• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pengelolaan DAS pada dasarnya bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan (sustainability development) yaitu pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, pemerataan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan kualitas lingkungan dengan melibatkan semua pihak terkait (stakeholders). Adapun bentuk pengelolaan yang dikembangkan yaitu dengan menjaga kelestarian hutan di daerah hulu agar sumberdaya alam tetap lestari. Ketersediaan sumberdaya alam sangat berpengaruh kepada kehidupan masyarakat sekitar DAS, misalnya untuk pertanian, perikanan, industri dan air domestik untuk konsumsi rumah tangga.

Sub DAS Biyonga yang berada dalam kawasan DAS Limboto merupakan salah satu Sub DAS yang sangat penting dan strategis bagi masyarakat Gorontalo, karena memiliki kemampuan untuk menyediakan stock air sepanjang tahun yang bermuara sampai ke Danau Limboto. Sistem pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak-pihak yang terkait saat ini masih belum terkoordinasi dengan baik. Sementara itu, untuk pemanfaatan Sub DAS Biyonga yang dilakukan oleh masyarakat sekitar sangat berlebihan dan tidak terkendali, sehingga menimbulkan dampak kerusakan sumberdaya alam seperti erosi, sedimentasi, banjir dan tanah longsor.

Selain itu juga, selama ini masyarakat sekitar dan pemerintah daerah tidak mengetahui secara pasti berapa besarnya nilai ekonomi sumberdaya alam yang berada di Sub DAS Biyonga. Oleh karena itu, maka valuasi ekonomi sumberdaya alam di Sub DAS Biyonga sangat penting untuk dilakukan. Untuk mengetahui bagaimana kerangka pemikiran dari penelitian “valuasi ekonomi sumberdaya alam Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto di Kabupaten Gorontalo”, dapat dilihat pada Gambar 2.

Pada awal penelitian ini, dilakukan identifikasi sumberdaya alam di Sub DAS Biyonga. Proses identifikasi tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi aktual yang terjadi di Sub DAS Biyonga. Dalam melakukan identifikasi sumberdaya alam, metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi terhadap kondisi populasi di Sub DAS Biyonga yang berada dalam kawasan DAS Limboto.

(2)

Selanjutnya, didalam penelitian ini dilakukan valuasi ekonomi sumberdaya alam Sub DAS Biyonga. Valuasi ekonomi sumberdaya alam dilakukan untuk mengetahui berapa besar nilai sumberdaya alam untuk pertanian, perikanan, produk kehutanan dan industri, kemudian juga nilai keberadaan, nilai warisan, nilai pilihan dan nilai ekowisata, serta nilai air dan nilai karbon. Nilai guna langsung yang divaluasi dalam penelitian ini terdiri dari nilai sumberdaya alam untuk pertanian, perikanan, produk kehutanan dan industri serta nilai ekowisata. Nilai guna tak langsung yang divaluasi dalam penelitian ini terdiri dari nilai air dan nilai karbon. Nilai non-guna yang divaluasi dalam penelitian ini terdiri dari nilai keberadaan, nilai warisan dan nilai pilihan. Nilai pilihan yang divaluasi dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan pilihan konservasi sumberdaya alam di wilayah Sub DAS Biyonga. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi perhitungan ganda (double counting) maka nilai pilihan didalam penelitian ini dimasukkan kedalam perhitungan nilai non-guna. Metode analisis yang digunakan dalam melakukan valuasi ekonomi sumberdaya alam yaitu productivity method (nilai sumberdaya alam untuk pertanian, perikanan, produk kehutanan dan industri), contingent valuation method dan persamaan regresi linear berganda (nilai keberadaan, nilai warisan, nilai pilihan dan nilai ekowisata), water residual value (nilai air) dan benefit transfer (nilai karbon).

Pada akhirnya, yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menjumlahkan nilai ekonomi total (total economic value) sumberdaya alam Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto. Metode analisis yang digunakan dalam menjumlahkan nilai ekonomi total sumberdaya alam yaitu total economic value. Setelah mendapatkan nilai ekonomi total sumberdaya alam Sub DAS Biyonga, maka nilai tersebut didiskon faktorkan (5%, 10% dan 15%) dengan menggunakan analisis net present value (NPV) untuk memperkirakan nilai sumberdaya alam Sub DAS Biyonga pada masa yang akan datang (15, 25 dan 50 tahun yang akan datang). Hasil penelitian ini kemudian akan menjadi rekomendasi kepada pemerintah daerah maupun pusat sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam melakukan konservasi, pengelolaan dan pengawasan di Sub DAS Biyonga pada khususnya serta kawasan DAS Limboto pada umumnya.

(3)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan:

(---) : Lingkup Penelitian

Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam SUB DAS Biyonga Sub DAS Biyonga Kawasan DAS Limboto

Kabupaten Gorontalo

Kondisi Sub DAS Kritis Degradasi Lahan Illegal Logging Pemanfaatan DAS Berlebihan Kurangnya Pengawasan Kurangnya Kesadaran Hilangnya Nilai Sumberdaya Alam Pengetahuan Kurang Penilaian Rendah

Identifikasi Kondisi Aktual Sumberdaya Alam Sub DAS Biyonga

Analisis Deskriptif

Nilai Keberadaan, Warisan, Pilihan dan

Ekowisata

Nilai Pertanian, Perikanan, Produk Kehutanan dan Industri

Nilai Air dan Nilai Karbon

Contingent Valuation Method & Regresi

Water Residual Value & Benefit Transfer Productivity

Method

Total Economic Value Sumberdaya Alam Sub DAS Biyonga

Rekomendasi Kepada Pemerintah: Konservasi, Pengelolaan dan

Pengawasan

Net Present Value (NPV)

(4)

Sungai (DAS) di Propinsi Gorontalo

merupakan aplikasi model inventarisasi ekosistem. Untuk pengelolaan lebih terarah pada skala detail perlu dibangun suatu sistem pengelolaan terpadu dengan pemantapan zonasi kawasan sehingga pengelolaan ekosistem akan bermuara pada pengelolaan secara unik dan terintegrasi pada zonasi ekosistemnya yaitu zona hulu, zona tengah dan zona hilir.

Propinsi Gorontalo bekerjasama dengan Pusat Survei Sumberdaya Alam Darat Bakosurtanal (2005) Kajian Ekohidrologi Sebagai

Dasar Penetapan Pola Pengelolaan Danau Limboto Secara Terpadu

Sistem pengelolaan Danau Limboto harus merupakan bagian dari sistem pengelolaan lingkungan DAS disekitarnya secara terpadu. Untuk itu perlu didorong pengembangan sistem pengelolaan lingkungan daerah tangkapan air Danau Limboto dimana sistem pengelolaan lingkungan perairan Danau Limboto merupakan satu subsistem didalamnya. Analisis Kelembagaan Pusat Penelitian Limnologi LIPI bekerjasama dengan SKNVT PBPP Gorontalo (2006) Laporan Studi PES untuk

mengembangkan skema PES di DAS Deli, Sumatra Utara dan DAS Progo, Jawa Tengah

Pelaksanaan PES di Indonesia secara keseluruhan masih dalam tahap awal dan masih menunjukkan adanya keberagaman, hal ini sangat dimungkinkan karena skema PES sendiri dikembangkan dengan dasar sukarela (voluntary basis). Mekanisme penetapan harga jasa lingkungan dalam hal ini untuk setiap meter kubik air yang tersedia pada umumnya belum diketahui. Pembeli jasa lingkungan khususnya air dari kasus-kasus yang dipelajari meliputi swasta, PDAM, PLTA dan Pemerintah Kota sedangkan penyedia jasa yaitu petani yang melakukan rehabilitasi hutan dan lahan.

Analisis Ekonomi USAID (2007)

Analisis Willingness To Pay

Masyarakat Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten

Persentase responden yang bersedia untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan sebesar 52 responden (63%). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan atau ketidaksediaan responden terhadap pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab adalah penilaian terhadap kualitas air, jarak rumah ke sumber air dan jumlah kebutuhan air.

Analisis Willingness To Pay (WTP)

(5)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di dalam kawasan DAS Limboto, tepatnya di Sub DAS Biyonga. Wilayah Sub DAS Biyonga terdiri dari tiga bagian yaitu hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu Sub DAS berada di Kelurahan Biyonga dan Kelurahan Malahu, sebagian wilayah tersebut terdapat kawasan hutan lindung Gunung Damar, daerah tengah Sub DAS melewati Kelurahan Bongohulawa dan Kelurahan Kayu Merah, serta daerah hilir Sub DAS melewati Kelurahan Hunggaluwa dan Kelurahan Kayu Bulan yang akhirnya bermuara di Danau Limboto, Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah tersebut memiliki potensi sumberdaya alam dan lingkungan yang cukup besar dan strategis untuk kelangsungan hidup masyarakat Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai awal bulan Februari sampai dengan akhir bulan April 2011. Adapun peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

(6)

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung, melalui focus group discussion (FGD) untuk mengetahui secara langsung permasalahan dilapangan dari narasumber yang terpercaya, wawancara dan pengisian kuesioner dengan pihak-pihak terkait. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal ilmiah, hasil-hasil penelitian terdahulu serta informasi dan studi literatur yang mendukung dari berbagai instansi terkait.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan sekaligus convenience sampling. Purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara sengaja dengan pertimbangan bahwa responden adalah pihak-pihak yang terkait dengan penelitian. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang kondisi dilapangan. Sedangkan convenience sampling yaitu pengambilan responden yang mudah ditemui dan mempunyai kemampuan sebagai responden. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam memperoleh data dan informasi dalam penelitian. Responden adalah masyarakat yang tinggal di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu Kelurahan Biyonga, Kelurahan Malahu, Kelurahan Bongohulawa, Kelurahan Kayu Merah, Kelurahan Hunggaluwa dan Kelurahan Kayu Bulan yang berada di dalam kawasan DAS Limboto, Kabupaten Gorontalo. Selain itu juga, ada responden yang tinggal dan bermukim di luar Kabupaten Gorontalo serta sebelumnya tidak pernah mengetahui tentang Sub DAS Biyonga.

Responden dalam penelitian ini dibagi berdasarkan metode penelitian yang digunakan, terdiri atas lima kelompok yaitu:

1. Responden untuk analisis deskriptif berjumlah 10 orang sebagai key information, terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan pengusaha, serta aparat pemerintah daerah terkait yang memahami kondisi Sub DAS Biyonga. Seluruh responden akan dikumpulkan dalam satu waktu untuk dilakukan focus group discussion (FGD).

(7)

2. Responden untuk productivity method berjumlah 54 orang, terdiri dari petani, nelayan, pedagang dan pengusaha yang memanfaatkan sumberdaya alam di sekitar Sub DAS Biyonga. Seluruh responden akan diwawancarai untuk mengetahui berapa besar produktivitas sumberdaya alam yang mereka manfaatkan.

3. Responden untuk contingent valuation method (CVM) nilai warisan dan nilai pilihan berjumlah 80 kepala keluarga (KK) atau orang yang dianggap sebagai kepala keluarga dari suatu unit keluarga, terdiri dari masyarakat umum yang tinggal dan bermukim di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu Kelurahan Biyonga, Kelurahan Malahu, Kelurahan Bongohulawa, Kelurahan Kayu Merah, Kelurahan Hunggaluwa dan Kelurahan Kayu Bulan. Seluruh responden akan diwawancarai untuk mengetahui kesediaan membayar masyarakat terhadap sumberdaya alam yang diwariskan di Sub DAS Biyonga.

4. Responden untuk contingent valuation method (CVM) nilai keberadaan berjumlah 30 kepala keluarga (KK) atau orang yang dianggap sebagai kepala keluarga dari suatu unit keluarga, terdiri dari masyarakat umum yang tinggal dan bermukim di luar Kabupaten Gorontalo serta sebelumnya tidak pernah mengetahui tentang Sub DAS Biyonga. Seluruh responden akan diwawancarai untuk mengetahui kesediaan membayar masyarakat terhadap keberadaan sumberdaya alam di Sub DAS Biyonga.

5. Responden untuk contingent valuation method (CVM) nilai ekowisata berjumlah 50 orang, terdiri dari wisatawan lokal maupun asing yang sedang melakukan kunjungan wisata ke Danau Limboto (daerah hilir dari Sub DAS Biyonga). Seluruh responden akan diwawancarai untuk mengetahui kesediaan membayar masyarakat terhadap situs wisata yang mereka kunjungi.

Metode bertanya kepada responden yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan contingent ranking dan payment card. Pada metode contingent ranking, responden tidak ditanya secara langsung berapa besar nilai yang ingin dibayarkan, tetapi responden diberikan ranking dan kombinasi kualitas lingkungan yang berbeda serta nilai moneternya. Responden juga diminta mengurut beberapa pilihan dari yang paling disukai sampai yang paling tidak disukai. Pada metode payment card ini responden diminta memilih WTP yang

(8)

realistik menurut preferensinya untuk beberapa hal yang ditawarkan dalam bentuk kartu. Kelebihan metode ini adalah memberikan semacam stimulan untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai maksimum yang akan diberikan tanpa harus terintimidasi dengan nilai tertentu, seperti pada metode tawar menawar.

4.4 Matriks Penelitian

Matriks penelitian bertujuan untuk melihat tujuan, alat dan karakteristik data penelitian secara sistematis. Adapun untuk melihat tujuan, alat analisis dan karakteristik data yang dilakukan pada penelitian, “valuasi ekonomi sumberdaya alam Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto di Kabupaten Gorontalo”, maka dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Matriks Penelitian

No Tujuan Penelitian Metode

Analisis Sumber Data Jumlah Responden (Orang) 1 Mengidentifikasi kondisi

sumberdaya alam di Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto Analisis Deskriptif FGD, Wawancara, Instansi terkait 10

2 Menghitung nilai sumberdaya alam untuk pertanian, perikanan, produk kehutanan dan industri di Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto Productivity Method Kuesioner, Wawancara, Instansi terkait 54

3 Menghitung nilai keberadaan, nilai warisan, nilai pilihan dan nilai ekowisata sumberdaya alam di Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto

Contingent Valuation Method (CVM) Kuesioner, Wawancara 160

4 Menghitung nilai air dan nilai karbon di Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto

Water Residual Value, Benefit Transfer Instansi terkait -

5 Menghitung nilai ekonomi total (Total Economic Value) yang dihasilkan di Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto Total Economic Value (TEC) FGD, Kuesioner, Wawancara, Instansi terkait 224

(9)

4.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa alat analisis yaitu, analisis deskriptif, productivity method, contingent valuation method (CVM), analisis regresi linear sederhana, water residual value, benefit transfer dan net present value (NPV). Adapun program yang digunakan untuk mengolah data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab 15.

4.5.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu analisis yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan karakteristik kondisi sosial dan ekonomi tertentu dari suatu daerah. Beberapa kondisi sosial dan ekonomi yang perlu dideskripsikan misalnya, laju pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk, gambaran sektor pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu populasi. Misalnya populasi dilihat dari nilai rata-ratanya (mean, median dan modus), standar deviasi, variansi, nilai minimum dan maksimum, kurtosis serta skewness (kecurangan distribusi).

Data yang dianalisis dapat berupa data kualitatif atau kuantitatif. Deskripsi dari kondisi sosial dan ekonomi suatu daerah bisa beragam bentuknya, yaitu berupa tabulasi silang, grafik histogram dan sebagainya. Bentuk deskripsi ini dipilih sesuai dengan keperluan analisis agar tujuan penelitian bisa dicapai.

4.5.2 Productivity Method

Productivity method merupakan perkiraan nilai ekonomi ekosistem untuk produk atau jasa yang berkontribusi terhadap produksi barang-barang komersial yang ada di pasar (Simanjuntak 2010). Adapun tahapan dalam penghitungan productivity method yaitu menghitung kerugian produktivitas (loss in productivity), pengeluaran defensif (defensive expenditure) dan biaya penggantian (replacement cost) atau biaya restorasi (restoration cost) suatu jasa lingkungan. Productivity method digunakan untuk mengetahui kualitas lingkungan secara langsung, apakah mempengaruhi biaya produksi sumberdaya alam yang dipasarkan. Keuntungan dari productivity method yaitu secara umum merupakan metodologi secara langsung serta persyaratan data yang terbatas dan data yang relevan dapat tersedia sehingga metode ini dapat relatif murah untuk diterapkan.

(10)

Secara sederhana rumus umum yang digunakan pada productivity method adalah sebagai berikut:

Nilai Produktivitas SDA = (∑ Produksi/ha x P) – (Biaya Input)

Keterangan:

Nilai Produktivitas SDA : Nilai produktivitas dari sumberdaya alam ∑ Produksi : Jumlah produksi dari komoditas (hektar)

P : Harga komoditas (Rp/Kg)

Biaya Input : Biaya non-sumberdaya alam

Untuk mendapatkan nilai dari semua komoditi sumberdaya alam yang tersedia yaitu dengan menjumlahkan semua hasil perkalian antara masing-masing komoditi yaitu pertanian, perikanan, kehutanan dan industri dengan harga pasar komoditi yang bersangkutan dan dikurangi dengan biaya input. Dengan menggunakan nilai atau satuan moneter sebagai perantara, maka dalam satu satuan akan didapatkan keseluruhan jumlah dari sumberdaya alam. Dimana secara teori tidak dapat dengan mudah untuk menjumlahkan antara komoditi-komoditi tersebut, misalnya antara sumberdaya dari pertanian, kehutanan dan perikanan (antara satuan volume dengan satuan berat). Perumusan pada productivity method dengan mudah dapat memecahkan permasalahan tersebut.

4.5.3. Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent valuation method (CVM) merupakan perkiraan nilai ekonomi untuk hampir semua ekosistem atau jasa lingkungan. Metode CVM paling banyak digunakan untuk memperkirakan nilai non-guna (non-use value) atau nilai guna pasif (passive use value). Langsung meminta kepada individu/ masyarakat dan menyatakan kesediaan mereka untuk membayar jasa lingkungan yang spesifik berdasarkan skenario hipotetik.

Keuntungan dari CVM yaitu sangat fleksibel karena dapat digunakan untuk memperkirakan semua nilai ekonomi. Namun, yang terbaik adalah dapat memperkirakan nilai untuk barang dan jasa yang mudah diidentifikasi dan dipahami oleh pengguna dan yang dikonsumsi dalam unit diskrit (misalnya, pengguna hari rekreasi), bahkan jika tidak ada perilaku yang dapat diamati yang tersedia untuk menyimpulkan nilai-nilai lain yang berarti. CVM adalah metode

(11)

yang paling banyak diterima untuk mengestimasi nilai ekonomi total (total economic value), termasuk semua jenis nilai non-guna (non-use value) atau nilai guna pasif (passive use value). CVM juga dapat memperkirakan nilai guna (use value), serta nilai keberadaan (existence value), nilai pilihan (option value) dan nilai warisan (bequest value). Meskipun teknik ini memerlukan analisis survei yang kompeten untuk mencapai perkiraan dipertahankan, sifat studi CVM dan hasil penelitian CVM tidak sulit untuk menganalisis dan menjelaskan permasalahan. Nilai uang dapat disajikan dalam kaitannya dengan nilai rata-rata (untuk parametrik) atau median (untuk non-parametrik) per kapita atau per rumah tangga, atau sebagai nilai bersama bagi penduduk yang terkena dampak. CVM telah banyak digunakan, serta banyak penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan metodologi, membuat hasil yang lebih valid dan dapat diandalkan.

Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan willingness to pay (WTP) dengan menggunakan CVM dalam penelitian ini meliputi:

1. Membentuk Pasar Hipotetik

Dalam hal ini pasar hipotetik yang dibentuk adalah suatu pasar dengan kualitas wilayah DAS yang berbeda dengan kondisi saat ini. Responden sebelumnya telah menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi terhadap jasa lingkungan, faktor resiko serta kualitas DAS. Untuk membentuk pasar hipotetik, terlebih dahulu responden diminta untuk mendengarkan atau membaca suatu pernyataan mengenai kondisi DAS saat ini, dimana masih terdapat aktivitas-aktivitas yang menyebabkan degradasi. Dijelaskan juga bahwa kondisi ini terjadi karena kemampuan pembiayaan konservasi oleh pemerintah terbatas bahkan cenderung menurun. Responden diminta untuk membaca atau mendengar pernyataan tentang kualitas DAS yang baik. Selanjutnya, pasar hipotetik CVM yang ditawarkan, dibentuk dalam sebuah skenario sebagai berikut:

“Jika masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam di Sub DAS Biyonga yang selama ini kehidupannya bergantung kepada kualitas Sub DAS Biyonga, menginginkan adanya suatu upaya konservasi yaitu pelestarian, pengelolaan dan pembayaran jasa lingkungan sehingga kualitas sumberdaya alam dan lingkungan tetap terjaga. Suatu saat nanti apabila kualitas sumberdaya alam dan lingkungan menurun dikarenakan berbagai penyebab antara lain, pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan dan keterbatasan dana pelestarian dari pemerintah. Penyebab-penyebab tersebut dapat berdampak pada menurunnya kualitas sumberdaya alam dan

(12)

lingkungan Sub DAS Biyonga yang merupakan penyedia sumberdaya alam untuk pertanian, perikanan, produk kehutanan dan industri, sekaligus sebagai objek wisata di daerah hilir yaitu Danau Limboto”.

Dengan skenario ini maka responden dapat mengetahui gambaran tentang situasi hipotetik mengenai rencana pengelolaan dan pembayaran jasa sumberdaya alam dan lingkungan sebagai upaya konservasi untuk kelestarian Sub DAS Biyonga yang berada dalam kawasan DAS Limboto. Nilai sumberdaya alam tersebut akan diberlakukan dan ditanyakan kepada responden mengenai WTP per KK per bulan untuk masyarakat sekitar Sub DAS Biyonga. Kepada setiap responden akan ditanyakan apakah mereka setuju atau menolak terhadap kesediaan membayar sebagai upaya konservasi yang akan diberlakukan oleh pemerintah daerah.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Apabila alat survei telah dibuat, maka survei tersebut dapat dilakukan dengan wawancara langsung. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode referendum atau discrete choice (dichotomous choice). Responden diberi suatu nilai rupiah kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak. Metode ini lebih memudahkan responden dalam memahami maksud dan tujuan dari penelitian dibanding dengan metode lain. Metode ini juga memudahkan dalam mengklasifikasikan responden yang memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan lingkungan dengan responden yang tidak memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan lingkungan.

3. Memperkirakan Dugaan Rataan WTP

WTPi dapat diduga dengan menggunakan nilai tengah dari kelas atau interval kelas WTPi. Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui bahwa WTPi yang benar berada antara jawaban yang dipilih (batas bawah kelas WTP) dengan WTP berikutnya (batas atas kelas WTP).

Dugaan rataan WTP dihitung dengan rumus:

i n i iPf W EWTP

  0 ………...……….(Persamaan 1)

(13)

Keterangan:

EWTP : Dugaan rataan WTP Wi : Nilai WTP ke-i Pfi : Frekuensi relatif n : Jumlah responden

i : Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran nilai SDA 4. Penjumlahan Data

Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat diduga nilai WTP dari rumah tangga dengan menggunakan rumus:

….………..……(Persamaan 2)

Keterangan:

TWTP : Total WTP

WTPi : WTP individu sampal ke-i

ni : Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP

N : Jumlah sampel P : Jumlah populasi

i : Responden ke-i yang bersedia membayar jasa sumberdaya alam dan lingkungan

5. Mengevaluasi Penggunaan CVM

Merupakan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil dilakukan. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Apakah hasil survei mengandung tingkat penawaran sanggahan yang tinggi. Apakah ada bukti bahwa responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik. Seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Seberapa baik pasar hipotetik yang digunakan dapat menangkap setiap aspek dalam barang lingkungan. Seberapa baik permasalahan yang terjadi diasosiasikan dengan CVM. Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dapat dilihat tingkat keandalan (reliability) fungsi willingness to pay (WTP). Uji yang dapat

P N ni P WT TWTP i n i       

1

(14)

dilakukan dengan uji keandalan yang melihat nilai R2 dari metode Ordinary Least Square (OLS) WTP.

4.5.4 Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Juanda (2009), analisis regresi linear berganda (multiple regression) adalah persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara beberapa peubah bebas (independent variable) dan satu peubah tak bebas (dependent variable). Analisis regresi linear berganda pada penelitian ini digunakan untuk mengevaluasi penggunaan contingent valuation method (CVM). Evaluasi pelaksanaan model CVM dapat dilihat dari tingkat keandalan (reliability) fungsi willingness to pay (WTP). Persamaan regresi linear berganda yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden adalah sebagai berikut:

WTP = β0 + β1UR + β2TP + β3PK + β4PD+ β5KL+…+ βnXY+ εi

Keterangan:

WTP : Nilai WTP Responden (Rp/orang) β0 : Intersep

β1,…, βn : Koefisien regresi

UR : Usia responden (Tahun) TP : Tingkat pendidikan responden

PK : Jenis pekerjaan responden (Peubah Dummy) PD : Pendapatan responden (Rp/Bulan)

KL : Jumlah anggota keluarga responden AD : Asal daerah responden (Peubah Dummy) JT : Jarak tempat tinggal responden (Km)

FS : Fasilitas yang tersedia dilokasi ekowisata (Peubah Dummy) KA : Keindahan alam ekowisata (Peubah Dummy)

TR : Tata ruang ekowisata (Peubah Dummy) LN : Kelestarian lingkungan (Peubah Dummy) FU : Pengetahuan fungsi DAS (Peubah Dummy) ε : Error

i : Responden ke-i (i = 1,2,3,…,n)

Variabel regresi tersebut didefinisikan sesuai dengan kondisi aktual yang ada dilapangan. Adapun penyusunan dalam menentukan urutan pertanyaan yaitu dengan menggunakan skala interval, ordinal dan nominal. Matriks variabel regresi dapat dilihat pada Tabel 5.

(15)

Tabel 5. Matriks Variabel Regresi

Variabel Keterangan Kriteria Penyusunan

WTP Nilai yang diperoleh dari kesediaan membayar (willingness to pay) responden dan diklasifikasikan berdasarkan kemampuan rata-rata yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat setiap bulan

Skala Nominal

UR Usia responden yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat usia dalam karir pekerjaan

Skala Nominal

TP Tingkat pendidikan responden yang diklasifikasikan berdasarkan lamanya jenjang pendidikan yang pernah dilalui

a. SD = 6 b. SMP = 9 c. SMA =12

d. Diploma/Sarjana = 16 e. Pascasarjana = 18 PK Jenis pekerjaan responden yang dilakukan

sehari-hari (menggunakan peubah

dummy)

a. Petani = 1, Lainnya = 0 b. Nelayan = 1, Lainnya = 0 c. PNS = 1, Lainnya = 0 d. Swasta = 1, Lainnya = 0 PD Pendapatan responden yang

diklasifikasikan berdasarkan jumlah pendapatan rata-rata dalam setiap bulan

Skala Nominal

KL Jumlah anggota keluarga responden yang diklasifikasikan berdasarkan banyaknya tanggungan dalam sebuah keluarga

Skala Nominal

AD Asal daerah responden yang diklasifikasikan berdasarkan penduduk asli atau pendatang dari luar daerah (menggunakan peubah dummy)

a. Asli = 1 b. Pendatang = 0

JT Jarak tempat tinggal responden yang diklasifikasikan berdasarkan jauh atau tidaknya tempat tinggal dengan lokasi Sub DAS

Skala Nominal

FS Fasilitas yang tersedia di lokasi ekowisata yang diklasifikasikan berdasarkan pelayanan fasilitas yang diberikan (menggunakan peubah dummy)

a. Lengkap = 1

b. Kurang Lengkap = 0

KA Keindahan alam ekowisata yang diklasifikasikan berdasarkan kondisi aktual yang ada di lingkungan sekitar (menggunakan peubah dummy)

a. Indah = 1

b. Kurang Indah = 0

TR Tata ruang ekowisata yang diklasifikasikan berdasarkan kondisi aktual penataan ruang yang ada di lokasi ekowisata (menggunakan peubah dummy)

a. Baik = 1

b. Kurang Baik = 0

LN Kelestarian lingkungan yang diklasifikasikan berdasarkan kondisi aktual lingkungan yang ada di lokasi Sub DAS (menggunakan peubah dummy)

a. Baik = 1 b. Rusak = 0

FU Pengetahuan masyarakat tentang fungsi DAS (menggunakan peubah dummy)

a. Ya = 1 b. Tidak = 0

(16)

Metode yang digunakan untuk menduga parameter regresi adalah metode kuadrat terkecil (MKT) atau lebih dikenal dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Metode tersebut merupakan uji yang dapat dilakukan dengan uji keandalan untuk melihat nilai R2 dari metode Ordinary Least Square (OLS) WTP. Metode OLS adalah metode yang umum dipakai dan mudah dikerjakan, baik secara manual maupun dengan bantuan komputer. Prinsip dasar dari metode OLS tersebut adalah meminimumkan jumlah kuadrat simpangan antara data aktual dengan data dugaannya. Menurut Mitchell dan Carson (1989), nilai R2 untuk penelitian yang berkaitan dengan barang-barang lingkungan masih dapat ditolerir hingga 15 persen.

4.5.5 Water Residual Value

Water residual value merupakan perkiraan nilai ekonomi untuk sumberdaya air. Metode water residual value adalah perhitungan yang paling sederhana dalam menilai sumberdaya air yang tersedia, karena menggunakan pendekatan nilai air (Simanjuntak, 2010). Adapun tahapan dalam penghitungan water residual value yaitu total nilai produksi sumberdaya alam dikurangi dengan biaya input sumberdaya alam dan dibagi dengan jumlah air yang digunakan dalam setiap periode produksi. Secara sederhana rumus umum yang digunakan untuk menghitung water residual value adalah sebagai berikut:

Keterangan:

TVP : Nilai total produksi (Total Value of Pruduction) Pw : Nilai sisa air (Water Residual Value)

Qw : Jumlah air per periode produksi Pi : Harga input

Qi : Jumlah input

Nilai air (water residual value) yang dihitung merupakan nilai air yang terdapat didalam nilai produktivitas suatu sumberdaya alam. Nilai air tersebut merupakan penggunaan air secara langsung dalam suatu produksi sumberdaya

Qw PiQi TVP

(17)

alam. Untuk menghitung nilai air yang terkandung didalam suatu sumberdaya alam maka water residual value dapat memecahkan masalah tersebut.

4.5.6 Benefit Transfer

Menurut Fauzi (2010), benefit transfer merupakan salah satu solusi untuk menilai perkiraan manfaat dari tempat lain dimana suatu sumberdaya tersedia. Manfaat tersebut kemudian ditransfer untuk memperoleh perkiraan kasar mengenai manfaat lingkungan. Secara prinsipil pendekatan ini dilakukan dengan hati-hati karena banyak kelemahan yang terkandung didalamnya. Hal ini disebabkan karena belum adanya protokol kesepakatan untuk menggunakan metode ini. Berbagai pertimbangan perlu dipikirkan secara matang, sebelum teknik ini dilaksanakan. Pertimbangan ini menyangkut biaya dan manfaat dengan mengadopsi teknik benefit transfer tersebut, serta desain dan koleksi data untuk keperluan studi di tempat lain (data asal).

Menurut Brown dan Pearce (1994), hutan alam primer mempunyai kemampuan menyimpan karbon sebesar 283 ton per hektar, hutan alam sekunder mempunyai kemampuan menyimpan karbon sebesar 194 ton per hektar dan hutan alam tersier mempunyai kemampuan menyimpan karbon sebesar 100 ton per hektar. Harga karbon yang telah ditetapkan oleh Bank Dunia (World Bank) yaitu sebesar US$.10 per ton (Rp.100.000,00/ton). Nilai karbon per tahun diperoleh dari hasil perkalian antara jenis lahan per hektar, serapan karbon per hektar, harga karbon per hektar dan faktor koreksi (90%). Faktor koreksi dimasukkan agar tidak terjadi penilaian yang terlalu tinggi (over estimate).

Langkah-langkah dalam melakukan teknik perhitungan benefit transfer untuk nilai karbon yaitu:

1. Mengidentifikasi studi yang ada atau nilai-nilai yang dapat digunakan untuk transfer. Dalam hal ini, peneliti akan mencari penelitian yang menggunakan nilai karbon. Untuk keperluan ini, diasumsikan bahwa peneliti telah menemukan dua studi yang diperkirakan nilai untuk karbon.

2. Menentukan apakah nilai-nilai yang ada dialihkan. Nilai-nilai yang ada akan dievaluasi berdasarkan beberapa kriteria. Beberapa faktor yang menentukan komparabilitas adalah sejenis hutan (misalnya hutan di wilayah tropis), kualitas yang sama dari situs (misalnya kualitas air dan fasilitas), dan

(18)

ketersediaan serupa substitusi (misalnya sejumlah tanaman lain didekatnya). Apakah karakteristik populasi yang relevan dan sebanding. Misalnya, demografi sama antara daerah dimana penelitian dilakukan dan daerah yang dinilai. Jika tidak, apakah data yang tersedia untuk melakukan penyesuaian. 3. Mengevaluasi kualitas penelitian yang akan ditransfer. Semakin baik kualitas

studi awal, nilai yang ditransfer akan lebih akurat. Hal ini membutuhkan penilaian profesional peneliti. Misalnya, peneliti telah memutuskan bahwa kedua studi dapat diterima dalam hal kualitas.

4. Menyesuaikan nilai-nilai yang ada agar lebih mencerminkan nilai karbon yang dipertimbangkan, serta menggunakan informasi apapun yang tersedia dan relevan. Peneliti mungkin perlu untuk mengumpulkan beberapa data tambahan untuk melakukan ini dengan baik. Misalnya, karbon yang dinilai dalam setiap studi yang ada berbeda dari situs yang menarik. Peneliti perlu menyesuaikan nilai dari studi pertama dengan menerapkan data demografis untuk menyesuaikan perbedaan pada pengguna. Jika studi kedua memiliki fungsi manfaat yang meliputi jumlah situs pengganti, fungsi dapat disesuaikan untuk mencerminkan jumlah yang berbeda dari pengganti yang tersedia di lokasi penelitian.

4.5.7 Net Present Value (NPV)

Net present value (NPV) merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang dan didiskontokan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya produksi dan investasi, serta perkiraan manfaat (benefit) dari penilaian sumberdaya alam yang dilakukan. Secara sederhana rumus umum yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:

)

1

(

1

i

t NPV

(19)

Keterangan:

NPV : Nilai sekarang bersih (Net Present Value) i : Tingkat diskonto

t : Waktu

Menurut Hanley dan Spash (1993), proses penghitungan net present value dapat dengan menggunakan tabel diskon faktor. Adapun diskon faktor tersebut dapat disesuaikan dengan jumlah tahun yang diinginkan. Net present value merupakan cara yang paling sederhana dalam memperkirakan suatu nilai sumberdaya alam untuk masa yang akan datang.

(20)

Gambar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 4. Matriks Penelitian
Tabel 5. Matriks Variabel Regresi

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan Pasal 9 Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2011 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Paser Tahun 2011 Nomor 17) sebagaimana

&ang dimaksud faktor alat alat pendidikan3, adalah segala usaha atau tindakan dengan sengaja yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. 0lat pendidikan ini

Pada hasil analisa yang dilakukan didapat pada jalan datar kendaraan tanpa beban masih bisa melaju dengan baik pada kecepatan 15 km/jam. Setelahnya pada analisa

Dari hasil penelitian terhadap dua media alternatif (air rendaman kedelai dan Nutrient Broth ) didapatkan bahwa media alternatif yang optimum untuk digunakan adalah Nutrient Broth

Anda juga menemukan beberapa makanan terasa berbeda dari biasanya dan berhenti menyukai sesuatu rasa, yang biasanya anda suka (kopi). Beberapa wanita mulai menginginkan makanan

Usia reproduksi, tidak hamil, setelah melahirkan, dan tidak menyusui, gemuk atau kurus, pasca keguguran, nyeri haid hebat, memiliki atau yang belum memiliki anak.. Ibu di bawah

“Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri maupun yang ditunjuk sebagai pemotong atau pemungut Pajak Penghasilan, Pajak

Jumlah tersebut menunjukkan bahwa panjang telapak kakidengan daya loncat memiliki jalur hubungan yang kuat dan positif.Kuatnya jalur hubungan yang positif tersebut