vikas Publishing Hoyse, Pvt.Ltd.
Chinh, Q. Le. (2010). Racialy Integrated Education and The Role of
Federal Government Journal ofEducation. Departement of 229 228
Education US. Vol 88 Tahun 2010. Tersedia pada: http/ /.
ij edicth. de r.uwi.e du / / vie warticle.php ? id= 6 6 4.
Cresweel,
W.
John.(2002).
Educational Research Plutrtrirtll, Conducting, and Evaluating Quantitative qnd Quulituilvet Research Third Edition Lincoln: Pearson Merrill Pr.cnlk.trHall.
Davies, MaryAnn
&
Brown,
Rajni
Sh4nkar.(ZO1"l).
A.Programmatic Approach
to
Teamingqnd
Thentulir Instruction.North
Carolina Middle School Associrrtiorr Journal Vol26
Tersedia patllr: http / / www.nopomle.or g/ may 20 10 symposium.Dedi. [2005). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Depdiknas, (2004). Pembelajaran Temqtik
di
SD Merupukun Terapan dari Pembelajaran Terpadu. Depdiknas, DirjenDikdasmen
Pusat
PengembanganPenataran
Gurrr, Yogyakarta: Depdiknas.(2004). Buku Kurikulum PAI SMA.Jakarta: Depdikna.^. (2004). Silqbus, Fisika, Kimia dan Biotogi SMA.lakarta: Depdiknas.
Dick, Walter, Lou Carey & ]ames O. Carey. tZ009J. The Sistematit: Design of Instruction. Upper Saddle River, N.f: pearsorr Education, Inc.
Dick, Walter, Lou Carey & James O. Carey. (2009). The Sistematic Design of Instruction. Upper Saddle River, N.J: pearson Education, Inc.
Drake. M. Susan
&
Reid, foane. [2010). Integrated Curriculum: Increasing Relevance While Mqintaining Accountability. Journal International Education, vol5tahun2 0 L 0.Tersediapada:http://www.edu.gov. on.ca/eng/literacynumeracy/publicati on.html.
Dukstra, Anne
Bert
&
Veenstra, Renne. [2001). Do ReligiousSchools Mqtter ? Biliefs and Life Styles of Students in Fqith-based Scondary School.
Dwiyogo, Wasis D,. (2004). Konsep Penelitian dan pengembangan. Makalah seminar pada lokakarya Metodologi penelitian pengembangan Universitas
Negeri
yogyakarta padatanggal 19 -20 luli 200 4.
Elliot, Stephen. N, et al. (2000). Educational psychology. Effective
Teaching, Effective Learning. Toronto: Mc. Graw Hill. Fan, Meijun. (2004). The ldea of Integrated Education: From the
Point of View of Whitehead's Philoshopy of Education, Paper presented at the Forum for Integrated Education and Educational Reform sponsored by the Council for
.
Global Integrative Education, Santa Cruz, CA, October 28-30. Retrieved [date], frombttp: / / chiron.valdosta.edu/whuitt/CGIE/fan,pdf.
Faruqi, Yasmeen Mahnaz. {2007). Islamic View
of
Nature and Values: Could These be The Answerto
Buitding Bridges Between Modern Science qnd Islamic Science. International Education fournal. Vol.B. Tersedia pada: http://iei.com.au.Fogarty,
F.
[1991). How
to
Integrative
The
Curricula. Palatine,lllionis : Skygh Publishing, Inc._.(199\).How
to
Integrative
TheCurri cula.P alatine,lllionis : Skygh Publishing lnc.
Fosnot.
C.
[1999). Inquiring Teachers Inquiring Learners: A. Constructivist Approachfor
Teaching. New york: Teachers Colleges Press.Gagne, M. Robert & Leslie Biggs. (1979). Principles of Instructional Design. New York: Holt Rinehart & Winston.
Gagne, M. Robert. (1998). The Condition of Learning. New york: Holt & Rinehart and Winston.
Gall, Meredith D., Gall, Joyce, P.,
&
Borg, Walter R.Educationql Research
An
Introduction Seventh NewYork: Pearson Education Inc.(2003J. Edition.
[2003).
E ducationql Research Anlntroduction Seventh E dition. New
York: Pearson Education Inc.
Halimah, Lely, dkk. (2007). Developing Multiple Intelegences
of
Elementry Student Through The Application of Quantum
teaching
Method
In q
Thematic Learning. furnal PendidikanUPI
Bandung.Vol.S
Tanggal7
April 2007.Tersedia pada: http: //
file.upi.edu./Direktori/Jurnal Harsono. (2005). Aplikasi SCLdalam
Proses Pembelajaran.Tersedia pada: http://www.belajar.usd.ac.id/
Hartono. (201,L). Pendidikan Integratif. Yogyakarta: Lintera Buku.
_.(201\).
Pengembangan Model PendidikanNilai
dqlam Pembelajaran Integrasi Sains dan Agamadi
MA Darul Ulum Jombang Jawa Timur. Disertasi PPS UPI Bandung. Haryanto, Samsi. (1994). Pengantar Teori PengukuranKepribadian Surakarta: UNS Press.
Hidayat, Komarudin..
(L999).
"Menentukan Kembali Struktur Keilmuan Islam (Pengantar)". Dalam Fuadudin dan Cik Hasan Bisri, (Ed), Dinqmika Pemikirqn Islam di Perguruan Tinggi: Wacana tentang Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Logos.
Hubba. E. Mary & Jane. E. Freed. [2000). Comparison of Teacher-Centered and Learner-Centered Paradigm. Tersedia pada: http / / www. ij sre.com/v o / .o/o2032
Iif Khoeru Ahmadi, Sofan Amri dan Tatik Elisah. (201.1). Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. fakarta: Prestasi Pustaka.
Indrawati. (2009). Pembelajaran Terpadu
di
Sekolah Dasar.Jakarta:
Pusat
Pengembangandan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.232
International fournal of Education and Religion, Vol II. Tersedia
p ada: http / / www. p p s ew .rug.n / / -v enstr a / cv / lj ero/oZ).
Johnson, Paul. [2007). Growing Psyical, Sosial,and Cognitive Capacity: Engaging With Nqtural Environment. International Education f ournal .Yol:I Tersedia
p a d a : htt:
/
/
ehlt.fl i n d er s, e d u. au/ educ ation/ i ej/
arti cles /v B n2/Johnson/paper.pdf
Joshi, Mahesh
&
Chough, Ritesh. (2009), New Paradigmsin
TheTeaching and Learning of Accounting: Use of Educational Blogs
for
Reflective Thinking. International Journal of Educationand
developmentUsing
Information and CommunicationTechnology.Vol.5,TersediaPada:http / / ljedi cth. de r.uwi. e du / / v iew arti cl e. p hp ?i d= 6 6 4.
Joyce, Bruce, Marsha Weill, Emily Calhoun. [2009). Model
of
Teaching (Alih bahasa: Ahmad Fawaid dan ateilla Mirza). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.I oyoatmoj o, Soetarno. (20 1,D. P emb el aj a r an Efektif: P e mb el aj ar an yang Membelajarkan. Surakarta:UNS Press.
Jumsai Na-Ayudhya, Art.Ong. [2008). Human Values Integrated
Instructional Model. Journal
Institute
of
Sathya Sai Education Thailand. Vol 1 March 2008.Jumsai,
Art
Ong. (2008). Human Values Integrated Instructional Model. fakarta: Yayasan Pendidikan Sathya Sai Indonesia. Jusuf Amir Faisal. [1995J. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta:Gema Insani Press.
Kemendikbud
RI. (2009). Pusat
Pengembangan danPemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan llmu Pengatahuan
Alam
(PPPPTKIPA)
untuk
program BERMUTU. fakarta: Kemendikbud RI.Kemp, J.E
&
Dayton, D.K, (1985). Planningand
Producing Instructionql Media. New York: Harper & Row Publisher.Koentjaraningrat.
(1993).
Kebudayaan:Mentalitas
dqn Pembangunan. fakarta: Penerbit Gramedia.Majid, Abdul dan Dian Andayani. (2004). Pendidikan Agama Islam
Berbqsis
Kompetensi:Konsep
dan
Implementasi Kurikulum 2 0 04. Bandung: Remaja Rosdakarya.Makbuloh, Deden. (201.L). Pendidikan Agama Islam Arah Baru Pengembangan llmu dan Kepribadian di perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Manitoba. (1997). Education and Training : Curricular Connections Elements
of
Integrationin
The Clqssroom. Resource for Kindergarten to Senior4
School Winnipeg, MB. Canada: Alberta Education. vol 1 Tahun 200T.hal. S-L2.Marimba, Ahmad D. [1989). Pengantar Filsafat pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Maarif.
Marshall, Stewart & Taylor, Wal. [2009J . Technology Integration
and
Adoption
in
Eductionanand
The
Community.International Journal
of
Educationand
Development Using Information and Communication Technology. Vol 5.Tersedia
pada:http / / ljedict.dec.uwi.edu / / viewarticle.prp? id=67 9 &layout=htm.
Mayer, E. Richard. [2008). Learning and Instruction. Scond Edition. Upper Sadle River, N.J: Pearson Merill prentice.
Mcl.Elland,
V.
Cristine.(1998). The Natureof
Science and TheScientific
Method.
Tersedia
pada:http//geososiety.org/educate/natural science.
[1998). The Nature of Science qnd The Scientiftc Method. International
journal
of
GeologicalSociety of
America Tersedia
pada:http//geososiety.org/educate/natural science.
Meijun Fan. (2004). The ldea oflntegrated Education: From the Point of View of Whitehead's philoshopy of Education, Paper presented at the Forum for Integrated Education and Educational Reform sponsored by the Council for Global Integrative Education, Santa Cruz, CA, October
2B-234
30. Retrieved [date], from
htrp : //chiron.valdosta.edu/whuirt/C G I E/fan.p df.
Miles, B. Matthew,
&
A. Michael, Huberman. (1986J. Qualitative Data Analysis:A
Sourcebookof
New Methods. Baveriy Hills: Sage PublicationsMoloeng,
Lexy
l.
[2001).
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Montgomery, Alison,
et
al.
(2003). Integrated Education in Northern lrelqnd: Integrated in Practice. Published by the UNESCO Centre Universityof
Ulsterat Coleraine. Maret 2003.Muhaimin. [2006). Nuansa Baru Pendidikan Islam. fakarta: PT.
Raja Graffindo Persada.
Mukminan. (1998). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Press.
Nasution, (1,982). Didaktik, sas-asas Mengajar, Cet. IV. Bandung:
Jemars.
(2003). Asas-Asas Kurikulum. fakarta: PT Bumi Aksara, 2003.
Nasution, Harun. (1995). Islqm dan Pendidikqn Nqsional. Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN Jakarta.
Nelson, L. facks, Kenneth, Carlson, & Stuar! B. Palonsky. (1996J. Criticql Issues
in
EducqtionA
Dialectic Approach. ThirdEdition. New York The McGraw-Hill Companies,lnc. Nordin, Sulaiman. [2000). Sains Menurut Perspektif Islqm. Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Olubor, R.O and B.O Ogonor. (2007).Instructional Activities
of
Staff Personal in The Effective Domain in Selected Scondary
School. Negeria, University of Benin Nigeria Institut of Education. International Education Journal. Vol. 8
T er s e d i q : P a d a : htt: