• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENILAIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL. fungsi penilaian dalam pendidikan, prinsip penilaian, ciri-ciri penilaian dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENILAIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL. fungsi penilaian dalam pendidikan, prinsip penilaian, ciri-ciri penilaian dalam"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

21

Pada bab ini terdiri atas : Penilaian yang mencangkup pengertian penilaian, fungsi penilaian dalam pendidikan, prinsip penilaian, ciri-ciri penilaian dalam pendidikan, karakteristik penilaian, dan teknik penilaian di SD. Kompetensi sosial yang mencakup pengertian kompetensi sosial, pengertian siswa, dan kompetensi sosial siswa.

A. Penilaian dalam Pendidikan 1. Pengertian Penilaian

Penilaian secara harfiah berasal dari kata nilai, mendapat imbuhan “pe-an” yang berarti bentuk kata benda yang mengandung makna mengukur atau mengadakan kegiatan menilai untuk memperoleh data

tentang sesuatu yang ditetapkan.1

Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat. Penilaian untuk memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar

peserta didik.2

1

Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2000), hlm. 453.

2

Mimin Haryati, Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta : Gaung Persada Press, 2008), hlm. 15.

(2)

Penilaian (assesment) hasil belajar merupakan komponen-komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya. Menurut Djemari Mardapi (2008:5) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang

baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik.3

Penilaian atau assessment merupakan istilah umum yang mencakup

semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu

peserta didik atau kelompok.4

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna bagi pengambilan

keputusan.5

Sacara umum penilaian terhadap hasil belajar dapat dilakukan dengan tes, (tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan), pemberian

tugas, penilaian kinerja (performance assesment), penilaian proyek,

penilaian hasil kerja peserta didik (product assesment), penilaian sikap,

3 S. Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 29.

4

Masnur Muslich, Authentic Assesment : Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi (PT Refika Aditama, 2001), hlm. 6.

5

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Tahun 2013, Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar,

(3)

dan penilaian berbasis portofolio (portofolio bassed assesment). Setiap

teknik penilaian mempunyai keterbatasan. Penilaian yang komprehensif

memerlukan lebih dari satu tenik penilaian.6

Penilaian kelas tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi juga

diluar kelas secara formal dan informal (dilakukan secara khusus).

Penilaian dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar

dalam suasana yang menyenangkan (enjoy learning) sehingga

memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan

mampu dikerjakan.7

Dalam proses pembelajaran, maka harus dilakukan penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai siswa. Hal ini penting karena dengan cara ini, dapat ditetapkan apakah tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya, perlu dipertahankan atau diperbaiki, dengan

implikasinya perlu pula perbaikan program pembelajaran selanjutnya.8

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat untuk memperoleh berbagai informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik di kelas maupun diluar kelas.

6

S. Eko Putro Widoyoko, Op. Cit., hlm. 33.

7Mimin Haryati, Op. Cit., hlm. 16. 8

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), hlm. 173.

(4)

2. Fungsi Penilaian dalam Pendidikan

Ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, baik penilaian yang menggunakan tes maupun nontes. Fungsi-fungsi penilaian tersebut diantaranya:

- Dasar Mengadakan Seleksi.

Hasil Penilaian dapat digunakan sebagai dasar mengambil keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam suatu proses seleksi. Untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan ini, maka haruslah digunakan alat penilaian yang tepat, yaitu tes yang dapat meramalkan keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu pada masa yang akan datang dengan resiko yang terendah.

- Dasar Penempatan.

Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri,

sehingga pembelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan

pembawaan siswa. Untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang siswa dapat ditempatkan, digunakan penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

- Diagnostik.

Apabila alat yang digunakan dalam penilaian memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasil penilaian guru akan mengetahui kelemahan siswa beserta sebab musabab kelemahan itu.

(5)

Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan tersebut, akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya.

- Umpan Balik.

Hasil suatu pengukuran atau scortest tertentu dapat digunakan

sebagai umpan balik, baik bagi individu yang menempuh tes maupun bagi guru yang berusaha mentransfer kemampuan kepada siswa.

Suatu scortest dapat digunakan sebagai umpan balik, bila di

interpretasi.

- Menumbuhkan Motivasi Belajar dan Mengajar.

Hasil penilaian seharusnya dapat memotivasi belajar siswa, dan dapat menjadi pembimbing bagi mereka untuk belajar. Selain mendorong siswa untuk belajar lebih baik, dengan adanya penilaian juga dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik.

- Perbaikan Kurikulum dan Program Pendidikan.

Salah satu peran yang penting dari penilaian pendidikan adalah menjadi dasar yang kuat bagi perbaikan kurikulum dan program pendidikan. Dengan mengadakan penilaian akan dapat diketahui tingkat pencapaian kurikulum.

- Pengembangan Ilmu.

Hasil tes, pengukuran dan penilaian tentu saja akan dapat memberi sumbangan yang berarti bagi pengembangan teori dan dasar

pendidikan.9

(6)

Jadi fungsi penilaian dalam pendidikan adalah mendeskripsikan hasil belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Selain itu juga dapat mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, di sini dapat terlihat berhasil tidaknya guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Apabila hasilnya kurang baik maka dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran sehingga dapat memberikan pertanggungjawaban terhadap pihak sekolah.

3. Prinsip Penilaian

- Valid, artinya penilaian harus memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa.

- Mendidik, artinya penilaian harus memberikan sumbangan positif

terhadap pencapaian belajar siswa.

- Berorientasi pada Kompetensi, artinya penilaian harus menilai

pencapaian kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum.

- Adil dan objektif, artinya penilaian harus adil terhadap semua siswa

dengan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya,

bahasa dan gender.

- Terbuka, artinya kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan

harus jelas dan terbuka bagi semua pihak (siswa, guru, sekolah, orang tua, dan pihak lain yang terkait).

(7)

- Berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus-menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa sebagai hasil kegiatan belajarnya.

- Menyeluruh, artinya penilaian dapat dilakukan dengan berbagai

teknik dan prosedur termasuk mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa.

- Bermakna, artinya penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai

arti, berguna, dan bisa ditindaklanjuti oleh semua pihak.10

Dalam Penilaian pendidikan yang ideal harus memenuhi prinsip-prinsip umum penilaian seperti yang diuraikan diatas. Maka seorang guru apabila akan melakukan penilaian harus memahami dan menerapkan prinsip penilaian agar dapat memperoleh hasil seperti yang diharapkan.

4. Ciri-ciri Penilaian dalam Pendidikan

- Penilaian dilakukan secara tidak langsung. Sebagai contoh untuk

mengukur sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS, kita dapat

mengukur dari indikator / gejala yang tampak (observable indicator).

- Menggunakan ukuran kuantitatif. Penilaian pendidikan bersifat

kuantitatif, artinya menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu diinterpretasikan kebentuk kualitatif.

10

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 255-256.

(8)

- Menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap, karena IQ 105 termasuk anak normal. Siswa yang hasil pengukurannya 80, menurut

unit pengukurannya termasuk anak yang bodoh.

- Bersifat relative, artinya hasil penilaian untuk objek yang sama dari

waktu kewaktu dapat mengalami perubahan karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhinya.

- Dalam penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan. Adapun sumber

kesalahan (error) tersebut dapat ditinjau dari beberapa faktor yaitu : a.

alat ukurnya, b. orang yang melakukan penilaian, c. anak yang dinilai,

d. situasi pada saat penilaian berlangsung.11

Seorang guru dalam melakukan penilaian di kelas harus memerhatikan ciri-ciri penilaian seperti diatas agar dapat meminimalisir kesalahan dan agar mendapatkan hasil yang memuaskan.

5. Karakteristik Penilaian

Penilaian dalam kurikulum 2013 memiliki karakteristik sebagai berikut :

- Belajar tuntas. Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah

peserta didik dapat mencapai kompetensi yang ditentukan, asalkan peserta didik mendapat bantuan yang tepat dan diberi waktu sesuai dengan yang dibutuhkan.

- Otentik. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah.

(9)

- Berkesinambungan. Penilaian berkesinambungan dimaksudkan sebagai penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung.

- Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi. Teknik penilian yang

dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan dan penilaian diri.

- Berdasarkan acuan kriteria. Kemampuan peserta didik tidak

dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya, ketuntasan minimal, yang

ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing.12

Kurikulum 2013 yang ideal setidaknya harus memenuhi lima karakteristik diatas dalam menunjang proses belajar mengajar untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dan sesuai target.

6. Teknik Penilaian di SD

Penilaian di SD dilakukan dalam berbagai teknik untuk semua kompetensi dasar yang dikategorikan dalam tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

1) Sikap

a) Contoh muatan KI- 1 (sikap spiritual) antara lain :

- Ketaatan beribadah

- Berperilaku syukur

12

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Tahun 2013, Op. Cit., hlm. 5-6.

(10)

- Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan

- Toleransi dalam beribadah

b) Contoh muatan KI- 2 (sikap sosial) antara lain :

- Jujur - Disiplin - Tanggung jawab - Santun - Peduli - Percaya diri

Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri,

penilaian antar teman dan jurnal

a) Observasi.

Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung, maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diteliti. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun diluar pembelajaran.

b) Penilaian diri.

Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam

konteks pencapaian kompetensi. Instrument yang digunakan berupa

(11)

c) Penilaian antar teman

Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian

peserta didik. Instrument yang digunakan berupa lembar penilaian

antar peserta didik.

d) Jurnal catatan guru

Merupakan catatan pendidik didalam dan diluar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi.

2) Pengetahuan

Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan cara berikut :

- Tes tulis. Tes tulis adalah tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa

pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

- Tes lisan. Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru

secara ucap (oral) sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut

secara ucap juga, sehingga menimbulkan keberanian. Jawaban dapat

berupa kata, frase, kalimat maupun paragrap yang diucapkan.

- Penugasan. Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik

yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.

(12)

3) Ketrampilan

Aspek ketrampilan dapat dinilai dengan cara berikut :

- Kinerja atau performance adalah suatu penilaian yang meminta siswa

untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan kertrampilan yang dibutuhkan.

- Projek adalah penilaian terhadap tugas yang mengandung investigasi dan harus diselesaikan dalam periode / waktu tertentu. Tugas tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan.

- Portofolio adalah penilaian melalui sekumpulan karya peserta didik yang

tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan selama kurun

waktu tertentu.13

Berbagai teknik penilaian dapat dilakukan oleh guru untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa. Namun tidak ada satupun teknik penilaian yang paling tepat untuk semua kompetensi untuk setiap saat. Teknik penilaian yang digunakan sangat tergantung pada kecakapan yang akan dinilai. Untuk

menilai kecakapan akademik akan berbeda dengan kecakapan vokasional

maupun kecakapan personal.14 Dalam Pasal 25 (4) peraturan pemerintah

nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menjelaskan

bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan.15

Maka dari itu diharapkan guru SD Negeri 01 Gumawang Kec Wiradesa kabupaten pekalongan menggunakan beberapa model penilaian untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa.

13

Ibid., hlm. 8-11.

14 S. Eko Putro Widoyoko, Op. Cit., hlm. 32. 15

(13)

B. Kompetensi Sosial Siswa

1. Pengertian Kompetensi Sosial a. Pengertian kompetensi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan

suatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency), yaitu

kemampuan atau kecakapan. Menurut asal katanya, competency

berarti kemampuan atau kecakapan. Selain memiliki arti kemampuan, kompetensi juga diartikan keadaan berwewenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum.

Dalam terminologi yang berlaku umum, istilah kompetensi

berasal dari bahasa inggris, yaitu competence sama dengan being

competence, power, authority, skill, knowledge, attitude, etc.

Inti pengertian dari kompetensi tersebut lebih cenderung pada apa yang dapat dilakukan seseorang/masyarakat daripada apa yang mereka ketahui.

Kompetensi atau kemampuan terdiri dari pengalaman dan pemahaman tentang fakta dan konsep, peningkatan keahlian, juga mengajarkan perilaku dan sikap. UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan kompetensi sebagai seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Depdiknas, 2005).

(14)

Kompetensi meliputi tugas, ketrampilan, sikap, nilai, dan apresiasi diberikan dalam kerangka keberhasilan hidup / penghasilan hidup. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Broke & Stone (1975), yang menyatakan bahwa kompetensi merupakan gambaran hakikat dari

perilaku guru yang tampak sangat berarti.16

Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian dan persepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan

tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi bukanlah suatu titik

akhir dari suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat.

Ada lima karakteristik dari kompetensi, yaitu :

1) Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu.

2) Sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi

atau informasi.

3) Konsep diri, yaitu sikap, nilai, dan image diri seseorang.

4) Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu.

16

Jamil Suprihatiningrum, Guru Professional, Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi Guru (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media 2013), hlm. 97-98.

(15)

5) Ketrampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas

yang berkaitan dengan fisik dan mental.17

Ada enam aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu sebagai berikut :

1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.

2) Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan

afektif yang dimiliki individu.

3) Kemampuan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki individu untuk

melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

4) Nilai (value) yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini dan

secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.

5) Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak

suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.

6) Minat (interest) yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan

sesuatu perbuatan.18

b. Pengertian Sosial

Sosial adalah hubungan atau interaksi antara siswa dengan siswa lain, guru, atau karyawan yang ada disekitar sekolah.

Jadi kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul

17

Ibid., hlm. 99. 18Ibid., hlm. 100.

(16)

secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan,

orang tua/wali siswa dan masyarakat sekitar. 19

2. Pengertian Siswa.

Siswa adalah murid / pelajar.20

Peserta didik adalah sosok anak yang merupakan hak milik sang

pencipta dan milik dirinya sendiri.21

Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran

yang dinamis dan perlu dikembangkan.22

3. Kompetensi Sosial Siswa

Kompetensi sosial siswa adalah kemampuan siswa untuk

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien kepada siswa lain

maupun guru disekolah.

19Ibid., hlm. 110.

20

DJaka P, S. As, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terkini (Surakarta : Pustaka Mandiri ), hlm. 299.

21 Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Penempatan dan

Pengembangan (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hlm. 67.

22

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis, Cet ke-1, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 47

(17)

Siswa merupakan mahluk sosial. Kehidupan kesehariannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bersosial, baik di sekolah ataupun dimasyarakat. Maka dari itu siswa dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai.

Hal-hal yang perlu dimiliki siswa sebagai mahluk sosial adalah sebagai berikut:

a. Berkomunikasi dan bergaul secara efektif

Siswa harus bisa berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

siswa lain, guru maupun semua anggota sekolah agar siswa tersebut bertingkah laku baik.

b. Hubungan sekolah dengan masyarakat

Husemas adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan dan kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama dalam peningkatan dan pengembangan sekolah. Husemas

ini merupakan usaha kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan

saluran informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian antara

sekolah, personel sekolah dengan masyarakat.23

Peserta didik perlu mengembangkan kecerdasan sosial di sekolah agar peserta didik tersebut memiliki hati yang mulia kepada teman-temannya, guru maupun kepada warga sekolah lainnya. Adapun cara mengembangkan kecerdasan sosial disekolah antara lain :

23 E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008 ), hlm. 177.

(18)

1) Kecerdasan sosial perlu dikembangkan di sekolah

Selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, peserta

didik perlu dikenalkan dengan kecerdasan sosial (social

intelegence). Kecerdasan sosial perlu dikembangkan disekolah-sekolah agar setiap peserta didik memiliki hati nurani, rasa peduli, empati dan simpati kepada sesama.

Pribadi yang memiliki kecerdasan sosial ditandai adanya hubungan kuat dengan Allah SWT, memberi manfaat kepada lingkungan, dan menghasilkan karya untuk membantu orang lain. Mereka santun dan peduli sesama, jujur dan bersih dalam berperilaku.

Social intelegence membentuk manusia yang setia pada kebersamaan. Apabila ada satu warganya yang menderita merupakan penderitaan bersama. Sebaliknya apabila ada

kebahagiaan merupakan kebahagiaan seluruh masyarakat.24

2) Cara mengembangkan kecerdasan sosial

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan sosial dilingkungan sekolah. Cara tersebut antara lain : diskusi, hadap masalah, bermain peran, dan kunjungan langsung ke masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan-kegiatan dan metode-metode pembelajaran tersebut dilakukan

secara efektif, maka akan dapat mengembangkan kecerdasan sosial

(19)

bagi seluruh warga sekolah, sehingga mereka menjadi warga yang peduli terhadap kondisi sosial masyarakat dan ikut memecahkan

bebagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.25

Referensi

Dokumen terkait

- Opasitas digunakansebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan Total partikulat - Bagi pabrik yang mengoperasikan

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSDI) tidak berpengaruh positif terhadap cumulative abnormal return (CAR) disebabkan antara lain karena: (i) perbedaan persepsi

Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik sehari-hari, baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum. Pengamatan

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika Dasar,

The study that I conducted over a period of six months of data collection in one public junior high school severely affected by the tsunami in Banda Aceh whose primary

Meraih Medali Emas bidang Media Pendidikan dalam Asean Youth International Exhibition di

Pada masa tertentu umat islam mengalami kerusuhan yang mengakibatkan ilmu kurang mendapat perhatian, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan.secara umum metode-metode

Penelitian ini dilakukan di SMPN 6 Mataram, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam rangka menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe