SEMANGAT KERJA KARYAWAN DITINJAU DARI KONSEP PENERIMAAN DIRI
Sri Ernawati¹, Abdul Kholid¹
¹Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta
Email : sriernawati76@yahoo.co.id
Abstract
An employees as a valuable company’s assets, ned to optimalization empowerment and largement. Employee morale is one of the causes, which self acceptance influenced. This experiments aimed to understand the correlations of employee morale in terms of the concept of self acceptance. Fourty persons as a population have been analyzed with product moment correlations. The normaly assumption for self acceptance scale is r² = 7,314 (p > 0,05), and for employee morale scale is r² = 9,496 (p > 0,05). It showed both are in normal assumption. For the linierity, the F differences = 0,001 (p > 0,05) for both variables, it showed both are linier.The statistics analysis shows that rxy = 0,495 (p < 0,01), means that there is a significantly correlations of employee morale in tens of the concept of self acceptance. The conclusions is that self acceptance variables give 24,5% influenced to employee morale, and 75,5% given to other factors.
Abstrak
Karyawan merupakan aset perusahaan yang sangat berharga, tanpa mereka apa yang dimiliki perusahaan tidak akan dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara maksimal. Semangat kerja pada karyawan merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh perusahaan. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah penerimaan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara peneriamaan diri dengan semangat kerja karyawan. Populasi pada penelitian ini adalah karyawan berjumlah 40 orang dan dianalisis dengan korelasi product moment. Uji normalitas sebaran Skala Penerimaan Diri diperoleh kai kuadrat = 7,314 dengan p > 0,05 yang berarti sebarannya normal dan uji normalitas sebaran Skala Semangat Kerja diperoleh kai kuadrat = 9,496 dengan p > 0,05 yang berarti sebarannya normal. Hasil uji linieritas kedua variabel diperoleh faktor F beda = 0,001 dengan p > 0,05 yang berarti korelasinya linier. Hasil analisis data diperoleh rxy = 0,495 dengan p < 0,01 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan semangat kerja pada karyawan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri berpengaruh pada semangat kerja karyawan, dimana pengaruhnya sebesar 24,5%. Sedangkan yang 75,5% dipengaruhi oleh faktor lain.
PENDAHULUAN
Perkembangan dan kemajuan bidang industri secara global menuntut pemenuhan kualitas sumber daya manusia yang memadai. Manusia merupakan salah satu yang penting dalam perkembangan dan kemajuan bidang industri, termasuk juga bidang-bidang yang lain. Hal ini disebabkan karena dari manusialah timbul berbagai ide, gagasan dan inovasi yang mendorong timbulnya perubahan.
Karyawan merupakan salah satu aset yang berharga bagi industri maupun organisasi dan merupakan sumber daya yang dapat dikelola, diarahkan, dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya serta seoptimal mungkin. Mesin, tempat dan modal merupakan hal yang sangat penting dimana semua itu akan cukup berarti jika karyawan dapat berkembang.
Karyawan sebagai salah satu aset perusahaan atau organisasi memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga perputaran roda perusahaan atau organisasi dimana ia
berada. Bagi mereka yang memiliki tanggung jawab dan semangat kerja yang baik, maka mereka akan senantiasa menumpahkan semua potensi dan kemampuan yang mereka miliki untuk menjalankan tugas yang diberikan kepadanya. Saat ini masih banyak kita saksikan adanya karyawan yang datang kerja tidak tepat waktu atau pulang lebih awal. Ataupun mereka datang tepat waktu tapi di ruang kerja mereka hanya mengobrol dengan teman kerja atau malah hanya bersantai-santai saja. Berawal dari sinilah banyak sekali timbul keluhan dari berbagai pihak mengenai produktivitas kerja rendah, semangat kerja turun, mutu kerja rendah, dan masih banyak yang lain.
Tiap-tiap perusahaan memiliki tujuan atau target yang ingin dicapai. Oleh karena itu karyawan diharapkan dapat berperan secara aktif dalam mencapai tujuan yang telah digariskan. Tugas yang diberikan pada karyawan harus dilaksanakan dengan hasil yang seoptimal mungkin. Hal ini dapat tercapai apabila karyawan
melaksanakan tugasnya dengan kerja keras dan penuh semangat. Dengan penerimaan diri, karyawan diharapkan dapat memfungsikan dirinya dengan sebaik-baiknya.
Semangat kerja yang dimiliki karyawan dipengaruhi oleh apa yang ada dan dimiliki oleh karyawan yang bersangkutan terutama faktor mental. Maramis (1994) berpendapat bahwa dengan penerimaan diri seseorang
akan percaya dengan
kemampuannya, tidak terlalu kaku serta mampu mengenal perasaannya. Individu yang memiliki penerimaan diri baik biasanya akan memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab, percaya pada kemampuan dirinya, memiliki pandangan yang positif terhadap diri serta menerima kelebihan dan kekurangannya (Jershild dalam Hurlock, 1986). Hjelle dan Ziglir (dalam Subur, 2000) menyatakan bahwa bagaimanapun juga penerimaan diri merupakan ciri kepribadian yang masak.
Berdasarkan uraian diatas, maka muncullah sebuah rumusan masalah “apakah benar penerimaan
diri berpengaruh pada semangat kerja karyawan?”
Semangat Kerja
Allport (dalam Imam, 1996) mengartikan semangat kerja sebagai sebuah sikap individual dalam sebuah usaha kelompok. Berkaitan dengan pernyataan di atas maka apabila karyawan memiliki sikap terhadap segala usaha atau kegiatan yang dilakukan perusahaan bisa dikatakan bahwa semangat kerja mereka baik dan sebaliknya bila sikap mereka terhadap usaha yang dilakukan kelompok rendah maka semangat kerja mereka bisa dikatakan rendah pula. Perusahaan harus memberikan timbal balik/penghargaan yang sama-sama menguntungkan.
Penghargaan terhadap apa yang telah dilakukan karyawan merupakan hal yang penting artinya bagi kelangsungan suatu perusahaan. Kemampuan karyawan untuk menjalankan tugas sesuai dengan potensi yang dimilikinya akan membuat karyawan yang bersangkutan merasa puas dan
senang. Terlebih lagi jika lingkungan dimana karyawan bekerja memberikan dukungn yang positif atau memberikan timbal balik yang dapat membuat karyawan puas. Harrel (dalam Retno, 1996) mendefinisan semangat kerja adalah kombinasi sikap yang timbul karena kepuasan terhadap pekerjaan dan lingkungannya. Terwujudnya kepuasan karyawan pada lingkungan dan pekerjannya diharapkan dapat mendorong semangat kerja karyawan.
Faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah : 1. Gaji yang diterima
Gaji yang diberikan pada karyawan harus sesuai dengan apa yang telah diberikan karyawan pada perusahaan.
2. Perhatian pada kebutuhan rohani dan harga diri
Karyawan akan merasa tenang apabila mereka senantiasa diperhatikan dan diakui keberadaannya.
3. Situasi dan lingkungan kerja Situasi dan lingkungan kerja yang semrawut dan tidak mengenakan akan menyebabkan karyawan menjadi gerah dan tidak nyaman dalam bekerja.
4. Adanya kesempatan untuk maju Adanya kesempatan untuk meniti karir kejenjang yang lebih tinggi dapat memberikan dorongan bagi karyawan untuk lebih bersemangat dalam bekerja. 5. Keamanan kerja yang baik
Karyawan yang bekerja pada bagian yang memiliki resiko lebih banyak akan dibayangi oleh rasa was-was, sehingga dalam bekerja mereka kurang optimal.
6. Keadaan lingkungan sosial dalam tempat kerja
Teman kerja yang tidak egois, pengertian akan membuat karyawan yang bersangkutan merasa betah dan bersemangat dalam bekerja.
7. Komunikasi yang ada dalam tempat kerja
Adanya komunikasi dua arah dan tanpa ada sumbatan informasi akan menciptakan hubungan yang dinamis antara bawahan dengan bawahan dan antara atasan dengan bawahan.
8. Insentif yang diterima terarah tujuannya
Karyawan harus tahu kenapa ia menerima insentif.
9. Fasilitas bagi karyawan yang menyenangkan
Pemberian fasilitas bagi karyawan berprestasi akan dapat memberikan dorongan bagi karyawan untuk lebih bersemangat dalam bekerja.
Aspek dari semangat kerja meliputi: adanya perasaan senang dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, tidak ada konflik, keterlibatan ego seseorang yang baik, penyesuaian yang baik, kepaduan kelompok, sekumpulan sikap yang berhubungan dengan pekerjaan, dan
penerimaan individu terhadap tujuan kelompok.
Penerimaan Diri
Penerimaan diri adalah kesadaran diri untuk dapat menerima keadaan yang ada dalam dirinya secara positif dan dapat menggunakannya untuk menjalani kehidupan. Adanya penerimaan pada seseorang, berarti seseorang tersebut secara sadar menerima kenyataan-kenyataan yang dirasakan dan dialaminya secara obyektif. Kita harus sadar menerima bukan berarti kita harus menyukainya.
Hurlock (1986) menyatakan bahwa ada beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi penerimaan diri, diantaranya:
1. Pemahaman diri
2. Bebas dari hambatan lingkungan 3. Harapan yang realistik
4. Kondisi yang menyenangkan 5. Konsep diri yang stabil
7. Frekuensi berhasil
8. Ada tidaknya perspektif diri 9. Adanya identifikasi dengan
seseorang
Sementara itu aspek yang dapat menggambarkan penerimaan diri pada seseorang yaitu:
1. Perasaan senang, hal ini berkaitan dengan sikap positif terhadap kanyataan yang ada dan dialami oleh individu, dimana kenyataan-kenyatan tersebut oleh individu digunakan untuk menjalani hidup secara baik
2. Perasaan puas, dalam menjalani kehidupan ini, individu tidak akan lepas dari kenyataan yang ada dalam dirinya.
3. Penghargaan, orang yang menerima diri senantiasa berusaha untuk menerima apa yang ada dalam dirinya, baik kelemahan ataupun kelebihannya.
METODE
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah semangat kerja
yaitu sikap mental individu atau kelompok dalam melakukan pekerjaan dengan giat dan konsekuen dengan harapan hasil pekerjaan akan memenuhi tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerimaan diri yaitu keadaan seseorang yang mampu mengakui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahannya, berbuat sesuai dengan nilai dan standar dirinya serta mampu mempertangungjawabkan perilakunya, kelebihan dan kelemahannya diterima tanpa menyalahkan diri dan orang lain.
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Perusda Saripetojo Cabang Rembang yang berjumlah 40 orang. Seluruh populasi tersebut digunakan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan metode angket, yaitu metode penyelidikan dengan menggunakan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan dengan menggunakan suatu daftar penelitian. Analisis data pada penelitian ini menggunakan
Teknik Analisa Product Moment. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu diadakan uji asumsi terhadap variabel penelitian yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji asumsi terhadap variabel penelitian yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji linieritas yang dihitung dengan bantuan program SPS edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih versi IBM/IN Hak Cipta © 2001.
HASIL
Nilai korelasi penerimaan diri pada semangat kerja (rxy) sebesar 0,495 dengan taraf signifikansi p < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan diri dapat dipengaruhi oleh semangat kerja pada karyawan, artinya semakin tinggi penerimaan dirinya, maka semakin tinggi semangat kerjanya, sebaliknya semakin rendah penerimaan diri, maka semangat kerjanya juga semakin rendah. Sebaran efektif penerimaan diri terhadap semangat kerja sebesar 24,5%, siasanya yang 75,5% dipengaruhi oleh faktor yang lain selain penerimaan diri, seperti:
motivasi kerja, inteligansi, tingkat pendidikan (Munandar, 1988).
PEMBAHASAN
Berjalannya roda perusahaan atau organisasi tidak dapat dilepaskan dari peran sumber daya manusia yang ada, dalam hal ini karyawan. Sumber daya yang berwujud material tidak akan berarti dan berguna tanpa peran aktif mereka. Perlu disadari bahwa pengelolaan sumber daya tersebut akan lebih berhasil dan optimal bila dipegang oleh sumber daya yang benar-benar mumpuni atau berkualitas. Kualitas sumber daya manusia terbukti merupakan faktor dominan dalam keberhasilan pembangunan dan kemajuan bengsa. Karyawan yang memiliki kualitas rendah cenderung kurang bertanggung jawab dan tidak terlalu peduli dengan pekerjaannya. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan sebagian karyawan bahwa pekerjaan yang ia jalani tersebut bukan bagian penting dari kehidupan psikisnya.
Antara karyawan,
merupakan sebuah lingkungan rotasi yang saling kait mengkait dan timbal balik. Karyawan dalam menjelaskan tugasnya harus dilakukan dengan penuh semangat dan penuh tanggung jawab, sehingga apa yang diharapkan perusahaan terhadap karyawan tersebut dapat tercapai. Apabila pekerjaan yang diberikan pada karyawan dapat cepat selesai dan benar, maka ongkos yang dikeluarkan perusahaan atau oraganisasi dapat diperkecil (Anigoro dan Widiyati, 1983). Oleh karena itu, perusahaan harus selalu menjaga kestabilan semangat kerja karyawan.
Semangat kerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satu faktor yang berpengaruh pada semangat kerja karyawan adalah penerimaan diri karyawan. Untuk menjaga semangat kerja karyawan perusahaan harus senantiasa memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan tersebut, salah satunya adalah penerimaan diri.
Maramis (1994) menyatakan bahwa dengan penerimaan diri
seseorang akan percaya pada kemampuannya, tidak terlalu kaku dan mampu mengenali perasaannya. Karyawan akan berhasil menjalankan tugas ketika dia yakin akan kemampuan yang dia miliki. Karyawan bisa mengukur seberapa besar potensi yang dia miliki untuk menjalankan tugas tersebut. Dengan kesadaran dan pemahaman akan potensi tersebut karyawan dalam menjalankan tugas akan lebih mantap dan tenang, sehingga harapan atau tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan akan segera tercapai. Sebaliknya karyawan yang kurang percaya dengan kemampuannya, dia akan lebih banyak bertanya, mengeluh dan cenderung ragu-ragu dalam bertindak atau bekerja, sehingga apa yang dihasilkan kurang memuaskan.
Karyawan yang memiliki penerimaan diri tidak hanya menerina kondisi atau keadaannya begitu saja, tetapi kondisi yang ada tersebut senantiasa dikembangkan kearah yang lebih baik. Perkembangan kearah yang lebih baik ini akan menjadikan karyawan
sebagai sumber daya manusia yang lebih ahli dan berkompeten pada bidangnya. Hal ini dikarenakan orang yang menerima diri senantiasa menerima karakteristik personalnya dan menggunakan untuk menjalani kehidupan, sedangkan karyawan yang kurang begitu faham akan karakteristik dirinya cenderung akan menolak sendiri. Terjadinya penolakan terhadap dirinya akan menyebabkan kondisi dan potensi-potensi yang dimilikinya kurang dapat dimanfaatkan secara optimal dalam bekerja dan menjalani kehidupannya.
SIMPULAN
1. Ada korelasi yang sangat signifikan antara penerimaan diri dengan semangat kerja pada karyawan
2. Sumbangan efektif penerimaan diri terhadap semangat kerja DAFTAR RUJUKAN
Anigoro, P dan Widiyati, N. 1983. Psikologi dalam Perusahaan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hurlock. 1986. Personality Development. New York: Mc Graw Hill Publishing.
Imam, T. 1996. Hubungan antara Iklim Organisasi dengan Semangat Kerja dan Prestasi Karier Karyawan PT. Sinar Agrofindo Sembada Bandar Lampung. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS. Maramis. 1994. Ilmu Kedokteran
Jiwa. Surabaya: Erlangga. Retno, K. 1996. Hubunga antara
Persepsi Terhadap Promosi Jabatan dengan Semangat Kerja pada Karyawan BRI Kantor Cabang Yogyakarta-Katamso. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS. Subur, R. 2000. Hubungan antara
Penerimaan Diri dan Aktualisasi Diri dengan Tingkah Laku Asertif Penyandang Cacat Tubuh. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.