• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KARYA SASTRA DAN PSIKOLOGIS. Menurut suatu defenisi tidak mudah sebab defenisi selalu berusaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KARYA SASTRA DAN PSIKOLOGIS. Menurut suatu defenisi tidak mudah sebab defenisi selalu berusaha"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KARYA SASTRA DAN PSIKOLOGIS

2.1 Karya Sastra

Menurut suatu defenisi tidak mudah sebab defenisi selalu berusaha mmberikan pengertian yang tepat dan sedekat mungkin terhadap sesuatu dalam kalimat yang relatif singkat dan padat. Demikian juga dengan defenisi sastra, tetapi bukan berarti sastra itu tidak dapat didefenisikan.

Secara etimologi dapat ditinjau bahwa kata sastra yang dalam kehidupan sehari-hari disebut juga kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta. Kata dasar kesusastraan ialah sastra yang berarti tulisan, karangan. Sastra mendapat awalan sehingga maknanya menjadi tulisan atau karangan yang indah. Dalam bahasa Indonesia sastra mendapat konfiks ke-an hingga menjadi kesusastraan yang berarti kumpulan tulisan atau karangan yang indah.

Kata sastra dapat ditemukan dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan hanya sekedar istilah untuk menyebutkan fenomena yang sederhana. Sastra merupakan istilah yang memiliki arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda.

Kita dapat membicarakan sastra secara umum misalnya bedasarkan aktivitas manusia tanpa mempertimbangkan budaya, suku, maupun bangsa.

(2)

Karya sastra dipandang sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati. Orang-orang tertentu pada masyarakat dapat menghasilkan karya sastra, sedangkan orang lain dalam jumlah yang besar dapat menikmati karya sastra itu dengan cara mendengarkan atau membacanya. karena karya sastra dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, langsung diucapkan atau lisan, lewat radio, majalah, buku, dan sebagainya.

Bahasa, baik lisan maupun tulisan, merupakan bahan pokok karya sastra. Dengan perkataan lain, karya sastra mengandung kumpulan dari bentuk bahasa yang digunakan dalam berbagai pola yang sistematis. untuk menyampaikan segala ide atau gagasan. Jadi, karya sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Dalam proses penciptaan suatu karya sastra, pengarang tidak hanya mengekspresikan apa yang ada pada jiwa mereka ke dalam suatu karya sastra, tetapi diperlukan kemampuan pendidikan yang mapan dan kejelian dalam menganalisis serta memasukkan ilmu lainnya, seperti psikologi, filsafat, antropologi, sosiologi, dan lain-lain. Dengan pendidikan yang mapan dan kejelian menganalisis serta memasukkan pengetahuan lainnya ke dalam suatu hasil karya sastra, karya sastra tersebut terasa bermanfaat di samping mempunyai unsur kenikmatan.

(3)

Hubungan sastra dengan psikologi, sosiologi, dan antropologi sangat dekat. Hal ini karena sastra dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan tersebut mempunyai objek yang sama yaitu manusia yang mencakup lingkungan dan kehidupannya. Darma (1983 : 52) mengemukakan bahwa, “Sastra sebenarnya pengungkapan masalah hidup, filsafat dan ilmu jiwa. Pengarang adalah ahli ilmu jiwa dan filsafat yang mengungkapkan masalah hidup, kejiwaan, dan filsafat melalui tulisan sastra”.

Dari kutipan di atas dapat dilihat bagaimana eratnya hubungan jiwa pengarang dalam melukiskan karya sastra sebagai dorongan dari jiwanya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa karya sastra diperkaya atau berisikan nilai-nilai kehidupan serta pengalaman manusia.

2.2 Bahasa sebagai Media Karya Sastra

Setiap karya seni mempunyai fungsi sosial, tetapi setiap karya seni itu tidak sama nilai fungsi sosialnya. Di antara beberapa hasil karya seni, karya sastralah yang mempunyai fungsi sosial yang lebih besar karena dengan menggunakan medium bahasa, sastra dapat lebih banyak dan lebih leluasa mengungkapkan atau mengekspresikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi penyempurnaan kehidupan manusia.

Bahasa dalam kesusastraan seperti juga dalam bidang yang lain adalah media berhubungan antara sesama anggota masyarakat dalam kegiatan sosial dan

(4)

kebudayaan, tetapi gaya bahasa dalam kesusastraan berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Sekalipun demikian, penggunaan bahasa dalam sastra sendiri pun mempunyai perbedaan. Oleh karena itu, sastra tidaknya sebuah hasil tulisan sangat tergantung pada kemampuan pengarang menggunakan bahasa, tetapi bukan berarti isi dan pesan tidak diperhatikan.

Bahasa yang baik dan mampu membangun karya sastra adalah bahasa yang matang, dan mempunyai makna. Kelenturan bahasa dieksploitasi oleh pengarang sedemikian rupa dan seluas mungkin, seperti memilih kalimat, diksi, dan ungkapan yang khusus, pemakaian bahasa kias seperti tamsil, metafora, dan lain-lain untuk mencapai suatu kesan sensitif dan kehaluasan rasa.

Dasar penggunana bahasa dalam karya sastra bukan sekedar kata itu mengusik dan meninggalkan kesan kepada pembaca. Nilai konotasi yang lebih luas dari pengertian denotasi amat penting. Setiap karya yang dipilih boleh diasosiasikan kepada berbagai daerah. Oleh sebab itulah, dalam karya sastra tidak ada pengertian yang sama bila ditinjau dari sudut kesan sensitivitias, dari sudut bunyi, lambang. Setiap pilihan kata mempunyai pengertian tersendiri, misalnya kata cantik, molek, bagus, baik, anggun, indah, dari sudut denotasi mungkin artinya sama, tetapi kesan kata-kata ini berbeda.

Sebagiamana telah dikemukakan di atas, cerita hikayat Putri Merak Jingga berasal dari daerah Sumatera Utara yang kemudian di translit oleh Rosmawati R.

(5)

ke dalam bahasa Indonesia. Secara umum keseluruhan hikayat ini dapat dipahami isinya karena bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia,

.

2.3Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari bahasa latin, yaitu psyche berarti jiwa dan logos artinya ilmu. Dengan demikian psikologi dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ilmu jiwa.

Jiwa sebagai objek dari psikologi tidak dapat dilihat, diraba, atau disentuh. Jiwa adalah sesuatu yang abstrak, hanya dapat diobservasi melalui hasil yang ditimbulkannya. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku dan aktivitas lainnya sebab tingkah laku mempunyai arti yang lebih nyata daripada jiwa karena itu lebih mudah untuk dipelajari. Melalui tingkah laku, pribadi sesorang dapat terungkap dengan mudah, cara makan, berjalan, berbicara, menangis, dan sebagainya merupakan suatu perbuatan terbuka sedangkan perbuatan tertutup dapat dilihat dari tingkah lakunya seperti berpikir, takut, dan lain-lain.

Tingkah laku dalam psikologi bukan hanya yang nyata tetapi meliputi eksistensi yaitu perpanjangan tingkah laku nyata. Tanda – tanda akan tampak pada tubuh sebagai akibat terlalu sering tingkah laku atau kebiasaan tersebut dilakukan. Seperti halnya seorang periang dan sering tertawa akan meninggalkan tanda - tanda di wajahnya dan kita dapat langsung menilai orang tersebut. Efek - efek permanen memungkinkan seorang psikolog mampu mempelajari jiwa manusia melalui tingkah lakunya..Suatu prinsip yang bagaimanapun adalah mutlak dalam psikologi yaitu bahwa tingkah laku

(6)

merupakan ekspresi dari jiwa. Karena itu ekspresi mempunyai peranan yang penting dalam psikologi sekalipun patut diketahui bahwa tidak semua yang terdapat dalam jiwa diekspresikan dalam tingkah laku.

Aminuddin ( 1990 : 49 ) menyatakan bahwa :

…….. ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan perbuatan individu semua berbentuk dorongan da ( impulsum : dorongan, tolakan, rangsangan, rasa ). Dalam diri manusia yang menyebabkan timbulnya macam – macam aktifitas fisik dan psikis dijelaskan oleh psikologis.

Secara umum psikologi mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Dengan semakin kompleksnya masyarakat. Maka psikologi memegang peranan yang penting dalam memecahkan masalah manusia. Para ahli psikologi para ahli psikologi menaruh perhatian terhadap segala masalah yang beraneka ragam. Namun yang jelas disiplin ilmu psikologi mempelajari tindak tanduk atau tingkah laku manusia di mana pun berada. Tingkah laku tersebut merupakan hasil perpadanan yang dipadatkan oleh tiap – tiap individu dengan lingkungan dan keinginannya. Artinya tingkah laku itu lahir berdasarkan pertimbangan – pertimbangan yang dialami dalam kehidupan, kemudian dicetuskan dalam sikap – sikap yang sesuai dengan norma atau adat istiadat di mana individu tersebut dilahirkan.

Psikologi pada pokoknya menyibukkan diri dalam masalah aktifitas phisikis seperti membenci, mencintai, menanggapi, berbicara,dan penampilan diri, emosi – emosi yang terdapat dalam bentuk tangis dan senyum. Misalnya jika seorang mencintai orang lain tentu saja rasa itu diungkapkan dalam bentuk kasih sayang dan penuh perhatian terhadap orang dicintai. Tetapi seseorang membenci orang

(7)

lain hal tersebut juga dap[at kelihatan dari tingkah lakunya apakah rasa bencinya itu disebabkan karena rasa iri, kurang senang, dan sebagai berikut.

Jadi psikologis menyelidiki kepribadian individu dalam bentuk tingkah laku dan penyesuaian dirinya dengan linkungan, dan sekaligus hubungan timbal balik dengan sesamanya, dengan perincian :

1. Ilmu pengetahuan yaitu suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan metode – metode tertentu yang bersifat ilmu. Sedangkan psikologis disamping ilmu yang merupakn seni karna dalam penerapannya dalam kehidupan manusia diperlukan keterampilan dan kreatifitas tersendiri. 2. Tingkah laku dan kegiatan mempunyai arti konkrit yang dapat diamati dengan

panca indra, sehingga tingkah laku mudah dikenal dan mudah dipelajari. 3. Lingkungan yaitu tempat manusia hidup, berinteraksi, menyesuaikan diri, dan

mengembangkan dirinya. Indvidu menerima pengaruh dari lingkungan, memberi tanggapan, mencontoh dan belajar berbagai hal dari lingkungan.

Pendapat Aminuddin di atas menunjukkan bahwa mempelajari jiwa manusia harus dilihat dari tingkah - laku dan perbuatan individu yang berdasarkan tingkah lakunya sehari-hari.

2.4 Pendekatan Psikologis

Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas peristiwa perilaku yang beragam. Bila

(8)

ingin melihat dan mengenal manusia dalam hal ini tokoh-tokoh cerita hikayat Putri Merak Jingga. lebih dalam diperlukan psikologi.

Penjelasan ke dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui lebih lanjut tentang seluk-beluk manusia yang unik merupakan sesuatu yang merangsang dan sangat menarik. Banyak penulis dan peneliti sastra yang mendalami masalah psikologi untuk dapat memahami karya sastra dengan bantuan psikologi.

Para tokoh psikologi memberikan inspirasi untuk pemecahan misteri tingkah laku manusia melalui teori-teori psikologi. Di antaranya adalah teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud, Freudlah yang secara langsung berbicara tentang proses penciptaan seni sebagai akibat tekanan dan timbunan masalah di alam bawah sadar yang kemudian disublimasikan ke dalam bentuk penciptaan karya seni.

Teori-teori mengenai psikologi sastra terus berkembang seiring dengan berjalanya waktu Reokhan dalam Aminuddin (1990 : 89) mengatakan bahwa,

………Psikologi sastra sebagai salah satu disiplin ilmu ditopang oleh tiga pendekatan studi, yaitu (1) pendekatan ekspresif, yang mengkaji asepek psikologis penulis dalam proses kreatif yang terproyeksi lewat karya ciptaanya, (2) pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra dan (3) pendekatan reseptif pragmatis yang mengkaji aspek psikologis pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya sastra yang dinikmatiknya serta proses rekreatif yang ditempuh dalam menghayati teks sastra tersebut.

Dalam pembahasan ini penulis menggunakan pendekatan tekstual yaitu mengkaji aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra. Sebagai salah satu

(9)

pendekatan dalam studi psikologis sastra pendekatan tekstual pada mulanya hanya bertumpu pada pendekatan psikologi dalam atau psikologi analisis yang dikembangkan Freud. Sekarang pendekatan tekstual tidak hanya bertumpu pada pendekatan psikologi analisis, tetapi juga pendekatan-pendekatan psikologi yang lain seperti pendekatan psikologi kognitif, behavioral dan pendekatan eksistensial.

Pendekatan psikologis kognitif beranggapan kepribadian manusia dibentuk oleh faktor agen internal atau pembawaan. Pendekatan psikologis behavioral berpijak pada anggapan bahwa kepribadian manusia adalah hasil bentukan dari lingkungan tempat ia berada. Pendekatan psikologis eksistensial menegaskan bahwa manusia membentuk dirinya sendiri dalam pola jalan hidup yang dipilihnya sendiri.

Jadi, dari uraian di atas dapat diketahui begitu luasnya materi psikologis sastra. Dalam pembahasan penelitian ini menggunakan pendekatan tekstual dengan teori behavioral. Pendekatan behavioral. mengabaikan faktor pembawaan lahir seperti, kecerdasan, bakat, insting, dan lain-lain. Dengan kata lain manusia dianggap sebagai produk lingkungan. Manusia menjadi jahat, beriman, penurut, berpandangan luas atau kolot adalah hasil dari bentukan lingkunganya. Berdasarkan hal ini, perilaku manusia disebut sebagai respon yang akan muncul kalau ada stimulus tertentu yang berasal dari lingkunganya. Perilaku manusia

(10)

selalu dipandang dalam bentuk hubungan stimulus dan respon atau stimulus respon. Mengenal pendekatan behavioral lebih lanjut Roekhan dalam

Aminuddin (1990 : 96) mengatakan bahwa :

……Untuk menerapkan pendekatan bahavioral dalam studi sastra, haruslah dilakukan dengan mengikuti tahapan berikut :

(1)Mencari dan menentukan tokoh cerita yang akan dikaji

(2)Menelusuri perkembangan karakter sang tokoh yang dikaji. Penelusuran ini dapat dilakukan terhadap (a) lakukan sang tokoh (b) dialog sang tokoh (c) pemikiran sang tokoh.

(3)Mengidentifikasi perilaku sang tokoh dan mendeksripsikan serta mengklasifikasikanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui macam-macam perilaku yang telah ditujukan oleh sang tokoh sebagai landasan untuk mengindentifikasi lingkungan yang telah membentuk perilakunya.

(4)Menghubungkan perilaku yang muncul dengan lingkungan yang melatarinya.

2.5 Hubungan Sastra Dengan Psikologi

Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah atau subcooncius. Setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam, bentuk tertentu secara sadar dalam bentuk penciptaan karya sastra. Jadi, proses penciptaan karya sastra terjadi dalam dua tahap, tahap pertama dalam bentuk meramu gagasan dalam situasi imajinatif dan abstrak kemudian dipindahkan ke dalam tahap kedua yaitu penulisan karya yang sifatnya mengongkritkan apa yang sebelumnya dalam bentuk abstrak.

Freud dengan teori psikoanalisisnya menggambarkan bahwa pengarang dalam menciptakan suatu karya sastra diserang oleh penyakit jiwa yang

(11)

dinamakan neurosis. Bukan hanya itu saja, bahkan kadang-kadang sampai pada tahap psikosis seperti sakit saraf dan mental yang membuatnya berada dalam kondisi sebagai tertekan (bukan berarti gila), berkeluh kesah akibat ide dan gagasan yang menggelora serta menghendaki agar disublimasikan atau disalurkan dalam bentuk penciptaan yaitu karya sastra. Oleh karya sastra tidak dapat dilepaskan dari masalah penciptaan yang diikuti oleh berbagai macam masalah kejiwaan maka untuk menggunakan pendekatan psikologis ini harus melalui dukungan psikolgi. Pengetahuan psikologi yang minim tentu saja akan mempersulit pemahaman ataupun pemakaian pendekatan psikologis.

Sastra sebagai gejala kejiwaan di dalamya terkandung fenomena kejiwaan yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Dengan demikian, karya sastra (teks sastra) dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologis. Hal ini tentu dapat kita terima karena antara sastra dengan psikologi memiliki hubungan lintas yang bersifat tak langsung dan fungsional.

Tidak langsung artinya hubungan itu ada karena baik sastra maupun psikologi kebetulan memiliki tempat berangkat yang sama yaitu kejiwaan manusia secara mendalam. Hasil penangkapan itu setelah mengalami proses pengolahan diungkapkan dalam bentuk sebuah karya sastra. Perbedaanya adalah pengarang mengemukakanya dalam bentuk formulasi penelitian psikologi. Dengan demikian tidaklah mengada-ada kalau antara sastra dan psikologi dapat dilakukan kajian lintas disiplin ilmu.

(12)

Psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional, yakni sama-sama berguna untuk sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Perbedaanya gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaan dari manusia imajiner sedangkan dalam psikologis manusia dalam dunia nyata. Sekalipun demikian kedunya dapat saling melengkapi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap kejiwaan manusia karena mungkin saja apa yang teruangkap oleh pengarang tidak mampu diamati oleh psikolog atau bahkan sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa karya sastra sebenarnya tidak dapat dilepaskan oleh penganut paham-paham strukturalisme tradisional. Mereka menganggap bahwa karya sastra itu bersifat otonom lepas sama sekali dari penulisnya, padahal antara keduanya terdapat hubungan kausalitas atau sebab-akibat yaitu karya sastra merupakan hasil kreativitas pengarangnya tidak mungkin lahir tanpa ada penulis sebagai penuturnya. Itulah sebabnya keterangan tentang psikologi pengaran sangat bermanfaat bagi kejiwaan psikologis sastra, khususnya dalam kajian psikologis pengarang.

Dalam penelitian ini tidak menyinggung sedikit pun tentang apa dan siapa pengarang cerita hikayat Putri Merak Jingga karena setiap hasil karya sastra lama memang bersifat anonim maksudnya pengarang tidak mencantumkan namanya. Lagi pula analsiis ini bukanlah mengenai analisis pengarang melainkan analisis

(13)

psikologi terhadap tokoh. Jadi, yang dianalisis tentu saja para tokoh yang berperan di dalam karya sastra tersebut.

Karya sastra yang bermutu menurut pandangan pendekatan psikologis adalah karya sastra yang mampu menggambarkan kekalutan dan kekacauan batin manusia karena hakekat kehidupan manusia itu adalah perjuangan menghadapi kekalutan batinya sendiri. Perilaku yang tampak dalam kehidupan diri mereka masing-masing. Apa yang diperhatikan belum tentu sama dengan apa yang sesungguhnya terjadi dalam dirinya karena manusia sering berusaha menutupinya. Kejujuran, kecintaan, kemunafikan, dan lain-lain berada dalam batin masing-masing yang terkadang terlihat gejalanya dari luar dan kadang-kadang tidak. Oleh sebab itu, kajian tentang dan tokoh harus ditekannya pada aspek kejiwaan dan tentu saja tidak lepas dari teori psikologi.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy, tinjauan psikologi sastra menggunakan pendekatan tekstual (tertulis), yaitu mengkaji aspek

Konflik Batin Sosok Intan dalam Novel Alun Samudra Rasa Karya Ardini Pangastuti Bn (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi: Progam Studi Sastra Daerah Fakultas

Psikologi dapat digunakan untuk menilai karya sastra karena psikosastra dapat menjelaskan proses kreatif pengarang, yakni menganalisis secara psikologis tokoh- tokoh dalam drama

Dapat disimpulkan bahwa psikologi sastra ilmu yang membeljari mengenai kejiwaan, kajian saatra yang mengkaji aktivitas kejiwaan manusia atau mempelajari manusia

Minderop (2011: 54) mengatakan terdapat tiga cara untuk memahami keterkaitan antara ilmu psikologi dan sastra, yaitu: a) menganalisis unsur kejiwaan pengarang

Penelitian Relevan Penelitian relevan yang berhubungan dengan analisis kepribadian tokoh utama dalam suatu karya sastra, khususnya pada novel yang menggunakan pendekatan psikologi

Nilai-nilai psikologi pada sebuah cerita atau sebuah karya sastra dapat diwujudkan.. untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam lagi dimana ilmu

Menganalisis novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari melalui pendekatan psikologi sastra, secara praktis diharapkan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami isi cerita