• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI HASIL STUDI PENGARUH INOKULASI FUNGI EKTOMIKORIZA TERHADAP RESPON PERTUMBUHAN BIBIT Shorea spp. DI PERSEMAIAN DYAH AYU FITRIASARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI HASIL STUDI PENGARUH INOKULASI FUNGI EKTOMIKORIZA TERHADAP RESPON PERTUMBUHAN BIBIT Shorea spp. DI PERSEMAIAN DYAH AYU FITRIASARI"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI HASIL STUDI PENGARUH INOKULASI FUNGI

EKTOMIKORIZA TERHADAP RESPON PERTUMBUHAN

BIBIT Shorea spp. DI PERSEMAIAN

DYAH AYU FITRIASARI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

EVALUASI HASIL STUDI PENGARUH INOKULASI FUNGI

EKTOMIKORIZA TERHADAP RESPON PERTUMBUHAN

BIBIT Shorea spp. DI PERSEMAIAN

DYAH AYU FITRIASARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

RINGKASAN

DYAH AYU FITRIASARI. Evaluasi Hasil Studi Pengaruh Inokulasi Fungi Ektomikoriza terhadap Respon Pertumbuhan Bibit Shorea spp. di Persemaian. Dibimbing oleh YADI SETIADI

Shorea spp. merupakan salah satu jenis dari famili Dipterocarpaceae yang

mendominasi hutan hujan tropika di Indonesia. Pada umumnya jenis ini termasuk komersial sebagai komoditi penghasil kayu dan non kayu, akan tetapi kesulitan pengembangannya adalah dalam hal pengadaan bibit yang berkualitas. Oleh karena itu diperlukan usaha dalam teknologi budidayanya dengan menggunakan inokulasi fungi ektomikoriza yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan. Penggunaan jenis fungi ektomikoriza yang sesuai berasosiasi dapat membantu menghasilkan tingkat pertumbuhan bibit yang berkualitas di persemaian.

Penelitian ini berupa studi pustaka dengan mengumpulkan data dan informasi dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Data dan informasi tersebut di evaluasi dan di analisis dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh inokulasi fungi ektomikoriza terhadap respon pertumbuhan bibit Shorea spp. di persemaian. Aspek yang diamati berupa status ektomikoriza, efektifitas ektomikoriza, teknik inokulasi, pengaruh media tumbuh dan pengaruh interaksi perlakuan dalam bentuk yang aplikatif.

Hasil dari penelitian ini adalah jenis fungi ektomikoriza yang sesuai berasosiasi pada Shorea selanica dan Shorea seminis adalah yang diinokulasi oleh

Scleroderma columnare. Pada Shorea mesisopterik diinokulasi oleh inokulum

tanah, pada Shorea balangeran diinokulasi oleh Boletus sp. dan pada Shorea

pinanga oleh Pisolithus arhizus. Teknik inokulasi yang dapat digunakan pada Shorea spp. adalah dalam bentuk tablet. Pengaruh media tumbuh berupa

campuran tanah dan kompos sekam padi pada Shorea javanica serta pengaruh interaksi perlakuan berupa pemberian asam organik pada Shorea selanica, Shorea

mesisopterik dan Shorea seminis dapat membantu dalam peningkatan

pertumbuhan.

(4)

SUMMARY

DYAH AYU FITRIASARI. Study Result Evaluation of Ectomycorrizhae Fungi Inoculation Effect to Growth Responses of Shorea spp. Seedling in Nursery. Supervised by YADI SETIADI

Shorea spp. is one of Dipterocarpaceae species that dominate tropical rain

forest in Indonesia which classified into commercial wood that produce woody and non-woody product. There is a requirements of harder effort on its cultivation technology, considering of many difficulties in the development of this species, especially in the providing of seedling with good quality. One of performed effort was by ectomycorrhizae fungi inoculation that could improve the growth of seedling growth. In order to obtain a good quality of seedling growth level in the nursery, thus need a suitable ectomycorrizhae species that could associate with seedling.

This research was literature study by collecting information from many performed research and then evaluating and analyzing in order to know the effect of ectomycorrizhae fungi inoculation to growth responses of Shorea spp. seedling in the nursery. Observed parameters were ectomycorrizhae status, ectomycorrizhae effectiveness, used inoculation techniques, effect of growing media and effect of treatments interaction that presented into applicative form.

Result of this research shows that suitable ectomycorrizhae fungi for association with Shorea selanica and Shorea seminis was ectomycorrizhae that inoculated by Scleroderma columnare, while for Shorea mesisopterik was ones that inoculated by soil inoculum, for Shorea balangeran was ones that inoculated by Boletus sp. and for Shorea pinanga was ones that inoculated by Polisothus

arhizus. Commonly used inoculation technique for Shorea spp. was by using

tablet. Effect of growing media that consist of soil and rice shuck compost mixture for Shorea javanica and effect of treatments interaction from organic acid addition for Shorea selanica, Shorea mesisopterik and Shorea seminis was improve the growth level of seedling.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Hasil

Studi Pengaruh Inokulasi Fungi Ektomikoriza terhadap Respon Pertumbuhan Bibit Shorea spp. di Persemaian berupa studi pustaka adalah

benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2011

Dyah Ayu Fitriasari NRP E44070030

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Evaluasi Hasil Studi Pengaruh Inokulasi Fungi Ektomikoriza terhadap Respon Pertumbuhan Bibit Shorea spp. di Persemaian

Nama Mahasiswa : Dyah Ayu Fitriasari NRP : E44070030

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc NIP. 19551205 198003 1 004

Diketahui,

Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP. 19601024 198403 1 009

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur sebesarnya kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, karunia serta ridho-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi Hasil Studi Pengaruh Inokulasi

Fungi Ektomikoriza terhadap Pertumbuhan Bibit Shorea spp. di Persemaian. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Kehutanan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini disusun dalam bentuk studi pustaka untuk memberikaninformasi mengenai aplikasi jenis fungi ektomikoriza yang sesuai berasosiasi dengan Shorea spp. agar dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan menghasilkan bibit yang berkualitas di persemaian.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu diharapkannya kritik dan saran untuk penulisan yang lebih baik lagi kedepannya. Harapannya adalah semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Desember 2011

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur sebesarnya kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, karunia serta ridho-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan semangat dan doa yang selalu tercurah dari kedua orang tua, kakak-kakak, keponakan-keponakan dan seluruh keluarga besar tercinta kepada penulis serta berbagai pihak lain yang berjasa.Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarnya sebagai bentuk penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi atas bantuan, bimbingan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

2. Cyntia Yuni Ardanari, Jenny Rumondang dan Rusdi Indra Safutra selaku teman seperjuangan atas bantuan, kerja keras bersama dan dukungan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

3. Seluruh Dosen dan para staff (Bu Aliyah, Mas Saeful, Pak Dedi dan Pak Ismail) Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Terimakasih atas segala bantuan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

4. Bu Yani, Bi Ira dan para staff Laboratorium Ekologi Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Terimakasih atas segala bantuan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

5. Pak Ari, Bu Nana, Mbak Fa’i, Mbak Atu dan para staff Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian Bogor. Terimakasih atas segala bantuan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

6. Teman-teman seperjuangan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor angkatan 44. Terimakasih atas kebersamaan, bantuan, dukungan semangat dan hiburan bersama kalian semua yang telah memberikan kenangan kepada penulis.

(9)

7. Teman, kakak kelas dan kakak senior mahasiswa Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Terimakasih atas arahan dan pengalaman untuk menjadi rimbawan yang agamis, sportif, intelek dan kreatif kepada penulis.

8. Galuh Tri Pudyastungkara, Arie Megha Rukhmana, Lilis Yati Febriani dan Anindya Gitta serta teman-teman kosan Wisma Blobo Babakan Tengah. Terimakasih atas kebersamaan, bantuan, dukungan semangat dan hiburan yang telah dilalui selama masa perkuliahan hingga selesai bersama penulis. 9. Nurlia Rahmadini, Nazima Maulidya, Ranny Dwita Olivia, Sri Handayani,

Anindita Kusumaningrum, Yuniar Safitri, Suriah Anggraeni, Nursida Yaru, Anica Gustina, Ajeng Endartrianti, Agustiana Purwaningsih dan sahabat-sahabat tersayang yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih karena selalu ada baik suka maupun duka memberikan bantuan, dukungan semangat dan hiburan selama masa perkuliahan hingga selesai kepada penulis. 10. Seluruh Pihak yang telah membantu dalam kelancaran terselesaikannya skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas bantuannya kepada penulis

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu diharapkannya kritik dan saran untuk penulisan yang lebih baik lagi kedepannya. Harapannya adalah semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Desember 2011

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 Mei 1989. Terlahir sebagai anak terakhir dari empat bersaudara dari pasangan Sukardjo dan Sunarni dan telah memiliki tiga keponakan kecil. Adapun riwayat pendidikan penulis yang telah diikuti sejak di taman kanak-kanak di TK Aisyah 12 dari tahun 1993 sampai 1995, sekolah dasar di SD Muhammadiyah 12 dari tahun 1995 sampai 2001, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Pamulang dari tahun 2001 sampai 2004, sekolah menengah atas di SMA Cenderawasih 1 Jakarta dari tahun 2004 sampai 2007 kemudian pada tahun 2007 penulis melanjutkan ke perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Mahasiswa IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswi Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan. Selama duduk di bangku kuliah, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu himpunan profesi (himpro) Tree Grower Community (TGC) sebagai sekretaris 1 pada tahun kepengurusan (2009-2010) dan sebagai bendahara umum pada tahun kepengurusan (2010-2011). Selain aktif dalam himro TGC, penulis juga pernah tergabung dalam Pengurus Cabang Sylva Indonesia IPB (PCSI IPB) sebagai anggota divisi informasi dan komunikasi pada tahun kepengurusan (2009-2011).

Penulis dalam masa perkuliahannya telah meyelesaikan beberapa praktek lapang yang pertama Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) yang bertempat di Sancang-Kamojang, yang kedua Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan sekitarnya dan yang ketiga Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT. Tanjung Alam Jaya, Pertambangan Batubara, Banjarmasin-Kalimantan Selatan selama ± 2 bulan.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi mengenai Evaluasi Hasil

Studi Pengaruh Inokulasi Fungi Ektomikoriza terhadap Pertumbuhan Bibit Shorea spp. di Persemaian berupa studi pustaka di bawah bimbingan Dr. Ir.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Tujuan……… 2

1.3 Manfaat………. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dipterocarpaceae………... 3

2.2 Shorea spp………. 3

2.3 Ektomikoriza………. 4

2.4 Mikoriza Pada Dipterocarpaceae……….. 5

2.5 Teknik Inokulasi dan Aplikasi Ektomikoriza………… 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian………... 7

3.2 Jenis Data………... 7

3.3 Metode Penelitian………. 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Status Ektomikoriza………... 10

4.1.2 Efektifitas Ektomikoriza……… 10

4.1.3 Teknik Inokulasi………. 11

4.1.4 Pengaruh Media Tumbuh………... 11

4.1.5 Pengaruh Interaksi Perlakuan………. 12

4.2 Pembahasan 4.2.1 Status Ektomikoriza………... 13

4.2.2 Efektifitas Ektomikoriza……… 14

4.2.3 Teknik Inokulasi………. 15

4.2.4 Pengaruh Media Tumbuh………... 15

4.2.5 Pengaruh Interaksi Perlakuan………. 16

(12)

DAFTAR PUSTAKA………. 18 DAFTAR ISTILAH………... 19 LAMPIRAN………... 25

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Status ektomikoriza pada Shorea spp………... 10

2 Efektifitas ektomikoriza terhadap respon pertumbuhan Shorea spp…. 10

3 Teknikinokulasi ektomikoriza pada Shorea spp…... 11

4 Pengaruhmedia tumbuh terhadap respon pertumbuhan Shorea spp….. 11

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Status ektomikoriza pada Shorea selanica... 25

2 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea selanica... 25

3 Status ektomikoriza pada Shorea mesisopterik... 25

4 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea mesisopterik... 25

5 Status ektomikoriza pada Shorea seminis... 25

6 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea seminis... 26

7 Status ektomikoriza pada Shorea balangeran... 26

8 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea balangeran... 26

9 Status ektomikoriza pada Shorea leprosula... 26

10 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea leprosula... 26

11 Status ektomikoriza pada Shorea pinanga... 26

12 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea pinanga... 27

13 Status ektomikoriza pada Shorea ovalis... 27

14 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea ovalis... 27

15 Status ektomikoriza Pada Shorea johorensis... 27

16 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea johorensis... 27

17 Efektifitas ektomikoriza pada Shorea selanica... 27

18 Rekapitulasi efektifitas ektomikoriza padaShorea selanica... 28

19 Efektifitas ektomikoriza padaShorea mesisopterik... 28

20 Rekapitulasi efektifitas ektomikoriza pada Shorea mesisopterik... 28

21 Efektifitas ektomikoriza padaShorea seminis... 28

22 Rekapitulasi efektifitas ektomikoriza pada Shorea seminis... 28

23 Efektifitas ektomikoriza pada Shorea balangeran... 29

24 Rekapitulasi efektifitas ektomikoriza pada Shorea balangeran... 29

25 Efektifitas ektomikoriza pada Shorea leprosula... 29

26 Rekapitulasi efektifitas ektomikoriza pada Shorea leprosula... 29

27 Efektifitas ektomikoriza pada Shorea pinanga... 30

28 Rekapitulasi efektifitas ektomikoriza pada Shorea pinanga... 30

29 Efektifitas ektomikoriza pada Shorea ovalis... 30

(15)

31 Teknik inokulasi pada Shorea spp... 30

32 Pengaruh media pada Shorea selanica... 31

33 Rekapitulasi pengaruh media pada Shorea selanica... 32

34 Pengaruh media pada Shorea javanica... 32

35 Rekapitulasi pengaruh media pada Shorea javanica... 34

36 Pengaruh media pada Shorea leprosula... 34

37 Rekapitulasi pengaruh media pada Shorea leprosula... 35

38 Pengaruh interaksi perlakuan pada Shorea selanica... 35

39 Rekapitulasi pengaruh interaksi perlakuan pada Shorea selanica... 36

40 Pengaruh interaksi perlakuan pada Shorea mesisopterik... 36

41 Rekapitulasi pengaruh interaksi perlakuan pada Shorea mesisopterik 36 42 Pengaruh interaksi perlakuan pada Shorea seminis... 37

43 Rekapitulasi pengaruh interaksi perlakuan pada Shorea seminis... 37

44 Pengaruh interaksi perlakuan pada Shorea pinanga... 37

45 Rekapitulasi pengaruh interaksi perlakuan pada Shorea pinanga... 38

46 Hasil analisis data status ektomikoriza pada Shorea spp... 38

47 Hasil analisis data efektifitas ektomikoriza terhadap respon pertumbuhan Shorea spp... 38

48 Hasil analisis data teknik inokulasi ektomikoriza pada Shorea spp… 39 49 Hasil analisis data pengaruh media tumbuh terhadap respon pertumbuhan Shorea spp... 39

50 Hasil analisis data pengaruh interaksi perlakuan terhadap respon pertumbuhan Shorea spp... 40

51 Petunjuk Aplikasi Fungi Ektomikoriza pada Bibit Shorea spp. di Persemaian……….. 41

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hutan hujan tropika di Indonesia yang tersebar khususnya di Sumatera dan Kalimantan didominasi oleh pohon-pohon besar dari famili Dipterocarpaceae. Produk yang dihasilkan dari jenis-jenis Dipterocarpaceae pada umumnya termasuk komersial karena memegang peranan penting sebagai komoditi penghasil kayu dan non kayu.Oleh karena itu jenis ini harus dilestarikan dan dikembangkan.

Dalam pengelolaannya agar berkesinambungan dengan hasil produksi yang ingin dicapai maka diperlukan usaha dalam teknologi budidayanya. Kesulitan pengembangannya adalah dalam pengadaan bibit yang berkualitas karena jenis ini tidak memiliki musim buah yang teratur dan bijinya tidak dapat disimpan lama karena bersifat rekalsitran (Departemen Kehutanan 1991

dalam Riniarti 2002).

Dipterocarpaceae memiliki hubungan yang erat dengan fungi ektomikoriza. Berdasarkan penelitian (Santoso 1988 dalam Riyanto 2003), inokulasi fungi ektomikoriza pada anakan Dipterocarpaceae dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan mikro yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan.Selain itu juga dapat meningkatkan penyerapan air serta meningkatkan ketahanan terhadap patogen dan kekeringan.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memproduksi bibit yang berkualitas adalah dengan cara aplikasi teknologi mikoriza. Shorea spp. merupakan salah satu jenis Dipterocarpaceae yang berpotensi besar dalam hasil produksinya. Oleh karena itu diperlukan aplikasi teknologi mikoriza yaitu dengan penggunaan jenis fungi ektomikoriza yang sesuai berasosiasi dengan jenis Shorea spp. agar menghasilkan tingkat pertumbuhan bibit yang berkualitas di persemaian. Penggunaan bibit yang berkualitas adalah sebagai salah satu faktor pendukung keberhasilan di lapangan.

Studi ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh inokulasi fungi ektomikoriza terhadap respon pertumbuhan Shorea spp. di persemaian dari

(17)

berbagai sumber penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan mengupayakan agar dapat diaplikasikan dilapangan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian yang berupa studi pustaka ini adalah :

1. Mengumpulkan data dan informasi dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh inokulasi fungi ektomikoriza terhadap respon pertumbuhan Shorea spp. di persemaian.

2. Menentukan aspek pengamatan berupa status ektomikoriza, efektifitas ektomikoriza, teknik inokulasi, pengaruh media tumbuh dan pengaruh interaksi perlakuan terhadap respon pertumbuhan Shorea spp. dipersemaian.

3. Menyusun dan menganalisis data serta informasi hasil penelitian tersebut menjadi suatu bentuk yang aplikatif.

1.3 Manfaat

Hasil dari penelitian berupa studi pustaka ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aplikasi jenis fungi ektomikoriza yang sesuai berasosiasi dengan Shorea spp.agar dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan menghasilkan bibit yang berkualitas di persemaian.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dipterocarpaceae

Dipterocarpaceae merupakan salah satu famili yang mendominasi hutan hujan tropika, di Indonesia penyebaran utamanya adalah di Sumatera, Jawa, Kalimatan, Sulawesi dan Maluku. Dipterocarpaceae memiliki 13 marga dan 470 jenis, diantaranya 9 marga terdapat di Indonesia yaitu Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Vatica, Cotylelobium, Parashorea, Anisoptera dan upuna.

Sifat umum dari Dipterocarpaceae adalah pohon yang berukuran besar dengan batang yang berbanir. Sebagian besar jenisnya terdapat pada daerah yang beriklim basah dan kelembaban tinggi di bawah ketinggian tempat 800 mdpl, yaitu pada curah hujan di atas 200 mm/tahun dengan musim kemarau yang pendek (Ashton 1982 dalam Marpaung 2009).

2.2 Shorea spp.

Shorea spp. atau meranti adalah salah satumarga dari suku

Dipterocarpaceae yang merupakan komoditi penghasil kayu yang potensial.Marga meranti meliputi 194 jenis yang terdiri dari empat kelompok yaitu meranti putih, meranti merah, meranti kuning dan meranti balau.Termasuk ke dalam meranti putih adalah Shorea javanica, sedangkan yang termasuk ke dalam meranti merah adalah Shorea selanica, Shorea

leprosula, Shorea pinanga, Shorea ovalis dan Shorea johorensis.

Shorea spp. pada umumnya adalah pohon-pohon besar dengan tinggi total sampai 60 m, tinggi bebas cabang sampai 45 m, diameter sampai 1,8 m dan ada yang berbanir sampai setinggi 5 m. Kebanyakan pohon-pohon ini menduduki lapisan tajuk teratas (stratum A), tetapi ada pula yang menduduki lapisan tajuk kedua (stratum B) (Mukhamadun 1994).

Shoreaspp.terdapat pada daerah beriklim basah dan kelembaban tinggi. Berada dibawah ketinggian tempat 800 mdpl (tipe iklim A dan B) dan pada curah hujan diatas 200 mm/tahun dengan musim kemarau yang pendek. Jenis

(19)

tanah tempat tumbuhnya adalah podsolik merah kuning, podsolik kuning dan tanah latosol dan bersifat semi toleran tetapi beberapa ada juga yang bersifat toleran.Shorea spp.mulai berbunga dan berbuah sesudah berumur 6 tahun atau lebih.Musim bunga dan buah yang banyak sangat tergantung pada keadaan cuaca yaitu memerlukan musim panas atau kering tertentu.Oleh karena itu kebanyakan dari jenis-jenis pohon ini tidak berbuah setiap tahun (Alrasjid et al. 1991 dalam Mukhamadun 1994).

Shorea spp. memiliki banyak manfaat baik hasil kayu maupun non

kayunya. Hasil kayu dari meranti digunakan sebagai bahan baku kayu lapis dan konstruksi bangunan ringan yang biasa digunakan untuk pembuatan pintu, bingkai jendela dan perabot rumah.Hasil non kayu dari meranti adalah damar yang biasa digunakan sebagai vernis dan biji tengkawang yang biasa digunakan untuk kosmetik dan obat-obatan.

2.3 Ektomikoriza

Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik antara fungi (mykes) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi. Dalam hal ini fungi memberikan suatu keuntungan kepada tanaman inang dan sebaliknya fungi dapat memperoleh karbohidrat dan faktor pertumbuhan lainnya dari tanaman inang (Setiadi 1988).

Tipe fungi mikoriza dicirikan oleh pola atau karakter morfologinya.Salah satu dari tipe mikoriza tersebut adalah ektomikoriza. Beberapa karakteristik yang dapat dilihat pada ektomikoriza adalah akar yang terkena infeksi biasanya membesar dan bercabang serta rambut-rambut akar tidak ada. Pada suatu penampang melintang, permukaan akar ditutupi secara lengkap oleh miselia yang biasa disebut dengan fungal sheat (mantel). Terlihat beberapa hifa yang menjorok keluar yang disebut sebagai rhizomorphs. Hifa ini berfungsi sebagai alat yang efektif untuk penyerapan unsur hara dan air.Nampak hifa yang membentuk struktur seperti net (jala) diantara dinding sel-sel jaringan korteks, biasa disebut sebagai hartig net. Hifa tidak menyerang (masuk) ke dalam sel, tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan korteks (Setiadi 1988).

(20)

Fungi pembentuk ektomikoriza biasanya Basidiomiseta (Basidiomycetes) membentuk mushroom atau puff ball (Watling et el. 2002 dalam Riniarti 2010). Beberapa genera fungi pembentuk ektomikoriza adalah Amanita sp,

Boletellus sp, Boletinus sp, Boletus sp, Pisolithus sp, Scleroderma sp, Suillus

sp, Russula sp dan Laccaria sp (Brundrett et al. 1996; Rinaldi et al. 2008

dalam Riniarti 2010).

Beberapa manfaat mikoriza bagi pertumbuhan adalah :

1. Meningkatkan penyerapan unsur hara tanaman. Hal ini disebabkan mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsur hara mikro. Fungi mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman dan mengubahnya menjadi bentuk yang tersedia (Satomura et al. 2006; Santoso et al. 2007 dalam Riniarti 2010).

2. Tanaman akan lebih tahan menghadapi kondisi kering dari pada tanaman yang tidak bermikoriza. Kekeringan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan korteks, dan akibatnya perakaran mati, hanya saja pengaruhnya tidak permanen pada akar bermikoriza. Akar bermikoriza akan cepat pulih kembali dari kondisi stress setelah periode kekurangan air berlalu. Hifa cendawan mikoriza masih mampu menyerap air pada saat akar tanaman sudah tidak mampu lagi melakukannya. Selain itu penyerapannya memiliki daerah serapan yang lebih luas sehingga dapat menyerap air relatif lebih banyak (Turjaman 1999 dalam Alamsyah 2002).

3. Mikoriza juga dapat meningkatkan ketahanan terhadap serangan patogen akar, karena mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi pada akar tanaman dengan adanya lapisan hifa sebagai pelinduk fisik dan mengeluarkan antibiotika oleh mikoriza (Darusman

et al. 1995 dalam Prameswari 2004).

4. Menghasilkan beberapa zat pengatur tumbuh. Fungi mikoriza dapat menghasilkan hormon auksin, sitokinin, gibberelin dan vitamin yang bermanfaat untuk inangnya (Allen et al. 2003; Dell 2002dalam Riniarti 2010). Auksin dapat berfungsi untuk mencegah atau menghambat

(21)

proses penuaan dan sub aerasi akar sehingga umur dan fungsi akar dapat diperpanjang.

2.4 Mikoriza pada Dipterocarpaceae

Ektomikoriza dapat berasosiasi dengan akar tumbuhan tingkat tinggi.Pada umumnya ektomikoriza terdapat pada akar beberapa jenis pohon besar seperti pada jenis Dipterocarpaceae karena memiliki hubungan simbiosis mutualistik. Anakan jenis Dipterocarpaceae yang berasal dari benih dan pembiakan vegetatif sangat membutuhkan fungi ektomikoriza untuk pertumbuhannya (Smiths 1992 dalam Prameswari 2004).

Berdasarkan penelitian (Santoso 1988 dalam Riyanto 2003), inokulasi fungi ektomikoriza pada anakan Dipterocarpaceae meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan mikro. Kemampuan penyerapan hara yang meningkat menyebabkan peningkatan pertumbuhan anakan Dipterocarpaceae.

2.5 Teknik Inokulasi dan Aplikasi Ektomikoriza

Teknik inokulasi untuk setiap jenis tanaman akan berbeda. Pemakaian salah satu teknik akan sangat ditentukan oleh jenis inokulasi yang dipakai, penggunaan teknik dan waktu pemberian. Beberapa teknik penularan mikoriza adalah teknik inokulasi tanah, anakan yang bermikoriza, akar yang bermikoriza, biakan murni miselia, suspensi spora, kapsul mikoriza dan tablet mikoriza (Setiadi 1989).

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian berupa studi pustaka ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2011 di perpustakaan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian Bogor, Perpustakaan Laboratorium Ekologi Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) Institut Pertanian Bogor dan perpustakaan Ardikoesoema Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (Puslitbanghut) Bogor.

3.2 Jenis Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh inokulasi fungi ektomikoriza terhadap respon pertumbuhan Shorea spp. berdasarkan sumber yang berupa skripsi, tesis, disertasi, prosiding, jurnal dan buku dengan selang antara tahun 1996-2011.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan yaitu dengan mengevaluasi dan menganalisis data serta informasi hasilpenelitian mengenai pengaruh inokulasi fungi ektomikoriza terhadap respon pertumbuhan Shorea spp. di persemaian, yaitu dengan tahapan sebagai berikut :

1. Semua hasil penelitian mengenai pengaruh inokulasi fungi ektomikoriza terhadap respon pertumbuhan Shorea spp. di persemaian berupa skripsi, tesis, disertasi, prosiding, jurnal dan buku yang terdapat di perpustakaan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian Bogor, Perpustakaan Laboratorium Ekologi Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, LSI (Lembaga Sumberdaya Informasi) dan

(23)

perpustakaan Ardikoesoema Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (Puslitbanghut) Bogor dikumpulkan.

2. Data dan informasi hasil penelitian yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan ke dalam masing-masing aspek pengamatan.

3. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan status ektomikoriza.

Jenis Shorea Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber

4. Pengelompokan dilakukan berdasarkan efektifitas ektomikoriza.

Jenis Shorea Jenis Ektomikoriza Respon Pertumbuhan (%) Sumber T (cm) D (mm) BKT (gr)

5. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan teknik inokulasi.

Jenis Shorea Jenis Ektomikoriza Teknik Inokulasi Respon Pertumbuhan (%) Sumber Infeksi Akar BKT (gr)

6. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan pengaruh media tumbuh dan pengaruh interaksi perlakuan.

Jenis Shorea

Jenis Ektomikoriza

Perlakuan Respon Pertumbuhan (%)

Sumber T (cm) D (mm) BKT (gr)

7. Analisis data dilakukan dengan menghitung prosentase respon pertumbuhan menggunakan rumus:

X – Kontrol x 100% Kontrol

(24)

Ket : (X) = Parameter pertumbuhan berupa tinggi, diameter dan berat kering total yang telah diinokulasikan dengan fungi ektomikoriza.

Hasil analisis data yang telah didapatkan dibandingkan dengan kontrol sebagai pembanding keefektifan dari inokulasi fungi ektomikoriza.Hasilnya dapat diamati dari respon pertumbuhan yang terlihat.

Apabila hasilnya (+) = memberikan respon positif terhadap peningkatan parameter pertumbuhan

(-) = tidak memberikan pengaruh terhadap parameter pertumbuhan

8. Sumber data penelitian yang digunakan dibuat database berdasarkan tahun terbit atau publikasinya.

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.1.1 Status Ektomikoriza

Hasil analisis data mengenai status ektomikoriza terhadap respon pertumbuhan Shorea spp. dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Status ektomikoriza pada Shorea spp.

Jenis Shorea Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber

Shorea selanica Scleroderma columnare + Riyanto (2003)

Shorea mesisopterik Inokulum tanah + Riniarti (2002)

Shorea seminis Scleroderma columnare + Turjaman et al. (2006)

Shorea balangeran Boletus sp. + Turjaman et al.(2011)

Shorea javanica td td Prameswari (2004)

Shorea leprosula Campuran Amanita sp.,

Russula sp. dan

Scleroderma columnare

+ Omon (2007)

Shorea pinanga Pisolithus arhizus + Turjaman et al.(2005)

Shorea ovalis Amanita umbronata + Omon (2007)

Shorea johorensis Thelephora terrestris

dan Inocybe sp.

+ Noor (2009)

Shorea crysophylla td td Komarayati et al. (2010) Ket : (+) = berpengaruh positif

(26)

4.1.2 Efektifitas Ektomikoriza

Hasil analisis data mengenai efektifitas ektomikoriza terhadap respon pertumbuhan Shorea spp. dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Efektifitas ektomikoriza terhadap respon pertumbuhan Shorea spp.

Jenis Shorea Jenis Ektomikoriza Respon Pertumbuhan (%) Sumber (cm) (mm) (gr)

Shorea selanica Scleroderma columnare

+ + + Riyanto (2003)

Shorea mesisopterik Inokulum tanah + td + Riniarti (2002)

Shorea seminis Scleroderma columnare

+ td + Turjaman et al(2006)

Shorea balangeran Boletus sp. + + + Turjaman et al(2011)

Shorea javanica td td td td Prameswari (2004)

Shorea leprosula Campuran

Amanita sp., Russula sp. dan Scleroderma columnare

+ td td Omon (2007)

Shorea pinanga Pisolithus arhizus

+ + + Turjaman et al.(2005)

Shorea ovalis Amanita umbronata

+ td td Omon (2007)

Shorea johorensis td td td td Noor (2009)

Shorea crysophylla Inokulum tablet + + td Komarayati et al. (2010) Ket : (+) = berpengaruh positif

(td) = tidak dicantumkan data

4.1.3 Teknik Inokulasi

Hasil analisis data mengenai teknik inokulasi yang digunakan terhadap respon pertumbuhan Shorea spp. dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Teknik inokulasi ektomikoriza pada Shorea spp.

Jenis Shorea spp. Jenis

Ektomikoriza Teknik Inokulasi Respon Pertumbuhan (%) Sumber

(27)

Infeksi akar

(gr)

Shorea selanica Scleroderma columnare

Suspensi + + Riyanto (2003)

Shorea mesisopterik Inokulum Tanah + + Riniarti (2002)

Shorea seminis Scleroderma columnare

Tablet + + Turjaman et al.(2006)

Shorea balangeran Boletus sp. Suspensi + + Turjaman et al.(2011)

Shorea javanica td td td td Prameswari (2004)

Shorea leprosula Campuran

Amanita sp., Russula sp. dan Scleroderma columnare Tablet + td Omon (2007)

Shorea pinanga Pisolithus arhizus

Tablet + + Turjaman et al (2005)

Shorea ovalis Amanita umbronata

Kelereng alginat

+ td Omon (2007)

Shorea johorensis Thelephora terrestris dan Inocybe sp.

Tanah + td Noor (2009)

Shorea crysophylla td td td td Komarayati et al.(2010) Ket : (+) = berpengaruh positif

(td) = tidak dicantumkan data

4.1.4 Pengaruh Media tumbuh

Hasil analisis data mengenai pengaruh media tumbuh yang diberikan terhadap respon pertumbuhan Shorea spp. dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Pengaruh media tumbuh terhadap respon pertumbuhan Shorea spp.

Jenis Shorea Jenis Ektomikoriza Media Tumbuh Respon pertumbuhan (%) Sumber (cm) (mm) (gr) Shorea selanica Scleroderma columnare Tailing:pupuk kandang (1:1) + + td Irawan (2005) Rhizopogon luteolus Tailing:pupuk kandang (3:1) + + td

(28)

Shorea javanica Scleroderma columnare Tanah:kompos sekam padi (2:1) + + + Prameswari (2004) Lanjutan Tabel 4 Jenis Shorea Jenis Ektomikoriza Media Tumbuh

Respon pertumbuhan (%) Sumber (cm) (mm) (gr) Scleroderma dictyosporum Tanah:kompos sekam padi (3:1) + + + Laccaria laccata Tanah:kompos sekam padi (3:1) + + + Inokulum tanah Tanah:kompos sekam padi (3:1) + + + Shorea leprosula Scleroderma columnare Tanah podsolik merah kuning + td td Nurvana (1997) Scleroderma columnare Kotoran cacing + td td

Ket : (+) = berpengaruh positif (td) = tidak dicantumkan data

4.1.5 Pengaruh Interaksi Perlakuan

Hasil analisis data mengenai pengaruh interaksi perlakuan yang diberikan terhadap respon pertumbuhan Shorea spp dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Pengaruh interaksi perlakuan terhadap respon pertumbuhan Shorea spp.

Jenis Shorea Jenis

Ektomikoriza Interaksi Perlakuan Respon pertumbuhan (%) Sumber (cm) (mm) (gr) Shorea selanica Scleroderma columnare 10% asam humat 5000 ppm + - + Riyanto (2003) Shorea mesisopterik Scleroderma columnare 10 ml ssam oksalat 1800 ppm + td + Riniarti (2002)

Shorea seminis Isolat tanah 10 ml Asam oksalat 1800

(29)

ppm Scleroderma columnare 10 ml asam oksalat 1800 ppm + td +

Ket : (+) = berpengaruh positif ( - ) = tidak berpengaruh (td) = tidak dicantumkan data

4.2 Pembahasan

Shorea spp. merupakan salah satu jenis Dipterocarpaceae yang memiliki

hubungan simbiosis mutualistik dengan fungi ektomikoriza. Inokulasi fungi ektomikoriza pada anakan Dipterocarpaceae dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan mikro yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan. Selain itu juga dapat meningkatkan penyerapan air serta meningkatkan ketahanan terhadap patogen dan kekeringan.(Santoso 1988 dalam Riyanto 2003).Fungi ektomikoriza memiliki peranan dan manfaat terhadap respon pertumbuhan Shorea spp. yang dapat diamati dari parameter tinggi, diameter dan berat kering total.Oleh karena itu diperlukan adanya jenis fungi ektomikoriza yang sesuai berasosiasi dengan jenis Shorea spp. agar dapat menghasilkan tingkat pertumbuhan bibit yang berkualitas di persemaian. Karena dengan bibit yang berkualitas tersebut maka akan mendukung keberhasilan pertumbuhan di lapangan.

Berdasarkan pengumpulan data dan informasi penelitian mengenai pengaruh inokulasi fungi ektomikoriza terhadap respon peningkatan pertumbuhan

Shorea spp. di persemaian, maka didapatkan secara umum jenis Shorea spp. yang

dapat berasoiasi dengan fungi ektomikoriza adalah Shorea selanica, Shorea

mesisopterik, Shorea seminis, Shorea balangeran, Shorea javanica, Shorea leprosula, Shorea, Shorea ovalis, Shorea johorensis dan Shorea crysophylla.

Aspek pengamatan yang dapat diamati dari hasil analisis data penelitian berupa Status ektomikoriza, efetifitas ektomikoriza, teknik inokulasi, pengaruh media tumbuh dan pengaruh interaksi perlakuan terhadap respon pertumbuhan Shorea spp. pada persemaian

(30)

4.2.1 Status Ektomikoriza

Status ektomikoriza pada Shorea spp. dapat diamati dari infeksi akar yang terjadi karena infeksi akar merupakan indikasi awal terjadinya simbiosis mutualistik antara mikoriza dengan tanaman inangnya (Indriyanto 2008). Tingkat kolonisasi dan kompatibilitas fungi ektomikoriza terhadap tanaman inangnya diketahui memiliki sifat khusus yaitu fungi tertentu akan membentuk ektomikoriza lebih baik pada inang tertentu (Prameswari 2004). Berdasarkan jenis

Shorea spp. maka dapat terlihat prosentase infeksi akar tertinggi pada Shorea selanica dan Shorea seminis diinokulasikan oleh fungi ektomikoriza jenis Scleroderma columnare. Pada Shorea mesisopterik diinokulasikan oleh inokulum

tanah yang berasal dari lantai hutan yang berektomikoriza dan jenis fungi ektomikorizanya tidak diidentifikasi, pada Shorea balangeran diinokulasikan oleh

Boletus sp., Pada Shorea leprosula diinokulasikan oleh campuran antara Amanita

sp., Russula sp. dan Scleroderma columnare. Penggunaan campuran fungi ektomikoriza dapat mengantisipasi pada saat terjadi ketidakcocokan antara jenis

Shorea spp. yang diinokulasikan dengan salah satu jenis fungi ektomikoriza tetapi

masih berkesempatan untuk cocok pada jenis fungi ektomikoriza yang lainnya. Pada Shorea pinanga diinokulasikan oleh Pisolithus arhizus, pada Shorea ovalis diinokulasikan oleh Amanita umbronata dan pada Shorea johorensis diinokulasikan oleh Thelephora terrestris dan Inocybe sp. Pada Shorea javanica dan Shorea crysophylla tidak dicantumkan data mengenai infeksi akar yang terjadi.

4.2.2 Efektifitas Ektomikoriza

Fungi ektomikoriza pada umumnya memiliki peranan penting terhadap peningkatan pertumbuhan Shorea spp. di persemaian. Hal tersebut dapat diamati dari respon peningkatan parameter pertumbuhan berupa tinggi, diameter dan berat kering total. Shorea spp. merupakan jenis yang komersial dengan hasil produksi kayunya. Oleh karena itu peningkatan tinggi dan diameter pada umumnya dijadikan indikator pertumbuhan tetapi tidak dapat dijadikan indikator keberhasilan dari kolonisasi fungi ektomikoriza. Peningkatan pertumbuhan tinggi

(31)

dan diameter bisa diakibatkan karena faktor lingkungan yang mendukung. Berat kering total merupakan penambahan dari berat kering akar dan berat kering pucuk, yang dapat digunakan untuk menggambarkan besarnya fotosintat atau hasil dari fotosintesis yang terkandung dalam suatu tanaman. Hal tersebut menjadi tolak ukur seberapa besar infeksi ektomikoriza pada akar bekerja secara optimal menyerap unsur hara dari dalam tanah.

Efektifitas ektomikoriza dapat diamati dari prosentase peningkatannya yang memberikan respon positif terbaik terhadap pertumbuhan jika dibandingkan dengan kontrol. Pada Shorea selanica dan Shorea seminis diinokulasikan oleh fungi ektomikoriza jenis Scleroderma columnare.Pada Shorea mesisopterik diinokulasikan oleh inokulum tanah yang berasal dari lantai hutan yang berektomikoriza dan jenis fungi ektomikorizanya tidak diidentifikasi, pada Shorea

balangeran diinokulasikan oleh Boletus sp. dan pada Shorea pinanga

diinokulasikan oleh Pisolithus arhizus.Pada Shorea javanica, Shorea leprosula,

Shorea ovalis, Shorea johorensis dan Shorea crysophylla tidak dicantumkan data

mengenai prosentase peningkatan berat kering total sehingga tidak dapat diamati tingkat keefektifannya.

4.2.3 Teknik Inokulasi

Efektifitas dan efisiensi dari teknik inokulasi dipengaruhi oleh faktor tingkat kecocokan tanaman inang dengan mikoriza, kondisi lingkungan, jenis inokulan yang digunakan dan ketersediaan inokulan (Indriyanto 2008). Keefektifitasan dan efisiensi dari teknik inokulasi tersebut dapat diamati dari parameter infeksi akar yang terjadi dan peningkatan berat kering total. Karena respon terhadap peningkatan parameter berat kering total tidak akan terjadi jika tidak diawali dengan terjadinya infeksi akar.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, teknik inokulasi yang umumnya digunakan pada Shorea spp. adalah menggunakan tablet. Tablet tersebut terbuat dari spora kering dicampur dengan pembawa yang cocok kemudian ditekan dan dicetak dengan ukuran tertentu hingga akhirnya membentuk membentuk tablet (Supriyanto et al. 2003 dalam Omon 2007).

(32)

. Bentuk pengemasan ini sangat baik untuk fungi ektomikoriza karena hampir semua fungi ektomikoriza membentuk badan buah atau sporocarp.Spora dalam jumlah besar yang terdapat di dalam badan buah atau sporocarp dapat dijadikan bahan inokulan. Telah banyak dicoba dan dibuktikan bahwa inokulasi dengan spora dapat efektif dalam membentuk struktur ektomikoriza bahkan di persemaian yang jauh dari tegakan asli (Setiadi 1988).

4.2.4 Pengaruh Media

Kolonisasi fungi ektomikoriza juga dipengaruhi oleh jenis media.Faktor media yang mempengaruhi perkembangan fungi ektomikoriza adalah aerasi media. Fungi ektomikoriza banyak membutuhkan oksigen (O2) dengan sedikit bahan organik dan pH berkisar antara 4-6,5 (Julich 1988 & Smits 1922dalam Prameswari 2004).

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat diamati bahwa pada

Shorea selanica pemberian media tumbuh berupa campuran antara tailing dan

pupuk kandang hanya memberikan respon positif terhadap peningkatan tinggi dan diameter saja. Pada Shorea javanica pemberian media tumbuh berupa campuran antara tanah dan kompos sekam padi memberikan respon positif terhadap peningkatan berat kering total. Pada Shorea leprosula pemberian media tumbuh berupa tanah podsolik merah kuning dan kotoran cacing hanya memberikan respon positif terhadap peningkatan tinggi saja.

4.2.5 Pengaruh Interaksi Perlakuan

Interaksi perlakuan yang diberikan pada umumnya dapat membantu meningkatkan respon pertumbuhan. Pada Shorea selanica yang diberikan 10% asam humat 5000 ppm, pada Shorea mesisopterik dan Shorea seminis yang diberikan 10 ml asam oksalat 1800 ppm memberikan respon positif terhadap peningkatan berat kering total.

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil studi pustaka terhadap serangkaian sumber penelitian mengenai pengaruh inokulasi fungi ektomikoriza terhadap respon pertumbuhan Shorea spp. di persemaian maka di dapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengaruh inokulasi fungi ektomikoriza paling efektif yang memberikan respon positif terhadap peningkatan pertumbuhan terjadi pada Shorea

selanica dan Shorea seminis yang diinokulasi oleh Scleroderma columnare.

Pada Shorea mesisopterik diinokulasi oleh inokulum tanah, pada Shorea

balangeran diinokulasi oleh Boletus sp. dan pada Shorea pinanga oleh Pisolithus arhizus.

2. Teknik inokulasi yang dapat digunakan pada Shorea spp. adalah dalam bentuk tablet.

3. Pengaruh media tumbuh berupa campuran tanah dan kompos sekam padi pada Shorea javanica memberikan respon positif terhadap peningkatan pertumbuhan.

4. Pengaruh interaksi perlakuan berupa pemberian 10% asam humat 5000 ppm pada Shorea selanica dan pemberian 10 ml asam oksalat 1800 ppm pada

Shorea mesisopterik dan Shorea seminis memberikan respon positif terhadap

peningkatan pertumbuhan.

5.2 Saran

Perlu dilakukannya pengumpulan informasi dan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi pengaruh inokulasi fungi ektomikoriza terhadap pertumbuhan

Shorea spp. di persemaian terutama dalam hal kesesuaian jenis, teknik, dosis dan

kombinasi perlakuan yang diterapkan untuk menghasilkan tingkat bibit yang berkualitas.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

AlamsyahM. 2002. Teknologi Mikoriza pada Semai Shorea pinanga Scheff [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Jurusan Manajemen Hutan. Program Diploma III Budidaya Hutan Tanaman Institut Pertanian Bogor.

Anonim. ___. Budidaya Tanaman Kehutanan. [Terhubung Berkala]. http://www.irwantoshut.com [12 desember 2011].

Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.

MarpaungBoy. 2009. Ciri Umum Famili Dipterocarpaceae.[Terhubung Berkala].boymarpaung.wordpress.com[24 September 2011].

Mukhamadun1994.Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Berbagai Jenis Shorea spp. di Haurbentes, BKPH Jasinga, KPH Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Jurusan Manajemen Hutan. Institut Pertanian Bogor.

Omon RM. 2007.Teknik Pengemasan dan Inokulasi Jamur Mikoriza untuk Jenis Dipterocarpaceae.Info Hutan IV Nomor 1:57-63.

PrameswariD. 2004.Pengaruh Inokulasi Cendawan Ektomikoriza dan Media Tumbuh terhadap Pertumbuhan Shorea javanica K & V [tesis]. Bogor: Sekolah Pacsasarjana. Program Ilmu Pengetahuan Hutan. Institut Pertanian Bogor.

RiniartiM. 2010. Dinamika Kolonisasi Tiga Fungi Ektomikoriza Scleroderma spp. dan Hubungannya dengan Pertumbuhan Tanaman Inang [disertasi].Bogor:Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

RiniartiM. 2002. Perkembangan kolonisasi Ektomikoriza dan Pertumbuhan Semai Dipterocarpeceae dengan Pemberian Asam Oksalat dan Asam Humat Serta Inokulasi Ektomikoriza [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Riyanto D. 2003.Respon Pertumbuhan Stek Shorea selanica BL. Terhadap Pemberian Asam Humat dan Inokulasi Cendawan Ektomikoriza [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Jurusan Manajemen Hutan.Institut Pertanian Bogor.

SetiadiY. 1989. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Kehutanan.

Bogor.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi.Institut Pertanian Bogor.

SetiadiY. 1988. Peranan Spesifik Mikro Organisme untuk Memacu Pertumbuhan Tanaman Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan.Jurusan Manajemen Hutan. Laboratorium Silvik-Silvikultur. Institut Pertanian Bogor.

(35)

DAFTAR ISTILAH A

Antibiotika : Segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.

Auksin : Hormon tumbuhan yang di temukan pada ujung batang, akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung.

B

Banir : Akar berbentuk seperti papan miring yang tumbuh pada bagian bawah batang dan berfungsi sebagai penunjang pohon.

Benih : Biji tumbuhan yang digunakan untuk tujuan penanaman dan budidaya.

Bibit : Tanaman muda hasil perkembangan dari benih, stek, cangkok atau kultur jaringan yang ditujukan untuk penanaman.

Biologi : Ilmuyang mempelajari aspek fisik kehidupan.

D

Damar : Hasil sekresi (getah) dari marga Shorea spp.

Database : Merupakan sekumpulan informasi yang saling berkaitan pada suatu subjek tertentu pada tujuan tertentu pula. Dipterocarpaceae : Suku kelompok tanaman yang mendominasi hutan hujan

(36)

E

Ektomikoriza : Hasil simbiosis antara jamur pembentuk ektomikoriza dengan akar tanaman.

F

Fungal Sheat : Miselia yang menutupi permukaan akar membentuk lapisan seperti mantel.

Fungi : Sekelompok besar makhluk hidupeukariotikheterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya.

Fotosintesis : Suatu proses biokimia anabolisme, pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.

G

Giberelin : Hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp.

H

Hartig net : Hifa yang membentuk struktur seperti net (jala) di antara dinding sel-sel jaringan korteks

Hifa : Struktur biologis berupa berkas-berkas halus yang merupakan bagian dari tubuh vegetatif berbagai fungi. Hutan : Suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

(37)

I

Infeksi : Interaksi antara patogen dengan tanaman inangnya. Inokulan : Bahan inokulasi.

Inokulasi : Jatuhnya inokulum pada tanaman inangnya.

Interaksi : Kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.

J

Jaringan Korteks : Jaringan pertama dari akar. Jaringan ini terdiri dari sel yang mempunyai dinding yang tipis.Jaringan korteks tersusun tas jaringan parenkim dan dapat berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan.

K

Kompatibilitas : Tingkat kecocokan Komersial : Bernilai ekonomi tinggi.

L

Lahan marginal :Lahan yang memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan tertentu.

M

Mikoriza : Suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik antara fungi (mykes) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi.

Miselia : Hifa yang membentuk massa yang rapat dan membentuk koloni-koloni pada bagian tubuh organisme inang atau sisa-sisa organisme atau makanan.

(38)

P

Patogen : Agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya.

Persemaian : Tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan.

Pertumbuhan : Perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.

R

Rekalsitran : Penyimpanan benih dengan tetap mempertahankan kadar air selama penyimpanan.

Rehabilitasi : Memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan

peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

Respon : Tanggapan atau balasan (respon) terhadap rangsangan atau stimulus

Rhizomorphs : Hifa yang menjorok keluar, berfungsi sebagai alat yang efektif untuk penyerapan unsur hara dan air.

S

Semi toleran : Tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya. Pada waktu masih muda memerlukan cahaya dengan intensitas rendah dan menjelang sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi

Shorea spp. : Anggota suku Dipterocarpaceae yang merupakan

salah satu jenis pohon hutan penghasil kayu utama Indonesia dan merupakan komoditas penting.

(39)

Simbiosis mutualistik : Hubungan sesama mahkluk hidup yang saling menguntungkan kedua pihak.

Sel : Unit terkecil dari makhluk hidup.

Sitokinin : Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong pembelahan sel pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan dan menunda penuaan. Sporocarp : Badan buah.

Spora : Satu atau beberapa selyang terbungkus oleh lapisan pelindung.

T

Tablet : Sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung.

Tajuk : Keseluruhan bagian tumbuhan, terutama pohon, perdu, atau liana, yang berada di atas permukaan tanah yang menempel pada batang utama.

Tailing : Merupakan limbah yang dihasilkan dari proses

penggerusan batuan tambang (ore) yang mengandung bijih mineral untuk diambil mineral berharganya.

Tengkawang : Nama buah dan pohon dari beberapa jenis Shoreaspp. sukuDipterocarpaceae, yang menghasilkan minyak lemak yang berharga tinggi.

Toleran : Pohon yang tumbuh dan membentuk lapisan tajuk dan bereproduksi di bawah kanopi pohon lain bahkan di bawah naungan jenis yang sama.

U

Unsur hara makro : Sumber makanan yang diperlukan dalam jumlah relatif banyak, dan mutlak di perlukan oleh tanaman sebagai makanan.

(40)

Unsur hara mikro : Sumber makanan yang di perlukan dalam jumlah yang relatif sedikit, namun sangat penting dan mutlak di perlukan oleh tanaman sebagai makanan.

V

Vitamin : Sekelompok senyawaorganikamina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organismeyang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.

(41)
(42)

Lampiran 1 Status ektomikoriza pada Shorea selanica

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber

Kontrol 21,12 Riyanto (2003) Scleroderma columnare Kontrol Scleroderma columnare Rhizopogon luteolus 32,15 2,40c 2,91a 2,6b Irawan (2005) Kontrol 0 Darusman (2000) Scleroderma columnare 84,5 Kontrol 0 Pisolithus tinctorius 65,4 Kontrol 0 Rhizopogon sp. 52,2

Lampiran 2 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea selanica

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber

Scleroderma columnare Scleroderma columnare Rhizopogon luteolus 52,2 21,2 8,7 Riyanto (2003) Irawan (2005)

Scleroderma columnare 0 Darusman (2000)

Pisolithus tinctorius 0

Rhizopogon sp. 0

Lampiran 3 Status ektomikoriza pada Shorea mesisopterik

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber

Kontrol 8,66b Riniarti (2002)

Isolat tanah 25,39a

Scleroderma columnare 23,12a

Lampiran 4 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea mesisopterik

(43)

Isolat tanah

Scleroderma columnare

193,1 166,9

Riniarti (2002)

Lampiran 5 Status ektomikoriza padaShorea seminis

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber

Kontrol 12,88b Riniarti (2002)

Isolat tanah 24,95a

Scleroderma columnare 24,64a

Kontrol 19a Turjaman et al. (2006)

Pisolithus arhizus 61b

Scleroderma columnare 65b

Lampiran 6 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea seminis

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber Isolat tanah

Scleroderma columnare

93,7 91,3

Riniarti (2002)

Pisolithus arhizus 221 Turjaman et al. (2006)

Sleroderma columnare 242,1

Lampiran 7 Status ektomikoriza padaShorea balangeran

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber

Kontrol 12a Turjaman et al. (2011)

Boletus sp. 67b

Scleroderma sp. 60b

Strobilomyces sp. 59b

(44)

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber Boletus sp. Scleroderma sp. Strobilomyces sp. 458,3 400 391,6 Turjaman et al.(2011)

Lampiran 9 Status ektomikoriza padaShorea leprosula

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber Campuran Amanita sp., Russula

sp. dan Scleroderma columnare

78 Omon (2007)

Kontrol 49 Omon (2008)

Scleroderma columnare 63

Lampiran 10 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea leprosula

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber Campuran Amanita sp., Russula

sp. dan Scleroderma columnare

Scleroderma columnare

78

28,5

Omon (2007)

Omon (2008)

Lampiran 11 Status ektomikoriza padaShorea pinanga

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber

Kontrol 0,014 Alamsyah (2002)

Isolat tablet Isolat alginate

0,72 0,38

Kontrol 30a Turjaman et al.(2005)

Pisolithus arhizus 87b

Scleroderma sp. 86b

Kontrol 12,88b Riniarti (2002)

(45)

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber

Isolat tanah 39,01a

Scleroderma columnare 44,62a

Descomyces sp 73 Omon (2007)

Lampiran 12 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea pinanga

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber Isolat tablet Isolat alginat Pisolithus arhizus Scleroderma sp. Isolat tanah - - 190 186,6 202,8 Alamsyah (2002) Turjaman et al. (2005) Riniarti (2002) Scleroderma columnare 246,4 Descomyces sp 73 Omon (2007)

Lampiran 13 Status ektomikoriza padaShorea ovalis

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber

Amanita umbonata 52,5 Omon (2007)

Lampiran 14 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea ovalis

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber

Amanita umbonata 52,5 Omon (2007)

Lampiran 15 Status ektomikoriza padaShorea johorensis

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber

Thelephora terrestris dan Inocybe sp. 68 Noor (2009)

Kontrol 53 Omon (2008)

Scleroderma columnare 64

Lampiran 16 Rekapitulasi status ektomikoriza pada Shorea johorensis

Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber

Thelephora terrestris dan Inocybe sp. Scleroderma columnare

68 20,7

Noor (2009) Omon (2008)

(46)

Lampiran 17 Efektifitas ektomikoriza pada Shorea selanica Jenis Ektomikoriza Pertumbuhan Sumber (cm) (mm) (gr) Kontrol 5,64 0,24 2,13 Riyanto (2003) Scleroderma columnare 5,84 0,27 2,31 Kontrol 8,6 td td Darusman (2000) Scleroderma columnare 1,9 td td Kontrol 7,4 td td Pisolithus arhizus 8,74 td td Kontrol 6,63 td td Rhizopogon sp. 7,82 td td Ket : (td) = tidak dicantumkan data

Lampiran 18 Rekapitulasi efektifitas ektomikoriza pada Shorea selanica

Jenis Ektomikoriza

Respon Pertumbuhan (%)

Sumber

(cm) (mm) (gr)

Scleroderma columnare 3,5 12,5 8,4 Riyanto (2003)

Scleroderma columnare -77,9 td td Darusman (2000)

Pisolithus arhizus 18,1 td td

Rhizopogon sp. 17,9 td td Ket : (td) = tidak dicantumkan data

( - ) = tidak berpengaruh

Lampiran 19 Efektifitas ektomikoriza pada Shorea mesisopterik

Jenis Ektomikoriza

Pertumbuhan

Sumber

(cm) (mm) (gr)

Kontrol 20,80ab td 7,16ab Riniarti (2002)

Isolat tanah 23,73a td 7,62ab

Scleroderma columnare 19,95bc td 6,38bc

Kontrol 17,27b 4,40b 3,27b Komarayatiet al.(2009)

Isolat tablet 19,68a 4,93a 5,44a

(47)

Lampiran 20 Rekapitulasi efektifitas ektomikoriza pada Shorea mesisopterik

Jenis Ektomikoriza

Respon Pertumbuhan (%)

Sumber (cm) (mm) (gr)

Isolat tanah 14 td 6,4 Riniarti (2002)

Scleroderma columnare -4 td -10,8

Isolat tablet 13,9 12 66,3 Komarayatiet al. (2009) Ket : (td) = tidak dicantumkan data

( - ) = tidak berpengaruh

Lampiran 21 Efektifitas ektomikoriza pada Shorea seminis

JenisEktomikoriza Pertumbuhan Sumber

(cm) (mm) (gr)

Kontrol 8,03f td td Riniarti (2002)

Isolat tanah 8,14fe td td

Kontrol 21,8a td 2,2a Turjaman et al.(2006)

Pisolithus arhizus 30,28b td 7,0b

Scleroderma columnare

26,60b td 6,1b

Ket : (td) = tidak dicantumkan data

Lampiran 22 Rekapitulasi efektifitas ektomikorizapadaShorea seminis

Jenis Ektomikoriza

Respon Pertumbuhan (%)

Sumber

(cm) (mm) (gr)

Isolat tanah 1,3 td td Riniarti (2002)

Scleroderma columnare 29,2 td td

Pisolithus arhizus 38,8 td 218,1 Turjaman et al.(2006)

Scleroderma columnare 22,0 td 177,2 Ket : (td) = tidak dicantumkan data

Lampiran 23 Efektifitas ektomikoriza pada Shorea balangeran

Jenis Ektomikoriza

Pertumbuhan

Sumber

(cm) (mm) (gr)

Kontrol 23,8a 2,3a 0,68a Turjaman et al.(2011)

Boletus sp. 28,7b 2,4a 0,74a

(48)

Strobilomyces sp. 27,5b 2,4a 0,91b

Lampiran 24 Rekapitulasi efektifitas ektomikoriza pada Shorea balangeran

Jenis Ektomikoriza

Respon Pertumbuhan (%)

Sumber

(cm) (mm) (gr)

Boletus sp. 20,5 4,3 8,8 Turjaman et al.(2011)

Scleroderma sp. 20,5 4,3 29,4

Strobilomyces sp. 15,5 4,3 33,8

Lampiran 25 Efektifitas ektomikoriza pada Shorea leprosula

Jenis Ektomikoriza

Pertumbuhan

Sumber

(cm) (mm) (gr)

Kontrol 3,7a 0,04 td Omon (1996)

Amanita sp. 4,8b 0,06 td Laccaria laccata 5,6b 0,07 td Russula sp. 4,8b 0,06 td Boletus sp. 5,4b 0,06 td Scleroderma columnare 5,1b 0,06 td Campuran Amanita sp., Russula sp., dan Scleroderma columnare 126 td td Omon (2007)

Ket : (td) = tidak dicantumkan data

Lampiran 26 Rekapitulasi efektifitas ektomikoriza pada Shorea leprosula

Jenis Ektomikoriza Respon Pertumbuhan (%) Sumber (cm) (mm) (gr) Amanita sp. 29,7 50 td Omon (1996) Laccaria laccata 51,3 75 td Russula sp. 29,7 50 td Boletus sp. 45,9 50 td Scleroderma columnare 37,8 50 td

(49)

Campuran Amanita sp., Russula sp., dan Scleroderma columnare 126 td td Omon (2007)

Ket : (td) = tidak dicantumkan data

Lampiran 27 Efektifitas ektomikoriza pada Shorea pinanga

Jenis Ektomikoriza Pertumbuhan Sumber (cm) (mm) (gr) Kontrol Isolat alginat Isolat tablet Kontrol td td td 42,0a td td td 5,3a 3,27 2,65 3,02 4,3a Alamsyah (2002) Turjaman et al.(2005) Pisolithus arhizus 78,0b 7,6b 12,9b Scleroderma columnare 71,6b 7,6b 10,9b Kontrol 34,27c 0,13c td Riniarti (2002)

Isolat tanah 39,63ab 0,30b td

Scleroderma columnare 39,11b 0,29b td

Descomyces sp. 27,04 td td Omon (2007) Ket : (td) = tidak dicantumkan data

Lampiran 28 Rekapitulasi efektifitas ektomikoriza pada Shorea pinanga

Jenis Ektomikoriza Respon Pertumbuhan (%) Sumber (cm) (mm) (gr) Isolat alginat Isolat tablet Pisolithus arhizus td td 85,7 td td 43,3 -18,9 -7,6 200 Alamsyah (2002) Turjaman et al.(2005) Scleroderma columnare 70,4 43,3 15,4

(50)

Isolat tanah 15,6 130,7 td Riniarti (2002)

Scleroderma columnare

14,1 123 td

Descomyces sp. -24,7 td td Omon (2007) Ket : (td) = tidak dicantumkan data

( - ) = tidak berpengaruh

Lampiran 29 Efektifitas ektomikoriza pada Shorea ovalis

Jenis Ektomikoriza

Respon Pertumbuhan (%)

Sumber

(cm) (mm) (gr)

Amanita umbronata 27 td td Omon (2007) Ket : (td) = tidak dicantumkan data

Lampiran 30 Efektifitas ektomikoriza pada Shorea crysophylla

Jenis

Ektomikoriza

Respon Pertumbuhan (%)

Sumber

(cm) (mm) (gr)

Isolat tablet 43,9 49,3 td Komarayatiet al. (2010) Ket : (td) = tidak dicantumkan data

Lampiran 31 Teknik inokulasi pada Shorea spp.

Jenis Shorea spp. Jenis

Ektomikoriza Teknik Inokulasi Respon Pertumbuhan (%) Sumber Infeksi akar (gr)

Shorea selanica Scleroderma columnare

Suspensi 52,22 8,45 Riyanto (2003)

Shorea mesisopterik Isolat Tanah 193,18 6,42 Riniarti (2002)

Lanjutan Lampiran 31

Jenis Shorea spp. Jenis

Ektomikoriza Teknik Inokulasi Respon Pertumbuhan (%) Sumber Infeksi akar (gr)

Shorea seminis Scleroderma columnare

Tablet 242,10 177,27 Turjaman et al.(2006)

Gambar

Tabel 1  Status ektomikoriza pada Shorea spp.
Tabel 2  Efektifitas ektomikoriza terhadap respon pertumbuhan Shorea spp.
Tabel 4  Pengaruh media tumbuh terhadap respon pertumbuhan Shorea spp.
Tabel 5  Pengaruh interaksi perlakuan terhadap respon pertumbuhan Shorea spp.

Referensi

Dokumen terkait

Arti pentingnya penilaian kinerja dapat dilihat dengan jelas yaitu bahwa penialian kinerja tidak sekedar menilai yaitu mencari aspek dari pegawai atau karyawan

studi lanjutan pemanfaatan abu terbang yang terkait dengan sifat-sifat fisik perlu diselidiki lagi ka- rena sifat-sifat fisik akan berubah tergantung sebaran jarak abu Gunung

Kesan-kesan buruk lain : Tiada kesan yang penting atau bahaya kritikal yang diketahui.

Hal ini dikarenakan semakin lama waktu fermentasi kadar lemak yang dihasilkan semakin tinggi karena semakin lama waktu fermentasi maka bobot air bahan semakin

NO DESA

picture puzzle. Melalui kombinasi model ini maka diharapkan dapat memberi pembelajaran yang menyenangkan dan menarik pada materi sistem peredaran darah. Siswa akan

Tujuan penelitian ini adalah mengekstrak komponen aktif pada kerang darah dengan tiga jenis pelarut yaitu heksana, etil asetat dan metanol, menguji ekstrak sebagai

kognitif, afektif dan psikomotorik berdasarkan ajaran Islam kearah terbentuknya kepribadian yang utama. Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua