• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. tersebut. Kedekatan dengan Kota Ternate di Pulau Ternate juga mempemudah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. tersebut. Kedekatan dengan Kota Ternate di Pulau Ternate juga mempemudah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geogarfis Kota Tidore Kepulauaan

Secara geografis, letak kota Tidore kepulauan berada hampir di tengah tengah wilayah Propinsi Maluku Utara sehingga memiliki aksesibilitas yang hampir merata keseluruh kawasan Propinsi Maluku Utara, Kota Tidore Kepulauan terdapat pusat pemerintahan propinsi, yang berpusat dikelurahan Sofifi. Sebagian besar sarana dan prasarana perkantoran pemerintah Propinsi diarahkan pembanggunanya dikawasan tersebut. Kedekatan dengan Kota Ternate di Pulau Ternate juga mempemudah aksesbilitas dari Tidore ke Ternate yang terdapat sejumlah sentra jasa dan perdagangan serta pelabuhan dan Bandar udara yang memadai untuk pelayanan dalam skala nasional.

Batas wilayah Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Pulau Ternate dan Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat.

- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wasile Selatan Kabupaten Halmahera Timur dan Kecamatan Weda, Kabupaten Halmahera Tengah.

- Sebelah selatan berbatsan dengan Kecamatan Gane Barat Kabuten Halmahera Selatan dan Kecamatan Pulau Moti Kota Ternate.

(2)

Tidore merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari pulau Tidore dan beberapa pulau kecil serta sebagian daratan pulau Halmahera bagian barat. Pulau Tidore tergolong besar, di samping sebagian di daratan pulau Halmahera dan pulau-pulau kecil seperti pulau-pulau Maitara, pulau-pulau Mare, pulau-pulau Failonga, Pulau Woda dan pulau-pulau Radja. Kondisi lain kota Tidore kepulauan terkait dengan daerah administratif adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan Tidore Pulau, dengan jumlah Desa sebanyak 2 desa dan 8 Kelurahan; 2. Kecamatan Tidore Selatan, dengan jumlah Desa sebanyak 2 Desa dan 6

Kelurahan;

3. Kecamatan Tidore Utara, dengan jumlah Desa sebanyak 2 Desa dan 6 Kelurahan; 4. Kecamatan Tidore Timur, dengan jumlah Desa 3 Desa dan 7 Kelurahan

5. Kecamatan Oba, dengan jumlah Desa sebanyak 7 Desa, Kecamatan Oba Utara 8 Desa, Kecamatan Oba Tengah 7 Desa dan 5 kelurahan, dan Kecamatan Oba Selatan dengan jumlah Desa sebanyak 8 Desa.

2.2. Keadaan Geografis

Kota Tidore Kepulauan merupakan suatu Kota Madya Maluku Utara. Kota Tidore Kepulauan sebelumnya adalah sebagai Ibukota (Kota Administratif) Kabupaten Halmahera Tengah. Kota Tidore Kepulauan dideklarasikan melalui Undang-undang (UU) No. 01 tahun 2003 tentang pembentukan kabupaten/kota Provinsi Maluku Utara dan diresmikan pada tanggal 31 Mei tahun 2003. Dengan luas

(3)

wilayah 13.862,86 km2, berada pada posisi 3 lintang utara dan 3 lintang selatan serta 124-129 bujur timur.

Kota Tidore memiliki keunikan lokal yang tidak dimiliki oleh daerah lain di belahan ini, di mana keunikan lokal tersebut mempunyai peranan dalam menentukan arahan pengembangan Kota Tidore Kepulauan dimasa mendatang khususnya disektor pariwisata. Oleh karena itu, perlu mempertimbangkan aspek tersebut, sehingga Kota Tidore Kepulauan mempunyai posisi tawar terhadap daerah lain.

Penduduk Kota Tidore Kepulauan sangat heterogen hal ini disebabkan karena daerah ini selain dihuni oleh etnis asli yaitu Tidore, juga dihuni etnis pendatang seperti Gorontalo, Bugis-Makasar, Buton dan Jawa .

Selanjunya untuk mengetahui jumlah penduduk menurut golongan umur di Kota Tidore Kepulauan dapat dilihat pada tabel dibawa ini.

Tabel 1. Jumlah penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin di kota Tidore kepulauan Tahun 1991-2000

NO Tahun Golongan Umur Laki-laki Peremp uan Jumlah 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 1991-1993 1993-1995 1995-1997 1997-2000 7-15 tahun 16-21 tahun 22-59 tahun 60 tahun keatas 38.356 43.172 31.246 40.112 35.122 31.212 27.951 38.854 73.478 74.384 59.197 78.966

Sumber: kantor camat Kota Tidore Kepulauan tahun 2000

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, sebenarnaya penduduk yang ada di kota Tidore kepulauan sesuai dengan golongan umur baik laki-laki maupun

(4)

perempuan untuk umur 7-15 tahun berjumlah 73.478 jiwa, umur 16-21 tahun berjumlah 74.384, umur 22-59 tahun berjumlah 59.197, umur 60 tahun keatas berjumlah 78.966. Dari data yang ada maka dapat dikatakan jumlah penduduk yang terbanyak meraka yang masuk pada kategori produktif.

Tabel 2. Kaedaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Perkecamatan Kota Tidore Kepulauan Tahun 1991-2000

NO Tahun Kecamatan Jmlh. Penduduk (jiwa) Jumlah Laki-laki Perempuan 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 1991-2000 1991-2000 1991-2000 1991-2000 1991-2000 1991-2000 1991-2000 Kecamatan Tidore Tidore Selatan Tidore Utara Tidore Timur Kec. Oba utara Kec. Oba Tengah Kec. Oba Selatan

41.114 39.316 38.356 43.172 31.246 41.142 40.112 36.369 32.010 35122 31.212 27.951 31.103 38.854 78.966 71.326 77.483 73.478 74.384 59.197 72.245 Sumber: kantor camat Kota Tidore Kepulauan tahun 2000

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa jumlah penduduk terbesar dari tuju kecamatan Tidore dengan jumlah penduduk 78.966 jiwa, yang kedua adalah Tidore Utara dengan jumlah penduduk 77.483 jiwa, ketiga yakni Kec. Oba utara dengan jumlah penduduk 74.384 jiwa dan jumlah penduduk terkecil adalah Kec. Oba Tengah dengan jumlah penduduk 59.197 jiwa, tergolong dalam jumlah penduduk terkecil dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan lainnya di Kota Tidore Kepulauan

(5)

Apabila komposisi yang mendiami di Kota Tidore Kepulaun dilihat berdasarkan jenis kelaimin, maka nampak bahwa penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelaimin perempuan.

2.3 Etnis

Kota Tidore merupakan daerah dengan kondisi multietnik. Suku bangsa yang mendiami kota tidore kepulaun adalah penduduk asli masyarakat kota tidore kepulauan dan etnis pendatang diantaranya; Weda, Buton, Bugis, Makasar, Makean, Cina, Jawa, Gorontalo, sanger, Patani, Tobaru. Keanekaragaman tersebut merupakan sebuah kekayaan yang perlu mendapat perhatian khusus. Kekayaan ini mencakup wujud-wujud kebudayaan yang didukung oleh masyarakatnya. Setiap suku bangsa itu memiliki sistem dan nilai budaya yang khas, yang membedakan jati diri mereka dari suku bangsa lain. Perbedaan ini akan nyata dalam gagasan-gagasan dan hasil-hasil karya yang akhimya dituangkan lewat interaksi antar indrvidu, antar kelompok, dengan kondisi alam sekilamya. Perbedaan tersebut apabila tidak ditangani dengan baik dapat menjadi sumber pemecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Namun sebaliknya apabila dikelola dengan baik, akan menjadi salah satu perekat bangsa. Beranjak dari kondisi tersebut, perlu diupayakan pembinaan, pengkajian dan penelitian sejarah dan budaya setiap suku bangsa. Upaya-upaya tersebut dimaksudkan untuk memperkuat penghayatan sejarah dan pengamalan budaya bangsa.

(6)

Mata pencaharian penduduk kota tidore kepulauan berfariasi penduduk yang mendiami daerah pedesaan pada umumnya bekerja sebagai petani biasa dan petani tahunan (cingkeh, pala dan kelapa) dan wiraswasta. Disamping itu juga bekerja sebagai buru bangunan, sebagian juga nelayan, dan sebagian besar bekerja di Lembaga Pemerintahan Kota Tidore Kepulauan dan Provinsi Maluku.

2.4 Kondisi Ekonomi dan Sistem Mata Pencarian

Salah satu faktor tumbuh dan berkembangnya suatu daerah sangat tergantung pada sejauh mana sistim perdagangan yang dilakukan secara efektif, simultan, kontinyu dalam kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Karena sektor perdagangan merupakan salah satu variabel dari proses kegiatan ekonomi yang memiliki peranan vital yang menghubungkan kelancaran barang dan jasa untuk memenuhi kebutuahn masyarakat melalui kegiatan hukum ekonomi yang berhubungan dengan permintaan dan penawaran. Di kepulauan Tidore sebagaimana juga seperti di daerah lain telah disediakan oleh masyarakat maupun pemerintah tempat perangkat sarana dan prasarana perdagangan yang cukup memadai.

Mata pencaharian masyarakat Tidore bervariasi, penduduk yang mendiami daerah pedesaan pedesaan pada umumnya bekerja sebagai petani tahunan (cingkeh dan pala), para nelayan di mana sangat menguluti hasil laut dengan Potensi perikanan sangat berfariasi di antaranya terdiri dari ikan pelagis besar (tuna, cakalang, tongkol, cucut dan tanggiri) dan pelagis kecil (kakap merah, lencam, ekor kuning, gulana, gerat-gerat, dan kerapu) serta potensi non ikan (cumi-cumi, teripang, lobster,

(7)

kepiting, rumput laut dan ubun-ubun), dan wiraswasta. Di samping itu juga bekerja di lembaga pemerintahan Kota Tidore Kepulauan.

2.3. Struktur Pemerintahan

Masyarakat Tidore pada umumnya merupakan suku asli Tidore dengan struktur pemerintahan berbentuk kerajaan yang dipimpin oleh seorang Kolano (sultan), kebiasaan yang sangat menonjol dalam tata pergaulan masyarakat Tidore adalah gotong-royong yang merupakan satu sikap mental yang hidup dan terpelihara sampai sekarang yang merupakan peninggalan masa lalu seperti nampak pada kebiasaan yang bersifat sosial antara lain :

Mayae (bentuk tolong menolong dalam berbagai hal seperti membangun rumah dan lain sebagainya.

Bari dan Maong (bentuk tolong menolong dalam hal pembersihan kebun) Sistem pemerintahan di Tidore cukup mapan dan berjalan dengan baik. struktur tertinggi kekuasaan berada di tangan sultan. Menariknya, Tidore tidak mengenal sistem putra mahkota sebagaimana kerajaan-kerajaan lainnya di kawasan Nusantara. Seleksi sultan dilakukan melalui mekanisme seleksi calon-calon yang diajukan dari Dano-dano Folaraha (wakil-wakil marga dari Folaraha), yang terdiri dari Fola Yade (rumah hukum), Fola Ake Sahu, (rumah air panas) Fola Rum(rumah kampung), dan Fola Bagus (rumah indah). Dari nama-nama ini, kemudian dipilih satu di antaranya untuk menjadi sultan.

(8)

Ketika Tidore mencapai masa kejayaan di era Sultan Nuku, sistem pemerintahan di Tidore telah berjalan dengan baik. Saat itu, sultan (kolano) dibantu oleh suatu Dewan wazir, dalam bahasa Tidore disebut Syara, adat se nakudi. Dewan ini dipimpin oleh sultan dan pelaksana tugasnya diserahkan kepada Joujau (perdana menteri). Anggota Dewan wazir terdiri dari Bobato pehak raha (empat pihak bobato; semcam departemen) dan wakil dari wilayah kekuasan. Bobato ini bertugas untuk mengatur dan melaksanakan keputusan Dewan wazir. Empat bobato tersebut adalah:

1. Pihak labe, semacam departemen agama yang membidangi masalah syariah. Anggota pehak labe terdiri dari para kadhi, imam, khatib dan modim;

2. Pihak adat bidang pemerintahan dan kemasyarakatan yang terdiri dari Jojau, Kapita Lau (panglima perang), Hukum Yade (menteri urusan luar), Hukum Soasio (menteri urusan dalam) dan Bobato Ngofa (menteri urusan kabinet); 3. Pihak Kompania (bidang pertahanan keamanan) yang terdiri dari Kapita Kie,

Jou Mayor dan Kapita Ngofa;

4. Pihak juru tulis yang dipimpin oleh seorang berpangkat Tullamo (sekretaris kerajaan). Di bawahnya ada Sadaha (kepala rumah tangga), Sowohi Kie (protokoler kerajaan bidang kerohanian), Sowohi Cina (protokoler khusus urusan orang Cina), Fomanyira Ngare (public relation kesultanan) dan Syahbandar (urusan administrasi pelayaran).

Berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat menggunakan bahasa bahasa Tidore yang tergolong dalam rumpun non-Astronesia. Bahasa ini pula, masyarakat kemudian mengembangkan sastra lisan dan tulisan. Bentuk sastra lisan

(9)

yang populer adalah dola bololo semacam peribahasa atau pantun kilat, dalil tifa (ungkapan filosofis yang diiringi alat tifa atau gendang),dan kabata merupakan sastra lisan yang dipertunjukan oleh dua regu dalam jumlah yang banyak, argumennya dalam bentuk syair, gurindam dan bidal).

2.4. Kondisi Sosial Budaya

Betapa besar pentingnya kebudayaan itu untuk suatu bangsa dan Negara yang berawal dari pada kebudayaan daerah sangat meminta perhatian dan kesungguhan kita semua ikut menjaga, mengembangkan dan bahkan melestarikan, sehingga kebudayaan tetap berakar dan selannjutnya menghiasi wajah persadabunda pertiwi tercinta ini, apalagi budaya itu memiliki nilai-nilai yang memberikan semarak pengalaman daerah

Kebudayaan Kota tidak terlepas dengan latar belakang historis yang panjang dan berpengaruh terhadap budaya dan adat istiadat di daerah ini. Kerjaan Moloku Kie Raha (Tidore, Ternate, Bacan, dan Jailolo) pada dasarnya mempunyai budaya yang sama yang sering dikenal dengan budaya Moloku Kie Raha, hal ini karena empat kerajaan yang dipimpin oleh sultan yang mempunyai satu garis keturunan atau kakak beradik dalam sejarah mempunyai satu keturunan bangsa Arab, berkaitan dengan hal tersebut masuknya agama Islam di Maluku juga turut mempengaruhi budaya serta adat istiadat di daerah ini.

(10)

Kuatnya relasi antara masyarakat Tidore dengan Islam tersimbol dalam ungkapan adat mereka: Adat ge mauri Syara, Syara mauri Kitabullah () Perpaduan ini berlangsung harmonis hingga saat ini. Masyarakat di Tidore merupakan penganut agama Islam yang taat, dan Tidore sendiri telah menjadi pusat pengembangan agama Islam di kawasan kepulauan timur Indonesia sejak dulu kala. Karena kuatnya pengaruh agama Islam dalam kehidupan mereka, maka para ulama memiliki status dan peran yang penting di masyarakat.

Berkenaan dengan garis kekerabatan, masyarakat Tidore menganut sistem matrilineal. Namun, tampaknya terjadi perubahan ke arah patrilineal seiring dengan menguatnya pengaruh Islam di Tidore. Klen patrilineal yang terpenting mereka sebut soa. Dalam usaha untuk menjaga keharmonisan dengan alam, masyarakat Tidore menyelenggarakan berbagai jenis upacara adat. Di antara upacara tersebut adalah upacara Legu Gam Adat Negeri, upacara Lufu Kie daera se Toloku (mengitari wilayah diiringi pembacaan doa selamat), upacara Ngam Fugo, Dola Gumi, Joko Hale dan sebagainya.

Kota tidore kepulauan cukup kaya berbagai ragam bahasa daerah yang terdiri dari beberapa suku bangsa, Dari beragam suku bangasa dan bahasa daerah beragam pula budaya dan adat istiadat serta kebiasaannya yang sangat menonjol dalam tata pergaulan masyarakat Kota Tidore Kepulauan adalah tolong menolong atau gotong royang yang merupakan satu sikap mental yang hidup dan terpelihara sampai masa kini yang merupakan peninggalan masa lalu seperti nampak pada beberapa adat

(11)

kebiasaan yang bersifat sosial antara lain: Mayae (bentuk tolong menolong dalam hal pembersihan dan pembangunan rumah)

2.4.1. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di Kota Tidore Kepulauan sehingga upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia . Oleh kerena itu, Pemerintah Kota Tidore Kepulauan telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan baik peningkatan tenaga pengajar, saran penunjang seperti gedung-gedung sekolah maupun penambahan tenaga pengajar, ada penambahan fasilitas pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan formal antara lain : 6 (enam) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Tidore Kepulauan, 21 (dua pulu satu ) Sekolah Menengah Aatas (SMA) Kota Tidore Kepulauan, 43 (empat pulu tiga) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Kota Tidore Kepulauan, 115 (seratus lima belas) Sekolah Dasar (SD), 73 (tuju pulu tiga) Taman Kanak-kanak (TK) Kota Tidore Kepulauan, dan upaya ini dilakukan agar dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak-anak usia sekolah sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikan mulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.

2.4.2. Ketersedian Sumber Daya Manusia

Faktor-faktor utama yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah adalah bagaimana menumbuhkembangkan mentalitas SDM yang matang dan akuntabilitas serta responsif birokrasi yang profesional agar pelayanan yang diberikan bisa berhasil

(12)

guna dan berdaya guna supaya dirasakan oleh masyarakat umum. Apa yang dialami oleh pemerintah Kota Tidore Kepulauan dalam menjalankan tugas pokok pemerintah belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat, dalam hal pembangunan maupun pelayanan yang dirasakan oleh masyarakat, dalam hal pembangunan maupun pelayanan yang diberikan.

Hal ini disebabkan karena banyak aparat pemerintahan yang memepunyai tingkat pendidikan sekaligus pengetahuan dan ketrampilan kerja yang masih di bawa standar kebutuhan. Kebanyakan pegawai dalam hal ini aparat pemerintahan maupun yang menduduki jabatan struktural yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau disiplin ilmu masing-masing, akhirnya sangat berpengaruh kepada pelayanan itu sendiri. Kemudian adanya mutasi pegawai dari Kabupaten dari Kabupaten Induk ke kota Tidore Kepulauan dalam jumlah yang banyak maka penataan pegawai sesuai dengan job kerja terkesan simpan siur, sehingga penempatan SDM birokrasi yang tepat belum begitu sepadan tingkat pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Adapun kendala-kendala lain yang sangat berpengaruh terhadap pelayanan adalah permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan organisasi perangkat daerah Kota Tidore Kepulauan dalah volume kerja pada bidang kepegawaian tidak sebanding dengan struktur dan personil kerja atau volume dan beban kerja yang cukup besar, sehingga pelaksanaan tugas pokok mengalami keterlambatan dan

(13)

cenderung tidak berfungsi. Contohnya : dinas kelautan dan pertanian, meliputi: pertanian, peternakan, kelutan, kehutanan dan perkebunan.

Gambar

Tabel 1. Jumlah penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin di kota Tidore  kepulauan Tahun 1991-2000
Tabel 2. Kaedaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Perkecamatan Kota Tidore  Kepulauan Tahun 1991-2000

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data tersebut ternyata jumlah kematian anak balita paling tinggi dibandingkan dengan jumlah kematian bayi dan neonatus. Karena yang dilihat adalah

Pada diagram sankey dapat dilihat besarnya daya loss, hanya 10,78% saja yang diubah menjadi energi listrik, loss daya photovoltaic adalah 89,22% yang tidak dapat

Shinbyeong merupakan gejala awal dari kesurupan, shaman akan mengalami insomnia (penyakit susah untuk tidur) dan selalu merasa kesakitan. Gejala shinbyeong beragam, bergantung

Buton - Sei Tenam Pulau Lingga (Rehabilitasi Minor) 8.921.220 PRESERVASI REHABILITASI MINOR JALAN DABO - JAGOH PULAU SINGKEP 5.368.179 Preservasi Rehabiltasi Minor Jalan Dabo -

 Biaya penggantian kerusakan komponen yaitu harga komponen, biaya tenaga kerja.  Biaya penggantian karena program perawatan yaitu harga komponen, upah

161 Kabupaten Bandung merupakan kantor lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam pencatatan dan pengolahan data penduduk, Penulisan ini dibuat berdasarkan kebutuhan di

65 Bireun ATM SPBU JEUNIB Ds Blang Me Timur Kec Jeunib Kab Bireuen 66 Bireun ATM SPBU MITANA Jl Medan Banda Aceh Kec Peusangan Kab Bireuen 67 Bireun ATM SPBU PUTRI ARBIANA Ds Cot

Spesimen 1 gagal dihari ke-9 pengujian, sedangkan spesimen 2 gagal dihari ke-3 pengujian, sehingga dapat disimpulkan larutan Mattsson (spesimen 2) lebih reaktif