• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG TABUNGAN PERUMAHAN RAKYAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG TABUNGAN PERUMAHAN RAKYAT"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ....TAHUN ....

TENTANG

TABUNGAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa Negara menjamin pemenuhan kebutuhan warga Negara atas tempat tinggal yang layak dan terjangkau dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa upaya pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal

yang layak masih dihadapkan pada kendala belum tersedianya dana murah jangka panjang untuk menunjang

pembiayaan perumahan rakyat sehingga diperoleh

kemudahan dalam mendapatkan akses kredit atau pembiayaan perumahan rakyat dan keterjangkauan dalam membangun, memiliki, atau memperbaiki rumah;

c. bahwa dalam rangka menghimpun dan menyediakan dana

pembiayaan perumahan, negara perlu menyelenggarakan sistem tabungan perumahan;

d. bahwa peraturan perundang-undangan di bidang perumahan

belum mengatur secara komprehensif mengenai

penyelenggaraan tabungan perumahan, sehingga diperlukan pengaturan yang lebih lengkap, terperinci, dan menyeluruh;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Tabungan Perumahan Rakyat;

Mengingat: 1. Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23A, Pasal 28C ayat (1), Pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat (4), serta Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG TABUNGAN PERUMAHAN

(2)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Tabungan Perumahan Rakyat, selanjutnya disebut Tapera adalah dana

perumahan jangka panjang yang diperuntukkan bagi pemilikan, pembangunan, atau perbaikan rumah yang diperoleh melalui kegiatan menabung dari Peserta Tapera.

2. Peserta Tapera adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi

persyaratan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

3. Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat, selanjutnya disebut Badan

Pengelola adalah pengelola tabungan perumahan yang bertugas mengerahkan dana dari Peserta Tapera, melakukan pemupukan dana, dan mengelola pemanfaatan dana tabungan perumahan untuk sebesar-besar kesejahteraan Peserta Tapera.

4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang perumahan dan kawasan permukiman. BAB II

ASAS DAN TUJUAN Pasal 2

Tapera diselenggarakan berasaskan:

a. gotong royong;

b. nirlaba;

c. kehati-hatian;

d. kemanfaatan;

e. keterjangkauan dan kemudahan;

f. keadilan; g. kemandirian; h. keberlanjutan; i. akuntabilitas; j. keterbukaan; dan k. kepastian hukum. Pasal 3 Tapera bertujuan untuk:

a. menghimpun dan menyediakan dana murah jangka panjang bagi

pembiayaan perumahan yang terjangkau;

b. memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap perumahan;

c. memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mengakses

pembiayaan perumahan;

d. meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat;

e. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dalam mendapatkan

pembiayaan perumahan;

f. memberikan kepastian hukum kepada peserta dalam mendapatkan

pembiayaan perumahan; dan

g. memberikan perlindungan kepada peserta dalam mendapatkan

pembiayaan perumahan.

BAB III

PENGELOLAAN TAPERA Bagian Kesatu

(3)

Pasal 4

(1) Pengelolaan Tapera dilaksanakan untuk menjamin kemudahan

mendapatkan akses pembiayaan perumahan rakyat.

(2) Pengelolaan Tapera sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara terpadu dengan kebijakan perumahan dan kawasan permukiman. (3) Pengelolaan Tapera dilaksanakan melalui koordinasi dengan Pemerintah

dan Pemerintah Daerah.

Pasal 5 Pengelolaan Tapera meliputi:

a. pengerahan dana;

b. pemupukan dana; dan

c. pemanfaatan dana. Bagian Kedua Pengerahan Dana Paragraf 1 Kepesertaan Tapera Pasal 6

Setiap warga negara Indonesia yang berpenghasilan dalam jumlah tertentu wajib menjadi Peserta Tapera.

Pasal 7

Peserta Tapera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 terdiri dari:

a. pejabat negara;

b. pegawai negeri;

c. pegawai Bank Indonesia, pegawai Badan Usaha Milik Negara, dan pegawai

Badan Usaha Milik Daerah;

d. pejabat atau pekerja yang mendapat gaji/upah yang bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah;

e. pekerja; dan

f. pekerja mandiri.

Pasal 8

Peserta Tapera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 harus memenuhi persyaratan:

a. berpenghasilan sekurang-kurangnya sama dengan Upah Minimum

Provinsi/Kabupaten/Kota; dan

b. berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun pada saat

didaftarkan sebagai Peserta Tapera. Pasal 9

(1) Setiap Peserta Tapera diberikan kartu identitas kepesertaan dan rekening

Tapera.

(2) Kartu identitas kepesertaan dan rekening sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) digunakan sebagai bukti kepesertaan, pencatatan administrasi, iuran kepesertaan, dan akses informasi Tapera.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kartu identitas kepesertaan, rekening,

dan akses informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Paragraf 2

Mekanisme Iuran Kepesertaan Pasal 10

(1) Iuran Peserta Tapera ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari

(4)

(2) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a sampai dengan huruf e dipungut langsung dari gaji/upah setiap bulan.

(3) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi pekerja mandiri

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf f dipungut dari penghasilan dan disetorkan secara langsung berdasarkan mekanisme yang disepakati dengan Badan Pengelola.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengerahan iuran bagi Peserta

Tapera sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 11

Instansi/lembaga Peserta Tapera berkewajiban untuk:

a. mendaftarkan pekerja/pegawai/anggota sebagai Peserta Tapera;

b. melakukan pemungutan iuran Tapera kepada setiap Peserta Tapera melalui

pemotongan gaji/upah/penghasilan;

c. menyetorkan iuran Peserta Tapera kepada Badan Pengelola sesuai jangka

waktu yang telah ditetapkan; dan

d. membuat dan menyimpan laporan setoran iuran kepesertaan.

Pasal 12

(1) Instansi/lembaga Peserta Tapera yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dikenai sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. peringatan tertulis; b. pemberhentian sementara; c. pencabutan izin; d. pemberhentian tetap; e. pembubaran; dan/atau f. denda administratif. Pasal 13

(1) Dalam hal Peserta Tapera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 pindah

kerja atau dimutasi, Peserta Tapera harus melaporkan kepada Badan Pengelola.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan Badan Pengelola

untuk mencatat pemungutan iuran berdasarkan tempat kerja baru Peserta Tapera.

Pasal 14

(1) Kepesertaan dinyatakan nonaktif apabila Peserta Tapera tidak membayar

iuran kepesertaan.

(2) Kepesertaan dapat diaktifkan kembali setelah Peserta Tapera melanjutkan

membayar iurannya.

Pasal 15

(1) Kepesertaan berakhir apabila:

a. pensiun; atau b. meninggal dunia.

(2) Selain karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peserta Tapera

dapat berhenti dari kepesertaan apabila tidak memiliki penghasilan.

(3) Peserta Tapera yang dinyatakan berakhir, berhak atas dana akumulasi

iuran dan hasil pemupukannya secara tunai.

(4) Dana akumulasi iuran dan hasil pemupukan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diberikan paling lama 3 (tiga) bulan setelah Peserta dinyatakan berakhir.

Bagian Ketiga Pemupukan Dana

(5)

(1) Dana hasil iuran Peserta diinvestasikan pada produk keuangan yang berkaitan dengan perumahan dan kawasan permukiman.

(2) Investasi dana iuran Peserta Tapera dilakukan melalui prinsip

konvensional atau prinsip syariah.

(3) Investasi produk keuangan melalui prinsip konvensional sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) berupa:

a. deposito perbankan;

b. surat utang pemerintah pusat;

c. surat utang pemerintah daerah; dan/atau

d. surat berharga di bidang perumahan.

(4) Investasi produk keuangan melalui prinsip syariah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) berupa:

a. deposito perbankan syariah;

b. surat utang pemerintah pusat (sukuk);

c. surat utang pemerintah daerah (sukuk); dan/atau

d. surat berharga syariah di bidang perumahan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan tingkat hasil investasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 17

Peserta Tapera dapat memilih prinsip pemupukan dana sesuai dengan prinsip konvensional atau prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.

Bagian Keempat Pemanfaatan

Pasal 18

Pemanfaatan Tapera digunakan untuk pemenuhan kebutuhan rumah layak huni bagi Peserta Tapera melalui pembiayaan perumahan dan kawasan permukiman yang terjangkau dan mudah diakses.

Pasal 19

(1) Pemanfaatan dana Tapera oleh Peserta Tapera diperuntukkan bagi

pembiayaan:

a. pemilikan atas rumah pertama;

b. pembangunan atas rumah pertama; atau

c. perbaikan atas rumah pertama.

(2) Pemanfaatan dana Tapera sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan

kepada Perserta Tapera yang berpenghasilan rendah.

(3) Pemanfaatan dana Tapera sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya

dapat diberikan 1 (satu) kali.

(4) Pemanfaatan dana Tapera yang diterima oleh Peserta Tapera mempunyai

nilai besaran yang sama untuk semua peruntukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa rumah

tunggal, rumah deret, rumah susun, atau penyebutan lain yang setara. Pasal 20

Dalam hal Peserta Tapera telah memiliki rumah, maka Peserta Tapera tidak dapat menerima manfaat dana Tapera sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b.

Pasal 21

Pemanfaatan dana Tapera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) bersumber dari:

a. dana hasil pengerahan;

b. dana hasil pemupukan;

c. dana hasil pemanfaatan;

d. dana pinjaman dari perbankan mitra Badan Pengelola; dan

(6)

Pasal 22

(1) Pemanfaatan dana Tapera diberikan kepada Peserta Tapera paling cepat 12 (dua belas) bulan setelah Peserta Tapera menjadi anggota.

(2) Penilaian kelayakan Peserta Tapera untuk mendapatkan pemanfaatan dana Tapera sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Badan Pengelola.

(3) Kelayakan Peserta Tapera sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan:

a. masa aktif kepesertaan;

b. kemampuan untuk membayar iuran;

c. tingkat kebutuhan atas rumah pertama; dan

d. ketersediaan dana pemanfaatan.

Pasal 23

(1) Pemanfaatan dana Tapera untuk pemilikan atas rumah pertama

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a, dilakukan pada saat Peserta Tapera mengajukan permohonan dana pinjaman pembelian rumah pertama kepada bank atau pengembang.

(2) Pemanfaatan dana Tapera untuk pembangunan rumah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b, dilakukan pada saat Peserta Tapera mengajukan permohonan dana pinjaman pembangunan rumah pertama kepada bank.

(3) Pemanfaatan dana Tapera untuk perbaikan rumah pertama sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf c, dilakukan pada saat Peserta Tapera mengajukan permohonan dana pinjaman perbaikan rumah pertama kepada bank.

Pasal 24

Manfaat Tapera dalam bentuk pembiayaan perumahan kepada Peserta Tapera yang memenuhi persyaratan tertentu dapat dilakukan melalui bank yang telah bekerja sama dengan Badan Pengelola.

Pasal 25

Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme, tata cara pemberian, dan besaran dana pemanfaatan Tapera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 24 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB IV

BADAN PENGELOLA Bagian Kesatu

Pembentukan, Status, dan Tempat Kedudukan Pasal 26

(1) Dalam rangka pengelolaan Tapera, berdasarkan Undang-Undang ini dibentuk Badan Pengelola.

(2) Badan Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan badan hukum.

(3) Badan Pengelola dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri. Pasal 27

(1) Badan Pengelola berkedudukan dan berkantor pusat di Ibukota Negara

Republik Indonesia.

(2) Badan Pengelola dapat membuka kantor perwakilan di daerah sesuai

dengan kebutuhan.

(7)

Tugas dan Wewenang Pasal 28

Dalam melaksanakan pengelolaan Tapera, Badan Pengelola mempunyai tugas dan wewenang:

a. menyusun dan menetapkan rencana kerja pengerahan, pemupukan, dan

pemanfaatan dana Tapera;

b. melaksanakan pengerahan, pemupukan, dan pemanfaatan dana Tapera;

c. merumuskan dan melaksanakan kebijakan dalam rangka mendukung

pembiayaan perumahan rakyat;

d. menetapkan kebijakan teknis operasional pengelolaan Tapera;

e. menetapkan/mengajukan anggaran tahunan untuk pengelolaan Tapera;

f. menerbitkan kartu kepesertaan;

g. membuat rekening Peserta Tapera;

h. menilai dan menyetujui pemanfaatan dana Tapera oleh Peserta Tapera;

i. menjamin ketersediaan dana dan bunga atau bagi hasil atas Tapera;

j. membuat laporan kinerja pengerahan, pemupukan dan pemanfaatan dana

Tapera yang dapat diakses oleh publik; dan

k. membuat laporan pengelolaan Tapera untuk Peserta Tapera secara

periodik.

Pasal 29

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Badan Pengelola wajib menerapkan prinsip:

a. tata kelola yang baik;

b. penerapan manajemen risiko; dan

c. perlindungan dan kemanfaatan untuk Peserta Tapera.

Bagian Ketiga Permodalan

Pasal 30

Modal awal Badan Pengelola ditetapkan paling banyak

Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun Rupiah) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 31

(1) Badan Pengelola menetapkan besaran alokasi dana pemupukan, pemanfaatan, cadangan, penjaminan, dan pengadaan tanah.

(2) Besaran alokasi dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan prosentase dari hasil pengerahan dana yang terkumpul dengan rincian sebagai berikut:

a. dana pemupukan sebesar 35% (tiga puluh lima persen);

b. dana pemanfaatan sebesar 50% (lima puluh persen);

c. dana cadangan sebesar 2,5% (dua koma lima persen);

d. dana penjaminan sebesar 7,5% (tujuh koma lima persen); dan

e. dana pengadaan tanah sebesar 5% (lima persen).

Bagian Keempat

Struktur Organisasi Badan Pengelola Pasal 32

Badan Pengelola terdiri dariDireksi dan Dewan Pengawas. Pasal 33

(1) Direksi terdiri atas 5 (lima) orang anggota yang berasal dari unsur profesional.

(2) Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

(8)

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

Pasal 34 (1) Dewan Pengawas terdiri atas 5 (lima) orang.

(2) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:

a. 2 (dua) orang dari Pemerintah;

b. 2 (dua) orang dari Peserta Tapera;

c. 1 (satu) orang dari unsur masyarakat.

(3) Anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

(4) Presiden menetapkan Ketua Dewan Pengawas yang berasal dari anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

Bagian Kelima

Persyaratan, Tata Cara Pemilihan dan Penetapan, Penggantian, dan Pemberhentian Anggota Direksi

dan Anggota Dewan Pengawas Pasal 35

(1) Untuk dapat diangkat sebagai anggota Direksi atau anggota Dewan Pengawas, calon yang bersangkutan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. warga negara Indonesia;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela;

e. memiliki kualifikasi dan kompetensi di bidang perumahan dan

permukiman;

f. berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun dan paling tinggi 60

(enam puluh) tahun pada saat dicalonkan menjadi anggota;

g. tidak menjadi anggota atau menjabat sebagai pengurus partai politik;

h. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; dan/atau

i. tidak pernah menjadi anggota direksi, komisaris, atau dewan pengawas

pada suatu badan hukum yang dinyatakan pailit karena kesalahan yang bersangkutan.

(2) Selama menjabat, anggota Direksi dan anggota Dewan Pengawas tidak boleh merangkap jabatan di pemerintahan atau badan hukum lainnya.

Pasal 36

Selain harus memiliki persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, calon anggota Direksi harus memenuhi persyaratan khusus, yaitu memiliki kompetensi yang terkait untuk jabatan direksi yang bersangkutan dan memiliki pengalaman manajerial paling sedikit 5 (lima) tahun.

Pasal 37

Selain harus memiliki persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, calon anggota Dewan Pengawas harus memenuhi persyaratan khusus, yaitu memiliki kompetensi dan pengalaman di bidang manajemen, khususnya di bidang pengawasan paling sedikit 5 (lima) tahun.

(9)

Pasal 38

Presiden memilih dan menetapkan anggota Direksi dan anggota DewanPengawas berdasarkan usulan Menteri.

Pasal 39

(1) Presiden memberhentikan anggota Direksi atau anggota Dewan Pengawas dari jabatannya karena:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri secara tertulis;

c. tidak dapat melaksanakan tugas karena berhalangan tetap;

d. dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; atau

e. masa jabatannya berakhir.

(2) Dalam hal anggota Direksi atau anggota Dewan Pengawas diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d sebelum masa jabatannya berakhir, Presiden mengangkat anggota Direksi atau anggota Dewan Pengawas pengganti untuk meneruskan sisa jabatannya.

(3) Dalam hal sisa masa jabatan yang kosong sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kurang dari 18 (delapan belas) bulan, Presiden menetapkan anggota pengganti antarwaktu berdasarkan usulan Menteri.

Pasal 40

Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang Direksi dan Dewan Pengawas serta tata cara pemilihan, penetapan, penggantian, dan pemberhentiananggota Direksi atau anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Pasal 34, Pasal 38 dan Pasal 39 diatur dengan Peraturan Presiden.

BAB V

PELAPORAN DAN AKUNTABILITAS Pasal 41

(1) Badan Pengelola wajib menyusun laporan keuangan yang terdiri dari laporan keuangan semesteran dan laporan keuangan tahunan.

(2) Badan Pengelola wajib menyusun laporan kegiatan yang terdiri atas laporan kegiatan bulanan, laporan kegiatan triwulanan, dan laporan kegiatan tahunan.

(3) Badan Pengelola wajib menyampaikan laporan kegiatan triwulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Dewan Pengawas.

(4) Laporan kegiatan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Presiden melalui Komite Tabungan Perumahan.

(5) Untuk penyusunan laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Pengelola menetapkan standard dan kebijakan akuntansi pengelolaan Tapera.

(6) Laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan atau kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

(7) Badan Pengelola wajib mengumumkan laporan tahunan Badan Pengelola kepada publik melalui media cetak dan media elektronik.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan laporan keuangan sebagaimana dimaskud pada ayat (1) dan laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), serta tata cara, bentuk, dan susunan laporan yang diumumkan kepada publik diatur dengan Peraturan Badan Pengelola.

BAB VI

(10)

Pasal 42

Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pengelola berkoordinasi dengan Menteri dalam melaksanakan pengelolaan Tapera.

Pasal 43

Dalam rangka pencadangan tanah untuk pembangunan perumahan, Badan Pengelola berkoordinasi dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

BAB VII

HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 44

Peserta Tapera berhak:

a. memperoleh pemanfaatan dana Tapera;

b. memperoleh informasi mengenai pengerahan, pemupukan, dan

pemanfaatan Tapera;

c. mendapatkan prioritas dalam pengajuan kredit kepemilikan,

pembangunan, atau perbaikanrumah; dan

d. menentukan prinsip dan bentuk pemupukan dana yang diinginkan.

Pasal 45

Peserta Tapera berkewajiban membayar iuran Tapera kepada Badan Pengelola. BAB VIII

LARANGAN Pasal 46 Instansi/lembaga Peserta Tapera dilarang:

a. menolak dan/atau menghalang-halangi pekerja/pegawai/anggotauntuk

menjadi Peserta Tapera; dan/atau

b. menyalahgunakan iuran kepesertaan Tapera.

Pasal 47

Anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi dilarang:

a. memiliki hubungan keluarga sampai derajat ketiga antaranggota Dewan

Pengawas, antaranggota Direksi, dan antaranggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi;

b. memiliki bisnis yang mempunyai keterkaitan dengan penyelenggaraan

Tapera;

c. merangkap jabatan sebagai anggota partai politik, pengurus organisasi

masyarakat atau organisasi sosial atau lembaga swadaya masyarakat yang terkait dengan Tapera, pejabat struktural dan fungsional pada lembaga pemerintahan, pejabat di badan usaha dan badan hukum lainnya;

d. mendirikan atau memiliki seluruh atau sebagian badan usaha yang terkait

dengan Tapera;

e. menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan

dihapuskannya suatu laporan dalam buku catatan atau dalam laporan, dokumen atau laporan kegiatan usaha, atau laporan transaksi Tapera;

f. menyalahgunakan dan/atau menggelapkan aset Tapera dan/atau Badan

Pengelola;

g. menginvestasikan aset Tapera dan/atau Badan Pengelola pada jenis

investasi yang tidak sesuai dengan Undang-Undang ini;

h. membuat atau menyebabkan adanya suatu laporan palsu dalam buku

catatan atau dalam laporan, atau dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, atau laporan transaksi Tapera dan/atau Badan Pengelola; dan/atau

i. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau

menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, atau dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan

(11)

transaksi atau merusak catatan pembukuan Tapera dan/atau Badan Pengelola.

Pasal 48

(1) Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf a, huruf b, huruf c, atau huruf d dikenai sanksi administratif.

(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Presiden atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peringatan tertulis;

b. pemberhentian sementara; dan/atau c. pemberhentian tetap.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA Pasal 49

Pimpinan instansi/lembaga Peserta Tapera yang dengan sengaja menolak dan/atau menghalang-halangi peserta untuk menjadi Peserta Tapera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf a, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 50

Pimpinan instansi/lembaga Peserta Tapera yang dengan sengaja

menyalahgunakan iuran kepesertaan Tapera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf b, dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 51

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang dengan sengaja:

a. menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan

dihapuskannya suatu laporan dalam buku catatan atau dalam laporan, dokumen atau laporan kegiatan usaha, atau laporan transaksi Tapera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf e ;

b. menyalahgunakan dan/atau menggelapkan aset Tapera dan/atau Badan

Pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf f;

c. menginvestasikan aset Tapera dan/atau Badan Pengelola pada jenis

investasi yang tidak sesuai dengan Undang-Undang ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf g;

d. membuat atau menyebabkan adanya suatu laporan palsu dalam buku

catatan atau dalam laporan, atau dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, atau laporan transaksi Tapera dan/atau Badan Pengeloal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf h; dan/atau

e. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau

menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, atau dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau merusak catatan pembukuan Tapera dan/atau Badan Pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf i.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 52

(12)

a. Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 1994 Tentang Perubahan atas keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993 tentang Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil diakui keberadaannya dan tetap melaksanakan program tabungan perumahan termasuk menerima pendaftaran peserta baru, sampai dengan terbentuknya Badan Pengelola;

b. Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian

Republik Indonesia tetap melaksanakan kegiatan operasional

penyelenggaraan program tabungan perumahan bagi pesertanya, termasuk penambahan peserta baru, sampai dengan terbentuknya Badan Pengelola;

c. Yayasan Kesejahteraan Perumahan Prajurit dan Pegawai Negeri Sipil

Departemen Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang dibentuk dengan Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan Nomor: Kep/02/II/1998 tanggal 25 Pebruari 1998 tentang Pembentukan Yayasan Kesejahteraan Perumahan Prajurit dan Pegawai Negeri Sipil Departemen Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan program tabungan perumahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia serta Pegawai negeri di lingkungannya, program pembayaran hak pesertanya, termasuk penambahan peserta baru, sampai dengan dialihkan ke Badan Pengelola.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 53

Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, Presiden membentuk Tim yang diketuai oleh Menteri untuk:

a. menyiapkan terbentuknya Badan Pengelola; dan

b. menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan

kewajiban Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil dan Yayasan Kesejahteraan Perumahan Prajurit dan Pegawai Negeri Sipil Departemen Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

Pasal 54

Pembentukan Badan Pengelola dan pengalihan aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dilakukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 55

Pada saat Badan Pengelola terbentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54:

a Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil tidak lagi

menjalankan program tabungan perumahan;

b Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian

Republik Indonesia tidak lagi menyelenggarakan program tabungan perumahan bagi pesertanya; dan

c Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil

dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil menjadi aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum Badan Pengelola.

Pasal 56

Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 57

(13)

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta

pada tanggal …

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDDIN

(14)

PENJELASAN ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … TAHUN …

TENTANG

TABUNGAN PERUMAHAN RAKYAT

I. UMUM

Perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pemenuhan atas kebutuhan rumah merupakan penjabaran dari amanat yang terkandung di dalam UUD 1945. Terpenuhinya kebutuhan perumahan akan memberi rasa aman bagi setiap orang dan percaya diri atas kemampuan ekonomi untuk membina keluarga dan menyiapkan generasi masa yang akan datang yang lebih baik. Namun, bagi sebagian besar masyarakat, pemenuhan kebutuhan rumah masih sulit diwujudkan. Setiap tahun masih terdapat kesenjangan antara kebutuhan dan penyediaan rumah. Selain itu, ada kendala khusus yang dihadapi oleh masyarakat berpenghasilan rendah, yakni rendahnya daya beli dan/atau terbatasnya akses terhadap sistem pembiayaan perumahan. Dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188) secara eksplisit menekankan perlunya meningkatkan akses masyarakat dalam kepemilikan rumah, termasuk bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Penyelenggaraan perumahan adalah tanggung jawab negara yang pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Hal ini berarti pembangunan perumahan dan permukiman tidak terlepas dari kegiatan pemerintah dalam pembangunan daerah, perkotaan ataupun perdesaan.

Hak atas rumah merupakan hak asasi manusia yang diakui oleh seluruh bangsa-bangsa berdasarkan Piagam Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan. Dengan demikian, keterkaitan antara hak atas rumah dan tanggung jawab negara terhadap akses masyarakat menjadi penting.

Tapera merupakan salah satu bentuk tanggung jawab negara mengenai penjaminan akses masyarakat terhadap salah satu hak asasi manusia yaitu hak atas tempat tinggal atau rumah. Secara filosofis dan yuridis, hak atas tempat tinggal atau rumah diatur dalam Pasal 28C ayat (1), Pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on

Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak

Ekonomi, Sosial dan Budaya), dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188). Tapera merupakan sistem pembiayaan yang dikembangkan untuk mendorong tersedianya sumber dana murah dan jangka panjang bagi pembiayaan pembangunan perumahan.

Dalam rangka pengelolaan Tapera, Undang-Undang ini mengatur berbagai aspek yang berkaitan dengan pengelolaan Tapera yang mencakup asas, tujuan dan lingkup; kepesertaan; pengerahan dana; pemupukan dana; pemanfaatan; dan Badan Pengelola Tapera. Selanjutnya, untuk menjamin kesinambungan pengelolaan Tapera diatur juga ketentuan mengenai peralihan kelembagaan dan seluruh asetnya, dari lembaga yang ada saat ini yaitu Bapertarum dan Yayasan Kesejahteraan Perumahan Prajurit dan Pegawai Negeri Sipil

(15)

Departemen Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ke dalam Badan Pengelola Tapera menurut Undang-Undang ini.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas gotong-royong” adalah memberikan landasan dalam pengerahan dana tabungan perumahan rakyat adanya kewajiban yang sama antara masyarakat berpenghasilan rendah, sedang, dan tinggi untuk membayar sejumlah iuran tabungan perumahan rakyat dan bagi yang membutuhkan rumah dapat memanfaatkan tabungan perumahan rakyat tersebut terlebih dahulu.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas nirlaba” adalah bahwa pengelolaan Tapera tidak untuk mencari keuntungan, namun mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan manfaat seluruhnya bagi Peserta.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas kehati-hatian” adalah memberikan landasan dalam pemupukan dan pemanfaatan dana tabungan perumahan rakyat adanya kewajiban bagi institusi pengelola agar waspada dan siaga dalam setiap tindakan pemanfaatan dana.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas kemanfaatan” adalah memberikan landasan dalam pengelolaan tabungan perumahan rakyat harus memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk mendapatkan rumah.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas keterjangkauan dan kemudahan” adalah memberikan landasan agar hasil pembangunan di bidang perumahan dan kawasan permukiman dapat dijangkau dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat serta mendorong terciptanya iklim yang kondusif dengan memberikan kemudahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah mampu memenuhi kebutuhan dasar akan perumahan dan permukiman.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah memberikan landasan agar hasil pengerahan tabungan perumahan rakyat dapat dinikmati secara proporsional dan merata bagi seluruh rakyat untuk memperoleh rumah yang layak huni.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah memberikan landasan agar hasil pemanfaatan tabungan perumahan rakyat dapat membentuk masyarakat yang mandiri sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasar akan perumahan dan permukiman. Huruf h

Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah memberikan landasan agar dana tabungan perumahan rakyat dikelola secara

(16)

baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan pembiayaan akan perumahan dan permukiman untuk saat ini dan yang akan datang. Huruf i

Yang dimaksud dengan “asas akuntabilitas” adalah memberikan landasan dalam pengelolaan dana tabungan perumahan rakyat harus dilakukan secara bertanggung jawab dalam setiap tindakan pengelolaan dana dimaksud.

Huruf j

Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah memberikan landasan dalam pengelolaan dana tabungan perumahan rakyat harus dilakukan secara transparan dan mudah diakses oleh masyarakat dalam setiap tindakan pengelolaan dana dimaksud. Huruf k

Yang dimaksud dengan “asas kepastian hukum” adalah jaminan hukum bagi setiap orang untuk mendapatkan akses pembiayaan perumahan dan bertempat tinggal secara layak, baik yang bersifat milik maupun bukan milik melalui cara sewa dan cara bukan sewa. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup Jelas Pasal 7 Huruf a Cukup jelas. Huruf b

Pegawai Negeri terdiri dari:

1. Pegawai Negeri Sipil baik ditingkat pusat maupun daerah;

2. Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia; dan

3. Kepolisian Republik Indonesia.

Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup jelas. Huruf e

Yang dimaksud dengan “pekerja” adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain, termasuk didalamnya pekerja dengan perjanjian kerja waktu tertentu.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “pekerja mandiri” antara lain pengusaha, pedagang, dan pekerja di sektor informal.

Pasal 8

Cukup jelas. Pasal 9

(17)

Cukup jelas Pasal 10

Cukup jelas Pasal 11

Huruf a

Dalam menjalankan kewajibannya, Peserta Tapera yang berasal

dari pekerja mandiri dapat dilakukan dengan cara

menggabungkan diri dalam satu kelompok/wadah, sehingga memudahkan dalam teknis pengelolaan Tapera.

Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Dalam hal Peserta Tapera meninggal dunia, hak atas dana akumulasi iuran dan hasil pemupukannya secara tunai diberikan kepada ahli warisnya.

Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 16

Ayat (1)

Untuk menekan risiko kerugian dalam menentukan investasi, perlu disertai dengan pengenaan jaminan asuransi investasi.

Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “deposito perbankan” adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian Nasabah Penyimpan dengan bank.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “surat utang pemerintah” adalah Surat Utang Negara yang merupakan surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah

(18)

maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “surat utang pemerintah daerah” merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah daerah yangditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal dan segala resiko yang timbul sebagai akibat dari penerbitan Obligasi Daerah menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “surat berharga di bidang perumahan” adalah surat pengakuan utang, surat berharga komersial ,saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrakberjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek di bidang perumahan seperti Efek Beragun Aset di Bidang Perumahan, Reksadana Real Estate Investment Trust (REIT).

Ayat (4)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “deposito perbankan syariah” adalah

investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad

lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapa dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “surat utang pemerintah pusat (sukuk)” adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Pemerintah Pusat kepada pemegang obligasi syariah.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “surat utang pemerintah daerah (sukuk)” adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Pemerintah Daerah kepada pemegang obligasi syariah.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “surat berharga syariah di bidang perumahan” adalah surat pengakuan utang, surat berharga komersial ,saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrakberjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek dengan prinsip syariah di bidang perumahan seperti Efek Beragun Aset Syariah. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 17 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan prinsip pemupukan dana adalah segala upaya untuk memberikan nilai tambah atas pengerahan dana

(19)

untuk kepentingan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “Peserta Tapera yang berpenghasilan rendah” adalah masyarakat berpenghasilan rendah yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan Pemerintah untuk memperoleh rumah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang mengenai

perumahan dan kawasan permukiman dan peraturan

pelaksanaannya. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Huruf a

Yang dimaksud dengan “dana hasil pengerahan” adalah jumlah iuran yang sudah terkumpul selama periode yang telah berlangsung.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “dana hasil pemupukan” adalah hasil pemupukan atau hasil investasi dari iuran yang telah disetor selama periode yang telah berlangsung.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “dana hasil pemanfaatan” adalah dana yang diperoleh dari cicilan Peserta atas bantuan pembiayaan yang diterimanya.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “dana pinjaman dari perbankan mitra Badan Pengelola” adalah fasilitas atau kemudahan bagi Peserta Tapera untuk mendapatkan dana pinjaman bagi keperluan pemilikan rumah yang bersumber dari dana perbankan dan/atau dana Tapera.

(20)

Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Huruf a

Prinsip tata kelola yang baik dilaksanakan dengan cara menerapkan keterbukaan, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian, dan kewajaran dalam pengelolaan Tapera.

Huruf b

Prinsip manajemen risiko dilaksanakan dengan cara

menerapkan pemenuhan kecukupan modal minimum,

pengawasan aktif, dan pemenuhan disiplin pasar terhadap risiko yang melekat dalam pengelolaan Tapera.

Huruf c

Prinsip perlindungan dan kemanfaatan untuk Peserta Tapera dilaksanakan dengan cara menerapkan kebijakan dan prosedur identifikasi Peserta Tapera, pemantauan rekening Peserta Tapera, pemantauan transaksi Peserta Trapera, manajemen risiko, dan pemenuhan pembiayaan perumahan Peserta Tapera. Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a

(21)

unsur yang membidangi urusan perumahan rakyat dan pengelolaan keuangan.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “unsur dari Peserta Tapera” adalah peserta yang berasal dari pegawai negeri sipil dan pekerja dari swasta.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “unsur masyarakat” adalah masyarakat yang memiliki pemahaman dan keilmuan di bidang pengawasan, keuangan, dan perumahan.

Pasal 35 Cukup jelas. Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas. Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39 Cukup jelas. Pasal 40 Cukup jelas. Pasal 41 Cukup jelas. Pasal 42 Cukup jelas. Pasal 43 Cukup jelas. Pasal 44 Cukup jelas. Pasal 45 Cukup jelas. Pasal 46 Cukup jelas. Pasal 47 Cukup jelas. Pasal 48 Cukup jelas. Pasal 49 Cukup jelas. Pasal 50

(22)

Cukup jelas. Pasal 51 Cukup jelas. Pasal 52 Cukup jelas. Pasal 53 Cukup jelas. Pasal 54 Cukup jelas. Pasal 55 Cukup jelas. Pasal 56 Cukup jelas. Pasal 57 Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Tulislah terlebih dahulu nomor kode sekolah dan nomor kode peserta anda baris atas (baris nomor 1) pada lembar jawaban yang disediakan.. Periksa dan bacalah soal-soal dengan

menunjukkan hubungan antara karakteristik menara dan tinggi bahan isian menara, untuk rasio laju aliran massa air/udara = 7,25, dengan variasi temperatur air masuk

C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 1. Petunjuk Bagi Siswa/Peserta Didik  Untuk memperoleh hasil belajar yang maximal, dalam menggunakan modul ini maka langkah–langkah yang dilaksanakan antara

Sistem yang dibangun dapat menangani proses pelayanan pasien mulai dari pendaftaran pasien, pendaftaran antrian pada poli umum dan gigi, pemanggilan antrian sampai pada

Guru kelas pada proses penelitian tindakan kelas ini bertindak sebagai guru pendukung yang bertugas mengondisikan siswa, memberikan arahan ulang kepada

Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Dan terus mengalami peningkatan jumlah penduduk tiap

Hasil simulasi menunjukkan purata masa menunggu dan jumlah kenderaan yang menunggu di setiap lorong di persimpangan tersebut dapat dikurangkan dengan menukar urutan dan fasa pada

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa efisiensi reproduksi sapi perah Friesian Holstein (FH) di Wilayah Kerja Koperasi Peternakan Bandung Selatan dapat dikategorikan baik..