• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemaknaan upacara ritual pernikahan adat dayak tomun (kajian etnografi komunikasi pada rangkaian upacara pernikahan "bujang babini dara balaki" pada masyarakat dayak tomun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemaknaan upacara ritual pernikahan adat dayak tomun (kajian etnografi komunikasi pada rangkaian upacara pernikahan "bujang babini dara balaki" pada masyarakat dayak tomun)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP.

(2) Daftar Tabel. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.............................................................................10 Tabel 3.1 Key Informan........................................................................................34 Tabel 4.1 Data Penduduk Masyarakat Dayak Tomun..........................................42. xi Pemaknaan Upacara..., Agnesia Wardhani, FIKOM UMN, 2015.

(3) Pertanyaan Penelitian 1. Apa bedanya pernikahan adat Dayak Tomun dengan pernikahan adat daerah lainnya? Pernikahan adat dayak tomun dengan pernikahan adat daerah lain adalah : Proses terjadinya pernikahan adat dayak tomun melalui 3 tahap yaitu : Barisi, adalah Kedatangan orang tua calon mempelai laki-laki kepada orang tua calon mempelai perempuan untuk menyampaikan maksud melamar calon memplai perempuan dan apabila di setujui calon memplei perempuan dan orang tuanya maka diikat perjanjian dan masing masing pihak menerima kebenaran dari perjanjian tersebut berupa benda dalam bentuk cincin atau gelang. Bapinta, adalah pertemuan keluarga besar keluarga mempelai lakilaki dan mempelai perempuan yang dilaksanakan oleh pemuka adat dayak tomun untuk menayakan apakah perjanjian waktu barisi tidak ada perubahan atau sebaliknya dan benda ikatan dalam perjanjian waktu barisis di serahkan ke pemuka adat sebagai bukti menagih janji. Apabila perjanjian tidak berubah dilanjutkan dengan adat yang perlu disiapkan oleh mempelai laki-laki pada waktu pernikahan. Serta menetapkan tanggal pernikahan. Bapinta merupakan pesta sebelum perikahan. Sangkolat. Adalah acara pesta peneguhan dan pemberkatan nikah adat dayak tomun yang dilaksanakan oleh bidan beranak dengan menggunakan daun hahidup yang dioleskan pada darah ayam disentuhkan ke dahi, sambil mengucapkan “aku nyangkolat kalian berdua untuk menjadi laki-bini (suami Isteri)”, dan setelah mengucapkan dan menyentukan daun hahidup yang telah dicelupkan ke darah ayam (Acara peneguhan). Maka dukum beranak membenturkan kepala mempelai laki-laki dengan kepala mempelai perempuan sambil berkata “sangiang duata memelihara kedupan saudara”Sebelum pelaksanaan sangkolat terlebih dahulu pembayaran adat/Mas Kawin yang dipimpin oleh pemuka adat dayak tomun. Pemaknaan Upacara..., Agnesia Wardhani, FIKOM UMN, 2015.

(4) 2. Apakah ada nilai-nilai budaya yang disembunyikan? Tidak ada nilai-nilai budaya yang disembunyikan oleh masyarakat Dayak Tomun, semua terbuka dan apa adanya. 3. Apakah dalam pelaksanaanya telah terjadi pergeseran budaya? Apa alasanya? Telah ada terutama mengenai waktu pelaksanaan telah dipersingkat antara bapinta dan acar pemberkatan dapat dilaksanakan pada hari yang bersamaan. Mas Kawin yang dulunya harus di bayar dengan tetawak (gong) dan tempayan (belanga) sekarang karna telah sulit memperolehnya maka bisa diganti dengan uang, kebun atau rumah. 4. Apakah ada dalam ritual ini konfergensi dari budaya lain? Tidak ada, kecuali pengaruhnya agama acara nyangkolat diganti dengan pemberkatan digereja 5. Bagaimana situasi yang terjadi pada saat terjadinya ritual tersebut? Suasana khidmat mendengarkan kata-kata yang diucapkan oleh pemuka adat dan terlebih dukun beranak pada waktu pelaksanaan sangkolat (pada pernikahan jaman dulu. Setelah selesai mereka baru betepuk tangan dan berpesta pora. Dalam pesta yang wajib disuguhkan adalah minuman berupa tuak yang permentase dari nasi ketan. 6. Bagiamana situasi komunikatif masyarakat melalui pesan verbal yang dilakukan dalam upacara ritual tersebut? Masyrakat Dayak Tomun tetap memelihara dan mempertahankan acara ritual pernikahan yang diwariskan oleh leluhurnya. Karena apabila dilanggar maka akan terjadi karma.. Pemaknaan Upacara..., Agnesia Wardhani, FIKOM UMN, 2015.

(5) 7. Bagaimana saat berjalan, posisi kaki & tangan, membawa apa, dimaknai apa? Saat mempelai menuju pelaminan mempelai laki-laki memegang tangan mempelai perempuan dan memulai langkah dengan kaki kanan, ini menggambarkan kekuatan. Kuat dalam membina rumah tangga dan melawan godaan dan cobaan perjalan hidup sebagai suami isteri. 8. Apa yang boleh dan tidak boleh dibawa? Kedua mempelai tidak diperbolehkan membawa benda apapun, karena mereka dijadikan raja dan ratu sehari, keperluan lain ada yang melayaninnya. 9. Dimana lokasi yang biasa digunakan untuk melakukan upacara ritual tersebut? Acara ritual pernikahan biasanya dilaksanakan di balai adat, tetapi boleh juga dilaksanakan digedung atau rumah keluarga berdasarkan permintaan keluarga. 10. Kapan dilaksanakannya upacara ritual tersebut? Upacara ritual Bujang Babini Dara Balaki dilaksanakan apabila setelah melaksanakan barisi dan bapinta dan waktunya disepakati keluarga. 11. Tipe peristiwa apa saja yang dilakukan dalam upacara tersebut? Mempertayakan apakah tidak ada perubahan janji pada waktu barisi. Membayar adat bujang babini dara balki (mas Kawin) Melaksanakan pemberkatan Pesta pora diseratai tarian baigal sebagai rasa syukur. 12. Bagaiamana situasi psikologis masyarakat saat peristiwa komunikasi tersebut terjadi? Masyarakat /para undangan dengan khidmad menyaksikan setiap proses acara yang dilaksanakan dan tidak boleh mengeluarkan air mata.. Pemaknaan Upacara..., Agnesia Wardhani, FIKOM UMN, 2015.

(6) 13. Bagaiamana masyarakat memaknai peristiwa tersebut secara budaya? Masyarakat mamaknai peristiwa tersebut sebagai budaya dikarenakan tatanan acara dan prosesnya merupakan hasil karya nenek moyang yang begitu tinggi maknanya dan harus dipertahankan. 14. Apakah perkembangan jaman juga mempengaruhi generasi dari masyarakat Dayak Tomun dalam memandang upacara ritual tersebut? Perkembangan zaman memang mempengaruhi memandang upacara tersbut karena mengganggap terlalu memakan waktu dan bertele-tele. 15. Siapa yang boleh dan tidak boleh bicara dalam upacara ritual tersebut? Mengapa dan apa maknanya? Yang boleh berbicara adalah kepala adat dan perwakilan (wali) dari keluarga kedua belah pihak, sedangkan orang tua mempelai dan yang lainnya tidak boleh. Karena sebelum acara pelaksanaan pihak keluarga telah menyerahkan penuh kepada perwakilan keluarga /wali. Maknanya menggambarkan masyarakat dayak tomun yang konsekuen dengan perkataan. 16. Kategori usia yang boleh melihat upacara ritual tersebut? Semua tingkat usia boleh menyaksikan. 17. Apakah peristiwa komunikasi bisa membentuk persepsi yang sama dalam masyarakat tersebut? Masyarakat Daya Tomun telah membentuk persepsi bersama, misalnya dalam ada keluarga yang meneteskan air mata pada acara tersebut. Masyarakat Dayak Tomun akan berpersepsi bahwa hal tersebut akan berdampak buruk bagi keluarga baru. 18. Mengapa ritual tersebut diadakan secara terus menerus? Ritual dilaksanakan hanya satu kali setiap pasang pada waktu mempelai melaksanakan pernikahan. 19. Situasi komunikasi yang mana yang menjadi pedoman hidup sehari-hari? masyarakat dayak tomun yang konsekuen dengan perkataan. Masyarakat yang penuh rasa kebersamaan dan gotong royong. Pemaknaan Upacara..., Agnesia Wardhani, FIKOM UMN, 2015.

(7) Pernikahan hanya terjadi sekali eumur hidup terkecuali dipisahkan oleh kematian. Masyarakat dayak tomun mencintai budayanya. 20. Masyarakat Dayak Tomun menekankan kepada nilai kolektivis atau individualis? Masyarakat Dayak Tomun sangat menekankan nilai kolektivis baik itu dalam upacara pernikahan maupun dalam kehidupan sehari-hari 21. Bagaimana urutan upacara ritual tersebut? Barisi, adalah Kedatangan orang tua calon memplai laki-laki kepada orang tua calon mempelai perempuan untuk menyampaikan maksud melamar calon memplei perempuan dan apabila di setujui calon memplei perempuan dan orang tuannya maka diikat perjanjian dan masing masing pihak menerima kebenaran dari perjanjian tersebut berupa benda dalam bentuk cincin atau gelang. Bapinta, adalah pertemuan keluarga besar keluarga mempelai lakilaki dan mempelai perempuan yang dilaksanakan oleh pemuka adat dayak tomun untuk menayakan apakah perjanjian waktu barisi tidak ada perubahan atau sebaliknya dan benda ikatan dalam perjanjian waktu barisis di serahkan ke pemuka adat sebagai bukti menagih janji. Apabila perjanjian tidak berubah dilanjutkan dengan adat yang perlu disiapkan oleh mempelai laki-laki pada waktu pernikahan. Serta menetapkan tanggal pernikahan. Bapinta merupakan pesta sebelum perikahan. Sangkolat. Adalah acara pesta peneguhan dan pemberkatan nikah adat dayak tomun yang dilaksanakan oleh bidan beranak dengan menggunakan daun hahidup yang dioleskan pada darah ayam disentuhkan ke dahi, sambil mengucapkan aku nyangkolat kalian berdua untuk menjadi laki-bini (suami Isteri), dan setelah mengucapkan dan menyentukan daun hahidup yang telah dicelupkan ke darah ayam (Acara peneguhan). Maka dukum beranak membenturkan kepala mempelai laki-laki dengan kepala mempelai perempuan sambil berkata sangiang duata memelihara kedupan saudara . Sebelum pelaksanaan sangkolat terlebih dahulu pembayaran adat/Mas Kawin yang dipimpin oleh pemuka adat dayak tomun. (Jaman dulu). Pemaknaan Upacara..., Agnesia Wardhani, FIKOM UMN, 2015.

(8) 22. Apa pesan denotatif dan konotatif dalam ritual tersebut? Jodoh telah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa Manusia hanya berusaha tetapi Tuhan yang menentukan.. 23. Bagaimana ekspresi wajah saat ritual tersebut dilakukan? Penuh keceriaan, karena mereka akan di persatukan sebagai suami isteri. Begitu pula keluarga dan masyarakat yang ada pada acara tersebut semua merasakan kegembiraan itu 24. Bagaimana intonasi suara pada saat upacara ritual tersebut? Dengan lantunan tetapi penuh wibawa.. Pemaknaan Upacara..., Agnesia Wardhani, FIKOM UMN, 2015.

(9) 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran Situasi Komunikasi. Paradigma Konstruktivis. Teori: Interaksi Simbolik. Upacara Pernikahan Bujang Babini Dara Balaki. Metode: Etnografi Komunikasi. Peristiwa Komunikasi. Tindak Komunikasi. Aspek Kebudayaan. Pemaknaan Rangkaian Upacara Pernikahan “Bujang Babini Dara Balaki” 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran. Penjelasan: situasikomunikasi,. Penelitian. ini. bertujuan. untuk. meneliti. tentang. peristiwa komunikasi, dan tindak komunikasi dalam. pemaknaan rangkaian upacara ritual penikahan “Bujang Babini Dara Balaki. Untuk melihat aspek kebudayaan, bahasa, dan interaksi sosial dalam upacara pernikahan “Bujang Babini Dara Balaki”, peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, teori interaksianisme simbolik, dan metode etnografi komunikasi.. 28 Pemaknaan Upacara..., Agnesia Wardhani, FIKOM UMN, 2015.

(10) Daftar Riwayat Hidup Agnesia Wardhani Data Personal: Nama Panggilan. : Agnes. HP/pin. : 081289627080/ PIN: 7DB135FE. Alamat. : Jalan Bidar Raya nomor 32, Kelapa Dua, Gading Serpong, Tangerang. E-mail. : Nesagnesia@gmail.com. Tempat/tgl.Lahir. : Pangkalan Bun 5 Juni 1993. Agama. : Kristen. Hobi. : Membaca dan menonton. Pendidikan Formal: Universitas Multimedia Nusantara. : 2011 - 2015. SMA Katolik Palangka Raya. : 2008 - 2011. SMP Negeri 6 Palangka Raya. : 2005 - 2008. SD Negeri 2 Tapin Bini. : 1999 - 2005. Skill: Dapat mengoperasikan komputer (Microsoft office) Mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan sedikit bahasa Inggris. Deskripsi diri: Tinggi Badan 150 cm Berat Badan 42 kg Pekerja keras, Cepat belajar, inovatif, dan kreatif Dapat bekerja dalam tim dengan baik walaupun dengan pengawasan minim Mudah beradaptasi. Pemaknaan Upacara..., Agnesia Wardhani, FIKOM UMN, 2015.

(11)

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu.............................................................................10  Tabel 3.1  Key Informan........................................................................................34  Tabel 4.1  Data Penduduk Masy

Referensi

Dokumen terkait